bab ii tinjauan pustaka a. pelaksanaan fungsi...

Download BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelaksanaan Fungsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-laelatulkh... · Pemeriksaan fisik lengkap yang dilakukan secara teratur setiap

If you can't read please download the document

Upload: vokhanh

Post on 05-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pelaksanaan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga

    1. Pengertian Perawatan Keluarga

    Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan kesehatan

    masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai unit satu kesatuan yang

    dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai

    upaya mencegah penyakit. Sedangkan keluarga adalah sekumpulan orang

    dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk

    menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan

    fisik, mental, emosional, serta sosial dari anggota keluarga. Keluarga

    adalah unit pelayanan kesehatan dan merupakan kumpulan dua orang atau

    lebih yang ada dan tidak ada hubungan darah atau hubungan secara hukum

    akan tetapi berperan sebagai keluarga atau siapapun yang di katakan klien

    sebagai keluarganya (Friedman, 1999).

    Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses

    yang rumit, sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan

    sistematis untuk bekerja dengan keluarga dan anggota keluarga.

    Pendekatan ini disebut proses keperawatan. Proses keperawatan

    merupakan inti dan sari dari keperawatan, dimana proses adalah suatu aksi

    gerak yang dilakukan dengan sengaja dan sadar dari satu titik ke titik yang

    lain menuju pencapaian tujuan. Pada dasarnya, proses keperawatan

  • 8

    merupakan suatu proses pemecahan masalah yang sistematis, yang

    digunakan ketika bekerja dengan individu, keluarga, kelompok atau

    komunitas. Salah satu aspek terpenting dari keperawatan adalah

    penekanan pada keluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok

    dan komunitas adalah klien atau resipien keperawatan. Secara empiris,

    disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan kualitas kesehatan

    keluarga mempunyai hubungan yang erat. Akan tetapi, hingga saat ini

    sangat sedikit yang diberikan perhatian pada keluarga sebagai objek dari

    studi yang sistematis dalam bidang keperawatan (Anonim, 2008).

    2. Fungsi Perawatan Keluarga

    Fungsi perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam

    pengkajian keluarga. Keluarga merupakan perspektif dasar dalam

    masyarakat dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur,

    dilaksanakan, dan diamankan. Keluarga memberikan perawatan kesehatan

    yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota

    keluarga yang sakit. Perbaikan dan pemeliharaan kesehatan berlangsung

    terutama melalui komitmen dan modifikasi lingkungan serta gaya hidup

    pribadi, hal ini semakin memperkuat peran pokok keluarga dalam

    melaksanakan tanggungjawab terhadap kesehatan para anggotanya. Model

    keperawatan kesehatan yang diberikan pada keluargapun seharusnya

    diubah, penyuluhan dan konseling untuk perawatan diri keluarga

    merupakan tujuan utama dari praktik keperawatan keluarga (Nita, 2008).

  • 9

    Perilaku keluarga berhubungan dengan sehat-sakit. Praktik-praktik

    kesehatan dan penggunaan pelayanan perawatan kesehatan sangat

    bervariasi antar keluarga. Budaya lingkungan kelas social, serta Budaya,

    lingkungan, kelas sosial, serta tingkat perkembangan teknologi akan

    berpengaruh terhadap konsep sehat-sakit keluarga.

    3. Alasan Keluarga Sebagai Fokus Sentral Keperawatan Keluarga

    Beberapa alasan penting meyakinkan mengapa unit keluarga harus

    menjadi fokus sentral dari keperawatan keluarga, yaitu :

    a. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera,

    perpisahan) yang mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga, dan

    dalam hal tertentu, sering akan mempengaruhi anggota keluarga yang

    lain dan unit ini secara keseluruhan.

    b. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status

    kesehatan anggotanya

    c. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada

    peningkatan, perawatan diri (self care), pendidikan kesehatan, dan

    konseling keluarga serta upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi

    resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari lingkungan

    d. Upaya menemukan kasus merupakan suatu alasan bagus lainnya untuk

    memberikan perawatan kesehatan keluarga.

    4. Empat Orientasi Dasar Terhadap Sehat dan Sakit

    Tiga orientasi dasar yang paling menonjol terhadap sehat dan sakit

    adalah :

  • 10

    a. Perasaan sehat-sakit yang objektif (orientasi pada keadaan perasaan).

    b. Ada tidaknya gejala-gejala umum atau spesifik (orientasi pada gejala)

    c. Keadaan mampu atau tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa

    dilakukan (orientasi pada penampilan)

    d. Pentingnya kepercayaan kesehatan pribadi dan keluarga.

    5. Aspek Kehidupan

    Beberapa aspek kehidupan memiliki valensi negative, valensi positif,

    dan valensi netral. Individu akan mencoba untuk menghindari aspek-aspek

    yang dinilai negatif dan sebaliknya mencoba memasukkan aspek positif

    dalam kehidupan mereka. Seorang individu dapat melakukan tindakan-

    tindakan preventif untuk menghindari penyakit jika keluarga dapat

    dipercaya :

    a. Secara pribadi seseorang rentan terhadap penyakit

    b. Keadaan sakit minimal agak berat, sehingga konsekuensi mendapat

    penyakit akan mengganggu kehidupan orang tersebut secara

    signifikan.

    c. Melakukan tindakan tertentu akan bermanfaat dalam mengurangi

    kerentanan terhadap penyakit.

    6. Tugas Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keluarga

    Terdapat beberapa tugas dalam pelaksanaan perawatan kesehatan

    keluarga yaitu (Setiadi, 2008) :

  • 11

    a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

    Mengenal masalah kesehatan keluarga yaitu sejauh mana

    keluarga, mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan keluarga yang

    meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang

    mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah. Dalam hal ini

    memerlukan data umum keluarga yaitu nama keluarga, alamat,

    komposisi keluarga, tipe keluarga, suku, agama, status sosial ekonomi

    keluarga dan aktivitas rekreasi keluarga.

    b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

    Mengambil sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan

    langkah sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya

    masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang

    dihadapi, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap

    negatif terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas yang

    ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat

    informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.

    Dalam hal ini yang dikaji berupa akibat dan keputusan keluarga yang

    diambil. Perawatan sederhana dengan melakukan cara-cara perawatan

    yang sudah dilakukan keluarga dan cara pencegahannya.

    c. Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

    Anggota keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui

    sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui

    sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang

  • 12

    bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui

    keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap

    keluarga terhadap yang sakit. Perawatan keluarga dengan melakukan

    perawatan sederhana sesuai dengan kemampuan, dimana perawatan

    keluarga yang biasa dilakukan dan cara pencegahannya sminimal

    mungkin.

    d. Modifikasi lingkungan fisik dan psikologis

    Sejauh mana mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki,

    keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya

    hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota keluarga. Dengan

    memodifikasi lingkungan dapat membantu dalam melakukan

    perawatan pada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan,

    dalam bentuk kebersihan rumah dan menciptakan kenyamanan agar

    anak dapat beristirahat dengan tenang tanpa adanya gangguan dari

    luar.

    e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar keluarga

    Dimana keluarga mengetahui apakah keberdaan fasilitas

    kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas

    kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

    dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga. Dalam

    memanfaatkan pelayanan kesehatan, dimana biasa mengunjungi

    pelayanan kesehatan yang biasa dikunjungi dan cenderung yang paling

  • 13

    dekat misalnya posyandu, puskesmas maupun Rumah Sakit, Hal ini

    dilakukan dengan alasan lebih efisien waktu dan merasa cocok.

    7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan fungsi perawatan

    kesehatan keluarga :

    a. Praktik gaya hidup, yaitu pola diet, tidur dan istirahat, kebiasaan

    pengunaan obat, perawatan diri

    Sosial budaya, lingkungan, dan gaya hidup memainkan peran

    dalam kesehatan secara nyata. Perbaikan status kesehatan adalah

    melalui perbaikan gaya hidup. Perubahan tingkah laku pribadi dalam

    hal diet, olahraga, merokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat sangat

    diperlukan, dan semua hal itu merupakan faktor-faktor penting yang

    mempengaruhi kesehatan. Praktik diet keluarga, dimana dalam wujud

    sadar gizi sebagai strategi kesehatan akan memberikan kontribusi yang

    besar bagi keluarga untuk memaksimalkan upaya preventif keluarga.

    Informasi tambahan yang relevan dalam mengkaji praktik diet

    keluarga meliputi kesadaran akan fungsi waktu makan bagi keluarga

    dan waktu makan (Nita, 2008).

    Peningkatan status kesehatan secara menyeluruh, perbaikan

    status mental, dan umur yang lebih panjang mempunyai korelasi

    positif dengan kebiasaan tidur dan istirahat yang adequat dan teratur.

    Kebiasaan menggunakan obat dalam keluarga, dimana banyak obat

    yang digunakan oleh keluarga dilakukan sebagai alternatif terhadap

    perawatan professional. Pada umumnya masalah-masalah kesehatan

  • 14

    yang sedang dialami dipandang terlalu sederhana untuk mencari

    perawatan medis atau dianggap bahwa keluarga mampu menanganinya

    secara memadai. Oleh karena itu penting untuk dikaji penggunaan obat

    yang dijual bebas sehingga dapat diketahui efek samping dan efek

    kompatibilitas yang berbahaya (Nita, 2008).

    Praktik perawatan diri., dimana penentuan terhadap kemampuan

    keluarga dalam melakukan perawatan diri dan motivasinya serta

    kompetensi aktual dalam menangani persoalan-persoalan kesehatan

    merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan perawat dalam

    melakukan pengkajian keluarga. Tanggungjawab keluarga terhadap

    perawatan diri tergantung dari pemahaman keluarga terhadap status

    kesehatannya serta masalah-masalah kesehatan dan langkah-langkah

    yang diperlukan untuk memperbaiki dan memelihara kesehatannya

    (Nita, 2008).

    b. Praktik lingkungan, yaitu praktik kebersihan diri dan keamanan

    Praktik lingkungan terdiri dari kebiasaan-kebiasaan atau pola-

    pola yang secara positif atau negatif mempengaruhi status kesehatan

    keluarga atau anggota keluarga.

    c. Praktik preventif berdasarkan medis, pemeriksaan umum dan lebih

    spesifik, pemeriksaan penglihatan dan pendengaran, imunisasi.

    Pemeriksaan fisik lengkap yang dilakukan secara teratur setiap

    tahun bagi populasi yang sehat dianggap sebagai sesuatu yang tidak

    efektif dan merupakan suatu pemborosan. Di lain pihak, pemeriksaan

  • 15

    fisik preventif selektif yang dilakukan secara teratur merupakan sebuah

    upaya yang efektif dari segi biaya dan mampu men-screening beberapa

    kemungkinan utama terhadap kesehatan.

    Pengkajian kesehatan tahunan (pemeriksaan fisik, riwayat

    kesehatan, dan pemeriksaan diagnostik) yang disesuaikan dengan

    umur, ras, dan jenis kelamin sangat penting untuk dilakukan.

    Pengkajian ini memberikan informasi yang diperlukan agar bersama-

    sama klien dapat membuat rencana pemeliharaan kesehatan.

    Pengkajian kesehatan preventif mengidentifikasi faktor resiko dari

    seorang individu. Pengkajian kesehatan juga dapat digunakan untuk

    mendeteksi tanda-tanda penyakit yang tidak tampak serta gejala-gejala

    yang penting dalam temuan kasus.

    Pentingnya status imunisasi, merupakan salah satu tindakan

    paling penting dan paling spesifik untuk mencegah penyakit adalah

    imunisasi. Minimal 75 % - 80 % dari anak-anak yang rentan harus

    diimunisasi secara efektif untuk melindungi komunitas dari penyakit-

    penyakit menular yang dapat dicegah. Adanya riwayat kesehatan

    keluarga dianggap penting karena beberapa hal. Pertama, bahwa

    riwayat keluarga akan sering mengidentifikasi faktor-faktor resiko

    keluarga. Kedua, pengalaman-pengalaman keluarga dengan penyakit

    tertentu mungkin menimbulkan ketakutan, mitos, ataupun salah

    pengertian tentang suatu penyakit. Ketiga, dengan menggali riwayat

    medis keluarga, perawat akan belajar lebih banyak tentang orientasi

  • 16

    keluarga dan dengan demikian perawat akan memperoleh pemahaman

    yang lebih baik tentang masa lalu keluarga.

    d. Praktik kesehatan gigi

    Perawatan kesehatan gigi meliputi perawatan preventif dan

    praktik-praktik kesehatan kuratif. Empat unsur dasar untuk

    pemeliharaan kesehatan gigi yaitu :

    1) Pelayanan gigi preventif yang teratur, termasuk pemeriksaan gigi,

    rontgen, pembersihan, penyuluhan, dan fluoride topical bila perlu.

    2) Penggunaan air yang mengandung fluoride, atau jika tidak ada,

    penggunaan cairan fluoride oral sehari-hari atau tablet untuk anak-

    anak.

    3) Menyikat gigi (flossing) setelah makan.

    4) Penurunan jumlah diet tertentu dari karbohidrat yang dapat

    mengalami fermentasi dalam diet.

    8. Fungsi perawatan kesehatan pada keluarga dengan frekuensi terjadinya

    ISPA

    Pada dasarnya dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga

    dibutuhkan suatu kerjasma antara keluarga dan tenaga kesehatan setempat,

    dimana kerjasama ini dapat mendukung status kesehatan yang dimiliki

    anak usia 0-4 tahun. Fungsi perawatan keluarga dalam hal ini harus

    mampu mengenal masalah yang dihadapi anak usia 0-4 tahun, mengambil

    suatu keputusan, mampu melakukan perawatan terhadap anak usia 0-4

  • 17

    tahun,, mampu memodifikasi lingkungan, mampu dalam memanfaatkan

    fasilitas kesehatan terdekat (Depkes, 2002).

    Pada anak dengan status gizi dan kesehatan yang baik dapat

    terhindar dari penyakit salah satunya penyakit ISPA, dimana keajdian

    penyakit ISPA salah satu faktor risiko yang dapat mempengaruhi adalah

    faktor sosio-demografi, biologis, perumahan dan kepadatan serta polusi.

    Faktor sosio-demografi meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan orangtua,

    penghasilan keluarga, faktor biologi meliputi status gizi, pemberian ASI

    eksklusif. Faktor perumahan dan kepadatan meliputi keadaan lantai,

    dinding, jumlah penghuni kamar yang melebihi 2 orang. Faktor polusi

    dalam ruangan meliputi tidak adanya cerobong asap, kebiasaan ayah

    merokok dan adanya perokok selain ayah (Darmage, 1999).

    Di dalam perawatan kesehatan keluarga mempunyai tugastugas

    perawatan terutama pada anak terkena ISPA yaitu keluarga perlu

    mengetahui masalah yang terjadi pada penderita ISPA khususnya anak

    terkena ISPA yaitu karakteristik anak yang ISPA. Pada anak yang terkena

    ISPA, keluarga melakukan tindakan perawatan sederhana dengan menjaga

    status gizi anak ISPA, menjaga lungkungan tetap bersih. kesehatan

    memutuskan membawa anak terkena ISPA ke pusat kesehatan

    (puskesmas, poli kesehatan), memodifikasi lingkungan tetap asri, cukup

    udara, menciptakan kenyamanan agar anak ISPA dapat beristirahat dengan

    tenang tanpa adanya gangguan dari luar. Pada anak ISPA yang sudah

  • 18

    menahun dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan, agar mendapatkan

    pengobatan secara tepat.

    B. Konsep ISPA

    1. Pengertian ISPA

    Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran

    pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang

    berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas

    laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan

    bawah secara stimulan atau berurutan (Nelson, 1999).

    ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau

    lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk

    jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura

    (Depkes, 2002). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ISPA adalah

    suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian

    saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan

    yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2002).

    2. Klasifikasi ISPA

    Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :

    a. ISPA ringan

    Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala

    batuk, pilek dan sesak.

  • 19

    b. ISPA sedang

    ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari

    390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.

    c. ISPA berat

    Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,

    nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan

    gelisah.

    3. Penyebab penyakit ISPA

    ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran

    nafas. Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan

    bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar

    kayu ini banyak menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat

    terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap

    hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya

    asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga

    banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas.

    Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry

    basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat

    berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2002).

    4. Faktor resiko

    Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Damage (1999) :

    a. Faktor Demografi

    Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :

  • 20

    1) Jenis kelamin

    Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki-

    lakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas

    orang laki-laki merupakan perokok dan sering berkendaraan,

    sehingga mereka sering terkena polusi udara.

    2) Usia

    Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang

    penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah

    tangga yang memasak sambil menggendong anaknya (Depkes RI

    1997).

    3) Pendidikan

    Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh

    dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas

    kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan

    gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA

    yang datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan

    berat karena kurang mengerti bagaimana cara serta pencegahan

    agar tidak mudah terserang penyakit ISPA (Depkes RI ,1999).

    b. Faktor Biologis

    Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu :

    1) Status gizi

    Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau

    terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan

  • 21

    mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak

    minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup.

    Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan

    semakin menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang

    akan masuk kedalam tubuh (Depkes RI, 2004).

    2) Faktor rumah

    Membuat ventilasi udara serta pencahayaan di dalam rumah sangat

    diperlukan karena akan mengurangi polusi asap yang ada di dalam

    rumah sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap

    tersebut yang lama kelamaan bisa menyebabkan terkena penyakit

    ISPA. Begitu juga keadaan jumlah kamar yang penghuninya lebih

    dari 2 orang, karena bisa menghalangi proses pertukaran udara

    bersih sehingga menjadi penyebab terjadinya ISPA (Krieger dan

    Higgins, 2002).

    c. Faktor Polusi

    Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu :

    1) Cerobong asap

    Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-pabrik

    industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong

    tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas terbawa oleh angin.

    Cerobong asap sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi vertikal,

    sebab gas (asap) yang dibuang melalui cerobong horizontal dan

    dialirkan ke bak air akan mudah larut. Setelah larut debu halus dan

  • 22

    asap mudah dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan

    oleh media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa

    menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut dilakukan

    supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara, apalagi hujan asam.

    Cerobong asap juga bisa berasal dari polusi rumah tangga, polusi

    rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak,

    bahan bakar untuk memasak yang paling banyak menyebabkan

    asap adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang

    (Depkes RI, 1999).

    2) Kebiasaan merokok

    Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000

    bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen

    oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein, acetilen, benzol

    dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol,

    ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut

    akan beresiko terserang ISPA (Depkes RI, 1999).

    5. Faktor timbulnya penyakit

    Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom

    dikutip dari Effendy (1999) menyebutkan bahwa lingkungan merupakan

    salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

    sehat atau tidaknya lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan

    masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri.

    Disamping itu, derajat kesehatan juga dipengaruhi oleh lingkungan,

  • 23

    misalnya membuat ventilasi rumah yang cukup untuk mengurangi polusi

    asap maupun polusi udara, keturunan, misalnya dimana ada orang yang

    terkena penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang

    terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga disebabkan karena

    keturunan, dan dengan pelayanan sehari-hari yang baik maka penyakit

    ISPA akan berkurang dan kesehatannya sedikit demi sedikit akan

    membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

    6. Tanda dan gejala

    ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian

    saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan

    dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta

    perubahan struktur fungsi siliare.

    Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing,

    malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah),

    photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara

    nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan

    dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas

    apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian.

    (Nelson, 1999). Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Departemen

    Kesehatan RI ( 2002 ) adalah :

    a. ISPA ringan

    Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala

    batuk, pilek dan sesak.

  • 24

    b. ISPA sedang

    ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari

    390C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.

    c. ISPA berat

    Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,

    nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan

    gelisah.

    7. Pencegahan ISPA

    Menurut Departemen Kesehatan RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:

    a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik

    Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan

    mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain

    penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat

    lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur,

    serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita

    tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh

    kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri

    penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.

    b. Imunisasi

    Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak

    maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga

  • 25

    kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam

    penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.

    c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

    Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan

    mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,

    sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa

    menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat

    memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan

    sehat bagi manusia.

    d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

    Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/

    bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit

    ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit

    penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya

    berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun

    bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran

    pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di

    udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).

  • 26

    C. Kerangka Teori

    Gambar 2.1. Kerangka Teori : Sumber : Friedman (1999), Krieger dan Higgins, (2002), Depkes RI, 2004).

    D. Kerangka Konsep

    Gambar 2.2. Kerangka Konsep

    Variabel bebas Variabel terikat

    Pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga pada keluarga

    Frekuensi terjadinya ISPA

    Faktor-faktor resiko ISPA 1. Demografi

    a. Jenis kelamin b. Umur c. Pendidikan

    2. Faktor biologi a. Status gizi b. Faktor rumah

    3. Faktor polusi a. Cerobong

    asap/pabrik/rumah tangga b. Kebiasaan merokok

    Frekuensi terjadinya ISPA pada anak usia 0-4 tahun

    Pelaksanaan Fungsi perawatan kesehatan : a. Mengenal masalah keluarga b. Mengambil keputusan c. Merawat anggota keluarga

    yang mengalami masalah d. Memodifikasi lingkungan

    fisik dan psikologis kesehatan

    e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

    Faktor-faktor yang

    mempengaruhi Pelaksanaan

    Fungsi perawatan kesehatan :

    a. Praktik gaya hidup

    b. Praktik lingkungan

    c. Praktik preventif

    d. Praktik kesehatan gigi

  • 27

    E. Variabel Penelitian

    Variabel penelitian ini terdiri dari :

    1. Variabel Bebas

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelaksanaan fungsi perawatan

    kesehatan pada keluarga yang mempunyai anak usia 0-4 tahun

    2. Variabel Terikat

    Varibel terikat dalam penelitian ini adalah frekuensi terjadinya ISPA

    F. Hipotesa

    Ha : Ada hubungan antara pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga

    pada keluarga yang mempunyai anak usia 0-4 tahun dengan frekuensi

    terjadinya ISPA di Desa Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo,

    Kabupaten Grobogan.

    Ho : Tidak ada hubungan antara pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan

    keluarga pada keluarga yang mempunyai anak usia 0-4 tahun dengan

    frekuensi terjadinya ISPA di Desa Tanggung, Kecamatan

    Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan.