pengaruh lama ekuilibrasi terhadap daya hidup … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih...

59
i PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) SKRIPSI Oleh : KARTINA I 111 09 281 JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Upload: hoangdieu

Post on 06-May-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

i

PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP

SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE)

SKRIPSI

Oleh :

KARTINA

I 111 09 281

JURUSAN PRODUKSI TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 2: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

ii

PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP

SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE)

SKRIPSI

Oleh :

KARTINA

I 111 09 281

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan

Pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

JURUSAN PRODUKSI TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 3: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Kartina

Nim : I 111 09 281

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam bab

hasil dan pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan

dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyatan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan

seperlunya.

Makassar, Februai 2014

Ttd

KARTINA

Page 4: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Lama Ekuilibrasi terhadap Daya Hidup

Spermatozoa Kambing Peranakan Etawah (PE)

Nama : Kartina

Nim : I 111 09 281

Jurusan : Produksi Ternak

Program Studi : Produksi Ternak

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui Oleh :

Prof. Dr.Ir. H. Abd. Latief Toleng, M.Sc Prof. Dr. Ir .H. Herry Sonjaya, DEA. DES

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Diketahui Oleh :

Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc

Dekan Fakultas Peternakan Ketua Jurusan Produksi Ternak

Tanggal Lulus : Januari 2014

Page 5: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

v

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT atas berkah

dan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Pengaruh Lama Ekuilibrasi terhadap Daya Hidup Spermatozoa Kambing

Peranakan Etawah (PE)” sebagai persyaratan wajib bagi mahasiswa Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin guna memperoleh gelar Sarjana Peternakan.

Tidak lupa pula penulis panjatkan shalawat dan salam bagi junjungan dan teladan

kita semua Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat beliau yang

senantiasa menjadi penerang bagi kehidupan umat muslim di seluruh dunia.

Dalam pembuatan skripsi ini, penulis juga menyadari bahwa keberhasilan

yang penulis capai tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis

menghanturkan beribu-ribu terima kasih kepada

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Abd. Latief Toleng, M.Sc selaku Pembimbing Utama,

atas segenap waktu, tenaga, materi serta bimbingan bapak yang tercurahkan

selama penelitian sampai skripsi tersebut selesai.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Herry Sonjaya, DEA. DES selaku Pembimbing

Anggota dan selaku Penasehat Akademik atas segala waktu dan arahan bapak

selama ini.

3. Sembah sujudku kepada Ayahanda Rudi dan Ibunda Hj. Juhari yang telah

memelihara, mengasuh, dan senantiasa telah membesarkan, memberi semangat

dan dos tak terhingga yang tidak bias terbalas dengan apapun.

Page 6: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

vi

4. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku Dekan Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf dan jajarannya.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku ketua Jurusan Produksi

Ternak beserta seluruh jajarannya.

6. Bapak Dr. Muhammad Yusuf, S.Pt sebagai Sekertaris Jurusan dan

Koordinator Laboratorium Reproduksi ternak, Terima Kasih yang sebesar-

besarnya atas bimbingan, materi dan bantuannya kepada Penulis.

7. Kepada kakanda Dzulyadaeni S.Pt selaku kakak senior atas partisipasi dan

peminjaman kambingnya selama penulis menjalani penelitian.

8. Kepada kakanda M. Rachman Hakim, S.Pt, MP dan Muhammad Azhar S.

Pt. Terima kasih atas bantuannya kepada penulis.

9. Team penelitian yaitu Lusiana Tandi Bara’tiku S.Pt dan Sitti Zaidah S.Pt

atas semua pengorbanan waktu, materi, pikiran dan kerjasamanya selama

penelitian.

10. Sahabatku “Merpati 09” Urfiana Sara S.Pt, Rasmiati S.Pt, Lusiana Tandi

Bara’tiku S.Pt, Sitti Zaidah S.Pt, Andi Utami Amalia Nirwana S.Pt, Nur

Salmah S.Pt, Ristasari Sadi S.Pt, Alvriani Marewa S.Pt, Winda Lestari

Kahar, Ridha Tunnisa S.Pt, Yulianti S.Pt, Asma Bio Kimestri S.Pt,

Misrianti S.Pt, Mulyanti Munda S.Pt, Nafwilda Sara S.Pt, Rosita Sia S.Pt,

Warni S.Pt, Andi Muh. Nur Thamrin S.Pt, Hendra Setiawan, Muh. Ilham,

Adhan Setiawan A, Sapri Usman, Yusri S.Pt, Hamzah S.Pt, Bahri

Syamsuriadi S.Pt, Randi Hidyat, Budiman T, Nur Jasdan, Ichsan Atsari

Natsir, Nur Halis Elvin, Nanang, Asmar Rizal Riski, Firman Zainal,

Jaidin, Alim tak terkecuali atas segala bantuan dan kebersamaan selama kuliah.

Page 7: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

vii

11. Kepada Sahabat- Sahabat Seperjuangan Lusiana Tandi Bara’tiku S.Pt, Sitti

Zaidah S.Pt, Andi Utami Amalia Nirwana S.Pt, Nur Salmah S.Pt, Rasmiati

S.Pt, Urfiana Sara S.Pt, Andi Muh. Nur Thamrin S.Pt, Ristasari Sadi S.Pt,

Alvriani Marewa S.Pt. Terima kasih atas segala kebaikan dan Kebersamaan

yang kalian berikan selama penulis kuliah di Fakultas Peternakan.

12. Terima kasih kepada Colagen 06, Rumput 07, Bakteri 08, dan Lion 10.

13. Terima kasih kepada Teman- teman KKN Gel. 82 Desa Laerung : K’ Ami, K’

Reza, Allu, Aldy, Safa, Anthes, dan Eren serta sekecamatan Majauleng.

Semua teman-teman KKN Reguler Gel. 82. Terima Kasih telah mengajarkan

arti kekeluargaan dan dukungannya selama KKN.

14. Teman jalan Emelia S.E, Indah, Andi Kembar, dan Sri Ita terima kasih atas

bantuan dan perhatiannya selama penelitian dan penyelesaian Skripsi.

15. Teman-teman Easy Going : Yus, Srie, Erna, Kiki, Nia, Iccang, Adly,

Ummank, Agus, Oci, dan dll.

16. Kepada semua orang yang berjasa kepada penulis yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

Dengan penuh keterbatasan penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini masih

sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun dari pembaca sekalian juga untuk perbaikan

skripsi tersebut. Penulis juga berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat

khususnya dibidang reproduksi.

Makassar, Februai 2014

Kartina

Page 8: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

viii

ABSTRAK

KARTINA (I 111 09 281). Pengaruh Lama Ekuilibrasi terhadap Daya Hidup

Spermatozoa Kambing Peranakan Etawah (PE). Dibawah bimbingan oleh Abdul

Latief Toleng sebagai Pembimbig Utama dan Herry Sonjaya sebagai pembimbing

anggota.

Pengaruh lama ekuilibrasi dan pembekuan uap N2 cair merupakan faktor yang

sangat menentukan kualitas semen beku kambing Peranakan Etawah, namun lama

ekuilibrasi yang optimal untuk memproduksi semen beku kambing Peranakan

Etawah informasinya masih terbatas. Oleh karena itu tujuan penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh lama ekuilibrasi dan pembekuan uap N2 cair terhadap daya

hidup spermatozoa kambing Peranakan Etawah. Rancangan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap, pola Faktorial (2x2) dengan 4 kali ulangan

(penampungan semen). Terdapat dua perlakuan yaitu faktor A adalah waktu

ekuilibrasi ; a1 = 2 jam, a2 = 4 jam, pada suhu 5°C dan Faktor B adalah pra-

pembekuan ; b1 = pra-pembekuan selama 4-5 menit, b2 = pra-pembekuan selama

15-20 menit, pada suhu -110oC. Parameter yang diamati adalah motilitas,

persentase hidup dan abnormalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motilitas,

persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P<0,05) pada ekuilibrasi 4

jam dan pembekuan uap N2 cair selama 15-20 menit dibandingkan ekuilibrasi 2 jam

selama 4-5 menit (44,32% ; 46,07% ; 13,00%) vs (33,46% ; 35,35% ; 17,50%).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekuilibrasi 4 jam dengan pembekuan uan N2

cair selama 15-20 menit menghasilkan motilitas, persentase hidup dan abnormalitas

yang lebih baik dibandingkan 2 jam selama 4-5 menit.

Kata Kunci : Ekuilibrasi, Pembekuan Uap N2 Cair, Motilitas, Persentase

Hidup, Abnormalitas, Kambing Peranakan Etawah.

Page 9: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

ix

ABSTRACT

KARTINA (I 111 09 281). The effect of Equilibration Duration on Viability of

Etawah Goat Cross (PE) Sperms. Supervised by Abdul Latief Toleng as main

supervisor and Herry Sonjaya as co-supervisor.

Effect of equilibration duration and freezing liquid N2 vapor were the factors that

determine the quality of Etawah Goat Cross semen, however the information of

optimal duration is still limited. Therefore the aim of this study was to determine

the effect of duration of equilibration and freezing liquid N2 vapor on sperms

viability of Etawah Gooat Cross. The study was designed using completly

randomized design with factorial pattern (2x2), 4 repeatitions (semen collection).

The first treatment was equilibration duration : a1 = 2 hours, a2 = 4 hours, at a

temperature of 5oC and the second treatment was time of pre-freezing b1 = 4-5

minutes, b2 = 15-20 minutes, at temperature of -110oC. Parameters measured were

the motility, viable percentage, and abnormality sperms. The result indicated that

the motility, viable percentage, and abnormality were significantly higher (P<0,05)

at 4 hours equilibration and freezing liquid N2 vapor for 15-20 minutes compared to

2 hours equilibration for 4-5 minutes (44,32% ; 46, 07% ; 13,00%) vs (33,46% ;

35,35% ; 17,50%). It is concluded that the 4 hours equilibration with freezing

liquid N2 vapor for 15-20 minutes resulted higher sperm motility, viable

percentage, abnormality in compared to those in 2 hours for 4-5 minutes.

Keywords : Equilibration, Freezing Liquid N2 Vapor, motility, viable

percentage, abnormality, Etawah Goat Cross.

Page 10: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii

LEMBAR KEASLIAN ................................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

ABSTRACT .................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3

A. Karakteristik Semen Kambing Peranakan Etawah (PE) ................. 3

B. Proses Pembuatan Semen Beku ..................................................... 4

1. Pengenceran Semen .................................................................... 4

2. Waktu Ekuilibrasi ....................................................................... 8

3. Pra-Pembekuan (Pembekuan Uap N2 Cair) ................................ 10

C. Evaluasi Semen .............................................................................. 11

MATERI DAN METODE PENELITIAN ................................................... 16

Waktu dan Tempat .............................................................................. 16

Materi Penelitian ................................................................................. 16

Rancangan Penelitian ........................................................................... 16

Prosedur Penelitian .............................................................................. 17

Parameter yang Diukur ........................................................................ 21

Alur Penelitian .................................................................................... 23

Analisa Data ......................................................................................... 24

Page 11: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

xi

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 25

Karakteristik Semen Segar .................................................................. 25

Karakteristik Semen Beku ..................................................................... 27

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 37

LAMPIRAN ................................................................................................... 41

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 45

Page 12: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

xii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Kualitas Semen Segar Kambing PE ................................................ 4

2. Karakteristik semen segar kambing PE yang digunakan pada penelitian 25

3. Rataan motilitas spermatozoa kambing PE setelah thawing ............ 27

4. Rataan persentase hidup spermatozoa kambing PE setelah thawin . 30

5. Rataan abnormalitas spermatozoa kambing PE setelah thawing ...... 32

Page 13: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Alur penelitian pengaruh lama ekuilibrasi terhadap daya hidup

spermatozoa kambing Peranakan Etawah ......................................... 23

2. Gambaran skematik perubahan fisik pada sel selama pembekuan .. 29

3. Persentase hidup dan mati sperma kambing PE .............................. 32

4. Abnormalitas primer dan sekunder pada spermatozoa kambing PE 35

Page 14: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Hasil analisis ragam persentase motilitas spermatozoa post thawing ...... 41

2. Hasil analisis ragam persentase hidup spermatozoa post thawing ............ 42

3. Hasil analisis ragam abnormalitas spermatozoa post thawing ................. 43

4. Dokumentasi proses penelitian ............................................................... 44

Page 15: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

1

PENDAHULUAN

Dengan adanya kemajuan teknologi, kini manusia dapat mengembangkan

pemuliabiakan ternak dengan semen beku menggunakan Teknik Inseminasi

Buatan. Semen beku yang digunakan untuk inseminasi buatan dipengaruhi oleh

pengawetan semen dalam bentuk pembekuan. Prinsip pembekuan semen sangat

dipengaruhi dua faktor cold shock dan pembentukan kristal-kristal es (Toelihere,

1979). Sebagian masalah cold shock dan pembentukan kristal-kristal es ini dapat

diatasi dengan penggunaan pengencer bergliserol sebagai bahan pelindung.

Keefisienan gliserol pada masa pembekuan sangat ditentukan oleh proses

ekuilibrasi yaitu periode yang diperlukan spermatozoa sebelum pembekuan untuk

menyesuaikan diri dengan pengencer supaya sewaktu pembekuan kematian

sperma yang berlebih-lebihan dan kerusakan pada alat gerak sperma akibat cold

shock dapat dicegah. Proses ini dilakukan sebelum semen dibekukan yaitu pada

suhu 5oC selama selang waktu tertentu.

Ekuilibrasi adalah waktu yang diperlukan spermatozoa untuk beradaptasi

dengan medium pengencer. Pada saat ekulibrasi gliserol diberi kesempatan untuk

memasuki sel spermatozoa sebelum pembekuan agar kerusakan mekanis pada

spermatozoa dapat dihindari. Jika waktu ekuilibrasi dilakukan dengan cepat maka

air yang ada dalam sel akan keluar dalam jumlah sedikit sehingga belum

mencapai tahap ekuilibrium, dan apabila dilakukan dengan lambat sel akan

mempunyai waktu yang cukup untuk mengeluarkan air dari dalam sel sehingga

konsentrasi intrasel meningkat akibatnya sel tidak mengalami pembentukan es

intraselular melainkan hanya terbentuk di luar sel.

Page 16: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

2

Proses freezing merupakan proses penurunan suhu secara bertahap (secara

gradual) atau pembekuan uap N2 cair sebelum mencapai N2 cair. Sebelum

dimasukkan ke dalam N2 cair, semen ditempatkan di atas permukaan N2 cair yang

bersuhu ±-1100C selama 9 menit. Tujuan pembekuan uap N2 cair (secara gradual)

tersebut untuk menekan angka kematian spermatozoa, agar spermatozoa dapat

beradaptasi dengan suhu dingin. Setelah itu semen dapat dibekukan dengan

menempatkan semen di dalam N2 cair dan disimpan dalam container.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mencari lama ekuilibrasi

dan pembekuan uap N2 cair terhadap daya hidup spermatozoa kambing Peranakan

Etawah (PE). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama ekuilibrasi

dan lama pembekuan uap N2 cair terhadap daya hidup spermatozoa kambing

Peranakan Etawah (PE). Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dengan

mengetahui berapa lama waktu ekuilibrasi dan pembekuan uap N2 cair terhadap

daya hidup spermatozoa kambing Peranakan Etawah (PE). Dan sebagai bahan

informasi bagi masyarakat dan peternak mengenai waktu ekuilibrasi yang tepat

untuk menentukan kualitas semen beku kambing.

Page 17: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

3

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Semen Kambing Peranakan Etawah (PE)

Semen kambing berwarna putih dan krem jika konsentrasi spermatozoa

tinggi. Kadang-kadang sering berwarna kuning, karena mengandung riboflavin

yang disekresikan oleh kelenjar vesikula (Evans dan Maxwell, 1987). Derajat

kekeruhannya tergantung pada konsentrasi spermatozoa semakin keruh semen

maka jumlah spermatozoa permililiter semen semakin banyak (Partodihardjo,

1992).

Volume semen setiap penampungan untuk masing-masing ternak berbeda-

beda menurut bangsa, umur, ukuran ternak, dan makanan (Partodihardjo, 1992).

Volume semen kambing bervariasi setiap penampungan yaitu 0,5 – 1,0 ml

(Devandra dan Burns, 1994) atau 0,5 – 1,5 ml (Wildeus, 1995). Volume semen

kambing Peranakan Etawah rata-rata 0,95 ml, konsistensi kental, warna putih

sampai krem, konsentrasi spermatozoa 2,94 milyar/ml, pH 7,13, gerakan massa

+++, persentase motilitas 72,79%, persentase hidup spermatozoa 82,54% dan

persentase abnormalitas spermatozoa 10,17% (Tambing, dkk 2001).

Penilaian konsentrasi spermatozoa tiap milliliter semen sangat penting,

karena faktor ini dipakai sebagai kriteria penentu kualitas semen dan menentukan

tingkat pengencerannya (Foote, 1980). Konsentrasi yaitu jumlah spermatozoa

perunit volume (permililiter). Konsentrasi spermatozoa tiap ejakulasi berkisar

antara 1,5 – 5,0 x 109 spermatozoa / ml (Wildeus, 1995). pH rata-rata semen

kambing berkisar sekitar 7,0 (Partodihardjo, 1992).

Konsistensi semen tergantung pada rasio kandungan spermatozoa dan

seminal plasma. Konsistensi adalah derajat kekentalan yang erat kaitanya dengan

Page 18: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

4

konsentrasi spermatozoa. ). Untuk lebih jelasnya karakteristik semen kambing PE

pada table 1 dibawah ini.

Tabel 1. Kualitas Semen Segar Kambing Peranakan Etawah

Sumber : Tambing, dkk (2000)

B. Proses Pembuatan Semen Beku

1) Pengenceran Semen

Sebelum semen dibekukan, terlebih dahulu dilakukan penambahan

pengencer dengan tujuan untuk memperbanyak volume semen dan menunjang

daya hidup spermatozoa. Pengencer harus mengandung sumber energi untuk

kelangsungan hidup spermatozoa, unsur penyanggah bertekanan osmosa isotonik,

tidak meracuni spermatozoa, dapat melindungi spermatozoa dari pengaruh buruk

pembekuan dan mengandung antibiotik untuk melindungi semen dari kontaminasi

(Toelihere, 1985).

Pengencer yang banyak digunakan untuk pembekuan semen dan telah

berhasil baik adalah pengencer yang menggunakan penyanggah tris yang

dikombinasikan dengan gula monosakarida. Situmorang dan Sitepu (1991)

menyatakan tris kuning memberikan motilitas spermatozoa pasca thawing yang

No Karakteristik Hasil Pengamatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Volume (ml)-

Konsistensi-

pH

Konsentrasi sperma-

Gerakan Massa-

Warna-

Motilitas (%)-

Hidup (%)

Abnormalitas (%)

Tudung akrosom utuh (%)

Membran plasma utuh (%)

1,08 ± 0,47

Kental

6,85 ± 0,29

2801,43 ± 438,79

+++

krem-putih susu

74,29 ± 2,70

85,79 ± 3,94

9,68 ± 4,45

85,37 ± 4,62

82,40 ± 5,08

Page 19: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

5

lebih tinggi dibandingkan dengan sitrat kuning telur. Tris selain mempunyai

sistem penyangah yang baik juga memiliki toksisitas yang rendah. Telah banyak

dibuktikan bahwa penggunaan pengencer tris untuk pengenceran semen kambing

baik untuk perlakuan cair maupun beku. Penggunaan bahan pengencer tris juga

sering ditambah dengan kuning telur (Toelihere, 1981).

Kuning telur mengandung banyak bahan yang diperlukan oleh

spermatozoa (Sorensen, 1979). Selain itu kuning telur mengandung kolesterol dan

karoten yang menstimulasi aktivitas dehidrogenase suksinat, malat dan gliseral

dehidrida -3- fosfatspermatozoa. Kuning telur juga mengandung komponen yang

bekerja sebagai substrak oksidasi, pelindung enzim sufhidril dan faktor aglutinat

dalam plasma semen mamalia sebagai sumber untuk mencegah aglutinasi

spermatozoa (Salisbury dan Van Demark 1985).

Pengencer semen cair atau semen beku secara praktis harus mengandung

kuning telur atau susu sebagai unsur dasar. Kuning telur sebagai pengencer,

mengandung lipoprotein dan lecithin yang mempertahankan dan melindungi

integritas selubung protein dari spermatozoa dan mencegah cold shock. Kuning

telur juga mengandung glukosa sebagai sumber energi bagi spermatozoa

disamping protein dan vitamin-vitamin yang larut dalam air atau minyak, serta

mampunyai viskositas yang mungkin menguntungkan spermatozoa (Toelihere,

1993).

Pengenceran semen selain menambah volume semen juga berfungsi untuk

melindungi dan memperpanjang hidup spermatozoa. Pengencer tris aminomethan

kuning telur dibuat dengan komposisi bahan tris (hydroxymethil) aminomethan,

Page 20: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

6

asam sitrat, raffinosa, fruktosa, laktosa, kuning telur streptomycin, penicillin dan

gliserol (Anonim, 1998).

Kuning Telur terdiri dari Tris (hydroxymethil) aminomethane, asam sitrat

monohidrat, Kristal glucosa, kuning telur, penicillin, strepromycin dan

aquabidestilata. Tris (hydroxymethil) aminomethane berfungsi sebagai buffer dan

mempertahankan tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit. Kuning telur

berfungsi melindungi spermatozoa terhadap cold shock dan sebagai sumber energi

(Triana, 2005).

Kuning telur dan Gliserol berfungsi sebagai pelindung cold shock dan

sumber energi (Evans dan Maxwell, 1987). Antibiotik ditambahkan dalam

pengencer berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Gliserol

dalam pengencer berfungsi sebagai cryoprotectan yaitu perlindungan spermatozoa

terhadap efek letal pada saat pembekuan (Anonim,1998).

Air susu baik susu segar (susu mentah) maupun susu hasil olahan (susu

skim) sebagai bahan pengencer semen berbagai ternak telah lama dimanfaatkan

dan memberikan hasil yang baik dibeberapa BIB di dalam dan di luar negeri. Susu

dapat dimanfaatkan senagai bahan pengencer semen karena didalamnya

terkandung berbagai jenis senyawa kimia yang dibutuhkan oleh spermatozoa

untuk menunjang kehidupannya terutama dalam proses pengolahan, baik dalam

bentuk semen cair-dingin (disimpan pada suhu sekitar 3-5oC maupun dalam

keadaan beku (disimpan di dalam kontainer nitrogen cair dengan suhu sekitar -

196oC). Menurut Jones dan Mann (1977) menunjukkan bahwa kuning telur dan

susu melindungi spermatozoa dari kerusakan yang disebabkan oleh peroksidasi

lipid. Diduga kuning telur dan susu membentuk lapisan pelindung terhadap sel

Page 21: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

7

spermatozoa, mencegah peroksidasi lipid dari interaksinya dengan sel

spermatozoa atau berkombinasi langsung dengan peroksidasi dan kemudian

menetralisis pengaruhnya.

Pengencer susu mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya susu

mengandung substansi pelindung lesitin yang berfungsi melindungi spermatozoa

terhadap cekaman dingin selama proses pembekuan (Toelihere, dkk 1980).

Gliserol memiliki peranan lain yaitu mencegah terjadinya dehidrasi karena

memiliki daya pengikat air yang kuat (Toelihere, 1993). Hal ini akan

mempengaruhi tekanan uap sehingga titik beku medium menurun, akibatnya sel

spermatozoa akan memperoleh kesempatan lebih lama untuk mengeluarkan air.

Gliserol akan memberikan perlindungan yang efektif terhadap spermatozoa

selama proses pembekuan bila konsentrasinya di dalam pengencer optimal.

Tambing, dkk (2000) menyatakan bila konsentrasi gliserol tidak optimal akan

menimbulkan gangguan pada sperma berupa penurunan kualitas spermatozoa.

Penambahan dosis gliserol pada beberapa pengencer berbeda-beda.

Menurut Evan dan Maxwell (1987) untuk melakukan pembekuan semen kambing

standar penggunaan gliserol yang dianjurkan adalah 6% sampai 8% karena jika

kurang dari itu maka gliserol tidak akan memberikan efek yang berarti, sedangkan

jika lebih tinggi akan menimbulkan efek toksik pada spermatozoa. Efek toksisitas

dari gliserol adalah memodifikasi struktur membrane plasma dan pada konsentrasi

yang tinggi dapat menghambat metabolisme energy (Mclaughlin et al., 1992).

Akibat terganggunya mekanisme spermatozoa, menyebabkan spermatozoa akan

mengalami kekurangan energi sehingga viabilitas dan motilitasnya menurun.

Page 22: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

8

Adapun mekanisme kerja dari gliserol adalah gliserol dapat berdifusi ke

dalam sel spermatozoa dan dapat dimetabolisir dalam proses-proses yang

menghasilkan energi dan membentuk fruktosa. Gliserol yang memasuki sel akan

menggantikan sebagian besar air yang bebas dan mendesak ke luar elektrolit-

elektrolit, menurunkan konsentrasi intraseluler elektrolit-elektrolit tersebut dan

mengurangi daya perusaknya terhadap spermatozoa (Toelihere, 1993).

2) Waktu Ekuilibrasi

Waktu ekuilibrasi adalah waktu yang diperlukan spermatozoa untuk

beradaptasi dengan lingkungan yang baru yaitu bahan pengencer. Waktu

ekulibrasi ini gliserol diberi kesempatan untuk memasuki kepala spermatozoa

sebelum pembekuan agar kerusakan mekanis pada spermatozoa dapat dihindari.

Pembekuan semen domba dan kambing masih bersifat percobaan dan waktu

equlibrasi pada domba dan kambing belum baku seperti pada sapi yang sudah

baku yaitu 2 jam. Kandungan kolesterol spermatozoa pada domba dan kambing

yang lebih sedikit dibanding sapi akan mempengaruhi membran, semakin sedikit

kandungan kolesterol pada membrane akan menyebabkan spermatozoa mudah

mengalami kerusakan (Hardijanto dkk., 2010).

Toelihere (1979) menyebutkan bahwa ekuilibrasi adalah periode yang

diperlukan spermatozoa sebelum pembekuan untuk menyesuaikan diri dengan

pengencer supaya sewaktu pembekuan kematian sperma yang berlebih-lebihan

dapat dicegah. Ternyata persentase sperma hidup pada waktu ekuilibrasi singkat

lebih sedikit bila dibandingkan dengan persentase sperma hidup pada waktu

ekuilibrasi yang lebih panjang, hal ini disebabkan karena spermatozoa banyak

Page 23: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

9

mengalami kematian akibat tekanan penurunan suhu secara cepat tanpa adanya

waktu tepat untuk penyesuaian diri terhadap keadaan tersebut.

Pengaturan waktu ekuilibrasi diharapkan dapat memberikan kesempatan

kepada gliserol untuk berdifusi ke dalam sel sperma sampai keseimbangan antara

konsentrasi gliserol di dalam dan di luar sel tercapai. Waktu ekuilibrasi yang

optimal tergantung kepada jenis, bangsa dan individu pejantan. Menurut Herdis,

dkk (1998) ekuilibrasi selama 4 jam menghasilkan motilitas sebesar 50,85% lebih

tinggi dibandingkan dengan ekuilibrasi selama 2 jam (39,17%) dan 6 jam (42,3%)

Menurut Gao dan Critser (2000) apabila suatu sel didinginkan terlalu

cepat, maka air yang ada dalam sel akan keluar dalam jumlah sedikit sehingga

belum mencapai tahap ekuilibrium. Air yang masih berada dalam sel tersebut

akhirnya berubah bentuk menjadi es atau disebut intracellular ice formation (IIF)

yang akan merusak sel spermatozoa dan mengakibatkan kematian sel. Apabila

pendinginan sel berjalan relative lambat, sel akan mempunyai waktu yang cukup

untuk mengelurkan air dari dalam sel sehingga konsentrasi intrasel meningkat

akibatnya sel tidak mengalami pembentukan es intraselular melainkan hanya

terbentuk di luar sel sebagai akibatnya sel menjadi mengkerut karena kekurangan

cairan serta akan terpapar lama dengan cairan ekstrasel yang berkonsentrasi

tinggi. Dengan demikian laju pendinginan pada sel yang terlalu cepat maupun

terlalu lambat akan mengakibatkan kerusakan dan kematian pada sel.

Keefisienan gliserol pada masa pembekuan sangat ditentukan oleh proses

ekuilibrasi yaitu periode yang diperlukan spermatozoa sebelum pembekuan untuk

menyesuaikan diri dengan pengencer supaya sewaktu pembekuan kematian

sperma yang berlebih-lebihan dan kerusakan pada alat gerak sperma akibat cold

Page 24: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

10

shock dapat dicegah. Proses ini dilakukan sebelum semen dibekukan yaitu pada

suhu 5oC selama selang waktu tertentu. Hal ini merupakan salah satu cara

mengurangi kematian spermatozoa yang berlebihan akibat efek kejutan dingin

pada spermatozoa pada waktu pembekuan serta dapat mengurangi pengaruh

negatif gliserol terhadap antibiotik yang ditambahkan ke dalam pengencer

(Toelihere, 1985).

3) Pra-pembekuan (pembekuan uap N2 cair)

Proses pra- pembekuan merupakan proses penurunan suhu secara bertahap

(secara gradual) atau pembekuan uap N2 cair sebelum disimpan di dalam N2 cair.

Sebelum dimasukkan ke dalam N2 cair, semen ditempatkan di atas permukaan N2

cair yang bersuhu ±-1100C selama 9 menit agar spermatozoa dapat beradaptasi

dengan suhu dingin. Hal ini dimaksudkan untuk menghidari terjadinya cold shock

pada spermatozoa atau menekan angka kematian spermatozoa. Setelah itu semen

dapat dibekukan dengan menempatkan semen di dalam N2 cair dan disimpan

dalam container. Pembekuan semen dalam straw dapat dilakukan dengan

menempatkan straw pada uap nitrogen cair dan kecepatan pendinginan diatur

dengan mengontrol jarak straw dengan permukaan N2 cair (Feradis, 2010).

Pembekuan semen merupakan suatu fenomena pengeringan fisik, pada

pembekuan semen akan terbentuk kristal-kristal es yang dapat merusak

spermatozoa secara mekanik sehingga membran sel akan berubah dan akan

mengakibatkan kematian sel. Masalah yang dihadapi dalam pembekuan semen

adalah berkisar pada dua fenomena yakni pengaruh kejutan dingin terhadap sel

yang dibekukan dan perubahan-perubahan intraseluler akibat pengeluaran air yang

berhubungan dengan pembentukan kristal-kristal es. Salah satu jenis krioprotektan

Page 25: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

11

yang sering digunakan pada mamalia adalah gliserol. Gliserol dapat masuk ke

dalam sel spermatozoa untuk mengikat sabagian air bebas, sehingga kristal-kristal

es yang terbentuk pada medium pengencer pada waktu pembekuan dapat dicegah

(Azizah dan Arifiantini, 2009).

Prinsip pembekuan semen sangat dipengaruhi dua faktor cold shock dan

pembentukan kristal-kristal es (Toelihere, 1979). Sebagian masalah cold shock

dan pembentukan kristal-kristal es ini dapat diatasi dengan penggunaan pengencer

bergliserol sebagai bahan pelindung.

Kriopreservasi semen merupakan suatu proses perlakuan pada semen yang

meliputi pengolahan, pengawetan dan penyimpanan dalam waktu tertentu

sehingga dapat digunakan pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan. Prinsip

utama proses kriopreservasi semen adalah pengeluaran air yang berlebihan dari

sel spermatozoa, dimana keluarnya air dari sel spermatozoa dan bila tidak adanya

kesempatan semua air keluar dari dalam sel akan menyebabkan pembentukan

kristal-kristal es yang dapat merusak sel spermatozoa (Tambing, 1999).

Berdasarkan metodenya, kriopreservasi meliputi tahap-tahap : (1) ekuilibrasi, (2)

pembekuan (Freezing), (3) pencairan kembali (thawing) (Karagiannidis dkk,

2000).

C. Evaluasi Semen

Evalusi Makroskopis

1. Volume

Volume semen yang tertampung dapat langsung terbaca pada tabung

penampung semen yang berskala. Semen sapi dan domba mempunyai volume

rendah tetapi konsentrasi sperma tinggi sehingga memperlihatkan warna krem

Page 26: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

12

atau warna susu. Semen kuda dan babi merupakan cairan yang lebih voluminous

dan lebih putih karena konsentrasi spermatozoa rendah. Volume semen per

ejakulat berbeda menurut bangsa, umur, ukuran badan, tingkatan makanan,

frekuensi penampungan dan berbagai faktor lain. Pada umumnya, hewan muda

yang berukuran kecil dalam satu spesies menghasilkan volume semen yang

rendah. Ejakulasi yang sering menyebabkan penurunan volume dan apabila dua

ejakulat diperoleh berturut-turut dalam waktu singkat maka umumnya ejakulat

yang kedua mempunyai volume yang lebih rendah (Feradis, 2010). Volume

semen sapi antara 5-8 ml, domba 0,8-1,2 ml, babi 150-200 ml, dan kuda 60-100

ml. Volume rendah tidak merugikan tetapi apabila disertai dengan konsentrasi

yang rendah akan membatasi jumlah spermatozoa yang tersedia (Feradis, 2010).

2. Bau

Bau semen variabel pemeriksaan bau semen jarang dilakukan karena tidak

berhubungan dengan kualitas spermatozoa.Umumnya bau semen dikategorikan

sebagai bau khas (Herdis dan Rizal, 2008).

3. Warna

Semen sapi normal berwarna seperti susu atau krem keputih-putihan dan

keruh. Kira-kira 10% sapi menghasilkan semen yang normal dengan warna

kekuning-kuningan yang disebabkan oleh riboflavin yang dibawa oleh satu gen

autosom resesif dan tidak mempunyai pengaruh terhadap fertilitas (Feradis, 2010).

Adanya kuman-kuman Pseudomonas Aeruginosa di dalam semen sapi

dapat menyebabkan warna hijau kekuning-kuningan apabila semen dibiarkan di

suhu kamar. Gumpalan-gumpalan, bekuan dan kepingan-kepingan di dalam

semen menunjukkan adanya nanah yang umumnya berasal dari kelenjar-kelenjar

Page 27: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

13

pelengkap dari ampula. Semen yang berwarna gelap sampai merah muda

menandakan adanya darah segar dalam jumlah berbeda dan berasal dari saluran

kelamin uretra atau penis. Warna kecoklatan menunjukkan adanya darah yang

telah mengalami dekomposisi. Warna coklat muda atau warna kehijau-hijauan

menunjukkan kemungkinan kontaminasi dengan feses (Feradis, 2010).

4. pH

Pada umumnya sperma sangat aktif dan tahan hidup lama pada pH sekitar

7,0. Motilitas partial dapat dipertahankan pada pH antara 5 sampai 10. Walaupun

sperma segera dimobiliser oleh kondisi-kondisi asam, pada beberapa spesies dapat

dipulihkan kembali apabila pH dikembalikan ke netral dalam waktu satu jam.

Sperma sapi dan domba yang menghasilkan asam laktat dalam jumlah yang tinggi

dan metabolisme fruktosa plasma seminalis, sehingga penting untuk memberikan

unsur penyangga seperti garam phospat, sitrat bikarbonat di dalam medium

(Toelihere, 1985).

5. Konsistensi

Konsistensi atau kekentalan semen segar dilihat dengan cara memiringkan

tabung semen secara perlahan dan mengembalikan semen koposisi semula

sehingga dapat ditentukan apakah cairan semen tersebut encer, sedang atau kental.

Semen sapi dan domba mempunyai konsistensi kental berwarna krem, sedangkan

semen kuda dan babi cukup encer berwarna terang sampai kelabu. Semen cair

berwarna atau hanya sedikit kekeruhan memiliki konsentrasi sekitar 100 juta sel

spermatozoa per ml dan yang jernih seperti air kurang dari 50 juta per ml (Feradis,

2010). Konsistensi semen tergantung pada rasio kandungan spermatozoa dan

Page 28: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

14

seminal plasma. Konsistensi adalah derajat kekentalan yang erat kaitanya dengan

konsentrasi spermatozoa.

Evaluasi Mikroskopis

1. Motilitas

Kebanyakan peneliti menentukan kualitas semen berdasarkan motilitas

spermatozoa dengan nilai 0 sampai 5 sebagai berikut: (0) spermatozoa immotil

atau tidak bergerak; (1) gerakan berputar di tempat; (2) gerakan berayun dan

melingkar, kurang dari 50% bergerak progresif; (3) antara 50%-80% bergerak

progresif; (4) pergerakan progresif yang gesit dan segera membentuk gelombang

dengan 90% sperma motil; (5) gerakan sangat progresif, menunjukkan 100% yang

motil aktif (Toelihere, 1979).

2. Persentase hidup

Sperma yang hidup dapat diketahui dengan pengecatan atau pewarnaan

dengan menggunakan eosin. Eosin dapat dibuat dari serbuk eosin yang dilarutkan

dalam aquadest dengan konsentrasi 1 : 9. Kemudian sperma ditetesi dengan

larutan eosin dan diratakan, kemudian di angin-anginkan atau di fiksasi dengan

menggunakan spiritus, setelah itu dilihat di bawah mikroskop. Sperma yang tercat

atau berwarna merah berarti sperma itu mati, sedangkan yang tidak terwarnai atau

tidak tercat berarti sperma itu hidup (Mulyono, 1998).

Perbedaan afinitas zat warna antara sel-sel sperma yang mati dan yang

hidup digunakan untuk melindungi jumlah sperma hidup secara objektif pada

waktu semen segar dicampur dengan zat warna eosin 2%. Sel-sel sperma yang

hidup tidak atau sedikit sekali menghisap warna sedangkan yang mati akan

mengambil warna karena permeabilitas dinding meningkat sewaktu mati. Tujuan

Page 29: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

15

pewarnaan diferensial adalah untuk mengetahui persentase sel-sel sperma yang

mati dan yang hidup (Hafez, 1987).

Matinya sperma disebabkan makin berkurangnya cadangan makanan dan

makin tidak seimbangnya elektrolit larutan akibat dari metabolisme dari sperma

akhirnya sperma mengalami kelelahan dan mati (Kusuma, 1990).

3. Abnormalitas

Abnormalitas primer meliputi kepala yang terlampau besar

(macrocephlalic), kepala terlampau kecil (microcephalic), kepala pendek melebar,

pipih memanjang dan piriformis; kepala rangkap, ekor ganda; bagian tengah

melipat, membengkok, membesar, piriformis; atau bertaut abaxial pada pangkal

kepala; dan ekor melingkar, putus atau terbelah. Abnormalitas sekunder termasuk

ekor yang putus, kepala tanpa ekor, bagian tengah yang melipat, adanya butiran-

butiran protoplasma proksimal atau distal dan akrosom yang terlepas (Toelihere

1985). Selama abnormalitas spermatozoa belum mencapai 20% dari contoh

semen, maka semen tersebut masih dapat dipakai untuk inseminasi (Toelihere,

1993).

Page 30: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

16

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2013 di

Ternak Potong Unit Ternak Kambing, Laboratorium Terpadu dan dilanjutkan

Laboratorium Semen Processing Unit Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin. Makassar.

Materi Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu ekor ternak kambing Peranakan Etawah

(PE) jantan berumur 3 tahun, kambing tersebut berasal dari Kabupaten Bantaeng.

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah satu set vagina buatan,

tabung penampung semen, thermometer, spektrofotometer, gelas penutup,

micropipet, batang pengaduk gelas, gelas ukur, lemari es, cool top, aluminium

foil, mikroskop, hemocytometer, spoit, pipet erythrocyt, objek glass, cover glass,

gegep, bunsen, beaker glass, labu erlenmeyer, printer straw, container.

Bahan-bahan yang digunakan pada pelaksanaan penelitian ini adalah

semen Kambing Peranakan Etawah, jelly, gliserol, NaCl fisiologis 0,9%, alkohol

70%, akuades, eosin 2%, aquabidestilata steril, kertas label, kapas, kertas saring,

tissue, straw, spiritus, N2 cair dan bahan pengencer kuning telur, susu skim.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kambing Peranakan Etawah

(PE), dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial (2x2)

dengan 4 ulangan, sehingga terdapat 16 unit percobaan. Penelitian ini terdapat dua

perlakuan yaitu faktor A adalah waktu ekuilibrasi ; a1 = 2 jam, a2 = 4 jam, pada

suhu 5°C dan Faktor B adalah pra-pembekuan (di atas uap N2 cair) ; b1 = pra-

Page 31: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

17

pembekuan selama 4-5 menit, b2 = pra-pembekuan selama 15-20 menit, pada suhu

-110oC. Masing-masing perlakuan diulang sebayak 4 kali.

Prosesdur Penelitian

1. Pembuatan bahan pengencer

a) Kuning telur

Cara pembuatan kuning telur yaitu telur ayam dicuci sampai bersih dari

kotoran. Kemudian keringkan dengan tissue bilas dengan kapas yang telah

dibasahi alkohol 70%, setelah itu memecahkan telur tersebut dengan jalan

memotong kulitnya menjadi dua bagian dan tahan kuning telurnya pada salah satu

potongan sedangkan putih telurnya (albumen) dipisahkan ditempat lain atau

dibuang, kemudian memindahkan kuning telur ke atas kertas isap steril dan

mengguling-gulingkan kuning telur sehingga selaput vitelinnya bersih dari

albumin. Memindahkan kuning telur ke atas kertas isap yang lain yang steril.

Memecahkan selaput vetelinnya dan bagian kuning telur di alirkan pada beker

gelas yang kecil (20 ml) setelah itu kuning telur siap digunakan.

b) Susu skim

Pengencer susu skim buat dengan cara (Herdis dan Rizal, 2008) yaitu

pertama menimbang 9 g susu skim (pilih susu skim yang kandungan lemaknya

sedikit), melarutkan dengan akuabides hingga mencapai volume 100 ml di dalam

gelas Erlenmeyer. Setelah itu memanaskan larutan susu tersebut secara tidak

langsung dengan cara memasukkan gelas erlenmeyer ke dalam gelas piala yang

telah diisi air bersih hingga mencapai suhu 950C dan diberi termometer. Setelah

mencapai suhu 950C pemanasan dilanjutkan dengan mempertahankan pada suhu

tersebut selama 10 menit. Kemudian dinginkan dengan cara mengalirkan air kran

Page 32: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

18

ke dalam gelas piala yang agak dimiringkan hingga mencapai suhu ruang (27-320

C). Kemudian air susu dituang kedalam tabung lainnya dengan meninggalkan

kepala susu yang mengandung albumin di dinding gelas arlenmeyer.

2. Penampungan Semen

Penampungan semen dilakukan 2 kali dalam satu minggu dengan jarak

interval selama 2 hari. Metode penampungan semen kambing dapat dilakukan

dengan menggunakan vagina buatan.Vagina buatan mudah dipakai, semen yang

ditampung keadaanya cukup bersih dan ejakulasi normal. Cara penampungan

mengunakan vagina buatan untuk menampung semen telah digunakan secar luas.

Pejantannya akan menaiki ternak betina pancingan dan akan berejakulasi pada

waktu penis dimasukkan ke dalam vagina buatan. Vagina buatan terdiri dari

selinder karet tebal dan keras, di dalamnya dilapisi selinder karet tipis dan

merupakan kantung yang dapat di isi dengan air panas disalah satu ujungnya

dipasang karet berbentuk corong untuk menampung semen. Bila vagina buatan ini

telah diisi air panas dan dibagian dalam diberikan pelicin, maka ini akan berfungsi

sebagai alat yang paling berguna untuk tujuan penampungan semen (Salisbury

dan Van Demark, 1985).

Suhu vagina buatan pada waktu penampungan semen berkisar antara 42-

440C dan untuk mencapai suhu tersebut, sebaiknya dipakai air hangat yang

bersuhu 50-550C (Salisbury dan Vandemark, 1985). Tabung sperma pada vagina

buatan ditutup atau dibalut kertas kain untuk mencegah kontak dengan sinar

matahari (Toelihere dkk, 1980).

Page 33: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

19

3. Evaluasi Semen Segar

Semen segar yang diperoleh dilakukan pemeriksaan dan evaluasi secara

makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan secara makroskopis meliputi

pemeriksan volume (ml), konsistensi, warna, bau dan pH. Pemeriksaan

mikroskopis meliputi motilitas, persentase hidup dan abnormalitas.

Pemeriksaan makroskopis

a. Warna : pemeriksaan warna semen dilakukan dengan melihat semen yang

ada pada tabung penampungan secara langsung.

b. Konsistensi : pemeriksaan konsistensi atau derajat kekentalan dilakukan

dengan cara mengambil satu tetes semen dimasukkan ke dalam larutan

Nacl kemudian dimasukkan pada spektofotometer, jika konsentrasi semen

(>1500) maka konsistensinya pekat, (<1000) konsistensi encer dan jika

antara 1000-1500 konsistensi sedang.

c. Volume : volume diketahui dengan membaca skala yang terdapat pada

tabung penampungan. Volume semen untuk masing-masing ternak

berbeda tergantung pada bangsa, umur, berat badan, tingkat makanan,

frekuensi penampungan (Toelihere, 1981).

d. pH : untuk mengetahui pH semen, dilakukan dengan menetaskan semen

pada kertas lakmus sebanyak satu tetes. Uji pH semen menggunakan pH

paper BTB atau MR, pH normal semen biasanya berkisar antara 6,2-6,8.

e. Konsentrasi : untuk mengetahui konsentrasi semen dilakukan dengan

menggunakan spektrophotometer dengan cara mengambil semen sebanyak

2 ml yang dicampur dengan Nacl 0,9 %, kemudian dihomogenkan

Page 34: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

20

(dimixer) selama 7 detik setelah homogen dimasukkan ke dalam

spectrophotometer dan dilihat jumlah konsentrasi semennya.

Pemeriksaan mikroskopis

a) Motilitas

Persentase motilitas adalah persentase spermatozoa yang bergerak

progresif (bergerak ke depan). Dievaluasi secara subjektif pada 10 lapang

pandang yang berbeda di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x. Hasil

yang diperoleh berkisar 0-100%.

b) Persentase Hidup

Persentase hidp adalah persentase spermatozoa yang hidup. Spermatozoa

yang hidup dievaluasi dengan preparat ulas menggunakan pewarnaan eosin

2% di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x minimal 200 spermatozoa.

c) Abnormalitas

Pemeriksaan abnormalitas dihitung dari jumlah persentase spermatozoa

yang masih memiliki cytoplasmic droplet dan spermatozoa yang mengalami

abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer meliputi kepala lonjong, kepala

besar, ekor patah, leher bengkok dan sekunder meliputi kepala putus, ekor

bengkok dan ekor putus. Penghitungan dilakukan menggunakan preparat ulas

diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x minimal 200 sel

spermatozoa.

4. Ekuilibrasi

Semen yang telah diencerkan selanjutnya diekuilibrasi pada suhu 5°C

selama 2 sampai 4 jam di dalam lemari pendingin.

Page 35: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

21

5. Filling dan Sealing

Setelah ekuilibrasi proses pengisian menggunakan spoit ke dalam straw

dan penjepitan straw menggunakan pinset yang dipanasakan. Proses ini dilakukan

di lemari pendingin pada suhu 5°C.

6. Pembekuan Uap N2 Cair

Setelah dimasukkan dalam straw, selanjutnya dilakukan proses pembekuan

uap N2 cair, dimana straw di masukkan dalam goblet yang ukuran pendek agar

proses pembekuan uap berjalan dengan baik pada suhu -1100C, selama 4-5 menit

dan 15-20 menit pada suhu -110oC. Setelah itu straw di celupkan dalam container

yang berisi N2 cair (suhu -196°C) selama 3 hari.

7. Thawing

Thawing adalah pencairan kembali semen beku yang dilakukan dengan

menigkatkan suhu secara konstan selama waktu tertentu (Sumarlin 2003).

Thawing semen beku dilakukan dengan menggunakan air pada suhu 37°C selama

kurang lebih 30 detik. Semen yang telah cair diteteskan pada gelas objek yang

telah dihangatkan dan ditutup dengan gelas penutup.

Parameter yang diukur pada penelitian ini yaitu :

a. Persentase motilitas adaalah persentase spermatozoa yang bergerak ke

depan dibandingkan dengan semua spermatozoa yang teramati (dalam

lapang pandang). Persentase motilitas dihitung dengan menggunakan

mikroskop pembesaran objektif 40 kali pada enam lapang pandang yang

berbeda. Penilaian diberikan dari angka 0% - 100%.

Page 36: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

22

b. Persentase hidup adalah persentase spermatozoa yang hidup dan dihitung

dengan pembesaran objektif 40 kali menggunakan pewarnaan diferensial

dengan menggunakan larutan eosin 2%. Spermatozoa yang hidup ditandai

dengan kepala yang tidak menyerap warna (transparan) sedangkan

spermatozoa yang mati ditandai dengan kepala yang berwarna merah.

Jumlah spermatozoa yang diamati minimal 200 ekor spermatozoa.

c. Abnormalitas

Abnormalitas sperma dilakukan dengan pewarnaan diferensial dengan

menggunakan zat pewarna eosin 2%, abnormalitas yang akan dihitung

adalah abnormalitas primer yaitu kepala terlalu besar, kepala lonjong,

ekor patah, leher bengkok dan abnormalitas sekunder yaitu dan ekor putus,

kepala tanpa ekor dan ekor bengkok.

Page 37: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

23

Alur Penelitian

Alur penelitian meliputi penampungan semen, pemeriksaan semen segar,

pengenceran semen, proses pembekuan, pemeriksaan semen setelah thawing

seperti yang terlihat pada gambar 1.

Evaluasi semen

Pengenceran semen sesuai perlakuan

Evaluasi semen

Gambar 1. Alur penelitian Pengaruh lama ekuilibrasi terhadap daya hidup

spermatozoa kambing Peranakan Etawah

Penampungan semen

Pra-freezing :

Makroskopis

-volume

-warna

-pH

-bau

-konsistensi

Mikroskopis

-motilitas

-persentase hidup

-abnormalitas

Susu skim 9 gram + Kuning telur 20 ml

Kemudian di tambahkan glisero 6%

Pengemasan dalam

ministraw

Ekuilibrasi 5°C

Pembekuan (Uap N2 cair pada suhu -110oC)

A1= waktu ekuilibrasi 2 jam A2 = waktu ekuilibrasi 4 jam

B1= di atas permukaan N2

cair selama 4-5 menit B2= di atas permukaan N2

cair selama 15-20 menit

Penyimpanan (N2 cair

suhu -196°C) 3 hari

Post freezing :

Mikroskopis

- Motilitas

- Persentase hidup

- Abnormalitas

Thawing (37°C selama

30 detik)

Page 38: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

24

Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisis ragam berdasarkan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 2 dengan 4 kali ulangan dengan model

matematika sebagai berikut :

Yijk = μ + αi+ ßj+ (αß)ij+ εij(k)

Keterangan:

Yijk : Nilai parameter peubah yang diamati pada ulangan ke-k dari

faktor I (waktu ekuilibrasi) ke-i (1, 2), faktor II (pra-

pembekuan) ke-j (1, 2) dan ke-k (1, 2, 3, 4)

µ : Nilai rataan umum

αi : Pengaruh waktu ekuilibrasi ke-i terhadap peubah (i1 dan i2)

ßj : Pengaruh pra-pembekuan ke-j terhadap peubah (j1 dan j2)

(αß)ij : Interaksi antara pengaruh waktu ekuilibrasi ke-i dan pra-

pembekuan ke-j terhadap peubah

εij(k) : Pengaruh galat percobaan

Page 39: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

25

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Semen Segar

Hasil pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis semen segar

kambing PE yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik semen segar kambing PE yang digunakan pada

penelitian

Parameter Nilai Rataan

Makroskopis

Warna Krem

pH 6,5

Konsistensi Kental

Volume (ml)

Bau

1,8

Khas

Mikroskopis

Motilitas 84,50%

Persentase hidup 88,75%

Abnormalitas 8%

Pada Tabel 2, pemeriksaan karakteristik semen segar kambing PE secara

makroskopis dan mikroskopis dilakukan dengan maksud untuk mengetahui

apakah semen tersebut layak untuk diproses lebih lanjut. Secara makroskopis

semen segar yang diperoleh berwarna krem, ini menunjukkan bahwa semen

tersebut normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Tambing, dkk (2000) pada tabel

1, yang menyatakan bahwa warna sperma kambing PE warna putih sampai krem

disebabkan oleh adanya riboflafin dari sekresi kelenjar vesikularis. Lopes (2002)

juga menyatakan bahwa kualitas semen dinyatakan baik apabila memiliki warna

kekuningan.

Derajat keasaman (pH) pada semen kambing PE memenuhi syarat untuk

diproses lebih lanjut. Derajat keasaman sangat menentukan status kehidupan

spermatozoa di dalam semen kambing. Tingkat keasaman (pH) 7,2 yaitu masih

Page 40: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

26

tergolong dalam kisaran normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Tambing, dkk

(2000) pada tabel 1, yang menyatakan bahwa kisaran normal pH kambing PE 6,85

dan Toelihere (1993) juga menyatakan bahwa kisaran normal pH kambing yaitu

antara 6,2 sampai 7,5.

Konsistensi semen kambing PE yang diperoleh pada penelitian ini

termaksud kategori kental, hal ini menunjukkann bahwa semen ini berkualitas

baik. Hal ini sesuai dengan Tambing, dkk (2000) pada tabel 1, konsistensi kental

mempunyai konsentrasi 1000 – 2801 juta atau lebih per ml.

Volume semen kambing PE yang diperoleh pada penelitian ini adalah 1,8

ml. Volume ini berada dalam kisaran normal untuk semen kambing. Hal ini sesuai

dengan pendapat Tambing, dkk (2000) pada tabel 1 yang menyatakan volume

semen kambing PE rata-rata 0,47 – 1,08 ml dan menurut Feradis (2010)

menyatakan bahwa volume semen kambinhg yang normal adalah 0,5-2,5 ml.

Bau yang dihasilkan pada penelitian dapat dikatakan normal yaitu bau khas

semen, hal ini didukung oleh pendapat Kartasudjana (2001) yang mengatakan

bahwa semen yang normal pada umumnya memiliki bau amis khas disertai

dengan bau dari hewan tersebut. Bau busuk bisa terjadi apabila semen

mengandung nanah yang disebabkan oleh adanya infeksi organ reproduksi jantan.

Hasil pengamatan sesuai dengan pendapat diatas yaitu bau semen adalah amis

khas.

Secara mikroskopis motilitas spermatozoa yang teramati adalah 87% ini

menunjukan bahwa layak pula untuk diencerkan karena nilainya memenuhi

standar. Hal ini sesuai pendapat Tambing, dkk (2000) pada (Tabel 1) persentase

motil 74, 29 % dapat diproses lebih lanjut.

Page 41: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

27

Persentase hidup dan abnormalitas yang diperoleh pada penelitian ini yaitu

persentase hidup 88,75% dan abnormalitas 8% layak untuk diencerkan karena

nilainya memenuhi standar. Hal ini sesuai pendapat Tambing, dkk (2000) pada

table 1 persentase hidup spermatozoa 82,75% dan persentase abnormalitas

spermatozoa 10,17%. Menurut Dahmani (2011) Toelihere (1985) dan Ax et al.

(2000) bahwa persyaratan nilai spermatozoa abnormal sebagai semen beku yaitu

20%. Secara keseluruhan persentase abnormalitas berada dibawah kisaran

Bearden dan Fuquay (2000) 20-25% yang berarti fertilitas tidak akan terganggu

dan dapat digunakan untuk program IB (Toelihere, 1981).

Karakteristik Semen Beku

a) Motilitas

Data persentase motilitas spermatozoa semen beku kambing PE dari hasil

penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan persentase motilitas spermatozoa semen beku kambing PE

setelah thawing

Pembekuan uap di atas

N2 cair (suhu -110oC)

4-5 menit

Ekuilibrasi (50C)

2 jam (%)

25,37 ± 4,33

4 jam (%)

39,09 ± 3,39

Rata-rata

32,23 ± 8,17a

15-20 menit 41,56 ± 13,48 49,54 ± 9,45 45,55 ± 11,59b

Rata –rata 33,46 ± 12,68a

44,32 ± 8,62b

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata (P<0,05), kemudian angka yang berbeda

pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).

Hasil analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa lama ekuilibrasi

dan pembekuan uap N2 cair berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap motilitas

spermatozoa, tetapi interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05).

Berdasarkan hasil penelitian pengamatan persentase motilitas spermatozoa post

Page 42: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

28

thawing pada ekuilibrasi 4 jam nyata lebih tinggi (P<0,05) dari pada yang

diekuilibrasi selama 2 jam (44,32±8,62% banding 33,46±12,42%). Pada hasil

penelitian menunjukkan ekuilibrasi 4 jam lebih baik dibandingkan ekuilibrasi 2

jam. Hal ini sesuai pendapat Hafez (2000) yang menyatakan bahwa ekuilibrasi

dapat mencegah pengaruh negatif gliserol terhadap antibiotika yang ditambahkan

ke dalam pengencer dan lama waktu ekuilibrasi yang disarankan berkisar 4-6

jam. Dan bila ekuilibrasi dilakukan di atas 4 jam sikitar 6 dan 8 jam hasil yang

diperoleh ada dua kemungkinan yaitu hasilnya akan lebih tinggi atau lebih

rendah. Hasil penelitian Umar dan Magdalena (2005) menunjukkan motilitas

yang semakin meningkat dengan adanya peningkatan waktu ekuilibrasi, selain itu

sperma akan bertahan lebih baik setelah 4 jam ekuilibrasi bila dibandingkan

setelah 2 jam. Hal ini didukung oleh Aquirre et al dikutip Tuli (1981) yang

menyatakan bahwa sperma akan bertahan lebih baik setelah 4 jam ekuilibrasi bila

dibandingkan setelah 2 jam.

Motilitas terlihat semakin meningkat dengan adanya peningkatan waktu

ekuilibrasi, menurut pendapat Bearden and Jhon (1984) bahwa ekuilibrasi adalah

waktu yang dibutuhkan spermatozoa untuk menyesuaikan diri dengan gliserol

pada suhu 5oC. Pane, (1993) menyatakan daya gerak spermatozoa sangat penting

karena diperlukan untuk bergerak maju dalam saluran alat kelamin betina yang

selanjutnya membuahi ovum dan menurut Hafez (1985) digunakan sebagai

ukuran kesangggupan membuahi suatu semen.

Pembekuan uap di atas N2 cair selama 15-20 menit (-1100C) memberikan

hasil yang terbaik dibandingkan dengan 4-5 menit di atas N2 cair karena

memberikan waktu kepada spermatozoa untuk beradaptasi dengan suhu dingin

Page 43: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

29

sebelum dimasukkan ke dalam N2 cair (-1960C) sehingga akan mengurangi

kerusakan sperma akibat cold shock. Hal ini sesuai dengan pendapat (Hafez,

1987) yang menyatakan bahwa gliserol membantu spermatozoa bertahan terhadap

penurunan suhu sehingga akan mengurangi kerusakan sperma akibat cold shock.

Adapun cold shock sangat mempengaruhi motilitas sperma (Hafez, 1987).

Rendahnya motilitas disebabkan karena spermatozoa banyak mengalami kematian

akibat tekanan penurunan suhu secara cepat tanpa adanya waktu tepat untuk

penyesuaian diri dengan suhu dingin.

Menurut Gao dan Critser (2000) apabila suatu sel didinginkan terlalu

cepat, maka air yang ada dalam sel akan keluar dalam jumlah sedikit sehingga

belum mencapai tahap ekuilibrium. Air yang masih berada dalam sel tersebut

akhirnya berubah bentuk menjadi es atau disebut intracellular ice formation (IIF)

yang akan merusak sel spermatozoa dan mengakibatkan kematian sel. Apabila

pendinginan sel berjalan relatif lambat, sel akan mempunyai waktu yang cukup

untuk mengelurkan air dari dalam sel sehingga konsentrasi intrasel meningkat

akibatnya sel tidak mengalami pembentukan es intraselular melainkan hanya

terbentuk di luar sel sebagai akibatnya sel menjadi mengkerut karena kekurangan

cairan serta akan terpapar lama dengan cairan ekstrasel yang berkonsentrasi tinggi

(Gambar 2). Dengan demikian laju pendinginan pada sel yang terlalu cepat

maupun terlalu lambat akan mengakibatkan kerusakan dan kematian pada sel.

Gambar 2. Gambaran skematik perubahan fisik pada sel selama pembekuan

Sumber : Gao dan Critser (2000)

Page 44: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

30

b) Persentase Hidup

Data persentase hidup spermatozoa semen beku kambing PE dari hasil

penelitian disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Data rataan persentase hidup spermatozoa semen beku kambing PE

setelah thawing

Pembekuan uap di atas

N2 cair (suhu -110oC)

Ekuilibrasi (50C)

2 jam (%) 4 jam (%) Rata-rata

4-5 menit 27,30 ± 4,17 40,87 ± 3,61 34,08 ± 8,10a

15-20 menit 43,39 ± 13,04 51,27 ± 9,09 47,33 ± 11,22b

Rata –rata 35,35 ± 12,42a

46,07 ± 8,48b

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata (P<0,05), kemudian angka yang berbeda

pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).

Hasil analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa lama ekuilibrasi

dan pembekuan uap N2 cair berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase hidup

spermatozoa, tetapi interaksi kedua perlakuan tidak berpengauh nyata (P>0,05).

Berdasarkan hasil penelitian pengamatan persentase hidup spermatozoa post

thawing pada ekuilibrasi 4 jam nyata lebih tinggi (P<0,05) yaitu 46,07±8,48%

dibandingkan dengan ekuilibrasi 2 jam yaitu 35,35±12,24%. Hal ini sesuai

pendapat Hafez (2000) yang menyatakan bahwa ekuilibrasi dapat mencegah

pengaruh negatif gliserol terhadap antibiotika yang ditambahkan ke dalam

pengencer dan lama waktu ekuilibrasi yang disarankan berkisar 4-6 jam. Dan bila

ekuilibrasi dilakukan di atas 4 jam sikitar 6 dan 8 jam hasil yang diperoleh ada

dua kemungkinan yaitu hasilnya akan lebih tinggi atau lebih rendah. Hasil

penelitian Affandy dkk. (2006) menyatakan rataan persentase sperma hidup pada

perlakuan ekuilibrasi selama 4 jam menunjukkan nilai tertinggi daripada

perlakuan ekuilibrasi selama 2 jam. Ini berarti penyimpanan semen yang terlalu

Page 45: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

31

lama dalam lemari pendingin pada suhu 5°C akan mempengaruhi jumlah sel

hidup dan kurang efisien. Tingginya persen hidup sperma pada perlakuan

ekuilibrasi selama 4 jam diakibatkan adanya penambahan konsentrasi gliserol

pada awal pengenceran, sehingga bila didinginkan terlalu lama yang suhunya

kemungkinan akan berubah yang berakibat mengganggu dan merusak sel sperma

hidup.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1979)

menyebutkan bahwa ekuilibrasi adalah periode yang diperlukan spermatozoa

sebelum pembekuan untuk menyesuaikan diri dengan pengencer supaya sewaktu

pembekuan kematian sperma yang berlebih-lebihan dapat dicegah. Ternyata

persentase sperma hidup pada waktu ekuilibrasi singkat lebih sedikit bila

dibandingkan dengan persentase sperma hidup pada waktu ekuilibrasi yang lebih

panjang, hal ini disebabkan karena spermatozoa banyak mengalami kematian

akibat tekanan penurunan suhu secara cepat tanpa adanya waktu tepat untuk

penyesuaian diri terhadap keadaan tersebut.

Pada penelitian ini dapat dibedakan antara sperma mati dan hidup dengan

menggunakan pewarnaan eosin. Hal ini sesuai dengan pendapat Bearden and Jhon

(1984) menyebutkan bahwa, untuk membedakan sperma hidup dengan sperma

yang mati dapat dilakukan dengan penggunaan cairan eosin 2%, eosin 2% akan

menembus selaput sperma mati dan tidak akan menembus selaput sperma yang

hidup. Rizal dan Herdis (2008) menyatakan bahwa zat pewarna dapat melewati

membrane plasma sel tersebut tanpa hambatan. Plasma sel spermatozoa yang

sudah mati tidak lagi berfungsi sebagai membran aktif yang bersifat

Page 46: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

32

semipermiabel (dapat melewatkan beberapa senyawa secara difusi bebas, tetapi

tidak terhadap senyawa lain).

Pembekuan uap di atas N2 cair selama 4-5 menit tidak memberikan hasil

yang baik dibandingkan dengan 15-20 menit, disebabkan karena kurangnya waktu

adaptasi spermatozoa terhadap suhu dingin (-1100C) sebelum dimasukkan ke

dalam N2 cair (-1960C) sehingga terdapat banyak kerusakan sperma akibat cold

shock. Hal ini sesuai dengan pendapat (Hafez, 1987) yang menyatakan bahwa

gliserol membantu spermatozoa bertahan terhadap penurunan suhu sehingga akan

mengurangi kerusakan sperma akibat cold shock. Morfologi persentase hidup dan

mati spermatozoa kambing PE disajikan pada Gambar 3.

a. Sperma hidup b. Sperma mati

Gambar 3. Morfologi persentase hidup dan mati spermatozoa kambing PE

c) Abnormalitas

Data abnormalitas spermatozoa semen beku kambing PE dari hasil

penelitian disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Data rataan abnormalitas spermatozoa semen beku kambing PE

setelah thawing

Pembekuan uap di atas

N2 cair (suhu -110oC)

Ekuilibrasi (50C)

2 jam (%) 4 jam (%) Rata-rata

4-5 menit 19,50 ± 1,00 15,00 ± 2,30 17,25 ± 2,91a

15-20 menit 15,50 ± 3,00 11,00 ± 1,15 13,25 ± 3,19b

Rata –rata 17,50 ± 2,97a 13,00 ± 2,72

b

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata (P<0,05), kemudian angka yang berbeda pada

kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).

Page 47: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

33

Hasil analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa lama ekuilibrasi

dan pembekuan uap N2 cair berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap abnormalitas

spermatozoa, tetapi interaksi kedua perlakuan tidak berpengauh nyata (P>0,05).

Berdasarkan hasil penelitian pengamatan abnormalitas spermatozoa post thawing

pada ekuilibrasi 4 jam nyata lebih tinggi (P<0,05) yaitu 13,00±2,72%

dibandingkan dengan ekuilibrasi 2 jam yaitu 17,50±2,97%. Hasil penelitian

Herdiawan (2004) pada tingkat laju pembekuan lambat maupun cepat pada media

yang berbeda akan berpengaruh pada tingkat abnormalitas spermatozoa sebagai

akibat terjadinya perubahan fisik media hidupnya, baik perubahan tekanan

osmotik, maupun pembentukan kristal-kristal es intraseluler. Hal tersebut dapat

menyebabkan perubahan struktur spermatozoa seperti bentuk spermatozoa yang

ekornya membengkok atau kepala terlepas. Walaupun berbeda namun masih

dalam batas normal sesuai standar semen beku yaitu dengan persyaratan sperma

abnormal untuk semen beku adalah lebih kecil < 20% (Hafez, 2000). Hal ini

sesuai dengan pendapat Hafez (1993) bahwa spermatozoa yang abnormalitasnya

melewati 20% menunjukkan adanya infertilitas atau ketidak suburan dari pejentan

tersebut.

Widjaya (2000) melaporkan bahwa rusaknya permeabilitas membran

plasma menyebabkan cairan intraseluler keluar dan sebagian kepala spermatozoa

mengalami aqlutinasi sehingga sperma tidak normal mampu melakukan

pergerakan. Persentase abnormalitas spermatozoa yang meningkat mulai kondisi

segar ke before freezing hingga post thawing disebabkan oleh keseimbangan

intraseluler dan ekstraseluler dalam larutan pengencer dengan spermatozoa tidak

stabil pada setiap perlakuan waktu karena penurunan suhu yang drastis antara

Page 48: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

34

tahap before freezing hingga pembekuan (freezing). Herdiawan (2004)

berpendapat bahwa perbedaan konsentrasi cairan intraseluler dengan ekstraseluler

menimbulkan perubahan tekanan osmotik sel selama pembekuan, sehingga

selubung lipoproteinnya pecah dan membran sel mengalami kerusakan, kondisi

tersebut dapat menyebabkan keabnormalan spermatozoa. Proses pendinginan dan

pemanasan kembali akan merusak lipoprotein yang ada pada membran plasma,

sehingga dapat terjadi keabnormalan yang disebut keabnormalan tersier (Ax et al.,

2000).

Pembekuan uap di atas N2 cair selama 4-5 menit tidak memberikan hasil

yang baik dibandingkan dengan 15-20 menit, disebabkan karena kurangnya waktu

adaptasi spermatozoa terhadap suhu dingin (-1100C) sebelum dimasukkan ke

dalam N2 cair (-1960C) sehingga terdapat banyak kerusakan sperma akibat cold

shock. Hal ini sesuai dengan pendapat (Hafez 1987) yang menyatakan bahwa

gliserol membantu spermatozoa bertahan terhadap penurunan suhu sehingga akan

mengurangi kerusakan sperma akibat cold shock.

Salisbury dan Van Demark (1985) menyatakan bahwa abnormalitas ada

dua yaitu: (1) abnormalitas sperma primer adalah abnormal yang terjadi pada saat

spermatogenesis yaitu di dalam tubulus semeniferi yang meliputi microcephalic

(kepala kecil), macrochephalic (kepala besar), kepala pendek melebar, kepala

sempit memanjang, kepala pyriformis, kepala ganda, ekor ganda, bagian tengah

membengkak, ekor melingkar dan pertautan abaksial; (2) abnormalitas sperma

sekunder adalah abnormal yang terjadi setelah sperma meninggalkan tubulus

seminiferus, selama perjalanan di epididimis, ejakulasi dan faktor-faktor lain

(suhu tinggi, tempat penampungan tidak bersih ) meliputi (kepala normal yang

Page 49: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

35

terputus, dan ekor yang terputus). Morfologi abnormalitas spermatozoa pada

kambing PE disajikan pada Gambar 4.

a. Abnormalitas primer

Kepala lonjong Kepala besar

Ekor patah Leher bengkok

b. Abnormalitas sekunder

Ekor putus Kepala tanpa ekor

Ekor bengkok

Gambar 4. Bentuk abnormalitas primer dan sekunder pada spermatozoa kambing

Peranakan Etawah (PE) dapat dilihat pada gambar diatas.

Page 50: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

36

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekuilibrasi 4 jam dengan

pembekuan uap N2 cair selama 15-20 menit menghasilkan persentase motilitas,

persentase hidup dan abnormalitas yang lebih baik dibandingkan 2 jam selama 4-5

menit.

Saran

Untuk mendapatkan semen beku yang baik maka perlu mencari waktu

ekuilibrasi yang optimal. Oleh karena itu disarankan pada penelitian berikutnya

tidak hanya terpaku pada 2-4 jam ekuilibrasi. Perlu penambahan waktu 6-8 jam

ekuilibrasi sebagai acuan perbandingan pada berbagai jenis ternak kambing.

Page 51: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

37

DAFTAR PUSTAKA

Affandhy, L., D. Pamungkas, D. B. Wijono, P.W. Prihandini, P. Situmorang dan

W.C. PRATIWI. 2006. Peningkatan produktivitas sapi potong melalui

efisiensi reproduksi. Laporan Penelitian. Loka Penelitian Sapi Potong.

Anonim, 1998. Petunjuk penampungan, produksi, distribusi dan evaluasi semen

beku. Balai Inseminasi Buatan. Singosari. Malang.

Arifiantini R I, Irnan S dan San S. 2007. Penentuan waktu ekuilibrasi pada

pembekuan semen kuda menggunakan bahan pengencer susu skim. Animal

Production 9(3): 145- 152.

Ax, R. L., M. Dally, B. A. Didion, R. W. Lenz, C. C. Love, D. D. Varner, B.

Hafez, and M. E. Bellin. 2000. Semen Evaluation. In : B. Hafez and E. S. E.

Hafez (ed). Reproduction in Farm Animals. 7th Ed. Lippincott William &

Wilkins : Baltimore, USA.

Azizah dan R I. Arifiantini. 2009. Kualitas semen beku kuda pada pengencer susu

skim dengan kosentrasi gliserol yang berbeda. J. Vet. 10 (2) : 63-70.

Bearden, H.J., and J.W. Fuquay, 1984. Applied Animal Reproduction. 3th

ed.

Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.

Bearden, H. J., and J. W. Fuquay, 2000. Applied Animal Reproduction. 5th

Ed.

Prentice Hall. Upper Saddle River, New Jersey. pp.29.

Dahmani, Y. 2011. Semen Evaluation Methods in Cattle. Magapor R&D

Department. http://www.magapor.com/images/Veterinarios/iDoc_18.pdf.

Diakses pada tanggal 28 Februari 2013.

Devendra dan Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB.

Bandung.

Evans G. and Maxwell WMC, 1987. Salamons Artificial Insemination of Sheep

and Goats. Butterworths. Sydney.

Feradis, 2010. Bioteknologi reproduksi pada ternak. Alfabeta. Bandung. 18,53,74-

75,84-85.

Foote RH, 1980. Artificial Insemination In Reproduction In Farm Animal 4th

Edition. Hafez,E.S.E (ed). Lea and Febiger. Philadelpia.

Gao, D. and Critser J K. 2000. Mechanisms of cryoinjury in living cells. ILAR

Journal Vol 41 (4).

Page 52: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

38

Hafez, E.S.E. 1987. Reproduction in Farm Animal, 4th

Edition, Lea and Fibiger.

Philadelfia, USA.

Hafez, E.S.E. 1993. Semen Evaluation In : Reproduction In Farm Animal. 6th

Ed.

E. S. E. Hafez (Ed), Lea and Febiger. Philadelfia, USA.

Hafez E.S.E, 2000. X and Y chromosome bearing spermatozoa . In Reproduction

in farm animal .Lea and Febiger . Philadelphia.

Herdiawan, I. 2004. Pengaruh laju penurunan suhu dan jenis pengencer terhadap

kualitas semen beku domba priangan. JITV 9(2): 98-107.

Hardijanto, S. Suherni., H. Tatik., S. Trilas., dan T.W. Suprayogi. 2010. Buku

bahan ajar Inseminasi Buatan. Airlangga University Press. Surabaya.

Herdis, B., Purwantara, I. Supriatna dan I.G Putu. 1998. Integritas spermatozoa

kerbau lumpur (Bubalis Bubalis) pada berbagai metode pembekuan semen.

Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Nomor 1 (4). 1999.7-12

Jones, R. and T. Mann. 1977. Toxicity of exogenous fatty acid peroxides towards

spermatozoa. J. Reprod. Fertil., 50:255- 260.

Karagiannidis, A., S. Varsakeli and G. Karatzas. 2000. Characteristics and

seasonal variation in the semen of Alpine, Saanen and Damascus goat bucks

born and raised in Greece. Therigenology. 53 : 1285-1293.

Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi Buatan. Jakarta: Departemen

pendidikan Nasional. http://mirror.com/...ternak./tehnik_inseminasi_pada_

ternak.pdf. Diakses pada tanggal 4 Mei 2013.

Kusuma, D. L. 1990. Pengaruh berbagai pengencer susu dan lahan penyimpanan

terhadap daya hidup sperma Domba (Oris Aries). Skripsi, Jurusan Peternakan,

FP – USU. Medan.

Lopes, F.P. 2002. Semen Collection and Evaluation in Ram. ANS

33161.University of Florida.

Mclaughlin, E. A., Ford, W. C. L., and Hull, M. G. R. 1992. Motility

characteristics and membrane integrity of cryopreserved human spermatozoa.

J. Reprod. 95: 527-534.

Mulyono, S. 1998. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Pane, I. 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Partodihardjo S. 1992. Ilmu Produksi Hewan. Mutiara, Jakarta.

Page 53: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

39

Rizal, M., dan Herdis. 2008. Inseminasi Buatan pada Domba. Rineka Cipta.

Jakarta.

Salisbury G. W. dan N. L. VanDemark. 1985. Fisiologi reproduksi dan inseminasi

buatan pada sapi, penerjemah : R. Djanuar. Yogyakarta : Gajah Mada

University Press. Terjemah dari : Physiology of Reproduction and Artificisl

Insemination of Catle. 1-788.

Sorenson JR, A.M. 1979. Laboratory Manual for Animal Reproduction. 4ed

American Press. Boston. USA

Tambing S N. 1999. Efektivitas berbagai dosis gliserol di dalam pengencer tris

dan waktu ekuilibrasi terhadap kualitas semen beku kambing Peranakan

Etawah [Tesis], Bogor. Program Pascsarjana Institut Pertanian Bogor.

Tambing. S. N., Toelihere. M.R., Yusuf. T.L., dan I.K. Sutama. 2000. Pengaruh

gliserol dalam pengencer tris terhadap kualitas semen beku kambing

Peranakan Etawah. J. Ilmu Ternak dan Vet. 5 (2): 1-8.

Tambing, S.N, M. Gazali. dan B. Purwantara. 2001. Pemberdayaan Teknologi

Inseminasi Buatan pada Ternak Kambing. Wartazoa Vol.11, No.1

Toelihere, M. R. 1979. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa. Bandung.

Toelihere, M. R., T. L. Yusuf dan M. B. Taurin. 1980. Pengantar Praktikum

Inseminasi Buatan. Departemen Reproduksi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Toelihere, 1981. Inseminasi Pada Ternak. Angkasa. Bandung.

Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Mutiara. Jakarta.

Toelihere, M.R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa. Bandung.

Triana, I. N., 2005. Library @lib.unair.ac.id. Diakses pada tanggal 1 Mei 2013.

Tuli, R.K. and W. Holtz. 1981. Effect of glycerolization procedure and removal of

seminal plasma on post-thaw survival and GOT-release from Boer goat

spermatozoa. Theriogenology, 42 : 547-555.

Umar, S dan Magdalena M. 2005. Pengaruh berbagai waktu ekuilibrasi terhadap

daya tahan sperma sapi limousin dan uji kebuntingan. Jurnal Agribisnis

Peternakan 1(1): 17-21.

Wildeus S, 1995. Reproductive management of the meat goat. Http: //Goat.

Clemson. Edu / NC % 20 Handbook / reproduction. Html. Diakses pada

tanggal 9 September 2013.

Page 54: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

40

Widjaya, N. 2000. Pengaruh Penambahan Vitamin B1 (Thiamine) dalam

Pengencer Glukosa Fosfat Terhadap Kualitas Spermatozoa Domba pada Suhu

50C. Jurnal Ilmiah Ilmu – Ilmu Peternakan 3 (4): 15-22.

Page 55: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

41

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil analisis ragam persentase motilitas spermatozoa post thawing

Between-Subjects Factors

N

Ekuilibrasi A1 8

A2 8

Pembekuan (uap N2 cair) B1 8

B2 8

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Motilitas

Ekuilibrasi

Pembekuan

(uap N2

cair) Mean Std. Deviation N

A1 B1 25.3725 4.33353 4

B2 41.5650 13.48788 4

Total 33.4688 12.68577 8

A2 B1 39.0975 3.39468 4

B2 49.5475 9.45442 4

Total 44.3225 8.62831 8

Total B1 32.2350 8.17366 8

B2 45.5562 11.59660 8

Total 38.8956 11.88515 16

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Motilitas

Source

Type III Sum

of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1214.015a 3 404.672 5.367 .014

Intercept 24205.914 1 24205.914 321.020 .000

Ekuilibrasi 471.216 1 471.216 6.249 .028

Pembekuan 709.823 1 709.823 9.414 .010

Ekuilibrasi * Pembekuan 32.976 1 32.976 .437 .521

Error 904.837 12 75.403

Total 26324.766 16

Corrected Total 2118.852 15

a. R Squared = .573 (Adjusted R Squared = .466)

Page 56: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

42

Lampiran 2. Hasil analisis ragam persentase hidup spermatozoa post thawing

Between-Subjects Factors

N

Ekuilibrasi A1 8

A2 8

Pembekuan (uap N2 cair) B1 8

B2 8

Descriptive Statistics

Dependent Variable:% Hidup

Ekuilibrasi

Pembekuan

(uap N2

cair) Mean Std. Deviation N

A1 B1 27.3050 4.17023 4

B2 43.3975 13.04056 4

Total 35.3512 12.42278 8

A2 B1 40.8725 3.61014 4

B2 51.2700 9.09937 4

Total 46.0712 8.48285 8

Total B1 34.0888 8.10137 8

B2 47.3338 11.22826 8

Total 40.7113 11.67237 16

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:% Hidup

Source

Type III Sum

of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1193.827a 3 397.942 5.619 .012

Intercept 26518.494 1 26518.494 374.451 .000

Ekuilibrasi 459.674 1 459.674 6.491 .026

Pembekuan 701.720 1 701.720 9.909 .008

Ekuilibrasi * Pembekuan 32.433 1 32.433 .458 .511

Error 849.836 12 70.820

Total 28562.157 16

Corrected Total 2043.663 15

a. R Squared = .584 (Adjusted R Squared = .480)

Page 57: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

43

Lampiran 3. Hasil analisis ragam abnormalitas spermatozoa post thawing

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Abnormalitas

Ekuilibrasi

Pembekuan

(uap N2

cair) Mean Std. Deviation N

A1 B1 19.5000 1.00000 4

B2 15.5000 3.00000 4

Total 17.5000 2.97610 8

A2 B1 15.0000 2.30940 4

B2 11.0000 1.15470 4

Total 13.0000 2.72554 8

Total B1 17.2500 2.91548 8

B2 13.2500 3.19598 8

Total 15.2500 3.60555 16

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Abnormalitas

Source

Type III Sum

of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 145.000a 3 48.333 11.600 .001

Intercept 3721.000 1 3721.000 893.040 .000

Ekuilibrasi 81.000 1 81.000 19.440 .001

Pembekuan 64.000 1 64.000 15.360 .002

Ekuilibrasi *

Pembekuan .000 1 .000 .000 1.000

Error 50.000 12 4.167

Total 3916.000 16

Corrected Total 195.000 15

a. R Squared = .744 (Adjusted R Squared =

.679)

Between-Subjects Factors

N

Ekuilibrasi A1 8

A2 8

Pembekuan (uap N2 cair) B1 8

B2 8

Page 58: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

44

Lampiran 4. Dokumentasi proses penelitian

Pencampuran bahan pengencer Memasak susu skim

Proses ekuilibrasi Tahan pembekuan semen dengan

disimpan di dalam N2 cair

Kambing Peranakan Etawah (PE) Team Penelitian : Sitti Zaidah

Lusiana Tandi Bara’ Tiku, Kartina

Page 59: PENGARUH LAMA EKUILIBRASI TERHADAP DAYA HIDUP … · persentase hidup, dan abnormalitas nyata lebih tinggi (P

45

RIWAYAT HIDUP

Kartina dilahirkan pada tanggal 19 Maret 1991 di

Kabupaten Enrekang Kec. Maiwa, Maroangin Provinsi

Sulawesi Selatan. Penulis adalah anak ketiga dari delapan

bersaudara dari pasangan Rudi dan Hj. Juhari. Pada tahun

1997 penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri

151 Kadeppe dan tamat pada tahun 2003. Pada tahun yang

sama, penulis melanjutkan ke SMP Negeri 1 Maiwa, tamat pada tahun 2006.

Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Maiwa pada

tahun 2006 dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang sama pula, penulis

melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri dan lulus melalui Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Jurusan Produksi

Ternak, Program studi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas

Hasanuddin, Makassar.