bab ii tinjauan pustaka - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/bab...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola Asuh
1. Pengertian Pola Asuh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Desywidowati, 2013)
pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Kata pola berarti corak,
model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata
asuh dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil,
membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin
(mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga
(Desywidowati, 2013). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola asuh
adalah suatu cara yang digunakan oleh orang tua untuk memberikan
bimbingan atau pendidikan kepada anak.
Baumrind (Rozali, 2015) mengungkapkan bahwa pola asuh adalah
cara orang tua membesarkan anak dengan memenuhi kebutuhan anak,
memberi perlindungan, mendidik anak serta mempengaruhi tingkah laku
anak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Santrock (2002)
mengungkapkan bahwa pola asuh adalah orang tua menghukum atau
mengucilkan anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus
mengembangkan aturan-aturan bagi anak-anak dan mencurahkan kasih
sayang kepada anak. Djamarah (Lestari, 2015) juga mengungkapkan
bahwa pola asuh orang tua adalah gambaran tentang sikap dan perilaku
10
orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi, selama
mengadakan kegiatan pengasuhan.
Berdasarkan beberapa definisi pola asuh yang telah disampaikan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu cara
atau interaksi yang digunakan oleh orang tua untuk membimbing,
mendidik, melindungi, dan memenuhi semua kebutuhan anak sesuai
dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat, dan hal tersebut
memberikan pengaruh terhadap tingkah laku anak dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Jenis-jenis Pola Asuh
Baumrind (Papalia, Olds dan Feldman, 2009) menyebutkan bahwa
terdapat empat macam pola asuh orang tua, yaitu pola asuh otoritarian
(Authoritarian), pola asuh permisif (permissive), pola asuh otoritatif
(Authoritative), dan pola asuh yang terakhir adalah pola asuh pengabaian:
a. Pola Asuh Otoritarian (Authoritarian)
Menurut Baumrind (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009) pola
asuh otoritarian adalah orang tua yang menghargai kontrol dan
kepatuhan tanpa banyak tanya. Orang tua berusaha membuat anak
mematuhi set standar perilaku dan menghukum anak secara tegas
jika melanggarnya. Orang tua lebih mengambil jarak dan kurang
hangat dibandingkan orang tua yang lain, anak cenderung menjadi
lebih tidak puas, menarik diri, dan tidak percaya terhadap orang lain.
11
b. Pola Asuh Permisif (Permissive)
Baumrind (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009) menyatakan
bahwa pola asuh permisif adalah orang tua yang menghargai ekspresi
diri dan pengaturan diri. Orang tua hanya membuat sedikit
permintaan dan membiarkan anak memonitor aktivitas anak sendiri
sedapat mungkin. Ketika membuat aturan, orang tua menjelaskan
alasannya kepada anak. orang tua yang berkonsultasi dengan anak
mengenai keputusan kebijakan dan jarang menghukum, orang tua
yang permisif cenderung hangat, tidak mengontrol, dan tidak
menuntut.
c. Pola Asuh Otoritatif (Authoritative)
Baumrind (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009) menyatakan
bahwa pola asuh otoritatif adalah orang tua yang menghargai
individudalitas anak tetapi juga menekankan batasan-batasan sosial.
Orang tua percaya akan kemampuan orang tua dalam memandu
anak, tetapi juga menghargai keputusan mandiri, minat, pendapat,
dan kepribadian anak. orang tua menyayangi dan menerima, tetapi
meminta perilaku yang baik, tegas dalam menetapkan standar, dan
berkenan untuk menerapkan hukuman yang terbatas dan adil. Orang
tua menjelaskan alasan di balik pendapat anak dan mendorong
komunikasi timbal balik. Anak merasa aman karena mengetahui
dirinya dicintai, tapi juga diarahkan dengan tegas. Anak prasekolah
12
dengan orang tua otoritatif cenderung paling mengandalkan diri,
mengontrol diri dan lebih asertif, mengeksplorasi, dan merasa pas.
d. Pola Asuh Pengabaian
Baumrind (Papalia, Olds, dan Feldman) menambahkan pola
asuh ke empat yaitu mengabaikan, atau tidak terlibat, yaitu
menggambarkan orang tua yang kadang hanya fokus pada
kebutuhannya sendiri dan mengabaikan kebutuhan anak karena stres
atau depresi. Pola asuh ini sudah dikaitkan dengan berbagai
gangguan perilaku pada masa kanak-kanak dan remaja.
Selain Baumrind, Santrock (2002) juga membagi pola asuh
menjadi tiga bentuk pola asuh, yaitu pola pengasuhan otoritarian
(Authoritarian), pola pengasuhan otoritatif (Authoritatve), dan pola
pengasuhan permisif (Permissive):
a. Pola Pengasuhan Otoriter (Authoritarian parenting)
Santrock (2002) menyebutkan bahwa pengasuhan yang
otoriter (authoritarian parenting) ialah suatu gaya membatasi dan
menghukum yang menuntu anak untuk mengikuti perintah-perintah
orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua otoriter
menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang
besar kepada anak-anak untuk berbicara (bermusyawarah).
Pengasuhan yang otoriter diasosiasikan dengan inkompetensi sosial
anak-anak. Anak-anak yang orang tuanya otoriter seringkali cemas
13
akan perbandingan sosial, gagal memprakarsai kegiatan, dan
memiliki keterampilan komunikasi yang rendah.
b. Pola Pengasuhan Oritatif (Authoritative parenting)
Santrock (2002) mengungkapkan bahwa pola pengasuhan
otoritatif adalah orang tua yang mendorong anak-anak agar mandiri
tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-
tindakan anak. musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan,
dan orang tua memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada
anak. pengasuhan yang otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi
sosial anak-anak. Anak-anak yang mempunyai orang tua yang
otoritatif berkompenten secara sosial, percaya diri, dan bertanggung
jawab secara sosial.
c. Pola Pengasuhan Permisif (Permissive parenting)
Santrock (2002) membagi pola pengasuhan permisif menjadi
dua bentuk, yaitu pola pengasuhan permissive-indifferent dan pola
pengasuha permissive-indulgent:
Santrock (2002) mengungkapkan pola pengasuhan
permissive-indifferent adalah suatu gaya di mana orang tua tidak
terlibat dalam kehidupan anak; tipe pengasuhan ini diasosiasikan
dengan inkompetensi sosial anak, khususnya kurangnya kendali diri.
Anak-anak memiliki keinginan yang kuat agar orang tua perduli;
anak-anak yang orang tuanya bergaya permissive-indifferent
mengembangkan suatu perasaan bahwa aspek-aspek lain kehiduoan
14
orang tua lebih penting daripada anak. Anak-anak yang orang tuanya
bergaya permissive-indifferent inkompeten secara sosial, anak
memperlihatkan kendali diri yang buruk dan tidak membangun
kemandirian yang baik.
Santrock (2002) mengungkapkan bahwa pengasuhan yang
permissive-indulgent ialah suatu gaya pengasuhan di mana orang tua
sangat terlibat dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit
batas atau kendali terhadap anak. pengasuhan yang permissive-
indulgent diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak, khususnya
kurangnya kendali diri. Orang tua seperti itu membiarkan anak
melakukan apa saja yang diinginkan, dan akibatnya ialah anak tidak
pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan
kemauan anak dituruti. Anak-anak yang orang tuanya menggunakan
pola asuh permissive-indulgent jarang belajar menaruh hormat pada
orang lain dan mengalami kesulitan mengendalikan perilaku agresif
anak.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Baumrind dan Santrock
di atas menunjukkan bahwa kedua teori tersebut tidak begitu memiliki
banyak perbedaan. Baumrind dan Santrock mengemukakan bahwa pola
asuh otoritarian merupakan pola asuh yang bertumpu kepada orang tua
saja, sehingga anak harus mentaati semua perkataan orang tua, tanpa
diberikan kesempatan untuk mengetahu alasan dari aturan tersebut. Selain
itu, Baumrind dan Santrock mengungkapkan bahwa pola asuh anak
15
otoritatif adalah pola asuh yang bertumpu kepada hubungan yang timbal
balik, sehingga anak juga diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan
orang tua tentang aturan yang ditetapkan oleh orang tua, dan anak
diberikan kesempatan untuk mengetahui alasan dari aturan tersebut. Hanya
saja, terdapat perbedaan dalam teori Baumrind dan Santrock yaitu
Baumrind mengungkapkan bahwa pola asuh pengabaian merupakan
bentuk pola asuh yang terpisah dari bentuk pola asuh yang lain, sedangkan
Santrock mengungkapkan bahwa pola asuh pengabaian merupakan salah
satu bentuk dari pola asuh permisif.
3. Aspek-aspek Pola Asuh
Lestari (2012) mengungkapkan bahwa pola asuh orang tua
memiliki aspek-aspek sebagai berikut:
a. Kontrol dan Pemantauan
Menurut Baldwin (Lestari, 2012) kontrol diartikan sebagai
penekanan terhadap adanya batasan-batasan terhadap perilaku yang
disampaikan secara jelas kepada anak. Sedangkan bagi Baumrind
(Lestari, 2012) kontrol yang tegas adalah ketika orang tua membuat
tuntutan-tuntutan yang sesuai dengan usia anak, misalnya membantu
pekerjaan rumah, sarapan pagi, yang harus dituruti anak
sebagaimana diminta oleh orang tua.
Secara lebih spesifik, Barber (Lestari, 2012) membedakan
antara kontrol ;psikologis dan kontrol perilaku. Kontrol psikologis
16
adalah upaya-upaya pengendalian yang bersifat memaksa terhadap
perkembangan psikologi dan emosi anak, misalnya proses berpikir,
pengungkapan diri, ekspresi emosi, dan kelekatan pada orang tua.
Kontrol perilaku adalah upaya orang tua untuk mengatur dan
mengelola perilaku anak.
Menurut Grolnick (Lestari, 2012), pada dasarnya cara
melakukan kontrol dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kontrol yang
jelas (overt) dan kontrol tersamar (covert). Kontrol yang jelas dapat
dilakukan melalui pemberian hukuman, sedangkan kontrol tersamar
dapat dilakukan melalui pemberian pujian dan hadiah. Lebih lanjut
Grolnick (Lestari, 2012) menguraikan hasil dari kontrol juga dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu kepatuhan dan internalisasi. Tentu saja
internalisasi merupakan hasil yang lebih baik, karena anak akan
mampu menerapkan kontrol dan regulasi diri tanpa harus selalu di
bawah pengawasan orang lain.
Montemayor (Lestari, 2012) mendefinisikan pemantauan
sebagai hasil aktivitas yang memungkinkan orang tua mengetahui
keberadaan anak, aktivitas yang dilakukan, dan teman-temannya.
Waizebhofer dkk. (Lestari, 2012) membedakan pemantauan terhadap
aktivitas yang dilakukan oleh anak menjadi dua, yaitu (1) Metode
aktif, yakni dengan menanyakan langsung kepada anak atau
berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan oleh anak; dan (2)
Metode pasif, yakni dengan mengetahui aktivitas rutin atau
17
mendapatkan informasi dari orang lain yang mengetahui tanpa
menanyakannya pada anak.
b. Dukungan dan Keterlibatan
Ellis, Thomas, dan Rollins (Lestari, 2012) mendifinisikan
dukungan orang tua sebagai interaksi yang dikembangkan oleh orang
tua yang dicirikan oleh perawatan, kehangatan, persetujuan, dan
berbagai perasaan positif orang tua terhadap anak. Dukungan orang
tua membuat anak merasa nyaman terhadap kehadiran orang tua dan
menegaskan dalam benak anak bahwa dirinya diterima dan diakui
sebagai individu. Young dkk. (Lestari, 2012) mengungkapkan
dukungan orang tua kepada anak dapat berupa dukungan emosi dan
dukungan instrumental. Dukungan emosi mengarah kepada aspek
emosi dalam relasi orang tua dan anak, yang mencakup perilaku-
perilaku yang secara fisik atau verbal menunjukkan afeksi atau
dorongan dan komunikasi yang positif/terbuka. Dukungan
instrumental mencakup perilaku-perilaku yang tidak menunjukkan
afeksi secara terbuka, namun masih berkontribusi pada perasaan
diterima dan disetujui yang dirasakan (Lestari, 2012). Bentuk
dukungan instrumental orang tua misalnya penyediaan sarana dan
prasarana bagi pencapaian prestasi atau penguasaan kompetensi
(Lestari, 2012).
Dukungan orang tua terbukti berdampak positif pada harga
diri, penurunan perilaku agresif, kepuasan hidup, dan pencapaian
18
prestasi akademik (Lestari, 2012). Terdapat dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu dukungan orang tua yang baik adalah yang
berupa dukungan otonom (autonomy support) dan bukan dukungan
direktif (directive support). Dukungan otonom orang tua bertindak
sebagai fasilitator bagi anak untuk menyelesaikan masalah, membuat
pilihan dan menentukan nasib sendiri. Dukungan direktif adalah
orang tua banyak memberikan instruksi, mengendalikan, dan
cenderung mengambil alih.
Wong (Lestari, 2012) mengungkapkan bahwa keterlibatan
orang tua adalah derajat yang ditunjukkan orang tua dalam hal
ketertarikan, berpengetahuan dan kesediaan untuk berperan aktif
dalam aktivitas anak sehari-hari. Keterlibatan orang tua juga dapat
diartikan sebagai persepsi orang tua terhadap keterlibatannya dalam
pengasuhan anak dalam partisipasi aktif ketika bermain dan mengisi
waktu luang maupun kontribusi substantif dalam perawatan dan
supervisi (Lestari, 2012). Grolnick dan Slowlaczek (Lestari, 2012)
menggambarkan keterlibatan orang tua dalam empat dimensi, yakni
keterlibatn di sekolah, keterlibatan di rumah, keterlibatan dalam
kehidupan pribadi anak, dan keterlibatan dalam aktivitas kognitif.
Sementara itu Wenk, Hardesty, Morgan, Blair (Lestari, 2012)
membedakan keterlibatan orang tua menjadi dua, yakni keterlibatan
perilaku yang memfokuskan pada waktu yang dihabiskan bersama
19
orang tua dan keterlibatan emosi yang memfokuskan pada perasaan
dekat dengan orang tua.
c. Komunikasi
Clark dan Shileds (Lestari, 2012) menemukan bukti bahwa
komunikasi yang baik antara orang tua dan anak berkorelasi dengan
rendahnya keterlibatan anak dalam perilaku melanggar peraturan.
Orang tua dan anak juga dapat menjadikan komunikasi sebagai
indikator rasa percaya dan kejujuran dengan mencermati nada emosi
yang terjadi dalam interaksi anggota keluarga.
Fitzpatrick dan Badzinski (Lestari, 2012) menyebutkan dua
karakteristik yang menjadi fokus penelitian komunikasi keluarga
dalam relasi orang tua dan anak. Pertama, komunikasi yang
mengontrol yakni tindakan komunikasi yang mempertegas otoritas
orang tua atau egalitarianisme orang tua dan anak. Kedua,
komunikasi yang mendukung yang mencakup persetujuan,
membesarkan hati, ekspresi afeksi, pemberian bantuan, dan kerja
sama.
Lestari (2012) menjelaskan bahwa komunikasi orang tua dan
anak sangat penting bagi orang tua dalam upaya melakukan kontrol,
pemantauan, dan dukungan pada anak. Tindakan orang tua untuk
mengontrol, memantau, dan memberikan dukungan dapat dipersepsi
positif atau negatif oleh anak, diantaranya dipengaruhi oleh cara
orang tua berkomunikasi.
20
d. Kedekatan
Kehangatan (warmth) merupakan salah satu aspek dalam
pengasuhan yang menyumbangkan akibat-akibat positif bagi
perkembangan. Kedekatan merupakan aspek penting dalam
kehangatan yang memprediksi kepuasan pengasuhan dan
pengasuhan dan keterlibatan anak dalam aktivitas keluarga (Lestari,
2012). Jika kehangatan berkenaan dengan perasaan positif secara
umum terhadap keluarga, kedekatan merupakan aspek yang lebih
spesifik yang mencakup keintiman, afeksi positif, dan pengungkapan
diri. Kedekatan mengisyaratkan adanya saling ketergantungan dan
perasaan terhubung (Lestari, 2012).
e. Pendisiplinan
Disiplin adalah metode pembentukan karakter serta
pengajaran kontrol diri dari perilaku yang dianggap pantas (Papalia,
Olds, dan Feldman, 2009). Cara orang tua melakukan pendisiplinan
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu penonjolan kekuasaan (Power
Assertion), Teknik Induktif (Inductive Techniques), dan Penarikan
Kasih Sayang (Withdrawal od Love).
Penonjolan kekuasaan (Power Assertion) ditujukan untuk
menghentikan atau menekan perilaku yang tidak diinginkan melalui
kotrol orang tua yang dilakukan secara verbal atau fisik; dalam hal
ini termasuk meminta, ancaman, penarikan hak-hak, memukul, atau
bentuk hukuman lainnya (Papalia, Olds, dan Feldman).
21
Teknik induktif (Inductive Techniques) dirancang untuk
mendorong perilaku yang diinginkan (atau menekan perilaku yang
tidak diinginkan) melalui argumen dengan anak; dalam hal ini
termasuk penetapan batasan, menunjukkan konsekuensi logis dari
sebuah tindakan, memberikan penjelasan, berdiskusi, dan
memperoleh ide dari anak mengenai hal yang dianggap adil (Papalia,
Olds, dan Feldman, 2009).
Penarikan kasih sayang (Withdrawal of Love) dapat
berbentuk pengabaian, isolasi, atau menunjukkan ketidaksukaan
pada anak . pemilihan dan keefektifan dari strategi disiplin dapat
bergantung pada kepribadian orang tua, kepribadian dan usia anak,
dan kualitas hubungan di antara orang tua dan anak, sesuai
pengharapan dan batasan budaya yang ada (Papalia, Olds, dan
Feldman, 2009).
Aspek-aspek yang dijelaskan di atas memiliki hubungan yang erat
dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua untuk anak, melalui
aspek-aspek di atas maka dapat diketahui jenis pola asuh yang
diterapkan oleh orang tua dan bagaimana cara orang tua memberikan
pengasuhan untuk anak. Berikut ini adalah ciri-ciri pola asuh
berdasarkan aspek yang mempengaruhi pengasuhan, yaitu:
22
Tabel 1
Ciri-ciri Pola Asuh Berdasarkan Aspek
Aspek Otoritarian Permisif Otoritatif Pengabaian
Kontol Anak harus
mematuhi
peraturan-
peraturan orang
tua dan tidak
boleh
membantah
Membiarkan
anak bertindak
sendiri tanpa
memonitor dan
membimbingnya
Memberikan
pengarahan
tentang
perbuatan baik
yang perlu
dipertahankan
dan yang tidak
baik agar
ditinggalkan
Orang tua tidak
menerapkan
aturan-aturan
untuk anak,
bahkan orang
tua memiliki
kesan
mengabaikan
anak
Pemantauan Orang tua
cenderung
memberikan
perintah dan
larangan
kepada anak
Membiarkan saja
apa yang
dilakukan anak
(terlalu
memberikan
kebebasan untuk
mengatur diri
sendiri tanpa ada
peraturan-
peraturan dan
norma-norma
yang digariskan)
Orang tua tegas
dalam
menetapkan
standar, dan
berkenan untuk
menerapkan
hukuman yang
terbatas dan adil
Orang tua tidak
memiliki
kepedulian
terhadap apa
yang dilakukan
oleh anak
Dukungan Orang tua
cenderung
memaksakan
segala sesuatu
untuk anak dan
anak hanya
sebagai
pelaksana
Orang tua hanya
mengutamakan
kebutuhan
material saja
Orang tua
menghargai
keputusan
mandiri, minat,
pendapat, dan
kepribadian
anak
Orang tua
bersikap masa
bodoh terhadap
kebutuhan dan
kesejahteraan
anak
Keterlibatan Jika terdapat
perbedaan
pendapat antara
orang tua dan
anak, maka
anak dianggap
pembangkang
Orang tua sangat
terlibat dengan
dalam kehidupan
anak, tetapi
menetapkan
sedikit batas atau
kendali terhadap
anak
Orang tua
memberikan
bimbingan
dengan penuh
pengertian
Orang tua
kurang
memperdulikan
pertumbuhan
dan
perkembangan
anak
Komunikasi Tidak ada
komunikasi
antara orang
tua dan anak
Orang tua
mendidik anak
dengan acuh tak
acuh, bersikap
Orang tua dapat
menciptakan
suasana
komunikatif
Orang tua jarang
melakukan
komunikasi
dengan anak,
23
pasif dan masa
bodoh
antara orang tua
dan anak serta
sesama keluarga
selain itu orang
tua
menampilkan
sikap kaku
terhadap anak
Kedekatan Orang tua
cenderung
mencari
kesalahan-
kesalahan anak
dan kemudian
menghukumny
a
Orang tua kurang
memiliki
keakraban dan
hubungan yang
hangat dengan
anak
Orang tua dapat
menciptakan
keharmonisan
keluarga
Orang tua
menampilkan
sikap
permusuhan
atau dominasi
terhadap anak
Pendisiplinan Orang tua
cenderung
memaksakan
disiplin
Orang tua
menerapkan
sedikit sekali
disiplin dan
sekalipun orang
tua menerapkan
disiplin kepada
anak, orang tua
tidak bersikap
konsisten dalam
penerapan
Orang tua
menentukan
peraturan dan
disiplin dengan
memperhatikan
dan
mempertimbang
kan alasan-
alasan yang
dapat diterima,
dipahami, dan
dimengerti oleh
anak
Orang tua tidak
menerapkan
disiplin untuk
anak karena
orang tua
bersikap masa
bodoh dengan
pertumbuhan
dan
perkembangan
anak
4. Faktor-faktor Pola Asuh
Ketika memberlakukan pola asuh di lingkungan keluarga, orang
tua di pengaruhi oleh beberapa hal. Adapun faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak menurut Hurlock
(1978):
a. Kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang tua
Jika orang tua memberikan pola asuh yang baik, maka anak akan
menerapkan juga pola asuh tersebut, namun sebaliknya jika kurang
sesuai maka akan digunakan cara yang berlawanan.
24
b. Keinginan untuk mendapatkan anak
Orang tua yang menginginkan anak dalam perkawinan cenderung
akan menggunakan pola asuh yang permisif dan otoritatif, sedangkan
orang tua yang telah memiliki banyak anak maka akan menerapkan
pola asuh otoritatif untuk anak.
c. Kelas sosial orang tua
Orang tua yang berasal dari kelas sosial rendah cenderung
menggunakan pola asuh yang otoriter, sedangkan orang tua yang
berasal dari kelas sosial menengah dan kelas sosial atas cenderung
menerapkan pola asuh otoritatif dan permisif untuk anak.
d. Status ekonomi keluarga
Orang tua dari kalangan menengah ke bawah akan lebih otoriter dan
memaksa daripada orang tua yang berasal dari menengah ke atas.
e. Usia orang tua
Secara umum orang tua yang lebih berumur cenderung menerapkan
pola asuh otoritatif dan permisif, dibanding orang tua yang berusia
lebih muda.
f. Minat dan aspirasi calon ibu
Wanita yang aspirasi utamanya adalah untuk menjadi ibu yang lebih
baik maka akan menerapkan pola asuh yang otoritatif dan permisif
daripada wanita yang perhatiannya yang utama berpusat pada
kegiatan sosial atau pekerjaan.
25
g. Pendidikan untuk menjadi orang tua
Orang tua yang belajar cara mengasuh anak dan mengerti kebutuhan
anak akan lebih menggunakan pola asuh yang demokratis daripada
orang tua yang tidak mengerti.
h. Jenis kelamin anak
Orang tua pada umumnya akan lebih keras terhadap anak
perempuannya dari pada anak laki-lakinya.
i. Konsep mengenai peran orang dewasa
Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai orang
tua cenderung otoriter, dibandingkan orang tua yang telah menganut
konsep modern.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi orang tua
dalam menerapkan pola asuh bagi anak. Salah satu faktor yang sangat
berpengaruh adalah faktor kesamaan dengan disiplin yang digunakan
orang tua. Hurlock (1978) mengungkapkan bahwa pola asuh yang
diberikan orang tua akan berpengaruh pada konsep orang tua bagi anak.
Maksudnya adalah orang tua akan lebih cenderung menggunakan konsep
pola asuh yang pernah didapatkan dari orang tua dibandingkan dengan
konsep pola asuh yang diperoleh dari pendidikan.
26
B. Pertanyaan Penelitian
1. Central Question
Penerapan pola asuh seperti apa yang diterapkan oleh ibu yang menikah di
usia dini untuk anak?
2. Sub Question
a. Bagaimana upaya orang tua dalam mengendalikan perilaku anak?
b. Bagaimana cara orang tua dalam melakukan pemantauan terhadap
anak?
c. Bagaimana cara orang tua dalam menunjukkan dukungannya kepada
anak?
d. Bagaimana cara orang tua untuk terlibat dalam kehidupan anak?
e. Bagaimana cara orang tua berkomunikasi dengan anak?
f. Bagaimana kedekatan yang terjalin antara orang tua dengan anak?
g. Bagaiamana cara orang tua menerapkan suatu disiplin untuk anak?
h. Dampak perilaku seperti apa yang dimunculkan oleh anak dengan pola
asuh yang diterapkan oleh orang tua?
i. Bagaimana cara orang tua memberikan penjelasan kepada anak tentank
maksud dari pola asuh yang diterapkan untuk anak?