bab ii tinjauan teori a. konsep halusinasi 1. definisi...

50
1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi halusinasi Perubahan sensori halusinasi adalah keadaan dimana seorang individu mengalami perubahan terhadap stimulus yang datang yang menimbulkan kesan menurunkan, melebih-lebihkan bahkan mengartikan sesuatu hal yang tidak sesuai dengan realitas keadaan yang sebenarnya. Halusinasi yaitu pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan atau stimulus (Hawari, 2006). Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas. Halusinasi dapat melibatkan pancaindra dan sensasi tubuh. Halusinasi dapat mengancam dan menakutkan bagi klien walaupun klien lebih jarang melaporkan halusinasi sebagai pengalaman yang menyenangkan (Videbeck, 2008). Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa

Upload: lethien

Post on 01-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

1

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Halusinasi

1. Definisi halusinasi

Perubahan sensori halusinasi adalah keadaan dimana seorang

individu mengalami perubahan terhadap stimulus yang datang yang

menimbulkan kesan menurunkan, melebih-lebihkan bahkan mengartikan

sesuatu hal yang tidak sesuai dengan realitas keadaan yang sebenarnya.

Halusinasi yaitu pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan atau

stimulus (Hawari, 2006).

Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam

membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal

(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan

tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien

mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara

(Kusumawati & Hartono, 2010).

Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman

persepsi yang tidak terjadi dalam realitas. Halusinasi dapat melibatkan

pancaindra dan sensasi tubuh. Halusinasi dapat mengancam dan

menakutkan bagi klien walaupun klien lebih jarang melaporkan halusinasi

sebagai pengalaman yang menyenangkan (Videbeck, 2008).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

2

suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan,. Klien

merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti & Iskandar,

2012).

Dari beberapa pengertian halusinasi diatas dapat disimpulkan

bahwa halusinasi adalah suatu persepsi klien terhadap stimulus dari luar

tanpa adanya obyek yang nyata. Halusinasi dapat berupa penglihatan yaitu

melihat seseorang ataupun sesuatu serta sebuah kejadian yang tidak dapat

dilihat oleh orang lain, halusinasi juga dapat berupa pendengaran berupa

suara dari orang yang mungkin dikenal atau tidak dikenal yang meminta

klien melakukan sesuatu baik secara sadar ataupun tidak.

2. Rentang respon neurobiologik

Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang

respon yang berhubungan dengan fungsi neurobiologik. Perilaku yang

dapat diamati dan mungkin menunjukkan adanya halusinasi, respon yang

terjadi dapat berada dalam rentang adaptif sampai maladaptif yang dapat

digambarkan sebagai berikut disajikan dalam tabel berikut:

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

3

Respon adaptif respon maladaptif

1. Pikiran logis 1. Distorsi pikiran 1. Waham

2. Persepsi akurat 2. Ilusi 2. Halusinasi

3. Emosi konsisten 3. Menarik diri 3. Sulit berespon

4. Perilaku sesuai 4. Reaksi emosi 4.Perilaku disorganisasi

5. Hubungan sosial 5. Perilaku tidak biasa 5. Isolasi sosial

(Kusumawati, 2010).

Gambar 2.1. Rentang respon neurologi

a. Respon adaptif

1) Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat

diterima akal.

2) Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang suatu

peristiwa secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.

3) Emosi konsisten berupa kemantapan perasaan jiwa sesuai dengan

peristiwa yang pernah dialami.

4) Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang

berkaitan dengan individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak

atau ucapan yang tidak bertentangan dengan moral.

5) Hubungan sosial dapat diketahui melalui hubungan seseorang

dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-tengah masyarakat

(Stuart, 2007).

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

4

b. Respon transisi

1) Distorsi pikiran berupa kegagalan dalam mengabstrakan dan

mengambil kesimpulan.

2) Ilusi merupakan persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus

sensori.

3) Menarik diri yaitu perilaku menghindar dari orang lain baik dalam

berkomunikasi ataupun berhubungan sosial dengan orang-orang

disekitarnya.

4) Reaksi Emosi berupa emosi yang diekspresikan dengan sikap yang

tidak sesuai.

5) Perilaku tidak biasa berupa perilaku aneh yang tidak enak

dipandang, membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak kenal

orang lain.

(Stuart, 2007).

c. Respon maladaptif

1) Gangguan pikiran atau waham berupa keyakinan yang salah yang

secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang

lain dan bertentangan dengan realita sosial.

2) Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang

salah terhadap rangsangan.

3) Sulit berespon berupa ketidakmampuan atau menurunnya

kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan,

keakraban dan kedekatan.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

5

4) Perilaku disorganisasi berupa ketidakselarasan antara perilaku dan

gerakan yang ditimbulkan.

5) Isolasi sosial merupakan suatu keadaan kesepian yang dialami

seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan

mengancam.

(Stuart, 2007).

3. Jenis – jenis halusinasi

Jenis – jenis halusinasi adalah sebagai berikut :

a. Halusinasi pendengaran

Yaitu mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun

yang jelas, dimana terkadang suara – suara tersebut seperti mengajak

berbicara klien dan kadang memerintahkan klien untuk melakukan

sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan

Stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau

bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan

atau menakutkan.

c. Halusinasi penghidung

Membau – bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum, atau

bau yang lainnya. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan

stroke, kejang, atau demensia.

d. Halusinasi pengecapan

Merasa mengecap seperti darah, urine, feses, atau yang lainnya.

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

6

e. Halusinasi perabaan

Merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa

stimulus yang jelas.

f. Halusinansi cenesthetic

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,

pencernaan makanan atau pembentukan urine.

g. Halusinasi kinestetika

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

(Kusumawati & Hartono, 2010).

4. Fase – fase terjadinya halusinasi

Terjadinya Halusinasi dimulai dari beberapa fase.Hal ini

dipengaruhi oleh intensitas keparahan dan respon individu dalam

menanggapi adanya rangsangan dari luar. Menurut (Stuart, 2007) tahapan

halusinasi ada empat tahap. Semakin berat tahap yang diderita klien, maka

akan semakin berat klien mengalami ansietas. Berikut ini merupakan

tingkat intensitas halusinasi yang dibagi dalam empat fase.

a. Fase I :

Comforting : Ansietas tingkat sedang, secara umum halusinasi

bersifat menyenangkan.

1) Karakteristik:

Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti

ansietas, kesepian, merasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk

memusatkan pada penenangan pikiran untuk mengurani ansietas,

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

7

individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya

tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya bisa diatasi

(Nonpsikotik).

2) Perilaku klien:

a) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.

b) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.

c) Gerakan mata yang cepat.

d) Respons verbal yang lamban.

e) Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.

b. Fase II :

Complementing : Ansietas tingkat berat, Secara umum

halusinasi bersifat menjijikan.

1) Karakteristik :

Pengalaman sensori yang bersifat menjijikan dan menakutkan.

Orang yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan

mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang

dipersepsikan, individu mungkin merasa malu karena pengalaman

sensorinya dan menarik diri dari orang lain (Nonpsikotik).

2) Perilaku klien

a) Peningkatan syaraf otonom yang menunjukkan ansietas

misalnya, peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.

b) Penyempitan kemampuan konsentrasi.

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

8

c) Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan

kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan

realitas.

c. Fase III :

Controling : Ansietas tingkat berat, pengalaman sensori

menjadi penguasa.

1) Karakteristik :

Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan

pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai

dirinya. Isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin

mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir

(Psikotik).

2) Perilaku klien

a) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh

halusinasinya daripada menolaknya.

b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.

c) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.

d) Gejala fisik dari ansietas berat, seperti berkeringat, tremor,

ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.

d. Fase IV :

Conquering panic : Ansietas tingkat panic, Secara umum

halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

9

1) Karakteristik:

Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak

mengikuti perintah. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa

jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik (Psikotik).

2) Perilaku klien

a) Perilaku menyerang seperti panik.

b) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang

lain.

c) Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk,

agitasi, menarik diri, atau katatonik.

d) Tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang kompleks.

e) Tidak mampu berespons terhadap lebih dari satu orang.

5. Etiologi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi

adalah:

a. Faktor Predisposisi

1) Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan

dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.

Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut :

a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan

otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

10

pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan

perilaku psikotik.

b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter

yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor

dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal

menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak

manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,

ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian

depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan

anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

2) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat

mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu

sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi

realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang

hidup klien.

3) Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi

realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,

kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai

stres.

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

11

b. Faktor Prespitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul

gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi,

perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu

terhadap stresor dan masalah koping dapat mengindikasikan

kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007),

faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang

mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme

pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan

untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak

untuk diinterpretasikan.

2) Stres Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap

stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan

perilaku.

3) Sumber Koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri

dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon

neurobiology termasuk :

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

12

a) Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan

upaya untuk mengurangi ansietas, hanya mempunyai sedikit

energi yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari.

b) Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi.

c) Menarik diri.

6. Manifestasi klinis

Menurut (Kusumawati, 2010), tanda dan gejala halusinasi yang

mungkin muncul yaitu: Menarik diri, Tersenyum sendiri, Duduk terpaku,

Bicara sendiri, Memandang satu arah, Menyerang, Tiba-tiba marah, Gelisah.

Berdasarkan jenis dan karakteristik halusinasi tanda dan gejalanya sesuai.

Berikut ini merupakan beberapa jenis halusinasi dan karakteristiknya menurut

(Stuart, 2007) meliputi :

a. Halusinasi pendengaran

Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang.

Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang

bicara mengenai klien. Jenis lain termasuk pikiran yang dapat didengar

yaitu pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa

yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintahkan untuk

melakukan sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.

b. Halusinasi penglihatan

Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar

geometris, gambar karton atau panorama yang luas dan kompleks.

Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu

yang menakutkan seperti monster.

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

13

c. Halusinasi penciuman

Karakteristik : Membau bau-bau seperti darah, urine, feses umumnya

bau-bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya

berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan demensia.

d. Halusinasi pengecapan

Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan

seperti darah, urine, atau feses.

e. Halusinasi perabaan

Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus

yang jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati

atau orang lain.

f. Halusinasi senestetik

Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui

vena dan arteri, makanan dicerna, atau pembentukan urine.

g. Halusinasi kinestetik

Karakteristik : Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.

7. Pengkajian

Menurut Stuart (2007) data pengkajian keperawatan jiwa dapat

dikelompokkan menjadi pengkajian perilaku, faktor predisposisi, faktor

presipitasi , penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan

koping yang dimiliki klien. Pengkajian tersebut dapat diuraikan menjadi:

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

14

a. Pengkajian perilaku

Perilaku yang berhubungan dengan persepsi mengacu pada

identifikasi dan interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan

informasi yang diterima melalui panca indra perilaku tersebut

digambarkan dalam rentang respon neurobiologis dari respon adaptif,

respon transisi dan respon maladaptif.

b. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi yang berpengaruh pada pasien halusinasi

dapat mencakup:

1) Dimensi biologis

Meliputi abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang

berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptif yang

ditunjukkan melalui hasil penelitian pencitraan otak, zat kimia otak

dan penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan

anak yang diadopsi yang menunjukkan peran genetik pada

skizofrenia.

2) Psikologis

Teori psikodinamika untuk terjadinya respons neurobiologis

yang maladaptif belum didukung oleh penelitian.

3) Sosial budaya

Stres yang menumpuk dapat menunjang awitan skizofrenia dan

gangguan psikotik lain, tetapi tidak diyakini sebagai penyebab

utama gangguan.

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

15

c. Faktor presipitasi

Stresor pencetus terjadinya halusinasi diantaranya:

1) Stresor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis

maladaptif meliputi gangguan dalam komunikasi dan putaran balik

otak yang mengatur proses informasi dan abnormalitas pada

mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan

ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus.

2) Stresor lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis

berinteraksi dengan stresor lingkungan untuk menentukan

terjadinya gangguan perilaku.

3) Pemicu gejala

Pemicu merupakan perkusor dan stimuli yang menimbulkan

episode baru suatu penyakit. Pemicu biasanya terdapat pada

respons neurobiologis maladaptif yang berhubungan dengan

kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu.

d. Penilaian stresor

Tidak terdapat riset ilmiah yang menunjukkan bahwa stres

menyebabkan skizofrenia. Namun, studi mengenai relaps dan

eksaserbasi gejala membuktikan bahwa stres, penilaian individu

terhadap stresor, dan masalah koping dapat mengindikasikan

kemungkinan kekambuhan gejala.

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

16

e. Sumber koping

Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman

tentang pengaruh gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat

meliputi modal, seperti intelegensi atau kreativitas yang tinggi.

f. Mekanisme koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari

pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon

neurobiologis maladaptif meliputi:

1) Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya

untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk

aktivitas hidup sehari-hari.

2) Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.

3) Menarik diri.

Menurut (Keliat, 2006) tahap pengkajian terdiri atas

pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data

yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

Cara pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) aspek, yaitu fisik, emosional,

intelektual, sosial dan spiritual. Untuk dapat menjaring data yang

diperlukan, umumnya dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk

teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. isi pengkajian

meliputi:

a. Identitas klien.

b. Keluhan utama/ alasan masuk.

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

17

c. Faktor predisposisi.

d. Faktor presipitasi.

e. Aspek fisik/ biologis.

f. Aspek psikososial.

g. Status mental.

h. Kebutuhan persiapan pulang.

i. Mekanisme koping.

j. Masalah psikososial dan lingkungan.

k. Pengetahuan.

l. Aspek medik.

8. Masalah keperawatan

Menurut Keliat (2006) masalah keperawatan yang mungkin

muncul pada klien dengan gangguan persepsi sensori adalah sebagai

berikut :

a. Gangguan sensori persepsi : halusinasi.

b. Resiko perilaku kekerasan.

c. Isolasi sosial

d. Harga diri rendah

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

18

9. Pohon masalah

Akibat Resiko perilaku kekerasan

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi core problem

Penyebab Isolasi sosial

(Keliat, 2006)

Gambar 2.2. Pohon masalah

10. Diagnosa keperawatan

Menurut Dongoes (2006) diagnosa keperawatan yang muncul

pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi adalah sebagai

berikut :

a. Halusinasi

b. Harga diri rendah

c. Isolasi sosial

d. Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan

verbal)

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

19

B. Konsep terapi aktivitas kelompok

1. Pengertian kelompok

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan

yang lain, saling ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia,

2001). Anggota kelompok mungkin datangdari berbagai latar belakang yang harus

ditangani sesuai keadaannya seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, ketidaksamaan,

kesukaran dan menarik diri (Yaloom, dalam Stuart Sundeen dan Laraia, 2001). Semua

kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, dimana anggota kelompok member

dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam

kelompok (Riyadi & Purwanto, 2010).

Tujuan dari kelompok adalah membantu anggota yang berperilaku destruktif

dalam berhubungan dengan orang lain dan merubah perilaku yang maladaptif. Kekuatan

kelompok ada pada kontribusi dari tiap anggota kelompok dan pemimpin kelompok

dalam mencapai tujuan kelompok, sedangkan fungsi – fungsi dari kelompok adalah untuk

mencapai anggota kelompok berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain.

Jika anggota kelompok berbagi cara mereka menyelesaikan masalah, maka kelompok

berfungsi dengan baik. Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan

menemukan hubungan interpersonal dan perilaku (Riyadi & Purwanto, 2010).

Rowlins, Williams dan Beck (1993) membagi kelompok menjadi tiga yaitu

terapi kelompok, kelompok terapeutik dan terapi aktifitas kelompok. Terapi kelompok

adalah metode pengobatan dimana klien ditemui dalam rancangan waktu dengan tenaga

yang memenuhi persyaratan. Fokus terapi kelompok adalah menjadi self awareness,

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

20

peningkatan hubungan interpersonal dan dengan membuat perubahan atau ketiganya

(Riyadi & Purwanto, 2010).

2. Tujuan terapi aktivitas kelompok

Adalah suatu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien

pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar

anggota. Tujuan terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Tujuan umum

Meningkatkan kemampuan uji realitas melalui komunikasi dan umpan balik dengan

atau dari orang lain, melakukan sosialisasi, meningkatkan kesadaran terhadap

hubungan reaksi emosi dengan tindakan atau perilaku defensif dan meningkatkan

motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.

b. Tujuan khusus

Meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif, meningkatkan

ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial.

c. Tujuan rehabilitasi

Meningkatkan ketrampilan ekspresi diri, sosial, meningkatkan kepercayaan diri,

empati, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemecahan.

(Riyadi & Purwanto, 2010).

3. Karakteristik pasien

Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik klien yang

dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah seperti risiko

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

21

mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, perilaku kekerasan, deficit perawatan

diri, isolasi sosial : menarik diri, dan perubahan persepsi sensori (Riyadi & Purwanto,

2010).

4. Model terapi aktivitas kelompok

a. Focal conflic model

Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari dan berfokus pada

kelompok individu. Tugas leader adalah membantu kelompok memahami konflik dan

membantu penyelesaian masalah. Misalnya ; ada perbedaan pendapat antar anggota,

bagaimana masalah ditanggapi anggota dan leader mengarahkan alternative

penyelesaian masalah.

b. Model komunikasi

Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi, bahwa tidak

efektifnya komunikasi akan membawa kelompok menjadi tidak puas. Tujuan

membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan sosial anggota kelompok.

Tugas leader adalah memfasilitasi komunikasi yang efektif antar anggota dan

mengajarkan pada kelompok bahwa perlu adanya komunikasi dalam kelompok,

anggota bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan, komunikasi pada semua

jenis : verbal, non verbal, terbuka dan tertutup, serta pesan yang disampaikan harus

dipahami orang lain.

c. Model interpersonal

Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui hubungan

interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab akibat

tingkah laku anggota, merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain.

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

22

Therapist bekerja dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari interaksi antar

anggota dan therapist. Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi

dan dipelajari.

d. Model psikodrama

Dengan model ini dapat memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai

dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu, sesuai peran yang

diperagakan. Anggota diharapkan dapat memainkan peran sesuai peristiwa yang

pernah dialami.

(Riyadi & Purwanto, 2010).

5. Fokus terapi aktivitas kelompok

a. Stimulasi persepsi

Artinya adalah membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,

stimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta

mengurangi perilaku maladaptif. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan

orientasi realita, memusatkan perhatian, intelektual, menegmukakan pendapat dan

menerima pendapat orang lain dan mengemukakan perasaannya. Karakteristik klien :

gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai – nilai, menarik diri dari realita,

inisiatif atau ide – ide yang negative, kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal,

kooperatif dan mengikuti kegiatan.

b. Stimulasi sensori

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

23

Maksudnya adalah menstimulasi sensori pada klien yang mengalami

kemunduran sensoris. Tujuannya meningkatkan kemampuan sensori, memusatkan

perhatian, kesegaran jasmani, mengekspresikan perasaan.

c. Orientasi realita

Adalah memberikan terapi aktivitas kelompok yang mengalami gangguan

orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Tujuan adalah klien mampu

mengidentifikasi stimulus internal (pikiran, perasaan dan sensasi somatic) dan

stimulus eksternal (iklim, bunyi dan situasi alam sekitar), klien dapat membedakan

antara lamunan dan kenyataan, pembicaraan klien sesuai realitas, klien mampu

mengenal diri sendiri dan klien mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat.

Karakteristik klien : gangguan orientasi realita (GOR), halusinasi, waham, ilusi dan

depresioanlisasi yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain, klien kooperatif,

dapat berkomunikasi verbal dengan baik, dan kondisi fisik dalam keadaan sehat.

d. Sosialisasi

Maksudnya adalah memfasilitasi psikoterapist untuk memantau dan

meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain,

mengekspresikan ide dan tukar persepsi dan menerima stimulus eksternal yang

berasal dari lingkungan. Tujuan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota

kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberikan tanggapan terhadap

orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal. Karakteristik

klien : kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan di ruangan,

sering berada di tempat tidur, menarik diri, kontak sosial kurang, harga diri rendah,

geliash, curiga, takut dan cemas,tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

24

seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan, dan dapat membina trust, mau berinterkasi

dan sehat fisik

.

e. Penyaluran energi

Maksudnya adalah untuk menyalurkan energi secara konstruktif. Tujuannya

adalah menyalurkan energi dari destruktif menjadi konstruktif, mengekspresikan

perasaan dan meningkatkan hubungan interpersonal.

(Riyadi & Purwanto, 2010).

6. Tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok

Menurut Yaloom dikutip oleh Stuart dan Sundeen (1995), fase – fase dalam

terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :

a. Pre kelompok

Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi leader,

anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi

pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan

kelompok seperti proyektor dan jika memungkinkan biaya dan keuangan.

b. Fase awal

Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi,

konflik atau kebersamaan.

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

25

1) Orientasi

Anggota mulai mengembangkan system sosial masing – masing, dan leader mulai

menunjukan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.

2) Konflik

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa

yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling

ketergantungan yang akan terjadi.

3) Kebersamaan

Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai

menemukan siapa dirinya.

c. Fase kerja

Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negative

dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk

mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil

dan realistis, mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok,

serta penyelesaian masalah yang kreatif.

d. Fase terminasi

Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin

mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

(Riyadi & Purwanto, 2010).

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

26

7. Peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok

a. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.

b. Sebagai leader dan co leader

Sebagai role model, menyusun rencana, mengarahkan kelompok dalam mencapai

tujuan, memotivasi anggota, mengatur jalannya kegiatan, menjelaskan aturan

kegiatan dan memimpin jalannya kegiatan.

c. Sebagai fasilitator

Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan membantu leader

dalam memotivasi anggota.

d. Sebagai observer

Mengobservasi respons tiap klien dan mencatat semua proses yang terjadi dan semua

perubahan perilaku klien.

e. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan.

(Riyadi & Purwanto, 2010).

8. Konsep terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi

Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang

menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman atau kehidupan

untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan

persepsi atau alternatif penyelesaian masalah (Keliat & Akemat, 2005).

Tujuan umum dari TAK stimulasi persepsi adalah klien mempunyai

kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus

kepadanya. Sementara tujuan khususnya yaitu: pasien dapat mempersepsikan stimulus

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

27

yang dipaparkan kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah yang timbul dari

stimulus yang dialami (Keliat & Akemat, 2005).

Aktivitas TAK stimulasi persepsi halusinasi yaitu aktivitas mempersepsikan

stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan, khususnya untuk pasien

halusinasi. Aktivitas dibagi dalam lima sesi yang tidak dapat dipisahkan, diantaranya:

a. Sesi pertama: Mengenal Halusinasi

Tujuan:

1) Klien dapat mengenal halusinasi

2) Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi

3) Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi

4) Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi

Langkah kegiatan

a. Persiapan

1) Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu pasien dengan perubahan sensori

persepsi: halusinasi.

2) Membuat kontrak dengan klien

3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

b. Orientasi

1) Salam terapeutik

a) Salam dari terapis kepada klien

b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)

c) Menanyakan nama dan panggilan semua pasien (beri papan nama)

2) Evaluasi/ validasi

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

28

Menanyakan perasaan pasien saat ini.

3) Kontrak

a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu

mengenal suara-suara yang didengar

b) Terapis menjelaskan aturan main berikut:

i. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin

kepada terapis.

ii. Lama kegiatan 45 menit

iii. Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c. Tahap kerja

1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-

suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi

terjadinya, dan perasaan pasien pada saat terjadi.

2) Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi

yang membuat terjadi, dan perasaan pasien saat terjadi halusinasi. Mulai dari

pasien yang sebelah kanan , secara berurutan sampai semua pasien mendapat

giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard.

3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.

4) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan pasien dari suara

yang biasa didengar.

d. Tahap terminasi

1) Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

29

b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

2) Tindak lanjut

Terapis meminta pasien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaanya

jika terjadi halusinasi.

3) Kontrak yang akan datang

a) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi

b) Menyepakati waktu dan tempat.

b. Sesi kedua: Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik

Tujuan:

1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi

halusinasi

2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi

3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

Langkah kegiatan

a. Persiapan

1) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 1

2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b. Orientasi

1) Salam terapeutik

a) Salam dari terapis kepada klien

b) Klien dan terapis pakai papan nama.

2) Evaluasi/validasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

30

b) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi,

c) waktu, situasi, dan perasaan.

3) Kontrak

a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara mengontrol

halusinasi

b) Menjelaskan aturan main (sama seperti pada sesi 1)

c. Tahap kerja

1) Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami

halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua pasien mendapat

giliran.

2) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita

3) Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi

saat halusinasi muncul

4) Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu “Pergi jangan

ganggu saya”, “saya mau bercakap-cakap dengan …”

5) Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik

halusinasi dimulai dari klien sebelah kiri terapis, berurutan searah jarum jam

sampai semua peserta mendapat giliran Terapis memberikan pujian dan

mengajak semua klien bertepuk tangan saat setiap klien selesai

memperagakan menghardik halusinasi.

d. Tahap terminasi

1) Evaluasi

a) Terapis menayakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

31

b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

2) Tindak lanjut

a) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari

jika halusinasi muncul.

b) Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian klien.

3) Kontrak yang akan datang

a) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang berikutnya,

yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

b) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.

c. Sesi ketiga: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan

Tujuan:

1) Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah

munculnya halusinasi

2) Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi.

Langkah kegiatan

a. Persiapan

1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 2

2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b. Orientasi

1) Salam terapeutik

a) Salam dari terapis kepada klien

b) Klien dan terapis pakai papan nama.

2) Evaluasi/validasi

Page 32: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

32

a) Terapis menanyakan keadaan klien saat ini

b) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari

c) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik

halusinasi.

3) Kontrak

a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya halusinasi

dengan melakukan kegiatan

b) Menjelaskan aturan main (sama seperti sesi sebelumnya).

c. Tahap kerja

1) Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan seharihari.

Memberi penjelasan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan

mencegah munculnya halusinasi.

2) Terapis meminta tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasabdilakukan

setiap sehari-hari, dan tulis di whiteboard.

3) Terapis membagikan fomulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis formulir

yang sama di whiteboard.

4) Terapis membimbing satu persatu klien untuk membuat jadwal kegiatan

harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan formulir,

terapis menggunakan whiteboard.

5) Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.

6) Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah selesai

membuat jadwal dan memperagakan kegiatan.

d. Tahap terminasi

Page 33: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

33

1) Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal

kegiatan dan memperagakannya

b) Terapis memberikan pujian atas kebehasilan kelompok.

2) Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi,

yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.

3) Kontrak yang akan datang

a) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu

mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap

b) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.

d. Sesi keempat: Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-Cakap

Tujuan:

1) Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah

munculnya halusinsi

2) Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi.

Langkah kegiatan

a. Persiapan

1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 3

2) Terapis membuat kontrak dengan klien

3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

b. Orientasi

Page 34: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

34

1) Salam terapeutik

a) Salam dari terapis kepada klien

b) Klien dan terapis memakai papan nama.

2) Evaluasi/validasi

a) Menanyakan perasaan klien saat ini

b) Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang telah

dipelajari (mengahardik dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang

terarah) untuk mencegah halusinasi.

3) Kontrak

a) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-

cakap

b) Terapis menjelaskan aturan main (sama dengan sesi sebelumnya).

c. Tahap kerja

1) Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk

mengontrol dan mencegah halusinasi.

2) Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa diajak bercakap-

cakap.

3) Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa dan

bisa dilakukan.

Page 35: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

35

4) Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul “Suster,

ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster” atau “Suster,

tentang kapan saya boleh pulang”.

5) Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang di

sebelahnya.

6) Berikan pujian atas keberhasilan klien.

7) Ulangi 5 s/d 6 sampai semua klien mendapat giliran.

d. Tahap terminasi

1) Evaluasi

a) Terapis menayakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

b) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.

c) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

2) Tindak lanjut

Menganjurkan pasien untuk menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi,

yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap – cakap.

3) Kontrak yang akan datang

a) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu

belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

b) Terapis menyepakati waktu dan tempat.

Page 36: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

36

e. Sesi kelima: Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat

Tujuan:

1) Klien mamahami pentingnya patuh minum obat

2) Klien memahami akibat tidak patuh minum obat

3) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.

Langkah kegiatan

a. Persiapan

1) Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi 4.

2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b. Orientasi

1) Salam terapeutik

a) Salam dari terapis kepada klien

b) Terapis dan klien memakai papan nama.

2) Evaluasi/validasi

a) Menanyakan perasaan klien saat ini

b) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah

menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik, menyibukkan

diri dengan kegiatan, dan bercakap-cakap).

3) Kontrak

a) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan patuh

minum obat

b) Menjelaskan aturan main (sama seperti sesi sebelumnya).

Page 37: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

37

c. Tahap kerja

1) Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh

karena obat memberi perasaan tenang, memperlambat kambuh

2) Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab

kambuh

3) Terapis meminta klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu

memakannya. Buat daftar di whiteboard

4) Menjelaskan lima benar minum obat yaitu benar obat, benar waktu minum

obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat

5) Meminta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran

6) Memberikan pujian pada klien yang benar

7) Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard)

8) Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di

whiteboard)

9) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu mencegah

halusinasi/kambuh

10) Meminta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan

kerugian tidak patuh minum obat

11) Memberi pujian tiap kali klien benar.

d. Tahap terminasi

1) Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

Page 38: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

38

b) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah

dipelajari

c) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

2) Tindak lanjut

Menganjurkan klien untuk menggunakan empat cara mengontrol halusinasi,

yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakapcakap, dan patuh

minum obat.

3) Kontrak yang akan datang

a) Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol

halusinasi.

b) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi klien.

(Keliat & Akemat, 2005)

C. Konsep dasar cemas

1. Pengertian cemas

Ansietas atau kecemasan menurut Stuart (1995) adalah kekhawatiran yang

tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Menurut David A. Tomb (1993)

Ansietas berbeda dengan gangguan ansietas. Ansietas (cemas) adalah suatu perasaan

takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala

fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang

bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (Riyadi &

Purwanto, 2010).

Page 39: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

39

Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.

Ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap

bahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk

menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat tidak

sejalan dengan kehidupan ( Stuart, 2007).

Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu

tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang

sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung

dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi (Ramaiah, 2003).

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental

yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu

masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada

umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan

fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010).

Nevid Jeffrey S, Rathus Spencer A, & Greene Beverly (2005) memberikan

pengertian tentang kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri

keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran

bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah rasa takut

atau rasa khawatir pada situasi tertentu yang mengancam dimana dapat menyebabkan

kegelisahan karena adanya ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Page 40: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

40

2. Tingkat Ansietas atau kecemasan

Tingkatan ansietas menurut Stuart (2007) dibagi menjadi 4 yaitu ;

a. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari – hari;

ansietas pada tingkat ini menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan

lahan persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitas.

b. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting

dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami tidak perhatian

yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih banyak jika diberi arahan.

c. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cenderung untuk

berfokus pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang yang

lain. Semua peilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat berfokus pada suatu area lain.

d. Tingkat panic pada ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror.

Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panic tidak mampu

melekukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panic melibatkan disorganisasi

kepribadian dan terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan

Page 41: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

41

pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika

berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan bahkan kematian.

3. Penyebab kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar

tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa – peristiwa atau situasi

khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah

(2003) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :

a. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu

tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman

yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan

rekan kerja. Sehingga individu tersebu merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan

Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar

untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya

menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

c. Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan

timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan,

semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi

ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan

timbulnya kecemasan.

Zakiah Daradjat mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :

Page 42: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

42

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya.

Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam

pikiran

b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang

berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai

gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang

umum.

c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan ini

disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun yang

terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan

kepribadian penderitanya. Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang

berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya,

baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya.

(Rochman, 2010).

4. Gejala – gejala kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya

ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong normal kadang kala

mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat disaksikan pada penampilan

yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu

Page 43: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

43

yang mengalami gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap

penyakit mental yang parah.

Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak

jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur

tidak nyenyak, dada sesak.Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan

ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari

kenyataan (Sundari, 2004).

Kholil Lur Rochman, (2010) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari

kecemasan antara lain :

a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian menimbulkan

rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk ketidakberanian

terhadap hal-hal yang tidak jelas.

b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering dalam

keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi sering juga

dihinggapi depresi.

c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution

(delusi yang dikejar-kejar).

d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak

berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.

e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan jantung

menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.

5. Jenis – jenis kecemasan

Page 44: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

44

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam

dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar. Mustamir

Pedak (2009) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu :

a. Kecemasan Rasional

Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam,

misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur

pokok normal dari mekanisme pertahanan dasariah kita.

b. Kecemasan Irrasional

Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaankeadaan

spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.

c. Kecemasan Fundamental

Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya,

untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini

disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi

kehidupan manusia.

6. Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan

a. Sumber koping.

Sumber koping merupakan sumber yang dapat membantu individu

mengurangi atau mengatasi masalah yang dapat menimbulkan stress. Sumber koping

tersebut dapat berupa keadaan ekonomi keluarga, dukungan keluarga atau sosial,

kemampuan menyelesaikan masalah dan keyakinan agama atau budaya (Riyadi &

Purwanto, 2010).

b. Mekanisme koping.

Page 45: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

45

Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai mekanisme

koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara

konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa

digunakan individu untuk mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika

ansietas menghebat. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran

yang serius. Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme

koping :

1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi

pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stress secara realistis.

a) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah, menghilangkan atau

mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.

b) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologis untuk

memindahkan seseorang dari sumber stress.

c) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang

mengoperasikan, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan

personal seseorang (Riyadi & Purwanto, 2010).

2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang

tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan

distorsi realitas maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptive

terhadap stes (Riyadi & Purwanto, 2010).

Mekanisme pertahanan ego meliputi hal – hal berikut :

a) Kompensasi.

Menonjolkan kelebihan untuk menutupi kekurangan.

Page 46: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

46

b) Penyangkalan (denial).

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas.

c) Pemindahan (displacement).

Pengalihan emosi yang ditujukan pada seseorang atau benda yang netral/tidak

mengancam dirinya.

d) Disosiasi.

Pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku dari kesadaran atau

identitas.

e) Identifikasi

Ingin menyamai seorang figure yang dididealkan, di mana salah satu cirri atau

segi tertentu dari figure itu ditransfer pada dirinya. Dengan demikian ia

merasa harga dirinya bertambah tinggi.

Contoh :

Teguh, 15 tahun mengubah model rambutnya menirukan artis idolanya yang

ia kagumi.

f) Intelektualitas.

Alasan atau logika yang berlebihan.

g) Introjeksi.

Merupakan bentuk sederhana dari identifikasi, dimana nilai – nilai, norma –

norma dari luar diikuti atau ditaati sehingga ego tidak lagi terganggu oleh

ancaman dari luar.

Page 47: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

47

Contoh :

Rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai dialihkan

dengan cara menyalahkan diri sendiri.

h) Proyeksi.

Hal ini berlawanan dengan inrojeksi, di mana menyalahkan orang lain atas

kelalaian dan kesalahan – kesalahan atau kekurangan diri sendiri, keinginan –

keinginan, serta impuls – impuls sendiri.

Contoh :

Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan

seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya

tersebut mencoba merayunya.

i) Rasionalisasi.

Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alas an yang

seolah – olah rasional sehingga tidak menjatuhkan harga dirinya.

Contoh :

Munawir menyalahkan cara mengajar dosennya ketika ditanyakan oleh orang

tuanya mengapa nilai semesternya buruk.

j) Reaksi formasi.

Bertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan,

perasaan yang sebenarnya. Mudah dikenal karena sifatnya ekstrem dan sukar

diterima.

Contoh :

Page 48: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

48

Seorang wanita yang tertarik pada teman suaminya akan memperlakukan

orang tersebut dengan kasar.

k) Regresi.

Kembali ke tingkat perkembangan terdahulu ( tingkah laku yang bersifat

primitive ).

Contoh :

Seorang anak yang mulai berkelakuan seperti bayi, ketika seorang adiknya

dilahirkan.

l) Represi.

Penyingkiran unsure psikik (sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik) sehingga

menjadi hal yang dilupakan/tidak dapat diingat lagi). Represi membantu

individu mengontrol impuls – impuls berbahaya.

Contoh :

Suatu pengalaman traumatis menjadi terlupakan.

m) Sublimasi.

Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat

diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan

oleh karena mengganggu individu atau masyarakat. Oleh karena itu, impuls

harus diubah bentuknya sehingga tidak merugikan individu/masyarakat

sekaligus mendapatkan pemuasan.

Contoh :

Page 49: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

49

Impuls agresif disalurkan ke olahraga, usaha – usaha yang bermanfaat.

n) Supresi.

Menekan hal atau pikiran yang tidak menyenangkan, dapat mengarah ke

represi.

o) Undoing.

Meniadakan pikiran – pikiran, impuls yang tidak baik, seolah – olah

menghapus suatu kesalahan.

Contoh :

Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera

memperlakukannya penuh dengan kasih sayang.

(Kusumawati & Hartono, 2010).

7. Gangguan kecemasan

Sutardjo Wiramihardja (2005) membagi gangguan kecemasan yang terdiri

dari :

a. Panic Disorder

Panic Disorder ditandai dengan munculnya satu atau dua serangan panic yang

tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh hal-hal yang bagi orang lain bukan

merupakan masalah luar biasa. Ada beberapa simtom yang menandakan kondisi

panik tersebut, yaitu nafas yang pendek, palpilasi (mulut yang kering) atau justru

kerongkongan tidak bisa menelan, ketakutan akan mati, atau bahkan takut gila.

b. Agrophobia

Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau situasi dimana ia

merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik secara fisik maupun psikologis

Page 50: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/163/jtptunimus-gdl-wahyufajar... · Sebagai contoh klien ... Abnormalitas perkembangan sistem

50

untuk melepaskan diri. Orang-orang yang memiliki agrophobia takut pada kerumunan

dan tempat-tempat ramai.

8. Dampak kecemasan

Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang

betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh berlebihan

dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif.

Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran

serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakitpenyakit fisik (Cutler, 2004).

Yustinus Semiun (2006) membagi beberapa dampak dari kecemasan kedalam

beberapa simtom, antara lain :

a. Simtom suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya

hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak

diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian

dapat menyebabkan sifat mudah marah.

b. Simtom kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu

mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut

tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak

bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa

cemas.