bab ii tinjauan tentang penerbitan buku 2.1...

16
BAB II TINJAUAN TENTANG PENERBITAN BUKU 2.1 Pengertian Penerbitan Buku Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 91), kata penerbit diberikan dibawah kata terbit. Terbit antara lain mengandung arti keluar untuk diedarkan (tentang surat kabar, buku, dan sebagainya) kata penerbit sebagai bentukan kata terbit mengandung arti orang atau perusahaan yang menerbitkan buku, majalah, dan sebagainya. Pada mulanya, penerbitan adalah percetakan, yaitu sebagai kegiatan pembuatan (manufacturing), dan belum berfungsi sebagai penyebarluasan. Lalu pada abad ke-19, penerbit berfungsi sebagaimana fungsinya yang sekarang, yakni sebagai promotor dari kata-kata tercetak. Dunia penerbitan dan percetakan berkembang terus, baik cakupan pekerjaannya maupun peralatan pendukungnya. Dalam dunia penerbitan semakin banyak jenis buku yang diterbitkan, dalam berbagai bahasa, dan disebarkan diberbagai negara. Maka terciptalah berbagai jenis penerbit yang mengkhususkan diri menerbitkan buku tertentu, misalnya jenis buku anak-anak, buku pelajaran sekolah, buku pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya buku pariwisata Indonesia diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Agar menarik, buku perlu dirancang secara khusus, sesuai dengan jenisnya. Dalam dunia perbukuan, selain penerbit dan percetakan, dikenal pula pihak perancang buku. Mereka inilah yang bertugas menangani penampilan buku agar menarik dan sesuai dengan isinya. Di negara yang penerbitannya telah lebih maju, pengkhususan bidang pekerjaan ini sudah lebih merinci. Sehinggga dikenal perusahaan yang khusus menyiapkan naskah, merancang buku, mengatur perbanyakan naskah, mencetak, menjilid, mempromosikan. Mendistribusikan, dan menjual buku. Masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Di Indonesia, pada umumnya semua tugas penerbitan penerbitan, perancangan, dan percetakan ini masih dikelola dalam satu atau dua perusahaan saja. Universitas Sumatera Utara

Upload: tranphuc

Post on 06-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN TENTANG PENERBITAN BUKU

2.1 Pengertian Penerbitan Buku

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 91), kata penerbit diberikan

dibawah kata terbit. Terbit antara lain mengandung arti keluar untuk diedarkan

(tentang surat kabar, buku, dan sebagainya) kata penerbit sebagai bentukan kata terbit

mengandung arti orang atau perusahaan yang menerbitkan buku, majalah, dan

sebagainya. Pada mulanya, penerbitan adalah percetakan, yaitu sebagai kegiatan

pembuatan (manufacturing), dan belum berfungsi sebagai penyebarluasan. Lalu pada

abad ke-19, penerbit berfungsi sebagaimana fungsinya yang sekarang, yakni sebagai

promotor dari kata-kata tercetak.

Dunia penerbitan dan percetakan berkembang terus, baik cakupan

pekerjaannya maupun peralatan pendukungnya. Dalam dunia penerbitan semakin

banyak jenis buku yang diterbitkan, dalam berbagai bahasa, dan disebarkan

diberbagai negara. Maka terciptalah berbagai jenis penerbit yang mengkhususkan diri

menerbitkan buku tertentu, misalnya jenis buku anak-anak, buku pelajaran sekolah,

buku pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu.

Misalnya buku pariwisata Indonesia diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa

Inggris.

Agar menarik, buku perlu dirancang secara khusus, sesuai dengan jenisnya.

Dalam dunia perbukuan, selain penerbit dan percetakan, dikenal pula pihak

perancang buku. Mereka inilah yang bertugas menangani penampilan buku agar

menarik dan sesuai dengan isinya. Di negara yang penerbitannya telah lebih maju,

pengkhususan bidang pekerjaan ini sudah lebih merinci. Sehinggga dikenal

perusahaan yang khusus menyiapkan naskah, merancang buku, mengatur

perbanyakan naskah, mencetak, menjilid, mempromosikan. Mendistribusikan, dan

menjual buku. Masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Di Indonesia, pada

umumnya semua tugas penerbitan penerbitan, perancangan, dan percetakan ini masih

dikelola dalam satu atau dua perusahaan saja.

Universitas Sumatera Utara

Perkembangan pekerjaan di dunia perbukuan ini juga diikuti oleh

perkembangan peralatan pendukungnya. Mesin tik biasa telah berkembang menjadi

mesin tik elektronik dengan berbagai macam kemampuan. Penemuan komputer

semakin memacu perkembangan peralatan penerbit dan percetakan. Pengetikan

naskah sudah tidak lagi menggunakan mesin tik, melainkan dengan memanfaatkan

kompoter dan program pengolah kata seperti WordStar dan WordPerfect. Merancang

halaman dan sampul buku pun sudah dikerjakan dengan komputer. Mesin cetak dan

mesin potong kertas sudah juga dikomputerkan.

Dengan semakin berkembangnya perincian pekerjaan dalam dunia perbukuan,

semakin berkembang juga masalah yang dihadapi. Di pihak penerbit, hak dan

kewajiban penulis maupun penyunting yang mewakili penerbit semakin menuntut

rincian yang lebih tegas. Demikian pula keterlibatan pihak lain seperti perancang,

percetakan, dan toko buku. Untuk mengatur kepentingan semua pihak itu diperlukan

serangkaian ketentuan. Maka diciptakanlah Surat Perjanjian Penerbitan, Undang-

Undang Hak Cipta, Uang Jasa Penulis, ISBN, dan sebagainya.

Menurut Pambudi (1981: 1) penerbitan adalah pencetakan, yaitu sebagai kegiatan pembuatan (manufacturing), dan belum berfungsi sebagai penyebarluasan. Pada abad kesembilan belas, penerbit berfungsi sepertti fungsinya yang sekarang., yaitu sebagai promotor sari kata-kata tercetak. Mempublikasikan kepada umum, mengetengahkan kekhalayak ramai, kata dan gambar yang telah diciptakan oleh jiwa-jiwa kreatif, kemudian disunting oleh para penyunting unutk selanjutnya digandakan oleh para pencetak.

Altbach (2000: 45) mengemukakan pendapat bahwa penerbit buku merupakan seorang investor dalam perbukuan. Penerbit adalah seorang yang mengeluarkan uang untuk pengarang, penerjemah, penyunting, pencetak, pabrik kertas, dan yang lain-lain untuk memproduksikan buku, dan untuk para penjual, pemasang iklan, dan mereka yang membantu dalam pemasarannya, dan menerima uang dari penjual buku dan yang lain-lain yang membeli buku tersebut atau yang membeli hak untuk menggunakan isi buku itu dalam berbagai cara. Penerbit berharap, menerima uang lebih banyak daripada yang dikeluarkan.

Informasi dari salah satu media elektronik Wikipedia menyebutkan bahwa

penerbit atau penerbitan adalah industri yang berkonsentrasi memproduksi dan

Universitas Sumatera Utara

memperbanyak sebuah literatur dan informasi- atau sebuah aktivitas membuat

informasi yang dapat dinikmati publik.

Aminoedin (1989: 165) mengatakan, editor mula-mula berarti penerbit. Di prancis sampai sekarang masih ditulis editeur pada kulit dan halaman judul buku. Asal kata ini dari bahasa latin editus, bentuk past participle dari edere. Artinya menerbitkan. Dahulu waktu penerbitan masih langka penerbit dan editor itu diwakili oleh satu orang saja. Dia (penerbit dan editor) yang mencari naskah, menyunting naskah, mempersiapkah naskah untuk percetakan, mencari bahan, menjual buku, dan sebagainya. Penerbitan sekarang sudah berkembang dengan pesat sekali. Tidak mungkin lagi semua itu dilakukan oleh satu orang. Sekarang tugas dibagi-bagi. Ada pimpinan penerbit (selanjutnya disingkat dengan penerbit saja), dan ada editor. Pekerjaan pimpinan penerbitan adalah mencari editor, mencari langganan, bahan untuk proses percetakan buku, memikirkan penjualan, penyimpanan stok dan sebagainya, biasanya hal-hal yang tidak langsung mengenai suatu naskah. Pekerjaan yang berhubungan langsung dengan naskah diserahkan kepada editor. Pekerjaan ini adalah menghubungi pengarang, kadang-kadang juga mencari pengarang, menilai naskah, menghubungi pembaca ahli kalau naskah diterima, menyunting naskah, mempersiapkannya untuk tipografi, memikirkan cara-cara percetakan yang sesuai seperti pemakaian huruf-huruf, penjilidannya, kertas yang akan dipakai, ukuran buku dan lain-lain, mengumpulkan bahan untuk pengikalanan, mengawasi percetakan dan sebagainya.

2.2 Perkembangan Dunia Tulis-Menulis

Manusia mulai mengenal bahan tertulis dari peninggalan batu bertulis,

kepingan batu yang bertatahkan rangkaian huruf yang mirip gambar, seperti hieroglif

dari mesir serta tulisan dalam gulungan daun lontar dan papirus.

Sebagaimana diketahui bahwa sudah sejak barabad-abad yang lalu manusia

mengenal huruf. Menurut catatan sejarah adalah dengan dibawanya sejenis kertas dari

negeri Cina oleh para saudagar Eropa pada abad ke-15. Perkembangan lebih lanjut

adalah penemuan cikal bakal mesin cetak yang kita kenal sekarang oleh Johann

Gutenberg di Mainz, jerman sekitar tahun 1450. Sejak itulah mesin cetak berkembang

pesat dan sekarang sekitar enam tahun setengah abad sejak masa Gutenberg,

computer turut berperan dalam dunia tulis- menulis.

Universitas Sumatera Utara

Perkembangan pekerjaan dunia perbukuan diikuti oleh perkembangan

peralatan pendukungnya. Mesin tik biasa telah berkembang menjadi mesin tik

elektronik dengan berbagai macam kemampuan. Penemuan computer semakin

memacu perkembangan peralatan penerbitan dan percetakaan. Pengetikan naskah

sudah tidak lagi menggunakan mesin tik, melainkan dengan memanfaatkan computer

dengan program pengelolah kata dengan berbagai fasilitas yang tersedia. Selain itu

untuk merancang halaman dan sampul buku telah dilakukan dengan program ventura

dan coreldraw. Mesin cetak dan mesin pemotong juga telah menggunakan komouter.

Buku elektronik yaitu buku dalam bentuk cakram padat kini semakin dikenal, semua

kemajuan tehnologi semakin mempermudah pekerjaan penerbitan dan pendidikan.

Selain buku, masih banyak lagi jenis terbitan lain yang biasa diterbitkan oleh

sebuah penerbit. Seperti:

1. Jurnal

Jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk pamflet berseri berisi bahan yang

sangat diminati orang saat diterbitkan . Bila dikaitkan dengan kata ilmiah di belakang

kata jurnal dapat terbitan berarti berkala yang berbentuk pamflet yang berisi bahan

ilmiah yang sangat diminati orang saat diterbitkan.

2. X- banner

Jika kita mengacu kepada kaidah dasar poster, X banner ini adalah karya seni atau

desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran

besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya

dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu X banner biasanya

dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.

Universitas Sumatera Utara

3. Brosur

Brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak dijilid keras, lengkap (dalam satu kali

terbitan), memiliki paling sedikit 5 halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, di luar

perhitungan sampul.

Adanya perkembangan penerbitan buku dan sejenisnya semakin banyak masalah

yang dihadapi, dipihak penerbitan hak dan kewajiban penulis maupun penyuntingan

yang mewakili penerbitan dituntut untuk lebih berpotensi.

2.3 Penerbit dan Terbitannya

Dewasa ini jenis terbitan, dalam hal ini buku, sangat beraneka ragam,

sehingga pada umumnya pebnerbit mengkhususkan diri menerbitkan satu atau dua

macam terbitan saja.

2.3.1 Jenis Penerbit Menurut Buku Terbitannya

Secara lebih luas, penerbit dapat kita golongkan antara lain menurut jenis

terbitannya. Dari sudut ini kita mengenal tiga kelompok besar penerbit, yaitu penerbit

buku umum, penerbit buku anak-anak, dan penerbit khusus. Kelompok yang terakhir

ini dapat dibagi lagi menjadi penerbit buku pelqjqran sekolah dasar dan menengah,

penerbit buku universitas, dan penerbit buku ilmiah.

1. Penerbit Buku Umum

Pembaca sasaran penerbit ini adalah khalayak ramai yang sudah tentu sangat

beragam, sukar dikenali, dan sukar diperkirakan. Porsi terbesar karya penerbit

jenis ini adalah buku fiksi. Dalam hal ini, pengarang yang sudah sukses dan

terkenal merupakan kekayaan penerbit yang tak ternilai. Puncak penjualan

buku umum biasanya dicapai pada setahun pertama penerbitan, yaitu pada

saat penerbit mempromosikan buku-buku terbitan terbarunya.

Universitas Sumatera Utara

2. Penerbit Buku Anak-Anak

Pada penerbit jenbis ini, judul-judul lama merupakan modal utama karena

pada umumnya buku anak-anak yang klasik selalu dicetak ulang. Agar

menarik buat pembaca yang masih kecil-kecil, buku anak-anak biasanya sarat

warna, sehingga biaya produksinya besar. Untuk mengatasi biaya besar itu,

penerbit sering bekerja sama dengan penerbit lain. Khusunya penerbit luar

negri untuk menerbitkan judul yang sama.

3. Penerbit Buku Khusus

Dalam kelompok ini terdapat penerbit buku pelajaran sekolah dasar dan

menengah (selanjutnya disebut penerbit buku sekolah), penerbit buku

universitas, dan penerbit buku ilmiah. Diperkirakan 65% penerbit di Indonesia

bergerak dalam penerbitan buku sekolah (termasuk buku anak-anak), dan

sekitar 15% menerbitkan buku universitas. Penerbit buku ilmiah jumlahnya

sangat sedikit, diperkirakan tidak sampai 5% (ceramah ketua IKAPI, Juli

1990).

2.3.2 Jenis Penerbit Menurut Statusnya

Penerbit dapat juga dikelompokkan menurut statusnya, yaitu penerbit swasta

dan penerbit pemerintah. Penerbit swasta dikelola oleh badan swasta, biasanya

mengutamakan keuntungan. Sebaliknya, penerbit pemerintah dikelola oleh lembaga

pemerintah, dan biasanya tidak terlalu menggutamakan keuntungan, melainkan lebih

menitikberatkan pemenuhan kebutuhan pemerintah.

2.3.3 Jenis Terbitan

Seperti juga penerbit, terbitan dapaat dikelompokkan. Pengelompokkan

pertama adalah menurut jenis barang yang diterbitkan, yaitu majalah, koran, dan

buku. Majalah dan jurnal ilmiah biasanya terbit dalam bentuk seperti buku, yaitu

mempunyai sampul dan isi. Keduanya terbit secara berkala, dapat mingguan, bulanan,

Universitas Sumatera Utara

tribulanan, dan sebagainya. Berbeda dengan koran dan majalah, buku tidak terbit

secara berkala. Sebuah buku dapat dicetak beberapa kali dengan isi yang tetap sama.

Buku yang dicetak pertama kali disebut cetakan pertama, yang kedua kali cetakan

kedua, dan seterusnya. Bila buku dipinda oleh pengarangnya, artinya ada perubahan

nyata dalam isinya, maka buku hasil pindaan itu disebut edisi baru. Jadi, buku

berjudul sama tetapi edisinya berbeda, tentu berbeda isinya, meskipun perbedaan itu

tidak selalu mencolok.

Menurut sampulnya, buku dapat dikelompokkan dalam dua bagian besar.

Buku bersampul tegar dan bersampul lembek. Dewasa ini, berkat kemajuan teknologi

di bidang perbukuan, jenis sampul sudah lebih beragam, ada yang terbuat dari sejenis

plastik atau kulit buatan. Jenis kertas sampulpun bermacam-macam, sehingga sampul

untuk buku bersampul lembek dapat dipilih sesuai dengan keinginan.

Kita juga mengenal kelompok buku fiksi dan nonfiksi. Buku fiksi adalah

rekaan pengarang, misalnya novel dan cerita pendek, serta buku rekaan ilmiah. Buku

nonfiksi adalah kebalikan buku fiksi, yaitu buku yang ditulis berdasarkan kejadian

nyata, fakta, atau hukum alam. Contohnya adalah biografi dan buku ilmu

pengetahuan.

Dari pembacanya kita mengenal pembaca dewasa, kaum wanita, kaum pria,

anak-anak, remaja, pelajar, mahasiswa, kelompok berpendidikan tinggi, kelompok

berpendidikan rendah, kaum profesional (orang yang mempunyai keahlian tertentu

yang diperlukan untuk kelancaran pekerjaannya, misalnya para manajer perusahaan,

ahli komputer, pakar olah raga, guru, juru masak), dan sebagainya.

Dari isinya buku dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok besar.

Jika kita pada jenis pengelompokkan pokok bahasan menurut sistem Dewey yang

lazim digunakan, maka kita mengenal kelompok buku yang membahas tentang

informasi, agama, ekonomi, sosial, matematika, fisika, kedokteran dan farmasi,

teknik, arsitektur dan sipil, sastra dan fiksi, dan geografi. Kelompok besar ini dapat

dibagi lagi menjadi kelompok yang lebih kecil, misalnya kelompok buku ekonomi

dirinci menjadi bisnis, manajemen, akuntansi, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dalam dunia penerbitan dan

percetakan mendorong diciptakannya jenis terbitan yang tidak menggunakan kertas

sebagai wahananya. Di masa awal 1960-an sudah dikenal naskah dalam bentuk

gulungan film dan mikrofis. Untuk membaca naskah yang dimuat dalam bentuk

tersebut diperlukan alat pembaca khusus yang dilengkapi dengan sebuah layanan

seperti televisi. Di Indonesia alat seperti ini dapat dijumpai antara lain di

Perpustakaan Nasional, Peropustakaan PDII, Perpustakaan The British Council,

Perpustakaan Pusat ITB.

Sejumlah buku, khususnya buku rujukan seperti kamus, buku katalog, dan

ensiklopedi, diterbitkaan dalam bentuk cakram keras, disebut CD-ROM (compac

disk- read only memory). Cakram tersebut dapat memuat data dalam jumlah yang

sangat besar, misalnya 18 jilid Encyclopedia Britanica yang tebalnya 200-an ribu

halaman dapat dimuat dalam satu cakram saja. Untuk membacannya, pembaca

memerlukan seperangkat alat khusus yang dapat menampilkan naskah dalam cakram

itu pada layar monitor.

Disamping buku dalam bentuk yang bermacam-macam tadi, penerbit juga

menyediakan alat pendukung lain seperti lembaran teransparansi untuk menyajikan

kuliah, bagan berbagai macam proses, slide, dan kaset video.

2.4 Sejarah Penerbitan Buku di Indonesia

Di Indonesia, awalnya bentuk buku masih berupa gulungan daun lontar.

Menurut Ajip Rosidi (sastrawan dan mantan ketua IKAPI), secara garis besar, usaha

penerbitan buku di Indonesia dibagi dalam tiga jalur, yaitu usaha penerbitan buku

pelajaran, usaha penerbitan buku bacaan umum (termasuk sastra dan hiburan), dan

usaha penerbitan buku agama.

Pada masa penjajahan Belanda, penulisan dan penerbitan buku sekolah

dikuasai orang Belanda. Kalaupun ada orang pribumi yang menulis buku pelajaran,

umumnya mereka hanya sebagai pembantu atau ditunjuk oleh orang Belanda.

Universitas Sumatera Utara

Usaha penerbitan buku agama dimulai dengan penerbitan buku-buku agama

Islam yang dilakukan orang Arab, sedangkan penerbitan buku –buku agama Kristen

umumnya dilakukan oleh orang-orang Belanda.

Penerbitan buku bacaan umum berbahasa Melayu pada masa itu dikuasai oleh

orang-orang Cina. Orang pribumi hanya bergerak dalam usaha penerbitan buku

berbahasa daerah. Usaha penerbitan buku bacaaan yang murni dilakukan oleh

pribumi, yaitu mulai dari penulisan hingga penerbitannya, hanya dilakukan oleh

orang-orang Sumatera Barat dan Medan. Karena khawatir dengan perkembangan

usaha penerbitan tersebut, pemerintah Belanda lalu mendirikan penerbit Buku Bacaan

Rakyat. Tujuannya untuk mengimbangi usaha penerbitan yang dilakukan kaum

pribumi. Pada tahun 1908, penerbit ini diubah namanya menjadi Balai Pustaka.

Hingga Jepang masuk ke Indonesia, Balai Pustaka belum pernah menerbitkan buku

pelajaran karena bidang ini dikuasai penerbit swasta belanda.

Sekitar tahun 1950-an, penerbit swasta nasional mulai bermunculan. Sebagian

besar berada di pulau Jawa dan selebihnya di Sumatera. Pada awalnya, mereka

bermotif politis dan idealis. Mereka ingin mengambil alih dominasi para penerbit

Belanda yang setelah penyerahan kedaulatan di tahun 1950 masih diijinkan berusaha

di Indonesia.

Pada tahun 1955, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih dan

menasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia. Kemudian pemerintah

berusaha mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha penerbitan buku

nasional dengan jalan memberi subsidi dan bahan baku kertas bagi para penerbit buku

nasional sehingga penerbit diwajibkan menjual buku-bukunya denga harga murah.

Pemerintah kemudian mendirikan Yayasan Lektur yang bertugas mengatur

bantuan pemerintah kepada penerbit dan mengendalikan harga buku. Dengan adanya

yayasan ini, pertumbuhan dan perkembangan penerbitan nasional dapat meningkat

dengan cepat. Menurut Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) yang didirikan 1950,

penerbit yang menjadi anggota IKAPI yang semula berjumlah 13 pada tahun 1965

naik menjadi 600-an lebih.

Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 1965 terjadi perubahan situasi politik di tanah air. Salah satu

akibat dari perubahan itu adalah keluarnya kebijakan baru pemerintah dalam bidang

politik, ekonomi dan moneter. Sejak akhir tahun 1965, subsidi bagi penerbit dihapus.

Akibatnya, karena hanya 25% penerbit yang bertahan, situasi perbukuan mengalami

kemunduran.

Sementara itu, pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Mashuri, kemudian menetapkan bahwa semua buku pelajaran disediakan oleh

pemerintah. Keadaan tidak bisa terus-menerus dipertahankan karena buku pelajaran

yang meningkat dari tahun ke tahun. Karena itu, diberikan hak pada Balai Pustaka

untuk mencetak buku-buku yang dibutuhkan di pasaran bebas. Para penerbit swasta

diberikan kesempatan menerbitkan buku-buku pelengkap dengan persetujuan tim

penilai.

Hal lain yang menonjol dalam masalah perbukuan selama Orde Baru adalah

penerbitan buku yang harus melalui sensor dan persetujuan kejaksaan agung. Tercatat

buku-buku karya Pramudya Ananta Toer, Utuj Tatang Sontani dan beberapa

pengarang lainnya, tidak dapat dipasarkan karena mereka dinyatakan terlibat

G30S/PKI. Sementara buku-buku “Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai”,

kemudian “Era Baru, Pemimpin Baru” tidak bisa dipasarkan karena dianggap

menyesatkan, terutama mengenai cerita-cerita seputar pergantian kekuasaan pada

tahun 1966.

2.5 Tujuan Penerbitan Buku Universitas

Tujuan penerbitan buku universitas adalah :

1. Menghasilkan buku-buku teks untuk mahasiswa yang dapat diandalkan dan

dapat pula merangsang kegiatan mahasiswa. Buku-buku ini memuat

informasi tentang hasil penelitian yang lama, renungan-renungan, pemikiran

dsn pendapat dari pengarangnya. Informasi ini sangat berharga sekali, bukan

saja untuk mahasiswa juga untuk para dosen.

Universitas Sumatera Utara

2. Menghasilkan laporan-laporan hasil diskusi ilmiah para ahli atau para

ilmuwan, yang dikumpulkan dan dibukukan.

3. Menerbitkan judul-judul untuk pembaca umum yang bersifat deskriptif dan

analitis, serta edukatif. Isi buku-buku ini dapat merangsang para pembacanya

agar ingin mengetahui lebih banyak tentang permasalahan tersebut.

2.6 Proses Penerbitan Buku

Menurut Manik Purba yang dikutip dalam sebuah website mengemukakan

bahwa proses penerbitan buku adalah sebagai berikut :

1. Misalkan anda sebagai pengarang ingin menegajukan naskah kumpulan puisi

ke penerbit A.

2. Yang anda ajukan cukup naskahnya dalam bentuk ketikan (misalnya Ms.

Word) dan bisa disertai print outnya agar memudahkan penerbit dalam

memproses naskah tersebut. Penerbit biasanya memberikan banyak

kemudahan bagi pengarang yang sudah banyak mengarang buku. Penerbit

mau saja menerima kiriman naskah melalui email dan sebagainya.

3. Penerbit akan menentukan apakah naskah tersebut layak diterbitkan dan kira-

kira dibutuhkan masyarakat (ada penilaian terhadap isi naskah maupun

kwalitas/bobot pengarangnya).

4. Lalu penerbit akan mengontak pengarang dan membicarakan isi naskah

maupun honor.

5. Sistem honor tergantung sistem yang dianut oleh penerbit. Bisa bersifat

langsam (seolah naskah tersebut dibeli oleh penerbit) dengan memberi harga

pada naskah tersebut, misalnya dibeli seharga Rp 3.000.000.- dan dibayar

secara sekaligus atau bertahap. Tergantung pengajuan penerbit dan disetujui

oleh pengarang.

6. Kerugian sistem ini bagi pengarang adalah: penerbit bisa mencetak naskah

tersebut dalam jumlah banyak dan bisa dicetak beberapa kali, tanpa memberi

honor tambahan lagi kepada pengarang.

Universitas Sumatera Utara

7. Bisa juga dengan sistem royalti dimana pengarang memperoleh persentase

terhadap harga naskah/ buku tersebut. Rata-rata nilai royalti: 10% s/d 15%

dari harga buku yang terjual. Pengarang-pengarang yang sudah terkenal sering

ditawari honor yang tinggi karena penerbit yakin buku karangannya bakal

laku keras. Misalnya: buku tersebut akan dicetak sebanyak 5.000

buah/eksamplar dan dijual dengan harga Rp 15.000.- per eksemplar. Maka

pengarang akan memperoleh honor (dianggap semua buku terjual): 10% x

5.000 x Rp 15.000.- Sering pembayaran ini pun

dilakukan secara bertahap misalnya 1 x 3 bulan atau 1 x 6 bulan.

Bila buku tersebut dicetak ulang lagi, maka penerbit membuat perjanjian lagi

dan pengarang akan memperoleh royalti lagi. Biasanya penerbit akan

mengontak pengarang lagi untuk cetak ulang (karena bisa jadi pengarang

tidak bersedia lagi dan mau pindah ke penerbit lain).

8. Dengan menggunakan softcopy naskah yang diberikan dalam bentuk ketikan

Microsoft Word tersebut, penerbit akan mengolahnya dan mengatur layout

serta membuat desain covernya. Desain cover bisa juga diajukan oleh

pengarang bila pengarang juga seorang yang ahli dalam desain. Setelah desain

cover dan layout isi buku telah selesai, maka akan dimulai proses cetak.

9. Proses cetak sering dimulai dengan mencetak contoh (dummy) dulu dan

melihat hasilnya agar kelak tidak terjadi kesalahan besar. Setelah itu akan

dilakukan proses cetak sejumlah yang diinginkan (misalnya: 5.000 buah

buku).

10. Penerbit akan memberikan buku contoh hasil cetakan bagi pengarang untuk

file pribadinya dan kemudian penerbit akan melakukan pembayaran kepada

pengarang sesuai perjanjian yang telah disepakati/ditandatangani. Bila buku

tersebut ingin dicetak terus dan ternyata pengarangnya telah meninggal, maka

perjanjian dan hak pembayaran royalti akan diberikan kepada ahli waris (istri/

anaknya) dan seterusnya penerbit akan berurusan dengan ahli warisnya.

11. Penerbit akan menyebarkan buku tersebut ke toko buku untuk dibeli oleh

masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

12. Perjanjian Royalti adalah antara pengarang dan penerbit, sedangkan Hak

Cipta adalah Hak Pengarang yang bisa diurus oleh pengarang dengan

mendaftarkannya ke Departement Kehakiman dan HAM, Direktorat Hak

Cipta. Penerbit tidak mengurus Hak Cipta karena Hak Cipta adalah urusan

pengarang (kecuali naskah tersebut telah dibeli oleh Penerbit dan sepenuhnya

menjadi hak milik penerbit). Tidak banyak buku yang didaftarkan Hak

Ciptanya oleh pengarang, biasanya buku-buku yang sangat terkenal atau buku

yang bakal dibutuhkan terus yang didaftarkan Hak Ciptanya oleh pengarang.

2.7 Pengadaan Naskah

Penerbitan buku akan berjalan dengan lancar bila ada naskah. Naskah

merupakan bahan baku penerbit yang utama. Naskah, tentu saja ditulis oleh penulis

oleh penulis atau pengarang. Dengan demikian, pengarang, naskah, dan penerbitan

merupakan tiga bagian yang tak terpisahkan. Ketiganya merupakan degup jantung

yang menghidupkan penerbit.

Penerbit harus mengetahui buku-buku apa saja yang dibutuhkan oleh

pembaca, karena itu penerbit membutuhkan langkah-langkah yang berarti, dimana

langkah yang pertama adalah mencari buku yang harus diterbitkan dalam bidangnya,

contohnya adalah buku-buku sekolah dasar, maka dari itu buku yang dibutuhkan

adalah buku banyak menunjang pelajaran , naskah yang ditulis harus dapat

disesuiakan apabila terjadi penyempurnaan kurikulum, keluesan peyajian isi naskah

perlu diperhatikan, dsatu segi kedalaman dan keluasan badan. Metodologi dan sistem

evaluasinya harus sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku serta urutan

penyajian bahan disesuiakan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Langkah kedua adalah mencari pengarang yang mampu menulis buku yang

dimaksud. Menurut Paembonan (1990: 30) pengarang yang ditunjuk setidak-tidaknya

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Menguasai ilmu dan materi pelajaran yang akan ditulis.

2. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang psikologi belajar, didaktik, dan

metodik pengajaran yang bersangkutan .

Universitas Sumatera Utara

3. Memiliki pengalaman mengajar dalam mata pelajaran yang akan ditulisnya.

4. Memiliki kemahiran dan pengalaman menulis buku.

Akan tetapi, sejalan dengan semakin ketatnya persaingan antar penerbit,

maka cara lama dengan menunggu naskah ini sudah mulai ditinggalkan. Penerbit

sudah mulai gesit mencari gagasan dan mewujudkannya menjadi buku. Dalam badan

penerbitan, tugas mengadakan naskah ini dibedakan kepada penyunting, khususnya

penyunting pengada naskah. Adapun yang harus diperhatikan dalam pengadaan

naskah ini adalah sebagai berikut:

1. Sumber Naskah

Naskah yang terbaru harus dicari oleh seorang penyunting, ia dapat

menemukan gagasan naskah melalui pameran buku, reuni, pertemuan antar pakar

bidang ilmu tertentu dan lain sebagainya. Maka dicarilah penulis yang mampu

menuangkan gagasannya itu dalam bentuk tertulis. Penulis dapat diketahui dari daftar

nma pengarang yang sesui dengan daftar penulis/pengarang yang dimiliki penerbit.

Selain itu dapat pula dengan cara mencari pengrang buku sejenis yang telah beredar.

Cara lain untuk mendapatkan naskah adalah penerbit melakukan seyembara

mengarang ataupun menghubungi langsung orang yang ahli dalam bidang ilmu

pengetahuan yang tertentu.

Penggunaan buku berbahasa asing dibutuhkan penerjemah naskah. Seorang

penerjemah harus menguasai bahasa asing tersebut dengan baik. Penerbitan harus

pandai memilih judul serta memilih penerjemah yang berkemampuan baik dan

mendapatkan izin penerjemahan dari pemilik hak cipta buku yang asli.

2. Penilain Naskah

Penyunting bertugas menentukan apakah sebuah naskah akan diterima untuk

diterbitkan atau ditolak. Penyunting menilai naskah antara lain dari isinya,

cakupannya, penyusunan isi, cara penyajian dan bahasa. Bila penyunting tidak dapat

member penilain tentang isi dan cakupan naskah, maka ia dapat meminta bantuan

Universitas Sumatera Utara

seorang penelaah ataupun pakar dalam bidang ilmu yang berhubungan dengan buku

tersebut.

2.8 Penyuntingan

Bagian penyuntingan merupakan inti sebuah penerbitan, karena fungsinya

yang utama mengembangkan naskah, dibagian inilah bahan baku penerbitan yang

berupa naskah diolah dan dipersiapkan sehingga naskah yang tadinya masih mentah

menjadi siap dan layak terbit. Yang paling bertanggung jawab atas isi sebuah buku

tentu pengarang, namun penerbit yang baik akan menerbitkan naskah yang

seharusnya memerlukan penyuntingan atau belum layak terbit.

Pekerjaan penyuntingan naskah disebuah penerbitan yang besar terdiri dari:

1. Kontrak Penerbitan

Penerimaan naskah oleh penerbitan harus benar-benar hasil karya pengarang

yang bersangkutan, bukan hasil jiplikan. Jaminan pengarang dalam hal ini sangat

penting dan harus tertuang dalam kontrak penerbitan naskahnya. Kontrak atau surat

perjanjian penerbitan itu harus ditanda tangani oleh pengrang dan pihak penerbit

sebelum naskah tersebut diolah lebih lanjut.

2. Penyerahan Naskah

Naskah biasanya diserahkan oleh pengarang pada pihak penerbit dalam

bentuk tertulis, ketikan maupun disket. Naskah diserahkan rangkap satu dan untuk

pengarang biasanya memiliki arsipnya.

3. Ketaat Asasan

Naskah disebut taat asas bila penyajiannya mengikuti pola tertentu dengan

tetap. Di indonesia belum ada pedoman yang mantap mengenai asasan sebuah

naskah,namun sebagai patokan penerbit dapat berpedoma Ejaan Yang

Disempurnakan terbitan pusat pengembangan dan pembinaan bahasa.

Universitas Sumatera Utara

4. Tata Bahasa

Penggunaan bahasa yang baik dan benar merupakan syarat yang harus di

penuhi oleh sebuah naskah. Kalimat yang mengungkapkan pesan pengarang harus

dapat dipahami pembaca. Penyuntingan memberikan saran kepada penulis. sehingga

naskah yang ada tidak hanya berbobot isinya namun baik bahasanya.

5. Kelengkapan Naskah

Naskah yang telah selesai, diserahkan oleh penyuntingan kegiatan prodiksi

untuk di persiapkan percetakannya menjadi buku.kelengkapan naskah terdiri dari:

a. Cover

b. Halaman Judul Utama

c. Halaman Persembahan

d. Kata Pengantar

e. Daftar Isi

f. Tabel

g. Ilustrasi

h. Singkatan

i. Lambang

j. Catatan Kaki

k. Daftar Pustaka

l. Lampiran

m. Indeks

n. Biografi singkat

Universitas Sumatera Utara