analisis jurnal efek latihan nafas teratur

23
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Salah satu penyakit genetik yang kian hari bertambah dan sering anak-anak pada berbagai tingkatan usia adalah thalasemia. Suatu kelai pemendekaan umur eritrosit. Pada kondisi normal eritrosit dibentuk dan bekerj 120 hari. Pada kasus Thalassemia, usia memendek bisa sampai 30 hari atau kura Kondisi ini dapat menyebabkan anak dapat mengalami gangguan pertumbuhan perkembangan. Penanganan utama Thalassemia saat ini selain meningkatka nutrisi dan pengaturan aktivitas dengan pemberian transfuse darah. Kebutuhan umur eritrosit dalam tubuh, ditunjukkan dengan berbagai manisfestasi klinis yang berhubungan dengan hematologi. Makin pendek durasi umur eritrosit mak interval mendapatkan transfuse darah, sehingga anak makin sering mendapatkan nyeri akibat insersi jarum suntik. Kondisi kronis ini dapat menimbulkan efek baik fisik maupun psikologis pada anak. Salah satu cara atau metode untuk mengatasi efek tersebut denga pengalihan perhatian anak pada hal lain yang ditujukan untuk menurunkan reaksi traumatic pada anak. Berbagai penelitian sudah dilakukan yang berkaitan denga antara lain musik, teknik nafas dalam, menonton TV, game, dll. Pembahasan dalam tulisan ini merupakan analisis terhadap artikel hasil p yang dilakukan pada anak dengan Thalassemia untuk membandingkan pengaruh lati pernafasan dalam teratur dan meniup balon sebagai mainan dalam menga pemasangan (insersi) IV kateter pada anak usia sekolah.

Upload: ani-mulyaningrum-godjali

Post on 21-Jul-2015

452 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Salah satu penyakit genetik yang kian hari bertambah dan sering dialami oleh anak-anak pada berbagai tingkatan usia adalah thalasemia. Suatu kelainan darah akibat pemendekaan umur eritrosit. Pada kondisi normal eritrosit dibentuk dan bekerja selama 120 hari. Pada kasus Thalassemia, usia memendek bisa sampai 30 hari atau kurang. Kondisi ini dapat menyebabkan anak dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Penanganan utama Thalassemia saat ini selain meningkatkan kualitas nutrisi dan pengaturan aktivitas dengan pemberian transfuse darah. Kebutuhan ini sesuai umur eritrosit dalam tubuh, ditunjukkan dengan berbagai manisfestasi klinis yang berhubungan dengan hematologi. Makin pendek durasi umur eritrosit makin pendek interval mendapatkan transfuse darah, sehingga anak makin sering mendapatkan rangsang nyeri akibat insersi jarum suntik. Kondisi kronis ini dapat menimbulkan efek traumatic baik fisik maupun psikologis pada anak. Salah satu cara atau metode untuk mengatasi efek tersebut dengan distraksi, pengalihan perhatian anak pada hal lain yang ditujukan untuk menurunkan reaksi traumatic pada anak. Berbagai penelitian sudah dilakukan yang berkaitan dengan distraksi, antara lain musik, teknik nafas dalam, menonton TV, game, dll. Pembahasan dalam tulisan ini merupakan analisis terhadap artikel hasil penelitian yang dilakukan pada anak dengan Thalassemia untuk membandingkan pengaruh latihan pernafasan dalam teratur dan meniup balon sebagai mainan dalam mengatasi nyeri pemasangan (insersi) IV kateter pada anak usia sekolah.

1

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan penulisan analisis jurnal ini, mahasiswa diharapkan dapat melakukan analisa terkait hasil penelitian tentang efek latihan bernafas teratur dan meniup balon dalam mengatasi nyeri saat insersi kateter pada anak usia sekolah. 2. Tujuan Khusus Mahasiswa dapat : a. Menjelaskan konsep yang mendasari efek latihan bernafas teratur dan meniup balon dalam mengatasi nyeri saat insersi kateter pada anak usia sekolah dalam artikel yang dibahas. b. Menganalisa efek latihan bernafas teratur dan meniup balon dalam mengatasi nyeri saat insersi kateter pada anak usia sekolah dalam artikel hasil penelitian. c. Menganalisa kemungkinan efek latihan bernafas teratur dan meniup balon dalam mengatasi nyeri saat insersi kateter pada anak usia sekolah dapat diterapkan di Indonesia.

C. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam tugas ini adalah sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan pustaka, berisi konsep dasar thalasemia dan latihan bernafas teratur dan meniup balon dalam mengatasi nyeri saat insersi kateter pada anak usia sekolah Bab III. Hasil penelitian, mengemukakan hasil penelitian

2

Bab IV. Pembahasan, berisi analisa hasil penelitian dan kemungkinan penerapan di Indonesia, dan Bab V. Kesimpulan

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Thalasemia 1. Definisi Thalassemia menurut asal katanya Thalasa (B. Yunani) yang berarti lautan dan emia artinya darah, jadi penyakit darah yang luas seperti lautan Penyakit kelainan darah berupa pendeknya umur sel darah karena sangat sedikitnya Hb di dalam sel darah merah, penyakit ini bersifat herediter bagi kedua pembawa sifat. Thalasemia dapat digolongkan menjadi mayor dan minor (Carrier) a. Kedua orang tua bukan pembawa sifat (sehat) maka semua anak mereka mempunyai darah normal tidak thalasemia minor atau mayor. b. Salah satu dari orang tua dengan trait thalasemia, maka diantara anaknya akan mengalami thalasemia minor (trait thalasemia) c. Kedua orang tua dengan thalasemia bawaan maka anaknya akan mengalami trait thalasemia, thalasemia mayor, dan anaknya sehat.

2. Patofisiologi Normal hemoglobin pada post natal: Hemoglobin mengikat O2 dalam sel darah merah, bila terjadi terputusnya seluruh atau sebagian pada rantai dapat meningkatnya sintesis pada rantai sehingga terjadi kerusakan/defective formasi hemogelobin karena tidak seimbang polypeptida

mengakibatkan rusaknya sel darah merah, sehingga terjadi anemia

4

Kompensasi dari hemolitik proses terjadi pembentukan sel darah merah secara berlebihan sehingga mengalami aktifitas eritropoetik yang tidak efektif menyebabkan hyperekspansi volume bone marrow dapat terjadi tidak normalnya tulang skeletal (forontal, maxila). Extramedular hematopoesis menyebabkan membesarnya liver, ginjal, limpa dapat meningkatkan hemolysis, pemberian transfusi dapat menyebabkan pula hemosiderosis sehingga tertumpuknya zat besi dalam jaringan

3. Manifestasi klinis a. Data Subjektif : merupakan gejala anemia seperti sakit kepala, sakit tulang precordial, intoleran terhadap aktivitas, tidak bergairah, anoreksia dan mudah lelah b. Data objektif : kepala tampak besar karena ada perubahan tulang frontal dan parietal, penonjolan tulang pipi (tulang malar/cheek bone), pembesaran maxila penonjolan gigi depan bibir terdorong, tanda Mongoloid pada mata, Hepatosplenomegali perut buncit c. Pemeriksaan laboratorium: eritrosit immatur, Hb dan Ht d. Pada X-Ray kelainan bentuk tulang

4. Terapi a. Pemberian transfusi untuk mempertahankan hemoglobin paling rendah 6-8 mg% biasanya setiap 4-5 minggu sekali. b. Pemberian iron chelating agent, Desferal berfungsi untuk mengeluarkan besi yang tertimbun dalam jaringan tubuh akibat transfusi yang berulang, cara pemberian: iv, im, sub cutan. Dosis 1-2 mg/hari. Zat besi akan dikeluarkan melalui urin. c. Splenektomi (pengangkatan limpa), dengan indikasi jika umur eritrosit sudah terlalu singkat dimana jarak antara 2 seri transfusi sudah terlalu dekat. Indikasi lain

5

bila limpa sudah sedemikian besarnya sehinggga mengganggu pergerakan dan aktivitas, sebaiknya dikerjakan pada penderita thalasemia yang berusia 4 - 5 tahun.

5. Transfusi Darah Volume darah secara keseluruhan 8 10 % dari BB. Berkurangnya darah dalam tubuh akibat luka, kecelakaan operasi, anemia, dll. Dapat ditanggulangi dengan transfusi sebagai terapi suportif. Transfusi adalah suatu tindakan memasukan darah atau komponennya ke dalam sistem pembuluh darah seseorang. Tujuan pemberian transfuse untuk menambah darah pada penderita yang kehilangan darah karena berbagai sebab, menambah kemampuan darah pada penderita untuk mengangkut O2 dan zat nutrien dan membantu pengobatan (suportif). Jenis-jenis komponen darah terdiri dari Pack cell, Plasma, suspensi granulosit dan suspensi trombosit. Komplikasi /efek samping dapat menimbulkan reaksi immunologi atau non immunologi. 7. Pemberian Disferal Pump Disferal adalah sejenis obat untuk mencegah kelebihan/penimbunan zat besi dalam jaringan tubuh dengan cara pengikatan zat besi iron chelating akan dihancurkan dan diekskresikan dalam urin sebagai peroksamin Cara kerja dari Desferal membentuk suatu kompleks yang stabil (chelat) dengan Ferri dan mampu mengeluarkan besi dari berbagai protein yang mengandung ferritin dan hemosiderosin tetapi tidak dapat mengeluarkan zat besi dari hemoglobin atau besi yang terdapat pada enzim. Cara kerja lain Desferal mengikat besi pada jaringan tubuh dalam bentuk feroksamin dan bersifat hidrofilik dan memiliki berat molekul yang rendah dibandingkan kompleks besi endogenous dapat dikeluarkan dengan mudah dalam urin.

6

Desferal tidak mempengaruhi pengeluaran elektrolit / trace elemen dan hanya membantu eliminasi besi yang berlebihan. Pemberian desferal bertujuan untuk mengeluarkan zat besi yang overload agar tidak menyebabkan kerusakan jaringan tubuh lain dengan memperbaiki kualitas hidup pasien, memberi kemungkinan hidup lebih lama dan memperbaiki fungsi organ-organ tubuh akibat komplikasi transfusi. Pemasangan Desferal diindikasikan sebagai terapi untuk pasien yang tergantung transfusi (thalasemia, anemia aplastik dan anemia hemolitik), penimbunan besi patologik atau keracunan besi akut. Dapat pula sebagai diagnostik untuk diagnosa penimbunan zat besi patologi Tindakan-tindakan tersebut dilakukan pada anak dengan Thalassemia secara periodic, sehingga dapat menimbulkan efek traumatic pada anak. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pengalihan (distraksi) sehingga anak tidak focus pada rasa nyeri yang dirasakannya. Salah satu cara distraksi nyeri dengan latihan nafas dalam dan meniup balon. B. Mengatasi Nyeri akibat tindakan prosedur atau terapi Berbagai cara atau metode dilakukan perawat dalam mengatasi rasa nyeri terutama pada setiap pelaksanakan tindakan invasif. Terlebih lagi bila dilakukan pada kasus anak dengan kasus kronis dengan tindakan invasive periodic. Hal ini dapat menimbulkan traumatic baik fisik maupun mental emosional. Hasil penelitian sudah banyak dilakukan dengan berbagai cara mengatasi nyeri baik farmakologis maupun non farmakologis. Salah satu cara termasuk non farmakologis adalah distraksi. Banyak cara pula melakukan distraksi, seperti latihan nafas dalam teratur, music, mainan, nonton TV atau dengan meniup balon

7

BAB III HASIL PENELITIAN

EFEK DARI LATIHAN BERNAPAS TERATUR DAN MENIUP BALON DALAM MENGATASI RASA NYERI SAAT INSERSI IV KATETER PADA ANAK USIA SEKOLAH

Samaneh Bagheriyan, Fariba Borhani, MSc, Abbas Abbaszadeh, dan HadiRanjbar Korespondensi ke: Fariba Borhani, email: Fariba [email protected]. Artikel ini berasal dari tesis MSc Kerman Universitas Ilmu Kesehatan. Diterima 12 November 2010; diterima 13 Januari 2011.

Abstrak Prosedur pengobatan atau perawatan merupakan sumber nyeri yang paling umum pada anak. Anak-anak dengan penyakit kronis seperti Thalassemia mengalami nyeri selama prosedur termasuk pada saat-saat diagnosis, pengobatan dan pengendalian penyakit. Beberapa metode telah dilaporkan untuk mengurangi rasa sakit. Profesional klinis biasanya menggunakan teknik distraksi untuk mengurangi rasa sakit. Namun, ada kesepakatan diantara mereka ada teknik distraksi yang lebih baik untuk mengurangi rasa sakit. Tujuan dari penelitian ini membandingkan efek dari latihan bernapas teratur dan memggunakan balon (meniup balon) dalam mengatasi rasa sakit saat insersi kateter pada anak usia sekolah. Penelitian ini merupakan uji coba klinis yang dilakukan pada 60 anak usia 6 sampai 12 tahun, yang menderita Thalassemia dan memiliki sebuah file di Pusat Thalassemia. Partisipan secara acak dibagi menjadi dua kelompok eksperimen dan kontrol. Penggunaan balon (meniup balon) dilakukan untuk kelompok pertama dan latihan teratur dilakukan untuk kelompok kedua. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner demografi, skala perilaku untuk gejala sakit anak dan penilaian numeric pada skala nyeri . Data dianalisis menggunakan deskriptif (frekuensi, mean dan standar deviasi) dan statistik inferensial (ANOVA, Kruskal Wallis, dan Mann Whitney U test dan korelasi Spearman). Hasil dari penelitian diperoleh bahwa skor nyeri rata-rata berdasarkan skala numerik adalah 5,60 3,13 pada kelompok control, 1,60 1,75 pada kelompok balon meniup balon dan 1,85 1,42 pada kelompok latihan pernapasan teratur. Skor rata-rata gejala nyeri perilaku adalah 3,80 2,80 pada kelompok kontrol, 1,15 1,13 pada kelompok balon (meniup balon) dan 0,96 0,75 pada kelompok latihan pernapasan teratur.8

Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam skor nyeri rata-rata (berdasarkan skala numerik dan skala perilaku nyeri) antara kelompok kontrol dan kelompok lain setelah injeksi, tetapi perbedaan dalam skor nyeri rata-rata antara kedua kelompok eksperimen setelah injeksi tidak signifikan. Kesimpulan hasil penelitian ini, metode distraksi baik latihan bernapas teratur maupun penggunaan balon (meniup balon) dapat mengurangi rasa sakit saat insersi kateter pada anak dan tidak ada perbedaan antara efek keduanya dan dapat digunakan sesuai kebutuhan atau kepentingan anak. KATA KUNCI: Nyeri, Thalassemia, distraksi, anak usia sekolah Thalassemia adalah kelainan genetik yang paling umum, terdapat 3% dari populasi dunia adalah pembawa thalassemia gen. Menurut statistik dunia, pembawa gen

thalassemia di wilayah Mediterania dan Asia Tenggara adalah 5% thalassemia termasuk Negara Iran. Saat ini, kemajuan teknologi telah mendukung diagnosis dan pengendalian penyakit kronis menjadi lebih baik termasuk penyakit Thalassemia. Hal ini dapat

menyebabkan peningkatan jumlah anak yang menderita penyakit ini. Sifat Thalassemia anak harus dirawat di rumah sakit dan menjalani diagnosis dan prosedur perawatan secara rutin yang dapat menimbulkan rasa sakit. Menetapkan jalur intravena (IV kateter) adalah salah satu prosedur invasif yang paling umum dilakukan pada anak dengan Thalassemia yang menyebabkan rasa sakit. Rasa nyeri pada anak-anak sangat penting yang dinyatakan sebagai aspek yang sangat menimbulkan stres bagi anak. Pasien Thalassemia yang berulang kali mendapat tindakan pemasangan IV kateter yang

menimbulkan nyeri dan kecemasan, memerlukan strategi untuk mengurangi rasa sakit dan membuatnya tahan sangat penting. Sakit adalah salah satu diagnosa keperawatan utama dan perawat dapat membuat rencana perawatan untuk mengurangi itu. Beberapa metode farmakologis dan non-farmakologis untuk mencegah dan mengurangi rasa sakit. Salah satu metode non-farmakologis untuk mengurangi rasa sakit adalah metode distraksi. Distraksi dapat berupa visual (menghitung benda, menonton TV), vocal9

(mendengarkan musik), sentuh gerak (pernapasan biasa lambat), dan purposive (menggunakan mainan). Penyebab fokus distraksi untuk mengatasi nyeri dan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Distraksi merupakan salah satu metode paling praktis, mudah dan paling rendah biaya sebagai non-farmakologis nyeri. Sebuah studi yang dilakukan di AS membandingkan metode distraksi dengan metode bantuan nyeri lainnya seperti krim EMLA menunjukkan bahwa distraksi ini lebih efektif dalam mengurangi rasa sakit pada anak yang dirujuk untuk vaksinasi. Namun beberapa penelitian lain seperti yang dilakukan Hassanpour, dkk. (2006), yang bertujuan untuk membandingkan metode distraksi dan cryoterapi menunjukkan bahwa metode keduanya efektif untuk mengurangi nyeri injeksi. Mengingat berbagai metode distraksi, studi menunjukkan bahwa metode distraksi dapat memberikan efek yang besar dalam mengurangi nyeri pada anak. Hampir semua studi menyetujui bila distraksi memberikan efek untuk mengurangi rasa sakit pada pasien, tetapi efek dari metode ini untuk mengurangi rasa sakit anak yang menderita thalassemia yang harus sering menjalani prosedur insersi yang menyakitkan kurang dipelajari. Studi yang telah ada terutama membandingkan distraksi dengan metode lain seperti EMLA cream dan cryotherapy dan belum mendapat perhatian untuk membandingkan kedua metode distraksi tersebut. Metode distraksi dapat membantu perawat untuk menemukan metode yang paling efektif dan menggunakannya jika memungkinkan. Pengalaman peneliti bekerja dengan anak-anak dengan Thalassemia telah menyusun rancangan studi berdasarkan pengalaman pribadi dan literatur yang ada. Pertama, rasa sakit pada anak-anak pada saat injeksi adalah kurang mendapat perhatian perawat dan strategi untuk mengurangi rasa sakit jarang dilakukan. Kedua, karena beban tugas perawat tidak memiliki cukup waktu untuk mempelajari metode ini yang

membutuhkan pembelajaran jangka panjang, bahkan ketika mereka memperhatikan10

mengalihkan perhatian anak dari rasa sakit. Karena itu, jika beberapa metode sederhana seperti meniup balon balon membuat anak-anak dengan mudah memberikan efek yang sama dari metode lain seperti bernapas latihan dan memungkinkan perawat untuk mengatasi masalah adanya kurangnya perhatian terhadap penghilang rasa sakit, sementara menghemat waktu perawat dan memungkinkan bagi lebih memperhatikan tugas mereka. Perlu disampaikan disini bahwa anak-anak lebih tertarik pada game, selain untuk mengalihkan perhatian mereka dari rasa sakit, membuat lingkungan rumah sakit menarik bagi anak-anak dan membuat mereka menerima perlakuan yang lebih baik. Oleh karena itu, membandingkan dua metode ini dalam sebuah proyek penelitian dapat mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan pembahasan diatas, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas latihan pernapasan teratur dan meniup meniup balon balon sehingga dapat mengatasi rasa sakit saat insersi IV kateter pada anak-anak yang menderita Thalassemia yang dirujuk ke Pusat Thalassemia di kota Kerman. METODE Penelitian ini merupakan uji coba klinis pada 60 orang anak usia 6 sampai 12 tahun yang menderita Thalassemia mayor dan dirujuk ke Pusat Thalassemia di kota Kerman (salah satu kota terbesar di Iran dan merupakan pusat provinsi Kerman di Iran Tenggara). Kota ini bagian tengah Kerman dengan penduduk menurut sensus 2006 oleh Pusat Statistik Iran adalah 515.114 orang. Pada 2010 yang memenuhi kriteria pengambilan sampling dengan menggunakan metode secara acak, partisipan dibagi menjadi tiga kelompok (2 kelompok percobaan dan 1 kelompok kontrol). Kriteria termasuk usia 6 s.d. 12 tahun, memiliki file medis di Pusat Thalassemia dan bersedia untuk menjadi partisipan dalam penelitian. Anak yang memiliki masalah fisik (verbal, mental, visual dan pendengaran)11

dan masalah psikologis atau menggunakan penghilang rasa sakit atau obat kecemasan tidak termasuk dalam penelitian ini. Setelah mendapatkan izin dari Pusat Thalassemia, pengambilan sampel dimulai. Peneliti memperkenalkan diri pada partisipan dan memperoleh persetujuan tertulis dari orang tua dan persetujuan lisan dari anak-anak, kemudian dibagi secara acak menjadi tiga kelompok. Pemilihan acak berdasarkan melempar dadu. Dalam satu kelompok injeksi dilakukan dengan cara biasa dari bangsal (tanpa aktivitas untuk menghilangkan rasa sakit) dan dua kelompok lain distraksi metode mainan balon (meniup balon) membuat untuk satu kelompok dan latihan pernapasan secara teratur. Pada kelompok balon meniup balon, anak-anak diinstruksikan untuk menggunakan meniup balon dan diminta untuk melakukannya satu menit sebelum dan selama insersi IV kateter sampai fiksasi angiocath. Pada kelompok latihan pernapasan teratur, anak-anak diajarkan bagaimana melakukan latihan pernapasan yang teratur dan diminta untuk melakukannya satu menit sebelum dan selama insersi IV kateter sampai fiksasi angiocath. Untuk kelompok ini, metode pernapasan Hei-hu diterapkan. Dalam metode ini, anak pertama mengambil napas dalam saat berbisik Hei, kemudian tarik napas dalam lagi dan menghembuskan napas berbisik Hu. Alasan untuk memilih pembuatan meniup balon sebagai mainan dan bernapas latihan adalah untuk membandingkan dua metode yang berbeda dari terapi distraksi, permainan dan sentuhan-gerakan terapi. Juga,

alasan lain untuk menggunakan mainan ini menjadi murah dan yang cocok baik untuk anak laki-laki maupun anak perempuan. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner demografi, skala perilaku untuk gejala sakit anak dan Skala Nyeri Penilaian Numeric. Demografi data kuesioner dilakukan dengan mewawancarai anak atau salah satu orangtua.

12

Pada tahap berikutnya, skala nyeri selama prosedur perilaku pada anak-anak dari ketiga kelompok yang diamati dan dicatat. Skala nyeri perilaku digunakan untuk menentukan beratnya nyeri saat insersi penyisipan kateter melalui reaksi anak-anak selama injeksi. Skala ini meliputi lima bagian dari wajah, kaki, aktivitas, menangis dan kesungguhan. Setiap bagian memiliki skor 0 - 2 dan skor yang lebih tinggi menunjukkan reaksi yang lebih terhadap rasa sakit. Skor dari setiap bagian dicatat secara terpisah dan kemudian, skor dari semua bagian ditambahkan untuk menghitung total skor nyeri. Rentang skor adalah dari 0 (terendah) sampai 10 (tertinggi). Peneliti mencatat skala dengan mengamati perilaku anak-anak selama injeksi. Keandalan dari instrumen ini telah dinilai pada studi sebelumnya, termasuk Hamed Tavassoli (1387) yang menghitung reliabilitas r = 74% dan Lwuiz dkk. (2002) yang melaporkan reliabilitas r = 88% . Validitas instrumen ini telah disetujui analisis isinya oleh sepuluh guru keperawatan. Setelah injeksi, nyeri anak dinilai dengan skala nyeri numerik. Skala ini ditunjukan kepada anak dan mereka diminta untuk memilih rasa sakit mereka dari angka 0 - 10. Skala linear dari nol sampai sepuluh untuk nyeri adalah skala standar untuk menilai nyeri. Untuk beberapa pasien anak atau lebih tua, penggunaan skala visual tidak akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu, dalam kasus ini, skala peringkat dengan skala sederhana ini yang dapat menggambarkan rasa sakit atau skala numerik dari 0 - 10 dapat digunakan. Validitas dan reliabilitas skala ini juga disetujui oleh studi lainnya. Perawat bertanggung jawab untuk pemasangan IV kateter, jenis ukuran dan produsen angiocath, sisi injeksi dan kondisi lingkungan adalah sama dalam semua kasus. Data dianalisis menggunakan deskriptif (frekuensi, mean dan standar deviasi) dan statistik inferensial (ANOVA, Kruskal Wallis, dan Mann Whitney U test dan korelasi Spearman).

13

HASIL Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 56,7% dari subyek adalah perempuan dan 43,3% laki-laki. Chi kuadrat menunjukkan ketiga kelompok dipasangkan menurut jenis kelamin (p = 0,622). Usia rata-rata dalam kelompok balon (meniup balon) adalah 9,55 2,30 tahun, latihan bernafas 10,25 1,33 tahun dan pada kelompok kontrol

9,90 2,38 tahun dan ANOVA menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok mengenai umur (p = 0,127). Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok mengenai beratnya nyeri berdasarkan skala

nyeri numerik (p =0). Juga meng-gunakan Kruskal Wallis, perbedaan signifikan terlihat antara tiga kelompok mengenai beratnya nyeri berdasarkan skala nyeri perilaku (p = 0) Tabel 1. Perbandingan rata-rata berat nyeri dengan skala perilaku dan skala nyeri numerik dari ketiga kelompok dengan menggunakan Test Kruskal Wallis.

Membandingkan nilai rata-rata dari skala nyeri numerik antara kedua kelompok kontrol dan penggunaan balon dan antara dua kelompok latihan pernapasan dan kontrol

oleh Mann Whitney U test menunjukkan perbedaan yang signifikan (p= 0), tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok balon dan latihan pernapasan (p = 0,323). Selain itu, membandingkan skor rata-rata skala nyeri perilaku antara kedua kelompok kontrol dan meniup balon dan juga antara kedua kelompok latihan pernapasan dan kontrol dengan uji Mann Whitney U menunjukkan perbedaan yang bermakna (p =0),

14

tapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok balon dan latihan pernapasan (p = 0,253). Tabel 2. Perbandingan rata-rata berat nyeri partisipan dengan skala perilaku dan skala nyeri numeric diantara kelompok yang berbeda

Ada korelasi langsung dan signifikan antara skala nyeri numerik dan satu perilaku menggunakan Spearman korelasi (rho = 0,674, p < 0,001). Ada hubungan yang terbalik dan signifikan antara peningkatan usia dan skala nyeri numeric menggunakan uji korelasi Spearman, sehingga bertambahnya usia, dilaporkan skor nyeri lebih rendah (rho = 0,278, p < 0,05). Selain itu ada korelasi terbalik dan signifikan antara peningkatan usia dan skala nyeri perilaku menggunakan uji korelasi Spearman (rho = - 0,359, p < 0,01). Sementara nilai rata-rata nyeri berdasarkan skala nyeri numerik pada anak perempuan (3,02 2,65) sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-laki (3 3.17), Mann Whitney U test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (p= 0,678). Namun, skor nyeri berdasarkan skala nyeri perilaku pada anak laki-laki (2,30 2,66) lebih tinggi dibandingkan pada anak perempuan (1,58 1,78), meskipun Mann Whitney U test menunjukkan ada perbedaan bermakna (p = 0.324).15

DISKUSI Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam skor nyeri rata-rata antara ketiga kelompok latihan pernapasan, meniup balon dan metode biasa, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata anak-anak rasa sakit pada kedua kelompok meniup balon dan latihan bernapas. Menimbang bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok mengenai berbagai variabel seperti usia, jenis kelamin, dll dan dampak faktor independen hanya distraksi, dapat disimpulkan bahwa distraksi menyebutkan nyeri vaksinasi dan efektif dalam mengurangi rasa sakit anak. Banyak penelitian telah pengaruh metode distraksi pada nyeri. Cohen (2007) mengurangi stres. Bellieni (2006), Windich Baimer (2007)

dan Hassanpour (2006) dalam studi yang berbeda mengurangi rasa sakit pada pemasangan IV kateter pada anak usia sekolah dengan menggunakan metode distraksi. Hasil dari studi Sinha et al. (2006) menunjukkan distraksi yang dapat mengurangi rasa sakit pada anak dibawah 10 tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan antara kedua metode distraksi latihan pernapasan dan meniup balon, sedangkan penelitian lain perbedaan antara berbagai metode. Esmaeili dkk. (2008) dan

Valizadeh dkk. (2004) dibandingkan dua metode latihan pernapasan dan musik pada nyeri kateter pada saat transfusi darah dan menemukan bahwa meskipun kedua

metode mengurangi rasa sakit anak-anak secara signifikan, musik lebih memberikan efek dari latihan pernapasan. Broome dkk. (1998) menggunakan teknik pernapasan biasa pada anak dengan kanker pada saat menarik CSF dan rasa sakit secara signifikan menurun. Manne dkk. (1994)

menggunakan alat yang disebut kristal untuk bernafas teratur untuk mengalihkan perhatian dari kateter dan mengurangi rasa sakit secara signifikan.16

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan balon selama injeksi dibandingkan dengan metode biasa dapat mengurangi rasa sakit anak-anak. Hasil ini menyetujui temuan Alavi dkk. (2005), menggunakan balon sebagai mainan untuk mengurangi rasa sakit anak-anak dari kateter. Dalam studi Gupta et al. (2006) juga distraksi dengan

menggunakan bola musik mengurangi rasa sakit dari kateter pada anak usia sekolah yang menjalani pembedahan elektif. Temuan lain dari penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara gender dan dilaporkan sendiri rasa sakit dan nyeri perilaku. Hasil sebuah studi oleh Arts et al. juga tidak menemukan efek yang signifikan untuk jenis kelamin pada beratnya nyeri dan reaksi perilaku, yang dalam perjanjian dengan Tootoonchi study saat ini juga tidak menemukan hubungan signifikan antara tingkat keparahan nyeri dan gender. Selain itu, dalam penelitian ini, ada hubungan terbalik yang signifikan antara umur dan skor skala numerik dalam dua skala perilaku sehingga dengan bertambahnya usia, skor nyeri dilaporkan menurun. Arden (2006) juga percaya bahwa usia merupakan faktor efektif dalam keparahan nyeri dan dengan meningkatnya usia, toleransi rasa sakit juga meningkatkan hasil . Penelitian lain juga menunjukkan hubungan terbalik antara rasa sakit dan usia. Dalam studi Pourmovahed et all. (2008), nilai rata-rata dari persepsi rasa sakit pada anak usia 10 - 12 tahun lebih rendah dibandingkan dengan usia 6 - 9 tahun. KESIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distraksi mengurangi rasa sakit dari prosedur injeksi pada anak usia sekolah yang menderita Thalassemia. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode sederhana seperti latihan mainan atau pernapasan menggunakan balon sesuai dengan pilihan dan kerjasama, pengalaman dari prosedur yang menyakitkan

17

invasif pada anak dengan penyakit kronis yang mengalami banyak rasa sakit selama prosedur menyakitkan seperti diagnosis, pengobatan dan pengendalian penyakit mereka dapat dikurangi. Sejak di pusat-pusat anak-anak untuk pengobatan Thalassemia, saat ini tidak ada yang dilakukan untuk distraksi, hasil studi ini merekomendasikan

menggunakan metode ini untuk mengurangi rasa sakit pada anak dengan Thalassemia. Mengingat peran penting perawat dalam tim perawatan kesehatan, kami berharap bahwa hasil penelitian ini membantu mereka mengurangi rasa sakit dan komplikasi mental, emosional dan fisik yang tidak diinginkan dari anak yang dirawat di rumah sakit yang menjalani prosedur yang menyakitkan. Para kepentingan dalam penelitian ini penulis menyatakan tidak ada konflik

18

BAB IV PEMBAHASAN A. Analisa Hasil Penelitian Hasil penelitian tersebut pada bab terdahulu, menunjukkan bahwa skala nyeri ratarata antara ketiga kelompok latihan pernapasan, meniup balon dan metode biasa ada perbedaan secara signifikan meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata rasa sakit pada kedua kelompok meniup balon dan latihan bernapas. Menimbang bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok mengenai berbagai variabel seperti usia, jenis kelamin, dll maka dapat disimpulkan bahwa distraksi efektif dalam mengurangi rasa sakit anak. Banyak penelitian tentang pengaruh metode distraksi pada nyeri, baik untuk mengurangi nyeri vaksinasi dan stress, mengurangi rasa sakit pada pemasangan IV kateter pada anak usia sekolah maupun mengurangi rasa sakit pada anak dibawah 10 tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua metode distraksi latihan pernapasan dan meniup balon, sedangkan penelitian lain membandingkan dua metode latihan pernapasan dan musik pada nyeri kateter pada

saat transfusi darah dan menemukan bahwa meskipun kedua metode mengurangi rasa sakit anak-anak secara signifikan, musik lebih memberikan efek dari latihan pernapasan. Penelitian menggunakan teknik pernapasan biasa pada anak dengan kanker pada saat menarik CSF dan rasa sakit secara signifikan dapat menurun atau menggunakan alat yang disebut kristal untuk bernafas teratur untuk mengalihkan perhatian dari kateter dan mengurangi rasa sakit secara signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan balon selama injeksi

dibandingkan dengan metode biasa dapat mengurangi rasa sakit anak-anak, menggunakan balon sebagai mainan untuk mengurangi19

rasa

sakit anak-anak dari kateter.

Distraksi dengan menggunakan bola musik mengurangi rasa sakit dari kateter pada anak usia sekolah yang menjalani pembedahan elektif. Temuan lain dari penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara gender dan dilaporkan sendiri rasa sakit dan nyeri perilaku. Hasil sebuah studi oleh Arts et al. juga tidak menemukan efek yang signifikan untuk jenis kelamin pada beratnya nyeri dan reaksi perilaku, yang dalam perjanjian dengan Tootoonchi study saat ini juga tidak menemukan hubungan signifikan antara tingkat keparahan nyeri dan gender. Selain itu, dalam penelitian ini, ada

hubungan terbalik yang signifikan antara umur dan skor skala numerik dalam dua skala perilaku sehingga dengan bertambahnya usia, skor nyeri dilaporkan menurun. Arden (2006) juga percaya bahwa usia merupakan faktor efektif dalam keparahan nyeri dan dengan meningkatnya usia, toleransi rasa sakit juga meningkatkan hasil . Penelitian lain juga menunjukkan hubungan terbalik antara rasa sakit dan usia. persepsi rasa sakit pada anak usia 10 - 12 tahun lebih rendah dibandingkan dengan usia 6 - 9 tahun. B. Kemungkinan Penerapan di Indonesia Upaya mengatasi rasa nyeri dengan berbagai sebab termasuk nyeri saat dilakukan insersi IV kateter dapat dilakukan dengan efektif menggunakan latihan nafas dalam secara teratur dengan meniup balon. Hal ini dapat diterapkan pada anak yang sudah kooperatif dan mengerti pembelajaran yang diberikan. Usia anak yang tepat pada tindakan ini dapat dilakukan pada anak usia sekolah. Distraksi dengan meniup balon dapat dijadikan sebagai alat permainan sehingga anak dengan situasi hospitalisasi dapat memperoleh efek bermain dengan menggunakan balon sebagai alat distraksi.

20

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut efektifitas distraksi dengan meniup balon ini pada kondisi pasien yang dilakukan prosedur atau tindakan terapi yang menyebabkan rasa nyeri lebih hebat atau kronis lainnya

21

BAB IV KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisa jurnal hasil penelitian di atas adalah sebagai berikut : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distraksi untuk mengurangi rasa sakit dari prosedur injeksi pada anak usia sekolah yang menderita Thalassemia dengan

menggunakan metode sederhana seperti latihan mainan atau pernapasan menggunakan balon dapat dipilih dan dilakukan sesuai keinginan anak. Hal ini perlu melakukan terlebih dahulu kerjasama dengan anak dan orangtua. Pengalaman dari prosedur yang menyakitkan invasif pada anak dengan penyakit kronis yang mengalami banyak rasa sakit selama prosedur dapat dikurangi. Hasil studi ini merekomendasikan

menggunakan metode ini untuk mengurangi rasa sakit pada anak dengan Thalassemia. Mengingat peran penting perawat dalam tim perawatan kesehatan, diharapkan bahwa hasil penelitian ini membantu untuk mengurangi rasa sakit dan komplikasi mental, emosional dan fisik yang tidak diinginkan dari anak yang dirawat di rumah sakit yang menjalani prosedur yang menyakitkan.

22

REFERENSI Anonymous. ( 2010). Dextromethorpan. Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/ Dextromethorphan pada tanggal 12 April 2012 . Ball, J. W., & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing caring for children. Third edition. New Jersey : Prentice Hall. Behrman, R.E., Kliegman, R.M., & Jenson. H.B. (2004). Nelson textbook of pediatrics. Philadelphia: W.B. Saunders Company. Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2006). Textbook of medical physiology. .Philadelphia : Elsevier Saunders. 11th edition

Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009). Wongs essentials of pediatric nursing, Eight Edition. St Louis : Elsevier Mosby.

23