bab ii tinjauan pustaka dan landasan teori 2.1 …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2094/3/bab...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Dalam kajian pustaka ini, penulis berpedoman pada
penulisan ilmiah yang sudah diteliti pada tahun sebelumnya.
Penelitian tersebut dijadikan penulis sebagai pedoman karena
menurut penulis terdapat kesamaan topik dengan apa yang akan
penulis buat.
Penulisan ilmiah tersebut adalah penelitian dari
Nurfadilla Ayu Badarulia (2017) yang berjudul ANALISIS
KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN
RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN EFISIENSI
PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan Rasio likuiditas, solvabilitas,dan efisiensi.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Kinerja Keuangan
1. Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan
telah melaksanakan dengan menggunakan aturan- aturan
pelaksaan keuangan secara baik dan benar menurut Irham
Fahmi (2014). Kinerja Keuangan adalah prestasi atau
keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba yang
9
diperoleh. Hal ini menyatakan bahwa Kinerja Keuangan
merupakan prestasi kuangan yang dicapai oleh perusahaan
dalam periode tertentu.
Menurut Sucipto (2003) “Kinerja Keuangan adalah
penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur
keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam
menghasilkan laba”. Menurut IAI (2007) ”Kinerja
Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola
dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya”. Tingkat
Kinerja Keuangan perusahaan dapat diukur dari berapa
tingkat Likuidasi, profitabilitas atau indikator-indikator
lainnya yang menunjukkan apakah perusahaan dijalankan
secara rasional dan tertib (Sarwoko dan Abdul Halim,
1989:49).
Pengukuran kinerja keuangan sangat penting
sebagai sarana dalam rangka memperbaiki kegiatan
operasional perusahaan. dengan perbaikan kinerja
operasional diharapkan bahwa perusahaan dapat
mengalami pertumbuhan keuangan yang lebih baik dan
juga dapat bersaing dengan perusahaan lain lewat efisiensi
dan efektivitas.
10
2. Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan
Manfaat Penilaian Kinerja
Prayitno (2010:9), penilaian kinerja dapat memeberikan
manfaat bagi perusahaan.
Manfaat dari penilaian kinerja bagi manajemen adalah untuk:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien
melalui pemotifan karyawan secara maksimal.
2. Membantu pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan karyawan seperti promosi, transfer, dan
pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan dan dan menyediakan kriteria promosi dan
evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan bagaimana atasa
menilai kinerja karyawan.
5. Menyediakan suatu dasar dengan distribusi penghargaan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Keuangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Keuangan
menurut Djarwanto (2004) adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan letak geografis yang membawa perbedaan
dalam tingkat harga dan biaya usaha.
2. Perbedaan dalam pemilikan aktiva tetap, ada yang
memiliki sendiri ada yang menyewa. Perbedaan dalam
11
besar kecilnya investasi dalam harta kekayaan yang tidak
digunakan dalam hubungannya dengan operasi regular.
3. Perbedaan dalam tingkat harga yang dicerminkan dalam
pospos aktiva tidak lancar.
4. Perbedaan dalam umur harta kekayaan yang dimiliki, ada
yang baru ada yang lama.
5. Perbedaan dalam banyaknya jenis barang yang diproduksi.
6. Perbedaan dengan tingkat kapasitas pabrik. Berproduksi
dengan tingkat kapasitas tinggi atau rendah.
7. Perbedaan dalam kebijakan pembelian bahan dasar.
8. Perbedaan dalam penilaian pembelian bahan dasar.
9. Perbedaan dalam kebijaksanaan menentukan tingkat
persediaan.
10. Perbedaan dalam kebijaksanaan penjualan barang
dagangan tunai.
11. Perbedaan dalam kebijaksanan pemilihan saluran
pemasaran. Menjual produk kepada pembeli tunggal,
kepada banyak pedagang besar, banyak pedagan kecil,
atau langsung kepada konsumen.
12. Perbedaan dalam banyak sedikitnya hutang jangka
panjang. Juga perbedaan dalam struktur permodalan,
sumber dananya banyak berasal dari pinjaman atau
modal sendiri.
12
13. Kebijaksanaan dalam membayar deviden.
14. Perbedaan dalam sistem akuntansi dan prosedur
akuntansi, termasuk penggolongan pos-pos laporan
keuangan, periode akuntansi dan metode penyusutan.
Faktor-faktor tersebut sangatlah penting bagi
perusahaan dan harus diberikan perhatian khusus apabila
perusahaan tidak ingin mendapatkan kerugian. Faktor
tersebut sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan yang
akan dibuat perusahaan, dengan kata lain dapat berpengaruh
pula pada Kinerja Keuangan perusahaan.
3. Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan dapat diukur dengan menggunakan analisis
rasio.Analisis rasio dapat menyingkap hubungan sekaligus
menjadi dasar perbandingan yang menunjukan kondisi atau
kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila hanya melihat
komponen-komponen rasio itu sendiri.
Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.
Berdasarkan tekniknya, analisis keungan dapat dibedakan
menjadi 8 macam, yaitu menurut Jumingan (2006:242):
1) Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan
teknik analisis dengan cara membandingkan laporan
keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan
13
perubahan, baik dalam jumlah (absolute) maupun dalam
persentase (relatif).
2) Analisis Trend (tendesi posisi), merupakan teknik analisis
untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah
menunjukkan kenaikan atau penurunan.
3) Analisis Persentase per Komponen (common size),
merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase
investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan
atau total aktiva maupun utang.
4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja,
merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya
sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode
waktu yang dibandingkan.
5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik
analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab
terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu
tertentu.
6) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis
keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos-pos
tertentu dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi
baik secara individu maupun secara simultan.
14
7) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya
perubahan laba.
8) Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
Menurut Dwi Prastowo (2011:80) ada lima teknik analisis yang
dapat digunakan:
1) Likuditas, yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek.
2) Solvabilitas (Struktur Modal), yang mengukur kemampuan
suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang
atau mengukur tingkat proteksi kreditor jangka panjang.
3) Return on Investment, yang mengukur tingkat kembalian
investasi yang telah dilak;ukan oleh perusahaan.
4) Pemanfaatan Aktiva, yang mengukur efisiensi dan efektivitas
pemanfaatan setiap aktiva yang dimiliki perusahaan.
5) Kinerja operasi yang mengukur efisiensi operasi perusahaan.
Apabila dilihat dari sumbernya dari mana rasio itu dibuat, maka
rasio-rasio dapat digolongkan dalam 3 golongan (Djarwanto,
2004:146), yaitu :
1) Rasio-rasio neraca yaitu rasio yang disusun dari data yang
berasal dari neraca, misal rasio lancar (Current Ratio), rasio
15
tunai (Quick Ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva,
rasio tetap dengan utang jangka panjang dan lain sebagainya.
2) Rasio-rasio laporaan laba rugi yaitu rasio-rasio yang disusun
dari data yang berasal dari perhitungan laba rugi, misalnya rasio
laba bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan
penjualan neto, operating ratio dan lain sebagainya.
3) Rasio-rasio antar laporan (Interstatement ratios), yaitu rasio
rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan lapran
laba rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha,
rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga
pokok penjulan dengan persediaan rata-rata.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007), rasio keuangan yang
sering digunakan adalah:
1) Rasio Likuiditas, menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
2) Rasio Solvabilitas, menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau
kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.
3) Rasio Rentabilitas, menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber
yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang,dan sebagianya.
16
4) Rasio leverage, menggambarkan hubungan antara utang
perusahaan terhadap modal maupun asset.
5) Rasio Aktivitas, menggambarkan aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam
kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya.
6) Rasio pertumbuhan, menggambarkan persentasi pertumbuhan
pos-pos perusahaan per tahun.
7) Penilaian pasar, rasio yang khusus digunakan di pasar modal
yang menggambarkan situasi /keadaan prestasi perusahaan di
pasar modal.
8) Rasio produktivitas, menunjukakan tingkat produktivitas dari
unit atau kegiatanyang dinilai.
9) Rasio Efisiensi, untuk mengukur kinerja manajemen suatu
bank apakah telah menggunakan semua faktor produksinya
denga tepat guna dan hasil guna.
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah Likuditas,
Solvabilitas dan Rentabilitas.
1) Rasio Likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
2) Rasio Solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiaban jangka panjang dan
kewajiban-kewajiban lainnya apabila perusahaan dilikuidasi.
17
3) Rasio Efisiensi, untuk mengukur kinerja manajemen suatu
bank apakah telah menggunakan semua faktor produksinya
denga tepat guna dan hasil guna.
2.2.2 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah kemampuan suatu
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya
secara tepat waktu (Jumingan, 2014:240). Menurut
Hery (2015: 175) rasio likuiditas adalah rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya.
Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah untuk
mengukur sampai seberapa jauh tingkat kemampuan
perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka
pendeknya yang akan segera jatuh tempo. Menurut
Fred Weston (2008: 129-130), rasio likuiditas
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka
pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, akan
mampu memenuhi utang tersebut terutama utang yang
sudah jatuh tempo.
Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi
untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah
18
jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar
perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun didalam
perusahaan (likuiditas perusahaan). Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai
dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih.
Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan untuk
menilai kinerja suatu bank adalah sebagai berikut:
a. Quick Ratio
Quick Ratio merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya
terhadap para deposan (pemilik simpanan giro,
tabungan dan deposito) dengan harta yang paling
likuid yang dimiliki oleh suatu bank (Kasmir,
2012:315)
Rumus untuk mencari Quick Ratio adalah sebagai
berikut:
b. Cash Ratio
Cash Ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukuur seberapa besar uang kas atau
setara kas yang tersedia untuk membayar utang
19
jangka pendek. Rasio ini menggambarkan
kemampuan perusahaan yang sesungguhnya dalam
melunasi kewajiban lancarnya yang akan segera
jatuh tempo dengan menggunakan uang kas atau
setara kas yang ada (Hery, 2015:183).
Adapun rumus untuk Cash Ratio adalah:
c. LDR (Loan to Deposito Ratio)
LDR merupakan rasio untuk mengukur
komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang
digunakan. Besarnya LDR menurut peraturan
pemerintah maksimum adalah 110%. LDR
menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio
LDR memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit/pembiayaan menjadi semakin besar.
20
Adapun rumus untuk LDR adalah:
d. Assets to Loan Ratio
Assets to Loan Ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan
jumlah harta yang dimiliki bank. Makin tinggi tingkat
rasio, menunjukkan makin rendahnya tingkat likuiditas.
Adapun rumus untuk Assets to Loan Ratio adalah:
2.2.3 Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva
perusahaan dibiayai utang. Artinya berapa besar beban
utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio
solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan
dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir, 2012:151).
Penggunaan rasio solvabilitas bagi perusahaan
21
memberikan banyak manfaat yang dipetik, baik rasio
rendah maupun rasio tinggi. Menurut Frend Weston
rasio solvabilitas memiliki beberapa implikasi berikut.
a. Kreditor mengaharapkan ekuitas (dana yang
disediakan pemilik) sebagai marjin keamanan.
Artinya jika pemilik memiliki dana yang kecil
sebagai modal, risiko bisnis terbesar akan
ditanggung oleh kreditor.
b. Dengan pengadaan dana melalui utang, pemilik
memperoleh manfaat berupa, tetap dipertahankannya
penguasaan atau pengendalian perusahaan.
c. Bila perusahaan mendapat penghasilan lebih dari
dana yang dipinjamkannya dibandingkan dengan
bunga yang harus dibayarnya, pengembalian kepada
pemilik diperbesar.
Dalam praktiknya, apabila dari hasil perhitungan
perusahaan ternyata memiliki rasio solvabilitas yang
tinggi, hal ini akan berdampak timbulnya risiko kerugian
lebih besar, tetapi juga ada kesempatan mendapat laba
juga besar. Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio
solvabilitas lebih rendah tentu mempunyai risiko
kerugian lebih kecil pula, terutama pada saat
perekonomian menurun. Dampak ini juga mengakibatkan
22
rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada saat
perekonomian tinggi. Adapun jenis-jenis rasio yang
digunakan dalam rasio solvabilitas adalah sebagai
berikut:
1. Primary Ratio
Primary Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah
memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam
total aset masuk dapat ditutupi oleh capital equity.
Rumus untuk mencari primary ratio adalah sebagai berikut:
2. Secondary Risk Ratio
Secondary risk ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur penurunan aset yang mempunyai risiko
lebih tinggi.
Rumus untuk mencari secondary risk ratio adalah sebagai
berikut:
23
3. Capital Ratio
Capital Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam
menanggung perkreditan, terutama risiko yang terjadi
karena bunga gagal ditagih.
Adapun rumus untuk Capital Ratio adalah:
2.2.4 Rasio Efisiensi
Rasio Efisiensi dipergunakan untuk mengukur
seberapa efisien korporasi dalam menggunakan aktivanya.
Rasio ini semuanya mempergunakan perbandingan antara
tingkat penjualan dengan investasi dalam beberapa aktiva.
Asumsi yang diambil adalah menggunakan hubungan antara
penjualan dengan berbagai aktiva tersebut .
1. Leverage Multiplier merupakan alat untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam mengelola assetnya
karena adanya biaya yang harus dikeluarkan akibat
penggunaan aktiva. Rumus yang digunakan untuk
mencari leverage multiplier adalah sebagai berikut:
24
2. Interest Expense Ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh dana yang berupa
deposito. Rumus yang digunakan untuk mencari
Interest Expense Ratio adalah sebagai berikut :
3. Perputaran Aktiva Tetap (fix assets merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk sejumlah deposit yang ada dibank
tersebut. Rumus yang digunakan untuk mencari Cost of
Fund adalah sebagai berikut:
2.2.5 Lembaga Keuangan Syariah
1. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam
lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
beroperasi disesuaikan dengan prinsip-perinsip
syariah.
Tujuan utama mendirikan Bank Syariah adalah
untuk menunaikan perintah Allah dalam bidang
25
ekonomi dan muamalah serta membebaskan
masyarakat Islam dari kegiatan-kegiatan yang
dilarang oleh agama Islam. Untuk melaksanakan
tugas ini serta menyelesaikan masalah yang
memerangkap umat Islam hari ini , bukanlah hanya
menjadi tugas seseorang atau sebuah lembaga, tetapi
merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim.
Menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berekonomi
dan bermasyarakat sangat diperlukan untuk
mengobati penyakit dalam dunia ekonomi dan sosial
yang dihadapi oleh masyarakat.
2. Macam-Macam Bank Syariah
1. Bank Islam
Perbankan adalah institusi yang terpenting
dalam sistem keuangan modern. Oleh karena itu
dapat juga dikatakan memasukkan riba dalam
sistem perbankan berarti menerima riba dalam
sistem keuangan dan teori-teori yang mencakup
dalam bidang itu. Perbankan juga memiliki
posisi yang sangat strategis didalam mendorong
kegiatan usaha dan pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu pemerintah harus terus berusaha
untuk mengoptimalkan potensi ekonomi
26
masyarakat khususnya ummat Islam melalui
perbankan Islam .
2. Asuransi Islam
Asuransi Islam adalah asuransi yang
dijalankan berdasarkan prinsip takaful, yaitu
suatu skema kerjasama yang dilandasi oleh
nilai-nilai ukhuwah, solidaritas, saling
membantu untuk memberikan bantuan
finansial kepada peserta takaful jika
membutuhkannya dan mereka sepakat untuk
memberikan konstribusi untuk tercapainya
tujuan tersebut. Oleh karena itu dapatlah
disimpulkan konsep dasar takaful adalah :
saling bertanggung jawab, saling
bekerjasama dan membantu, dan saling
melindungi.
3. Reksa Dana Syariah
Menurut pengertian hukum di
Indonesia reksa dana adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya di
investasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi. Penyerahan dana yang
27
dilakukan oleh investor memerlukan jaminan
bahwa pengelola dana tidak melakukan
tindakan tidak terpuji. Oleh karena itu
diperlukan suatu lembaga yang menjadi
penjaga harta yang berbentuk efek. Lembaga
itu disebut custodian yang merupakan sebuah
bank, karenanya disebut bank custodian.
Semua investasi yang dilakukan oleh
Reksadana Syari'ah harus mengikuti batasan-
batasan Syar'i secara ketat (Taswan, (2005:
128).
4. Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Untuk memperoleh uang pensiun
setelah purna tugas merupakan harapan yang
ideal bagi setiap pekerja. Apalagi setelah
sekian tahun mencurahkan tenaga, waktu dan
pikirannya bagi perkembangan dan kemajuan
perusahaan tempatnya bekerja, dan wajar
kiranya saat usianya sudah lanjut dan tidak
produktif lagi perusahaannya masih
mengingat jasanya dalam bentuk pemberian
pensiun. Namun tidak semua perusahaan
28
menyediakan pensiun dan hanya sedikit
sekali perusahaan memberikannya.
5. BMT-Koperasi Syariah
Di Indonesia lembaga keuangan
Baitut Tamwil atau Baitu Maal wat Tamwil
(BMT) mulai dikenal sejak tahun 1980-an,
yaitu dengan berdirinya Baitut Tamwil
Teknosa di Bandung dan BT Ridho Gusti di
Jakarta. Sayangnya kedua lembaga ini tidak
dapat bertahan lama.
BMT yang berkembang sekarang ini
adalah BMT yang berkedudukan seperti
koperasi yang secara legal operasinya seperti
bank (BS atau BPRS) dan dalam bentuk
Kelompok Simpan Pinjam (KSP) atau
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
Melalui peran PINBUK mulai tahun
1995 pertumbuhan BMT mencapai hasil
yang cukup memuaskan, yang tersebar
hampir seluruh pelosok tanah air yang
jumlahnya belasan ribu BMT. Disamping
lembaga-lembaga keuangan tersebut diatas
29
tentunya masih ada lagi lembaga keuangan
yang perlu dikembangkan sehingga perannya
dapat dirasakan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Lembaga-lembaga keuangan
yang mungkin untuk dikembangkan adalah
Lembaga Amil Zakat Profesional, Ijarah
(Leasing secara Islam), Pegadaian Islam, dan
lain-lainnya.
3. Sumber dana Bank Syariah
Pertumbuhan setiap bank sangat
dipengaruhi oleh perkembangan
kemampuannya menghimpun dana
masyarakat (funding), baik berskala kecil
maupun besar, dengan masa pengendapan
yang memadai. Sebagai lembaga keuangan,
maka dana merupakan masalah bank yang
paling utama. Tanpa dana yang cukup, bank
tidak dapat berbuat apa-apa, atau dengan kata
lain, bank menjadi tidak berfungsi sama
sekali (Muhammad, (2011: 273).
Pada perbankan syari’ah terdapat tiga sumber
dana, yaitu:
30
1) Modal Inti.
2) Kuasi Ekuitas
3) Titipan (Wadiah) atau simpanan tanpa
imbalan (non remunerated deposit).
Penggunaan dana syari’ah setelah Dana
Pihak Ketiga (DPK) telah dikumpulkan oleh
bank, maka sesuai dengan fungsi
intermediary-nya maka bank berkewajiban
menyalurkan dana tersebut untuk
pembiayaan. Dalam hal ini, bank harus
mempersiapkan strategi penggunaan dana-
dana yang dihimpunnya sesuai dengan
rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang
telah digariskan(Muhammad, (2011: 273).
Tujuan Alokasi Dana atau Penyaluran Dana:
Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup
dan tingkat risiko yang rendah,
mempertahankan kepercayaan masyarakat
dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap
aman.
Bentuk-bentuk Penyaluran Dana:
a. Earning Assets (Aktifa yang Dapat
Menghasilkan)
31
(1) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
(Mudharabah)
(2) Pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan (Musyarakah).
(3) Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa
(Ijarah dan Ijarah wa Iqtina/ Ijarah
Muntahiah bi Tamlik
(4) Pembiayaan dengan prinsip jual beli
(Al-Bai’)
(5) Surat-surat berharga syari’ah dan
investasi lainnya.
b) Non Earning Assets (Aktifa yang Tidak
Dapat Menghasilkan):
a. Aktiva dalam bentuk tunai (cash asset).
b. Pinjaman (qard).
c. Penanaman dana dalam aktiva tetap
dan invetaris (premises and
equipment).
2.2.6 Penelitian Terdahulu
Lambok DR Tampubolon (2015), dikutip dari jurnal
yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan:
Likuiditas, Aktivitas dan Leverage Terhadap Penilaian
Kinerja Keuangan Studi Empiris Perusahaan Manufaktur
32
di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012”. Berdasarkan
hasil analisis data dan pembahasan yang telah
dikemukakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Rasio Likuiditas berpengaruh secara signifikan dalam
mengukur kinerja keuangan, Rasio Aktivitas berpengaruh
secara signifikan dalam mengukur kinerja keuangan, dan
Rasio Leverage berpengaruh secara signifikan dalam
mengukur kinerja keuangan.
Fatima Anum (2013), dikutip dari jurnal yang
berjudul “Analisis Rasio Keuangan Sebagai Alat Penilaian
Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada PT. Bank
Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk Periode Tahun 2010-
2012”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio
likuiditas pada PT. Bank BTPN, Tbk dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2012 menunjukkan kinerja
perusahaan. berfluktuasi atau tidak stabil. Hal ini ini bearti
manajemen perusahaan masih kurang stabil dalam
mengelola perusahaannya. Hal tersebut nampak pada Cash
Ratio dan Reserve Requirement yang meskipun masih
dikatakan sehat tetapi dari tahun ke tahun semakin
menurun dan Loan to Deposit Ratio selam dua tahun
pertama berada dibawah batas aman setelah tahun yaitu
tahun 2012 telah berada pada posisi yang sehat. Rasio
33
profitabilitas secara keseluruhan keadaan rasio
profitabilitas dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
mengalami peningkatan. Rasio solvabilitas secara
keseluruhan rasio solvabilitas dari tahun 2010 tahun
sampai dengan tahun 2012 berfluktuasi. Capital Adequacy
Ratio PT Bank BTPN selama 3 tahun mengalami
kenaikan, itu berarti PT Bank BTPN Tbk dikategorikan
sebagai Bank Sehat dari segi penyediaan minimun modal
karena sudah memenuhi ketentuan CAR. Tetap Debt To
Equity Ratio dan Long Term Debt to Assets Ratio
meskipun masih berada posisi yang baik, keduanya dari
tahun ke tahun mengalami penurunan.
Putri Hidayatul Fajrin (2016), dikutip dari jurnal yang
berjudul ”Analisis Profitabilitas dan Likiditas terhadap
Kinerja Keuangan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk”.
Dari hasil perhitungan rasio profitabilitas rata-rata pada net
profit margin,return on asset, gross profit margin
menunjukkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan
baik dan return on equity sebesar menunjukkan bahwa
kondisi perusahaan dalam keadaan kurang baik. Sedangkan
perhitungan rasio likuiditas pada quick ratio, cash ratio
menunjukkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan
34
baik dan current ratio menunjukkan bahwa kondisi
perusahaan dalam keadaan kurang baik.
Suprotul Azwa dkk (2016), dikutip dari jurnal yang
berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Ditinjau dari Rasio
Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas pada PT. Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Muamalat Harkat
Sukaraja”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja
keuangan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
dari sisi likuiditas (rasio LDR) pada tahun 2013 sebesar
143,82% tidak sehat pada tahun 2014 sebesar 99,73%
meningkat menjadi sehat. Dari sisi solvabilitas (rasio CAR)
sehat, yaitu tahun 2013 sebesar 14,49% dan 2014 sebesar
12,27%. Sedangkan dari sisi rentabilitas kinerja keuangan
bank sehat baik rasio ROA maupun BOPO, karena mampu
memanfaatkan aset yang untuk memperoleh laba maksimal
dan melakukan efisiensi biaya dengan baik.
Michael Agyarana Barus dkk (2017), dikutip dari jurnal
yang berjudul “Penggunaan Rasio Keuangan untuk
Mengukur Kinerja Keuangan Persahaan pada pada PT.
Astra Otoparts, Tbk dan PT. Goodyer Indonesia, Tbk yang
Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari Penelitian
ini menunjukkan bahwa rasio likuiditas, rasio aktivitas,
rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas periode 2013-2015
35
menunjukkan kinerja keuangan PT. Astra Otoparts, Tbk
lebih baik dibandingkan dengan PT. Goodyear Indonesia,
Tbk.
2.2.7 Kerangka Berfikir
Kinerja Keuangan merupakan hal penting yang
harus diketahui oleh setiap perusahaan untuk menunjang
tumbuh dan berkembangnya perusahaan. Kinerja Keuangan
dari suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan
yang diterbitkan perusahaan tersebut, tetapi laporan tersebut
perlu dianalisa lebih lanjut dengan alat analisa keuangan.
Perusahaan dapat mengukur sejuah mana Kinerja Keuangan
beroperasi dengan menggunakan beberapa rasio yaitu
Likuiditas, Solvabilitas, dan Efisiensi.
Likuiditas dapat menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Dengan analisis Solvabilitas dapat mengambarkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
panjang dan semua kewajibannya yang sudah jatuh tempo.
Analisis Analisis Efisiensi, untuk menggambarkan kinerja
manajemen suatu bank apakah telah menggunakan semua
faktor produksinya dengan tepat guna dan hasil guna.