bab iii. obat

32
BAB III TINJAUAN OBAT 3.1 RL (RINGER LAKTAT) Komposisi : Na laktat 3,1 g, NaCl 6 g, KCl 0.3 g, CaCl 2 0.2 g, air untuk injeksi ad 1000 mL Indikasi : Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi. Dosis : 500-1000 mL IV, disesuaikan dengan kondisi penderita. Efek Samping : Panas, infeksi pada tempat penyuntikan, thrombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi. Kontra Indikasi : Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, laktat asidosis. Interaksi Obat : Larutan yang mengandung fosfat. 3.2 D5% (DEXTROSE 5%) Komposisi : Dextrosa monohidrat. Indikasi : Dehidrasi, penambahan kalori secara parenteral. Dosis : Bersifat individual, kecepatan infus 3 ml/kg BB/jam. Kontra Indikasi : Hiperhidrasi, diabetes mellitus, gangguan toleransi glukosa pasca operasi, sindroma malabsobsi glukosa dan galaktosa. Perhatian : Asidosis laktat, gangguan ginjal, sepsis berat, fase awal pasca trauma. Efek : Demam, iritasi atau infeksi pada tempat

Upload: nazhifah-ifah

Post on 01-Dec-2015

182 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab III. Obat

BAB III

TINJAUAN OBAT

3.1 RL (RINGER LAKTAT)

Komposisi : Na laktat 3,1 g, NaCl 6 g, KCl 0.3 g, CaCl2 0.2 g, air untuk injeksi

ad 1000 mL

Indikasi : Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi.

Dosis : 500-1000 mL IV, disesuaikan dengan kondisi penderita.

Efek Samping : Panas, infeksi pada tempat penyuntikan, thrombosis vena atau

flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.

Kontra Indikasi : Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, laktat asidosis.

Interaksi Obat : Larutan yang mengandung fosfat.

3.2 D5% (DEXTROSE 5%)

Komposisi : Dextrosa monohidrat.

Indikasi : Dehidrasi, penambahan kalori secara parenteral.

Dosis : Bersifat individual, kecepatan infus 3 ml/kg BB/jam.

Kontra Indikasi : Hiperhidrasi, diabetes mellitus, gangguan toleransi glukosa pasca

operasi, sindroma malabsobsi glukosa dan galaktosa.

Perhatian : Asidosis laktat, gangguan ginjal, sepsis berat, fase awal pasca

trauma.

Efek Samping : Demam, iritasi atau infeksi pada tempat injeksi, trombosis atau

flebitis yang meluas dari tempat injeksi dan ekstravasasi,

hiperglikemia pada bayi baru lahir.

3.3 TUTOFUSIN

Komposisi : Per L Na 100 meq, K 18 meq, Ca 4 meq, Mg 6 meq, Cl 90 meq,

acetate 38 meq, sorbitol 50 g

Indikasi : Keadaan sebelum, selama dan setelah pembedahan yang

memerlukan air dan elektrolit.

Dosis : 30 mL/Kg BB/hari (setara dengan 1.5 sorbitol/Kg BB/hari),

kecepatan infus s/d 6 mL/menit (=120 tetes/menit).

Kontra Indikasi : Insufisiensi ginjal, intoleransi fruktosa dan sorbitol, defisiensi

fruktosa 1-6-difosfat, keracunan metil alkohol.

Page 2: Bab III. Obat

Perhatian : Penyakit jantung atau ginjal, retensi cairan, hipernatremia.

Interaksi Obat : Pemberian fosfat inorganik dapat menyebabkan presipitasi.

3.4 NaCl (NATRIUM KLORIDA 0,9%)

Komposisi : Na = 154, Cl = 154 (mmol/l).

Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.

Indikasi : Resusitasi, Diare, Luka Bakar, Gagal Ginjal Akut.

Kontra Indikasi : Hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan

pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema

perifer dan edema paru.

Efek Samping  : Edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-

paru), penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi

natrium.

3.5 EAS PFRIMMER

Komposisi : Essensial asam amino, histidin.

Kelas Terapi : Nutrisi Parenteral.

Indikasi : Gagal ginjal akut, insuficiensi ginjal kronis tahap lanjut, diberikan

setelah dilakukan dialysis untuk menggantikan asam amino yang

hilang karena dialysis, azotemia.

Dosis : 250 mL/hari. Kecepatan infus maksimal 20 tetes/menit.

3.6 METRONIDAZOLE

Indikasi : Infeksi protozoa, eradikasi Helicobacter pylori, infeksi kulit.

Dosis : Infeksi anaerobik (pengobatan biasanya selama 7 hari dan 10 hari

untuk penggunaan antibiotika pada pengobatan kolitis), peroral

dengan dosis awal 800 mg kemudian 400 mg setiap 8 jam atau 500

mg setiap 8 jam; anak-anak 7,5 mg/kg setiap 8 jam.

Mekanisme Kerja: Setelah berdifusi kedalam organisme, berinteraksi dengan DNA

menyebabkan hilangnya struktur helix DNA dan kerusakan untaian

DNA. Hal ini lebih jauh menyebabkan hambatan pada sintesa

protein dan kematian sel organisme.

Kontra indikasi : Hipersensitivitas terhadap metronidazol, turunan nitroimidazol, atau

komponen yang ada dalam sediaan, kehamilan (trimester pertama).

Page 3: Bab III. Obat

Efek samping : Mual, muntah, gangguan pengecapan, lidah kasar dan gangguan

saluran pencernaan, rash, mengantuk (jarang terjadi), sakit kepala,

pusing, ataksia, urin berwarna gelap, erytema multiform, pruritus,

urtikaria, angioedema dan anafilaksis.

3.7 CEFTRIAXON

Kelas : Sefalosporin generasi tiga.

Indikasi : Pengobatan infeksi saluran pernafasan bagian bawah, infeksi

kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang dan sendi, saluran urin,

pengobatan inflamasi panggul (PID), infeksi intra abdomen,

gonorrhoe, meningitis dan septikemia yang disebabkan

mikroorganisme, profilaksis preoperasi.

Mekanisme kerja : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan pada

satu atau lebih ikatan protein-penisilin (penicillin-binding

proteins/PBPs) yang selanjutnya akan menghambat biosintesis

dinding sel dan bakteri akan mengalami lisis.

Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap golongan sefalosporin (sensitif terhadap

antibiotik golongan beta laktam).

Efek samping : Yang paling umum adalah reaksi hipersensitifitas seperti ruam

pada kulit, urtikaria, eosinofilia, demam, anafilaksis. Gangguan

pendarahan seperti neutropenia, trombositopenia, diare, mual,

muntah, agranulositosis.

Dosis : Dosis lazim dewasa 1-2 g perhari dalam dosis tunggal atau

dalam dua dosis terbagi, pada infeksi berat dapat ditingkatkan

hingga 4 g perhari.

Untuk profilaksis infeksi bedah, dosis tunggal 1 g dapat

diberikan 0,5 – 2 jam sebelum pembedahan, dosis 2 g

disarankan untuk bedah colorektal.

Interaksi Obat : Sefalosporin meningkatkan efek antikoagulan dari derivat

kumarin (dikumarol dan warfarin), probenesid menurunkan

ekskresi sefalosporin.

Perhatian : Sensitivitas terhadap antibakteri beta-laktam; gangguan ginjal;

kehamilan dan menyusui.

Page 4: Bab III. Obat

3.8 KETOROLAC

Kelas terapi : Analgetik, antipiretik, NSAID, antipirai.

Indikasi : Nyeri akut, penanganan nyeri setelah operasi.

Mekanisme kerja : Menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja

isoenzim COX-1 dan COX-3.

Kontra Indikasi : Pasien dengan hipersensitivitas, urtikaria, angioudema, rinitis yang

parah, bronkospasme, pasien yg alergi terhadap golongan salisilat,

penderita polip, asma, hipotensi, penanganan kondisi nyeri yang

minor atau kronik, pasien dengan penyakit tukak lambung aktif,

pasien yg sedang menggunakan obat gol. NSAID, pasien anak di

bawah usia 2 tahun, pasien hamil trimester ke-3, pasien menyusui.

Dosis : Parenteral (IV/IM) ; Dosis tunggal Dewasa : 30-60 mg, Lansia dan

dewasa dengan BB<50 kg: 15-30 mg, dapat dilanjutkan dengan oral.

Anak-anak usia 2-16 thn : 0,5-1 mg/Kg BB, max. 15-30 mg. Dgn

kerusakan hati/ginjal dosis diturunkan 50%.

Dosis terbagi : 30 mg setiap 6 jam, max.120 mg/hari Lansia dan

dewasa BB < 50 Kg 15 mg setiap 6 jam, max. 60 mg/hari Dgn

kerusakan hati/ginjal dosis diturunkan 50%. Total lama pemakaian

terapi kombinasi parenteral dan oral tidak boleh lebih dari 5 hari.

Efek samping : Sakit kepala, pusing, cemas, depresi, sulit berkonsentrasi, nervous,

kejang, tremor bermimpi, halusinasi, insomnia vertigo, psikosis,

mual, diare, konstipasi, sakit lambung, perasaan kenyang, muntah,

kembung, luka lambung, tidak ada nafsu makan, sampai pendarahan

lambung & saluran pembuangan. Sakit di daerah tempat

penyuntikan (IM), kemerahan, hematoma gatal, berkeringat, reaksi

sensitifitas : Syok anafilaksis

Peringatan : Pasien dengan riwayat pendarahan lambung sebelumnya, Pasien yg

menerima dosis obat > 90mg/hari. Pasien dengan gangguan fungsi

ginjal (serum kreatinin tinggi), gangguan fungsi hati & jantung,

Pasien yg sedang menggunakan obat diuretik, kortikosteroid, anti-

koagulan, pasien dewasa dengan BB<50Kg dosis harus diturunkan

50%, pasien dengan kondisi terjadinya retensi cairan. Pasien sedang

menggunakan obat-obat yang berinteraksi dengan Ketorolac dosis

harus diturunkan 50% .

Page 5: Bab III. Obat

Interaksi obat : Obat satu golongan NSAID meningkatkan konsentrasi plasma

sehingga meningkatkan efek samping (kumulatif/akumulasi), Obat

antikoagulan & antitrombosis, meningkatkan risiko pendarahan.

Obat yg terikat pada protein plasma: menggeser ikatan dengan

protein plasma, sehingga kemungkinan dapat meningkatkan efek

samping.

3.9 PRONALGES SUPP

Komposisi : Ketoprofen 100 mg/suppositoria.

Golongan : Anti inflamasi non steroid.

Indikasi : Penanganan nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, ortopedi

dan nyeri karena kanker.

Kontraindikasi : Adanya riwayat gatal-gatal, angioedem, bronchospasme, rhinitis

berat, atau syok oleh Aspirin atau golongan AINS lain.

Efek Samping : Mengantuk, lelah, sakit kepala, keluhan saluran cerna, tukak

peptik, mual, diare, sakit pada bagian abdomen, sembelit,

kembung, tidak ada nafsu makan, mulut kering, gastritis,

pankreatitis, sampai pendarahan pada saluran cerna.

Dosis : Penyakit inflamasi : dosis awal untuk penanganan gejala

rheumatoid arthritis dan osteo arthritis akut maupun kronis adalah

75mg, 3 x sehari atau 50 mg 4 kali sehari atau kapsul lepas lambat

200mg sekali sehari.

Pasien dengan gangguan fungsi ginjal & hati : Untuk Pasien

dengan kerusakan ginjal/hati sedang, dosis tertinggi sehari adalah

150mg. Untuk Pasien dengan kerusakan ginjal/hati berat (kadar

creatinin clearence <25mL/mnt per 1.73m2 atau konsentrasi

albumin <3.5g/dL, dosis tertinggi 100mg.

Mekanisme : Menghambat sintesa prostaglandin dengan cara menghambat kerja

enzym cyclooxygenase (COX), COX-1 & COX-2 pada jalur

arachidonat tidak melalui jalur opiate

Interaksi : Obat Diuretik : Meningkatkan risiko kerusakan ginjal

AINS : Meningkatkan efek samping

Probenesid : meningkatkan toksisitas Ketorolac.

3.10 TRAMADOL

Page 6: Bab III. Obat

Kelas terapi : Analgesik non narkotik, Antipiretik, Antiinflamasi Nonsteroid,

Antipirai

Indikasi : Nyeri sedang sampai berat, nyeri setelah operasi

Dosis : Nyeri kronis sedang sampai berat yg tidak memerlukan efek

analgesik yang cepat, awal 25 mg/hari kemudian dinaikkan 25 mg

per 3 hari hingga 25 mg 4x sehari. Maksimum 400 mg. Sesudah itu

dapat dinaikkan sesuai toleransi dan kebutuhan: 50mg setiap 3 hari

hingga 50mg 4 x sehari.

Untuk efek yg cepat: 50–100 mg setiap 4–6 jam, jika perlu

(maksimum 400 mg/hari).

Pasien dengan gangguan ginjal dan hati dosis disesuaikan dengan

mengurangi frekuensi pemberian.

Dewasa dan anak diatas 12 th, secara im, iv atau iv infuse : 50-100

mg setiap 4-6 jam. Post operative pain : 100 mg, kemudian 50 mg

setiap 10-20 menit, max 600 mg sehari.

Kontraindikasi : Pasien hipersensitivitas, depresi napas akut, peningkatan tekanan

kranial atau cedera kepala.

Efek samping : Sistem saraf : pusing, vertigo (paling sering terjadi, > 26% pasien),

stimulasi SSP: anxietas, agitasi, tremor, gangguan, koordinasi,

gangguan tidur,eforia dll (>7% pasien). Pencernaan : konstipasi,

mual (>24% pasien), muntah (>9% pasien), nyeri perut, anore.

Interaksi obat : SSRIs & MAO inhibitor : Tramadol dapat meningkatkan resiko

terjadi efek samping, seperti serotonin sindrom (nyeri dada,

takikardia, tremor, bingung) & kejang.

Warfarin oral : Efek warfarin meningkat.

Depresan sistem saraf pusat (alkohol, anestetik, fenotiazin, agonis

opioid, sedatif, hipnotik, analgesik yg bekerja di pusat): potensiasi

efek depresi pernapasan & depresi saraf pusat.

Peringatan : Kejang dapat terjadi pada dosis yang direkomendasikan, resiko

meningkat pada pasien yang mempunyai riwayat epilepsi,

penggunaan bersama dgn SSRIs, MAO inhibitor.

3.11 RANITIDINE

Page 7: Bab III. Obat

Kelas terapi : Antiulkus, antagonist H2.

Mekanisme aksi : Menghambat secara kompetitif histamin pada reseptor H2 sel-sel

parietal lambung, yang menghambat sekresi asam lambung; volume

lambung dan konsentrasi ion hidrogen berkurang. Tidak

mempengaruhi sekresi pepsin, sekresi faktor intrinsik yang

distimulasi oleh penta-gastrin, atau serum gastrin

Indikasi : Terapi jangka pendek dan pemeliharaan untuk tukak lambung, tukak

duodenum, tukak ringan aktif. Terapi jangka pendek dan

pemeliharaan untuk refluks gastroesofagus dan esofagitis erosif.

Terapi jangka pendek dan pemeliharaan kondisi hipersekresi

patologis. Sebagai bagian regimen multiterapi eradikasi H. pylori

untuk mengurangi risiko kekambuhan tukak.

Dosis : Refluks gastroesofagus dan esofagitis erosif : IV:2-4 mg/kg/hari

dibagi tiap 6-8 jam, max : 150 mg/hari atau sebagai suatu alternatif

infus kontinu:dosis awal:1 mg/kg/dosis untuk satu dosis diikuti oleh

infus 0,08-0,17 mg/kg /jam atau 2-4 mg/kg/hari.

Eradikasi H. Pilori, IM:50 mg tiap 6-8 jam;IV:intermittent bolus

atau infus:50 mg tiap 6-8 jam; Infus IV kontinu:6,25 mg/jam.

Kontra Indikasi : Hipersensitivitas terhadap ranitidin atau bahan-bahan lain dalam

formulasi.

Efek samping : Terbatas dan tidak berbahaya: aritmia, vaskulitis, pusing,

halusinasi, sakit kepala, confusion, mengantuk, vertigo, eritema

multiforme, kemerahan, pankreatitis, anemia haemolitic acquired,

agranulositosis, anemia aplastik, granulositopenia, leukopenia,

trombositopenia, pansitopenia, gagal hati, anafilaksis, reaksi

hipersensitivitas

Interaksi obat : Meningkatkan efek/toksisitas gentamisin (blokade neuromuskuler),

glipizid, glibenklamid, midazolam (meningkatkan konsentrasi).

Antasida dapat mengurangi absorpsi ranitidin. Absorpsi ketokonazol

dan itrakonazol berkurang; dapat mengubah kadar prokainamid dan

ferro sulfat dalam serum, mengurangi efek nondepolarisasi relaksan

otot, cefpodoksim, sianokobalamin (absorpsi berkurang), diazepam

dan oksaprozin, mengurangi toksisitas atropin.

3.12 OMZ (OMEPRAZOLE)

Page 8: Bab III. Obat

Golongan : Pompa Proton Inhibitor.

Indikasi : Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak duodenum karena

H.pylori, sindrom Zollinger-Ellison, penguranggan asam

lambung selamaanastesi umum, refluks gastoesofagus, dispepsia

karena asam lambung.

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap Omeprazol.

Efek Samping : sakit kepala, diare dan kemerahan pada kulit. Efek samping yang

lain meliputi gatal, pusing, konstipasi, mual, muntah, kembung,

nyeri pada perut / abdomen, mulut kering.

Dosis : Dosis dewasa : peroral untuk tukak duodenal dan tukak lambung

(termasuk komplikasi terapi AINS) 20 mg sekali sehari selama 4

minggu pada tukak doudenum atau 8 minggu untuk tukak

lambung.

Gastroesophageal reflux disease, 20 mg sekali sehari hingga 4

minggu. Stress ulcer, profilaksis, dosis awal 40 mg per oral atau

nasogastric. Stress ulcer, penjagaan, 20-40 mg per oral atau

nasogastric sekali sehari.

Mekanisme Aksi : Omeprazol merupakan penghambat pompa proton yang selektif

dan irreversible. Omeprazol menekan sekresi asam lambung

dengan menghambat sistem enzim Hidrogen-Kalium ATPase

pada permukaan sel parietal. Efek penghambatan ini terkait

dengan dosis. Penghambat pompa proton dapat meningkatkan

risiko infeksi gastrointestinal karena efek penekanan sekresi

asam.

Interaksi Obat : Mengurangi absorbsi ketokonazol, itraconazol, di mana

absorbsinya tergantung pada asam lambung.

Peringatan : Gunakan dengan hati-hati pada pasien gangguan hati

3.13 PRIMPERAN SUPP

Komposisi : MetoklopramidHCl 10mg/2ml

Indikasi : Gangguan motilitas lambung, khususnya stasis lambung, refluks

gastroesofagus

Dosis : Dewasa oral 10 mg 30 menit sebelum makan dan sebelum tidur

malam selama 2-8 minggu. IV:10 mg selama 1-2 menit (untuk

Page 9: Bab III. Obat

gejala yang parah); pemberian terapi IV selama 10 hari dapat

diperlukan untuk memperoleh respon terbaik. Dosis lansia: IV:

dosisawal 5 mg selama 1-2 menit, dinaikkan sampai dengan 10 mg

bilap perlu. Refluks gastroesofagus: Dewasa : oral 10-15 mg/dosis

sampai dengan 4 kali/hari 30 menit sebelum makan dan sebelum

tidur malam; dosis tunggal 20 mg kadang-kadang diperlukan untuk

situasi mendesak. Lansia : oral : dosis awal:5 mg 4 kali sehari (30

menit sebelum makan dan sebelum tidur malam), dosis dinaikkan

menjadi 10 mg 4 kali per hari bila tidak ada respon pada dosis yang

lebih rendah.

Efek Samping : Efek samping yang lebih umum/parah terjadi pada dosis yang

digunakan untuk profilaksis emetic kemoterapi. Lebih 10% efek

pada system saraf pusat : kelelahan, mengantuk, gejala

ekstrapiramidal (sampai dengan 34% pada dosis tinggi 0,2% pada

dosis 30-40 mg/hari); efek gastrointestinal:diare (mungkin bersifat

dose-limiting); neuromuscular dan skeletal : kelemahan. 1-10% :

efek pada system saraf pusat:insomnia, depresi, kebingungan,

sakitkepala; dermatologis: kemerahan; endokrin dan metabolik: rasa

sakit dan panas pada payudara (breast tenderness), stimulasi

prolaktin; gastrointestinal : mual, xerostemia.

Interaksi obat : Analgesik opiat dapat meningkatkan depresi sistem saraf pusat.

Metoklopramid dapat meningkatkan resiko atau gejala

ekstrapiramidal bila digunakan bersama-sama dengan obat

antipsikosis. Obat-obat antikolinergis melawan kerja

metoklopramid..

Mekanisme Aksi : Memblok reseptor dopamine dan (bila diberikan pada dosis yang

lebih tinggi) juga memblok reseptor serotonin di chemoreceptor

trigger zone di system saraf pusat; meningkatkan respon jaringan di

saluran pencernaan atas terhadap asetilkolin sehingga meningkatkan

motilitas dan kecepatan pengosongan lambung tanpa menstimulasi

sekresi pankreas, bilier, atau lambung.

3.14 LASIX

Komposisi : Furosemid

Page 10: Bab III. Obat

Kelas Terapi : Diuretik loop

Indikasi : Hipertensi, edema yang berhubungan dengan CHF, sirosis hati,

gangguan ginjal

Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap sulfonilurea; anuria

Efek Samping : anoreksia, mual, muntah, diare, iritasi lambung, konstipasi,

vertigo, sakit kepala, pusing, demam.

Dosis : Hipertensi : dewasa; PO 40 mg bid. CHF dan Chronic Renal

Failure : dewasa; PO 2 sampai 2,5 g/hari

Edukasi : Peringatkan pasien untuk menggunakan obat pada pagi hari untuk

menghindari gangguan tidur dan minum bersama makanan atau

susu untuk menghindari gangguan GI, sarankan pasien untuk

memakan makanan kaya kalium (seperti, kentang, pisang, pokat,

jeruk, semangka), sarankan pasien untuk mengontrol tekanan

darah, sarankan pasien untuk menghindari paparan sinar matahari

dan untuk menggunakan sunscreen atau pakaian pelindung untuk

menghindari reaksi fotosensitif, peringatkan pasien untuk tidak

menggunakan aspirin atau otc tanpa konsultasi dokter

Mekanisme

Aksi

: menghambat rearbsorbsi sodium dan klorida pada tubulus

proksimal dan tubulus distal dan lengkung henle

Pemberian : Pemberian oral dengan makanan untuk mencegah iritasi lambung,

berikan pada pagi hari untuk menghindari gangguan tidur,

3.15 AMLODIPIN

Kelas Terapi : Obat Kardiovaskuler

Indikasi : Pengobatan hipertensi, pengobatan gejala angina stabil kronik,

angina vasospastik (angina Prinzmetal- kasus suspek atau telah

dikonfirmasi), pencegahan hospitalisasi karena angina dengan

penyakit jantung koroner (terbatas pada pasien gagal jantung).

Dosis : Dewasa : Hipertensi : dosis awal 5 mg sekali sehari, dosis

maksimum 10 mg sekali sehari.

Anak-anak : Hipertensi : 2.5-5 mg sekali sehari.

Angina : dosis pemeliharaan 5-10 mg, gunakan dosis yang lebih

rendah pada pasien lanjut usia dan pasien dengan gangguan hati,

Page 11: Bab III. Obat

umumnya diperlukan dosis 10 mg untuk mencapai efek yang

mencukupi. Hipertensi : 2.5 mg sekali sehari.

Mekanisme Kerja: Menghambat influks Ca2+ melalui saluran kalsium tipe-L yang

sensitif terhadap tegangan di otot polos arteriol yang akhirnya

menyebabkan relaksasi otot polos dan tahanan vaskular perifer.

Efek Samping : Vasodilatasi yang berlebihan yang ditandai dengan pusing,

hipotensi, sakit kepala.

Interaksi Obat : Amlodipin meningkatkan efek dari aminofilin, flufoksamin,

meksiletin, mirtazipin, ropinirol, teofilin, trifluoroperazin dan

substrat CYP1A2 lain. Efek amlodipin dapat ditingkatkan oleh

antifungi golongan azol, klaritromisin, diklofenak, doksisiklin,

eritromisin, imatinib, isoniazid, nefodazon, nikardipin, propofol,

inhibitor protease, kuinidin, telitromisin, verapamil dan substrat

inhibitor CYP3A4 lain.

Peringatan : Penggunaan dengan perhatian dan titrasi dosis untuk pasien dengan

penurunan fungsi ginjal dan fungsi hati, digunakan hati-hati pada

pasien gagal jantung kongestif, sindrom sick sinus sitis, disfungsi

ventrikel kiri yang parah, kardiomiopati hipertrofi, terapi penyerta

dengan beta bloker atau digoksin, edema, atau peningkatan tekanan

intrakranial dengan tumor otak, pada lansia mungkin dapat

mengalami hipotensi atau konstipasi.

3.16 VALSARTAN

Indikasi : Hipertensi, infark miokardiak dengan kegagalan fungsi ventrikel kiri

atau disfungsi sistolik ventrikel kiri. Obat ini digunakan sebagai

alternatif bagi pasien yang tidak dapat meneruskan pengobatan

dengan ACE inhibitor karena batuk persisten.

Dosis : Hipertensi, biasanya 80 mg sekali sehari (pasien usia lanjut lebih

dari 75 tahun, gangguan fungsi hati ringan sampai sedang,

kerusakan ginjal sedang sampai berat, penurunan volume

intravaskular, dosis awal 40 mg sekali sehari)

Mekanisme Kerja: Memblok reseptor AT-II dengan efek vasodilatasi.

Efek Samping : Hipotensi simptomatik termasuk pusing dapat terjadi, terutama pada

pasien dengan penurunan volume intravaskular (seperti penggunaan

Page 12: Bab III. Obat

dosis tinggi diuretik,hiperkalemia kadang-kadang

terjadi;angioedema).

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap valsartan atau komponen lain dalam sediaan,

hipersensitif terhadap semua antagonis reseptor angiotensin II,

kehamilan, menyusui, gangguan fungsi hati yang berat , sirosis,

obstruksi empedu, fatigue, diare jarang terjadi, sakit kepala,

epistaksis: trombositopenia, arthralgia, myalgia, gangguan rasa

(pengecapan), neutropenia.

Interaksi Obat : Efek sitokrom P450: menghambat CYP2C8/9 (lemah), kadar

valsartan dalam darah ditingkatkan oleh simetidin dan monoksidin ;

efek klinik tidak diketahui. Penggunaan bersama garam/suplemen

kalium, ko-trimoksazol (dosis tinggi), inhibitor ACE dan diuretik

hemat kalium (amilorid, spironolakton, triamteren) dapat

meningkatkan resiko hiperkalemia. Menurunkan efek: fenobarbital,

ketokonazol, troleandomisin, sulfafenazol.

3.17 FARMADRAL

Komposisi : Propanolol HCl

Kelas Terapi : Beta bloker

Indikasi : Terapi hipertensi, angina pectoris, ansietas takikardia, disaritmia

jantung, kardiomiopati obstruktif hipertrofi dan tremor esensial.

Profilaksis setelah infark miokard akut, migren, dan angina

pectoris. Terapi tambahan dari tirotoksikosis.

Kontraindikasi : Blok AV derajat 2 dan 3, syok kardiogenik, riwayat

bronkospasme, dan asidosis metabolic.

Efek Samping : Gangguan gastrointestinal, leleah, bradikardia, purpura, ruam kulit

Dosis : Hipertensi : 20 mg 3 x sehari, ditingkatkan setelah 3 hari menjadi

40 mg 3-4 x sehari.

Peringatan : Gagal jantung, diabetes mellitus, hipertiroid

Mekanisme Aksi : Beta bloker adrenergik non selektif (antiaritmia kelas II),

memblok secara kompetitif respon terhadap stimulasi alfa bloker

dan beta bloker adrenergik yang akan menghasilkan penurunan

denyut jantung, kontraktilitas jantung, tekanan darah dan

Page 13: Bab III. Obat

kebutuhan oksigen pada jantung

Interaksi Obat : Beta bloker dapat menaikkan efek dari kontrasepsi oral,

flekainida, haloperidol (efek hipotensi), simetidin, hidralazin,

fenotiazin, hormon tiroid (ketika pasien hipotiroid masuk dalam

keadaan euthyroid).

Garam Aluminium, kalsium, kolestiramin, kolestipol, anti

inflamasi non steroid, penisilin (ampisilin), salisilat dan

sulfinpirazon menurunkan efek dari ß bloker dan juga menurunkan

bioavalibilitas dan level plasma.

3.18 KALNEX

Golongan : Hemostatik/ antifibrinolitik

Komposisi : Asam traneksamat 50 mg/5 mL, 100 mg/mL amp

Indikasi : Pendarahan abnormal pasca operasi

Dosis : Dewasa: amp 0,5-1g atau 10-15 mg/kgBB 2-3x/hari

Perhatian : Terbentuknya bekuan intravaskular aktif, perdarahan subaraknoid,

hematuria, dan gangguan fungsi ginjal, hamil dan laktasi.

Kontraindikasi : Riwayat tromboemboli, riwayat perdarahan subaraknoid, buta

warna, gangguan fungsi ginjal berat.

Efek samping : Gangguan GI, komplikasi tromboemboli, ruam, dan erupsi kulit,

pruritus, lesi vesikobulosa, buta warna.

Mekanisme aksi : Menghambat aktivasi plasminogen sehingga pembentukan plasmin

tidak terjadi. Sebagai antifibrinolitik yang menghambat pemutusan

benang fibrin, asam traneksamat digunakan untuk profilaksis dan

pengobatan pendarahan yang disebabkan fibrinolisis yang

berlebihan dan angiodema hereditas.

Interaksi obat : Potensi pembentukan trombus dapat ditingkatkan oleh estrogen;

efek antifibrinolitik dihambat oleh senyawa trombolitik, jangan

diberikan ke dalam darah tranfusi, atau injeksi yang mengandung

penisilin

3.19 VITAMIN K

Page 14: Bab III. Obat

Mekanisme kerja: Meningkatkan sintesa protombin aktif (factor II) pada hepar,

prokonfertin (factor VIII), komponen tromboplastin plasma (factor

IX) dan factor Stuart (factor X).

Indikasi : Manajemen pada gangguan koagulasi yang disebabkan kegagalan

formasi dari factor II, VII, IX, dan X saat defisiensi vitamin K atau

terganggunya aktivitas vitamin K.

Parenteral : terapi hipoprotrombinemia sekunder pada kondisi

keterbatasan dalam penyerapan maupun sintesa vitamin K dan pada

terapi hemoragik pada bayi baru lahir.

Oral: terapi antikoagulan-induksi defisiensi protrombin, terapi

hipoprotrombin sekunder terhadap terapi salisilat maupun terapi

antibakteri.

Rute dan dosis : Dewasa dan anak-anak : po/sc/im 2,5 hingga 10 mg (dewasa, di atas

25 mg untuk pendarahan yang serius, jarang, 50 mg), dapat

diberikan dosis berulang secara oral berdasarkan respon yang

diberikan selama 6 hingga 8 jam atau 12 hingga 48 jam. Hindarai

penggunaan lewat rute oral, bila dapat mengganggu absorbs vitamin

K.

Interaksi Obat : Anti koagulan oral : member efek antagonis terhadap vitamin K,

terutama pada pasien dengan gangguan hati.

Efek samping : Kardiovaskular : hipotensi, cyanosis. SSP : sakit kepala, pusing.

Kulit : ruam, kemerahan. Hati : hiperbilirubinemia pada bayi baru

lahir. Lainnya : reaksi anafilaksis, nyeri, pembengkakan dan nyeri

pada tempat suntikan; kematian setelah suntikan IV.

Peringatan : Antikoagulan: pasien mengalami refrakter pada dosis yang besar.

Pendarahan: pemberian vitamin K tidak secara langsung

memberikan efek koagulan.Gangguan fungsi hati: Memberikan

vitamin K untuk hypoprothrombinemia yang terkait dengan hepatitis

berat atau sirosis lanjut dapat menekan konsentrasi protrombin.

3.20 VITAMIN C

Indikasi : Sariawan, Mencegah dan mengobati flu, Untuk meningkatkan

ekskresi besi selama pemberian deferoxamine (bukti terbatas).

Beberapa indikasi lain namun belum terbukti dengan studi klinis

Page 15: Bab III. Obat

yang terkontrol baik : hematuria, perdarahan retina, status

perdarahan, dental caries, pyorrhea, infeksi gusi, anemia, jerawat,

infertilitas, atherosclerosis, depresi mental, peptic ulcer, TBC,

disentri, kelainan kolagen, kanker, fraktur, ulcer kaki, toksisitas

levodopa, toksisitas succinylcholine, toksisitas arsenik, bahan

mukolitik.

Efek Samping : Non toksik. 1% - 10% Renal : hyperoxaluria ( kejadian tergantung

dosis) < 1% :Pusing, faintness, fatigue, flank pain, sakit kepala.

Interaksi obat : Meningkatkan efek / toksisitas : asam askorbat meningkatkan

absorpsi besi dari saluran cerna. Bila asam askorbat diberikan

bersama kontrasepsi oral maka akan meningkatkan efek kontrasepsi

Menurunkan efek : asam askorbat dapat menurunkan level

fluphenazine, asam askorbat bila diberikan dengan warfarin maka

akan menurunkan efek antikoagulan.

3.21 TROMBOPHOB

Komposisi : Heparin 20.000 IU/gel

Indikasi : Flebitis superfisialdengan/ tanpa trombis, varikosis, kongesti vena

pada ekstremitas, cedera karena olahraga dan kecelakaan,

kontusio, tendovaginitis, hematoma.

Kontraindikasi : Luka terbuka, ulkus, mukosa kulit

Efek Samping : Reaksi alergi

Dosis : Oleskan sehari 2-3 kali

3.22 KCL / KSR

Kandungan : Kalium Klorida

Kelas Terapi : Obat kardiovaskular

Indikasi : Mengatasi kekurangan/penurunan kadar kalium darah.

Penggantian kehilangan kalium terutama diperlukan :

1. Pada penggunaan digoksin atau obat-obatan anti arrhytmia,

hal ini karena kekurangan kalium dapat menginduksi

aritmia

2. Pada pasien dengan hiperaldosteronis sekunder, misalnya

stenosis arteri ginjal, sirosis hati, sindrom nefrotik dan

Page 16: Bab III. Obat

gagal jantung yang berat

Kalium juga diberikan untuk mengatasi kekurangan kalium pada

penderita lanjut usia karena asupan kalium yang kurang memadai

(lihat peringatan pada insufisiensi ginjal).Selain itu juga

diperlukan selama penggunaan obat jangka panjang yang

diketahui dapat menginduksi kehilangan kalium(seperti

kortikosteroid). Suplemen kalium jarang diperlukan pada

penggunaan dosis rendah diuretik pada pengobatan hipertensi;

untuk mencegah terjadinya hipokalemia pada penggunaan diuretik

seperti furosemid atau tiazida untuk menghilangkan oedema, lebih

direkomendasikan penggunaan diuretik hemat kalium dari pada

memberikan penambahan suplemen kalium pada obat-obat

tersebut. Kekurangan kalium sering berhubungan dengan

kekurangan klorida dan metabolik alkalosis dan gangguan ini

memerlukan perbaikan.

Kontraindikasi : Kerusakan ginjal yang berat kadar plasma kalium diatas 5

mmol/L, Allergi terhadap obat , penyakit Addison’s, dehidrasi

akut, kadar serum kalium dalam darah tinggi

Efek Samping : Garam kalium menyebabkan mual dan muntah (gejala yang berat

dapat merupakan tanda obstruksi) sehingga rendahnya kepatuhan

pengobatan merupakan kendala utama efektifitas obat; jika

memungkinkan penggunaan diuretik hemat kalium lebih

dianjurkan (lihat juga diatas). Efek samping yang lain berupa

ulserasi pada oesophagus dan usus kecil. Efek samping yang

jarang terjadi skin rash

Dosis : Bila garam kalium diberikan untuk mencegah hipokalemia dosis

kalium klorida 2 – 4 g (kira-kira 25 – 50 mmol) tiap hari peroral

dapat diberikan pada pasien dengan diet normal.

Dosis yang lebih kecil harus digunakan bila terdapat insufisiensi

ginjal (biasanya terjadi pada penderita lanjut usia) bila tidak ada

bahaya hiperkalemia. Jika terdapat kekurangan kalium yang berat

dosis yang lebih besar dapat diberikan, jumlahnya tergantung dari

besarnya kehilangan kalium (diperlukan monitoring konsentrasi

Page 17: Bab III. Obat

plasma kalium dan kosultasi kepada ahlinya).

Mekanisme Aksi : Kalium merupakan kation utama pada cairan intraseluler dan

penting untuk konduksi impuls syaraf di jantung, otak dan otot

skeletal; kontraksi jantung, otot halus dan skeletal;

mempertahankan fungsi ginjal normal, keseimbangan asam basa,

metabolisme karbohidrat, dan sekresi lambung.

Peringatan : Penderita lanjut usia, kerusakan ginjal ringan sampai sedang

(diperlukan monitoring ketat) , intestinal stricture, riwayat peptic

ulcer , hiastus hernia (untuk sediaan lepas lambat). Penting:

berbahaya jika diberikan bersamaan dengan obat-obat yang dapat

meningkatkan kadar kalium plasma seperti diuretik hemat kalium,

inhibitor ACE Iatau siklosporin.

Interaksi Obat : Meningkatkan efek/toksisitas : diuretic hemat kalium, substitusi

garam, ACE inhibitor, siklosporin dan obat yang mengandung

kalium seperti garam kalium dari penisilin

3.23 ALPRAZOLAM

Indikasi : Pemakaian jangka pendek pada gangguan kecemasan, panik

dengan atau tanpa agorafobia (ketakutan di ruang terbuka),

kecemasan yang berkaitan dengan depresi.

Kontraindikasi : Depresi pernafasan, gangguan hati berat, kondisi fobia dan

obsesi, psikosis kronik, serangan asma akut, trimester pertama

kehamilan, bayi prematur, tidak boleh digunakan sendirian pada

depresi atau ansietas dengan depresi. Hipersensitif terhadap

alprazolam atau komponen-komponen lain dalam sediaan.

Efek Samping : Mengantuk, lelah, sakit kepala, gangguan otot, gangguan

ingatan, ketergantungan, amnesia, peningkatan/penurunan selera

makam, mulut kering.

Dosis : Oral ; dewasa ; ansietas dosis efektif 0,5-4 mg/hari dibagi dalam

2 dosis, direkomendasikan mulai dengan 0,25-0,5 mg 3 kali

sehari, naikkan dosis bertahap, maksimum 4 mg/hari.

Mekanisme : Berikatan dengan reseptor benzodiasepin pada saraf post sinap

GABA di beberapa tempat di SSP, termasuk sistem limbik dan

formattio retikuler. Peningkatan efek inhibisi GABA

Page 18: Bab III. Obat

menimbulkan peningkatan permiabilitas terhadap ion klorida

yang menyebabkan terjadinya hiperpolarisasi dan stabilisasi.

Interaksi : Menguatkan efek depresi SSP analgetik narkotik

Alprazolam meningkatkan konsentrasi plasma imipramin

Verapamil meningkatkan efek alprazolam

Merokok menurunkan konsentrasi alprazolam sampai 50

%.

Makanan tinggi lemak, 2 jam sebelum pemberian bentuk

lepas terkendali dapat memperpanjang Cmaks sampai 25 %

Sedangkan pemberian segera sesudah makan akan

menurunkan Tmaks, bila makanan diberikan ≥1 jam

sesudah pemberian obat T maks akan meningkat 30 %.

3.24 DIGOXIN

Indikasi : Gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama atrial fibrilasi)

Kontraindikasi : Blok AV derajat II, supraventricular arrhytmias yang disebabkan

oleh Wolff-Parkinson-White Syndrome, takikardia ventricular

atau fibrilasi, hypertropic obstructive cardiomyopathy

Efek Samping : Biasanya berhubungan dengan dosis yang berlebih, termasuk :

anoreksia, mual , muntah, diare, nyeri abdomen, gangguan

penglihatan, sakit kepala, rasa capek, mengantuk , bingung,

delirium, halusinasi, depresi ; aritmia, heart block ; jarang terjadi

rash, isckemia intestinal ; gynecomastia pada penggunaan jangka

panjang , trombositopenia

Dosis : Oral, untuk digitalisasi cepat, 1 – 1,5 mg dalam dosis terbagi, bila

tidak diperlukan cepat, 250 – 500 mikrogram sehari (dosis yang

lebih tinggi harus dibagi), Dosis pemeliharaan : 62,5 – 500

microgram sehari (dosis yang lebih tinggi harus dibagi)

disesuaikan dengan fungsi ginjal dan pada atrial fibrilasi ,

tergantung pada respon denyut jantung; dosis pemeliharaan

biasanya berkisar 125 – 250 mcg sehari (dosis yang lebih rendah

diberikan pada penderita lanjut usia) Pada kondisi emergensi,

loading dose (dosis muatan) diberikan secara infus intravena , 0,75

Page 19: Bab III. Obat

– 1 mg hingga paling sedikit 2 jam, kemudian dilanjutkan dosis

pemeliharaan melalui oral .

Mekanisme Aksi : Gagal jantung kongestif: menghambat pompa Na/K ATP0-ase

yang bekerja dengan meningkatkan pertukaran natrium-kalsium

intraselular sehingga meningkatkan kadar kalsium intraseluler dan

meningkatkan kontraktilitas.

Peringatan : infark jantung baru, sick sinus syndrome, penyakit tiroid, dosis

dikurangi pada penderita lanjut usia, hindari hipokalemia, hindari

pemberian intravena secara cepat (mual dan risiko arimia),

kerusakan ginjal

Interaksi Obat : Obat-obat berikut dihubungkan dengan peningkatan kadar darah

digoksin yang menunjukkan signifikansi klinik : famciclovir,

flecainid, ibuprofen, fluoxetin, nefazodone, simetidein, famotidin,

ranitidin, omeprazoe, trimethoprim.