bab ii tinjauan pustaka a. teori menua...

26
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Menua (Aging) Gerontologi, studi ilmiah tentang efek tentang penuaan dan penyakit yang berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi efek biologis, fisiologis, psikososial, dan espek rohani dari penuaan (Stanley 2006). Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Santoso 2009). Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Menjadi tua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Upload: builiem

Post on 06-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Menua (Aging)

Gerontologi, studi ilmiah tentang efek tentang penuaan dan

penyakit yang berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi

efek biologis, fisiologis, psikososial, dan espek rohani dari penuaan

(Stanley 2006). Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,

sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Santoso 2009).

Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan

bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau

mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita.

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah

dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua

bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan

tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.

Menjadi tua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang diderita.

10

Menurut Darmojo (2006) tujuan hidup manusia itu ialah menjadi

tua tetapi tetap sehat (Healthy aging). Healthy aging artinya menjadi tua

dalam keadaan sehat. Takemi (1977) yang pertama kali menyatakan

“Gerontology is concerned primarily with problem of healthy aging

rather than the prevention of aging”.

Healthy aging akan dipengaruhi oleh faktor:

1. Endogenoc aging, yang dimulai dengan cellular aging, lewat tissue

dan anatomical aging kearah proses menuanya organ tubuh. Proses

ini seperti jam yang terus berputar.

2. Exogenix faktor, yang dapat dibagi dalam sebab lingkungan

(environment) dimana seseorang hidup dan faktor sosio budaya

yang paling tapat disebut gaya hidup (Life style). Faktor exogenix

aging tadi, sekarang lebih dikenal denga ssebutan faktor resiko.

Wacana diatas jelas kiranya tugas dan tujuan gerontology/geriatri

dalam mengabdi ilmu kesehatan yaitu menuju healthy aging (menuju

menua sehat). Pengalaman menunjukkan bahwa rupa-rupanya yang

lebih berpengaruh adalah faktor-faktor eksogen yaitu “gaya hidup” dan

lingkungan yang juga saling mempengaruhi satu satu sama lain.

Endogenic dan exogenix faktors ini seringkali sulit untuk dipisah-

pisahkan karena saling memepngaruhi dengan erat. Bila faktor-faktor

trsebut tidak dapat dicegah terjadinya maka orang tersebut akan lebih

cepat meninggal dunia (Darmojo 2006).

Menurut Mc. Kenzie (2006), banyak yang beranggapan bahwa

status kesehatan lansia telah membaik selama beberapa tahun ini karena

banyak diantara mereka yang hidup lebih lama. Lainnya memegang

pandangan berbeda, yaitu lansia merupakan orang yang rapuh dan

bergantung. Kedua pandangan tersebut tidak seluruhnya benar. Namun

kita tahu bahwa faktor resiko yang paling konsisten dari sakit dan

kematian untuk seluruh penduduk adalah usia, dan secara umum, status

kesehatan lansia tidak sebaik saat mereka muda. Ada beberapa masalah

11

kesehtan yang berkaitan dengan penuaan yaitu mencakup mortalitas,

morbilitas, dan prilaku kesehatan, serta pilihan hidup.

Prilaku kesehatan dan faktor sosial pasti memainkan peranan

signifikan dalam membantu lansia memelihara kesehatan dalam

menjalani tahun-tahun lanjutannya. Beberapa lansia percaya bahwa

mereka terlalu tua untuk mendapatkan manfaat apapun dari perubahan

prilaku kesehatan mereka. Hal itu, tentu saja tidak benar; tidak pernah

ada kata terlambat untuk melakukan perubahan untuk kebaikan.

1. Definisi Usia Lanjut

Menurut pengertian gerontologi, lansia adalah suatu tahap dalam

hidup manusia mulai dari bayi, anak-anak, remaja, tua dan usia lanjut

dan bukan penyakit melainkan suatu proses alami yang tidak bisa

dihindarkan. Jadi lansia merupakan proses ilmiah terus menerus dan

berkesinambungan yang dalam keadaan lanjut menyebabkan perubahan

anatomi, fisiologi dan biokimia pada jaringan atau organ yang pada

akhirnya mempengaruhi keadaan, fungsi dan kemampuan badan secara

keseluruhan (Depkes. RI, 2005).

Menurut Wahyudi (2008), lansia (lanjut usia) adalah kelompok

umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir fase

kehidupannya. Sedangkan Depkes RI (2003), mendefinisikan lansia

adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih.

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh

semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari

oleh siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada

organ tubuh. Jadi walapun usia sudah lanjut, harus tetap menjaga

kesehatan dengan memperhatikan gaya hidup, seperti pola makan,

aktifitas fisik, kebiaaan istirahat dan lain-lain (Stanley 2006).

Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan

terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolic

dan struktural yang disebut sebagai “penyakit degeneratif” (seperti

hipertensi, aterosklorosis, diabetes meletus dan kanker) yang akan

12

menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang

dramatic seperti stroke, infark miokard, koma asidotik, metasis kanker

dan sebagainya.

2. Klasifikasi Usia Lanjut

Menurut Word Healty Organisation (WHO) dalam (Anggreini

2008), usia lanjut meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun.

3. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.

4. Lanjut usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

3. Perubahan Fisiologis Usia Lanjut

Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah

mengalami perubahan baik struktural maupun fungsional. Secara umum,

perubahan yang disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat dan dengan

awitan yang tidak disadari. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur ini

sering terjadi ditandai dengan penurunan kebutuhan darah yang

teroksigenasi. Namun, perubahan yang menyertai penuaan ini menjadi

lebih jelas ketika sistem ditekan untuk meningkatkan keluarannya dalam

memenuhi peningkatan kebutuhan tubuh.

a. Perubahan Struktural Pada Sistem Kardiovaskuler

Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer, kehilangan elastisitas pembuluh darah,

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,

elastisitas dinding aorta menurun, katup jatung menebal dan menjadi

kaku kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

seudah berumur 20 tahun, hal ini menyebkan merunnya kontraksi dan

volumenya (Nugroho 2000).

13

Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit

mengecil. Yang paling banyak mengalami penurunan adalah rongga

bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas. Yang juga

mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot jantung hingga

menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung.

b. Perubahan Fungsional Pada Sistem Kardiovaskuler

Prinsip perubahan fungsional terkait usia yang dihubungkan

dengan pembuluh darah secara progresif meningkatkan tekanan

sistolik. Tidak ada perubahan dalam tekanan diastolic adalah normal.

Kemungkinan diakibatkan oleh kekakuan pembuluh darah atau karena

selama bertahun-tahun menerima aliran darahh bertekanan tinggi,

baroreseptor yang terletak di arkus aorta dan sinus karotis menjadi

tumpuul atau kurang sensitive.

Perubahan yang jauh lebih bermakna dalam kehidupan lanjut

usia adalah yang terjadi pada pembuluh darah. Proses yang disebut

sebagai arteriosklerosis atau pengapuran dinding pembuluh darah

dapat terjadi dimana-mana. Proses pengapuran akan belanjut menjadi

proses yang menghambat aliran darah yang pada suatu saat akan

menutupi pembuluh darah tadi (Stanley 2006).

Artreoklorosi yang sejauh ini merupakan proses patologis paling

sering memengaruhi sistem kardiovaskuler, adalah proses penyakit

yang secara umum memiliki dampak pada semua arteri. Namun,

secara individual bervariasi dalam derajat sampai berbagai area tubuh

yang terpengaruh. Pada banyak individu, obstruksi terjadi pada arteri

koroner, sedangkan pada individu lain mungkin terjadi pada sirkulasi

serebral atau peripheral.

Artreoklorosis tidak memiliki perbedaan pada orang yang masih

muda ataupun pada yang telah tua. Proses penyakit mungkin lebih

jelas pada orang yang lebih tua karena terdapat akumulasi yang lebih

besar bertahun-tahun. Penyakit aterosklorosis terutama

mempengaruhi tunika intima (bagian paling dalam) dari arteri, yang

14

memiliki permukaan endothelial yang halus untuk memfasilitasi

aliran darah. Pada kondisi normal, hanya plasma darah yang

melakukan kontak dengan endothelial, sedangkan komponen seluler

(misalnya factor koagulasi) tetap ditengah-tengah aliran darah. Ketika

permukaan endothelial menjadi kasar, walaupun hanya plasma darah

yang melakukan kontak dengan endotel, maka tibul potensi untuk

terbentuknya thrombus ketika factor koagulasi melakukan kontak

dengan endothelium (Stanley 2006).

Pengatur irama inharen jantung oleh simpul SA ternyata

menurun dengan naiknya umur. Denyut jantung maksimum pada

latihan (exercise) ternyata juga menurun dengan naiknya usia ini.

Cardiac output juga menurun dengan bertambahnya usia. Aritmia

berupa ekstra systole dikatakan ditemukan pada dari lebih 10%

penderita-penderita usia lanjut yang diperiksa EKG-nya secara ruutin.

Fungsi sistolik tidak berkurang dengan peninggian usia. Kelainan

fungsi daistolik berupa gangguan relaksasi disebabkan pengurangan

compliance jantung pada permukaan diastole (Darmojo 2006).

B. Hipertensi

Perubahan-perubahan yang dapat dijumpai pada penderita jantung iskemi

adalah pembuluh darah adalah pada pembuluh darah jantung akibat

arterioklerosis itu belum diketahui dengan pasti, tetapi faktor-faktor yang

mempercepat timbulnya antara lain: banyak merokok kadar kolestrol tinggi,

penderita diabetes meletus, berat badan berlebihan serta kurang olahraga.

Faktor-faktor tersebut sebenarnya dapat dicegah atau dihindari, seperti gaya

hidup kecuali faktor umum seperti: jenis kelamin, keturunan.

15

Menurut Stieglitz dalam Darmojo (2006) dikemukakan adanya empat

penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua, yakni:

1. Gangguan sirkulasi darah, seperti :hipertensi, kelainan pembuluh

darah, gangguan pembuluh darah diotak (koroner), dan ginjal.

2. Gangguan metabolism hormonal.

3. Gangguan Persendian.

4. Berbagai macam neoplasma.

Dari banyak peneliian epidemiologi didapatkan bahwa dengan

meningkatnya umur dan tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah

pada lanjut usia karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke,

payah jantung dan penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh kematian

diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler.

1. Definisi Hipertensi

Dapat dikatakan hipertensi pada lanjut usia adalah pada tekanan

sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan/atau tekanan diastolic

sama atau lebih besar dari 90 mmHg (Darmojo, 2006).

Pada tahap awal, ganngguan dari dinding pembuluh darah yang

menyebabkan elastisitasnya bekurang akan memacu jantung bekerja

lebih keras, karena terjadi hipertensi. Selanjutnya, bila terjadi sumbatan

maka jaringan akan dialiri zat asam oleh pembuluh darah ini kan rusak

dan mati, hal inilah yang disebut infark. Bila terjadi dijantung, dapat

saja menyebebkan infark jantung, atau infark miokard, atau bila

masih lebih ringan dapat tejadi angina pictoris dan gangguan koroner

lainnya (Stanley 2006).

Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap. Elastisitas

Jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50% disbanding

orang berusia 20 tahun, maka dari itu tekanan darah wanita dan pria tua

itu relative tinggi.

16

2. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Gunawan (2001), tekanan darah manusia dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok, sebagai berikut :

a. Tekanan darah rendah (hipotensi)

b. Tekanan darah normal (normotensi)

c. Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Menurut WHO ISH (Word Health Organitation Intenational Of

Hypertension) hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

kategori, dapat disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1:2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO-ISH

Tapan (2004)

Kategori Systole (MmHg) Diastole (MmHg)

Optimal <120 < 80

Normal 120-129 80-84

Normal Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi Ringan 140-159 90-99

Hipertensi Sedang 160-179 100-109

Hipertensi Berat >180 >110

3. Pengendalian Hipertensi

Muhammadun (2010), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya

pengendalian hipertensi :

a. Pengendalian hipertensi dengan olah raga teratur

b. Pengendalian hipertensi dengan istirahat yang cukup

c. Pengendalian hipertensi dengan cara medis

d. Pengendalian hipertensi dengan cara tradisional

e. Pengendalian hipertensi dengan cara mengatur pola makan

f. Pengendalian hipertensi dengan cara mengurangi konsumsi garam

satu sendok teh perhari

17

Menurut Gunawan (2001), untuk menghindari terjadinya komplikasi

hipertensi yang fatal, maka penderita perlu mengambil tindakan

pencegahan yang baik (stop high blood pressure) sebagai berikut:

a. Mengurangi konsumsi garam

Puasa garam untuk kasus hipertensi dapat meurunkan tekanan

darah secara nyata. Umumnya kita mengkomsumsi lebih banyak

garam daripada yang dibutuhkan tubuh. Idealnya, kita cukup

menggunakan sekitar satu sendok the saja atau sekitar 5 garam per

hari (vitahealth 2004).

b. Menghindari kegemukan (obesitas)

Untuk menghindari kegemukan obesitas dapat ditentukan oleh pola

makan untuk setiap harinya (vitahealth 2004).

c. Membatasi konsumsi lemak

Lemak dapat meningkatkan aliran darah akibat dari penyembutan

dari artereoklorosis (vitahealth 2004).

d. Olahraga teratur

Olahraga dapat digolongkan kedalam bentuk statis dan dinamis.

Olahraga dinamis mampu meningkatkan aliran darah sehingga sangat

menunjang pemeliharaan jantung dan sistem pernafasan (Kusmana,

1997 dalam Angreini (2008)).

e. Makan banyak buah dan sayuran segar.

f. Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol

g. Melakukan relaksasi atau meditasi, dan

h. Berusaha membina hidup yang positif (gaya hidup sehat)

C. Gaya Hidup

1. Definisi Gaya Hidup

Dalam health promotion glossary WHO pengertian sebagai

berikut: “Lyfstyle is a way of living based on identifiable patterns of

behavior which are determined by the interplay between an individual’s

personal characteristics, social interaction, and socioeconomic and

environmental living condition.”

18

Pola-pola prilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda dalam

situasi atau lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah,

tidak ada yang menetap (fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan

dengan pola prilaku individu, akan memberi dampak pada kesehatan

individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain. Dalam “kesehatan”

gaya hidup seseorang dapat diubah dengan cara memperdayakan individu

agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada si individu

saja, tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang

mempengaruhi pola prilakunya.

Dan tidak ada aturan ketentuan baku tentang gaya hidup yang

berlaku untuk semua orang. Budaya, pendapatan, struuktur keluarga,

umur, kemampuan fisik, lingkungan rumah dan lingkungan tempat kerjaa

yang berbeda, menciptakan berbagai “gaya” yang berbeda pula (Ari. W

dalam promosikesehatan.com,2007).

Deklarasi Vientiane tentang Gaya Hidup Sehat Asean, 2002 (dalam

dalam promosikesehatan.com,2007). Mengartikan gaya hidup sebagai

praktek prilaku dan praktek sosial yang mendukung kesehatan dan

merupakan cerminan dari nilai-nilai dan jati diri dari kelompok dan

masyarakat dimana penduduk hidup dan menghabiskan sebagaian besar

hidupnya untuk memenuhi kehidupan ekonomi, sosial dan lingkungan

fisik.

Sedangkan menurut Belloc dan Breslow pada Human Population

Laboratory of California State Dept. of Public Helth, tahun 2005 bahwa

yang termasuk kedalam tujuh kebiaaan sehat adalah sebagai berikut:

a. Tidak merokok

b. Tidak minum-minuman keras / obat-obatan

c. Olahraga

d. Berat badan seimbang

e. Makan 3 kali sehari tanpa jajan

f. Sarapan setiap pagi

g. Tidur 7-8 jam perhari

19

2. Pola Makan

Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang

memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan terhadap

pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial sebagai bagian yang

mempengaruhi pola makan dapat meliputi kegiatan memilih pangan, cara

memperoleh, menyimpan, beberapa faktor utama yang mempengaruhi

kebutuhan makan manusia yaitu faktor ekstrinsik dan faktor instrintik

(Khumaidi, 1994 dalam Angreini (2008)). Pola makan individu meliputi

bahan makanan pokok, lauk-pauk (hewani dan nabati), sayur dan buah.

Pola makan yang tidak baik akan menimbulkan beberapa gangguan

seperti kolestrol tnggi, tekanan darah meningkat dan kadar gula yang

meningkat (Triwibowo, 1998 dalam Angreini (2008)).

Dengan bertambahnya usia seseorang, kecepatan metabolisme tubuh

cenderung turun. Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini

disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori

dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh

dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan,

ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus

disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk bagi lansia adalah sebagai

berikut:

a. Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai

macam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan

pengatur.

b. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat

arang ynag bersumber dari hidrat arang komplex (sayur-sayuran,

kacang-kacangan, biji-bijian)

c. Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak

hewani.

d. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar

yang bersumber pada buah, syur dan beraneka pati, yang dikonsumsi

dengan jumlah bertahap.

20

e. Menggunakn bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non

fat, yoghurt, ikan.

f. Makan yang mengandung zat beesi dalam jumlah besar, seperti

kacang-kacangan, hati, bayam, atau syuran hijau.

g. Membatasi penggunaan garam atau makanan yang mengandung

natrium, hindari makanan yang mengandung alkohol.

h. makanan sebaiknya banyak dikunyah.

i. bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya darii bahan-bahan

yang segar dan mudah dicerna.

j. Hindari makanan yyang terlalu manis, gurih, dan goreng-gorengan.

k. Makan disesuaikan dengan kebutuhan

Contoh pola makanan yang tidak seimbang antara asupan dengan

kebutuhan baik jumlah maupun jenis makanannya, seperti makan

makanan yang tinggi lemak, kurang mengkonsumsi sayuran dan buah

dan sebagainya. Juga makanan yang melebihi kebutuhan tubuh yang bisa

menyebabkan obeistas atau kegemukan (Hariani, 2007)

Kejadian penyakit infeksi dan kekurangan gizi menurun sebaiknya

penyakit degenaratif dan penyakit kanker meningkat. Di beberapa daerah

masalah penyakit infeksi masih menonjol sehingga dalam transisi

epidemologi kita menghadapi beban ganda (Double Burden),

peningkatan kemakmuran diikuti oleh perubahan gaya hidup karena pola

makan diikota-kota besar bergeser dari pola makan tradisional yang

mengandung banyak karbohidrat, serat dan sayuran, ke pola makan

masyarakat barat yang komposisinya terlalu banyak mengandung protein,

lemak, gula dan garam tetapi reendah serat (Suryono dan Samsuridjal,

1994 dalam Angreini (2008))

Sedangkan menurut WHO (2005) meningkatnya industrialisasi,

urbanisasi, mekanisme yang terjadi di sebagian besar negara didunia,

berhubungan dengan perubahan makanan dan prilaku, termasuk ke

dalamnya makan yang tinggi lemak dan tinggi energi serta gaya hidup

yang lebih santai.

21

Tingginya kandungan surkosa dalam makanan meningkatkan

tekanan arteri pada beberapa orang dengan tensi normal yang kemudian

memberikan efek meningkatkan penyerapan NaCl pada orang yang

memiliki tekanan darah normal dan hipertensi (Kotchen dan Jane, 1995

dalam Angreini (2008)). Surkosa mungkin dapat menurunkan kadar HDL

darah dan memiliki efek merugikan pada toleransi glukosa, selain itu

karbohidrat juga dapa meningkatkan tekanan darah dan ekresi

katekolamin pada hewan percobaan dan mungkin juga pada manusia

(Willet, 1990 (Angreini 2008))

Sedangkan menurut Willet (1990) efek dari protein dan jenis

protein pada manusia belum jelas dan hubungan jenis dengan risiko PJK

diterima dengan sedikit perhatian pada studi-studi epidemiologi darah,

studi pada hewan dengan meningkatkan konsumsi jenis dari protein

mungkin berefek pada penyakit kardiovaskuler (Kotchen dan Jane 1995

dalam Angreini (2008)).

Serat memberi perlindungan terhadap PJK dan juga menurunkan

tekanan darah dan konsumsi setiap hari dan sayuran direkomendasikan

untuknmengurangi risiko PJK, Stroke dan tekanan darah tinggi (WHO,

2003). Kemudian (Kusni dan Kolega 1985 dalam Angreini 2008) pada

1001 laki-laki di Irlandia dan Boston yang diikuti selama 20 tahun

memperoleh hasil terbanyak 101 orang meninggal akibat PJK (Penyakit

Jantung Koroner), dari hasil ini terdapat hubungan yang terbalik antara

asupan serat dengan risiko PJK.

Berikut adalah beberapa yang harus diperhatikan pada pola makan

penderita hipertensi :

a. Pengaturan Natrium (rendah garam)

Pada penderita hipertensi bahan-bahan tersebut, termasuk

makanan yang dimasak dengan bahan tersebut harus dibatasi

penggunaanya. Pembatasan ini tergantung tingkat keparahan

hipertensi yang diderita. Rinciannya sebagai berikut:

22

1) Untuk hipertensi berat yaitu apabila tekanan darah systole >180

mmHg dan/ atau diastole >110 mmHg maka dalam pemasakan

tidak boleh ditambahkan garam sedikitpun. Makanan yang tinggi

garam juga harus dihindari. Pengaturan seperti ini biasa disebut

diet rendah garam I (RG I).

2) Untuk hipertensi sedang yaitu apabila tekanan darah sistol : 160 –

179 mmHg dan atau tekanan darah diatole : 100 – 109 mmHg

maka penggunaan garam dibatasi hanya ¼ sendok teh atau 1 gram

sehari/orang. Makanan yang tinggi garam harus dihindari.

Pengaturan ini biasa disebut diet rendah garam II (RG II).

3) Untuk hipertensi ringan yaitu apabila tekanan darah sistol : 140 –

149 mmHg dan/atau tekanan darah diastole : 90 – 99 mmHg,

maka penggunaan garam dibatasi hanya ½ sendok teh atau 2 gram

sehari/orang. Makanan tinggi garam harus dihindari. Pengaturan

ini biasa disebut Diet rendah garam III (RG III).

b. Memperbanyak Kalium

Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi 3500

miligram kalium dapat membantu mengatasi kelebihan kalium dapat

membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume

darah yang ideal dpaat dicapai kembali tekanan yang normal. Kalium

bekerja mengusir natrium dari senyawanya, sehingga lebih muudah

dikeluarkan.

Sumber kalium mudah didapatkan dari asupan makanan sehari-

hari. Misalnya, sebutir kentang rebus mengandung 838 miligram

kalium sehingga empat butir kentang (3352 miligram) akan mendekati

kebutuhan tersebut. Atau dengan semangkuk bayam yang

mengandung 800 miligram kalium cukup ditambah 3 butir kentang.

Makanan lain yang kaya kalium adalah pisang, sari jeruk, jagung,

kubis dan brokoli (vitahealth, 2004).

23

c. Penuhi Kebutuhan Magnesium

Juga ditemukan hubungan antara rendahnya asupan magnesium

dengan hipertensi. Tetapi belum dapat dipastikan berapa banyak

magnesium yang dibutuhkan untuk mengatasi hipertensi. Kebutuhan

magnesium menurut kecukupan gizi yang dianjurkan atau RDA

(Recommended Dietary Allawance) adalah 350 miligram.

Kekurangan asupan magnesium terjadi dengan semakin banyaknya

makanan olahan yang dikonsumsi.

Sumber makanan yang kaya magnesium antara lain kacang-

kacangan dan bayam (vitahealth, 2004).

d. Memperbanyak Serat

Mengkonsumsi lebih banyak sayur atau makanan rumahan yang

mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan

menahan sebagian asupan natrium. Sebaiknya penderita hipertensi

menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran

(sejenisnya) yang dikhawatirkan mengandung banyak pengawet dan

kurang serat. Dari penelitian lain ditemukan bahwa dengan

mengkonsumsi 7 gram per hari dapat membantu menurunkan tekanan

darah sistolik sebanyak 5 poin. Konsumsi serat juga dapat

memperlancar buang air, menyebabkan makan lebih sedikit dan

mengurangi asupan natrium. Serat pun mudah didapatkan dalam

makanan (vitahealth, 2004)

e. Mengatur Menu Makanan

Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita

hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dpat

meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan

darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.

Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah (diet bagi

penderita hipertensi, pdf 2002):

24

1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru,

minyak kelapa, gajih).

2) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium

(biscuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin).

3) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned,

sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

4) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon,

ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai.

f. Vitamin

Fungsi dari vitamin yaitu untuk mempercepat metbolisme,

mempertahankan fungsi jaringan tubuh dan mempengaruhi

pertumbuhan dan pembentukan jaringan.

Pada lansia vitamin sangat penting, terutama vitamin B1 agar

tubuh selalu bugar. Contoh makanan: beras merah Makanan yang

boleh: semua buah yang tidak diawtkan garam/ soda, air putih.

Makanan yang tidak boleh: durian, buah-buahan yang diawetkan oleh

garam dan soda, kopi dan coklat (gizi pada lansia hipertensi, pdf

2005).

g. Protein

Fungsi dari protein sebagai zat pembangun dari sel tubuh.

Pada lansia sebaiknya memilih daging unggas-unggasan daripada

daging sapi atau kambing dan hendaknya tidak makan lebih dari 2

potong daging pada sehari. Makanan yang boleh: daging, ikan telur

dan susu, semua kacang-kacangan dan sayuran. Makanan yang tidak

boleh: ikan asin, keju, kornet, ebi, telur asam, pindang, dendeng,

udang, kacang tanah dan sayuran yang dimasak/ diawetkan dengan

garam dapur (gizi pada lansia hipertensi, pdf 2005).

25

h. Karbohidrat

Fungsi karbohidrat adalah penyedia energi. Pada lansia konsumsi

gula dibatasi karena: Gula tidak mengandung gizi kecuali zat tenaga.

Sedangkan pada lansia konsumsi zat zat gizi lain seperti vitamin,

protein dan mineral diutamakan untuk mencegah proses penurunan

fungsi tubuh. Gula cepat diserap (absorpsi) sehingga mengakibatkan

perubahan kadar gula darah dan memungkinkan terjadinya obesitas

(kegemukan) dan diabetes. Makanan yang tidak boleh: Roti, biscuit

dan kue yang dimasak dengan garam dapur (gizi pada lansia

hipertensi, pdf 2005).

i. Lemak Dan Kolestrol

Batasi penggunaan minyak goreng, margarine, mentega, dan keju.

Dianjurkan menggunakan minyak yang mengandung lemak tak jenuh

seperti minyak zaitun, minyak kacang, minyak wijen, minyak jagung,

minyak kedele dan minyak biji bunga matahari. Tapi hindarkan

pemasakan yang menggunakan panas tinggi seperti menggoreng

maupun oven. Karena pemasakan seperti ini akan merusak lemak

sehingga justru lebih berbahaya (gizi pada hipertensi lansia, pdf

2005).

Di dalam penerapannya, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas

perlu memerhatikan hal-hal berikut.

1) Hindari mengonsumsi bahan makanan sumber lemak jenuh,

seperti kelapa dan produk olahannya (minyak kelapa), lemak

hewan, margarin, dan mentega.

2) Batasi konsumsi daging dan jeroan, seperti hati, limpa, dan ginjal.

3) Ganti susu penuh (full cream) dengan susu rendah lemak,

misalnya susu skim.

4) Batasi konsumsi kuning telur. Di dalam seminggu, konsumsi

kuning telur tidak boleh lebih dari tiga kali.

5) Tingkatkan konsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacangan

lainnya.

26

6) Kurangi penggunaan gula dan makanan manis.

7) Perbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan.

8) Perhatikan kombinasi makanan yang dikonsumsi agar sesuai

dengan kadar kolesterol darah.

3. Aktivitas Fisik

Menurut Supariasa 2001, aktivitas fisik adalah gerakan yang

dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan

aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk

bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi

untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk

mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Aisyiah 2009).

Melakukan aktifitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari

banyak hal yang dikategorikan ke dalam pengobatan non farmakologis.

Aktifitas fisik yang cukup dan teratur terbukti dapat membantu

menurunkan tekanan darah. (dr Marliani dan Tantan 2007).

Pada zaman sekarang, dengan berbagai kemudahan membuat orang

enggan melakukan kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari mereka.

Aktifitas fisik sangatlah penting untuk mengendalikan tekanan darah.

Aktifitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung

yang lebih kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya

sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, semakin sedikit tekanan

pada pembuluh darah arteri sehingga tekanan darah akan menurun.

(Marliani dan Tantan 2007).

Aktifitas fisik yang cukup dan teratur dapat mengurangi risiko

terhadap penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah selain dapat

membantu mengurangi berat badan pada penderita obesitas. ( Marliani

dan Tantan 2007).

Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah

akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah

ketika beristirahat (Armilawati 2007). Seseorang dengan aktivitas fisik

yang kurang, memiliki kecenderungan 30%-50% terkena hipertensi

27

daripada mereka yang aktif. Penelitian dari Farmingharm Study

menyatakan bahwa aktivitas fisik sedang dan berat dapat mencegah

kejadian stroke. Selain itu, dua meta-analisis yang telah dilakukan juga

menyebutkan hal yang sama. Hasil analisis pertama menyebutkan bahwa

berjalan kaki dapat menurunkan tekanan darah pada orang dewasa sekitar

2% (Kelley 2001). Analisis kedua pada 54 randomized controlled trial

(RCT), aktivitas aerobik menurunkan tekanan darah rata-rata 4 mmHg

TDS (tekanan darah sitole) dan 2 mmHg TDD (tekanan darah diastole).

(Aisyiah 2009).

Perubahan gaya hidup “Sedentary” merupakan gaya hidup dimana

gerak fisik yang dilakukan minimal sedang beban kerja mental maksimal.

Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan termasuk

keadaan gizi seseorang dan selanjutnya berakibat sebab penyebab dari

berbagai penyakit (Amir, 1997). Latihan fisik secara teratur kedalam

kegiatan sehari-hari adalah penting untuk mencegah hipertensi dan

penyakit jantung (Hull, 1996 dalam Angreini (2008)).

Sedangkan olahraga apa pun baik untuk kesehatan kita seperti

senam, berenang, jalan kaki, yoga, waitangkung, taichi, dan lain-lain.

Berolahraga bersama orang lain lebih menguntungkan, karena dapat

bersosialisasi, berjumpa dengan teman-teman, dan mendapat kenalan

baru, mengadakan kegiatan lainnya, seperti bisa berwisata dan makan

bersama. Kebanyakan olahraga dilakukan padapagi hari setelah subuh.

Dimana udara masih bersih, Berolahraga dapat menuurnkan kecemasan

dan mengurangi perasaan depresi dan lowself esistem. Selain fisik sehat

jiwa juga terisi, membuat kita merasa muda dan sehat diusia tua (Hariani,

2007).

Sejumlah studi menunjukkan bahwa olahrga teratur, mengurangi

beberapa faktor risiko terhadap PJK, termasuk hipertensi (Soeharto,

2000). Kemampuan aktifitas fisik yang berhubungan dengan kesehatan

akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk berfungsi secara baik,

komponen aktifitas fisik yang berhubungan dengan kesehatan akan

28

mempengaruhi kemampuan tubuh untuk berfungsi secara baik,

komponen tersebut antara lain efisiensi kardiovaskuler, kelenturan,

pengendalian berat badan, dan pengurangan stress (Stoel, 1986 dalam

amir, 1997).

Hasil penelitian Merdin (2003) terdapat hubungan, antara kurang

aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi dengan OR 1,4 sehingga,

kurang beraktifitas akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar 1,4 kali

(95% CI 1,025-1,8952). Pada tahun 1987, Paffen Berger meneliti para

alumni Harvard dan hasil penelitiannya menunjukan bahwa mereka yang

teratur berolahraga atau bekerja fisik secara teratur lebih sedikit terkena

serangan jantung. Survei Monica tahun 1983 dilakukan terhadap 2040

orang diwilayah Jakarta Selatan menunjukkan mereka yang teratur

memiliki resiko terendah untuk terkena hipertensi maupun penyakit

jantung koroner. (Kusmana, 1997 dalam Angreini (2008)).

Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu,

jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki

misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan

kecil dan olahraga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan

otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degenaratif.

Table 2:2. Kategori AKtifitas fisik (Sumber: Baecke (1982) dalam

Kamso 2000)) No Aktifitas Fisik Skala Tingkat

1 Index Kerja (IK) Tidak Pernah

Jarang

Kadang

Sering

Sangat Sering

1. Ringan : Supir, Guru, Pensiunan,

Pedagang tetap, Ibu rumah tangga dan

sejenisnya.

2. Sedang : Buruh Pabrik dan sejenisnya.

3. Berat : Buruh bangunan, Pedagang

keliling, dan Petani dan sejenisnya.

2 Index Sport (IS) Tidak Pernah

Jarang

Kadang

Sering

Sangat Sering

1. Ringan : Memancing.

2. Sedang : Bulu tangkis, Sepeda,

Senam, Renang, lari-lari keci.

3. Berat :Sepak Bola.

3 Index Waktu

Luang

Tidak Pernah

Jarang

Kadang

Sering

Sangat Sering

1. <5 menit = 1

2. 5-15 menit = 2

3. 16-30 menit = 3

4. 31-45 menit = 4

5. > 45 menit = 5

29

4. Pola Istirahat Dan Tidur

Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi

berulang-ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Menurut

Chopra (2003), tidur merupakan dua keadaan yang bertolak belakang

dimana tubuh beristirahat secara tenang dan aktivitas metabolisme juga

menurun namun pada saat itu juga otak sedang bekerja lebih keras

selama periode bermimpi dibandingkan dengan ketika beraktivitas di

siang hari (MP Dewi 2011)

Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok tubuh manusia untuk

memperbaiki fungsi organ dan masa pertumbuhan. Banyak para ahli

yang berpendapat jika kurang tidur dapat membahayakan kesehatan,

seperti mengakibatkan penyakit diabetes ataupun darah tinggi tetapi tidur

terlalu banyak juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi tubuh.

Dimulai dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh

darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah.

Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan

kemungkinan pembesaran plaque yang mennghambat gangguan

peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah

menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya

dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang

memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi

(Bustan, 2007).

Satu teori fungsi tidur adalah berhubungan dengan penyembuhan.

Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energi selama

tidur , otot skeletal berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya

kontraksi otot menyimpan energi kimia untuk proses selular. Penurunan

laju metabolik basal lebih jauh menyimpan persediaan energi tubuh

(Anch dkk, 1988 dikutip dari Potter & Perry, 2005).

30

Istirahat yang cukup diperlukan agar tubuh dapat kembali ke

kondisi normal setelah digunakan untuk beraktifitas. Istirahat terbaik

adalah tidur. Tidur 6-8 jam sehari sudah lebih cukup. Tidur terlalu lama,

akan cenderung menggangu kesehatan. Sebagaimana dijelaskan diatas,

saat tidur pun tubuh butuh nutrisi. Bila tidur terlalu lama, tubuh akan

mengalami ketabolik. Akibatnya, akan semakin merasa malas, tidak

bertenaga, dan memboroskan waktu (Hudzifah.org,2007).

Kurang tidur dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk

mengingat informasi yang kompleks. Penelitian di Universitas de Lille,

Perancis, mengindikasikan bahwa otak memerlukan tidur untuk

mempertahankan kemampuan mengingat informasi yang kompleks.

Umumnya manusia bisa tidur dalam 6 s/d 8 jam sehari. Tapi terkadang

ada orang yang bisa tidur dibawah 6 jam. Kurang tidur berdampak

negatif bagi tubuh kita seperti konsentrasi, cepat marah, lesu.lelah.

(dechacare.com,2007).

Menurut (Angraeni 2008) Klasifikasinya adalah

a. Kurang < 6 jam satu hari.

b. Sedang 6-8 jam satu hari.

c. Lebih > 8 jam satu hari.

Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan badan kita. Orang lansia

harus tidur enam sampai delapan jam sehari. Hasil riset terbaru para ahli

dari University of Chicago membuktikan, tiga hari mengalami kurang

tidur, kemampuan tubuh dalam memproses glukosa akan menurun secara

drastis, sehingga dapat meningkatkan risiko mengidap diabetes.

5. Pola Merokok

Merokok dapat menganggu kerja paru-paru yang normal, karena

Hemoglobin lebih mudah membawa Karbondioksida daripada membawa

Oksigen. Jika terdapat Karbondioksida dalam paru-paru, maka akan

dibawa oleh Hemoglobin sehingga tubuh memperoleh Oksigen yang

kurang dari biasanya. Kandungan Nikotin dalam rokok yang terbawa

dalam aliran darah dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh yaitu

31

mempercepat denyut jantung sampai 20 kali lebih cepat dalam satu menit

daripda dalam keadaan normal, menurunkan suhu kulit sebesar setengah

derajat karena penyempitan pembuluh darah kulit dan menyebabkan hati

melepaskan gula kedalam aliran darah (Amstrong, 1991 dalam Angreini

(2008)).

Merokok merupakan faktor resiko terpenting untuk terjadinya

penyakit tidak menular, karena dapat menyebabkan Arterio Sklerosis

dini, PJK, penyakit paru obstruktif menahun, kanker paru, Larynx,

rongga mulut, pancreas dan esofagus, selain itu juga dapat meningkatkan

tekanan darah dan kadar lemak dalam darah sebagai faktor resiko

terjadinya Stroke, penyakit jantung dan pembuluh darah (Kosen, 2001

dalam Siregar, 2006).

Merokok sigaret dengan kandungan nikotin menyebabkan

peningkatan frekuensi denyut jantung serta meningkatkan tekanan

sistolik dan distolik, meskipun nikotin dan merokok menaikkan tekanan

darah secara akut, namun tidak selalu muncul pada perokok (Kaplan dan

Stample, 1994).

Zat-zat kimia beracun yang terdapat dalam rokok seperti nikotin

dan karbon monoksida dan diisap melalui rokok dibawa masuk kedalam

aliran darah. Selanjutnya zat ini merusak lapisan Endotel pembuluh darah

arteri, sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat , merokok juga

meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke

otot-otot jantung (Karyadi, 2002).

Farmingham Heart Study menemukan bahwa merokok

menurunkan kadar kolesterol baik (HDL). Penurunan HDL pad,5 mg/dl

pada perempuan dan laki-laki rata-rata 6,5 mg/dl.

Perokok dikategorikan sebagai berikut:

a. Perokok ringan :<10 batang/hari

b. Perokok sedang : 10-20 batang/hari

c. Perokok berat : >20 batang/hari

32

Penelitian yang dilakukan oleh Lipid Research Program prevalence

study menunjukkan bahwa mereka yang merokok dua puluh batang atau

lebih perhari, mengalami penurunan kadar HDL sekitar 11% pada laki-

laki dan 14% pada perempuan. Merokok juga mengurangi usia harapan

hidup, rata-rata 10 tahun. Atau apabila tidak merokok berarti menambah

usia harapan hidup rata-rata 10 tahun. (BKKBN.go.id,2007).

6. Perokok Pasif

Merokok tembakau sangat merugikan kesehatan perokok maupun

orang yang berada didekatnya. Merokok dapat atau mencetuskan

penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu penyakit jantung koroner,

berupa infark otot jantung sampai serangan angina pektoris,

arteriosklorosis, dan penyakit pembuluh darah tepi. Perokok pasif, yaitu

mereka yang tinggal disekitar perokok, mempunyai resiko menderita

penyakit akibat merokok sama besarnya dengan perokok itu sendiri

(Joewana, Satya, M.D.2004).

Lebih dari 95% pasien penyakit jantung koroner adalah perokok

aktif, namun dari hasil penelitian ternyata perokok pasif, yaitu orang

yang hidup disekitar perokok aktif sehari-hari mempunyai resiko yang

sama dengan perokok aktif. Perokok aktif biasanya memulai kebiasaan

sejak masa sangat muda/kanak-kanak dan setelah berpuluh tahun

kemudian, yaitu usia produktif mereka “menuai” hasilnya berupa

penyakit jantung kororner. (Joewana, Satya, M.D.2004).

Pada jantung, hipertensi mengakibatkan pembengkakan jantung

yang gilirannya akan memudahkan seseorang terkena serangan jantung

maupun gagal jantung. Gagal jantung menyebabkan seseorang tidak

mampu lagi bekerja sehari-hari karena selalu sesak nafas setiap

melakukan kegiatan sehingga menjadi seseorang tidak produktif lagi

karena jantung telah gagal memenuhi fungsinya untuk memompakan

kehidupan keseluruh tubuh. (dr. J.B. Cahyono, Suharjo B. SpPD, 2008).

33

Studi pertama mengenai pengaruh perokok pasif berhasil

menemukan fakta bahwa menghirup asap rokok orang lain telah

menyebabkan 600.000 kematian setiap tahun, sekitar satu dari 100 di

seluruh dunia.

Sekitar 5,1 juta kematian yang merupakan akibat merokok (aktif),

untuk mendapatkan efek penuh dari merokok secara aktif maupun pasif.

Kebiasaan merokok ini menyebabkan lebih dari 5,7 juta kematian setiap

tahun.

Paparan asap rokok diperkirakan telah mengakibatkan 379.000

kematian perokok pasif dari penyakit jantung, 165.000 dari infeksi

saluran pernafasan, 36.900 dari asma, dan 21.400 dari kanker paru-paru

(Marie Claire 2012 dalam Irfan Arief 2012)

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mempunyai variabel

tunggal / mandiri yaitu gaya hidup lansia hipetensi. Penelitian deskiptif

adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri yaitu tanpa

membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.

(Sugoyono, 2002).

E. Kerangka Teori

Dalam Undang-undnag No. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek,

yakni fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi, namun penelitian

hanya menggunakan 2 aspek di dalam penelitian ini, yaitu aspek fisik (badan)

dan aspek mental dalam status kesehatan pada lansia, dimana kesehatan fisik

terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit atau tidak adanya keluhan dan

memang secara klinis tidak adanya penyakit. Semua organ tubuh berfungsi

normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh. Sedangkan kesehatan mental

dapat terlihat dari 3 komponen, yakni: fikiran, emosional dan spiritual

(Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut diatas status kesehatan pada lansia

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain adalah Endogenic

aging dan Exogenic faktors.

34

Dimana Endogenic aging yaitu dimulai dengan cellular aging, lewat tissue

dan anatomical aging kearah proses menuanya organ tubuh dan exogenic

faktors yaitu adalah faktor-faktor dari luar, seperti gaya hidup dan lingkungan

(darmojo 2006). Dari dua faktor tersebut, diambil hanya variabel gaya hidup

yang terdapat pada exogenic faktors, dimana variabel-variabel dalam gaya

hidup yang diambil adalah hanya Pola makan, aktifitas fisik, kebiasaan

merokok dan kebiasaan istirahat, maka terbentuklah kerangka konsep sebagai

berikut:

Gambar Skema 2:1

Kerangka Teori (Boedi-Darmojo 2006)

Ket: Tidak diteliti

Diteliti

Exogenix faktor (dapat

diubah)

Endogenic faktor

(tidak dapt

diubah)

1. Kelamin

2. Genetic

3. Ras/suku

4. Umur/degene

ratif

Life style (gaya

hidup)

1. Aktifitas fisik

2. Pola makan

3. Kebiasaan

merokok

4. Pola istirahat

hipertensi