bab ii tinjauan pustaka - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/bab...

18
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh 1. Pengertian Pola Asuh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Desywidowati, 2013) pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Kata pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga (Desywidowati, 2013). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah suatu cara yang digunakan oleh orang tua untuk memberikan bimbingan atau pendidikan kepada anak. Baumrind (Rozali, 2015) mengungkapkan bahwa pola asuh adalah cara orang tua membesarkan anak dengan memenuhi kebutuhan anak, memberi perlindungan, mendidik anak serta mempengaruhi tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Santrock (2002) mengungkapkan bahwa pola asuh adalah orang tua menghukum atau mengucilkan anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturan-aturan bagi anak-anak dan mencurahkan kasih sayang kepada anak. Djamarah (Lestari, 2015) juga mengungkapkan bahwa pola asuh orang tua adalah gambaran tentang sikap dan perilaku

Upload: others

Post on 16-Jan-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pola Asuh

1. Pengertian Pola Asuh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Desywidowati, 2013)

pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Kata pola berarti corak,

model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata

asuh dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil,

membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin

(mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga

(Desywidowati, 2013). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola asuh

adalah suatu cara yang digunakan oleh orang tua untuk memberikan

bimbingan atau pendidikan kepada anak.

Baumrind (Rozali, 2015) mengungkapkan bahwa pola asuh adalah

cara orang tua membesarkan anak dengan memenuhi kebutuhan anak,

memberi perlindungan, mendidik anak serta mempengaruhi tingkah laku

anak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Santrock (2002)

mengungkapkan bahwa pola asuh adalah orang tua menghukum atau

mengucilkan anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus

mengembangkan aturan-aturan bagi anak-anak dan mencurahkan kasih

sayang kepada anak. Djamarah (Lestari, 2015) juga mengungkapkan

bahwa pola asuh orang tua adalah gambaran tentang sikap dan perilaku

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

10

orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi, selama

mengadakan kegiatan pengasuhan.

Berdasarkan beberapa definisi pola asuh yang telah disampaikan di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu cara

atau interaksi yang digunakan oleh orang tua untuk membimbing,

mendidik, melindungi, dan memenuhi semua kebutuhan anak sesuai

dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat, dan hal tersebut

memberikan pengaruh terhadap tingkah laku anak dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Jenis-jenis Pola Asuh

Baumrind (Papalia, Olds dan Feldman, 2009) menyebutkan bahwa

terdapat empat macam pola asuh orang tua, yaitu pola asuh otoritarian

(Authoritarian), pola asuh permisif (permissive), pola asuh otoritatif

(Authoritative), dan pola asuh yang terakhir adalah pola asuh pengabaian:

a. Pola Asuh Otoritarian (Authoritarian)

Menurut Baumrind (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009) pola

asuh otoritarian adalah orang tua yang menghargai kontrol dan

kepatuhan tanpa banyak tanya. Orang tua berusaha membuat anak

mematuhi set standar perilaku dan menghukum anak secara tegas

jika melanggarnya. Orang tua lebih mengambil jarak dan kurang

hangat dibandingkan orang tua yang lain, anak cenderung menjadi

lebih tidak puas, menarik diri, dan tidak percaya terhadap orang lain.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

11

b. Pola Asuh Permisif (Permissive)

Baumrind (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009) menyatakan

bahwa pola asuh permisif adalah orang tua yang menghargai ekspresi

diri dan pengaturan diri. Orang tua hanya membuat sedikit

permintaan dan membiarkan anak memonitor aktivitas anak sendiri

sedapat mungkin. Ketika membuat aturan, orang tua menjelaskan

alasannya kepada anak. orang tua yang berkonsultasi dengan anak

mengenai keputusan kebijakan dan jarang menghukum, orang tua

yang permisif cenderung hangat, tidak mengontrol, dan tidak

menuntut.

c. Pola Asuh Otoritatif (Authoritative)

Baumrind (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009) menyatakan

bahwa pola asuh otoritatif adalah orang tua yang menghargai

individudalitas anak tetapi juga menekankan batasan-batasan sosial.

Orang tua percaya akan kemampuan orang tua dalam memandu

anak, tetapi juga menghargai keputusan mandiri, minat, pendapat,

dan kepribadian anak. orang tua menyayangi dan menerima, tetapi

meminta perilaku yang baik, tegas dalam menetapkan standar, dan

berkenan untuk menerapkan hukuman yang terbatas dan adil. Orang

tua menjelaskan alasan di balik pendapat anak dan mendorong

komunikasi timbal balik. Anak merasa aman karena mengetahui

dirinya dicintai, tapi juga diarahkan dengan tegas. Anak prasekolah

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

12

dengan orang tua otoritatif cenderung paling mengandalkan diri,

mengontrol diri dan lebih asertif, mengeksplorasi, dan merasa pas.

d. Pola Asuh Pengabaian

Baumrind (Papalia, Olds, dan Feldman) menambahkan pola

asuh ke empat yaitu mengabaikan, atau tidak terlibat, yaitu

menggambarkan orang tua yang kadang hanya fokus pada

kebutuhannya sendiri dan mengabaikan kebutuhan anak karena stres

atau depresi. Pola asuh ini sudah dikaitkan dengan berbagai

gangguan perilaku pada masa kanak-kanak dan remaja.

Selain Baumrind, Santrock (2002) juga membagi pola asuh

menjadi tiga bentuk pola asuh, yaitu pola pengasuhan otoritarian

(Authoritarian), pola pengasuhan otoritatif (Authoritatve), dan pola

pengasuhan permisif (Permissive):

a. Pola Pengasuhan Otoriter (Authoritarian parenting)

Santrock (2002) menyebutkan bahwa pengasuhan yang

otoriter (authoritarian parenting) ialah suatu gaya membatasi dan

menghukum yang menuntu anak untuk mengikuti perintah-perintah

orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua otoriter

menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang

besar kepada anak-anak untuk berbicara (bermusyawarah).

Pengasuhan yang otoriter diasosiasikan dengan inkompetensi sosial

anak-anak. Anak-anak yang orang tuanya otoriter seringkali cemas

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

13

akan perbandingan sosial, gagal memprakarsai kegiatan, dan

memiliki keterampilan komunikasi yang rendah.

b. Pola Pengasuhan Oritatif (Authoritative parenting)

Santrock (2002) mengungkapkan bahwa pola pengasuhan

otoritatif adalah orang tua yang mendorong anak-anak agar mandiri

tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-

tindakan anak. musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan,

dan orang tua memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada

anak. pengasuhan yang otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi

sosial anak-anak. Anak-anak yang mempunyai orang tua yang

otoritatif berkompenten secara sosial, percaya diri, dan bertanggung

jawab secara sosial.

c. Pola Pengasuhan Permisif (Permissive parenting)

Santrock (2002) membagi pola pengasuhan permisif menjadi

dua bentuk, yaitu pola pengasuhan permissive-indifferent dan pola

pengasuha permissive-indulgent:

Santrock (2002) mengungkapkan pola pengasuhan

permissive-indifferent adalah suatu gaya di mana orang tua tidak

terlibat dalam kehidupan anak; tipe pengasuhan ini diasosiasikan

dengan inkompetensi sosial anak, khususnya kurangnya kendali diri.

Anak-anak memiliki keinginan yang kuat agar orang tua perduli;

anak-anak yang orang tuanya bergaya permissive-indifferent

mengembangkan suatu perasaan bahwa aspek-aspek lain kehiduoan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

14

orang tua lebih penting daripada anak. Anak-anak yang orang tuanya

bergaya permissive-indifferent inkompeten secara sosial, anak

memperlihatkan kendali diri yang buruk dan tidak membangun

kemandirian yang baik.

Santrock (2002) mengungkapkan bahwa pengasuhan yang

permissive-indulgent ialah suatu gaya pengasuhan di mana orang tua

sangat terlibat dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit

batas atau kendali terhadap anak. pengasuhan yang permissive-

indulgent diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak, khususnya

kurangnya kendali diri. Orang tua seperti itu membiarkan anak

melakukan apa saja yang diinginkan, dan akibatnya ialah anak tidak

pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan

kemauan anak dituruti. Anak-anak yang orang tuanya menggunakan

pola asuh permissive-indulgent jarang belajar menaruh hormat pada

orang lain dan mengalami kesulitan mengendalikan perilaku agresif

anak.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Baumrind dan Santrock

di atas menunjukkan bahwa kedua teori tersebut tidak begitu memiliki

banyak perbedaan. Baumrind dan Santrock mengemukakan bahwa pola

asuh otoritarian merupakan pola asuh yang bertumpu kepada orang tua

saja, sehingga anak harus mentaati semua perkataan orang tua, tanpa

diberikan kesempatan untuk mengetahu alasan dari aturan tersebut. Selain

itu, Baumrind dan Santrock mengungkapkan bahwa pola asuh anak

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

15

otoritatif adalah pola asuh yang bertumpu kepada hubungan yang timbal

balik, sehingga anak juga diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan

orang tua tentang aturan yang ditetapkan oleh orang tua, dan anak

diberikan kesempatan untuk mengetahui alasan dari aturan tersebut. Hanya

saja, terdapat perbedaan dalam teori Baumrind dan Santrock yaitu

Baumrind mengungkapkan bahwa pola asuh pengabaian merupakan

bentuk pola asuh yang terpisah dari bentuk pola asuh yang lain, sedangkan

Santrock mengungkapkan bahwa pola asuh pengabaian merupakan salah

satu bentuk dari pola asuh permisif.

3. Aspek-aspek Pola Asuh

Lestari (2012) mengungkapkan bahwa pola asuh orang tua

memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

a. Kontrol dan Pemantauan

Menurut Baldwin (Lestari, 2012) kontrol diartikan sebagai

penekanan terhadap adanya batasan-batasan terhadap perilaku yang

disampaikan secara jelas kepada anak. Sedangkan bagi Baumrind

(Lestari, 2012) kontrol yang tegas adalah ketika orang tua membuat

tuntutan-tuntutan yang sesuai dengan usia anak, misalnya membantu

pekerjaan rumah, sarapan pagi, yang harus dituruti anak

sebagaimana diminta oleh orang tua.

Secara lebih spesifik, Barber (Lestari, 2012) membedakan

antara kontrol ;psikologis dan kontrol perilaku. Kontrol psikologis

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

16

adalah upaya-upaya pengendalian yang bersifat memaksa terhadap

perkembangan psikologi dan emosi anak, misalnya proses berpikir,

pengungkapan diri, ekspresi emosi, dan kelekatan pada orang tua.

Kontrol perilaku adalah upaya orang tua untuk mengatur dan

mengelola perilaku anak.

Menurut Grolnick (Lestari, 2012), pada dasarnya cara

melakukan kontrol dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kontrol yang

jelas (overt) dan kontrol tersamar (covert). Kontrol yang jelas dapat

dilakukan melalui pemberian hukuman, sedangkan kontrol tersamar

dapat dilakukan melalui pemberian pujian dan hadiah. Lebih lanjut

Grolnick (Lestari, 2012) menguraikan hasil dari kontrol juga dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu kepatuhan dan internalisasi. Tentu saja

internalisasi merupakan hasil yang lebih baik, karena anak akan

mampu menerapkan kontrol dan regulasi diri tanpa harus selalu di

bawah pengawasan orang lain.

Montemayor (Lestari, 2012) mendefinisikan pemantauan

sebagai hasil aktivitas yang memungkinkan orang tua mengetahui

keberadaan anak, aktivitas yang dilakukan, dan teman-temannya.

Waizebhofer dkk. (Lestari, 2012) membedakan pemantauan terhadap

aktivitas yang dilakukan oleh anak menjadi dua, yaitu (1) Metode

aktif, yakni dengan menanyakan langsung kepada anak atau

berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan oleh anak; dan (2)

Metode pasif, yakni dengan mengetahui aktivitas rutin atau

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

17

mendapatkan informasi dari orang lain yang mengetahui tanpa

menanyakannya pada anak.

b. Dukungan dan Keterlibatan

Ellis, Thomas, dan Rollins (Lestari, 2012) mendifinisikan

dukungan orang tua sebagai interaksi yang dikembangkan oleh orang

tua yang dicirikan oleh perawatan, kehangatan, persetujuan, dan

berbagai perasaan positif orang tua terhadap anak. Dukungan orang

tua membuat anak merasa nyaman terhadap kehadiran orang tua dan

menegaskan dalam benak anak bahwa dirinya diterima dan diakui

sebagai individu. Young dkk. (Lestari, 2012) mengungkapkan

dukungan orang tua kepada anak dapat berupa dukungan emosi dan

dukungan instrumental. Dukungan emosi mengarah kepada aspek

emosi dalam relasi orang tua dan anak, yang mencakup perilaku-

perilaku yang secara fisik atau verbal menunjukkan afeksi atau

dorongan dan komunikasi yang positif/terbuka. Dukungan

instrumental mencakup perilaku-perilaku yang tidak menunjukkan

afeksi secara terbuka, namun masih berkontribusi pada perasaan

diterima dan disetujui yang dirasakan (Lestari, 2012). Bentuk

dukungan instrumental orang tua misalnya penyediaan sarana dan

prasarana bagi pencapaian prestasi atau penguasaan kompetensi

(Lestari, 2012).

Dukungan orang tua terbukti berdampak positif pada harga

diri, penurunan perilaku agresif, kepuasan hidup, dan pencapaian

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

18

prestasi akademik (Lestari, 2012). Terdapat dua hal yang perlu

diperhatikan, yaitu dukungan orang tua yang baik adalah yang

berupa dukungan otonom (autonomy support) dan bukan dukungan

direktif (directive support). Dukungan otonom orang tua bertindak

sebagai fasilitator bagi anak untuk menyelesaikan masalah, membuat

pilihan dan menentukan nasib sendiri. Dukungan direktif adalah

orang tua banyak memberikan instruksi, mengendalikan, dan

cenderung mengambil alih.

Wong (Lestari, 2012) mengungkapkan bahwa keterlibatan

orang tua adalah derajat yang ditunjukkan orang tua dalam hal

ketertarikan, berpengetahuan dan kesediaan untuk berperan aktif

dalam aktivitas anak sehari-hari. Keterlibatan orang tua juga dapat

diartikan sebagai persepsi orang tua terhadap keterlibatannya dalam

pengasuhan anak dalam partisipasi aktif ketika bermain dan mengisi

waktu luang maupun kontribusi substantif dalam perawatan dan

supervisi (Lestari, 2012). Grolnick dan Slowlaczek (Lestari, 2012)

menggambarkan keterlibatan orang tua dalam empat dimensi, yakni

keterlibatn di sekolah, keterlibatan di rumah, keterlibatan dalam

kehidupan pribadi anak, dan keterlibatan dalam aktivitas kognitif.

Sementara itu Wenk, Hardesty, Morgan, Blair (Lestari, 2012)

membedakan keterlibatan orang tua menjadi dua, yakni keterlibatan

perilaku yang memfokuskan pada waktu yang dihabiskan bersama

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

19

orang tua dan keterlibatan emosi yang memfokuskan pada perasaan

dekat dengan orang tua.

c. Komunikasi

Clark dan Shileds (Lestari, 2012) menemukan bukti bahwa

komunikasi yang baik antara orang tua dan anak berkorelasi dengan

rendahnya keterlibatan anak dalam perilaku melanggar peraturan.

Orang tua dan anak juga dapat menjadikan komunikasi sebagai

indikator rasa percaya dan kejujuran dengan mencermati nada emosi

yang terjadi dalam interaksi anggota keluarga.

Fitzpatrick dan Badzinski (Lestari, 2012) menyebutkan dua

karakteristik yang menjadi fokus penelitian komunikasi keluarga

dalam relasi orang tua dan anak. Pertama, komunikasi yang

mengontrol yakni tindakan komunikasi yang mempertegas otoritas

orang tua atau egalitarianisme orang tua dan anak. Kedua,

komunikasi yang mendukung yang mencakup persetujuan,

membesarkan hati, ekspresi afeksi, pemberian bantuan, dan kerja

sama.

Lestari (2012) menjelaskan bahwa komunikasi orang tua dan

anak sangat penting bagi orang tua dalam upaya melakukan kontrol,

pemantauan, dan dukungan pada anak. Tindakan orang tua untuk

mengontrol, memantau, dan memberikan dukungan dapat dipersepsi

positif atau negatif oleh anak, diantaranya dipengaruhi oleh cara

orang tua berkomunikasi.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

20

d. Kedekatan

Kehangatan (warmth) merupakan salah satu aspek dalam

pengasuhan yang menyumbangkan akibat-akibat positif bagi

perkembangan. Kedekatan merupakan aspek penting dalam

kehangatan yang memprediksi kepuasan pengasuhan dan

pengasuhan dan keterlibatan anak dalam aktivitas keluarga (Lestari,

2012). Jika kehangatan berkenaan dengan perasaan positif secara

umum terhadap keluarga, kedekatan merupakan aspek yang lebih

spesifik yang mencakup keintiman, afeksi positif, dan pengungkapan

diri. Kedekatan mengisyaratkan adanya saling ketergantungan dan

perasaan terhubung (Lestari, 2012).

e. Pendisiplinan

Disiplin adalah metode pembentukan karakter serta

pengajaran kontrol diri dari perilaku yang dianggap pantas (Papalia,

Olds, dan Feldman, 2009). Cara orang tua melakukan pendisiplinan

dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu penonjolan kekuasaan (Power

Assertion), Teknik Induktif (Inductive Techniques), dan Penarikan

Kasih Sayang (Withdrawal od Love).

Penonjolan kekuasaan (Power Assertion) ditujukan untuk

menghentikan atau menekan perilaku yang tidak diinginkan melalui

kotrol orang tua yang dilakukan secara verbal atau fisik; dalam hal

ini termasuk meminta, ancaman, penarikan hak-hak, memukul, atau

bentuk hukuman lainnya (Papalia, Olds, dan Feldman).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

21

Teknik induktif (Inductive Techniques) dirancang untuk

mendorong perilaku yang diinginkan (atau menekan perilaku yang

tidak diinginkan) melalui argumen dengan anak; dalam hal ini

termasuk penetapan batasan, menunjukkan konsekuensi logis dari

sebuah tindakan, memberikan penjelasan, berdiskusi, dan

memperoleh ide dari anak mengenai hal yang dianggap adil (Papalia,

Olds, dan Feldman, 2009).

Penarikan kasih sayang (Withdrawal of Love) dapat

berbentuk pengabaian, isolasi, atau menunjukkan ketidaksukaan

pada anak . pemilihan dan keefektifan dari strategi disiplin dapat

bergantung pada kepribadian orang tua, kepribadian dan usia anak,

dan kualitas hubungan di antara orang tua dan anak, sesuai

pengharapan dan batasan budaya yang ada (Papalia, Olds, dan

Feldman, 2009).

Aspek-aspek yang dijelaskan di atas memiliki hubungan yang erat

dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua untuk anak, melalui

aspek-aspek di atas maka dapat diketahui jenis pola asuh yang

diterapkan oleh orang tua dan bagaimana cara orang tua memberikan

pengasuhan untuk anak. Berikut ini adalah ciri-ciri pola asuh

berdasarkan aspek yang mempengaruhi pengasuhan, yaitu:

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

22

Tabel 1

Ciri-ciri Pola Asuh Berdasarkan Aspek

Aspek Otoritarian Permisif Otoritatif Pengabaian

Kontol Anak harus

mematuhi

peraturan-

peraturan orang

tua dan tidak

boleh

membantah

Membiarkan

anak bertindak

sendiri tanpa

memonitor dan

membimbingnya

Memberikan

pengarahan

tentang

perbuatan baik

yang perlu

dipertahankan

dan yang tidak

baik agar

ditinggalkan

Orang tua tidak

menerapkan

aturan-aturan

untuk anak,

bahkan orang

tua memiliki

kesan

mengabaikan

anak

Pemantauan Orang tua

cenderung

memberikan

perintah dan

larangan

kepada anak

Membiarkan saja

apa yang

dilakukan anak

(terlalu

memberikan

kebebasan untuk

mengatur diri

sendiri tanpa ada

peraturan-

peraturan dan

norma-norma

yang digariskan)

Orang tua tegas

dalam

menetapkan

standar, dan

berkenan untuk

menerapkan

hukuman yang

terbatas dan adil

Orang tua tidak

memiliki

kepedulian

terhadap apa

yang dilakukan

oleh anak

Dukungan Orang tua

cenderung

memaksakan

segala sesuatu

untuk anak dan

anak hanya

sebagai

pelaksana

Orang tua hanya

mengutamakan

kebutuhan

material saja

Orang tua

menghargai

keputusan

mandiri, minat,

pendapat, dan

kepribadian

anak

Orang tua

bersikap masa

bodoh terhadap

kebutuhan dan

kesejahteraan

anak

Keterlibatan Jika terdapat

perbedaan

pendapat antara

orang tua dan

anak, maka

anak dianggap

pembangkang

Orang tua sangat

terlibat dengan

dalam kehidupan

anak, tetapi

menetapkan

sedikit batas atau

kendali terhadap

anak

Orang tua

memberikan

bimbingan

dengan penuh

pengertian

Orang tua

kurang

memperdulikan

pertumbuhan

dan

perkembangan

anak

Komunikasi Tidak ada

komunikasi

antara orang

tua dan anak

Orang tua

mendidik anak

dengan acuh tak

acuh, bersikap

Orang tua dapat

menciptakan

suasana

komunikatif

Orang tua jarang

melakukan

komunikasi

dengan anak,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

23

pasif dan masa

bodoh

antara orang tua

dan anak serta

sesama keluarga

selain itu orang

tua

menampilkan

sikap kaku

terhadap anak

Kedekatan Orang tua

cenderung

mencari

kesalahan-

kesalahan anak

dan kemudian

menghukumny

a

Orang tua kurang

memiliki

keakraban dan

hubungan yang

hangat dengan

anak

Orang tua dapat

menciptakan

keharmonisan

keluarga

Orang tua

menampilkan

sikap

permusuhan

atau dominasi

terhadap anak

Pendisiplinan Orang tua

cenderung

memaksakan

disiplin

Orang tua

menerapkan

sedikit sekali

disiplin dan

sekalipun orang

tua menerapkan

disiplin kepada

anak, orang tua

tidak bersikap

konsisten dalam

penerapan

Orang tua

menentukan

peraturan dan

disiplin dengan

memperhatikan

dan

mempertimbang

kan alasan-

alasan yang

dapat diterima,

dipahami, dan

dimengerti oleh

anak

Orang tua tidak

menerapkan

disiplin untuk

anak karena

orang tua

bersikap masa

bodoh dengan

pertumbuhan

dan

perkembangan

anak

4. Faktor-faktor Pola Asuh

Ketika memberlakukan pola asuh di lingkungan keluarga, orang

tua di pengaruhi oleh beberapa hal. Adapun faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak menurut Hurlock

(1978):

a. Kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang tua

Jika orang tua memberikan pola asuh yang baik, maka anak akan

menerapkan juga pola asuh tersebut, namun sebaliknya jika kurang

sesuai maka akan digunakan cara yang berlawanan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

24

b. Keinginan untuk mendapatkan anak

Orang tua yang menginginkan anak dalam perkawinan cenderung

akan menggunakan pola asuh yang permisif dan otoritatif, sedangkan

orang tua yang telah memiliki banyak anak maka akan menerapkan

pola asuh otoritatif untuk anak.

c. Kelas sosial orang tua

Orang tua yang berasal dari kelas sosial rendah cenderung

menggunakan pola asuh yang otoriter, sedangkan orang tua yang

berasal dari kelas sosial menengah dan kelas sosial atas cenderung

menerapkan pola asuh otoritatif dan permisif untuk anak.

d. Status ekonomi keluarga

Orang tua dari kalangan menengah ke bawah akan lebih otoriter dan

memaksa daripada orang tua yang berasal dari menengah ke atas.

e. Usia orang tua

Secara umum orang tua yang lebih berumur cenderung menerapkan

pola asuh otoritatif dan permisif, dibanding orang tua yang berusia

lebih muda.

f. Minat dan aspirasi calon ibu

Wanita yang aspirasi utamanya adalah untuk menjadi ibu yang lebih

baik maka akan menerapkan pola asuh yang otoritatif dan permisif

daripada wanita yang perhatiannya yang utama berpusat pada

kegiatan sosial atau pekerjaan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

25

g. Pendidikan untuk menjadi orang tua

Orang tua yang belajar cara mengasuh anak dan mengerti kebutuhan

anak akan lebih menggunakan pola asuh yang demokratis daripada

orang tua yang tidak mengerti.

h. Jenis kelamin anak

Orang tua pada umumnya akan lebih keras terhadap anak

perempuannya dari pada anak laki-lakinya.

i. Konsep mengenai peran orang dewasa

Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai orang

tua cenderung otoriter, dibandingkan orang tua yang telah menganut

konsep modern.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi orang tua

dalam menerapkan pola asuh bagi anak. Salah satu faktor yang sangat

berpengaruh adalah faktor kesamaan dengan disiplin yang digunakan

orang tua. Hurlock (1978) mengungkapkan bahwa pola asuh yang

diberikan orang tua akan berpengaruh pada konsep orang tua bagi anak.

Maksudnya adalah orang tua akan lebih cenderung menggunakan konsep

pola asuh yang pernah didapatkan dari orang tua dibandingkan dengan

konsep pola asuh yang diperoleh dari pendidikan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2672/3/BAB II.pdf · pernah belajar mengendalikan perilaku dan anak mengharapkan kemauan anak

26

B. Pertanyaan Penelitian

1. Central Question

Penerapan pola asuh seperti apa yang diterapkan oleh ibu yang menikah di

usia dini untuk anak?

2. Sub Question

a. Bagaimana upaya orang tua dalam mengendalikan perilaku anak?

b. Bagaimana cara orang tua dalam melakukan pemantauan terhadap

anak?

c. Bagaimana cara orang tua dalam menunjukkan dukungannya kepada

anak?

d. Bagaimana cara orang tua untuk terlibat dalam kehidupan anak?

e. Bagaimana cara orang tua berkomunikasi dengan anak?

f. Bagaimana kedekatan yang terjalin antara orang tua dengan anak?

g. Bagaiamana cara orang tua menerapkan suatu disiplin untuk anak?

h. Dampak perilaku seperti apa yang dimunculkan oleh anak dengan pola

asuh yang diterapkan oleh orang tua?

i. Bagaimana cara orang tua memberikan penjelasan kepada anak tentank

maksud dari pola asuh yang diterapkan untuk anak?