pengaruh latihan nafas dalam terhadap perubahan tekanan...
TRANSCRIPT
PENGARUH LATIHAN NAFAS DALAM TERHADAP PERUBAHAN
TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH
KECAMATAN KARAS KABUPATEN MAGETAN
Naskah Publikasi
Oleh:
ERVAN KUSUMA PUTRA
J 210.090.014
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
1
Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan
PENGARUH LATIHAN NAFAS DALAM TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KECAMATAN
KARAS KABUPATEN MAGETAN
Ervan Kusuma Putra *
Arif Widodo, A. Kep., M. Kes **
Kartinah, S. Kep., ***
Abstrak
Hipertensi merupakan suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup
banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Pada terapi nonfarmakologi salah satu strategi
untuk menurunkan tekanan darah adalah latihan nafas dalam. Latihan nafas dalam
merupakan relaksasi jiwa dan tubuh yang bisa ditambahkan dalam berbagai rutinitas guna
mendapatkan efek relaks. Tujuan penelitian ini adalah apakah ada pengaruh latihan nafas
dalam terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah Kecamatan
Karas Kabupaten Magetan.
Penelitian ini menggunakan Quasi Experiment Design dengan rancangan
penelitian Control Time Series Design, dimana dalam penelitian ini menggunakan dua
kelompok yang terbagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sampel
penelitian ini berjumlah 80 responden, dimana 40 responden menjadi kelompok
eksperimen dan 40 responden menjadi kelompok kontrol. Teknik pengolahan data
menggunakan teknik analisis uji Wilcoxon Test dan uji Mann-Whitney Test, dimana Hο
ditolak jika nilai p-value ≤ 0,05.
Penelitian ini menunjukan bahwa tekanan darah siastolik dan diastolik pada
kelompok eksperimen menunjukan penurunan yang signifikan saat sebelum dan sesudah
mendapat latihan nafas dalam, dimana p-value sistolik=0,000 dan p-value
diastolik=0,000. Sedangkan perbandingan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
saat post test terdapat perbandingan dimana pada kelompok eksperimen tekanan darahnya
mengalami penurunan sedangkan tekanan darah pada kelompok kontrol dengan p-value
sistolik=0,003 dan p-value diastolik=0,000. Kesimpulannya terdapt perbedaaan tekanan
darah pada penderita hipertensi sesudah melakukan latihan nafas dalam.
Kata kunci : tekanan darah, hipertensi, latihan nafas dalam.
2
Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan
INFLUENCE OF DEEP BREATHING EXERCISES TO CHANGES IN
BLOOD PRESSURE IN PATIENTS WITH HYPERTENSION IN THE KARAS
REGION DISTRICT MAGETAN
Ervan Kusuma Putra *
Arif Widodo, A. Kep., M. Kes **
Kartinah, S. Kep., ***
Abstract
Hypertension is a disorder of the circulatory system, which is quite a lot of
disturbing public health. At one nonpharmacological therapy strategies for lowering
blood pressure is in the breathing exercises. A relaxation breathing exercise in soul and
body that can be added in a variety of routines in order to get a relaxing effect. The
purpose of this study is whether there is influence of deep breathing exercises to changes
in blood pressure in patients with hypertension in the Karas Region District Magetan.
This study uses a Quasi Experiment Design with study design Control Time Series
Design, which in this study using two groups were divided into experimental group and
control group. Sample size was 80 respondents, 40 respondents to the eksperiment and 40
respondents to the control group. Data processing techniques using analytical techniques
Test Wilcoxon test and Mann-Whitney test, where Hο rejected if p-value ≤ 0.05.
This study shows that siastolik and diastolic blood pressure in the experimental
group showed a significant decrease in the time before and after a workout gets a deep
breath, where the p-value = 0.000 systolic and diastolic p-value = 0.000. While the
comparison of the experimental group and the control group at post-test comparisons
which are in the experimental group than the blood pressure decreased blood pressure in
the control group with p-value = 0.003 systolic and diastolic p-value = 0.000. In
conclusion can differences in blood pressure in hypertensive patients after doing deep
breathing exercises.
Keywords: blood pressure, hypertension, deep breathing exercises.
3
Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan
Pendahuluan
Hipertensi dapat didefinisikan
dimana tekanan sistoliknya diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg. Hipertensi merupakan
penyebab utama gagal jantung, stroke,
dan gagal ginjal. Disebut sebagai “
pembunuh diam – diam “ karena orang
dengan hipertensi sering tidak
menampakan gejala
( Brunner dan Suddarth, 2002 ).
Penyakit ini menjadi salah satu
masalah kesehatan utama di Indonesia
maupun dunia sebab diperkirakan
sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi
terutama terjadi di Negara berkembang,
pada tahun 2025 diperkirakan dari
jumlah total 639 kasus di tahun 2000
jumlah ini diperkirakan meningkat
menjadi 1,15 miliar kasusu di tahun
2025. Sedangkan hipertensi di
Indonesia menunjukan bahwa di daerah
pedesaan masih banyak penderita
hipertensi yang belum terjangkau oleh
layanan kesehatan dikarenakan tidak
adanya keluhan dari sebagian besar
penderita. (Ardiansyah, 2012). Karena
angka prevalensi hipertensi di
Indonesia yang semakin tinggi maka
perlu adanya penanggulan, diantaranya
terapi farmakologi dan
nonfarmakologi.
penelitian oleh Nurhayati, (2011)
tentang Perbedaan Tekanan Darah
Sebelum dan Sesudah Pemberian
Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing
Pada pasien Hipertensi Di Wilayah
Puskesmas Kerobokan Semarang.
Desain penelitian ini adalah pre–
experiment design dengan jenis one
group pretest – posttest design. Jumlah
sampel 18 responden dengan teknik
simple random sampling. Penelitian ini
menggunakan uji Wilcoxon Signed
Rank Test dengan nilai p < 0,05 yang
berarti ada perbedaan yang signifikan
antara tekanan darah sebelum dan
sesudah pemberian teknik relaksasi
imajinasi terbimbing pada pasien
hipertensi di wilayah Puskesmas
Krobokan Semarang.
Dalam konsep keperawatan,
penurunan tekanan darah pada
hipertensi dapat menggunakan
penatalaksanaan dengan penerapan
non farmakologi, salah satunya teknik
nafas dalam. Menurut ( Audah,
2011 ) bernafas dengan cara dan
pengendalian yang baik mampu
memberikan relaksasi serta mengurangi
stress. Latihan nafas dalam merupakan
suatu bentuk terapi nonfarmakologi,
yang dalam hal ini perawat
mengajarkan kepada klien bagaimana
cara melakukan napas dalam, napas
lambat (menahan inspirasi secara
maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara
perlahan, Selain dapat menurunkan
intensitas nyeri, teknik relaksasi napas
dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan
oksigenasi darah (Niken, 2010).
Peneliti telah melakukan survei
data yang bersumber dari hasil
registrasi penduduk di kabupaten
magetan, dimana penderita hipertensi
berjumlah 42.917 penderita. Hasil
survey pendahuluan di Puskesmas
Karas Kabupaten Magetan pada tahun
2010 sebesar 454 orang (44%), pada
tahun 2011 sebesar 532 orang (49%),
dan pada tahun 2012 sebesar 615 orang
(52%). Dari hasil survey diatas
menunjukan peningkatan jumlah
penderita hipertensi dikarenakan
banyak dari penderita yang tidak rutin
dalam pengobatan hipertensi.
Dari uraian diatas peneliti
tertarik untuk meneliti Pengaruh
Latihan Nafas Dalam Terhadap
4
Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan
Perubahan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Di Wilayah
Kecamatan Karas Kabupaten Magetan.
Tinjauan Pustaka
Secara umum hipertensi
merupakan tekanan darah tinggi yang
bersifat abnormal dan seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya melebihi140/90
mmHg ( Ardiansyah, 2012 ).
Mekanisme yang mengontrol
kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada
medula di otak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks
dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor di hantarkan dalam bentuk
implus yang bergerak ke bawah
melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan melepaskannya
norepinefrin mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsangan vasokontriktor.
Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak di ketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi
(Brunner & Suddart, 2001).
Patofisiologi hipertensi terjadi
pada saat bersamaan dimana sistem
saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagi respon rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medula adrenal
memsekresi epineprin, yang
menyebabkan vasokontriksi. Konteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokontriktor pembuluh
darah. Vasokontriktor merangsang
pembentukkan angiostensin I yang
kemudian di ubah menjadi angiostensin
II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal,
meyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan hipertensi
(Brunner & Suddarth, 2002).
Dalam konsep keperawatan,
penurunan tekanan darah pada
hipertensi dapat menggunakan
penatalaksanaan dengan penerapan
non farmakologi, salah satunya teknik
nafas dalam. Menurut ( Audah, 2011 )
bernafas dengan cara dan pengendalian
yang baik mampu memberikan
relaksasi serta mengurangi stress.
Mekanisme relaksasi nafas
dalam pada sistem pernafasan berupa
suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi
pernafasan dengan frekuensi pernafasn
6-10 kali permenit sehingga terjadi
peningkatan pereganggan
kardiopulmonari.stimulus pereganggan
di arkus aorta dan sinus karotis
diterima dan diteruskan oleh saraf
vagus ke meduls oblongata (pusat
regulasi kardiovaskuler), selanjutnya
merespon terjadinya peningkatan reflek
baroreseptor. Implus aferen dari
baroreseptor mencapai pusat jantung
yang akan merangsang aktivitas saraf
parasimpatis dan menghambat pusat
simpatis (kardioakselerator), sehingga
menyebabkan vasodilatsi sistemik,
penurunan denyut dan daya kontrkasi
jantung. Sistem parasimpatis yang
5
Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan
berjalan ke SA node melalui saraf
vagus melepaskan neurotransmitter
asetilkolin yang menghambat
kecepatan depolarisasi SA node,
sehingga terjadi penurunan kecepatan
denyut jantung. Perangsangan system
saraf parasimpatis ke bagian-bagian
miokardium lainnya mengakibatkan
penurunan kontraktilitas, volume
sekuncup, curah jantung yang
menghasilkan suatu efek inotropik
negative. Keadaan tersebut
mengakibatkan penurunan volume
sekuncup dan curah jantung, pada otot
rangka beberapa serabut vasomotor
mengeluarkan asetilkolin yang
menyebabkan dilatasi pembuluh darah.
Akibat penurunan curah jantung,
kontraksi otot serat-serat jantung dan
volume darah membuat tekanan darah
menjadi menurun. (Muttaqin,2009).
Metodelogi Penelitian
Rancangan penelitian ini
menggunakan Quasi Experiment
Design dengan rancangan penelitian
Control Time Series Design, dimana
dalam penelitian ini menggunakan dua
kelompok yang terbagi dalam
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Dalam penelitian ini kedua
kelompok dilakukan pretest dan setelah
diberikan perlakuan pada kelompok
eksperimen akan dilakukan posstest
pada kedua kelompok. Sampel
penelitian ini berjumlah 80 responden,
dimana 40 responden menjadi
kelompoeksperimen dan 40 responden
menjadi kelompok kontrol.
(Notoatmodjo, 2010).
Dalam melakukan penelitian ini
pneliti mendatangi rumah responden
satu persatu sampai jumlah responden
terpenuhi, Peneliti melakukan kontrak
waktu dengan responden yang terpilih
kemudian mengisi lembar persetujuan
menjadi responden sebagai pernyataan
persediaan menjadi responden selama
penelitian.
Peneliti melakukan penelitin
pada kelompok eksperimen terlebih
dahulu, peneliti melakukan pretest
pada responden klompok eksperimen
sebanyak 3 tahap, yang setiap tahapnya
terdapat rentang waktu 15 menit.
Setelah dilakukan pretest kelompok
eksperimen diberikan latihan nafas
dalam selama 15 menit dalam 24 jam.
Setelah 24 jam penenlitiakan
melakukan posttest dalam 4 tahap,
yang setiaptahapnya terdapat rentang
waktu 15 menit.
Pada kelompok kontrol
dilakukan setelah kelompok
eksperimen selesai penenlitian, dalam
pengambilan data sama persisi dengan
kelompok eksperimen, yang
membedakannya adalah pada
kelompok control tidak terdapat latihan
nafas dalam.
Hasil Penelitian
A. Data Umum
1. Jenis Kelamin
Tabel 1
Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Penderita Hipertensi
Jenis
Kelamin
eksperimen kontrol
Jmh % Jmh %
Pria 15 37,5 17 42,5
Wanita 25 62.5 23 57,5
Jumlah 80 100 80 100
Berdasarkan tabel 1
menunjukan bahwa kelompok
eksperimen terdapat 25
responden wanita (62,5%).
6
Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan
Sedangkan pada kelompok
kontrol terdapat 23 responden
wanita (57,5%).
2. Usia
Tabel 2
Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Usia Pada
Penderita Hipertensi
Rentang
Usia
eksperimen Control
Jmh % Jmh %
≤49 29 72,5 29 72,5
50 – 59 8 20 9 22,5
≥ 60 3 7,5 2 2
Jumlah 80 100 80 100
Berdasarkan tabel 2
menunjukan kelompok
eksperimen responden yang
berusia ≤49 terdapat 29
responden (72,5%). Sedangkan
pada kelompok kontrol
responden yang berusia ≤49
juga terdapat 29 responden
(72,5%).
3. Pekerjaan
Tabel 3
Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Pekerjaan Pada
Penderita Hipertensi
Bekerja eksperimen kontrol
Jmlh % Jmlh %
Ya 34 85 32 80
Tidak 6 15 8 20
Jumlah 80 100 80 100
Berdasarkan tabel 3
menunjukan bahwa kelompok
eksperimen yang memiliki
pekerjaan terdapat 34
responden (85%). Sedangkan
pada kelompok kontrol yang
memiliki pekerjaaan terdapat 32
responden (80%).
4. Riwayat Keluarga Hipertensi
Tabel 4
Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Riwayat Keluarga
Hipertensi
Riwayat
Keluarga
Hipertensi
eksperimen Control
Jmh % Jmh %
Ya 26 65 23 57,5
Tidak 14 35 17 42,5
Jumlah 80 100 80 100
Berdasarkan tabel 4
menunjukan bahwa kelompok
eksperimen yang memiliki
riwayat keluarga hipertensi
sebanyak 26 responden (65%).
Sedangkan pada kelompok
kontrol yang memiliki riwayat
keluarga hipertensi sebanyak 23
responden (57,5%).
. Data Khusus
1. Perbandingan Tekanan
Darah Pada Penderita
Hipertensi Pada Kelompok
Eksperimen dan kelompok
kontrol
a. Tekanan Darah Sistolik
Tabel 5
Tekanan Darah Sistolik
Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Tekanan Darah
Sistolik Mean
p-
value Z
eks sebelum 144,10
0,000 -5.458 setelah 140,03
krl
pretest 144,03 0,457 -745
posttest 144,18
7
Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan
Berdasar tabel 5 pada
kelompok eksperimen nilai
Z -5.458 dan p-value 0,000.
terdapat penurunan rata-rata
tekanan darah sistolik
pretest dan postte,. karena
nilai p-value 0,000 ≤ 0,05.
Sedangkan kelompok
kontrol nilai Z -5.024 dan p-
value 0,000. terdapat
penurunan yang tidak
terlalu signifikan pada
tekanan darah sistolik
pretest dan posttes.
b. Tekanan Darah Diastolik
Tabel 6
Tekanan Darah Diastolik
Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Berdasar tabel 6 nilai Z -
5.526 dan p-value 0,000.
terdapat penurunan rata-rata
tekanan darah diastolik
pretest dan posttes. karena
nilai p-value 0,000 ≤ 0,05.
Sedangkan pada kelompok
kontrol nilai Z -5.024 dan p-
value 0,000. terdapat
peningkatan rata-rata
tekanan darah diastolik
pretest dan posttes.
2. Perbandingan Tekanan
Darah Pada Penderita
Hipertensi Pada Kelompok
Eksperimen dan kelompok
kontrol saat posstest
Tabel 7
Tekanan Darah Kelompok
Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Berdasar tabel 4.7 Pada tekanan
darah sistolik kedua kelompok
nilai p-value 0,003 dan nilai Z -
3,007. Sedangkan tekanan
darah diastolik pada kedua
kelompok p-value 0,000 dan
nilai Z -5,497. Maka terdapat
adanya perbedaaan signifikan
antara tekanan darah kelompok
eksperimen yang mendapat
perlakuan dan kelompok
kontrol yang tidak mendapat
perlakuan karena nilai p-value
≤ 0.05.
Pembahasan
1. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil yang
diperoleh pada tabel 1,
menunjukan sebagian besar
responden berjenis kelamin wanita.
Hal ini sesuai dengan Ana, (2010)
yang mengatakan jika wanita
rentan terkena penyakit hipertensi
karena rata-rata berat badan wanita
lebih besar dari pada pria, selain
itu wanita juga memiliki aktifitas
Tekanan Darah
Diastolik Mean
p-
value Z
eks sebelum 91,10
0,000 -5.526 setelah 83,78
krl
pretest 85,08 0,000 -5,024
posttest 89,05
Tekanan
Darah
Mean p-
value
Z
Sistolik eks 140,03 0,003 -3.007
Sistolik krl 144,18
Diastolik eks 83,78 0,000 -5.497
Diasstolik krl 89,05
8
Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan
fisik yang lebih sedikit
dibandingkan dengan pria.
2. Usia
Berdasarkan hasil yang
diperoleh pada tabel 2,
menunjukan sebagian besar
responden berusia ≤49 tahuin.
Menrut Azizah, (2007) seseorang
yang diatas usia 30 tahun sudah
mengidap hipertensi yang
dikarenakan pola hidup yang
berubah yang jarang melakukan
kegiatan olah raga yang
dikarenakan pekerjaanya dan pola
makan yang sekarang sering
mengkonsumsi makanan cepat saji
yang dimana makanan tersebut
banyak mengandung monosodium
glutamate (MSG).
3. Pekerjaan
Berdasarkan hasil yang
diperoleh pada tabel 3,
menunjukan sebagian besar
responden memiliki pekerjaan. Hal
ini menunjukan bahwa sebagian
besar responden memiliki
pekerjaan dan setiap pekerjan pasti
akan memicu terjadinya stress
karena aktivitas kerja yang tinggi
dan besarnya dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Stress pada
pekerjaan cenderung menyebabkan
tekanan darah meningkat karena
menurut Faisal, (2012) pada
keadaan stress didapatkan
peningkatan kadar katekolamine,
kartisol, vasopressin, endorphin
dan aldosteron, yang mungkin
sebagian menjelaskan peningkatan
tekanan darah.
4. Riwayat Keluarga Hiprtensi
Berdasarkan hasil yang
diperoleh pada tabel 4,
menunjukan sebagian besar
responden memiliki riwayat
keluargahipertensi. Menurut Aggie
C & Herbert B, (2006) dalam
penelitian menunjukan jika 25%
kasus hipertensi mempunyai dasar
genetis, jika ada dari orang tua
atau saudara menderita penyakit
hipertensi, maka peluang
menderita hipertensi semakin
besar.
5. Perbandingan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Pada
Kelompok Eksperimen dan
kelompok kontrol
a. Kelompok Eksperimen
Berdasarkan hasil penelitian
pada tabel 5 menunjukkan
tekanan darah sisitolik sebelum
dan sesudah diberikan
perlakuan selama 24 jam yang
berasal dari 40 responden
didapatkan hasil nilai Z -5.458
dan p-value 0,000. Serta pada
tabel 6 menunjukkan tekanan
darah diastolik sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan
selama 24 jam yang berasal dari
40 responden didapatkan hasil
nilai Z -5.526 dan p-value
0,000. Maka dapat disimpulkan
ada penurunan tekanan darah
yang signifikan sebelum dan
sesudah dilakukannya terapi
nafas dalam.
Berdasarkan observasi
pada penderita hipretensi
setelah dilakukan terapi nafas
dalam didapatkan rasa sakit
pada bagian kepala belakang
9
Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan
berkurang dan keadaan umum
responden tampak lebih rileks.
Menurut Martha, (2012) sebuah
studi pada 41 orang lanjut usia
menunjukkan bahwa mereka
yang melakukan teknik
relaksasi dapat menurunkan
tekanan darah mereka, dan
penemuan tersebut
dipresentasikan pada
Konferensi Tahunan ke-62
American Heart Association
(2008).
b. Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil penelitian
pada tabel 7 menunjukkan
tekanan darah sisitolik sesudah
24 jam tanpa adanya latihan
nafas dalam yang berasal dari
40 responden didapatkan hasil
nilai Z -745 dan p-value 0,457
hal ini menunjukan tidak
adanya perubahan yang berarti..
Serta pada tabel 8
menunjukkan tekanan darah
diastolik sesudah 24 jam yang
berasal dari 40 responden
didapatkan hasil nilai Z -5.024
dan p-value 0,000. Maka dapat
disimpulkan hasil penelitiannya
menyatakan tidak ada
perubahan yang signifikan
terhadap tekanan darah pretest
dan posttest sesudah 24 jam
tanpa adanya latihan nafas
dalam pada penderita hipertensi
pada kelompok kontrol.
Beberapa responden
kelompok kontrol mengalami
peningkatan darah dari
pengukuran sebelumnya,
kemungkinan penderita
mengalami peningkatan
ketegangan secara fisik maupun
psikis yang mempengaruhi
tekanan darahnya. Menurut
Hayens (2006) dalam Sudiarto
(2007) tekanan darah diastolik
terkait dengan sirkulasi koroner,
jika arteri koroner mengalami
aterosklerosis akan
mempengaruhi peningkatan
tekanan darah diastolik,
Menurut Martha, (2012)
seseorang yang berada dalam
lingkungan atau kondisi stressor
tinggi sangat memungkinkan
terjadinya peningkatan tekanan
darah. Ada juga beberapa
responden dari kelompok
kontrol yang mengalami
penurunan tekanan darah
walaupun tidak terlalu
signifikan, kemungkinan
penderita mengalami reaksi di
dalam sistem tubuhnya yang
meningkatkan aktivitas
baroreseptor dan mempengaruhi
tekanan darahnya.
(Gardner,2007)
1. Perbandingan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Pada
Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol Saat Posttest
Berdasarkan hasil penelitian
pada tabel 9 menunjukkan tekanan
darah sisitolik sesudah diberikan
perlakuan selama 24 jam yang
berasal dari 40 responden
kelompok eksperimen dan 40
kelompok kontrol didapatkan hasil
nilai Z -3.007 dan p-value 0,003.
Serta pada tabel 10 menunjukkan
tekanan darah diastolik sesudah
diberikan perlakuan selama 24 jam
yang berasal dari 40 responden
kelompok eksperimen dan 40
kelompok kontol didapatkan hasil
nilai Z -5.497 dan p-value 0,000.
10
Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan
Maka dapat disimpulkan hasil
penelitiannya menyatakan ada
penurunan tekanan darah yang
signifikan sesudah dilakukannya
terapi nafas dalam selama 24 jam
pada penderita hipertensi kelompok
eksperimen dibandingkan hasil dari
posttes pada kelompok kontrol
yang tidak mrndapat latihan nafas
dalam.
Menurut Damayanti, (2013)
salah satu obat yang biasa dipakai
dalam pengontrolan hipertensi
adalah melalui proses latihan
releksasi, karena dengan relaksasi
dapat memperlebar pembuluh
darah. Menurut Medical Shocker,
(2012) dalam kondisi rileks
metabolisme tubuh berjalan lambat
sehingga siklus pernafasan menjadi
lebih rendah sekitar tiga sampai
empat kali per menit serta dapat
menurunkan tekanan darah dan
kontraksi jantung. Perbedaan
tersebut terjadi karena adanya
mekanisme kontrol system saraf
pernafasan yang mempengaruhi
kecepatan detak jantung dan
perubahan tekanan darah yang
menyesuaikan agar sebanding
dengan kecepatan pernafasan yang
terjadi pada kelompok eksperimen,
sedangkan pada kelompok kontrol
tidak ditemukan hal itu karena pada
kelompok kontrol tidak
mendapatkan terapi nafas dalam.
Simpulan
Penelitian yang dilakukan di
Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten
Magetan. Dengan jumlah responden
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Responden penderita hipertensi
yang paling banyak berjenis
kelamin wanita.
2. Responden penderita hipertensi
yang paling banyak yaitu berusia
≤49 tahun.
3. Responden penderita hipertensi
yang paling banyak adalah yang
memiliki pekerjaan.
4. Responden penderita hipertensi
yang paling banyak adalah yang
memiliki riwayat keluarga
hipertensi.
5. Terdapat penurunan tekanan darah
yang signifikan setelah
mendapatkan terapi nafas dalam
pada penderita hipertensi.
6. Pada penelitian ini diperoleh bukti
bahwa terapi nafas dalam dapat
menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
Saran
1. Responden
Diharapkan setelah adanya
penelitian ini responden mau
mempraktikan latihan nafas dalam
ini secara teratur sehingga
penderita hipertensi terhindar dari
tekanan darah yang semakin
meninggi.
2. Profesi Keperawatan
Diharapkan pada profesi
keperawatan dapat memberikan
informasi tentang latihan nafas
dalam untuk menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi
baik dengan cara penyuluhan
ataupun pengadaan seminar
kesehatan.
3. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat melakukan
penelitian lebih lanjut tentang lama
pemberian latihan nafas dalam
terhadap penurunan tekanan darah
dengan variabel yang lebih
dikembangkan
11
Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan
Daftar Pustaka
Aggie C & Herbert B. (2006).
Menurunkan Tekanan Darah.
(Nirmala Devi,
Penerjemah.).Jakarta: Bhuana
Ilmu Populer
Ana, (2010), Banyak Kasus Hipertensi
Tidak Terdiagnosa
http://anateablog.blogspot.com/
2010/03/penyakit-darah-tinggi-
hipertensi (diakses pada
tanggal 10 September 2013,
pada pukul 20:15 WIB)
Ardiansyah, Muhamad, (2012),
Medikal Bedah Untuk
Mahasiswa, Yogyakarta: Diva
Pers
Audah, Faizah, (2011), Dahsyatnya
Tekmik Pernafasan,
Yogyakarta: Interprebook
Brunner & Suddarth, (2002), Buku
ajar keperawatan medical
bedah. (Kuncara, Hartono
Andry, Monica Ester & Yasmin
Asih: Penerjemah). Jakarta:
EGC
Damayanti, D, (2013), Sembuh Total
Diabetes Asam Urat Hipertensi
Tanpa Obat, Yogyakarta:
Pinang Merah Publisher
Faisal, M, Idrus, (2012), Hubungan
Stress dan Hipertensi, http://www.artikelkedokteran.c
om/291/hubungan-stress-dan-
hipertensi.html (diakses pada
tanggal 11 september 2013,
pada pukul 21:15 WIB)
Gardner, F Samual, (2007), Smart
Treatment for High Blood
Preassure : Panduan Sehat
Mengatasi Tekanan Darah,
Jakarta: Prestasi Pustaka
Martha, Karina, (2012), Panduan
Cerdas Mengatasi Hipertensi,
Yogyakarta: Araska
Muttaqin, Arif, (2009), Asuhan
Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem
Kardiovaskuler, Jakarta:
Salemba Medika
Niken, (2010), Teknik Relaksasi
Nafas Dalam,
http://rentalhikari.wordpress.co
m/2010/03/23/teknik-relaksasi-
nafas-dalam/ (diakses pada
tanggal 10 September 2012,
pada pukul 18:45 WIB)
Notoatmodjo, Soekidjo, (2010),
Metodologi Penelitian
Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta
Nurhayati, Ismonah & Wulandari,
(2011), Perbedaan Tekanan
Darah Sebelum dan Sesudah
Pemberian Teknik Relaksasi
Imajinasi Terbimbing Pada
pasien Hipertensi Di Wilayah
Puskesmas Kerobokan
semarang: Jurnal. Stikes
Tlogorejo
Sudiarto, (2007), Pengaruh Terapi
Relaksasi Meditasi Terhadap
Penurunan Tekanan Darah
Pada Lansia Dengan
Hipertensi Di Wilayah Binaan
Rumah Sakit Emanuel Klampok
Banjarnegara, Purwokerto:
Skripsi. Universitas Jendral
Soedirman
12
Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan
* Mahasiswa S1 keparawatan
Universitas Muhammadiyah
Surakarta
** Dosen S1 keparawatan
Universitas Muhammadiyah
Surakarta
*** Dosen S1 keparawatan
Universitas Muhammadiyah
Surakarta