daya tetas telur dan abnormalitas larva ikan nila
TRANSCRIPT
i
DAYA TETAS TELUR DAN ABNORMALITAS LARVA IKAN
NILA, Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758) YANG DIPAPAR
TIMBAL (Pb)
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
NURLIAN R
NIM. 150703043
Mahasiswa Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNUIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2020 M/1441
ii
PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
DAYA TETAS TELUR DAN ABNORMALITAS LARVA IKAN
NILA, Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758) YANG DIPAPAR
TIMBAL (Pb)
Diajukan Kepada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Sebagai Beban Studi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Dalam Ilmu Biologi
Oleh:
NURLIAN R
NIM. 150703043
Mahasiswa Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry
iii
DAYA TETAS TELUR DAN ABNORMALITAS LARVA IKAN
NILA, Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758) YANG DIPAPAR
TIMBAL (Pb)
SKRIPSI
Telah Diuji Oleh Panitia Ujian Munaqasyah Skripsi
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry dan Dinyatakan Lulus
Serta Diterima Sebagai Salah Satu Beban Studi Program Sarjana (S-1)
Dalam Ilmu Biologi
Pada Hari/Tanggal: Selasa, 21 Januari 2020
26 Jumadil Awal 1441 H
Panitia Ujian Munaqasyah Skripsi
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH/SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurlian R
NIM : 150703043
Program Studi : Biologi
Fakultas : Sains dan Teknologi
Judul Skripsi : Daya Tetas Telur dan Abnormalitas Larva Ikan Nila
(Oreochromis niloticus, Linnaeus 1758) Yang
Dipapar Timbal (Pb)
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak memanipulasi dan memalsukan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Bila di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat mempertanggungjawabkan dan ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Ar-Raniry.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesunggunhnya dan tanpa paksaan dari
pihak manapun.
v
ABSTRAK
Nama : Nurlian R
Nim : 150703043
Program Studi : Biologi
Judul : Daya Tetas Telur Dan Abnormalitas Larva Ikan Nila,
Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758) Yang Dipapar
Timbal (Pb)
Tanggal Sidang : 21 Januari 2020
Tebal skripsi : 64
Pembimbing I : Arif Sardi, M.Si
Pembimbing II : Ilham Zulfahmi, M.Si
Kata Kunci : Daya tetas telur, detak jantung, laju malformasi,
Kelangsungan hidup, panjang larva
Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan yang berpotensi terpapar polutan
timbal. Walaupun demikian, penelitian terkait dampak paparan timbal terhadap
daya tetas dan abnormalitas larva ikan nila masih belum diungkap. Oleh
karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat daya tetas dan
abnormalitas larva ikan nila yang dipapar timbal. Rancangan penelitian terbagi
kedalam empat perlakuan disertai dengan tiga ulangan untuk masing masing
perlakuannya yaitu Perlakuan Kontrol, Perlakuan A (0,21 mg/L PbCl2),
Perlakuan B (0,42 mg/L PbCl2) dan Perlakuan C (0,63 mg/L PbCl2). Masa
pemaparan berlangsung selama sepuluh hari. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa paparan timbal klorida dengan konsentrasi 0,42 mg/L tidak berpengaruh
yang signifikan terhadap daya tetas telur. Persentase daya tetas terendah terdapat
Perlakuan B yaitu 43,00 ± 7 %. Disamping itu, paparan timbal klorida dengan
konsentrasi 0,63 mg/L menyebabkan terjadinya peningkatann detak jantung dan
laju malformasi larva ikan nila. Detak jantung larva ikan nila meningkat secara
signifikan dari 91,37 detak/menit pada perlakuan kontrol menjadi 115,6
detak/menit pada perlakuan C. Bentuk malformasi larva ikan nila yang terpapar
timbal yang teramati meliputi lordosis, kiposis dan pembentukan ekor. Paparan
timbal tidak berdampak signifikan terhadap parameter kelangsungan hidup dan
panjang larva ikan nila.
vi
ABSTRACT
Nama : Nurlian R
Nim : 150703043
Program Studi : Biologi
Judul : Daya Tetas Telur Dan Abnormalitas Larva Ikan Nila,
Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758) Yang Dipapar
Timbal (Pb)
Tanggal Sidang : 21 Januari 2020
Tebal skripsi : 64
Pembimbing I : Arif Sardi, M.Si
Pembimbing II : Ilham Zulfahmi, M.Si
Kata Kunci : Daya tetas telur, detak jantung, laju malformasi,
Kelangsungan hidup, panjang larva
Tilapia is one type of fish that is potentially exposed to lead pollutants.
However, studies related to the impact of lead exposure on hatchability and
abnormalities of tilapia larvae have not been revealed. Therefore, this study aims
to examine the level of hatchability and abnormalities of tilapia larvae exposed to
lead. The study design was divided into four treatments accompanied by three
replications for each treatment namely Control Treatment, Treatment A (0.21 mg /
L PbCl2), Treatment B (0.42 mg / L PbCl2) and Treatment C (0.63 mg / L
PbCl2). The exposure period lasts for ten days. The results showed that exposure
to lead chloride with a concentration of 0.42 mg / L had no significant effect on
egg hatchability. The lowest percentage of hatching capacity was Treatment B,
43.00 ± 7%. In addition, exposure to lead chloride with a concentration of 0.63
mg / L causes an increase in heart rate and malformation rate of tilapia larvae. The
heart rate of tilapia larvae increased significantly from 91.37 beats / min in the
control treatment to 115.6 beats / min in treatment C. Forms of tilapia larvae
malformation that were exposed to lead were observed including lordosis, kiposis
and tail formation. Lead exposure did not have a significant effect on survival
parameters and larval length of tilapia.
vii
KATA PENGANTAR
م ح حمه الز بســــــــــــــــــم الل الز
Segala puji beserta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas
rahmat dan hidayah nya. Ketika manusia mulai ditiupkan roh kedalam jiwanya
maka saat itulah manusia punya kewajiban kepada Allah SWT, dan kepada
sesama untuk saling berbagi atas reseki-Nya. Maka dengan itu, sepatutnyalah
manusia senantiasa bersyukur atas limpahan karunia dari Allah SWT. Shalawat
beriring salam kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Daya Tetas Telur dan Abnormalitas Larva Ikan Nila, Oreochromis niloticus
(Linnaeus 1758) yang Dipapar Timbal (Pb) ”.
Penelitian ini merupakan salah satu kewajiban untuk mengaplikasikan
Tridarma Perguruan Tinggi dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang Sains dan melengkapi syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry.
Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami
kesulitan, akan tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak jauh dan tidak
luput dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karenanya
dengan penuh rasa hormat pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. Azhar Amsal, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Ar-Raniy Banda Aceh.
2. Ibu Lina Rahmawati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Biologi Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry.
3. Bapak Arif Sardi, M.Si, selaku Pembimbing I dan Bapak Ilham Zulfahmi,
M.Si, selaku Pembimbing II telah meluangkan waktu dan memberikan
bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
4. Ibu Feizia Huslina, M.Si, selaku Penasehat Akademik yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis.
5. Pak Muslich Hidayat, MS.c, Ibu Kamaliah, M.Si, Ibu Safrina Sari Lubis,
M.Si, Ibu Dianita Harahap, Ayu Nirmala, M.Si Ibu selaku dosen di jurusan
viii
Biologi Fakultas Sains dan Teknologi yang telah meluangkan waktu guna
membimbing dan mengarahkan serta memberikan motivasi selama ini.
6. Pak Bahar, Pak Sanani, Kak Sisla serta staf Balai Perikanan Budidaya Air
Payau Ujong Batee yang telah membantu dan memberikan semangat dalam
melaksanakan penelitian ini.
7. Ayahanda Ramli dan Ibunda Nurmawan tercinta yang telah mendukung
penulis dari awal masa studi sampai penulisan Tugas Akhir/Skripsi ini selesai.
8. Kakak dan Abang tercinta, Nurbaiti, Nur Aidar, Nurhabibah, Asma, Ali
Mudin dan Ibnu Abbas yang telah menyemangati penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir/Skripsi ini selesai.
9. Sahabat dan adik tercinta, Putri, Rena, Nanda, kandi, Rahmi, Cut Ayi,
Rajuddin, Lisa, Irma, Yeni sartika, Diki, Affan dan dek Khaizil yang telah
mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir/Skripsi ini selesai.
10. Sahabat KPM 2015 kampung Lambaro, Ega, Gadis, Dian, dan Herdi yang
telah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir/Skripsi ini selesai.
11. Teman-teman angkatan 2015 Biologi, yang telah mendukung penulis dan
memberikan semangat kepada penulis.
Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengatahuan.
Banda Aceh, 2 Januari 2020
Penulis,
Nurlian R
ix
DAFTAR ISI
LEMBARAN JUDUL .................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................. ii
PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI .......................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
1.4.1. Manfaat Pengembangan Ilmu ....................................... 6
1.4.2. Manfaat Pengembangan Aplikatif ................................ 6
1.5. Hipotesis ................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 7
2.1. Ayat dalam Kajian Islam ........................................................ 7
2.2 Ikan Nila (Oreochromis nilotucus) ......................................... 8
2.2.1 Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis nilotucus) .............. 9
2.2.2. Morfologi Ikan Nila (Oreochromis nilotucus) .............. 9
2.2.3. Teknik Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 10
2.2.4. Manfaat Ikan Nila (Oreochromis niloticus) .................. 11
2.3. Logam Timbal (Pb) ................................................................ 12
2.3.1. Karakteristik dan Sifat Timbal (Pb). ............................. 12
2.3.2. Dampak Timbal Terhadap Makhluk Hidup .................. 14
2.4. Timbal Klorida ...................................................................... 16
2.5. Abnormalitas ......................................................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 18
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................. 18
3.2. Alat dan Bahan ....................................................................... 18
3.3. Prosedur Penelitian................................................................. 18
3.4. Analisis Data .......................................................................... 22
3.5. Bagan Penelitian..................................................................... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 24
4.1. Hasil Penelitian ...................................................................... 24
4.1.1. Daya Tetas Komulatif dan Tingkat Kelangsungan Hidup 24
4.1.2. Panjang Total dan Denyut Jantung ............................... 26
x
4.1.3. Abnolmalitas Larva dan Laju Malformasi .................... 28
4.1.4. Kandugan, Faktor Biokonsentrasi dan Laju Akumulasi
Timbal .......................................................................... 29
4.2. Pembahasan ............................................................................ 30
BAB V PENUTUP .................................................................................... 36 5.1. Kesimpulan ........................................................................... 36
5.2. Saran ....................................................................................... 38
DAFTAR KEPUSTAKAAN ........................................................................ 38
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 47
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Struktur Morfologi Ikan Nila ................................................... 10
Gambar 4.1 : Rata-rata harian daya tetas telur ikan nila ................................ 25
Gambar 4.2 : Tingkat kelangsungan hidup ikan Nila .................................... 26
Gambar 4.3 : Panjang ikan nila (Oreochromi niloticus) ................................ 27
Gambar 4.4 : Denyut jantung ikan Nila (Oreochromi niloticus) hari ke-6 .... 27
Gambar 4.5 : Morfologi abnormalitas larva ikan nila (Oreochromi
niloticus ................................................................................... 28
Gambar 4.6 : Frekuensi bentuk abnormalitas larva ikan nila (Oreochromi
niloticus) ................................................................................... 29
Gambar 4.7 : Grafik abnormalitas larva ikan nila (Oreochromi niloticus) .... 29
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Konsentrasi timbal pada setiap perlakuan ...................................... 19
Tabel 4.1 Daya tetas telur kumulatif (HR) ikan nila (Oreochromis niloticus)
pada hari ke-2 dan ke-3 selama pengamatan ................................. 25
Tabel 4.2 Kandungan timbal, faktor biokonsentrasi dan laju akumulasi timbal
dalam pada ikan nila ....................................................................... 30
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 : Rata-rata harian daya tetas telur ikan nila ................................. 25
Grafik 4.2 : Tingkat kelangsungan hidup ikan Nila ........................................... 26
Grafik 4.3 : Panjang ikan nila (Oreochromi niloticus) ...................................... 27
Grafik 4.4 : Denyut jantung ikan Nila (Oreochromi niloticus) hari ke-6 .... 27
Grafik 4.5 : Morfologi abnormalitas larva ikan nila (Oreochromi niloticus)
................................................................................................................. 28
Grafik 4.6 : Grafik rata-rata bentuk abnormalitas larva ikan nila (Oreochromi
niloticus) ................................................................................................ 29
Grafik 4.7 : Grafik abnormalitas larva ikan nila (Oreochromi niloticus) .... 29
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-
raniry tentang Pengangkatan Pembimbing Skripsi................... 47
Lampiran 2. Surat Mohon Izin Pengumpulan Data dari Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Ar-raniry ................................................... 48
Lampiran 3. Surat Mohon Izin Pengumpulan Data dari Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Ar-raniry ................................................... 49
Lampiran 4. Surat Data Hasil Uji dari Balai Riset dan Standarisasi
Industri Banda Aceh ................................................................ 50
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ............................................ 51
Lampiran 6. Data Hasil Uji Statistik ............................................................. 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus, Linnaeus 1758) merupakan salah satu
jenis ikan yang memiliki distribusi luas di seluruh dunia (terutama di perairan
tropis dan subtropis) serta bernilai ekonomis penting. Telah terjadi peningkatan
produksi global ikan nila dari 383.654 metrik ton (mt) pada tahun 1990 (4,5% dari
total produksi ikan budidaya) menjadi 5.898.793 mt pada tahun 2016 (11% dari
total produksi ikan budidaya), dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata
mencapai 13,5% (FAO, 2018). Hal serupa juga dilaporkan terjadi di Indonesia,
menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2017) peningkatan produksi
ikan nila terjadi setiap tahunnya, pada tahun 2016 produksi ikan nila mencapai
1,14 juta ton, sedangkan pada tahun 2017 meningkat dari 3,6 % menjadi 1,15 juta
ton.
Ikan nila merupakan salah satu ikan yang mampu beradaptasi dengan
perubahan kondisi lingkungan, akan tetapi ikan nila termasuk ikan yang sensitif
terhadap paparan polutan (Muliari et al., 2019). Paparan berbagai jenis polutan
dilaporkan telah menyebabkan terjadinya kematian maupun gangguan fisiologis
pada ikan nila (Muliari et al., 2020; Muliari et al., 2019; Muliari et al., 2018;
Zulfahmi et al., 2017; Zulfahmi et al., 2016; Zulfahmi et al., 2014) . Hasil
penelitian Suparjo (2010) mengungkapkan bahwa paparan deterjen menyebabkan
terjadinya kerusakan jaringan insang ikan nila berupa hyperplasia, fusi lamella,
hemoragi, dan atrofi. Kerusakan jaringan tersebut berakibat pada terganggunya
2
kinerja pernafasan ikan. Paparan λ-cyhalothrin pada konsentrasi 3 hingga 6 ppm
juga dilaporkan menyebabkan terjadinya kerusakan usus dan mempengaruhi
kinerja enzim cholinesterase yang berdampak pada gangguan proses penyerapan
makanan (Rahayu, 2013).
Beberapa polutan dapat mencemari perairan diantaranya polutan jenis
endosulfan, polutan jenis organofosfat, deterjen, timbal, dan lain-lain. Polutan
dalam perairan dapat berdampak negatif terhadap organisme yang ada didalam
nya salah satunya adalah ikan. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh polutan
satu diantaranya timbal adalah mengganggu organ reproduksi. Organ reproduksi
merupakan organ yang sangat berpotensi mengalami kerusakan akibat paparan
polutan. Kajian terkait kinerja reproduksi suatu organisme merupakan salah satu
indikator penting dalam rangka mengevaluasi dinamika populasi dan kelestarian
organisme tersebut (Zulfahmi et al., 2018). Menurut Willey & Krone (2001),
paparan polutan jenis endosulfan terbukti menggangu perkembangan sel-sel
reproduksi ikan zebra (Dario dario) terutama sel germinal primordial. Paparan
pestisida jenis organofosfat juga dilaporkan menghambat produksi hormon
esterogen yang berdampak pada terganggunya proses vitelogenesis (Setyawati,
2011). Gangguan vitelogenesis tersebut berakibat pada mengecilnya ukuran
diameter telur dan larva ikan (Affandi & Tang, 2001). Disamping itu, Zhang et al.
(2016), mengungkapkan bahwa paparan merkuri mengakibatkan terjadinya
malformasi pada larva ikan zebra (Danio rerio) berupa pembengkakan perikardial
(pericardial oedema), kelainan kelengkungan tulang belakang (spinal curvature)
dan pembengkokan ekor.
3
Timbal (Pb) merupakan salah satu komponen yang masih digunakan sebagai
bahan baku produksi berbagai produk-produk logam, baterai, pestisida dan
keramik (Jannah et al., 2017). Kontaminasi timbal ke perairan dapat terjadi
melalui pembuangan limbah industri, erosi tanah, presipitasi, serta korofikasi
batuan mineral yang mengandung timbal (Maddusa et al., 2017). Hasil penelitian
terdahulu mengungkapkan bahwa terdapat brhatpa perairan di Indonesia yang
telah tercemar polutan timbal diantaranya Sungai Tondano, Sulawesi Utara
dengan konsentrasi timbal sebesar 0,14 mg/L (Maddusa et al., 2017), Danau
Balang Tojong, Sulawesi Selatan dengan konsentrasi timbal sebesar o,49 mg/L
(Iryani, 2017) dan ada dibeberapa perairan Aceh yang mengandung timbal
diantaranya di perairan Lhokseumawe-Aceh Utara dengan konsentrasi timbal
sebesar 0,10 mg/L (Komarawidjaja W et al., 2017), di muara Krung Aceh
dengan konsentrasi sebesar 0,106 mg/L (Hadi I et al., 2018).
Timbal bersifat toksik bagi organisme perairan (Palar, 2002). Akumulasi
timbal dalam tubuh organisme perairan terjadi melalui tiga cara yaitu, melalui
makanan, insang dan difusi (Palar, 2002). Menurut Alkahemal-Balawi et al.,
(2011), paparan timbal dapat mengganggu proses pemijahan serta meningkatkan
anomali morfologis dan mortalitas sperma ikan. Timbal yang terdifusi secara
pasif kedalam kuning telur dapat menghambat kerja enzim partumbuhan embrio
(Nirmala et al., 2006). Selain itu, timbal akan menggantikan ion-ion di dalam
tulang larva sehingga berdampak pada terjadinya malformasi seperti skoliosis,
lordhosis dan kiposis (Nirmala et al., 2006). Hasil penelitian Jezierska et al.,
(2008) menunjukkan bahwa paparan timbal terbukti menggangu proses
4
embriogenesis ikan mas (Cyprinus carpio) yang dicirikan oleh kecacatan
blastula, terjadinya pemendekan tulang belakang, serta kelainan jantung.
Hal lain juga ditegaskan dalam kajian islam tentang kerusakan lingkungan,
islam mengajarkan kepada umat manusia sebagai makhluk yang hidup di bumi
memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan untuk senantiasa memelihara,
memanfaatkan, serta mengelola lingkungan dengan baik. Allah SWT berfirman
dalam Q.S AL-Rum 41.
م زجعن م لذق بعض الذي عملا لعل ذي الىاس البحز بما كسبت أ ز الفساد ف البز ظ
Terjemahnya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)” (Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI, 2009).
QS AR-RUM ayat 41 menegaskan bahwa kerusakan di muka bumi tidak
lain karena ulah manusia itu sendiri yaitu telah terlihat kebakaran, kekeringan,
kerusakan, dan kerugian peniagaan. Allah menghukum manusia di dunia dengan
perbuatan mereka. Salah satu diantaranya yang mencemari lingkungan perairan
adalah timbal. Akibat ulah manusia timbal di perairan sangat berbahaya dan dapat
menyebabkan keracunan pada makhluk hidup. Racun tersebut dapat bersifat
kumulatif, artinya sifat racunnya akan timbul apabila terakumulasi dalam jumlah
yang cukup besar dalam tubuh makhluk hidup, kandungan dalam jaringan naik
terus menerus sesuai dengan kenaikan konsentrasi logam yang terkandung dalam
air, sehingga terjadinya gangguan perkembangan pada bebagai organisme.
5
Sejauh ini, pengaruh berbagai polutan terhadap daya tetas dan abnormalitas
larva pada beberapa jenis ikan telah dilaporkan oleh beberapa peneliti
diantaranya pada ikan zebra (Danio rerio) (Zhang et al., 2016), ikan mas
(Cyprinus carpio) (Jezierska, 2008) dan ikan lele jumbo (Clarias gariepinus)
(Alkahemal-Balawi et al., 2011). Walaupun demikian, penelitian terkait
pengaruh paparan timbal terhadap daya tetas dan abnormalitas larva ikan nila
masih belum diungkap. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
daya tetas dan abnormalitas larva ikan nila yang dipapar timbal.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah penelititan ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh paparan timbal (Pb) terhadap daya tetas telur
2. Bagaimana pengaruh paparan timbal (Pb) terhadap tingkat abnormalitas
larva ikan nila (Oreochromis niloticus)?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh paparan timbal (Pb) terhadap daya tetas telur dan
pertumbuhan larva ikan nila (Oreochromis niloticus).
2. Mengetahui pengaruh paparan timbal (Pb) terhadap tingkat abnormalitas
larva ikan nila (Oreochromis niloticus).
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat pengembangan ilmu
Menambah informasi dan literatur tentang pencemaran logam berat pada
telur dan larva ikan terutama pada ikan nila (Oreochromis niloticus), dan untuk
meningkatan wawasan peneliti serta masyarakat luas dalam melakukan penelitian
bioakumulasi logam berat pada ikan nila serta sebagai arsip data bagi Universitas.
Dapat juga dijadikan data pendukung bagi dosen atau mahasiswa lainnya yang
melanjutkan penelitian terkait dengan hasil penelitian ini.
1.4.2 Manfaat Pengembangan Aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam
pengembangan ilmu sains khususnya pada hewan aquatik dalam upaya
meningkatkan kesehatan hewan akuatik dan juga kesehatan manusia.
1.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil hipotesis penelitian ini adalah
terdapat logam berat Timbal (Pb) yang berpengaruh terhadap daya tetas telur dan
abnormalitas larva ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dapat dibuktikan
melalui data kualitatif dan kuantitatif.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayat dalam Kajian Islam
Sebagaimana di jelaskan dalam kajian islam Q.S Al-Maidah ayat 88:
مؤ مىن الذي أوتم ب اتق الل حلل طبا ا ا رسقكم الل كلا مم
Terjemahnya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya” (Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI,
2009).
Menurut (Shihab, 2010), makna dari Q.S Al- Maidah: 88 menegaskan
makanlah apa saja yang halal dan baik menurut selera kalian, dari makanan yang
diberikan dan dimudahkan Allah untuk kalian, takutlah dan taatlah selalu kepada
Allah selama kalian beriaman kepada-Nya.
Adapun perintah untuk tidak membuat kerusakan di muka bumi Allah swt
berfirman dalam QS: Al-A’raaf :56 yang berbunyi:
قزب مه المحسىه طمعا إن الل فا ا ي خ ادعح لإصل بعذالرضفتفسذا
Terjemahnya:” dan janganlah kamu membuat kerussakan di muka bumi, setelah
diciptakan dengan baik. berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan penuh harap. Sesungguhnya Allah sangat dekat kepada orang-
orang yang berbuat baik” (Kementerian Agama RI, 2006).
8
Ayat di atas menjelaskan bahwa melarang membuat kerusakan di muka
bumi sesudah lebih terdorong untuk menaati-Nya dan dalam keadaan penuh
harapan terhadap anugerah-Nya (Tafsir Al-Misbah, 2009).
2.2 Ikan Nila (Oreochromis nilotucus)
Ikan nila berasal dari sungai Nil di benua Afrika, nama latinnya
Oreochromis niloticus. Ikan nila awalnya mendiami daerah di hulu sungai Nil di
Uganda selama bertahun-tahun, kemudian habitat ikan ini semakin hari semakin
berkembang dan bermigrasi kearah selatan sungai dengan melewati danau Raft
dan Tanganyika hingga sampai ke Mesir. Dengan bantuan manusia, ikan nila
sekarang sudah tersebar diberbagai belahan dunia, mulai benua Afrika, Amerika,
Eropa, Asia, dan Australia (Suyanto, 2009).
Ikan nila dalam bahasa Inggris dikenal sebagai nile tilapia. Walaupun ikan
nila berasal dari luar Indonesia, tetapi jenis ikan nila ini sudah banyak
dibudidayakan di Indonesia. Menurut Jangkaru et al., (1991) bibit ikan nila di
datangkan ke Indonesia secara resmi oleh balai penelitian perikanan air tawar
pada tahun 1969 di Bogor. Semenjak ikan nila didatangkan ke Indonesia pada
tahun 1969 hingga saat ini minat masyarakat dalam mengembangkan dan
membudidaya ikan nila terus meningkat, dan sudah dibudidayakan sudah hampir
di seluruh provinsi di Indonesia (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2017).
Ikan nila merupakan salah satu ikan air tawar yang paling banyak
dibudidayakan di Indonesia. Ikan nila menduduki urutan kedua setelah ikan mas
(Cypirus carpio). Ikan nila juga merupakan ikan penting dalam akuakultur atau
budidaya perairan dunia, karena konsumen ikan nila terdapat diberbagai benua.
9
Pasar ikan nila sangat terbuka, baik pasar ekspor maupun dalam negeri. Pasar
ekspor nila terbesar di dunia adalah Amerika serikat (AS) pasar lainnya adalah di
Singapura, Jepang Dan Eropa. Sementara di dalam negeri ikan nila, konsumennya
terdiri dari rumah makan dipinggir jalan hingga restoran dan hotel mewah
(Ghufran & Kordi, 2010).
2.2.1 Klasifikasi Ikan Nila
Menurut Amri & Khairuman (2008) klasifikasi ikan nila sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Kelas : Ostheithyes
Sub-kelas : Acanthotherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
2.2.2 Morfologi dan Ekologi Ikan Nila
Ikan nila bentuk tubuhnya gepeng pipih ke samping badan memanjang,
mata tampak besar dan menonjol dengan retina hitam gelap. Bagian tepi tepi
mata bewarna abu-abu, operkulum putih kehijauan, tubuhnya warna abu-abu
kecoklatan putih kehitaman. Ikan nila jantan memiliki tubuh lebih tinggi dan
lebih membulat serta memiliki satu lubang kelamin yang berbentuk memanjang
dan menonjol, dimana fungsinya sebagai tempat mengeluarkan sperma dan air
10
seni. Sedangkan ikan nila betina tubuhnya lebih rendah memanjang dan warna
lebih gelap serta memiliki lubang kelamin dua, yaitu untuk mengeluarkan telur
dan air seni. Berdasarkan jenis sirip, ikan nila memiliki sirip ekor (caudal findalis)
diujung berwarna ungu kemerahan dan sirip punggung (dorsa finalis) keras dan
tardapat garis berwarna hitam, sirip perut (ventral finalis) apabila di tekan agak
lembek. Di samping itu juga memiliki sirip anus (anal finalis) dan juga sirip dada
(pectoral finalis). Struktur morfologi ikan nila dapat dilihat pada Gambar 1
(Lukman et al., 2014).
2.2.3 Teknik Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan nila merupakan salah satu komoditas air tawar yang sangat banyak
diminati oleh berbagai kalangan lokal maupun mancanegara. Disamping itu,
kebutuhan benih untuk budidaya yang semakin tinggi membuat pemerintah
Indonesia mencari solusi agar tidak bergantung pada pasokan dari negara lain atau
impor. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto tahun 2010
menerapkan teknologi pembenihan dengan sistem corong untuk menaikkan
tingkat penetasan telur (Abidin, 2010).
Gambar 2.1 Struktur Morfologi Ikan Nila
11
Teknologi pembenihan dengan sistem corong merupakan teknologi yang
relatif sederhana, yakni wadah corong yang berbentuk kerucut. Sistem corong
sangat efektif dalam menaikkan tingkat penetasan telur dibandingkan teknik
pembenihan pada umumnya. Keuntungan menerapkan teknik corong mampu
mengurangi pertumbuhan jamur dan memudahkan larva keluar dari media
penetasan telur. Menggunakan sistem corong lebih unggul dibandingkan dengan
sistem konvensional. Sistem corong mampu menaikan daya tetas (hatching
rate/HR) hingga mencapai 90%, sedangkan sistem konvensional hanya mampu
mencapai 20 hingga 40% (Abidin, 2010).
2.2.4 Manfaat Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Pengembangan agrobisnis ikan nila bertujuan untuk menghasilkan ikan nila
yang mudah didapat di pasar dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Ikan nila
merupakan ikan yang memiliki distribusi luas di seluruh dunia (terutama di
perairan tropis dan subtropis) serta bernilai ekonomis penting. Hal tersebut karena
ikan nila sangat digemari oleh masyarakat, rasanya cukup gurih, harga relatif
murah dan mempunyai kandungan protein yang tinggi. Jadi semakin
bertambahnya penduduk indonesia, maka kebutuhan dalam mengkonsumsi ikan
juga akan semakin tinggi. Menurut FAO (2018), terjadi peningkatan produksi
global ikan nila dari 383.654 metrik ton (mt) pada tahun 1990 (4,5% dari total
produksi ikan budidaya) menjadi 5.898.793 mt pada tahun 2016 (11% dari total
produksi ikan budidaya), dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata mencapai
13,5%. Hal serupa juga dilaporkan terjadi di Indonesia, menurut Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya (2017) peningkatan produksi ikan nila terjadi setiap
12
tahunnya, pada tahun 2016 produksi ikan nila mencapai1,14 juta ton,sedangkan
pada tahun 2017 meningkat sebanyak 3,6 % menjadi 1,15 juta ton.
Ikan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Hal ini telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an bahwa sesungguhnya allah menciptakan sesuatu dengan tidak
sia-sia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Nahl/16:14 :
لعلكم لتبتغ مه فضلۦ ا ف كىٱلفل اخزم تز ا تستخز ج ا مى حلة تلبس و مى لحما طز ا
ز ٱلبحز لتأكل تشكزن سخ ٱلذى
Terjemahannya: “dan dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu
dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (darinya itu) kamu
mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar
padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-nya, dan agar kamu
bersyukur” (Al-Qur’an dan terjemahnya, kementerian Agama RI, 2009).
2.3 Logam Timbal (Pb)
2.3.1 Karakteristik dan Sifat Timbal (Pb)
Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang sering disebut
dengan istilah timah hitam. Timbal mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang
aktif sehingga biasanya digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul
perkaratan (Sunarya, 2007). Timbal (Pb) merupakan salah satu komponen yang
masih digunakan sebagai bahan baku produksi berbagai produk-produk logam,
baterai, pestisida dan keramik (Jannah et al., 2017).
13
Timbal mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,20. Titik leleh
timbal adalah 1740 ˚C dan memiliki massa jenis 111,34 g/cm
3 (Widowati, 2008).
Palar (2004) menyatakan bahwa logam timbal pada kisaran suhu 500-600 ˚C
dapat menguap dan membentuk oksigen di udara dalam bentuk timbal oksigen
(PbO).
Timbal merupakan logam yang amat beracun, tidak dapat dimusnahkan serta
tidak dapat terurai menjadi zat lain. Oleh karena itu, jika timbal terlepas ke
lingkungan akan menjadi ancaman bagi makhluk hidup. Karena timbal adalah
salah satu jenis logam berat yang dapat menyebabkan pencemaran perairan.
Perairan yang tercemar oleh timbal akan berdampak pada organisme perairan.
Timbal dapat masuk dalam tubuh organisme melalui rantai makanan, insang atau
difusi melalui permukaan kulit, akibatnya logam itu dapat terserap dalam jaringan,
tertimbun dalam jaringan (bioakumulasi) tubuh. Toksisitas timbal terhadap
organisme air dapat menyebabkan kerusakan jaringan organisme terutama pada
organ seperti insang, dan usus kemudian ke jaringan bagian dalam seperti hati
dan ginjal (Darmono, 2001). Hasil penelitian Suparjo (2010) mengungkapkan
terjadinya kerusakan jaringan insang ikan nila berupa hyperplasia, fusi lamella,
hemoragi, dan atrofi akibat paparan deterjen. Kerusakan insang tersebut berakibat
pada terganggunya kinerja pernafasan ikan. Paparan λ-cyhalothrin pada
konsentrasi 3 dan 6 ppm juga dilaporkan menyebabkan kerusakan usus dan
mempengaruhi kinerja enzim Cholinesterase ikan nila yang berdampak pada
gangguan proses penyerapan makanan (Edelynna, 2012).
Timbal banyak digunakan sebagai bahan keperluan industri, hal tersebut di
karenakan, timbal mempunyai sifat diantaranya; timbal berifat lunak sehingga
14
mudah diubah menjadi berbagai bentuk, mempunyai titik cair yang rendah
sehingga bila digunakan dalam bentuk cair dapat digunakan teknik yang cukup
sederhana dan mempunyai densitas lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain
kecuali emas dan merkuri (Sunu, 2001).
2.3.2 Dampak Timbal Terhadap Makhluk Hidup
Timbal merupakan bahan toksik yang mudah terakumulasi dalam organ
manusia dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan anemia, gangguan fungsi
ginjal, gangguan sistem saraf, otak dan kulit. Timbal dapat bersifat toksik
terhadap manusia, berasal dari mengkonsumsi makanan, minuman, debu yang
tercemar Pb, kontak melalui kulit, dan mata. Timbal juga dapat menghambat
aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb) di dalam
tubuh manusia (Widowati, 2008).
Adanya timbal di perairan berbahaya baik secara langsung terhadap
organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia.
Ini disebabkan sifat logam yang memiliki akumulatif di lingkungan, keberadaan
timbal di dalam air dan sedimen akan masuk ke dalam kehidupan mikroorganisme
di dalamnya, logam berat dalam konsentrasi tertentu akan terakumulasi ke dalam
air, biota, serta sedimen pada suatu perairan dan dapat bersifat toksik bagi
organisme didalamnya dan sulit untuk dihilangkan, logam mudah terakumulasi
dalam biota khususnya pada ikan dan akan berbahaya bagi masyarakat yang
mengkonsumsinya (Anggraini, 2007).
Logam timbal merupakan logam non esensial, sehingga adanya unsur
tersebut lebih dari normal dapat menyebabkan keracunan. Oleh karena itu perlu
15
diketahui ambang batas yang telah ditentukan terkait konsentrasi timbal di
perairan untuk mencegah efek negatif yang timbul bagi kesehatan manusia yang
mengkonsumsinya. Beberapa perairan di Indonesia yang sudah melebihi ambang
batas yang ditetapkan pemerintah yaitu lebih besar dari 0,03 mg/L (PP No. 82
Tahun 2001) diantaranya Sungai Tondano dengan konsentrasi timbal sebesar 0,14
mg/L (Maddusa et al., 2017), Danau Balang Tobjong dengan konsentrasi sebesar
0,49 mg/L (Iryani, 2017) dan Sungai Batang Hari dengan konsentrasi timbal
sebesar 1,259 mg/L (Sahara & Puryanti, 2015).
Paparan berbagai jenis polutan dilaporkan telah menyebabkan terjadinya
kematian maupun gangguan fisiologis pada ikan nila. Hasil penelitian Suparjo
(2010) mengungkapkan bahwa paparan deterjen menyebabkan terjadinya
kerusakan jaringan insang ikan nila berupa hyperplasia, fusi lamella, hemoragi,
dan atrofi. Kerusakan jaringan tersebut berakibat pada terganggunya kinerja
pernafasan ikan. Dampak negatif lain yang ditimbulkan dari timbal adalah
timbulnya efek negatif terhadap kinerja hormon reproduksi sehingga berdampak
pada meningkatnya abnormalitas larva ikan nila. Hasil penelitian sebelumnya
mengungkapkan bahwa paparan polutan jenis endosulfan terbukti menggangu
perkembangan sel-sel reproduksi ikan zebra (Dario dario) terutama sel germinal
primordial (Willey & Krone, 2001). Paparan pestisida jenis organofosfat juga
dilaporkan menghambat produksi hormon esterogen yang berdampak pada
terganggunya proses vitelogenesis (Setyawati, 2011). Gangguan vitelogenesis
tersebut berakibat pada mengecilnya ukuran diameter telur dan larva ikan
(Affandi & Tang, 2001). Disamping itu, paparan merkuri mengakibatkan
terjadinya malformasi pada larva ikan zebra (Danio rerio) berupa pembengkakan
16
perikardial (pericardial oedema), kelainan kelengkungan tulang belakang (spinal
curvature) dan pembengkokan ekor (Zhang et al., (2016).
2.4 Timbal klorida
Timbal klorida (PbCl2) merupakan senyawa anorganik yang padat dan
berwarna putih, memiliki massa molar 278,1 g/mol, titik lebur 501 ºC, kepadatan
5,85 g/cm3 dengan titik didih 950
ºC . Timbal ini sangat mudah terakumulasi
dalam air pada suhu 20 ºC dan jika masuk kedalam badan perairan akan bersifat
toksik terhadap organisme akuatik yang ada didalamnya. Menurut Yulaipi &
Aunnurohim, 2013 konsentrasi timbal klorida 10% telah terbukti mengganggu
terhadap pertumbuhan panjang ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)
sehingga mengganggu proses metabolisme dalam tubuh ikan. Menurut penelitian
Yolanda et al., ( 2017) paparan timbal klorida dengan konsentrasi 25,06 mg/l
menyebabkan kerusakan edema, kongesti, nekrosis, hyperplasia, lamela sekunder
dan fusi lamela.
2.5 Abnormalitas
Abnormalitas dibagi menjadi dua diantaranya, abnormalitas primer dan
sekunder. Abnormalitas primer yaitu abnormalitas yang terjadi saat proses
spermatogenesis. Sedangkan abnormalitas sekunder adalah abnormalitas yang
terjadi karena pengaruh lingkungan (Hedianto et a., 2003). Abnormalitas larva
ikan dapat diamati dari bentuk kepala, bagian tubuh dan ekor yang bengkok,
tubuh lebih pendek dari ukuran normal ( Mukti, 2005). Menurut Hedianto et a.,
(2003). Abnormalitas berupa ekor spermatozoa yang bengkok diduga karena
17
pemaparan dengan logam berat menyebabkan larutan menjadi hipertonis. Jika
spermatozoa disimpan dalam larutan hipertonis akan mengakibatkan vakuola
sitoplasma membuka dan ekor lebih permeabel, sehingga ekor bengkok. Menurut
penelitian Effendi et al., (2015) bentuk abnormalitas ada beberapa bentuk, yaitu
tubuhnya berlekuk ke atas (lordosis) dan ke bawah (kiposis) skiolisis (tubuh
terlihat memendek yang disebabkan tulang belakang melengkung ke atas dan ke
bawah) dan larva di indikasikan dengan ukuran tubuh yang kecil (premature) dan
ukuran tubuh larva memungkinkan tidak panjang setelah penetasan.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai Oktober hingga November 2019. Tahap
pemaparan, pengamatan daya tetas dan abnormalitas larva dilakukan di Balai
Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujong Batee, Kabupaten Aceh Besar,
Provinsi Aceh. Pengukuran kandungan timbal pada larva ikan dilakukan di
Labolatorium Balai Riset dan Standarisasi Industri, Banda Aceh, sedangkan
analisis data dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian diantaranya: corong berkapasitas
enam liter, wadah penampungan telur ukuran 95 liter, pompa, selang, jaring
berukuran 40x60x40 cm, wadah penampungan telur, mikroskop stereo, aerator,
refraktometer, thermometer, DO meter, sendok, penggaris. Bahan yang digunakan
adalah telur ikan nila (Oreochromis niloticus), timbal klorida (PbCl2), larutan
asam dan air.
3.3 Prosedur Penelitian
Toksikan timbal yang digunakan pada penelitian ini berupa timbal klorida
(PbCl2) (Pudak Scientific, Indonesia) yang diperoleh dari Laboratorium
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Kimia Universitas Syiah
Kuala. Sebanyak 2.400 butir telur ikan nila yang telah dibuahi diperoleh dari
19
BPBAP Ujong Batee, Kabupanten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Penetasan telur
ikan nila dilakukan dengan metode corong berkapasitas sembilan puluh liter air
payau yang dilengkapi aerasi.
Rancangan penelitian yang digunakan berupa Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Dosis timbal yang digunakan
pada setiap perlakuan mengacu pada hasil penelitian terkait konsentrasi timbal
dalam air pada beberapa perairan di Indonesia yang sudah melebihi ambang batas
yang ditetapkan pemerintah yaitu lebih besar dari 0,03 mg/L (PP No. 82 Tahun
2001), diantaranya Sungai Tondano dengan konsentrasi timbal sebesar 0,14 mg/L
(Maddusa et al., 2017), Danau Balang Tobjong dengan konsentrasi timbal
sebesar 0,49 mg/L (Iryani, 2017), dan diperairan Aceh Lhokseumawe-Aceh
Utara dengan konsentrasi timbal sebesar 0,10 mg/L (Komarawidjaja W et al.,
2017), muara Krung Aceh dengan konsentrasi sebesar 0,106 mg/L.
Pemaparan dilakukan selama 10 hari, secara rinci konsentrasi timbal pada
setiap perlakuan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Konsentrasi paparan timbal pada setiap perlakuan
No Perlakuan Konsentrasi timbal
1 Perlakuan 0 0 mg/L PbCL2
2 Perlakuan A 0,15 mg/L Pb setara dengan 0,21 mg/L PbCL2
3 Perlakuan B 0,30 mg/L Pb setara dengan 0,42 mg/L PbCL2
4 Perlakuan C 0,45 mg/L Pb setara dengan 0,63 mg/L PbCL2
Setiap corong perlakuan memuat sebanyak 200 butir telur ikan nila. Masa
pemaparan timbal berlangsung selama sepuluh hari. Larva yang menetas pada
20
setiap perlakuan di tampung dalam wadah berupa jaring berukuran 40×60×40 cm
dengan ukuran pori-pori jaringnya 0,5 mm. Parameter pengamatan yang diamati
meliputi daya tetas kumulatif, kelangsungan hidup, denyut jantung, derajat
malformasi, bentuk abnormalitas larva, dan kandungan timbal dalam larva.
Pengukuran daya tetas kumulatif dilakukan setiap 24 jam, sedangkan pengukuran
tingkat kelangsungan hidup, panjang larva, derajat malformasi, bentuk
abnormlitas larva dan kandungan timbal pada larva dilakukan pada akhir masa
pemaparan. Pengukuran denyut jantung dilakukan pada hari kelima.
Daya tetas telur kumulatif (HR) dihitung dengan menggunakan persamaan
Effendi (2002) sebagai beikut:
HR (%) = umlah telur yang menetas
jumlah total telur 00
Kelangsungan hidup (SR) dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut (Effendi et al., 2006):
SR (%) =
Setiap larva yang mati dan seluruh larva yang hidup pada setiap perlakuan
dianalisis bentuk abnormalitasnya menggunakan mikroskop stereo pembesaran 40
x 10 untuk kemudian dihitung persentasenya pada setiap perlakua. Abnormalitas
yang ditemukan, diidentifikas dan difoto dengan menggunakan mikroskop yang
telah dilengkapi dengan kamera. Indentifikasi bentuk abnormalitas yang terjadi
21
pada larva merujuk pada penelitian Zhang et al., (2016). Derajat malfolmasi larva
(DM) pada setiap perlakuan diukur dengan menggunkan persamaan Zhang et al.,
(2016) sebagai berikut:
DM (%) = umlah larva yang cacat
jumlah telur yang menetas 00
Pengukuran panjang total larva dilakukan dengan menggunakan penggaris
dengan ketelitian 0,1 mm terhadap 30 ekor larva yang diambil secara acak pada
setiap perlakuannya. Pengukuran denyut jantung larva dilakukan pada hari ke-5
dengan menggunakan mikroskop dan dihitung dengan tally counter dengan waktu
detak/menit terhadap 10 ekor larva yang diambil secara acak pada setiap
perlakuan. Pengukuran parameter fisik kimiawi air media dilakukan setiap dua
hari sekali meliputi salinitas, suhu, dan DO. Salinitas diukur dengan
menggunakan refraktometer dengan kisaran 11,7-12,8 ppt, suhu diukur dengan
menggunakan thermometer dengan kisaran 25-28,7 oC dan DO diukur dengan
menggunakan DO meter dengan kisaran 5,6-8,7 mg/L.
Pengukuran kandungan timbal pada larva ikan nila
Kandungan timbal pada larva ikan Di diukur menggunakan metode AAS
(Atomic Absorption Spectrofotometri). Sampel larva diambil kemudian dihaluskan
(Priatna, 2016). Sampel larva yang telah halus selanjutnya dimasukkan kedalam
tabung dan ditambahkan larutan asam, selanjutnya dimasukkan tabung yang berisi
sampel larva ikan nila tersebut kedalam labu takar polyproylene 50 ml, kemudian
22
hasil kandungan timbal dalam ikan nila di baca oleh panjang gelombang yang
terdapat pada alat AAS tersebut.
3.4 Analisis Data
Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk nilai rata-rata dan standar
deviasi. Analisis data terhadap parameter daya tetas komulatif, tingkat
kelangsungan hidup, derajat malformasi dan panjang larva antar perlakuan
dilakukan menggunakan analisis varian satu arah (One Way-ANOVA) pada selang
kepercayaan 95% P< 0,05. Jika hasil analisis menunjukkan perbedaan yang nyata
antar perlakuan, maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan Uji Beda Nyata
Terkecil (BNT). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak SPSS versi 22.
23
3.5 Bagan Penelitian
Telur Ikan Nila
Pemaparan timbal
klorida (PbCL2)
Kontrol 0
mg/L PbCL2
PA 0,21
mg/L PbCL2
PB 0,42
mg/L PbCL2
PC 0,63
mg/L PbCL2
Daya tetas telur
kumulatif dan
kelangsungan
hidup dilakukan
24 jam sekali
selama 10 hari
Derajat
malformasi
larva diamati
dibawah
mikroskop
Denyut
jantung,
sebanyak 10
larva diamati
pada hari ke-6
Panjang larva,
sebanyak 30 larva
diambil secara
acak dan diukur
dengan mikrimeter
Analisis Data
Kandungan Timbal
Dalam Larva
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Daya tetas komulatif dan Tingkat kelangsungan hidup
Telur ikan nila mulai menetas pada hari kedua hingga hari ketiga masa
pemaparan (Gambar 1). Persentase daya tetas tertinggi terdapat pada Perlakuan
Kontrol sedangkan nilai terendah terdapat pada Perlakuan B yaitu masing-masing
sebesar 59,83 ± 14,02 % dan 43,00 ± 7 % (Tabel 4.1). Analisis statistik
menunjukkan tidak adanya perbedaaan yang signifikan antara tingkat daya tetas
pada perlakuan kontrol dengan perlakuan A, B dan perlakuan C baik pada hari
kedua maupun ketiga (p > 0.05). Sementara itu, hingga hari kesepuluh masa
pemaparan, juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap parameter
tingkat kelangsungan hidup antar perlakuan (p > 0.05). Pada perlakuan kontrol,
dari seluruh larva yang menetas, 91,37 ± 4,10 % yang mampu bertahan hidup
hingga akhir masa pemaparan, sedangkan pada perlakuan B dan C hanya 85,94
± 5,62 % dan 85,39 ± 14,89 % yang mampu bertahan hidup (Gambat 4.2).
25
Gambar 4.1 Daya tetas komulatif telur ikan nila disetiap perlakuan
Tabel 4.1 Daya tetas telur kumulatif (HR) ikan nila (Oreochromis niloticus) pada
hari ke-2 dan ke-3 selama pengamatan
Hari
Pengamatan
Daya tetas telur (%)
Kontrol Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C
Hari ke-2 ± 9,25
a18,00 ± 5,57
a 17,17± 4,31a
± 5,51a
Hari ke-3 59,83 ± 14,02a
± 5,77a 43,00 ± 7
a 43,33 ± 7,82a
* superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p >0.05)
26
Gambar 4.2 Tingkat kelangsungan hidup larva ikan Nila pada setiap perlakuan di
hari ke sepuluh masa pemeliharaan
4.1.2 Panjang total dan denyut Jantung
Panjang total larva pada setiap perlakuan di akhir masa pemaparan
berkisar antara 11,33 ± 0,07 mm – 11,40 ± 0,18 mm. Hasil analisis statistik
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada parameter panjang
larva antar perlakuan (Gambar 4.3). Sebaliknya, terjadi peningkatan detak jantung
yang signifikan pada perlakuan C apabila dibandingkan dengan perlakuan kontrol
(p < 0.05). Detak jantung larva ikan nila pada perlakuan kontrol adalah 91,37 ±
7,61 detak/menit sedangkan pada perlakuan C meningkat sebesar 115,6 ± 10,25
detak/menit (Gambar 4.4)
27
Gambar 4.3 Panjang rata-rata larva ikan nila disetiap perlakuan pada hari
kesepuluh
Gambar 4.4 Denyut jantung larva ikan nila disetiap perlakuan pada hari keenam
masa pemeliharaan.
28
4.1.3 Abnolmalitas larva dan laju malformasi
Terdapat tiga bentuk abnormalitas larva yang ditemukan dalam penelitian
ini yaitu lordosis, kiposis dan pembengkokan ekor (Gambar 4.5). Lordosis
merupakan bentuk abnormalitas yang paling sering ditemukan yaitu sebesar 54%
sedangkan pembengkokan ekor adalah yang paling sedikit ditemukan yaitu
sebesar 15% (Gambar 4.6). Laju malformasi larva cenderung meningkat seiring
bertambahnya konsentrasi PbCl2 dalam media pemaparan. Laju malformasi larva
tertinggi terdapat pada perlakuan C sedangkan terendah terdapat pada perlakuan
kontrol yaitu masing masing sebesar 3,4% dan 0,33%. Hasil analisis statistik
menunjukkan laju malformasi larva meningkat secara signifikan pada perlakuan C
dibanding dengan kontrol (p < 0.05) (Gambar 4.7).
Gambar 4.5 A. Tampilan Larva normal pada perlakuan kontrol di hari ke 6. B.
Larva dengan ekor bengkok pada perlakuan A di hari ke 4, C. Larva
yang mengalami kyposis pada perlakuan B di hari ke-4. D. Larva yang
mengalami lordrosis pada perlakuan C di hari ke-9.
29
Gambar 4.6 Frekuensi bentuk malformasi larva ikan nila (Oreochromi niloticus)
Gambar 4.7 Grafik abnormalitas larva ikan nila (Oreochromi niloticus) selama
pemaparan timbal klorida (PbCl2)
4.1.4 Kandungan, faktor biokonsentrasi dan laju akumulasi timbal
Kandungan timbal tertinggi pada larva ikan nila terdapat pada perlakuan C
sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu masing-masing
30
sebesar 4,80 mg/Kg dan 0 mg/Kg. Nilai faktor biokonsentrasi dan laju akumulasi
harian timbal cenderung meningkat seiring meningkatnya konsentarasi timbal
dalam air dan larva ikan nila. Nilai faktor biokonsentrasi dan laju akumulasi
harian tertinggi terdapat pada perlakuan C yaitu masing masing sebesar yaitu 8,01
dan 0,48 mg/hari (Tabel 4.2).
Tabel 4.2 Kandungan timbal, faktor biokonsentrasi dan laju akumulasi timbal
selama pengamatan
Perlakuan
Kandungan
timbal dalam
media (mg/L)
Kandungan
timbal dalam
larva (mg/kg)
Faktor
Biokonsentrasi
Laju
Akumulasi
(mg/hari)
Kontrol 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00
A 0,20 ± 0,00 1,54 ± 1,53 7,36 ± 0,95 0,15 ± 5,98
B 0,40 ± 0,00 1,35 ± 2,35 3,39 ± 0,86 0,13 ± 6,27
C 0,60 ± 0,00 4,80 ± 4,27 8,01 ± 2,97 0,48 ± 3,68
* superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0.05)
4.2 PEMBAHASAN
Paparan timbal telah menyebabkan berbagai gangguan fisiologis baik pada
sistem pernapasan, pencernaan, saraf dan reproduksi ikan (Yulaipi & Aunurohim,
2013). Hasil penelitian Yolanda et al., (2017) mengungkapkan bahwa paparan
timbal dapat menyebabkan perubahan histopatologi pada jaringan insang ikan nila
berupa edema, kongesti, hyperplasia, nekrosis, lamela sekunder dan fusi lamela.
Paparan timbal juga dapat mengganggu kinerja hormon reproduksi yang
berdampak pada gangguan proses vitalogenesis dan terhambatnya pembentukan
yolk (Sridevi et al., 2015).
Dalam penelitian ini, paparan timbal klorida dengan konsentrasi 0,42 mg/L
dan 0,63 mg/L tidak menyebabkan terjadinya pengaruh yang signifikan terhadap
daya tetas telur. Disamping itu, meningkatnya detak jantung dan laju malformasi
31
larva ikan nila. Tidak adanya pengaruh timbal terhadap daya tetas telur dalam
penelitian ini diduga ada hubungannya dengan rendahnya konsentrasi timbal yang
ada dalam wadah penetasan. Hasil serupa juga pernah dilaporkan oleh Prahastuti
et al., (2013) paparan polutan surfaktan dengan konsentrasi 1,35 mg/L tidak
menyebabkan pengaruh yang nyata terhadap daya tetas telur pada ikan karper
(Cyprinus carpio). Hal ini cenderung berbeda, paparan timbal dengan konsentrasi
1,4 mg/L terjadinya penurunan daya tetas telur pada ikan Zebra (Danio rerio)
(Zhang et al., 2016 & Kaur et al., 2018). Paparan jenis polutan yang berbeda juga
diungkapkan oleh Putri et al., (2015), dimana paparan insektisida jenis
organoklorin endosulfan telah menyebabkan terjadinya penurunan daya tetas telur
ikan nila (Oreochromis niloticus).
Rendahnya daya tetas telur tersebut diduga terjadi akibat terhambatnya
kinerja enzim chorionase dalam mereduksi chorion sehingga larva tidak mampu
keluar dari cangkang telur (Nirmala et al., 2006). Disamping itu, Prahastuti et al.,
(2013) ikut menjelaskan bahwa paparan polutan menyebabkan telur menjadi
hipertonik sehingga sel telur cenderung mengalami pengerutan atau pecah. Dalam
penelitian ini, daya tetas telur ikan nila pada perlakuan kontrol terhitung rendah
yaitu 59,83 ± 14,02%, diduga disebabkan oleh kuat dan kecilnya debit air. Debit
air yang kuat menyebabkan telur-telur berbenturan satu dengan yang lain atau
berbenturan dengan dinding corong penetasan. Begitu pula dengan debit air yang
kecil dapat membuat telur akan mengendap sehingga lengket antara telur yang
satu dengan telur-telur yang lain sehingga telur mengalami kekurangan oksigen
dan telur manjadi pecah. Selain itu menurut Setyono (2009) telur yang tidak
menetas dapat disebabkan oleh kondisi telur yang kurang baik. Telur berhasil
dibuahi oleh spermatozoa tetapi embrio tidak dapat berkembang dengan baik.
Paparan polutan juga dapat meningkatkan denyut jantung ikan, laju detak
jantung larva telah mulai digunakan sebagai bioindikator untuk menilai dampak
negatif paparan polutan (Zhao et al., 2014). Menurut Nofrizal (2014), laju detak
jantung dapat mendeskripsikan aliran darah, proses metabolisme, respirasi dan
tingkat stres pada ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan timbal
klorida dengan konsentrasi 0,63 mg/L mampu menyebabkan terjadinya
32
peningkatan detak jantung larva ikan nila. Hasil serupa juga dilaporkan terjadi
pada ikan zebra (Danio rerio) yang terpapar monosodium glutamat (Mahaliyana,
2016). Sarmah & Marrs (2016) ikut mengungkapkan bahwa paparan Polisiklik
Aromatik Hidrokarbon (PAH) terhadap larva ikan zebra telah menyebabkan
peningkatan detak jantung hingga 140-180 denyut per menit. Menigkatkan detak
jantung larva ikan akibat paparan polutan merupakan upaya untuk merespon
kinerja detoksifikasi polutan dan metabolisme tubuh lainnya (Laela & Zahroul,
2017). Disamping itu, rusaknya jaringan insang ikan akibat paparan timbal,
berdampak pada menurunnya jumlah oksigen yang dapat diinduksi kedalam tubuh
(Yolanda et al., 2017). Hal ini berdampak pada berkurangnya kebutuhan pasokan
oksigen untuk mendukung proses metabolisme tubuh. Oleh karenanya, jantung
ikan berupaya merespon hal tersebut melalui peningkatan detak jantung sehingga
frekruensi pengikatan oksigen menjadi lebih meningkat.
Dalam penelitian ini, paparan timbal tidak menunjukkan dampak yang
signifikan terhadap parameter tingkat kelangsungan hidup dan panjang larva ikan
nila. Hasil ini cenderung berbeda dengan beberapa penelitian lain terkait efek
polutan terhadap larva ikan. Sebagai contoh, paparan timbal dengan konsentrasi
6,86 mg/L menyebabkan terjadinya penurunan tingkat kelangsungan hidup pada
juvenil ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) (Sahetapy, 2011). Tidak
adanya pengaruh timbal terhadap tingkat kelangsungan hidup dan panjang larva
ikan nila dalam penelitian ini diduga berkaitan dengan rendahnya konsentrasi
timbal yang dipaparkan. Hasil serupa juga pernah dilaporkan oleh Triadayani et
al., (2010), dimana paparan timbal dengan konsentrasi 0.05 mg/L belum
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan
33
kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Mahalina et al., (2015) dan (Hidayah, 2012)
ikut mengungkapkan bahwa paparan timbal dengan konsentrasi 0,006 mg/L
menunjukkan tidak terjadinya pengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila
(Oreochromis niloticus), namun pada konsentrasi 0,18 mg/L timbal dapat
menurunkan tingkat kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus). Hasil
penelitian terkait lainnya juga menjelaskan bahwa, pada konsentrasi rendah
dengan masa pemaparan yang singkat, paparan timbal juga tidak mempengaruhi
pertumbuhan panjang larva dari ikan zebra (Danio rerio) dan ikan nila
(Oreochromis niloticus) (Nirmala et al., 2006; Yulaipi & Aunurohim, 2013)
Meskipun tidak berdampak signifikan menurunkan tingkat kelangsungan
hidup dan panjang larva ikan nila, akan tetapi paparan timbal berdampak negatif
meningkatkan laju malformasi larva ikan nila. Laju malformasi larva ikan nila
cenderung semakin meningkat seiring meningkatnya konsentrasi timbal pada
media pemaparan. Lordosis merupakan jenis malformasi yang paling umum
ditemukan pada larva ikan nila yang terpapar timbal. Berberapa penelitian lain
mengungkapkan bahwa lordosis juga ditemukan pada larva ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) yang terpapar timbal (Osman et al., 2007), ikan zebra (Danio
rario) yang terpapar merkuri (Zhang et al., 2016) dan ikan nila (Oreochromis
niloticus) yang terpapar insektisida (Putri et al., 2015).
Menurut Palar (2004) timbal cenderung terakumulasi pada jaringan tulang
larva yang mengakibatkan gangguan perkembangan tulang. Hasil penelitian
menunjukkan adanya korelasi yang positif antara meningkatnya kandungan timbal
dalam media dengan meningkatkanya kandungan timbal dalam larva ikan.
Akumulasi timbal dalam larva ikan terjadi akibat keberadaan metallotionin
34
(sulfihidril-SH) dan amina (nitrogen-NH) yang mengikat timbal secara kovalen.
Timbal akan masuk ke dalam sel dan ikut didistribusikan oleh darah keseluruh
tubuh sehingga dapat terakumulasi pada organ tubuh lainnya.
Paparan timbal dilaporkan telah mengganggu proses pertukaran ion kalsium
pada jaringan tulang, akibatnya tulang ikan akan mengalami abnormalitas berupa
lordosis, kiposis dan kelengkungan ekor (Nirmala et al., 2006). Yusuf (2011) ikut
berpendapat bahwa ion timbal memiliki kemampuan untuk menggantikan
keberadaan ion kalsium
yang terdapat dalam jaringan tulang sehingga
menyebakan terjadinya malformasi pada embrio ikan. Larva yang mengalami
malfolmasi akan kesulitan untuk bergerak, mendapatkan makanan dan
menghindari pemangsa, serta meningkatkan tingkat kerentanan hidup larva ikan.
Yulaipi & Aunurohim (2013) menyatakan bahwa kandungan timbal dalam
air yang semakin tinggi maka semakin tinggi pula konsentrasi timbal yang
terakumulasi dalam tubuh organisme karena logam timbal berikatan dengan
protein dan sebagian terakumulasi dalam tubuh ikan. Menurut Priatna et al.,
(2016) akumulasi timbal dalam ikan terjadi akibat absorbsi timbal dari air dan
makanan yang terkontaminasi timbal kemudian dibawa melalui sistem peredaran
darah selanjutnya selanjutnya diedarkan keseluruh jaringan tubuh sehingga
terakumulasi logam pada daging. Logam berat terakumulasi dalam organisme
dapat terjadi melalui kontak langsung dengan logam berat yang ada di dalam air
(Hidayah, 2014). Logam berat akan masuk dalam sel dan ikut didistribusi oleh
darah keseluruh tubuh sehingga dapat terakumulasi pada organ tubuh. Sirkulasi
darah dapat menyebabkan logam berat terakumulasi dalam dinding pembuluh
35
darah dan jaringan ikat yang terdapat disekitar otot ikan sehingga sulit untuk
diekskresikan (Yulaipi & Aunurohim, 2013).
Begitu halnya dengan penelitian (Madussa et al., 2017) akumulasi logam
berat Zn pada ikan gabus (Channa striata) yaitu 105,89 dengan nilai akumulasi
0,58 mg/L, ini lebih tinggi dari hasil penelitian ini yaitu nilai biokonsentrasi faktor
PbCl2 pada ikan nila yaitu 8,01 mg/L dengan nilai akumulasi 0,4804 mg/L.
Menurut (Suprapti, 2008) menyatakan bahwa pengelompokkan sifat polutan
terbagi atas tiga urutan yaitu sangat kumulatif (BCF>1000), akumulatif sedang
(BCF 100-1000) dan akumulasi rendah (BCF<100). Jadi hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai BCF logam timbal pada ikan nila termasuk dalam
katagori akumulasi rendah yaitu berada pada kisaran nilai (BCF<100).
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dapat disimpulkan bahwa:
1. Paparan timbal klorida dengan konsentrasi 0,42 mg/L tidak berpengaruh
yang signifikan terhadap daya tetas telur. Persentase daya tetas terendah
terdapat Perlakuan B yaitu 43,00 ± 7 %.
2. Paparan timbal klorida dengan konsentrasi 0,63 mg/L menyebabkan
terjadinya peningkatann detak jantung dan laju malformasi larva ikan nila.
Detak jantung larva ikan nila meningkat secara signifikan dari 91,37
detak/menit pada perlakuan kontrol menjadi 115,6 detak/menit pada
perlakuan C.
3. Bentuk malformasi larva ikan nila yang terpapar timbal yang teramati
meliputi lordosis, kiposis dan pembentukan ekor.
4. Paparan timbal tidak berdampak signifikan terhadap parameter
kelangsungan hidup dan panjang larva ikan nila.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh timbal klorida
terhadap daya tetas telur, kelangsungan hidup dan panjang larva pada
jenis ikan lain dengan menggunakan teknik penetasan yang berbeda.
2. Pengelolaan terhadap logam berat harus dilakukan, khususnya di Aceh
mengingat logam berat dapat terakumulasi pada biota yang hidup di dalam
lingkungan perairan dan dapat membahayakan manusia yang
mengkonsumsi biota air.
37
DAFTAR PUSTAKA
Abidin N. 2010. Pembenihan ikan Nila Salin sistem corong berdaya tetas tinggi.
Akumina Edisi 107, IV (1):107 pp
Affandi R & Tang UM. 2001. Biologi Reproduksi Ikan. Pusat Penelitian Kawasan
Pantai dan Perairan. Universitas Riau. Pekan Baru Riau. 153 pp.
Ahmed MK, Biswas DR, Islam MM, Akter MS, Kazi AI, Sultana GNN. 2009.
Heavy metal concentrations in different organs of fishes of the River
Meghna, Bangladesh. Terrestrial and Aquatic Environmental Toxicology,
3(1): 28–32.
Alkahemal-Balawi HF, Ahmad Z, Al-Alkel AS, Al-Misned F, Suliman EM, Al-
Ghanim KA. 2011. Toxicity Bioassay of Lead Acetate and Effects of its
Sublethal Exposure on Growth, Haematological parameters and
Reproduction in Clarias gariepinus. Journal of Biotechnology, 10(53):
11039-11047.
Amri K dan Khairuman. 2008. Budidaya ikan Nila secara Intensif. PT Agromedia
Pustaka, Jakarta. 195 pp.
Anggraini D. 2007. Analisis Logam berat Pb,Cd,Cu, dan Zn pada air laut, seimen
dan lokal (genlona coaxans) diperairan pesisir Dumai, Provinsi Riau online.
http:heavymetals-contens-analist Pb,Cd,Cu, dan Zn anseawaters.pdf.
Diakses,15 april 2019.
38
Darmono. 2001. Lingkungan hidup dan pencemaran hubungan dengan
toksikologi senyawa logam. Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia. 176 pp.
Direktur Jenderal Perikanan. 2017. http://kkp.go.id/djpb/artikel/3113-subsektor-
perikanan-budidaya-sepanjang-tahun-2017-menunjukkan-kinerja-positif.
Diakses 20 maret 2019.
Edelynna AMO, Wirespathi, Raharjo, Budijastuti W. 2012. pengaruh kromium
heksavalen (IV) terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan Nila
(Oreochromis niliticus). Latera Biologi,1(2):75-79.
Effendi MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta. Yayasan Pustaka Nusantara.
163 pp.
Effendi ME, Pratama I, Subagja J. 2005. Teknik inkubasi telur menggunakan
sistem tray bertingkat untuk meningkatkan daya tetas telur ikan Semah (Tor
douronensis).Ekologi, (15)1: 14-21.
Fadhlan A. 2016. Analisis kandungan logam berat timbal (Pb) pada ikan Bandeng
(Chanos chanos) di beberapa pasar tradisional Kota Makassar. Skripsi, 1-
75.
FAO (Food and Agriculture Organization). 2018. Global Aquaculture Production
1950-2016. (http://www.fao.org/fishery/statistics/global-aquaculture-
production/query/en). Diakses 5 maret 2019.
Ghufran H, Kordi K. 2010. Panduan Lengkap Ikan Nila Air Tawar Di Kolam
Terpal. Yogyakarta. Andi. 156 pp.
Hedianto EY, lisyastuti E, Najmiyati E, Gani YY. 2003. Pengaruh pemaparan Cd
dan Cu terhadap abnormalitas spermatozoa ikan Mas (Cyprinus carpio,
Linn).Jurnal Iktiologi indonesiaIndonesia, 3(1): 5-9.
39
Hidayah AM, Purwanto, Soeprobowati TR. 2012. Kandungan logam berat pada
air, sedimen dan ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn.) di Karamba
Danau Rawapening. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan, 2: 95-101.
Hidayah AM, Purwanto, Soeprobowati TR. 2014. Biokonsentrasi faktor logam
berat Pb, Cd, Cr dan Cu pada ikan Nila (Oreochromis Niloticus Linn.) di
Keramba Sangat Rawa Pening. BIOMA, 16(1):19.
Iryani AS & Marzuki I. 2017. Penilaian tingkat cemaran timbal pada Danau
Balang Tonjong Kelurahan Antang Manggala Kota Makassar. Jurnal
Ilmiah Techno Entrepreneur Acta, 2(1): 51-58.
Jannah R, Rosmaidar, Nazaruddin, Winaruddin, Balgis U, Armansyah T. 2017.
Pengaruh paparan timbal (Pb) terhadap histologi hati ikan Nila
(Oreochromis niloticus). JIMVET, 01(4):743-748.
ezierska B, Ługowska K, Witeska M. 2008. The effects of heavy metals on
embryonic development of fish (a review). Fish Physiology and
Biochemistry, 144:1-7.
Kaur J, Khatri M, Pu S. 2018. Toxicological evaluation of metal oxide
nanoparticles and mixed exposures at low doses using zebra fish and
THP1cell line. Environmental Toxicology, 1–13.
Komarawidjaja W, Riyadi A, Garno YS. 2017. Status kandungan logam berat
perairan pesisir Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe Jurnal
Teknologi Lingkungan, 18(2): 251-258.
40
Laela, Zahroul. 2017. Uji toksisitas karbosulfan terhadap morfologi dan fisiologi
embrio ikan Zebra (Brachydanic rerio). Sarjana Thesis, Universitas
Brawijaya, 132-137.
Lukman, Mulyana, Mumpuni FS. 2014. Efektivitas pemberian akar Tuba (Derris
elliptica) terhadap lam waktu kematian ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Jurnal Pertanian, 5(1): 22-31.
Maddusa SS, Paputungan MG, Syarifuddin AR, Maambuat J, Alla G. 2017.
Kandungan logam timbal (Pb), merkuri (Hg), zink (Zn) dan arsen (As) pada
ikan dan air Sungai Tondano, Sulawesi Utara. Al-Sihah Public Health
Science Journal, 9(2): 153-159.
Mahalina W, Tjandrakirana, Purnomo T. 2016. Analisis kandungan timbal (Pb)
dalam ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang hidup di Sungai Kali
Tengah, Sidoarjo. Lentera Biologi, 5(1): 43-47.
Mahaliyana AS, Fasmina MFA, Alahakoon AMTB, Wickrama GMGMM. 2016.
Toxicity effects of monosodium glutamate (MSG) on embryonic
development of zebra fish (Danio rerio); a promising model to study
excitotoxins. International Journal of Scientific and Research Publications,
6(3): 2250-3153.
Muliari, M., Akmal, Y., Zulfahmi, I., Karja, N. W., Nisa, C., Mahyana, M., &
Humairani, R. 2020. Effect of exposure to palm oil mill effluent on
reproductive impairment of male Nile Tilapia (Oreochromis niloticus,
Linnaeus 1758). E3S Web of Conferences, 151(01022):1-5.
Muliari, M., Akmal, Y., Zulfahmi, I., Karja, N. W., Nisa, C., & Sumon, K.A.
2019. Effects of palm oil mill effluent on reproductive hormone of female
41
nile tilapia, Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758). Advances in Animal
and Veterinary Sciences, 7(11): 1035-1041.
Muliari, M., Zulfahmi, I., & Akmal, Y. 2019. Ektosikologi Akuatik. IPB Press. 81
pp.
Muliari, M., Zulfahmi, I., Juanda, R., Karja, N. W. K., & Nisa, C. 2008.
Histopatologi Changes in gill of Nile tilapia (Oreochromis niloticus) after
palm oil mill effluent exposure. In LOP Conferences Series: Earth Environ
Sci, 216: 1-5.
Mukti, A. T. 2005. Perbedaan Keberhasilan Tingkat Poliploidisasi Ikan Mas
(Cyprinus carpio) Melalui Kejutan Panas.Jurnal Penelitian Hayati, 1(10) :
133-138.
Nirmala K, Sekarasari J, Suptijah P. 2006. Efektivitas khitosan sebagai pengkhelat
logam timbal dan pengaruhnya terhadap perkembangan awal embrio ikan
Zebra (Danio rerio). Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(2): 157-165.
Nofrizal. 2014. Aktivias jantung ikan Nila Oreochromis niloticus ( linnaeus,
1758) pada kecepatan renang berbeda yang dipantau dengan
elekteokardiograf (EKG). Jurnal Iktiologi Indonesia, 14(2):101-109.
Osman Alaa GM, Wuertz Sven, Mekkawy imam A, Hans-Jurgen Exner, Frank
Kirschbaum. 2007. Lead Induced Malformations in Embryos of The
African Catfish Clarias gariepenus, Environmental Toxicology, 22(4): 375-
89.
Palar H. 2002. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta. Rineka Cipta.
180 pp.
42
Palar H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi dan Logam Berat. Rineka Cipta
Jakarta. 152 pp.
Prahastuti MS, Ain C, Sulardiono B. 2013. Dampak surfuktan berbahan aktif Na-
ABS terhadap daya tetas telur ikan Karper (Cypinus carpio) dalam skala
Labolatorium. Journal of Maquares, 2(4): 11-17.
Priatna, DE, Purnomo T, Kuswanti N. 2016. Kadar logam berat timbal (Pb) pada
air dan ikan Bader (Barbonymus gonionotus) di Sungai Brantas Wijaya,
Mojokerto. Lentera Bio Berkala Ilmiah Biologi, 5(1): 48-53.
Putry AC, Razak A, Sumarmi R. 2015. Pengaruh insectisida terhadap daya tetas
telur ikan Nila (Oreochromis niloticus): 43-52 pp.
Rahayu SW, Zulfatin ZL, Nuriliani A. 20 3. Efek histopatologi insektisida λ-
cyhalothrin terhadap insang, hati, dan usus halus ikan Nila (Oreochromis
niloticus L.,1758). Biosfera, 30(2): 52-65.
Sahara R & Puryanti D. 2015. Distribusi logam berat Hg dan Pb pada Sungai
Batanghari Aliran Batu Bakauik Dharmasraya Sumatera Barat. Jurnal
Fisika Unand, 4(1): 68-77.
Sahetapy, J. M. 2011. Toksisitas Logam Berat Timbal (PB) dan penguruhnya
pada konsumsi oksigen dan respon hematologi juvenil ikan Kerapu Macan.
Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan, 7(2): 42-48.
Sarmah S & Marrs JA. 2016. Zebrafish as a Vertebrate Model System to Evaluate
Effects of Environmental Toxicants on Cardiac Development and Function.
Journal of Molecular Sciences, 17(12): 2123.
43
Setyawati I, Wiratmini NI, Wiryatno J. 2011. Pertumbuhan histopatologi ovarium
dan fekunditas ikan Nila Merah (Oreochromis buktinya) setelah paparan
pestisida organofosfat. Jurnal Biologi, 15(2): 44-48.
Setyono, B. 2009. Pengaruh perbedaan konsentrasi bahan pada pengencer sperma
ikan “skim kuning telur” terhadap laju fertilisasi, laju penetasan, dan
sintasan ikan Mas (Cyprinus carpio), Jurnal GAMMA, 5 (1) : 1-12.
Shihab, Quraish M. Tarsir Al-Mishbah. 2010. Pesan Kesan Dan Keserasian Al-
Qur’an. Tanggerang: Lentera Hati.
Sridevi P, Chaitanya RK, Prathibha Y, Balakrishna S, Dutta-Gupta A,
Senthilkumaran B. 2015. Early exposure of 17a-ethynylestradiol sma
diethylstilbestrol induces morphological changes and alters ovarian
steroidogenic pathway enzyme gene expression in catfish, Clarias
geriepinus. Environmental Toxicoogy, 30: 439-451.
Sunu P. 2001. Melindungi Lingkungan. Jakarta. PT Gramedia. 224 pp.
Sunarya Y. 2007. Kimia Umum. Jakarta. Grafindo. 234 pp.
Suparjo MN. 2010. Kerusakan jaringan insang ikan Nila (Oreochromis niloticus
L) akibat deterjen. Jurnal Saintek Perikanan, 5(2): 1-7.
Suprapti, NH. 2008. Kandungan chromium pada perairan, sedimen dan kerang
Darah (Anadara granasa) diwilayah pantai sekitar Muara Sayung Desa
Morosari Kabupaten Demak, Jawa Tengah. BIOMA, 10(2): 36-40.
Suyanto R. 2009. Budidaya Ikan Nila. Jakarta. Penebar Swadaya. 153 pp.
44
Triadayani AE, Aryawati R, Diansyah G. 2010. Pengaruh logam timbal (Pb)
terhadap jaringan hati ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Journal
Maspari, 01: 42-47.
Widowati W. 2008. Efek Toksik Logam. Yogykarta. Penerbit Andi. 119 pp.
Willey JB & Krone PH. 2008. Effects of endosulfan and nonylphenol on the
primordial germ cell population in pre-larval Zebra fish embryos. Aquatic
Toxicology, 54 (1-2): 113-123.
Yolanda S, Rosmaidar, Nazaruddin, Armansyah T, Balqis U, Fahrimal Y. 2017.
pengaruh paparan timbal (Pb) terhadap histologi insang ikan Nila
(Oreochromis niloticus). JIMVET, 01(4): 736-741.
Yulaipi S dan Aunurohim. 2013. Bioakumulasi logam berat timbal (PB) dan
hubungannya dengan laju pertumbuhan ikan Mujair (Oreochromis
mossambicus). Jurnal Sains dan Seni Pomits,2(2): 2337-3520.
Yusuf Y. 2011. Analisis kadar logam timbal (Pb) pada ikan mas hasil persilangan
yang dibudidayakan pada keramba jaring apung waduk Cirata Jawa Barat.
Jurnal Riser Sains Dan Kimia Terapan, 1(2): 98-110.
Zhang Q, Ying-Wen L, Zhi-Hao L, Qi-Liang C. 2016. Exposure to mercuric
chloride induces developmental damage, oxidative stress and
immunotoxicity in Zebra fish embryos-larvae. Aquatic Toxicology, 181: 76-
85.
Zhao GL, Ming-Hui L, Jun-Song W, Dan-Dan W, Qing-Wang L, Ling-Yi K.
2014. Developmental toxicity and neurotoxicity of two matrine-type
alkaloids, matrine and sophocarpine, in zebrafish (Danio rerio)
embryos/larvae. Reproductive Toxicology, 47: 33–41
45
Zulfahmi, I., Affandi, R., & Batu D. T. L. 2016. Perubahan struktur histopatologi
insang dan hati ikan Nila (Oreochromis niloticus linnaeus 1758) yang
terpapar merkuri. JESBIO. Jurnal Edukasi dan Sains Biologi, 4(1): 25-31.
Zulfahmi, I., Muliari, M., & Akmal, Y. 2017. Indeks Hepatosomik Dan
Histopatologi Hati Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linnaeus 1758) Yang
Dipapar Limbah Cair Kelapa Sawit. In Prosiding SEMDI-UNAYA (Seminar
nasional multi Disiplin Ilmu UNAYA, 1(1): 301-314.
Zulfahmi, I., Muliari, M., & Akmal, Y. 2017. Kondisi biometrik ikan nila,
Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758) yang terpapar merkuri [Biometrik
condition of nile tilapia Oreochromis niloticus Linnaeus 1758) after
mercury exposure ]. Jurnal Iktiologi Indonesia, 14 (1): 37-48.
Zulfahmi I, Muliari M, Akmal Y, Batubara AS. 2018. Reproductive performance
and gonad histopathology of Female Nile Tilapia (Oreochromis niloticus
Linnaeus 1758) exposed to palm oil mill effluent. Egyptian Journal of
Aquatic Research, 44: 327–332.
46
LAMPIRAN 1
(Surat Keterangan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-raniry
tentang Pengangkatan Pembimbing Skripsi)
47
LAMPIRAN 2
(Surat Mohon Izin Pengumpulan Data dari Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Ar-raniry)
48
LAMPIRAN 3
(Surat Keterangan Selesai Mengumpulkan Data dari Balai Perikanan
Budidaya Air Payau Ujong Batee)
49
LAMPIRAN 4
(Surat Data Hasil Uji dari Balai Riset dan Standarisasi
Industri Banda Aceh)
50
LAMPIRAN 5
Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Persiapan Alat
Penimbangan PbCl2
51
Pemberian timbal PbCl2 dalam wadah sesuai dengan konsentrasi
Tahap pencampuran polutan dalam air 90 L selama 1 hari
52
Pengambilan telur ikan nila (Oreochromis niloticus)
Telur ikan nila (Oreochromis niloticus)
53
Pemilihan dan perhitungan telur ikan nila (Oreochromis niloticus)
Alat untuk menghitung denyut jantung larva (tally counter)
54
Pemaparan telur ikan nila hari ke 1
Penetasan telur pada hari ke 2
55
Pengambilan larva mati
Pengamatan bentuk malformasi pada larva ikan nila
56
Pengukuran panjang larva pada hari ke 10
Pengujian timbal dalam daging ikan nila
57
LAMPIRAN 6
Data Hasil Uji Statistik
1. Daya tetas telur hari ke-2
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Daya tetas hari ke-2
LSD
(I) Hari (J) Hari
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
1,00 2,00 6,33333 5,25198 ,262 -5,7778 18,4444
3,00 7,16667 5,25198 ,210 -4,9444 19,2778
4,00 6,66667 5,25198 ,240 -5,4444 18,7778
2,00 1,00 -6,33333 5,25198 ,262 -18,4444 5,7778
3,00 ,83333 5,25198 ,878 -11,2778 12,9444
4,00 ,33333 5,25198 ,951 -11,7778 12,4444
3,00 1,00 -7,16667 5,25198 ,210 -19,2778 4,9444
2,00 -,83333 5,25198 ,878 -12,9444 11,2778
4,00 -,50000 5,25198 ,926 -12,6111 11,6111
4,00 1,00 -6,66667 5,25198 ,240 -18,7778 5,4444
2,00 -,33333 5,25198 ,951 -12,4444 11,7778
3,00 ,50000 5,25198 ,926 -11,6111 12,6111
58
2. Daya tetas telur hari ke-3
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Daya tetas hari Ke-3
LSD
(I) hari (J) hari
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
1,00 2,00 10,66667 7,52773 ,194 -6,6923 28,0256
3,00 16,83333 7,52773 ,056 -,5256 34,1923
4,00 16,50000 7,52773 ,060 -,8590 33,8590
2,00 1,00 -10,66667 7,52773 ,194 -28,0256 6,6923
3,00 6,16667 7,52773 ,436 -11,1923 23,5256
4,00 5,83333 7,52773 ,461 -11,5256 23,1923
3,00 1,00 -16,83333 7,52773 ,056 -34,1923 ,5256
2,00 -6,16667 7,52773 ,436 -23,5256 11,1923
4,00 -,33333 7,52773 ,966 -17,6923 17,0256
4,00 1,00 -16,50000 7,52773 ,060 -33,8590 ,8590
2,00 -5,83333 7,52773 ,461 -23,1923 11,5256
3,00 ,33333 7,52773 ,966 -17,0256 17,6923
59
3. Kelangsungan Hidup
Multiple Comparisons
Dependent Variable: kelangsungan hidup larva
LSD
(I) perlakuan
(J) perlakuan
Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
control
A 5,39667 7,14849 0,472 -11,0878 21,8811
B 5,43667 7,14849 0,469 -11,0478 21,9211
C 5,98667 7,14849 0,427 -10,4978 22,4711
A
control -5,39667 7,14849 0,472 -21,8811 11,0878
B 0,04 7,14849 0,996 -16,4445 16,5245
C 0,59 7,14849 0,936 -15,8945 17,0745
B
control -5,43667 7,14849 0,469 -21,9211 11,0478
A -0,04 7,14849 0,996 -16,5245 16,4445
C 0,55 7,14849 0,941 -15,9345 17,0345
C
control -5,98667 7,14849 0,427 -22,4711 10,4978
A -0,59 7,14849 0,936 -17,0745 15,8945
B -0,55 7,14849 0,941 -17,0345 15,9345
4. Panjang larva
Multiple Comparisons
Dependent Variable: panjang larva
LSD
(I) perlakuan
(J) perlakuan
Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
0
1 -0,04667 0,12069 0,709 -0,325 0,2317
2 0,06667 0,12069 0,596 -0,2117 0,345
3 0,05333 0,12069 0,67 -0,225 0,3317
1
0 0,04667 0,12069 0,709 -0,2317 0,325
2 0,11333 0,12069 0,375 -0,165 0,3917
3 0,1 0,12069 0,431 -0,1783 0,3783
2
0 -0,06667 0,12069 0,596 -0,345 0,2117
1 -0,11333 0,12069 0,375 -0,3917 0,165
3 -0,01333 0,12069 0,915 -0,2917 0,265
3
0 -0,05333 0,12069 0,67 -0,3317 0,225
1 -0,1 0,12069 0,431 -0,3783 0,1783
2 0,01333 0,12069 0,915 -0,265 0,2917
60
5. Denyut Jantung
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Denyut jantung
LSD
(I) perlakuan
(J) perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
control
A -11,0333 7,46853 0,178 -28,2558 6,1891
B -18,63333
* 7,46853 0,037 -35,8558 -1,4109
C -24,23333
* 7,46853 0,012 -41,4558 -7,0109
A
control 11,03333 7,46853 0,178 -6,1891 28,2558
B -7,6 7,46853 0,339 -24,8225 9,6225
C -13,2 7,46853 0,115 -30,4225 4,0225
B
control 18,63333* 7,46853 0,037 1,4109 35,8558
A 7,6 7,46853 0,339 -9,6225 24,8225
C -5,6 7,46853 0,475 -22,8225 11,6225
C
control 24,23333* 7,46853 0,012 7,0109 41,4558
A 13,2 7,46853 0,115 -4,0225 30,4225
B 5,6 7,46853 0,475 -11,6225 22,8225
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
61
6. Abnormalitas larva
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Abnormalitas
LSD
(I) perlakuan (J) perlakuan
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
,00 1,00 -1,82000 1,07461 ,129 -4,2981 ,6581
2,00 -2,17333 1,07461 ,078 -4,6514 ,3047
3,00 -3,04000* 1,07461 ,022 -5,5181 -,5619
1,00 ,00 1,82000 1,07461 ,129 -,6581 4,2981
2,00 -,35333 1,07461 ,751 -2,8314 2,1247
3,00 -1,22000 1,07461 ,289 -3,6981 1,2581
2,00 ,00 2,17333 1,07461 ,078 -,3047 4,6514
1,00 ,35333 1,07461 ,751 -2,1247 2,8314
3,00 -,86667 1,07461 ,443 -3,3447 1,6114
3,00 ,00 3,04000* 1,07461 ,022 ,5619 5,5181
1,00 1,22000 1,07461 ,289 -1,2581 3,6981
2,00 ,86667 1,07461 ,443 -1,6114 3,3447
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.