bab iii metode penelitianrepository.utu.ac.id/837/2/-unlicensed-bab iii-vi.pdfmenuliskan resep obat...

21
32 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Rancangan Penelitian Penellitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif (Notoadmodjo, 2010), dengan menggunakan pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai Analisis perencanaan obat public dan perbekalan kesehatan berdasarkan analisis ABC indeks kritis. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dinas kesehatan Kabupatan Aceh Barat pada bulan Juli 2012 3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1. Informan Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 1 orang yaitu kepala gudang farmasi yang mengetahui program perencanaan obat public dan perbekalan kesehatan .jika pada saat penelitian informasi yang di dapat dirasa kurang mendukung maka akan dilakukan wawancara dengan pegawai yang terlibat dalam perencanaan obat. 3.3.2. Responden Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang. Responden terdiri dari dokter yang merupakan pihak yang terlibat langsung dalam menuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

32

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Rancangan Penelitian

Penellitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan

kuantitatif (Notoadmodjo, 2010), dengan menggunakan pendekatan studi kasus

yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai Analisis perencanaan obat

public dan perbekalan kesehatan berdasarkan analisis ABC indeks kritis.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dinas kesehatan Kabupatan Aceh Barat

pada bulan Juli 2012

3.3.Populasi dan Sampel

3.3.1. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 1 orang yaitu kepala

gudang farmasi yang mengetahui program perencanaan obat public dan

perbekalan kesehatan .jika pada saat penelitian informasi yang di dapat dirasa

kurang mendukung maka akan dilakukan wawancara dengan pegawai yang

terlibat dalam perencanaan obat.

3.3.2. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang. Responden

terdiri dari dokter yang merupakan pihak yang terlibat langsung dalam

menuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan

Page 2: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

33

33

dinas kesehatan Kabupaten Aceh Barat, diantaranya Puskesmas Johan Pahlawan,

Puskesmas Suak Ribee, Puskesmas Meureubo, Puskesmas Peureume, Puskesmas

Samatiga, Puskesmas Kajeung, Puskesmas Meutulang dan Puskesmas Kuta

Padang Layung.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara:

a. Melakukan wawancara dengan Kepala Gudang Farmasi untuk

mengetahui mengenai perencanaan obat publik.

b. Memberikan kuisioner kepada 10 orang dokter yang paling banyak

mengeluarkan resep untuk mendapatkan nilai kritisnya

Selanjutnya untuk mendapatkan data sekunder diperoleh dengan cara

melihat data perencanaan obat publik dan perbekalan kesehatan di Gudang

Farmasi Dinas Kesehatan Aceh Barat mulai Januari 2011-Desember 2011.

3.5. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung

tingkat pemakaian, tingkat biaya dan tingkat kekritisan dari obat publik dan

perbekalan kesehatan sehingga didapatkan penggolongan obat publik dan

perbekalan kesehatan berdasarkan hasil analisis ABC indeks kritis. Penggolongan

akan terdiri dari kelompok A, kelompok B, kelompok C.

Page 3: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

34

34

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data mengenai jumlah pemesanan optimal yang ekonomis

untuk obat publik dan perbekalan kesehatan kelompok A, dengan melihat biaya

perencana, pengadaan dan penyimpanan. Dengan mengetahui jumlah pemesanan

yang efektif dan ekonomis, maka dapat diketahui frekuensi pemesanan. Dalam

melakukan analisis ini diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Data dari obat publik dan perbekalan kesehatan dikelompokkan berdasarkan

jumlah pemakaian. Dimana kelompok A dengan pemakaian 70% dari

seluruh pemakaian, kelompok B dengan pemakaian 20% dari seluruh

pemakaian dan kelompok C dengan pemakaian 10% dari seluruh

pemakaian.

b. Langkah kedua dibuat pengelompokkan berdasarkan nilai investasi.

Kelompok A dengan nilai investasi 70% dari seluruh jumlah investasi,

kelompok B dengan investasi 20% dari seluruh nilai investasi dan kelompok

C dengan jumlah investasi 10% dari seluruh investasi.

c. Dibuat kuisioner untuk mendapatkan nilai kritis barang, dan diberikan

kepada dokter. Dokter yang diberikan kuisioner ditentukan dengan

pertimbangan bahwa dokter tersebut mengetahui perencanaan kebutuhan

obat publik dan perbekalan kesehatan. Doter tersebut diminta untuk

membuat klasifikasi obat kelompok obat publik dan perbekalan kesehatan

yang telah dibuatkan daftarnya, kriteria klasifikasi adalah sebagai berikut:

1. Kelompok X: merupakan obat yang tidak boleh diganti, dan harus selalu

tersedia dalam rangka proses perawatan pasien.

Page 4: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

35

35

2. Kelompok Y: merupakan obat yang dapat diganti walaupun tidak

memuaskan karena tidak sesuai dengan barang yang asli, dan

kekosongan kurang dari 48 jam masih bisa ditoleransi.

3. Kelompok Z: merupakan obat yang dapat diganti dan kekosongan lebih

dari 48 jam dapat ditoleransi.

4. Kelompok O: adalah obat yang dapat diklasifikasikan dalam kelompok

X, Y dan Z

Setiap kelompok barang di beri bobot sebagai berikut X=3, Y=2, Z=1

dan O=0. Nilai kritis setiap jenis barang didapat dengan menjumlahkan

nilai bobot dari semua responden dan selanjutnya di bagi dengan jumlah

responden.

d. Untuk mendapatkan analisis indek kritis ABC adalah dengan

menggabungkan ketiga nilai yaitu: nilai pemakaian, nilai investasi dan kritis.

masing masing nilai mepunyai 3 (tiga) yaitu kelompok A, kelompok B,

kelompok C. Kemudian ketiga nilai di gabungkan menjadi;

Indeks kritis =W1+W2+W3

Dimana:

W1: nilai kritis, dengan bobot 2

W2: nilai investasi, dengan bobot 1

W3: nilai pemakaian, dengan bobot 1

e. Kemudian di buat perkiraan kebutuhan obat Januari- Juli 2012 untuk obat

yang termakasud kelompok A dalam analisis indeks kritis ABC, dengan

menggunakan ``times series forecasting``. Data yang digunakan merupakan

Page 5: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

36

36

data pemakaian obat public dan perbekalan kesehatan dari Januari sampai

dengan Desember 2011.

f. Hasil perhitungan perkiraan kebutuhan bulan Januari–Juli 2012 yang

dilakukan dibandingkan uji statistic untuk melihat perbedaan yang

dilakukan peneliti dan dinas kesehatan.

g. Menghitung jumlah kebutuhan optimum obat public dan perbekalan

kesehatan kelompok A.

h. Menghitung jumlah obat public dan perbekalan kesehatan kelompok A

dimana saat harus memesan obat tersebut .

3.7.Definisi operasioanal

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Perencanaan

kebutuhan

obat publik

dan pembekalan

kesehatan

Dokumen yang

berisi daftar

semua jenis dan

jumlah setiap item obat publik

untuk PKD

yang direncanakan

Wawancara Daftar

pernyataan

1. Sesuai

ABC

2. Tidak

sesuai ABC

Ordinal

Data

Pemakaian

Jumlsh obat

publik dan

perbekalan kesehatan yang

digunakan

untuk \PKD

Telaah

dokumen

Daftar

Check list

Dalam Rupiah Nominal

Data harga Jumlah uang

yang harus

dibayarkan

untuk membeli

Telaah

dokumen

Daftar

Check List

Dalam Rupiah Nominal

Data

pengguna

Jumlah obat

yang digunakan

oleh puskesmas untuk pasien

Telaah

dokumen

Daftar

Check List

Dalam Rupiah Nominal

Page 6: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

37

37

Data item Nilai-nilai yang diberikan dokter

tentang kategori

obat, yaitu X,Y dan O

Telaah dokumen

Daftar check list

1. Sesuai ABC

2. Tidak

sesuai ABC

Ordinal

Obat Publik Semua jenis

obat yang

tercantum dalam daftar

obat publik dan

perbekalan kesehatan untuk

PKD yang

sesuai ketentuan

Direktur Bina Kefarmasian

dan alat

kesehatan departemen

kesehatan RI

yang masih berlaku pada

saat

pelaksanaan

penelitian

- - - -

Page 7: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

38

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Aceh Barat setelah pemekaran terletak pada geografis 040

06’-

040 47 Lintang Utara dan 95

0 52’-96

0 30’ Bujur Timur dengan luas wilayah

2.927.95 Km2

(292.795 Hektar). Kabupaten Aceh Barat terdiri dari 12 Kecamatan

dan berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Aceh Tengah dan Nagan Raya,

c. Sebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan

Kabupaten Nagan Raya

Dinas Kesehatan Kabupaaten Aceh Barat beralamat di jalan Imam Bonjol

No.101 Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat. Dinas Kesehatan

Kabupaten Aceh Barat mempunyai visi ”Menjadi Dinas Kesehatan yang mampu

memimpin usaha mencapai Aceh Barat Sehat 2015”. Sedangkan misi dari Dinas

Kesehatan Aceh Barat adalah sebagai berikut:

1. Mengerakkan pembangunan daerah yang berwawasan kesehatan.

2. Mendoromg kemandirian masyarakat untuk meningkatkan kesehatan

untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan yang bermutu, merata dan

menjangkau.

Page 8: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

39

39

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat serta lingkungan sekitar.

Adapun di Dinas Kesehatan Aceh Barat juga terdapat beberapa

Puskesmas, di antaranya: Puskesmas Johan pahlawan, Puskesmas Suak Ribee,

Puskesmas Meureubo, Puskesmas Drien Rampak, Puskesmas Peureume,

Puskesmas Samatiga, Puskesmas Kajeung, Puskesmas Metulang dan Puskesmas

Kuta Padang Layung. Dalam pembangunan kesehatan, Pemerintah menyediakan

pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau yang berkualitas. Demikian perlu

disediakan tenaga kesehatan yang berkualitas, biaya operasional kegiatan, sarana

fisik dan peralatan kesehatan, obat-obatan, perbekalan kesehatan dan kebutuhan

lainnya, untuk mendukung kegiatan program kesehatan yang berpihak kepada

masyarakat. Oleh karena itu Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat melakukan

penjabaran program kesehatan sebagai berikut:

1. Program Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat

3. Prgram Pengawasan Obat dan Makanan

4. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

5. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

6. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

7. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana

Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Jaringannya.

8. Program peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia

9. Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan

Page 9: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

40

40

10. Program Peningkatan Kesehatan Ibu Melahirkan dan Anak

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Proses Perencanaan Kebutuhan Obat

Perencanaan kebutuhan obat publik ini dilakukan di Dinas Kesehatan

Aceh Barat. Tahap pertama dari perencanaan ini adalah melakukan telaah

dokumen dibagian farmasi mengenai pemakaian obat publik dari bulan Januari

2011-Desembar 2011. Dari data tersebut didapat kelompok obat publik kelompok

A, kelompok B, dan kelompok C berdasarkan nilai pemakaian.

Tahap selanjutnya dimasukkan data harga obat dan pemakaian. Data ini

dimasukkan ke dalam komputer program Excel sehingga didapatkan Analisis

ABC berdasarkan investasi. Selanjutnya adalah dengan memasukkan indeks kritis

ke dalam komputer program Excel. Data ini akan didapatkan obat publik

kelompok A, kelompok B, dan kelompok C berdasarkan indeks kritis.

Data dari indeks pemakaian, indeks investasi dan indeks kritis

digabungkan dalam program Excel sehingga didapatkan nilai indeks kritis

kelompok A yang mempunyai nilai antara 9,5-12, kelompok B yang mempunyai

nilai indeks kritis antara 6,4-9,4 dan kelompok C dengan nilai indeks kritis antara

4,0-6,4.

Untuk mendapatkan nilai kritis peneliti membagikan kuisioner kepada

responden yang terdiri dari dokter-dokter di Puskesmas di lingkungan kerja Dinas

Kesehatan Aceh Barat yang terdiri dari 10 orang dokter

Kendala yang terjadi dalam perencanaan kebutuhan obat public ini adalah

dalam menentukan kekritisannya menjadi kelompok X, Y, Z dan oleh dokter

Page 10: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

41

41

sebagai pemakai, timbul kesulitan bagi para dokter karena sulit untuk dibedakan

sesuai pengelompokan tersebut. Akan ada peradaban yang sangat signifikan

antara setiap puskesmas karena obat yang dipakai di Puskesmas-Puskesmas

tersebut ada yang sangat spesifik sedangkan di pukesmas yang lain dianggap

kurang penting karena sangat jarang digunakan.

Selama ini perencanaan obat yang dilakukan di bidang Farmasi Dinas

Kesehatan Aceh Barat belum dilakukan dengan pengelompokan, seluruh obat

diperlakukan sama tanpa melihat dari jumlah pemakaiannya ataupun investasinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tentang perencanaan obat

adalah sebagai berikut :

“Untuk 2013 dilakukan dari 2012. Pembelian dilakukan akhir tahun yang bersangkutan

misalnya pada bulan Oktober tahun tersebut. Pembelian dilakukan melalui Kimia Farma,

yang menang tender. Yang terlibat dalam perencanaan seluruh bidang, berdasarkan

laporan kebutuhan dari puskesmas. Kendalanya ada obat-obat yang dibutuhkan tidak

tersedia lagi dipasaran untuk biaya tahun 2012 adalah 1 miliyar lebih dan setiap tahun

berubah-ubah. Pihak pemerintah terlibat dalam urusan tender namun tidak terlibat

langsung dalam perencanaan. Pengadaannya dilakukan sesuai kebutuhan satu tahun

kedepan.”

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa perencanaan obat

dilakukan setahun sebelum obat tersebut dibeli. Dalam melakukan perencanaan

melibatkan seluruh seksi di bawah bidang farmasi dinas kesehatan Aceh Barat,

setelah sebelumnya menerima laporan kebutuhan obat dari puskesmas-puskesmas

yang menjadi unit kerja Dinas Kesehatan Aceh Barat. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat siklus perencanaan pembelian obat di bawah ini.

Page 11: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

42

42

Gambar 4.1 siklus pembelian obat di Bidang Farmasi Dinkes Aceh Barat

Berdasarkan siklus tersebut dapat dilihat bahwa yang sangat berperan

dalam pembelian obat adalah di bidang farmasi namun tetap dikendalikan oleh

kepala dinkes untuk disetujui. Bagian rumah tangga berperan dalam pengadaan

obat untuk memesan obat ke pemasok. Adapun kendala yang ditemui dalam

perencanaan obat public di Dinkes Aceh Barat adalah

4.2.2 Hasil analisis berdasarkan ABC berdasarkan pemakaian

Hasil analisis berdasarkan nilai pemakain di dapatkan hasil sebagai berikut:

1. Kelompok A terdapat 22 jenis obat publikyang merupakan keseluruhan jenis

dengan pemakaian sebanyak 93.622 (55,89% dari pemakain keseluruhan).

BIDANG FARMASI

penerimaan

pengiriman

Pesanan ke pemasuk

Bagian keuangan

direktur

Bagian rumah tangga

Pemesanan obat

Page 12: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

43

43

2. Kelompok Bterdiri dari 25 jenis obat publik yang merupakan keseluruhan

jenis dengan dengan pemakaian sebanyak 35.222 (21,03% dari pemakaian

keseluruhan).

3. Kelompok C terdiri dari 68 jenis obat publik yang merupakan keseluruhan

jenis dengan pemakaian 38.650 (23,08% dari pemakaian keseluruhan).

Hasil penelitian pemakaian obat publik yang terdapat di dinkes Aceh

Barat dapat dilihat dalam tebel 4.1 berikut

Table 4.1 pengelompokan obat publik dengan analisis ABC berdasarkan

jumlah pemakaian Periode Januari 2011-Desember 2011

kelompok Jumlah item Jumlah pemakaian % pemakaian

A 22 93.622 55,89

B 25 35.222 21,03

C 68 38.650 23,08

total 115 167.494 100,00

Sumber : Dinkes Aceh Barat (2012)

4.2.3. Hasil analisis ABC berdasarkan nilai investasi terhadap obat publik

1. Kelompok A dengan nilai investasi 70,92% dengan biaya Rp 586.751.818

(lima ratus delapan puluh enam juta tujuh ratus delapan belas rupiah)

dengan jumlah item 22.

2. Kelompok B dengan nilai investasi 19,39% dengan biaya 160.411.843

(seratus enam puluh juta empat ratus sebelas ribu delapan ratus empat

puluh tiga rupiah) dengan jumlah item 25.

3. Kelompok C dengan nilai investsi 9,69% dengan biaya Rp.80.082.793

(delapan puluh juta delapan puluh dua ribu tujuh ratus sembilan puluh tiga

rupiah) dengan jumlah item 68

Page 13: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

44

44

Hasil penelitian pemakaian obat publik yang terdapat di bidang farmasi

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 hasil pengelompokan obat publikan dengan analisis ABC

berdasarkan nilai investasi periode Januari 2011- Desember 2011

kelompok Jlh item Jlh investasi % investasi

A 22 586.751.818 70,92

B 25 160.411.843 19,39

C 68 80.082.793 9,69

total 115 827.246.454 100,00

Sumber : Dinkes Aceh Barat (2012)

Dari analisis ABC berdasarkan investasi didapatkan kelompok A sebanyak

70,92%, kelompok B 19,39%, kelompok C 9,69%. Ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh sanderson (1982) yaitu 70-20-10.

Penanganan obat-obatan yang termasuk kelompok A harus diperhatikan

dengan ketat dimana diperlukan langkah-langkah yang dalam pelaksanaanya.

Karena uang yang berputar untuk item-item obat publik ini sangat berperan untuk

Dinkes maka sangat diharapkan harus dipantau pelaksanaannya sehingga tidak

terjadi kekurangan yang dapat mengakibatkan terlambatnya pelayanan di bidang

farmasi.

4.3 Pembahasan

Perencanaan obat merupakan satu tahap awal yang penting dalam

menentukan keberhasilan tahap selanjutnya, sebab tahap perencanaan berguna

untuk menyesuaikan antara kebutuhan pengadaan dengan dana yang tersedia

untuk menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tujuan perencanaan obat

Page 14: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

45

45

adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan pola penyakit

dan kebutuhan kesehatan dirumah sakit (Nabila, 2012).

Perencanaan obat sangat mempengaruhi ketersediaan obat di bidang

farmasi Dinas Kesehatan Aceh Barat, sebab perencanaan bertujuan untuk

menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan

kesehatan di puskesmas se-Kabupaten Aceh Barat agar tidak terjadi kosongan

maupun kelebihan obat. Apabila kebutuhan obat tidak direncanakan dengan baik

maka terjadi kekosongan yang akan mempengaruhi pelayanan serta kenyamanan

pasien dan kelebihan obat akan menyebabkan kerusakan obat dan merugikan

anggaran yang dipakai untuk obat tersebut. Hal inilah yang mendasari perlunya

dilakukan evaluasi dari perencanaan yang telah dibuat.

Evaluasi disini berdasarkan analisis ABC sehingga perencanaan obat dan

yang harus diadakan adalah obat yang sangat dibutuhkan Karena penggunaannya

banyak dan dapat memberikan nilai investasi tinggi bagi Dinas Kesehatan

Kabupten Aceh Barat.

Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yaitu kepala

gudang farmasi di Dinas Keshatan Kabupaten Aceh Barat tentang perencanaan

yang ada yaitu perencanaan dilakukan untuk menentukan jenis dan jumlah

kebutuhan obat. Perencanaan obat dibuat oleh petugas gudang farmasi di Dinas

Kesehatan Kabupaten Aceh Barat setiap bulan yang didasarkan pada kebutuhan

obat periode sebelumnya, dengan melihat pola penyakit dan jumlah kunjungan

yang ada setiap puskesmas.

Page 15: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

46

46

Data sekunder yang diperoleh berupa profil rumah sakit, profil intalasi

farmasi dan data pemakaian obat publik tahun 2012 berserta harga belinya yang

diperlukan dalam pengelolaan data analisa ABC. Data yang di gunakan untuk

membuat analisa ABC adalah data pemakaian obat publik selama periode bulan

Januari-Desember 2011. Dengan analisa ABC, jenis obat ini dapat

diidentifikasikan, untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut. Untuk mendapatkan nilai

indeks kritis dari obat tesebut peneliti membagikan kusioner kepada responden

yang terdiri dokter–dokter di pukesmas di lingkungan kerja Dinas Kesehatan

Aceh Barat yang terdiri dari 10 orang dokter .

Berdasarkan data yang di peroleh untuk hasil analisa ABC berdasarkan

pemakaian diperoleh yang termasuk dalam kelompok A terdapat 22 jenis obat

publik dengan nilai pemakaian sebanyak 96.622. kelompok B terdiri dari 25 jenis

obat publik dengan nilai pemakaian sebanyak 35.222, dan obat yang termasuk

dalam kelompok C terdiri dari 68 jenis obat publik dengan nilai pemakaian

38.650.

Sedangkan untuk analisis ABC berdasarkan nilai investasi diperoleh yang

termasuk dalam kelompok A terdapat 22 jenis obat publik dengan nilai investasi

sebanyak Rp.586.751.818,kelompok B terdiri dari 25 jenis obat yang termasuk

dalam kelompok C terdiri dari 68 jenis obat publik dengan nilai investasi

sebanyak Rp.80.082.793.

Perencanaan obat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Aceh Barat ini

dilakukan dengan melakukan stok opname setiap bulan belum dilakukan dengan

pengelompokan, semua obat di perlukan sama tanpa membedakan apakah obat

Page 16: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

47

47

tersebut biaya investasinya tinggi atau rendah. Oleh karena itu di Dinas Kesehatan

Aceh Barat jumlah obat yang di pesan tidak jauh berbeda antara kelompok A, B,

dan C.

Adapun waktu pemesanan kembali obat publik oleh Dinas Kesehatan

Aceh Barat dilakukan setiap minggu dengan waktu tunggu dua hari dan stok

pengamanan sebanyak 20% sehingga jarang terjadi kekosongan obat.

Page 17: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

48

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisi data dan pembahasan maka dapat di

ambil kesilpulan yaitu.

1. Dari hasil penelitian diperoleh hasil analisi ABC berdasarkan pemakaian yaitu

kelompok A terdiri dari 22 jenis obat publik dengan nilai pemakaian 93.622,

kelompok B terdiri dari 25 jenis obat publik dengan nilai pemakaian 38.650.

2. Dari hasil penelitian diperoleh hasil analisis abc berdasarkan nilai investasi

yaitu kelompok A terdiri dari 22 jenis obat public dengan nilai investasi

Rp.586.751.818, kelompok B terdiri dari 25 jenis obat publik dengan nilai

investasi Rp.160.411.843, dan kelompok C terdiri dari 68 jenis obat publik

dengan nilai investasi Rp.80.082.793.

3. Perencanaan obat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Aceh Barat dilakukan

dengan melakukan stok opname setiap bulan dan belum dilakukan dengan

pengelompokan, semua obat diperlukan sama tanpa membedakan apakah obat

tersebut biaya investasinya tinggi atau rendah.

4. Setelah dilakukan analisis ABC dan indeks krits terhadap 115 item obat

didapatkan obat publik yang jumlah investasinya besar, pemakaiannya banyak

sehingga kritis dalam persediannya. Obat publik harus menjadi perhatian

adalah yang kritis pemakaian, kritis secara investasi dan kritis menurut

pemakai obat publik tersebut.

Page 18: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

49

49

5. Dinas Kesehatan Aceh Barat melakukan pemesanan obat setiap minggu

dengan waktu tunggu dua hari dan stok pengaman sebanyak 20% sehingga

jarang terjadi kekosongan obat.

6. Dari 115 obat hanya 5 item yang harus di perhatikan dalam perencanaannya,

obat ini harus terjaga stoknya sehingga terjadi kekosongan akan sangat

merugikan dinas kesehatan.

7. Dari keseluruhan penelitian ini ternyata apabila diterapkan dinas kesehatan

akan dapat mengurangi anggaran dan tenaga, tetapi akan ada keterbatasan

dimana dalam melakukan nilai kritis oleh pemakai dengan item obat yang

demikian banyak dapat terjadi ketidaktepatan dalam menentukan kritis oleh

pemakai karena dokter yang berasal dari beragam puskesmas dan menganggap

obat yang biasanya dipakai di klinik tersebut penting sehingga perbedaan

antara pukesmas yang satu dengan yang lain nilai kritisnya berbeda.

5.2. Saran

1. Perencanaan obat Dinas Kesehatan Aceh Barat sebaiknya dilakukan dengan

pengelompokan sehingga tidak akan memakan waktu,tenaga dan menghemat

anggaran.

2. Dalam penentuan jenis obat di dinas kesehatan yang berperan adalah dokter

dangan apoteker sehingga obat yang dibutuhkan di pukesmas selalu ada, dan

obat yang disediakan tidak akan terbuang percuma karena tidak digunakan.

3. Dari analisis ABC dan indeks kritis ABC rata-rata pergerakan obat sudah

bagus, hanya ada berberapa item yang kurang bergerak. Hal ini harus menjadi

Page 19: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

50

50

perhatian agar investasi yang dilakukan tidak mengganggu pelayan kesehatan

dan tempat penyimpanan obat di gudang farmasi.

4. Dalam hal pemesanan obat telah dilakukan dengan baik tetapi disarankan agar

dinas kesehatan memperhatikan stok minimal sehingga tidak terjadi kelebihan

atau kekosongan obat.

5. Agar dilakuakan penelitian lebih lanjut mengenai anggaran yang dapat

dihemat jika perencanaan dengan menggunakan metode ABC sehingga efektif

dari metode ini beguna bagi dinas kesehatan.

Page 20: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

51

51

DAFTAR PUSTAKA

Azrul, Azwar. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depkes RI.2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor :1426/Menkes

/SK/XI/2002 tanggal 21 Nopember 2002 tentang Pedoman Pengelolaan

Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan.

Depkes 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI.No.128/SK/II/2004 tgl 10

Februari 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

Depkes 2004. Pedoman Pengelolaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan Di

Pukesmas. Jakarta ; Ditjen Yanfar dan Alkes.

Depkes 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1330/Menkes /SK/IX/2005

tanggal 8 September 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Program

Pelayanan Kesehatan Di Pukesmas, Rujukan Rawat Jalan Dan Rawat Inap

Kelas III Rumah Sakit Dijamin Pemerintah.

Dinkes Kabupaten Aceh Barat 2012. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh

Barat. Meulaboh; Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat .

Ditjen Yanfar Dan Alkes 2005 . Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.1412/Menkes/SK/XI/2012 tanggal 20 November 2002 tentang

Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan

Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar. (PKD)

Erna, Kristin .o3 Agustus 2002 .Dasar –Dasar Perencanaan Kebtuhan

Obat.(Makalah Seminar) Yogjakarta : Pusat Manajemen Pelayanan

Kesehatan Fakultas Kedoteran UGM.

Faiq, Bahfen ,2006. Peraturan dalam Produksi dan Peredaran Obat. Jakarta: Hecca

Mitra Utama.

Gede AA, Muninjaya.2004. Manajemen Kesehatan . Penerbit buku kedokteran

EGC Universitas Udayana.

Hani. Handoko .2003. Manajemen, Yogyakarta;UGM.

Hasbullah.Thabrany.2005. Pedoman Kesehatan dan Alternatif mobilisasi Dana

Kesehatan di Indonesia. Jakarta; Raja Grafindo Persada.

Page 21: BAB III METODE PENELITIANrepository.utu.ac.id/837/2/-Unlicensed-BAB III-VI.pdfmenuliskan resep obat public, yaitu dokter dari pukesmas yang ada di lingkungan 33 33 dinas kesehatan

52

52

Henny. Listiani.o3 Agustus 2002. Implementasi Strategi Perencanaan Kebutujan

Obat Di Kabupaten / Kota Dalam Era Otonomi .(Makalah Seminar).

Yogyakarta ; Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas

Kedokteran UGM.

Malayu SP. Hasibuan .2003 . Manajemen Dasar , Penggertian Dan Masalah,

Jakarta: Bumi Aksara.

pusat manajemen pelayanan kesehatan fakultas kedokteran UGM.

Moh,anief.2003.apa yang perlu diketahui tentang obat .yogyakarta:Gadjah mada

university press.

Notoatmodjo,s.2002.metodelogi penelitian kesehatan .jakarta;Rineka cipta.

Notoatmodjo, 2007.kesehatan masyarakat ilmu dan seni .jakarta:Rineka cipta.

Notoatmodjo.2007. promosi kesehatan dan ilmu perilaku .jakarta:Rineka cipta

Rangkuti,F.1997.manajemen persedian .jakarta :Raja Grafindo persada.

Soewarno,handayaningrat .1996.pengantar studi ilmu administrasi dan manajemen

.jakarta ;Gunung Agung.

Sri, suryawati.1997. perencanaan kebutuhan obat. Yogyakarta :program

pengembangan ekskultif .magister manajemen rumah sakit bekerja sama

dengan pusat studi farmakologklinik dan keijakn obat Universitas Gadjah

mada.

Susi,sucianti, Adisasmito BB wiku.2006. analisis perencanaan obat berdasarkan

ABC indeks kritis di instalasi farmasi (jurnal).manajemen pelkes Vol.09

/No.01 /maret 2006:19-26.