babii landasanteori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4741/3/bab ii.pdf14 babii landasanteori a....
TRANSCRIPT
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian pajak.
Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo
(2016), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:
a. Iuran dari rakyat kepada negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara, iuran tersebut berupa uang
(bukan barang)
b. Berdasarkan undang-undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaanya.
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung
dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
15
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2. Fungsi pajak
Dalam Buku Mardiasmo (2016) menerangkan bahwa terdapat dua fungsi
pajak. Adapun dua fungsi pajak tersebut yaitu:
a. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
b. Fungsi mengatur (cregulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam bukunya Mardiasmo (2016.9-10), sistem pemungutan pajak
diantaranya:
a. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya:
16
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus.
2) Wajib Pajak bersifat pasif
3) Utang Pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus.
b. Self Assesment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang
Ciri-cirinya:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
Wajib Pajak sendiri
2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi
c. Withholding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
bersangkutan) untuk memotong atau memungut pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
17
Ciri-cirinya: wewenang memotong atau memungut pajak yang
terutang ada pada pihak ketiga, yaitu pihak selain fiskus dan Wajib
Pajak.
4. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atas perlawanan
maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat, syarat yang
dituliskan pada buku Mardiasmo (2016.4) Yang berjudul Pepajakan adalah
sebagai berikut:
a. Pemungutan pajak harus adil (syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan,
undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam
perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum
dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Sedang adil dalam pelaksanaanya yakni dengan memberikan hak
bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan. Penundaan dalam
pembayaran dan mengajukan banding kepada majelis pertimbangan
pajak.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat Yuridis)
Di indonesia pajak diatur dalam UUD pasal 23 ayat 2. hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi
negara maupun warganya.
18
c. Tidak mengganggu perekonomian (syarat Ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.
d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat Finansial)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus lebih rendah
dari hasil pemungutannya.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.
Contoh :
1) Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2
macam tarif
2) Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu
tarif, yaitu 10%
3) Pajak perseroan untuk badan dan pajak pendapatan untuk
perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh)
yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (orang pribadi).
19
5. Pengelompokan Pajak
Pada buku perpajakan oleh Mardiasmo (2016.7) Pengelompokan pajak
diantaranya:
a. Menurut golongannya
1) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain. Contoh : Pajak Penghasilan.
2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak
Pertambahan Nilai.
b. Menurut sifatnya
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memeperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
c. Menurut lembaga pemungutnya
20
1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas
barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, pajak daerah
terdiri atas:
a) Pajak Propinsi, Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
b) Pajak Kabupaten/Kota, Contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan.
6. SPT (Surat Pemberitahuan)
a. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)
Buku Mardiasmo (2016.35) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah
surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak
dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Surat Pemberitahuan (SPT)
disampaikan kepada pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal
Pajak.
21
PER Nomor 09/PMK.03/2018 menerangkan bahwa SPT Tahunan adalah
SPT untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak, SPT Masa
adalah SPT untuk suatu Masa Pajak.
b. Jenis-Jenis SPT
Menurut Mardiasmo (2016.38-39) secara garis besar SPT dibedakan
menjadi dua yaitu:
1) Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
Masa Pajak.
2) Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk
suatu Tahun Pajak atas bagian Tahun Pajak.
SPT Meliputi :
1) SPT Tahunan Pajak Penghasilan
2) SPT Masa yang terdiri dari:
a) SPT Masa Pajak Penghasilan
b) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai; dan
c) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai.
SPT dapat berbentuk:
1) Formulir kertas (hardcopy); atau
22
2) Dokumen elektronik
c. Fungsi SPT
Buku Thomas Sumarsan (2015.37) Fungsi Surat Pemberitahuan bagi
Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melapirkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya
terutang dan untuk melaporkan tentang :
1) Pembayaran atas pelunasan pajak penghasilan yang telah
dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan
pihak lain dalam 1(satu) tahun pajak atau bagian tahun pajak.
2) Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek
pajak
3) Daftar harta dan kewajiban dan/atau
4) Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa
Pajak sesuai dengan ketetuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Bagi pengusaha Kena Pajak, Fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai
sarana untuk melaporkan dan mempertangungjawabkan perhitungan jumlah
pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
23
1) Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran dan
2) Pembayaran atas pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu
masa pajak, sesuai dengan kententuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Bagi Wajib Pajak pemotong Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah
sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkan.
d. Batas waktu penyampaian SPT
Mardiasmo (2016.39) batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
adalah:
1) untuk Surat Pemberitahuan Masa, Paling lama 20 (dua puluh) hari
setelah akhir Masa Pajak. Khusus untuk Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
2) Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak;
atau
3) Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
24
e. Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT
Mardiasmo (2016.40-41) apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka
waktu yang telah ditentukan atau batas waktu perpanjangan penyampaian
SPT, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar:
1) Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai
2) Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan lainnya
3) Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
4) Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
7. Wajib Pajak Orang Pribadi
Syafrianto dan Lani Dharmasetya (2010.5) Berdasarkan jenis penghasilan
yang diperoleh, Wajib Pajak orang pribadi terbagi menjadi 3 (tiga) kategori,
yaitu:
a. Wajib Pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh
penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dengan penghasilan bruto
tidak melebihi 60 juta setahun dan tidak memiliki penghasilan lain
kecuali bunga bank dan/atau koperasi. Istilahnya Wajib Pajak Karyawan
Sederhana
25
b. Wajib Pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh
penghasilan dari satu atau lebih dari satu pemberi kerja dan/atau
memiliki penghasilan lain. Untuk istilahnya adalah Wajib Pajak
Karyawan. Wajib Pajak yang termasuk dalam katagori sebagai wajib
pajak karyawan antara lain
1) Wajib pajak orang pribadi yang memperoleh penghasilan yang
bersumber dari 1 pemberi kerja dengan penghasilan bruto setahun
melebihi 60 juta atau Wajib Pajak orang pribadi yang memperoleh
penghasilan yang bersumber lebih dari satu pemberi kerja
(penghasilan yang berasal dari pekerjaan)
2) Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki penghasilan dalam negeri
dan luar negeri (penghasilan yang berasal dari modal)
3) Wajib Pajak orang pribadi yang memperoleh penghasilan yang
dikenakan PPh Final (seperti bunga dan, deviden, sewa tanah
dan/atau bangunan, dan hadiah undian) dan atau bersifat final
(seperti penghasilan istri dari satu pemberi kerja)
4) Wajib Pajak orang pribadi yang memperoleh penghasilan yang
bukan merupakan objek pajak penghasilan
5) Wajib Pajak orang pribadi yang memperoleh penghasilan dari satu
pemberi kerja (penghasilan yang berasal dari pekerjaan) dan
26
penghasilan yang disebutkan pada angka 2 dan atau pada angka 3
dan atau pada angka 4 diatas.
c. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha dan atau pekerjaan
bebas. Penulis mengistilahkan Wajib Pajak usahawan untuk Wajib Pajak
katagori ini diantaranya:
1) Wajib Pajak orang pribadi yang mempunyai usaha dan pekerjaan
sendiri seperti pengusaha, pedagang, jasa-jasa keahlian dokter,
notaris, akuntan, pengacara, konsultan yang memiliki tempat
praktek sendiri dan bukan merupakan suatu bentuk badan hukum.
2)Wajib Pajak karyawan yang istri atau anak anak angkat yang belum
dewasa yang menjadi tanggungan Wajib Pajak mempunyai usaha
dan pekerjaan bebas (sebagaimana yang dijelaskan pada huruf c
angka 1 di atas) yang penghasilannya digabung menjadi satu
dengan Wajib Pajak
Contoh : suami ( sebagai pemilik NPWP) bekerja sebagai karyawan
dan hanya memperoleh penghasilan dari gaji sebagai karyawan,
sedangkan istri adalah seorang dokter yang membuka praktek dokter
sendiri.
3) Wajib Pajak karyawan yang istrinya memperoleh penghasilan lebih
dari satu pemberi kerja. Selain penghasilan utama tersebut di atas
27
4) Wajib Pajak usahawan dapat pula memiliki penghasilan tambahan
yang berupa :
a)Penghasilan lain (tidak final) yang bukan berasal dari
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan (pekerjaan sebagai
karyawan) seperti bunga (bukan dari bank) royalti, sewa (selain
tanah dan bangunan), penghargaan dan hadiah (selain hadiah
undian), keuntungan dari penjualan/pengalihan harta (capital
gain) dan penghasilan lainnya yang tidak dikenakan pajak
bersifat final. Contoh : seorang usahawan yang memiliki
pekerjaan sampingan sebagai pengarang dan memperoleh
royalti dari karangannya tersebut.
b)Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan ( baik dari satu atau
lebih pemberi kerja) dan atau penghasilan lain yang berasal
dari modal, dan atau penghasilan yang bukan objek pajak
penghasilan.
8. Nomor Pokok Wajib Pajak
Dalam buku Akifa P. Nayla (2015) NPWP yaitu Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak, baik
perorangan maupun bentuk badan usaha, sebagai sarana yang merupakan
tanda pengenal untuk menunjukan identitas dari Wajib Pajak yang
bersangkutan. NPWP ini, dalam jangka panjang digunakan oleh Wajib Pajak
guna melaksanakan hak dan kewajiban di bidang perpajakan.
28
a. Manfaat memiliki NPWP bagi Wajib Pajak
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ternyata memiliki manfaat yang
sangat penting bagi Wajib Pajak diantaranya:
1) Wajib Pajak dinyatakan (secara sah oleh negara) sebagai warga
negara yang mempunyai sumbansih dan kepedulian dan yang
sangat tinggi terhadap pembangunan bangsa dan negara
2) Wajib Pajak dikenakan potongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21
yang sedikit lebih rendah dibanding jika tidak mempunyai NPWP
Tabel 2.1
Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Lapisan PenghasilanKena Pajak (PKP)
Tarif PPhPasal 21
Ber-NPWP
Tarif PPh Pasal21 tidak
Ber-NPWP
Sampai denganRp50.000.000,00
5% 6%
Diatas Rp 50.000.000,00 -Rp 250.000.000,00
15% 18%
Diatas Rp 250.000.000,00 -Rp 500.000.000,00
25% 30%
Diatas Rp 500.000.000,00 30% 36%
Sumber : Akifa P. Nayla (2015)
3) Wajib Pajak dikenakan potongan pajak penghasilan (PPh) yang
100% lebih rendah sebesar 7,5% dibanding jika tidak mempunyai
29
4) NPWP, apabila kebetulan berbelanja barang online ke luar negeri
atau ke situs e-commerce yang berda di luar indonesia melalui
internet.
5) Wajib Pajak yang berencana pergi ke luar negeri bebas membayar
fiskal luar negeri sebesar Rp 1.000.000,00 jika berpergian
menggunakan kapal laut dan Rp 2.500.000,00 jika berpergian
menggunakan pesawat terbang
6) Wajib Pajak berpeluang mendapat diskon atau potongan harga
sebesar 10-35% dan bahkan lebih untuk produk-produk tertentu
yang memang dikhususkan bagi pelanggan yang mempunyai
NPWP
7) Wajib Pajak memperoleh kemudahan dalam proses pengajuan
kredit dibank atau perusahaan pengucur dana kredit lainnya.
8) Wajib Pajak yang beragama islam memperoleh kemudahan dalam
membayar zakat mal.
9) Wajib Pajak memperoleh kemudahan dalam proses pengajuan surat
ijin usaha perdagangan (SIUP)/ tanda daftar perusahaan (TDP)
10) Wajib Pajak memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran
Pajak Final, yang meliputi PPh Final, BPHTB, PPN, dan lain-lain,
serta memperoleh kemudahan dalam proses pelayanan perpajakan
dan pengembalian pajak.
30
11) Wajib Pajak memperoleh kemudahan dalam mengkreditkan
jenis-jenis pajak penghasilan (PPh) pasal 21,22,23,24 dan 25 dalam
SPT Tahunan PPh OP
12) Wajib Pajak memperoleh kemudahan saat hendak berpergian ke
luar negeri, terutama yang menyangkut soal pengurusan Visa dan
paspor ke luar negeri.
b. Fungsi umum NPWP
Akifa P. Nayla (2015) Disamping memiliki manfaat yang sangat
penting, NPWP juga memiliki beragam fungsi , diantaranya :
1) Diperlukan sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.
Maka dari itu Wajib Pajak memiliki satu nomor yang berbeda
dengan nomor NPWP milik orang lain
2) Digunakan dalam proses pelaporan pajak serta untuk menjaga
ketertiban dalam pembayaran pajak oleh Wajib Pajak
3) Dipergunakan untuk keperluan pengawasan administrasi perpajakan
oleh pihak-pihak pengelola pajak yang terkait
4) Dipergunakan untuk keperluan yang berhubungan dengan
pembayaran pajak, sehingga setiap kali Wajib Pajak membayar
pajak harus mencantumkan NPWP
31
5) Dipergunakan untuk memenuhi kewajiban perpajakan, misalnya
yang tertera dalam surat setoran bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan (SBB) dan surat setoran pajak (SSP)
6) Dipergunakan untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen
perpajakan
7) Dipergunakan untuk mendapat pelayanan dari instansi instansi
tertentu yang mewajibkan mencantumkan nomor NPWP dalam
pengisian dokumen-dokumennya, seperti dokumen visa dan paspor
8) Dipergunakan untuk keperluan dalam pelaporan-pelaporan SPT
(Surat Pemberitahuan) Masa dan SPT Tahunan
9) Dipergunkaan untuk menghindarkan Wajib Pajak dari dikenai
sanksi (sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan) yang
timbul akibat tidak memiliki NPWP.
Pada buku Perpajakan I, Mushawir (2015) NPWP terdiri dari 15 (lima belas) digit,
Yaitu 9 (sembilan) digit pertama merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 (enam)
digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan.
01.234.567.9 - 999 . 000
(1) (2) (3)
Keterangan:
1: (Kode WP) 2: (Kode KPP) 3: (Kode Cabang)
32
9. Efektivitas Sistem
Menurut Ellya Floretin dalam Adam dkk (2017) efektivitas diartikan
seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan.
Suatu usaha atau kegiatan dapat dikatakan efektif apabila usaha atau kegiatan
tersebut telah mencapai tujuannya. Apabila konsep efektivitas dikaitkan
dengan penerimaan pajak maka efektivitas penerimaan pajak adalah
kemampuan kantor pajak dalam memenuhi target penerimaan pajak
berdasarkan realisasi penerimaan pajak. Artinya seberapa jauh kantor pajak
dapat mencapai target penerimaan pajak uang sudah ditetapkan.
Menurut Melli Pujiani dan Rizal Effendi Istiana dalam Agustin (2016)
efektivitas penggunaan teknologi informasi dalam perpajakan adalah
pengukuran keberhasilan pelayanan terhadap Wajib Pajak dengan teknologi
informasi dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan (tepat) atau
pemilihan tujuan-tujuan dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan
menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya, sehingga dapat
menghemat waktu, mudah akurat dan paperless
10. Ketepatan Waktu
Menurut Grogory dan van Horn dalam Yovita Widyadinata dan Agus
Arianto Toly (2014) berpendapat, secara konseptual yang dimaksud dengan
tepat waktu adalah kualitas ketersediaan informasi pada saat yang diperlukan
atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi waktu.
33
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 09/PMK.03/2018 Surat
Pemberitahuan (SPT) menerangkan bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi yang
memiliki kewajiban penyampaian SPT Tahunan PPh untuk bagian Tahun
Pajak, wajib menyampaikan SPT tersebut paling lama 3 (tiga) bulan setelah
akhir bagian Tahun Pajak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.03/2018 tentang
tata cara pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, tepat
waktu dalam menyampikan SPT sebagaimana dimaksud meliputi:
1) Wajib Pajak telah menyampaikan SPT Tahunan dalam 3 (tiga) Tahun
Pajak terakhir yang wajib disampaikan sampai dengan akhir tahun
sebelum penetapan Wajib Pajak kriteria tertentu, dengan tepat waktu.
2) Wajib Pajak telah menyampaikan SPT Masa atas Masa Pajak Januari
sampai dengan November dalam Tahun Pajak terakhir sebelum
penetapan Wajib Pajak Kriteria tertentu
3) Dalam hal terdapat keterlambatan penyampaian SPT Masa
sebagaimana dimaksud dalam huruf b, keterlambatan tersebut harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Tidak lebih dari 3 (tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis pajak
serta tidak berturut-turut
b) Tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa pada
Masa berikutnya
34
11. Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Pratama dalam Suherman dkk (2015), Wajib Pajak patuh adalah Wajib
Pajak yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang
memenuhi kriteria tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.03/2018 Wajib Pajak
yang memenuhi kriteria tertentu oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai
berikut:
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda
pembayaran pajak
c. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan
keuangan pemerintahan dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama 3
(tiga) tahun berturut-turut
d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pedana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
35
12. E-Filling
Menurut PER-01/PJ/2014, e-filling adalah suatu cara penyampaian SPT tahunan
secara elektronik yang dilakukann secara online dan real time melalui internet
pada website Direktorat Jendral Pajak (www.pajak.go.id) atau penyedia jasa
Aplikasi atau Application Serivice Provider (ASP).
Wajib Pajak Orang Pribadi yang memenuhi kriteria untuk menyampaikan SPT
Tahunan menggunakan Formulir SPT Tahunan 1770S atau Formulir SPT
Tahunann 1770SS dapat menyampaikan SPT Tahunan secara e-filling melalui
website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) harus memiliki e-fin. E-fin
adalah Nomor identitas yang diterbitkan oleh kantor pelayanan pajak kepada
Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk melaksanakan e-filling.
Permohonan e-fin disampaikan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak
terdekat dengan menggunkan formulir sesuai lampiran Peraturan Direktorat
Jenderal ini menyertakan diantaranya:
a. Asli kartu identitas diri Wajib Pajak atau kuasanya untuk ditunjukan identitas
kepada petugas pajak
b. Fotokopi identitas dari Wajib Pajak dan fotokopi NPWP atau Surat
Keterangan Terdaftar Wajib Pajak
c. Surat kuasa khusus bermaterai sebagai lampiran formulir permohonan e-fin
dalam hal permohonan disampaikan oleh kuasa Wajib Pajak.
Wajib Pajak yang telah mendapatkan e-fin harus mendaftarkan diri melalui website
Direktorat Jendral Pajak (www.pajak.go.id) paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender
sejak diterbitkannya e-fin.
36
Wajib Pajak yang telah mendaftarkan diri di Website Direktorat Jendral Pajak dapat
menyampaikan SPT Tahunan secara e-filling dengan pengisian aplikasi e-spt dengan
benar, lengkap, dan jelas dengan alur sebagai berikut:
a. Mengisi e-SPT pada aplikasi e-filling
b. Meminta kode verivikasi untuk pengiriman untuk pengiriman e-SPT yang
akan dikirimkan melalui e-mail yang sudah didaftarkan
c. Mengisi SPT secara online dengan mengisikan kode verivikasi
d. Notifikasi status e-spt dan bukti penerimaan elektronik akan diberika
kepada Wajib Pajak melalui email yang sudah didaftarkan.
Tujuan utama e-filling adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada publik
dengan memfasilitasi pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik
melalui media internet kepada Wajib Pajak. Hal ini akan membantu memangkas
biaya dan waktu yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak untuk mempersiapkan,
memproses, dan melaporkan SPT ke Kantor Pajak secara benar dan tepat waktu
Titis dalam Yovita Widyadinata dan Agus Arianto Toly (2014).
37
B. Tinjauan Pustaka/Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
No
Penulis &Tahun Judul Variabel Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1 AjatSudrajat,ArlesParulianOmpusunggu (2015)
PemanfaatanTeknologiInformasi,SosialisasiPajak,PengetahuanPerpajakan,danKepatuhanPajak
Independentvariabel terdiriataspemanfaatanteknologiinformasi (X1),SosialisasiPajak (X2), danpengetahuanWajib Pajak(X3),DependentVariabel adalahkepatuhanWajib Pajak(Y)
menggunakanmetode survei,yaitu penelitianyangmemfokuskanpada datasampel yangdiambil daripopulasi yangsudahditetapkandalampenelitian.Adapunpopulasi datapenelitian iniadalah paraWajib PajakOrang Pribadi(WP OP) yangada di kanwilDJP JakartaSelatan
PemanfaatanTeknologiInformasimemilikipengaruh positifdan signifikanterhadapkepatuhan WajibPajak, SosialisasiPajak memilikipengaruh positifdan signifikanterhadapkepatuhan WajibPajak, danPengetahuanPajak memilikipengaruh positifdan signifikanterhadapkepatuhan WajibPajak
38
2 MohamadHusni, SusiSusanti,(2018)
AnalisisPenerapane-fillingSebagaiUpayaPeningkatanKepatuhanWajib PajakBadan dalamPenyampaianSPT TahunanWajib PajakBadan DiKPP PratamaPandeglang
MengujipengaruhSisteme-filling,terhadapKepatuhanWajib PajakBadan dalamPenyampaianSPT TahunanWP di KPPPratamaPadeglang
Menggunakanmetodedokumentasiyang dilakukandenganmengumpulkandata sekunderdengan caramencatat ataumengkopidokumen-dokumn, arsip-arsipmaupun datalain yangterkait denganmasalah yangditeliti
e-fillingmerupakanprogrammodernsasi yangdirancang untukmemanfaatkan ITsecara maksimal.Dengan adanyapeneraan e-fillingpada KPPPratamaPadeglangmampumeningkatkanpenyampaianSuratPemberitahuan(SPT) TahunanWajib PajakBadan,peningkatantersebut terlihatdari jumlahrealisasipelaporan SPT ditahun 2015mencapai 3.493.
3 OliviaAdam,HartantiTuli, SitiPratiwiHusain(2017)
PengaruhProgrampengampunanPajakterhadapEfektivitasPenerimaanPajak diIndonesia
mengujipengaruhprogrampengampunanpajak (taxamnesty)terhadapefektivitaspenerimaanpajak KPP diIndonesia
MenggunakanMetodepenelitiankuantitatif.Objekpenelitian iniyaitu programpengampunanpajak (taxamnesty) danefektivitaspenerimaanpajak. Datayangdigunakandalampenelitian iniadalah datasekunderberupa datapenerimaanpajak seluruh
1. Programpengampunanpajak (taxamnesty) tidakmemberikanpengaruh yangsignifikanterhadapefektivitaspenerimaan pajakKPP di Indonesia.Berdasarkan hasilyang diperoleh341 KPP yangtingkat efektivitaspenerimaanpajaknyamencapai efektifhanya diraih oleh53 KPP (16%)sedangkansebanyak 288
39
KPP diindonesia padatahun2015-2016.populasi dalampenelitian inisebanyak 341KPP dankeseluruhanKPP tersebutdijadikansampel dalampenelitian ini
KPP lainnya(84%) belummencapai efektif.
4 GusmaDwiAvianto,SriMangestiRahayu,BayuKaniskha(2016)
AnalisaPeranane-fillingdalam rangkameningkatkankepatuhanpelaporansuratpemberitahuan tahunanWajib PajakOrang Pribadi(Studi padaKantorPelayananPajakPratamaMalangSelatan)
MengujiPeranane-fillingterhadapkepatuhanWajib Pajakdalampelaporan SPTWPOP
Menggunakanpendekatankualitatif,menggunakandata primer dandata sekunder
Melalui e-fillingWajib Pajakdapatmelaksanakankewajibannyadalam hal inipelaporan SPTTahunan denganpraktis, mudah,cepat, dan efisien.e-filling dapatmenumbuhkansuatu kepatuhansukarela bagiWajib Pajakmelalui programpelayananya yangbaik dan proseduryang sederhanasertamemudahkanWajib Pajak,Wajib Pajakdapat terbantudalam memenuhikewajibanperpajakansebagai bentukkepatuhan.
5 Luh putuKania Asri
pengaruhpenerapan
VariabelIndependet
penelitiankuantitatif
Hasil penelitiansecara persial
40
WahyuniPratami, Niluh GeedeerniSulindawatil, madeArieWahyuni.(2017)
E-SystemperpajakanterhadaptingkatkepatuhanWajib PajakOrang Pribadidalammembayarpajak padakantorpelayananpajak (KPP)PratamaSingaraja
E-Systemperpajakan ,denganvariabelDependenttingkatkepatuhanWajib PajakOrang Pribadidalammembayarpajak padaKPP PratamaSingaraja
denganmenggunakansumber dataprimer. teknikpengambilansampel dalampenelitian iniadalahsamplinginsidental.Teknik analisisdatamenggunakananalisis regresilinier bergandadenganbantuanprogram SPSS17.0 forwindows.
menunjukanbahwa, penerapane-registration,penerapane-filling,penerapan e-SPT,dan penerapane-billingberpengaruhpositif dansignifikanterhadap tingkatkepatuhan WajibPajak OrangPribadi.Sedangkan hasilpenelitian secarasimultanmenunjukanbahwa penerapanseluruh e-systemberpengaruhpositif terhadaptingkat kepatuhanWajib PajakOrang Pribadi.
6 Husnurrosyidah danSuhadi.(2017)
pengaruhe-filling,e-billing, dane-fakturterhadapkepatuhanpajak padaBMTse-Kabupatenkudus
variabelindependenyaitu e-filing,e-biling, dane-faktur dansatu variabeldependen yaitukepatuhanpajak padaBMTse-KabupatenKudus
MetodePenelitianKuantitatifdengan datayangdigunakanadalah dataprimer darikuesioner yangdisebar diBMTSekabupatenKudus.
1. e-fillingberpengaruhterhadapkepatuhan pajakBMTse-KabupatenKudus. Hal inidisebabkanadanyamodernisasiadministrasiperpajakansehinggameningkatkankepatuhanpembayaranpajak.
2. e-billingberpengaruhterhadapkepatuhan pajakBMTse-Kabupaten
41
Kudus. e-billingmerupakanbentukkemudahandalampembayaranpajak sehinggameningkatkankepatuhan pajak.
3. E-Fakturberpengaruhterhadapkepatuhan pajakBMTse-kabupatenKudus. Adanyae-Faktur selainmemberikankemudahan bagiWajib Pajak,e-faktur jugadapatmeminimalisirpeggunaan fakturpajak fiktif.
7 MamanSuherman,MedinaAlmunawwaroh, RinaMarliana(2015)
Pengaruhpenerapane-fillingTerhadapkepatuhanWajib PajakDalamPenyampaianSuratpemberitahuan (SPT)Tahunan PadaKantorPelayananPajakPratama KotaTasikmalaya
VariabelIndependentPenerapane-filling,denganvariabelDependentKepatuhanPenyampaianSPT WPOP
Menggunakanmetodepenelitiandeskriptifdenganpendekatankualitatif.
Penerapane-filling tidakberpengaruhterhadapkepatuhan WajibPajak dalampenyampaianSPT Tahunanpada KPPPratama KotaTasikmalaya. Halini disebabkankarena masih adaWajib PajakOrang Pribadiyang belum sadarakan kewajibanPerpajakannya.
8 EmmilianaHartantidanShariffudinHusein
PengaruhPenerapanSisteme-filling,Pengetahuan
VariabelIndependentPenerapanSisteme-filling,
MenggunakanpendekatanKuantitatifdengan metodesurvai,
Penerapan sisteme-filling,pengetahuanpajak, dan sanksipajak
42
(2018) Pajak, danSanksi PajakterhadapKepatuhanWajib PajakOrang Pribadi
Pengetahuanpajak, danSanksi Pajak.VariabelDependentKepatuhanWajib Pajak.
melalui surveikepada 150Wajib Pajakorang pribadidosen tetapyayasan diwilayah jakartaTimur.
berpengaruhsecara individuterhadapkepatuhan WajibPajak OrangPribadi.
9 Mirza ayusugiharti,Suhandak,RizkiYudhiDewantara(2015)
AnalisisKeefektifandankelayakansistempelaporanPajakMenggunakan e-fillingterhadapKepuasanWajib Pajak
VariabelIndependentEfektivitasSistem,KelayakanSistem.VariabelDependentKepatuhanWajib PajakOP.
Menggunakananalisdeskriptif dananalis linierberganda.Dengan jenispenelitianExplantoryresearch.
1. Efektivitassistem dankelayakan sistemsecara simultan(bersama-sama)memilikipengaruh yangsignifikanterhadapkepuasan WajibPajak OrangPribadi di kantorpelayanan PajakPratama MalangUtara. Hasilpengujiandiperoleh buktiempiris bahwakeseluruhanvariabel bebasberpengaruhterhadapkepuasan WajibPajak OrangPribadi.
2. Berdasarkanhasil uji persial,maka dapatdiketahuiefektivitas sistemberpengaruhsignifikan secarapersial terhadapkepuasan WajibPajak OrangPribadi di kantorpelayanan pajakPratama MalangUtara. Kelayakansistem jugaberpengauh
43
signifikan secarapersial terhadapkepuasanpelayanan pajakPratama MalangUtara
3. Kelayakansisten merupakanvariabel yangmemilikipengaruhdominan terhadapkepuasan WajibPajak orangpribadi di kantorpelayanan pajakPratama MalangUtara. Haltersebutmenunjukanbahwa sisteme-filling layaksebagai saranapelaporan pajaksehinggamenimbulkankepuasan yangdirasakan olehWajib Pajakorang pribadidalammelaporkan pajakterhutang.
10 YovitaWidyadinata & agusAriantotoly (2014)
PengaruhKualitasSistem,Kualitasinformasi,Ketepatanwaktu, dankeberhasilanterhadapkepuasanWajib PajakPenggunae-filling
VariabelIndependentadalah kualitasSistem,KualitasInformasi,KetepatanWaktu danKerahasiaan .VariableDependentadalahKepuasanWajib PajakPengguna
Denganmetodekuesioner yangdibagikankepada WajibPajak OrangPribadi danWajib Pajakbadan yangterdaftar diKPP SurabayaRungkut.
Hasil penelitianini menyatakanbahwa kualitassistem, kualitasinformasi, dankerahasiaanberpengaruhsecara signifikanterhadapkepuasan WajibPajak penggunae-filling
44
e-filling.
11 SariNurhidayah( 2015)
pengaruhpenerapansisteme-fillingterhadapkepatuhanWajib Pajakdenganpemahamaninternetsebagaivariabelpemoderasipada KPPPratamaKlaten
Variabeldependen,kepatuhanWajib Pajak
Variabelindependen,Penerapansistem e-filling
Metodepenelitiankuantitatifdengan bentukpenelitiansurvei
1. Penerapansistem e-fillingberpengaruhpositif dansignifikanterhadapkepatuhan WajibPajak
2. Pemahamaninternet dapatmemoderasipengaruhPenerapan sisteme-fillingterhadapkepatuhan WajibPajak.
12 RiekeSavitriAgustin(2016)
PengaruhMinat PelakuWajib Pajakterhadapefektivitase-filling danimplikasinyaterhadapkepatuhanformalperpajakan
Variabeldependen,Kepatuhan formalperpajakan
variabelindependen,minat pelakuWajib Pajakjuga efektivitase-filling
metodepenelitianmenggunakanmetodedeskriptif danverifikatif
minat perilakuWajib Pajakberpengaruhterhadapefektivitase-filling danefektivitase-fillingberpengaruhterhadapkepatuhan formalperpajakan
Sumber : Jurnal Penelitian terdahulu, diolah sendiri (2019)
C. Pengembangan Hipotesis
Dalam penelitian Hbusnurrosyidah dan Suhadi (2017) e-fiiling merupakan bagian
dari reformasi administrasi perpajakan yang bertujuan dalam pembuatan dan
penyerahan laporan SPT kepada Direktorat Jenderal Pajak. Diterapkannya sistem
e-filling diharapkan mampu memberikan kepuasan dan kenyamanan kepada Wajib
Pajak sehingga meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Pelaporan pajak menggunakan
sistem e-filling dapat membantu memangkas waktu dan biaya yang dibutuhkan oleh
45
Wajib Pajak untuk mempersiapkan, memproses, dan menyerahkan Surat
Pemberitahuan ke kantor pelayanan pajak secara benar dan tepat waktu. Keunggulan
lain yang dimiliki e-filling adalah kualitas sistem dan kualitas informasi e-filling dapat
memudahkan Wajib Pajak dalam melakukan pelaporan pajak secara cepat dan aman.
Berdasarkan keunggulan-keunggulan tersebut, e-filling diharapkan dapat efektif dan
layak menjadi sarana pelaporan pajak secara elektronik yang dapat memuaskan Wajib
Pajak dalam melaporkan SPT Tahunan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
Wajib Pajak. Efektivitas dan kelayakan sistem pelaporan pajak menggunakan e-filling
dapat dilihat dari kelebihan kelebihan yang dihasilkan e-filling kelebihan kelebihan
yang dihasilkan e-filling seperti menghemat waktu dan biaya. Berdasarkan paradigma
tesebut maka diambil hipotesis sebagai berikut:
H1: Efektivitas sistem e-filling berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Ketepatan waktu dalam pelaporan SPT Wajib Pajak merupakan salah satu faktor
yang dominan. Dalam pelaporannya perpajakan Wajib Pajak dengan menggunakan
e-filling pasti menjadi cepat dalam pelaporannya. Berdasarkan peraturan menteri
keuangan Nomor 09/PMK.03/2018 yang menerangkan bahwa Wajib Pajak Orang
Pribadi yang memiliki kewajiban penyampaian SPT tahunan wajib menyampaikan
SPT paling alam 3 (tiga) bulan setelah akhir bagian Tahun pajak.
H2 : Ketepatan Waktu berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Sistem e-filling merupakan layanan pengisisan dan penyampaian Surat Pemberitahuan
Wajib pajak secara elektronik kepada Direktorat Jenderal Pajak yang bertujuan untuk
memberikan kenyamanan dan kemudahan Wajib Pajak dalam penyampaian Surat
Pemberitahuan dengan memanfaatkan jaringan komunikasi internet. Penelitian
Nurhidayah (2015) penerapan sistem e-filling berpengaruh positif terhaap kepatuhan
46
wajib pajak. Semakin baik penerapan sistem e-filling maka kepatuhan wajib pajak
akan semakin meningkat. Sugiharti dkk (2015) pelaporan pajak menggunakan
e-filling dapat membantu memangkas waktu dan biaya yang dibutuhkan oleh Wajib
Pajak untuk mempersiapkan, memproses, dan menyerahkan Surat Pemberitahuan Ke
Kantor Pelayanan Pajak secara benar dan tepat waktu. Berdasarkan keunggulan
tersebut, e-filling diharapkan dapat efektif dan layak menjadi sarana pelaporan
pajak secara elektronik yang dapat memuaskan Wajib Pajak dalam melaporkan SPT.
Efektivitas sistem pelaporan pajak menggunakan e-filling dapat dilihat dari
kelebihan-kelebihan yang dihasilkan e-filling. Kelebihan e-filling seperti menghemat
waktu dan biaya dan juga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak
juga membuat wajib pajak yang melaporkan perpajakannya sesuai dengan waktu jatuh
tempo yang sudah ditetapkan oleh pemerintahan yang tertulis di peraturan menteri
keuangan Nomor 09/PMK.03/2018. menurut Y. Maryono dan B. Patmi Istiana dalam
Agustin dkk (2016) efektivitas teknologi informasi adalah suatu pengukuran yang
menyatakan bahwa teknologi informasi berhasil guna yang mengarah pada hasil yang
dicapai ( baik, tepat, dan berkualitas) dalam hal membantu manusia untuk
melaksanakan pekerjaanya.
H3 : Keefektivan sistem e-filling dan ketepatan waktu berpengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak.
47
Efektivitas Sisteme-filling (X1)
Ketepatan
Waktu (X2)
Kepatuhan WajibPajak (Y)
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Sumber : Data Diolah Sendiri (2019)