bab ii tinjauan tentang penerbitan buku 2.1...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TENTANG PENERBITAN BUKU
2.1 Pengertian Penerbitan Buku
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 91), kata penerbit diberikan
dibawah kata terbit. Terbit antara lain mengandung arti keluar untuk diedarkan
(tentang surat kabar, buku, dan sebagainya) kata penerbit sebagai bentukan kata terbit
mengandung arti orang atau perusahaan yang menerbitkan buku, majalah, dan
sebagainya. Pada mulanya, penerbitan adalah percetakan, yaitu sebagai kegiatan
pembuatan (manufacturing), dan belum berfungsi sebagai penyebarluasan. Lalu pada
abad ke-19, penerbit berfungsi sebagaimana fungsinya yang sekarang, yakni sebagai
promotor dari kata-kata tercetak.
Dunia penerbitan dan percetakan berkembang terus, baik cakupan
pekerjaannya maupun peralatan pendukungnya. Dalam dunia penerbitan semakin
banyak jenis buku yang diterbitkan, dalam berbagai bahasa, dan disebarkan
diberbagai negara. Maka terciptalah berbagai jenis penerbit yang mengkhususkan diri
menerbitkan buku tertentu, misalnya jenis buku anak-anak, buku pelajaran sekolah,
buku pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu.
Misalnya buku pariwisata Indonesia diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris.
Agar menarik, buku perlu dirancang secara khusus, sesuai dengan jenisnya.
Dalam dunia perbukuan, selain penerbit dan percetakan, dikenal pula pihak
perancang buku. Mereka inilah yang bertugas menangani penampilan buku agar
menarik dan sesuai dengan isinya. Di negara yang penerbitannya telah lebih maju,
pengkhususan bidang pekerjaan ini sudah lebih merinci. Sehinggga dikenal
perusahaan yang khusus menyiapkan naskah, merancang buku, mengatur
perbanyakan naskah, mencetak, menjilid, mempromosikan. Mendistribusikan, dan
menjual buku. Masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Di Indonesia, pada
umumnya semua tugas penerbitan penerbitan, perancangan, dan percetakan ini masih
dikelola dalam satu atau dua perusahaan saja.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan pekerjaan di dunia perbukuan ini juga diikuti oleh
perkembangan peralatan pendukungnya. Mesin tik biasa telah berkembang menjadi
mesin tik elektronik dengan berbagai macam kemampuan. Penemuan komputer
semakin memacu perkembangan peralatan penerbit dan percetakan. Pengetikan
naskah sudah tidak lagi menggunakan mesin tik, melainkan dengan memanfaatkan
kompoter dan program pengolah kata seperti WordStar dan WordPerfect. Merancang
halaman dan sampul buku pun sudah dikerjakan dengan komputer. Mesin cetak dan
mesin potong kertas sudah juga dikomputerkan.
Dengan semakin berkembangnya perincian pekerjaan dalam dunia perbukuan,
semakin berkembang juga masalah yang dihadapi. Di pihak penerbit, hak dan
kewajiban penulis maupun penyunting yang mewakili penerbit semakin menuntut
rincian yang lebih tegas. Demikian pula keterlibatan pihak lain seperti perancang,
percetakan, dan toko buku. Untuk mengatur kepentingan semua pihak itu diperlukan
serangkaian ketentuan. Maka diciptakanlah Surat Perjanjian Penerbitan, Undang-
Undang Hak Cipta, Uang Jasa Penulis, ISBN, dan sebagainya.
Menurut Pambudi (1981: 1) penerbitan adalah pencetakan, yaitu sebagai kegiatan pembuatan (manufacturing), dan belum berfungsi sebagai penyebarluasan. Pada abad kesembilan belas, penerbit berfungsi sepertti fungsinya yang sekarang., yaitu sebagai promotor sari kata-kata tercetak. Mempublikasikan kepada umum, mengetengahkan kekhalayak ramai, kata dan gambar yang telah diciptakan oleh jiwa-jiwa kreatif, kemudian disunting oleh para penyunting unutk selanjutnya digandakan oleh para pencetak.
Altbach (2000: 45) mengemukakan pendapat bahwa penerbit buku merupakan seorang investor dalam perbukuan. Penerbit adalah seorang yang mengeluarkan uang untuk pengarang, penerjemah, penyunting, pencetak, pabrik kertas, dan yang lain-lain untuk memproduksikan buku, dan untuk para penjual, pemasang iklan, dan mereka yang membantu dalam pemasarannya, dan menerima uang dari penjual buku dan yang lain-lain yang membeli buku tersebut atau yang membeli hak untuk menggunakan isi buku itu dalam berbagai cara. Penerbit berharap, menerima uang lebih banyak daripada yang dikeluarkan.
Informasi dari salah satu media elektronik Wikipedia menyebutkan bahwa
penerbit atau penerbitan adalah industri yang berkonsentrasi memproduksi dan
Universitas Sumatera Utara
memperbanyak sebuah literatur dan informasi- atau sebuah aktivitas membuat
informasi yang dapat dinikmati publik.
Aminoedin (1989: 165) mengatakan, editor mula-mula berarti penerbit. Di prancis sampai sekarang masih ditulis editeur pada kulit dan halaman judul buku. Asal kata ini dari bahasa latin editus, bentuk past participle dari edere. Artinya menerbitkan. Dahulu waktu penerbitan masih langka penerbit dan editor itu diwakili oleh satu orang saja. Dia (penerbit dan editor) yang mencari naskah, menyunting naskah, mempersiapkah naskah untuk percetakan, mencari bahan, menjual buku, dan sebagainya. Penerbitan sekarang sudah berkembang dengan pesat sekali. Tidak mungkin lagi semua itu dilakukan oleh satu orang. Sekarang tugas dibagi-bagi. Ada pimpinan penerbit (selanjutnya disingkat dengan penerbit saja), dan ada editor. Pekerjaan pimpinan penerbitan adalah mencari editor, mencari langganan, bahan untuk proses percetakan buku, memikirkan penjualan, penyimpanan stok dan sebagainya, biasanya hal-hal yang tidak langsung mengenai suatu naskah. Pekerjaan yang berhubungan langsung dengan naskah diserahkan kepada editor. Pekerjaan ini adalah menghubungi pengarang, kadang-kadang juga mencari pengarang, menilai naskah, menghubungi pembaca ahli kalau naskah diterima, menyunting naskah, mempersiapkannya untuk tipografi, memikirkan cara-cara percetakan yang sesuai seperti pemakaian huruf-huruf, penjilidannya, kertas yang akan dipakai, ukuran buku dan lain-lain, mengumpulkan bahan untuk pengikalanan, mengawasi percetakan dan sebagainya.
2.2 Perkembangan Dunia Tulis-Menulis
Manusia mulai mengenal bahan tertulis dari peninggalan batu bertulis,
kepingan batu yang bertatahkan rangkaian huruf yang mirip gambar, seperti hieroglif
dari mesir serta tulisan dalam gulungan daun lontar dan papirus.
Sebagaimana diketahui bahwa sudah sejak barabad-abad yang lalu manusia
mengenal huruf. Menurut catatan sejarah adalah dengan dibawanya sejenis kertas dari
negeri Cina oleh para saudagar Eropa pada abad ke-15. Perkembangan lebih lanjut
adalah penemuan cikal bakal mesin cetak yang kita kenal sekarang oleh Johann
Gutenberg di Mainz, jerman sekitar tahun 1450. Sejak itulah mesin cetak berkembang
pesat dan sekarang sekitar enam tahun setengah abad sejak masa Gutenberg,
computer turut berperan dalam dunia tulis- menulis.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan pekerjaan dunia perbukuan diikuti oleh perkembangan
peralatan pendukungnya. Mesin tik biasa telah berkembang menjadi mesin tik
elektronik dengan berbagai macam kemampuan. Penemuan computer semakin
memacu perkembangan peralatan penerbitan dan percetakaan. Pengetikan naskah
sudah tidak lagi menggunakan mesin tik, melainkan dengan memanfaatkan computer
dengan program pengelolah kata dengan berbagai fasilitas yang tersedia. Selain itu
untuk merancang halaman dan sampul buku telah dilakukan dengan program ventura
dan coreldraw. Mesin cetak dan mesin pemotong juga telah menggunakan komouter.
Buku elektronik yaitu buku dalam bentuk cakram padat kini semakin dikenal, semua
kemajuan tehnologi semakin mempermudah pekerjaan penerbitan dan pendidikan.
Selain buku, masih banyak lagi jenis terbitan lain yang biasa diterbitkan oleh
sebuah penerbit. Seperti:
1. Jurnal
Jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk pamflet berseri berisi bahan yang
sangat diminati orang saat diterbitkan . Bila dikaitkan dengan kata ilmiah di belakang
kata jurnal dapat terbitan berarti berkala yang berbentuk pamflet yang berisi bahan
ilmiah yang sangat diminati orang saat diterbitkan.
2. X- banner
Jika kita mengacu kepada kaidah dasar poster, X banner ini adalah karya seni atau
desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran
besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya
dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu X banner biasanya
dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.
Universitas Sumatera Utara
3. Brosur
Brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak dijilid keras, lengkap (dalam satu kali
terbitan), memiliki paling sedikit 5 halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, di luar
perhitungan sampul.
Adanya perkembangan penerbitan buku dan sejenisnya semakin banyak masalah
yang dihadapi, dipihak penerbitan hak dan kewajiban penulis maupun penyuntingan
yang mewakili penerbitan dituntut untuk lebih berpotensi.
2.3 Penerbit dan Terbitannya
Dewasa ini jenis terbitan, dalam hal ini buku, sangat beraneka ragam,
sehingga pada umumnya pebnerbit mengkhususkan diri menerbitkan satu atau dua
macam terbitan saja.
2.3.1 Jenis Penerbit Menurut Buku Terbitannya
Secara lebih luas, penerbit dapat kita golongkan antara lain menurut jenis
terbitannya. Dari sudut ini kita mengenal tiga kelompok besar penerbit, yaitu penerbit
buku umum, penerbit buku anak-anak, dan penerbit khusus. Kelompok yang terakhir
ini dapat dibagi lagi menjadi penerbit buku pelqjqran sekolah dasar dan menengah,
penerbit buku universitas, dan penerbit buku ilmiah.
1. Penerbit Buku Umum
Pembaca sasaran penerbit ini adalah khalayak ramai yang sudah tentu sangat
beragam, sukar dikenali, dan sukar diperkirakan. Porsi terbesar karya penerbit
jenis ini adalah buku fiksi. Dalam hal ini, pengarang yang sudah sukses dan
terkenal merupakan kekayaan penerbit yang tak ternilai. Puncak penjualan
buku umum biasanya dicapai pada setahun pertama penerbitan, yaitu pada
saat penerbit mempromosikan buku-buku terbitan terbarunya.
Universitas Sumatera Utara
2. Penerbit Buku Anak-Anak
Pada penerbit jenbis ini, judul-judul lama merupakan modal utama karena
pada umumnya buku anak-anak yang klasik selalu dicetak ulang. Agar
menarik buat pembaca yang masih kecil-kecil, buku anak-anak biasanya sarat
warna, sehingga biaya produksinya besar. Untuk mengatasi biaya besar itu,
penerbit sering bekerja sama dengan penerbit lain. Khusunya penerbit luar
negri untuk menerbitkan judul yang sama.
3. Penerbit Buku Khusus
Dalam kelompok ini terdapat penerbit buku pelajaran sekolah dasar dan
menengah (selanjutnya disebut penerbit buku sekolah), penerbit buku
universitas, dan penerbit buku ilmiah. Diperkirakan 65% penerbit di Indonesia
bergerak dalam penerbitan buku sekolah (termasuk buku anak-anak), dan
sekitar 15% menerbitkan buku universitas. Penerbit buku ilmiah jumlahnya
sangat sedikit, diperkirakan tidak sampai 5% (ceramah ketua IKAPI, Juli
1990).
2.3.2 Jenis Penerbit Menurut Statusnya
Penerbit dapat juga dikelompokkan menurut statusnya, yaitu penerbit swasta
dan penerbit pemerintah. Penerbit swasta dikelola oleh badan swasta, biasanya
mengutamakan keuntungan. Sebaliknya, penerbit pemerintah dikelola oleh lembaga
pemerintah, dan biasanya tidak terlalu menggutamakan keuntungan, melainkan lebih
menitikberatkan pemenuhan kebutuhan pemerintah.
2.3.3 Jenis Terbitan
Seperti juga penerbit, terbitan dapaat dikelompokkan. Pengelompokkan
pertama adalah menurut jenis barang yang diterbitkan, yaitu majalah, koran, dan
buku. Majalah dan jurnal ilmiah biasanya terbit dalam bentuk seperti buku, yaitu
mempunyai sampul dan isi. Keduanya terbit secara berkala, dapat mingguan, bulanan,
Universitas Sumatera Utara
tribulanan, dan sebagainya. Berbeda dengan koran dan majalah, buku tidak terbit
secara berkala. Sebuah buku dapat dicetak beberapa kali dengan isi yang tetap sama.
Buku yang dicetak pertama kali disebut cetakan pertama, yang kedua kali cetakan
kedua, dan seterusnya. Bila buku dipinda oleh pengarangnya, artinya ada perubahan
nyata dalam isinya, maka buku hasil pindaan itu disebut edisi baru. Jadi, buku
berjudul sama tetapi edisinya berbeda, tentu berbeda isinya, meskipun perbedaan itu
tidak selalu mencolok.
Menurut sampulnya, buku dapat dikelompokkan dalam dua bagian besar.
Buku bersampul tegar dan bersampul lembek. Dewasa ini, berkat kemajuan teknologi
di bidang perbukuan, jenis sampul sudah lebih beragam, ada yang terbuat dari sejenis
plastik atau kulit buatan. Jenis kertas sampulpun bermacam-macam, sehingga sampul
untuk buku bersampul lembek dapat dipilih sesuai dengan keinginan.
Kita juga mengenal kelompok buku fiksi dan nonfiksi. Buku fiksi adalah
rekaan pengarang, misalnya novel dan cerita pendek, serta buku rekaan ilmiah. Buku
nonfiksi adalah kebalikan buku fiksi, yaitu buku yang ditulis berdasarkan kejadian
nyata, fakta, atau hukum alam. Contohnya adalah biografi dan buku ilmu
pengetahuan.
Dari pembacanya kita mengenal pembaca dewasa, kaum wanita, kaum pria,
anak-anak, remaja, pelajar, mahasiswa, kelompok berpendidikan tinggi, kelompok
berpendidikan rendah, kaum profesional (orang yang mempunyai keahlian tertentu
yang diperlukan untuk kelancaran pekerjaannya, misalnya para manajer perusahaan,
ahli komputer, pakar olah raga, guru, juru masak), dan sebagainya.
Dari isinya buku dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok besar.
Jika kita pada jenis pengelompokkan pokok bahasan menurut sistem Dewey yang
lazim digunakan, maka kita mengenal kelompok buku yang membahas tentang
informasi, agama, ekonomi, sosial, matematika, fisika, kedokteran dan farmasi,
teknik, arsitektur dan sipil, sastra dan fiksi, dan geografi. Kelompok besar ini dapat
dibagi lagi menjadi kelompok yang lebih kecil, misalnya kelompok buku ekonomi
dirinci menjadi bisnis, manajemen, akuntansi, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan teknologi yang sangat pesat dalam dunia penerbitan dan
percetakan mendorong diciptakannya jenis terbitan yang tidak menggunakan kertas
sebagai wahananya. Di masa awal 1960-an sudah dikenal naskah dalam bentuk
gulungan film dan mikrofis. Untuk membaca naskah yang dimuat dalam bentuk
tersebut diperlukan alat pembaca khusus yang dilengkapi dengan sebuah layanan
seperti televisi. Di Indonesia alat seperti ini dapat dijumpai antara lain di
Perpustakaan Nasional, Peropustakaan PDII, Perpustakaan The British Council,
Perpustakaan Pusat ITB.
Sejumlah buku, khususnya buku rujukan seperti kamus, buku katalog, dan
ensiklopedi, diterbitkaan dalam bentuk cakram keras, disebut CD-ROM (compac
disk- read only memory). Cakram tersebut dapat memuat data dalam jumlah yang
sangat besar, misalnya 18 jilid Encyclopedia Britanica yang tebalnya 200-an ribu
halaman dapat dimuat dalam satu cakram saja. Untuk membacannya, pembaca
memerlukan seperangkat alat khusus yang dapat menampilkan naskah dalam cakram
itu pada layar monitor.
Disamping buku dalam bentuk yang bermacam-macam tadi, penerbit juga
menyediakan alat pendukung lain seperti lembaran teransparansi untuk menyajikan
kuliah, bagan berbagai macam proses, slide, dan kaset video.
2.4 Sejarah Penerbitan Buku di Indonesia
Di Indonesia, awalnya bentuk buku masih berupa gulungan daun lontar.
Menurut Ajip Rosidi (sastrawan dan mantan ketua IKAPI), secara garis besar, usaha
penerbitan buku di Indonesia dibagi dalam tiga jalur, yaitu usaha penerbitan buku
pelajaran, usaha penerbitan buku bacaan umum (termasuk sastra dan hiburan), dan
usaha penerbitan buku agama.
Pada masa penjajahan Belanda, penulisan dan penerbitan buku sekolah
dikuasai orang Belanda. Kalaupun ada orang pribumi yang menulis buku pelajaran,
umumnya mereka hanya sebagai pembantu atau ditunjuk oleh orang Belanda.
Universitas Sumatera Utara
Usaha penerbitan buku agama dimulai dengan penerbitan buku-buku agama
Islam yang dilakukan orang Arab, sedangkan penerbitan buku –buku agama Kristen
umumnya dilakukan oleh orang-orang Belanda.
Penerbitan buku bacaan umum berbahasa Melayu pada masa itu dikuasai oleh
orang-orang Cina. Orang pribumi hanya bergerak dalam usaha penerbitan buku
berbahasa daerah. Usaha penerbitan buku bacaaan yang murni dilakukan oleh
pribumi, yaitu mulai dari penulisan hingga penerbitannya, hanya dilakukan oleh
orang-orang Sumatera Barat dan Medan. Karena khawatir dengan perkembangan
usaha penerbitan tersebut, pemerintah Belanda lalu mendirikan penerbit Buku Bacaan
Rakyat. Tujuannya untuk mengimbangi usaha penerbitan yang dilakukan kaum
pribumi. Pada tahun 1908, penerbit ini diubah namanya menjadi Balai Pustaka.
Hingga Jepang masuk ke Indonesia, Balai Pustaka belum pernah menerbitkan buku
pelajaran karena bidang ini dikuasai penerbit swasta belanda.
Sekitar tahun 1950-an, penerbit swasta nasional mulai bermunculan. Sebagian
besar berada di pulau Jawa dan selebihnya di Sumatera. Pada awalnya, mereka
bermotif politis dan idealis. Mereka ingin mengambil alih dominasi para penerbit
Belanda yang setelah penyerahan kedaulatan di tahun 1950 masih diijinkan berusaha
di Indonesia.
Pada tahun 1955, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih dan
menasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia. Kemudian pemerintah
berusaha mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha penerbitan buku
nasional dengan jalan memberi subsidi dan bahan baku kertas bagi para penerbit buku
nasional sehingga penerbit diwajibkan menjual buku-bukunya denga harga murah.
Pemerintah kemudian mendirikan Yayasan Lektur yang bertugas mengatur
bantuan pemerintah kepada penerbit dan mengendalikan harga buku. Dengan adanya
yayasan ini, pertumbuhan dan perkembangan penerbitan nasional dapat meningkat
dengan cepat. Menurut Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) yang didirikan 1950,
penerbit yang menjadi anggota IKAPI yang semula berjumlah 13 pada tahun 1965
naik menjadi 600-an lebih.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1965 terjadi perubahan situasi politik di tanah air. Salah satu
akibat dari perubahan itu adalah keluarnya kebijakan baru pemerintah dalam bidang
politik, ekonomi dan moneter. Sejak akhir tahun 1965, subsidi bagi penerbit dihapus.
Akibatnya, karena hanya 25% penerbit yang bertahan, situasi perbukuan mengalami
kemunduran.
Sementara itu, pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Mashuri, kemudian menetapkan bahwa semua buku pelajaran disediakan oleh
pemerintah. Keadaan tidak bisa terus-menerus dipertahankan karena buku pelajaran
yang meningkat dari tahun ke tahun. Karena itu, diberikan hak pada Balai Pustaka
untuk mencetak buku-buku yang dibutuhkan di pasaran bebas. Para penerbit swasta
diberikan kesempatan menerbitkan buku-buku pelengkap dengan persetujuan tim
penilai.
Hal lain yang menonjol dalam masalah perbukuan selama Orde Baru adalah
penerbitan buku yang harus melalui sensor dan persetujuan kejaksaan agung. Tercatat
buku-buku karya Pramudya Ananta Toer, Utuj Tatang Sontani dan beberapa
pengarang lainnya, tidak dapat dipasarkan karena mereka dinyatakan terlibat
G30S/PKI. Sementara buku-buku “Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai”,
kemudian “Era Baru, Pemimpin Baru” tidak bisa dipasarkan karena dianggap
menyesatkan, terutama mengenai cerita-cerita seputar pergantian kekuasaan pada
tahun 1966.
2.5 Tujuan Penerbitan Buku Universitas
Tujuan penerbitan buku universitas adalah :
1. Menghasilkan buku-buku teks untuk mahasiswa yang dapat diandalkan dan
dapat pula merangsang kegiatan mahasiswa. Buku-buku ini memuat
informasi tentang hasil penelitian yang lama, renungan-renungan, pemikiran
dsn pendapat dari pengarangnya. Informasi ini sangat berharga sekali, bukan
saja untuk mahasiswa juga untuk para dosen.
Universitas Sumatera Utara
2. Menghasilkan laporan-laporan hasil diskusi ilmiah para ahli atau para
ilmuwan, yang dikumpulkan dan dibukukan.
3. Menerbitkan judul-judul untuk pembaca umum yang bersifat deskriptif dan
analitis, serta edukatif. Isi buku-buku ini dapat merangsang para pembacanya
agar ingin mengetahui lebih banyak tentang permasalahan tersebut.
2.6 Proses Penerbitan Buku
Menurut Manik Purba yang dikutip dalam sebuah website mengemukakan
bahwa proses penerbitan buku adalah sebagai berikut :
1. Misalkan anda sebagai pengarang ingin menegajukan naskah kumpulan puisi
ke penerbit A.
2. Yang anda ajukan cukup naskahnya dalam bentuk ketikan (misalnya Ms.
Word) dan bisa disertai print outnya agar memudahkan penerbit dalam
memproses naskah tersebut. Penerbit biasanya memberikan banyak
kemudahan bagi pengarang yang sudah banyak mengarang buku. Penerbit
mau saja menerima kiriman naskah melalui email dan sebagainya.
3. Penerbit akan menentukan apakah naskah tersebut layak diterbitkan dan kira-
kira dibutuhkan masyarakat (ada penilaian terhadap isi naskah maupun
kwalitas/bobot pengarangnya).
4. Lalu penerbit akan mengontak pengarang dan membicarakan isi naskah
maupun honor.
5. Sistem honor tergantung sistem yang dianut oleh penerbit. Bisa bersifat
langsam (seolah naskah tersebut dibeli oleh penerbit) dengan memberi harga
pada naskah tersebut, misalnya dibeli seharga Rp 3.000.000.- dan dibayar
secara sekaligus atau bertahap. Tergantung pengajuan penerbit dan disetujui
oleh pengarang.
6. Kerugian sistem ini bagi pengarang adalah: penerbit bisa mencetak naskah
tersebut dalam jumlah banyak dan bisa dicetak beberapa kali, tanpa memberi
honor tambahan lagi kepada pengarang.
Universitas Sumatera Utara
7. Bisa juga dengan sistem royalti dimana pengarang memperoleh persentase
terhadap harga naskah/ buku tersebut. Rata-rata nilai royalti: 10% s/d 15%
dari harga buku yang terjual. Pengarang-pengarang yang sudah terkenal sering
ditawari honor yang tinggi karena penerbit yakin buku karangannya bakal
laku keras. Misalnya: buku tersebut akan dicetak sebanyak 5.000
buah/eksamplar dan dijual dengan harga Rp 15.000.- per eksemplar. Maka
pengarang akan memperoleh honor (dianggap semua buku terjual): 10% x
5.000 x Rp 15.000.- Sering pembayaran ini pun
dilakukan secara bertahap misalnya 1 x 3 bulan atau 1 x 6 bulan.
Bila buku tersebut dicetak ulang lagi, maka penerbit membuat perjanjian lagi
dan pengarang akan memperoleh royalti lagi. Biasanya penerbit akan
mengontak pengarang lagi untuk cetak ulang (karena bisa jadi pengarang
tidak bersedia lagi dan mau pindah ke penerbit lain).
8. Dengan menggunakan softcopy naskah yang diberikan dalam bentuk ketikan
Microsoft Word tersebut, penerbit akan mengolahnya dan mengatur layout
serta membuat desain covernya. Desain cover bisa juga diajukan oleh
pengarang bila pengarang juga seorang yang ahli dalam desain. Setelah desain
cover dan layout isi buku telah selesai, maka akan dimulai proses cetak.
9. Proses cetak sering dimulai dengan mencetak contoh (dummy) dulu dan
melihat hasilnya agar kelak tidak terjadi kesalahan besar. Setelah itu akan
dilakukan proses cetak sejumlah yang diinginkan (misalnya: 5.000 buah
buku).
10. Penerbit akan memberikan buku contoh hasil cetakan bagi pengarang untuk
file pribadinya dan kemudian penerbit akan melakukan pembayaran kepada
pengarang sesuai perjanjian yang telah disepakati/ditandatangani. Bila buku
tersebut ingin dicetak terus dan ternyata pengarangnya telah meninggal, maka
perjanjian dan hak pembayaran royalti akan diberikan kepada ahli waris (istri/
anaknya) dan seterusnya penerbit akan berurusan dengan ahli warisnya.
11. Penerbit akan menyebarkan buku tersebut ke toko buku untuk dibeli oleh
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
12. Perjanjian Royalti adalah antara pengarang dan penerbit, sedangkan Hak
Cipta adalah Hak Pengarang yang bisa diurus oleh pengarang dengan
mendaftarkannya ke Departement Kehakiman dan HAM, Direktorat Hak
Cipta. Penerbit tidak mengurus Hak Cipta karena Hak Cipta adalah urusan
pengarang (kecuali naskah tersebut telah dibeli oleh Penerbit dan sepenuhnya
menjadi hak milik penerbit). Tidak banyak buku yang didaftarkan Hak
Ciptanya oleh pengarang, biasanya buku-buku yang sangat terkenal atau buku
yang bakal dibutuhkan terus yang didaftarkan Hak Ciptanya oleh pengarang.
2.7 Pengadaan Naskah
Penerbitan buku akan berjalan dengan lancar bila ada naskah. Naskah
merupakan bahan baku penerbit yang utama. Naskah, tentu saja ditulis oleh penulis
oleh penulis atau pengarang. Dengan demikian, pengarang, naskah, dan penerbitan
merupakan tiga bagian yang tak terpisahkan. Ketiganya merupakan degup jantung
yang menghidupkan penerbit.
Penerbit harus mengetahui buku-buku apa saja yang dibutuhkan oleh
pembaca, karena itu penerbit membutuhkan langkah-langkah yang berarti, dimana
langkah yang pertama adalah mencari buku yang harus diterbitkan dalam bidangnya,
contohnya adalah buku-buku sekolah dasar, maka dari itu buku yang dibutuhkan
adalah buku banyak menunjang pelajaran , naskah yang ditulis harus dapat
disesuiakan apabila terjadi penyempurnaan kurikulum, keluesan peyajian isi naskah
perlu diperhatikan, dsatu segi kedalaman dan keluasan badan. Metodologi dan sistem
evaluasinya harus sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku serta urutan
penyajian bahan disesuiakan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Langkah kedua adalah mencari pengarang yang mampu menulis buku yang
dimaksud. Menurut Paembonan (1990: 30) pengarang yang ditunjuk setidak-tidaknya
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Menguasai ilmu dan materi pelajaran yang akan ditulis.
2. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang psikologi belajar, didaktik, dan
metodik pengajaran yang bersangkutan .
Universitas Sumatera Utara
3. Memiliki pengalaman mengajar dalam mata pelajaran yang akan ditulisnya.
4. Memiliki kemahiran dan pengalaman menulis buku.
Akan tetapi, sejalan dengan semakin ketatnya persaingan antar penerbit,
maka cara lama dengan menunggu naskah ini sudah mulai ditinggalkan. Penerbit
sudah mulai gesit mencari gagasan dan mewujudkannya menjadi buku. Dalam badan
penerbitan, tugas mengadakan naskah ini dibedakan kepada penyunting, khususnya
penyunting pengada naskah. Adapun yang harus diperhatikan dalam pengadaan
naskah ini adalah sebagai berikut:
1. Sumber Naskah
Naskah yang terbaru harus dicari oleh seorang penyunting, ia dapat
menemukan gagasan naskah melalui pameran buku, reuni, pertemuan antar pakar
bidang ilmu tertentu dan lain sebagainya. Maka dicarilah penulis yang mampu
menuangkan gagasannya itu dalam bentuk tertulis. Penulis dapat diketahui dari daftar
nma pengarang yang sesui dengan daftar penulis/pengarang yang dimiliki penerbit.
Selain itu dapat pula dengan cara mencari pengrang buku sejenis yang telah beredar.
Cara lain untuk mendapatkan naskah adalah penerbit melakukan seyembara
mengarang ataupun menghubungi langsung orang yang ahli dalam bidang ilmu
pengetahuan yang tertentu.
Penggunaan buku berbahasa asing dibutuhkan penerjemah naskah. Seorang
penerjemah harus menguasai bahasa asing tersebut dengan baik. Penerbitan harus
pandai memilih judul serta memilih penerjemah yang berkemampuan baik dan
mendapatkan izin penerjemahan dari pemilik hak cipta buku yang asli.
2. Penilain Naskah
Penyunting bertugas menentukan apakah sebuah naskah akan diterima untuk
diterbitkan atau ditolak. Penyunting menilai naskah antara lain dari isinya,
cakupannya, penyusunan isi, cara penyajian dan bahasa. Bila penyunting tidak dapat
member penilain tentang isi dan cakupan naskah, maka ia dapat meminta bantuan
Universitas Sumatera Utara
seorang penelaah ataupun pakar dalam bidang ilmu yang berhubungan dengan buku
tersebut.
2.8 Penyuntingan
Bagian penyuntingan merupakan inti sebuah penerbitan, karena fungsinya
yang utama mengembangkan naskah, dibagian inilah bahan baku penerbitan yang
berupa naskah diolah dan dipersiapkan sehingga naskah yang tadinya masih mentah
menjadi siap dan layak terbit. Yang paling bertanggung jawab atas isi sebuah buku
tentu pengarang, namun penerbit yang baik akan menerbitkan naskah yang
seharusnya memerlukan penyuntingan atau belum layak terbit.
Pekerjaan penyuntingan naskah disebuah penerbitan yang besar terdiri dari:
1. Kontrak Penerbitan
Penerimaan naskah oleh penerbitan harus benar-benar hasil karya pengarang
yang bersangkutan, bukan hasil jiplikan. Jaminan pengarang dalam hal ini sangat
penting dan harus tertuang dalam kontrak penerbitan naskahnya. Kontrak atau surat
perjanjian penerbitan itu harus ditanda tangani oleh pengrang dan pihak penerbit
sebelum naskah tersebut diolah lebih lanjut.
2. Penyerahan Naskah
Naskah biasanya diserahkan oleh pengarang pada pihak penerbit dalam
bentuk tertulis, ketikan maupun disket. Naskah diserahkan rangkap satu dan untuk
pengarang biasanya memiliki arsipnya.
3. Ketaat Asasan
Naskah disebut taat asas bila penyajiannya mengikuti pola tertentu dengan
tetap. Di indonesia belum ada pedoman yang mantap mengenai asasan sebuah
naskah,namun sebagai patokan penerbit dapat berpedoma Ejaan Yang
Disempurnakan terbitan pusat pengembangan dan pembinaan bahasa.
Universitas Sumatera Utara
4. Tata Bahasa
Penggunaan bahasa yang baik dan benar merupakan syarat yang harus di
penuhi oleh sebuah naskah. Kalimat yang mengungkapkan pesan pengarang harus
dapat dipahami pembaca. Penyuntingan memberikan saran kepada penulis. sehingga
naskah yang ada tidak hanya berbobot isinya namun baik bahasanya.
5. Kelengkapan Naskah
Naskah yang telah selesai, diserahkan oleh penyuntingan kegiatan prodiksi
untuk di persiapkan percetakannya menjadi buku.kelengkapan naskah terdiri dari:
a. Cover
b. Halaman Judul Utama
c. Halaman Persembahan
d. Kata Pengantar
e. Daftar Isi
f. Tabel
g. Ilustrasi
h. Singkatan
i. Lambang
j. Catatan Kaki
k. Daftar Pustaka
l. Lampiran
m. Indeks
n. Biografi singkat
Universitas Sumatera Utara