bab ii tinjauan pustaka a.kecenderungan narsistik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3185/5/5bab...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecenderungan Narsistik1. Pengertian
Kecenderungan disebut juga kesiapan reaktif yang bersifat
kebiasaan. Kecenderungan merupakan watak atau sifat yang disposional
yaitu bukan tingkah laku itu sendiri, akan tetapi merupakan sesuatu yang
memungkinkan timbulnya tingkah laku dan mengarah pada suatu objek
tertentu. Kecenderungan bersifat herediter yakni tidak dibawa sejak lahir
juga tidak mekanistik kaku, seperti reflek dan kebiasaan. Sifatnya
sementara namun terkadang juga bisa bersifat menetap (Fitriyah, 2014).Narsistik adalah suatu kepribadian ditandai dengan adanya
fantasi atau perilaku berlebihan terhadap kekuasaan, kecantiakan,
kesuksesan atau cinta ideal, kebutuhan besar untuk dikagumi oleh orang
lain dan kurangnya kemampuan untuk berempati Diagnosis And
Statistical Manual of Mental Disorder IV-R (American Psychiatric
Assosiation 2000). Millon (dalam Wiramihardja, 2004) mengemukakan
bahwa asal narsistik adalah evaluasi berlebihan yang tidak realistik
(unrealistic overvaluation) mengenai nilai anak-anak oleh orang tua.
Anak-anak tidak mampu untuk menggapai (live up) pada evaluasi-
evaluasi orang tua mengenai dirinya, tetapi secara berkelanjutan
bertindak seolah-olah merupakan orang yang superior. Sedangkan
menurut Supratiknya (1995) mengartikan kecenderungan kepribadian
narsistik dengan merasa diri penting dan haus akan perhatian.
12
13
Fausiah & Widury (2005) menyatakan bahwa kecenderungan
narsistik merupakan perasaan yang tidak masuk akal bahwa dirinya
orang penting, merasa bahwa dirinya spesial dan berharap mendapatkan
perlakuan khusus. Menurut Kamus Psikologi (Chaplin, 2005)
kecenderungan narsistik adalah suatu tingkat awal dalam perkembangan
manusiawi dicirikan secara khas dengan perhatian yang sangat ekstrim
pada diri sendiri dan tidak adanya perhatian pada orang lain.Sementara Nevid dkk (2003) menjelaskan bahwa
kecenderungan narsistik adalah perilaku atau cara berhubungan dengan
orang lain yang benar-benar kaku. Kekakuan tersebut menghalang-
halangi mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan eksternal,
sehingga perilaku tersebut pada akhirnya bersifat merusak diri sendiri.
Penderita kecenderungan kepribadian narsistik memiliki perasaan yang
tidak masuk akal, bahwa dirinya orang penting dan sangat terpaku
dengan dirinya sendiri sehingga mereka tidak memiliki sensitivitas dan
tidak memiliki perasaan iba terhadap orang lain (Boeree,2004).Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan narsistik adalah suatu kepribadian individu yang ditandai
dengan adanya keinginan berlebih terhadap kekuasaan, kecantikan,
kesuksesan atau cinta ideal atau kasih sayang, kurangnya kemampuan
untuk berempati, kebutuhan besar untuk dikagumi oleh orang lain
sebagai penilaian atas dirinya.
2. Ciri-ciri Kecendeungan NarsistikSupratiknya (1995) menjelaskan kecenderungan kepribadian
narsistik memiliki ciri umum yaitu berperilaku dramatik atau penuh aksi,
14
serba menonjolkan diri, emosional dan eratik atau aneh-aneh. Sedangkan
ciri khususnya yaitu merasa diri paling penting dan haus akan perhatian
orang lain, selalu menuntut perlakuan dan perhatian istimewwa dari
orang lain, sangat peka pada pandangan orang lain tehadap dirinya atau
memiliki harga diri yang rapuh, bersikap eksploitatif, memikirkan
kepentingan diri sendiri dan mengabaikan orang lain.Boeree (2004) mengindikasikan bahwa kecenderungan
kepribadian narsistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Membesar-
besarkan pemahaman akan nilai penting diri, asyik dengan fantasi akaan
kekuasaan, kesuksesan, kecantikan atau cinta sejati yang tak terbatas,
meyakini bahwa ia special dan unik serta hanya bisa dipahami oleh atau
seharusnya berhubungan dengan orang-orang (institusi) berstatus tinggi
atau orang-orang khusus lainnya, butuh penghargaan yang berlebihan,
punya perasaan istimewa yaitu harapan-harapan yang tidal selayaknya,
khususnya terhadap perlakuan yang menguntungkan atau penuh otomatis
terhadap harapan-harapannya, mengambil keuntungan dari orang lain
untuk mencapai tujuannya sendiri, kurang empati, sering kali iri hati
terhadap orang lain atau meyakini orang lain iri terhadapnya,
menunjukkan perilaku dan sikap arogan.Sedangkan menurut DSM-IV (Diagnostic And Stastical Manual
of Mental Disorders – Fourth Edition) individu dapat dikatakan
mengalami kepribadian narsistik jika memiliki lima atau lebih dari
sembilan ciri kepribadian sebagai berikut: Merasa diri paling hebat
namun seringkali tidak sesuai dengan potensi atau kompetensi yang
15
dimiliki dan senang memamerkan apa yang dimiliki termasuk gelar
(prestasi) dan harta benda, dipengaruhi dengan fantasi tentang
kesuksesan, kekuasaan, kepintaran, kecantikan atau cinta sejati, memiliki
kebutuhan untuk dikagumi, merasa layak untuk diperlakukan secara
istimewa, kurang empati, mengeksploitasi hubungan interpersonal,
sering memiliki rasa iri terhadap orang lain atauu merasa orang lain iri
terhadap dirinya, angkuh, memandang rendah orang lain, percaya bahwa
dirinya unik dan spesial.Emmons (dalam Apsari, 2012) memberikan 4 karakteristik yang
khas pada kecenderungan narsistik yaitu:a. Leadership (autory)
Yaitu anggapan sebagai pemimpin atau orang yang berkuasa.b. Superiority (arrogance)
Yaitu rasa superior atau keangkuhan. Suatu rasa yang besar diri,
penting dan khusus. Individu yang narsistik mempunyai
kecenderungan untuk menunjukkan sikap yang sangat baik pada
penampilannya.c. Self absorpstion
Yaitu penyerahan diri atau kekaguman pada diri sendiri.d. Exploitiveness
Yaitu memanfaatkan orang lain untuk menunjukkan diri dengan
mengeksploitasi orang lain.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri narsistik yaitu
merasa diri paling hebat, dipengaruhi dengan fantasi tentang kekuasaan,
memiliki kebutuhan untuk dikagumi, merasa layak untuk diperlakukan
secara istimewa, kurang empati, mengeksploitasi hubungan interpersonal,
merasa iri dan merasa dirinya unik dan spesial.
3. Kecenderungan Narsistik pada Remaja Pengguna Jejaring Sosial
16
Menurut Hurlock (2003) istilah remaja atau adolescence berasal
dari kata Latin yaitu adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Adolescence memiliki arti yang lebih luas mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja dibagi menjadi dua
bagian yaitu remaja awal kira-kira dari usia 13tahun sampai 16 tahun atau
17 tahun dan remaja akhir yaitu usia 16tahun sampai usia 18tahun.
Sementara Santrock (2003) memaparkan bahwa masa remaja diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Secara
keseluruhan rentang usia remaja berlangsung antara usia 12-21 tahun.
Secara lebih spesifik masa remaja dibagi menjadi 3 tahapan yaitu: remaja
awal (12-15tahun), remaja tengah (usia 15-18 tahun) dan remaja akhir
(usia 18-21 tahun).Sementara Agustiani (2006) membagi masa remaja dalam tiga
tingkatan yaitu remaja awal, remaja tengah dan remaja akhir.a. Remaja awal (usia 12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai untuk meninggalkan peran sebagai
anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang
unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus penerimaan dalam
bentuk fisik serta adanya konformitas terhadap teman sebaya.b. Remaja pertengahan (usia15-18 tahun)
Ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru.
Teman sebaya masih memiliki peran penting namun individu sudah
lebih mengarahkan diri sendiri (self directed). Dalam masa ini,
remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar
mengendalikan impulsivitas dan membuat keputusan-keputusan awal
17
yang berkaitan tujuan vokasional yang ingin dicapai, selain itu
penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.c. Remaja akhir (usia 19-22tahun)
Ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki pera-peran orang
dewasa. Selama periode ini, remaja berusaha memantapkan tujuan
vokasionalnya dan mengembangkan sense of personal identity.
Keinginan yang kuat untuk matang dan diterima dalam kelompok
teman sebaya dan orang dewasa juga menjadi ciri ditahap ini.Penggunaan jejaring sosial di kalangan remaja pada saat ini
merupakan suatu yang tidak dapat dihindari lagi. Hampir setiap hari
remaja mengakses jejaring sosialnya hanya untuk sekedar mencari
informasi atau menyampaikan kegiatan mereka yang mereka lakukan pada
saat itu Perdana (2015). Hal ini sesuai dengan karakteristik remaja
menurut Hurlock (2003) masa remaja sebagai masa pencarian identitas,
salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu
adalah dengan menggunakan simbol status dalam bentuk pakaian,
perhiasan, gadget dan kepemilikan barang-barang yang mudah terlihat
lainnya. Fungsi simbol status bagi para remaja adalah untuk menunjukkan
pada orang lain bahwa mempunyai status ekonomi yang lebih tinggi dan
remaja merupakan anggota yang diterima dalam suatu kelompok karena
penampilan yang sama atau perbuatan yang sama dengan anggota
kelompok tersebut.Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar
konsep mereka mengenai kepribadian “ideal” untuk menilai kepribadian
mereka sendiri. Sarwono (2013) mengemukakakn bahwa remaja memiliki
18
kecenderungan untuk mencintai dirinya sendiri atau bisa disebut dengan
“narsistik”. Kepemilikan akun di jejaring sosial juga berpengaruh dengan
kecenderungan narsistik. Hal ini dijelaskan bahwa terdapat beberapa ciri-
ciri kenenderungan narsistik yaitu ingin menunjukkan bahwa dirinya
spesial dan unik serta memiliki kebutuhan untuk dikagumi. Dari ciri-ciri
kecenderungan narsistik tersebut seseorang dapat menunjukkan dirinya
melalui akun jejaring sosial yang dimiliki, serta ingin selalu tampil
menonjol diantara teman-temannya.Penelitian yang dilakukan oleh Campbell (dalam Rahmanita,
2014) menunjukkan bahwa kecenderungan narsistik berhubungan dengan
jumlah aktivitas yang di web site yang dilihat dari jumlah teman dan
jumlah wallpost atau pesan dinding yang mereka miliki. Pada penelitian
ini ditemukan bahwa kecenderungan narsistik secara positif berhubungan
dengan unsur kecantikan fotografi. Pemilik akun tersebut juga cenderung
mempromosikan diri dan kecantikan mereka melalui foto profil.Esa (2018) menjelaskan bahwa remaja yang memunggah foto atau
memperbarui status di jejaring sosial ingin mendapatkan pengakuan dari
orang lain, mereka ingin menjelaskan tentang dirinya dan membentuk citra
diri yang ditampilkan melalui foto atau tulisan. Hal ini dirasa wajar
mengingat masa remaja berada pada tahap pencarian identitas diri di mana
remaja berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam
masyarakat. Akan tetapi, jika aktivitas di jejaring sosial ini dilakukan
secara berlebihan atau melewati batas wajar dapat menimbulkan dampak
negatif, mereka akan cenderung fokus pada pembentukan citra diri melalui
19
dunia maya dibanding dunia nyata. Akibatnya mereka kurang
mengembangkan ketrampilan diri melalui aktivitas-aktivitas yang
seharusnya dijalani dikehidupan sehari-hari.Salah satu hal yang diharapkan remaja ketika mengunggah foto
atau memperbarui status adalah mendapat perhatian dari orang yang
melihatnya yaitu berupa tanda like atau komentar. Saat mereka mendapat
like atau komentar mereka merasa diperhatikan oleh orang lain sehingga
menimbulkan kekaguman pada diri sendiri. Selain kecederungan
menampilkan kekaguman, terdapat juga keinginan untuk menampilkan
kecantikan atau kegantengan. Hal ini juga termasuk ciri-ciri
kecenderungan narsistik, dimana remaja ingin memperlihatkan
kelebihannya di jejaring sosial melalui foto yang diunggah. Hal ini
membuat seseorang melakukan berbagai usaha agar terlihat sempurna agar
mendapat pujian dari orang lain (Esa, 2017).Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja
merupakan masa pencarian identitas dimana remaja ingin menujukkan
siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat. Hal tersebut mereka
lakukan dengan menggunakan simbol status contohnya smartphone,
dengan menggunakan smartphone yang mereka miliki mereka dapat
mengakses jejaring sosial yang merupakan media untuk komunikasi
maupun media untuk eksistensi diri. Jejaring sosial dapat menjadi salah
satu hal yang dapat mempengaruhi remaja untuk mencintai dirinya sendiri
yang disebut juga dengan kecenderungan narsistik salah satunya dengan
20
cara mengunggah foto maupun memperbarui status untuk mendapat
perhatian dan pengaguman dari orang lain.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan narsistikAdi (2009) memaparkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
narsistik antara lain harga diri, konsep diri, kesepian dan kecemburuan
atau iri hati.a. Harga diri, merupakan gambaran sejauh mana individu tersebut
menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kekuatan untuk
mengontrol perilakunya, keberartian dan memiliki kompetensi untk
mencapai cita-cita yang diharapkan.b. Konsep diri, merupakan gambaran mental diri sendiri yang terdiri dari
pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapandan penilaian terhadap
diri sendiri.c. Kesepian, sebuah kondisi perasaan sepia tau sendiri, dimana individu
menemui indvidu lain tidak sebagai dirinya melainkan sebagai
bentukan dari tugas-tugas atau keajiban dalam masyarakat saja. Baron
& Byrne (2005) menyatakan bahwa kesepian muncul ketika terjadi
kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan dalam
kehidupan interpersonal individu.d. Cemburu atau iri hati, merupakan suatu keadaan ketakutan yang
diliputi kemarahan. Perasaan ini muncul didasarkan perasaan tidak
aman dan takut status posisi yang berarti akan digantikan oleh orang
lain.Lubis (dalam Apsari, 2002) penyebab narsistik yaitu faktor
biologis, psikologis dan sosiologis.a. Faktor biologis
21
Secara biologi gangguan narsistik lebih banyak dialami oleh individu
yang orang tuanya penderita neurotik. Selain itu jenis kelamin, usia,
fungsi hormonal dan struktur-struktur fisik lainnya ternyata
berhubungan dengan narsistik.b. Faktor psikologis
Narsistik terjadi karena tingkat aspirasi yang tidak realistis atau
berkurangnya penerimaan terhadap diri sendiri.c. Faktor sosiologis
Narsistik dialami oleh semua orang dengan berbagai lapisan golongan
terhadap perbedaan yang nyata antara kelompok budaya tertentu dan
reaksi narsisik yang dialaminya.Sedikides (dalam Jazilah, 2017) memberikan hasil risetnya
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan narsistik
yaitu:a. Self-esteem (harga diri): bahwa harga dirinya tidak stabil dan terlalu
tergantung pada interaksi sosialnya memiliki harga diri yang rapuh,
sehingga sangat rentan terhadap kritik. Seseorang yang memiliki self-
esteem rendah cenderung lebih aktif di jejaring sosial.b. Depression (depresi): merupakan perasaan negatif tentang dirinya,
dunia, dan masa depan, adanya rasa bersalah dan kurang percaya
dalam menjalani hidup. Seseorang yang mengalami depresi karena
adanya adanya anggapan baha dirinya orang penting dan terokupasi
dengan keinginan mendapatkan perhatian, jika tidak mampu
meujudkan harapan-harapannya sendiri maka indvidu akan menjadi
putus asa dan cenderung menyalahkan orang lain.c. Loneliness (kesepian): yaitu perasaan yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan ketidaksesuaian anatara kebutuhan untuk akrab
22
dengan orang lain atau keakraban personal. Hubungan
interpersonalnya terhambat karena tidak mampu menjalin suatu
hubungan yang akrab dengan orang lain sehingga hubungan pribadi
mereka sedikit dan dangkal. Bila orang lain kurang memenuhi
harapannya yang tidak realistis, maka mereka akan marah dan
menyingkirkan orang tersebut. Hal ini membuat mereka tidak mampu
untuk memahami orang lain dan memiliki sedikit empati karena
perasaan iri membuat tuntutan yang tidak realistis bagi orang lain.d. Subjektif well-being (perasaan subjektif): yaitu individu merasa bahwa
dirinya seakan-akan menjadi oribadi yang sempurna sehingga hal ini
membuatnya hidup dalam fantasi keasyikan dengan khayalan akan
keberhasilan, kekuatan, kecermelangan atau kecantikan yang tidak
terbatas.Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi kecenderungan narsistik yaitu harga diri, konsep diri,
kesepian dan cemburu atau iri hati. Dalam penelitian ini peneliti memilih
harga diri sebagai faktor yang mempengaruhi narsistik karena harga diri
merupakan kebutuhan dasar manusia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Maslow (dalam Boeree, 2004) yang menyatakan bahwa kebutuhan harga
diri yang tidak terpenuhi merupakan suatu masalah yang menjadi dasar-
dasar masalah psikologis.
B. Harga Diri1. Pengertian
Harga diri merupakan penghargaan seseorang terhadap dirinya
sendiri dan kualitas tinggi-rendahnya harga diri seseorang dipengaruhi
23
oleh interaksinya dengan lingkungan. Menurut Coopersmith (1967)
harga diri merupakan suatu bentuk evaluasi diri di mana individu dapat
menghargai dirinya sendiri. Hal ini berarti bahwa bagaimana individu
dapat menerima ataupun menolak suatu kondisi yang dialami. Istilah
self-esteem atau harga diri diartikan sebagai bentuk penilaian diri sendiri
yang ditunjukkan dalam perilaku individu.Menurut Santrock (2003) harga diri merupakan dimensi evaluasi
yang menyeluruh dari diri. Evaluasi ini memperlihatkan bagaimana
individu menilai dirinya sendiri dan diakui atau tidaknya kemampuan
dan keberhasilan yang diperoleh. Penilaian tersebut terlihat dari
penghargaan mereka terhadap keberadaan dan keberartian dirinya.
Individu yang memiliki harga diri tinggi akan menerima dan menghargai
dirinya sediri apa adanya. Menurut Baron & Byrne (2004) harga diri
adalah sikap individu terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi
positif hingga negatif atau tinggi hingga rendah. Johnson dan Swidley
(1999) mengemukakan bahwa harga diri yang tinggi merupakan
perasaan dan pandangan positif terhadap semua hal baik yang terjadi
dalam kehidupan seseorang seperti kebahagiaan, kesehatan,
kesejahteraan, dan hubungan baik yang terpenuhi. Sebaliknya, harga diri
yang rendah merupakan rasa tidak cukup terhadap diri dan percaya
bahwa dirinya tidak cukup baik atau sejahtera dalam memperoleh
sesuatu.Sementara menurut Gufron & Risnawita (2010), harga diri
adalah penilaian diri yang dilakukan oleh orang lain dan perlakuan orang
24
lain terhadap dirinya yang menunjukkan sejauh mana individu memiliki
rasa percaya diri serta berhasil dan berguna. Maslow (dalam Dewi, 2009)
menyatakan bahwa harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan
seseorang terhadap dirinya sendiri maupun penghargaan seseorang
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Penghargaan diri sendiri
meliputi: kebutuhan prestasi, keunggulan dan kompetisi, kepercayaan
diri, kemandirian dan kebebasan. Sedangkan dari orang lain meliputi:
prestis, kedudukan, kemasyuran dan nama baik, martabat dan
penghargaan.Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri
merupakan suatu hasil penilaian atau penghargaan seseorang terhadap
dirinya yang dipertahankan oleh individu terhadap dirinya sendiri yang
diperoleh dari interaksi lingkungan.
2. Aspek-aspek Harga DiriCoopersmith (1967) menyebutkan terdapat empat aspek dalam
harga diri individu. Aspek-aspek tersebut yaitu kekuatan, keberartian,
kebijakan dan kemampuan.a. Kekuatan
Kekuatan menunjukkan adanya kemampuan seseorang untuk dapat
mengatur atau mengontrol tingkah laku dan mendapat pengakuan
atas tingkah laku tersebut. Kekuatan dinyatakan dengan pengakuan
dan penghormatan yang diterima individu dari orang lain dan adanya
kualitas atas pendapat yang diutarakan oleh individu yang nantinya
diakui oleh orang lain.b. Keberartian
25
Keberartian menunjukkan pada kepedulian, perhatian, kasih sayang
dan penghargaan dari orang-orang terdekat seperti keluarga, sahabat
serta masyarakat. Penerimaan dari lingkungan ditandai dengan
adanya kehangatan, penerimaan dan menghargai akan membuat
individu semakin berarti yang akhirnya akan membentuk harga diri
yang positif. Sebaliknya, juka lingkungan tidak memberikan respon
positif pada seorang individu, maka individu tersebut merasa ditolak
dan kemudian akan mengucilkan diri.c. Kebijakan
Kebijakan merupakan suatu ketaatan untuk mengikiuti aturan-aturan
yang ada dalam masyarakat. Individu yang taat pada aturan dan
ketentuan yang ada dalam msayarakat akan memiliki perasaan
berharga dan bangga pada diri sendiri. Hal ini dikarenakan bahwa
dengan menunjukkan perilaku yang diharapkan dan diinginkan oleh
masyarakat, maka orang lain akan menghargai dan menghormati
individu tersebut sebagai orang yang berkelakuan baik. Hal ini akan
mendorong terbentuknya harga diri yang positif.d. Kompeten
Kemampuan untuk mencapai apa yang dicita-citakan atau diarapkan.
Hal ini berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki individu,
dengan adanya kemampuan yang cukup individu erasa yakin untuk
mencapai apa yang dicita-citakan dan mampu mengatasi setiap
masalah yang dihadapinya. Branden (dalam Gufron & Risnawita, 2010) mengemukakan
aspek-aspek orang yang memiliki harga diri tinggi yaitu:
26
a. Mampu menanggulangi kesengsaraan dan kemalamngan hidup, lebih
tabah dan ulet, lebih mampu melawan suatu kekalahan, kegagalan, dan
keputusasaan.b. Cenderung berambisic. Memiliki kemungkinan untuk lebih kreatif dalam pekerjaan dan
sebagai sarana untuk menjadi lebih berhasil.d. Memiliki kemungkinan lebih besar dalam membina hubungan
interpersonal dan tampak lebih gembira dalam menghadapi masalah
yang dihadapinya. Koentjoro (dalam Gufron & Risnawita, 2010) mengemukakan
bahwa individu dengan harga diri yang tinggi mempunyai ciri-ciri
diantaranya mampu menghargai dan meghormati dirinya sendiri,
mengenali keterbatasannya, dan berharap untuk tumbuh. Sebaliknya jika
individu yang memiliki harga diri rendah cenderung menolak dirinya dan
cenderung tidak puas.Dari beberapa aspek yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan
bahwa aspek-aspek harga diri meliputi kekuatan, keberartian, kebijakan,
dan kompeten. Peneliti memilih aspek harga diri menurut pendapat
Coopersmith (1967) dikarenakan lebih lengkap dan menggambarkan diri
seseorang.
C. Hubungan Harga Diri dengan Kecenderungan Narsistik Pada
Remaja Pengguna Jejaring SosialInternet memberikan kemudahan dalam berkomunikasi
maupun mencari informasi. Dengan adanya internet maka
bermunculan jejaring sosial seperti facebook, twitter, youtube,
whatsapp, instagram dan jejaring sosial lainnya yang merupakan alat
27
penghubung yang digemari oleh masyarakat saat ini baik dari anak-
anak atau remaja hingga dewasa. Para pengguna jejaring sosial sering
memposting foto-foto pribadinya dan mengupdate status untuk
ditunjukkan atau dipamerkan kepada teman-teman sesama pengguna
jejaring sosial untuk mendapatkan perhatian. Semakin banyak yang
memberi komentar atau like individu tersebut beranggapan bahwa
dirinya popular.Kepemilikan akun di jejaring sosial juga berpengaruh dengan
kecenderungan narsistik. Hal ini dijelaskan bahwa terdapat beberapa
ciri-ciri kecenderungan narsistik yaitu ingin menunjukkan bahwa
dirinya spesial dan unik serta memiliki kebutuhan untuk dikagumi.
Dari ciri-ciri kecenderungan narsistik tersebut seseorang dapat
menunjukkan dirinya melalui akun media sosial yang dimiliki, serta
ingin selalu tampil menonjol diantara teman-temannya. Seseorang
yang menggunakan jejaring sosial cenderung sering untuk
memperlihatkan versi ideal dari diri atau kehidupan mereka, lebih
menekankan pada hal-hal positif dan meminimalisir yang negatif. Hal
ini mereka bukan hanya menipu orang lain melainkan menipu diri
mereka sendiri Austin (dalam Rahmanita, 2014).Penelitian tentang kecenderungan narsistik sebelumnya pernah
diteliti oleh Kristanto (2012), dimana hasil penelitiannya menyatakan
bahwa tingkat kecenderungan narsistik pengguna facebook
mahasiswa psikologi Fakultas llmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang termasuk kategori sedang. Penelitian yang dilakukan oleh
28
Campbell (dalam Rahmanita, 2014) menunjukkan bahwa
kecenderungan narsistik berhubungan dengan jumlah aktivitas yang di
web site yang dilihat dari jumlah teman dan jumlah wallpost atau
pesan dinding yang mereka miliki. Pada penelitian ini ditemukan
bahwa narsistik secara positif berhubungan dengan unsur kecantikan
fotografi. Self-promotion dan sexiness. Pemilik akun tersebut juga
cenderung mempromosikan diri dan kecantikan mereka melalui foto
profil.Coopersmith (1967) mengungkapkan bahwa harga diri
merupakan suatu bentuk evaluasi diri di mana individu dapat
menghargai dirinya sendiri. Hal ini berarti bahwa bagaimana individu
dapat menerima ataupun menolak suatu kondisi yang dialami. Harga
diri yang tinggi merupakan perasaan dan pandangan yang positif
terhadap semua hal baik yang terjadi dalam kehidupan seseorang.
Sebaliknya, harga diri yang rendah merupakan rasa tidak cukup
terhadap diri dan percaya bahwa dirinya tidak cukup baik atau
sejahtera dalam memperoleh sesuatu. Individu yang memiliki harga
diri rendah cenderung ingin mendapat pengakuan diri dari orang lain.Menyambung hal tersebut Sarwono (2013) mengemukakan
bahwa remaja memiliki kecenderungan untuk mencintai dirinya
sendiri atau narsis. Remaja yang narsis cenderung menghabiskan
waktunya untuk mengakses jejaring sosial, mereka berupaya
menjelaskan siapa dirinya, ketertarikannya terhadap hal-hal tertentu
serta menjelaskan kegiatan kesehariannya, namun sangat marah
29
apabila mendapat kritikan dari orang lain. Hal tersebut berkaitan
dengan harga diri, seseorang yang memiliki harga diri normal
tercermin dari keterbukaannya terhadap kritik dan hanya mengalami
kekecewaan yang sebentar kalau mendapat kritikan dari orang lain.
Sebaliknya, seseorang yang memiliki harga diri rendah tidak bisa
menerima dirinya apa adanya dan ingin memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang ada pada dirinya, sehingga ingin tampak lebih baik
lagi dengan cara sering meminta pujian, perhatian atau komentar dari
orang lain yang terkait penampilannya dan perbuatan-perbuatan yang
telah dilakukannya.Pada aspek kekuatan (Coopersmith, 1967) berkaitan dengan
kekuatan individu untuk mengontrol atau mengendalikan orang lain
dan dirinya sendiri. Individu dengan kekuatan besar mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan perilakunya. Sebaliknya, individu
dengan kekuatan kecil atau lemah akan mengalami kesulitan dalam
mengendalikan perilakunya. Berne dan Savary (dalam Gufron &
Risnawita, 2010) seseorang yang merasa harga dirinya rendah
memiliki gambaran negatif pada diri sendiri, sedikit mengenal dirinya
sehingga menghalangi kemampuan untuk menjalin hubungan, merasa
tidak terancam dan berhasil.Pada aspek kebijakan berkaitan dengan ketaatan untuk
mengikuti aturan-aturan yang ada dalam masyarakat (Coopersmith,
1967). Individu yang taat pada peraturan dan ketentuan yang akan
memiliki rasa bangga dan berharga, hal ini dikarenakan bahwa dengan
30
menunjukkan perilaku yang diharapkan dan diinginkan oleh
masyarakat maka orang lain akan menghargai individu tersebut
sebagai individu yang berkelakuan baik. Contoh kasus yang terjadi
pada 2 wisatawan remaja melakukan foto dengan tengkorak di makam
Toraja di mana makam tersebut merupakan kawasan cagar budaya
dan pusat berbagai upacara adat Toraja. Hal tersebut menjelaskan
baha rendahnya harga diri seseorang dapat menyebabkan individu
meminta perhatian pengaguman atas perbuatan-perbuatan yang
mereka lakukan dengan kata lain individu tersebut memiliki
kecenderungan narsistik.Penelitian yang dilakukan oleh Zogby pada tahun 2010 (dalam
Fahmi, 2011) menyebutkan bahwa remaja terkadang menampilkan
perilaku yang terkadang menyimpang dari norma dan nilai yang
berlaku saat menggunakan jejaring sosial. Hal ini menimbulkan
kecemasan tersendiri bagi orang tua khususnya yang memiliki anak
remaja. Kecemasan tersebut beralasan mengingat pada masa remaja
individu mengalami bebagai perubahan yang mempengaruhi perilaku
remaja dan mengakibatkan terjadinya penyesuaian kembali terhadap
nilai-nilaiyang telah dimiliki sebelumnya.Pada aspek kompetensi (Coopersmith, 1967) berkaitan dengan
sejauh mana individu mempersiapkan diri dalam menghadapi segala
masalah dan membuat rencana untuk masa depan sebagai bekal
hidup. Remaja yang memiliki harga diri rendah akan lebih fokus pada
aktivitas di jejaring sosialnya, membentuk kesan positif di jejaring
31
sosial yang dapat mengarahkan pada kecenderungan narsistik (Esa,
2018) menambahkan bahwa seseorang dihargai oleh orang lain maka
individu tersebut merasa merasa bahwa berharga dan berguna. Ketika
individu tersebut merasa berharga maka dapat berkarya lebih baik dan
bersemangat menjalani hidup (Adi, 2009).Penelitian yang dilakukan Adi (2009) menunjukkan bahwa
pengaruh harga diri terhadap pengguna friendster tidak terlalu besar,
dimana 88% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain seperti konsep diri,
kesepian dan cemburu atau iri hati. Sementara hasil penelitian
Mehdizadeh (2010) menunjukkan bahwa orang yang narsis memiliki
harga diri yang rendah, mereka rentan mengunggah foto-foto yang
mempromosikan diri dan pamer melalui pembaruan status melalui
jejaring sosial.Individu yang memiliki harga diri normal berarti individu
masih memiliki kesadaran untuk menerima dirinya sebagaimana
adanya dan memahami dirinya seperti apa adanya. Sedangkan
individu yang memiliki harga diri yang rendah, maka tidak bisa
menerima dirinya apa adanya sehingga ingin memperbaiki kekuragan-
kekurangan yang ada pada dirinya, sehingga ingin tampak lebih baik
lagi dengan cara sering meminta pujian, perhatian atau komentar dari
orang lain yang terkait atas penampilannya, prestasinya dan
perbuatan-perbuatan yang telah dilakukannya. Hal tersebut
menjelaskan bahwa rendahnya harga diri seseorang dapat
menyebabkan individu cenderung meminta pengaguman dan
32
pemujaan diri dari orang lain atas penampilan dan kelebihan yang
dimilikinya, dengan kata lain individu tersebut memiliki
kecenderungan narsistik (Adi, 2009).Adi (2009) menambahkan bahwa kadar harga diri juga masih
sehat ketika individu masih bisa mengerti dan berempati pada
perasaan orang lain. Salah satu cara terbaik untuk mencegah agar
harga diri tidak berkembang menjadi kecenderungan narsistik adalah
dengan mau mendengarkan kritik dari orang lain dan meminta umpan
balik dari orang lain sebagai evaluasi diri. Selalu mengeksplorasi
kelebihan dan kekurangan pada diri juga merupakan salah satu cara
agar harga diri tidak berubah menjadi kecenderungan narsistik.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri
merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatan kecenderungan
narsistik pada remaja pengguna jejaring sosial. Kemampuan,
keberartian, kebijakan dan kompetensi yang dimiliki individu akan
membentuk tinggi rendahnya harga diri individu.
D. HipotesisHipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan negatif antara
harga diri dengan kecenderungan narsistik pada remaja pengguna jejaring
sosial. Semakin tinggi harga diri maka semakin rendah kecenderungan
narsisitik pada remaja pengguna sosial media. Sebaliknya, semakin rendah
harga diri maka semakin tinggi kecenderungan narsistik pada remaja
pengguna jejaring sosial.