bab iii (2)

20
BAB III PEMBAHASAN Pada table table 11 dan 12 serta pada grafik 12, 15 dan 16 berdasarkan hasil laporan penimbangan bulanan Puskesmas Kuin Raya periode Januari sampai Agustus 2006, dapat dilihat bahwa jumlah bayi dan balita yang ditimbang di Puskesmas selalu lebih kecil dari julah balita yang sebenarnya. Pada grafik 1 diperlihatkan partisipasi masyarakat setiap bulannya mengalami kenaikan atau tidak ada penurunan yang berarti. Namun pada grafik tersebut terdapat penurunan sedikit pada bulan Juni. Pada grafik 13 terlihat partisipasi masyarakat untuk menimbang balitanya setiap bulan mengalami kenaikan, tampak terjadinya peningkatan dari bulan Januari. Dan terlihat kestabilan partiipasi masyarakat tersebut setiap bulannya dengan terlihat kenaikan pada bulan Agustus. Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan dari kader posyandu dalam mengadakan penyuluhan tentang 23

Upload: madya

Post on 03-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

artikel

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III (2)

BAB III

PEMBAHASAN

Pada table table 11 dan 12 serta pada grafik 12, 15 dan 16 berdasarkan

hasil laporan penimbangan bulanan Puskesmas Kuin Raya periode Januari sampai

Agustus 2006, dapat dilihat bahwa jumlah bayi dan balita yang ditimbang di

Puskesmas selalu lebih kecil dari julah balita yang sebenarnya. Pada grafik 1

diperlihatkan partisipasi masyarakat setiap bulannya mengalami kenaikan atau

tidak ada penurunan yang berarti. Namun pada grafik tersebut terdapat penurunan

sedikit pada bulan Juni.

Pada grafik 13 terlihat partisipasi masyarakat untuk menimbang balitanya

setiap bulan mengalami kenaikan, tampak terjadinya peningkatan dari bulan

Januari. Dan terlihat kestabilan partiipasi masyarakat tersebut setiap bulannya

dengan terlihat kenaikan pada bulan Agustus. Hal ini menunjukkan adanya

keberhasilan dari kader posyandu dalam mengadakan penyuluhan tentang

pentingnya penimbangan bayi dan blita di Posyandu setiap bulannya.

Nilai N/D pada grafik 11, untuk hasil penimbangan yang naik pada bayi

tampak naik turun namun selalu diatas 80 %, dan mencapai puncaknya pada bulan

Juni sebesar 89,76 %. Sedangkan untuk balita dapat dilihat pada table 14, dimana

terjadi penurunan terus menerus mulai dari bulan Januari hingga bulan April, yang

kemudian mengalami sedikit peningkatan pada bulan Mei, namun menunjukkan

penurunan angka yang drastic sejak bulan Juni dan Juli hal ini dikarenakan

kurangnya kewaspadaan pada pemantauan pertumbuhan sehingga terlambat

23

Page 2: BAB III (2)

dalam penanggulangan dan perbaikan tersebut menjadi tidak optimal dan terus

mengalami penurunan pada bulan Juni dan Juli. Namun hal tersebut mulai

diprhatikan dengan lebih intensif sehingga terlihat kenaikan pada bulan Agustus.

Rendahnya nilai N/D balita yang di Posyandu sebenarnya merupakan salah satu

indicator adanya gangguan pertumbuhan di tingkat kecamatan yang bersangkutan

selain dari kasus gizi kurang anak usia sekolah (10).

Jumlah Posyandu yang ada di Wilayah Puskesmas Kuin Raya selama

tahun 2006 (tabel 15), ada 23 buah Posyandu yang tersebar di wilayah kerja

Puskesmas Kuin Raya, walaupun idealnya 1 Posyandu untuk 60 – 100 balita (10,11).

Jika ditelaah lebih lanjut dari 26 Posyandu tersebut, yang berstrata Purnama ada

3, dan yang berstrata Madya ada 7 buah posyandu, sedangkan yang berstrata

Pratama masih mendominasi sebagian besar Posyandu yaitu berjumlah 16

Posyandu. Tenaga kader Posyandu yang tersedia adalah sebanyak 120 kader yang

aktif dengan tingkat pendidikan kader yang paling banyak adalah SLTP. Namun

kader yang aktif tersebut kadang tidak dapat turun ke Posyandu karena berbagai

sebab sehingga tenaga yang ada di Posyandu tersebut menjadi kurang, kadang-

kadang hanya ada 2 kader, padahal sebaiknya setiap kegiatan Posyandu minimal

ada 4 orang kader yang hadir, sedikitnya kader yang hadir mengakibatkan

pelayanan Posyandu tidak optimal.

Hal-hal tersebut berperan terhadap rendahnya motivasi masyarakat ikut

serta dalam kegiatan Posyandu khususnya penimbangan balita, selain itu menurut

Rachmi untoro, Direktur Gizi DepKes RI dalam International Experts Seminar on

24

Page 3: BAB III (2)

Child Growth and Poverty telah terjadi pergeseran nilai gotong royong sebagai

salah satu alasan kurang berfungsinya peran Posyandu.

Sebenarnya pihak puskesmas Kuin Raya dalam hal ini program gizi sudah

mengupayakan pemberian makanan tambahan bagi anak balita yang mengalami

gizi kurang (BGM) dan dipantau kenaikan timbangannya melalui KMS, rata-rata

anak balita tersebut mengalami kenaikan berat badan setiap bulannnya, (lampiran

2), namun tetap saja ditemukan kenaikan jumlah kasus BGM pada bulan

berikutnya yang menandakan deteksi dini melalui program penimbangan anak

balita di posyandu tidak berjalan dengan optimal (grafik 16, table 13).

Fungsi Posyandu tidak seperti dulu lagi artinya memang ada kegiatan

penimbangan berat badan anak, tetapi tidak ada tindak lanjut dari hasil

penimbangan tersebut dan ibu juga tidak mengerti manfaatnya, padahal bila

Posyandu berfungsi dengan benar maka kondisi gizi buruk dapat dideteksi sedini

mungkin melaui program penimbangan bulanan berat badan anak. Anak yang

berat badannya tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut, berarti kemungkinan

terjadi gangguan pertumbuhan sehingga dengan program penimbangan berat

badan anak yang baik dapat menyelamatkan tumbuh kembang anak. Hal ini dapat

berjalan baik jika Posyandu dapat berperan sebagai pelindung tumbuh kembang

anak di wilayahnya (12,13).

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kurangnya partisipasi

masyarakat dalam penimbangan balitanya dan tidak baiknya grafik pertumbuhan

balita (N/D) di wilayah Puskesmas Kuin Raya, antara lain:

25

Page 4: BAB III (2)

1. Kurangnya pengetahuan ibu yang masih memiliki balita, mengenai

pentingnya penimbangan secara rutin balitanya baik di Posyandu

atau Puskesmas. Perilaku ibu yang kebanyakan setelah usia 1 tahun

atau setelah imunisasi balitanya lengkap berhenti menimbangkan

balitanya secara teratur dan banyaknya ibu yang bekerja sehingga

tidak membawa anaknya ke Posyandu.

2. Kegiatan penyuluhan tentang gizi yang masih kurang.

3. Tingkat perkembangan Posyandu yang masih rendah, karena

kegiatannya yang kurang aktif secara tidak langsung masyarakat

malas pergi ke Posyandu. Kegiatan penimbangan memang

dilakukan setiap kegiatan Posyandu tetapi pada setiap kegiatan

sangat jarang diadakan penyuluhan khususnya tentang pentingnya

penimbangan teratur dan kegunaan jangka panjang, menurut

wawancara dengan kader.

4. Kurangnya kegiatan lapangan

Kegiatan penimbangan selama ini, petugas Puskesmas dan kader

hanya menunggu kedatangan ibu membawa balitanya ke

Puskesmas/Posyandu. Masih banyaknya kasus balita dengan gizi

kurang yang tidak terdeteksi karena petugas hanya menunggu kasus

di Puskesmas, diharapkan sebenarnya petugas dan kader aktif

mengunjungi balita yang tidak datang ke Posyandu dan menanyakan

masalahnya. Hal ini berkaitan dengan jurangnya dana untuk

26

Page 5: BAB III (2)

operasdional terhadap kader sehingga terjadinya keengganan dari

kader untuk mengunjungi balita kurang gizi tersebut.

5. Sistem pencatan dan pelaporan hasil penimbangan bulanan Posyandu

ke Puskesmas yang belum seragam dan tidak adanya tindak lanjut

terhadap hasil penimbangan tersebut.

BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

4.1 Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah:

1. Menggalang kerjasama lintas program untuk meningkatkan peran

serta kader Posyandu sebagai pelindung tumbuh kembang anak

balita dan terbentuknya tim pembina Posyandu.

27

Page 6: BAB III (2)

2. Menjelaskan mengenai kewajiban dan wewenang pembina

Posyandu. Menetapkan langkah-langkah yang akan diambil guna

memajukan peran Posyandu.

3. Memberikan pengertian dan pemahaman kepada kader pentingnya

peran posyandu sebagai pelindung tumbuh kembang balita

4. Memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan hasil penimbangan

bulanan di Posyandu, sehingga dapat digunakan sebagai bahan

evaluasi antara Puskesmas, kader dan masyarakat.

Meningkatkan kerjasama lintas sektoral yaitu dengan meningkatkan

kerjasama dengan tokoh masyarakat setempat, ketua RT maupun ibu RT,

kelurahan, kecamatan, mengadakan pertemuan rutin bulanan antar kader dan

instansi yang terkait sehingga kegiatan posyandu berjalan langgeng dan

masyarakat benar-benar diperhatikan terutama tentang kesehatan.

Dari beberapa alternatif pemecahan masalah tersebut, maka prioritas yang

dilakukan adalah dengan memotivasi kader melalui kegiatan penyegaran kader

Posyandu, agar lebih aktif dan rutin melaksanakan kegiatan Posyandu satu kali

setiap bulannya dan melakukan analisis tingkat perkembangan Posyandu yang

telah ada dan melakukan intervensi sesuai dengan starta masing-masing Posyandu

dengan bekerjasama lintas program melalui rapat konsolidasi tingkat Puskesmas

disamping memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan hasil penimbangan

bulanan di Posyandu, sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi antara

Puskesmas, kader dan masyarakat disamping tetap mengaktifkan kegiatan UPGK.

4.2 Perencanaan Tindakan Pemecahan Masalah

28

Page 7: BAB III (2)

4.2.1 Meningkatkan peran serta kader Posyandu

1. Rapat konsolidasi Tingkat Puskesmas

a. Tujuan : Menggalang kerjasama lintas program untuk

meningkatkan peran serta kader Posyandu sebagai

pelindung tumbuh kembang anak balita dan

terbentuknya tim pembina Posyandu

b. Pelaksanaan :

Penyelenggara : Bagian Gizi dan Usaka Kesehatan Berbasis

Masyarakat (UKBM)

Pimpinan Rapat : Kepala Puskesmas Kuin Raya

Peserta Rapat : Seluruh staf Puskesmas Kuin Raya

Hari/Tanggal : Disesuaikan dengan waktu puskesmas

Tempat : Puskesmas Kuin Raya

Materi rapat :

1. Memberikan gambaran keadaan gizi dan pertumbuhan balita

di wilayah Puskesmas Kuin Raya, serta meningkatkan

pemahaman staf Puskesmas terhadap peran Posyandu sebagai

pelindung tumbuh kembang balita melalui program

penimbangan

Pemberi materi : bagian gizi

29

Page 8: BAB III (2)

2. Menjalin kerjasama dengan seluruh staf Puskesmas untuk

mengintegralkan peningkatan peran Posyandu dan

membentuk tim pelaksana pembina Posyandu

Pemberi materi : Bagian UKBM.

Sasaran :

~ Seluruh peserta rapat memahami pentingnya peran Posyandu

sebagai pelindung tumbuh kembang balita melalui program

penimbangan bulannya.

~ Seluruh staf memahami pentingnya kerjasama lintas program

untuk meningkatkan peran posyandu sebagai pelindung

tumbuh kembang balita

~ Terbentuknya tim pembina Posyandu untuk jangka waktu 1

tahun.

Pendanaan : Sumber dana berasal dari operasional tahunan

Puskesmas

Evaluasi : Evaluasi dilakukan melalui laporan kegiatan

penimbangan Posyandu yang telah ada

dibandingkan dengan laporan kegiatan bulan

mendatang dan dievaluasi bersama tim terkait setiap

3 bulan.

2. Rapat Pemantapan Antar Tim Pembina Posyandu

30

Page 9: BAB III (2)

a. Tujuan : Menjelaskan mengenai kewajiban dan wewenang

pembina Posyandu. Menetapkan langkah-langkah

yang akan diambil guna memajukan peran

Posyandu.

b. Pelaksanaan :

Penyelenggara : Bagian UKBM

Pimpinan Rapat : Kepala Puskesmas Kuin raya

Peserta Rapat : Seluruh tim pembina Posyandu

Hari/Tanggal : Disesuaikan dengan waktu di Puskesmas

Tempat : Puskesmas Kuin Raya

Materi rapat :

Penjelasan mengenai kewajiban dan wewenang tim pembina

Posyandu

Sasaran :

~ Seluruh peserta rapat dan anggota tim pembina memahami

kewajiban dan wewenangnya masing-masing

Pendanaan : Sumber dana berasal dari operasional tahunan

Puskesmas

Evaluasi : Evaluasi dilakukan melalui laporan kegiatan

penimbangan Posyandu yang telah ada

dibandingkan dengan laporan kegiatan bulan

31

Page 10: BAB III (2)

mendatang dan dievaluasi bersama tim terkait setiap

3 bulan.

3. Pertemuan antara tim pembina dan seluruh kader Posyandu

a. Tujuan : Memberikan pengertian dan pemahaman kepada kader

pentingnya peran posyandu sebagai pelindung tumbuh

kembang balita

b. Pelaksanaan:

Penyelenggara : bagian UKBM

Waktu : Disesuaikan dengan waktu puskesmas

Peserta rapat : Tim Pembina dan seluruh kader Posyandu

Materi:

1. Memberikan gambaran situasi keadaan gizi dan

pertumbuhan balita di wilayah Puskesmas Kuin Raya serta

meningkatkan pemahaman kader terhadap peran posyandu

sebagai pelindung tumbuh kembang balita melalui kegiatan

penimbangan secara teratur setiap bulannya.

Pemberi materi : bagian gizi

2. Mensosialisasikan sistem pencatatan dan pelaporan penimbangan

bulanan dengan blok SKDN, yang setiap 3 bulan akan dievaluasi

bersama petugas Puskesmas dan kader dan dicari pemecahan

masalahnya.

Pendanaan : berasal dari dana operasional tahunan

Puskesmas

32

Page 11: BAB III (2)

Evaluasi : evaluasi dilakukan dengan membandingkan

kegiatan penimbangan bulanan lalu dengan

bulan mendatang di setiap posyandu, dan

diadakan evaluasi bersama setiap 3 bulan.

Teknologi yang digunakan dalam proses peningkatan peran aktif kader

adalah Komunikasi, Informasi dan Edukasi dengan penekanan pada Motivasi

Kesehatan (KIEM Kesehatan). Komunikasi kesehatan membentuk dan

memelihara hubungan antara pelbagai unsur yang berpengaruh dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan. Informasi kesehatan menyebar-luaskan

informasi tentang pelbagai masalah dan cara menanggulanginya dengan teknologi

tepat guna, serta peran pelbagai pihak dalam penanggulangan tersebut, Motivasi

kesehatan memberikan pelbagai dorongan yang bermakna, sebagai bagian dari

proses edukasi, untuk menggerakkan pelbagai pihak agar melakukan upaya

kesehatan dalam hal ini adalah ibu-ibu yang memiliki balita dan memiliki faktor

resiko menderita gizi buruk.

33

Page 12: BAB III (2)

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kondisi balita BGM di wilayah Puskesmas Kuin Raya yang cenderung

meningkat setiap bulannya, masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam

kegiatan penimbangan bulanan, rendahnya bailta yang naik timbangannya setiap

bulannya serta kurang dimanfaatkannya peran Posyandu sebagai pelindung

tumbuh kembang balita.

Beberapa hal dapat dijadikan pemecahan masalah, namun sebagai prioritas

adalah dengan meningkatkan kembali peran Posyandu sebagai pelindung Tumbuh

Kembang balita dengan memperbaiki kinerja kader Posyandu yang ada dengan

bimbingan intensif petugas Puskesmas dan memperbaiki sistem pelaporan

Posyandu sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bersama serta

menyalurkan pemberian makanan tambahan bagi balita yang berhak

mendapatkannya. Disrtai dengan meningkatkan kerjasama lintas sektoral.

5.2 Saran

1. Meningkatkan frekuensi penyuluhan gizi setiap kegiatan Posyandu dan

peningkatan peran serta kader posyandu.

2. Meningkatkan upaya pelestarian kader melalui arisan kader, pelayanan

kesehatan cuma-cuma bagi kader baik di Puskesmas atau Puskesmas

pembantu (Pustu) dan lain sebagainya.

34

Page 13: BAB III (2)

3. Meningkatkan kegiatan lapangan, disamping active case finding terhadap

balita yang bermasalah berat badannya.

4. Mengoptimalkan program pemberian gratis makanan pendamping ASI

untuk balita usia 4-11 bulan, kepada mereka yang berhak.

Meningkatkan kuantitas pelayanan kesehatan melalui Puskesmas,

Posyandu dan Pustu dengan menitikberatkan pada usaha preventif dan promotif

35