bab 2 bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan...
TRANSCRIPT
BAB 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Motivasi
Manusia bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia mencari nafkah
malalui kegiatan yang sifatnya usaha sendiri atau bekerja sebagai karyawan di
lingkungan pemerintah maupun dikalangan swasta. Suatu perusahaan menampung
kerja karyawan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan menghasilkan laba bagi
perusahaan sehingga terjadi saling melengkapi antara keduanya.
Perilaku seseorang di motivasi oleh berbagai macam faktor yang ada dalam
diri sendiri maupun faktor yang ada di luar dirinya. Faktor dalam diri seseorang
disebut faktor intrinsic yang dapat berupa keperibadian, sikap, pengalaman dan
pendidikan, harapan atau cita-cita yang menjangkau kemasyarakatan. Sedang faktor
luar dari diri seseorang disebut faktor ekstrinsic, dapat di timbulkan oleh berbagai
sumber seperti kondisi kerja yang menyenangkan, upah dan pengaruh pimpinan.
Pengertian motivasi beraneka ragam tetapi pada dasarnya sama, yaitu
merupakan dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan
jasmani untuk berbuat, yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan
dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Jadi motivasi adalah hal yang
dapat di simpulkan adanya, karena sesuatu itu dapat dirasakan.
2
2.1.2. Teori Motivasi
Dalam penjelasan di atas diuraikan bahwa suatu organisasi perusahaan tidak
mungkin seluruh karyawan kondisinya sama. Oleh karena itu menjadi tantangan
sekaligus kesempatan bagi seorang manajer untuk mengembangkan suatu iklim kerja
sama yang baik dan sehat. Dalam hal ini manajer harus dapat memahami apa yang
dapat memotivasi orang-orang untuk bekerja. Untuk itu para ahli mengemukakan
teori-teori yang dapat dijadikan sebagai dasar pegangan perusahaan.
Teori-teori tersebut antara lain :
1. Teori Motivasi kebutuhan
Menurut Abraham H. Maslow, kebutuhan manusia itu berurutan dan bertingkat
yang merupakan suatu hirarki kebutuhan (hierarchy of needs) yang menunjukkan
adanya lima tingkatan keinginan dan kebutuhan manusia. Kebutuhan yang lebih
tinggi akan mendorong seseorang untuk mendapatkan kepuasan atau kebutuhan
tersebut, setelah kebutuhan yang lebih rendah (sebelumnya) telah terpuaskan (dari
Sukanto dan Hani Handoko, 1995).
Urutan kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dan
dipuaskan paling awal, karena kebutuhan ini timbul dari rasa pertama kali
timbul dalam fisik manusia untuk dapat hidup (survive). Kebutuhan itu
misalnya kebutuhan akan makan dan minum.
3
b. Kebutuhan Keselamatan / keamanan (Safety /Security Needs)
Kebutuhan ini memberikan rasa aman dan selamat bagi individu seperti
adanya perlindungan dan kepastian dari pihak organisasi yang menjamin
kehidupannya.
c. Kebutuhan untuk berkelompok (Social Needs)
Kebutuhan ini memang sudah merupakan kodrat manusia, yaitu bahwa
manusia itu adalah mahluk sosial. Oleh karena itu setiap individu
membutuhkan waktu untuk bisa berkumpul, membina persahabatan, saling
memperhatikan untuk berkembang bersama di dalam kelompok.
d. Kebutuhan akan harga diri / penghormatan (Esteem Needs atau Egoistik
Needs)
Kebutuhan ini lebih bersifat individual atau mencirikan pribadi ingin dirinya
dihargai atau dihormati sesuai kedudukannya. Tetapi dapat juga ingin dihargai
sebagai manusia, walaupun jabatan / kedudukannya lebih rendah.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri dan pengembangan diri (Self actualisation
needs / self expresion needs)
Kebutuhan setiap individu disini adalah untuk diakui bahwa dirinya
mempunyai kemauan dalam bekerja dan puas apabila keinginan untuk
mengembangkan kemampuan diri terpenuhi sesuai dengan potensinya.
4
Gambar 2.1
Hirarki Kebutuhan
Fisiologis
Keamanan / Keselamatan
Sosial
Penghargaan
Aktualisasi Diri
Sumber : fautino Cardoso (200;189) menurut Abraham Maslow
2. Teori X dan Teori Y
Douglas Mc. Gregor mengemukakan dalam hubungannya dengan motivasi
kerja, ada dua perangkat asumsi yaitu teori X dan teori Y.
Ciri-ciri tersebut sebagai berikut :
a. Rata-rata para pekerja itu malas, tidak suka bekerja dan akan menghindari
bila dapat.
b. Karena pada dasarnya pekerja tidak suka bekerja maka harus dipaksa,
dikendalikan, diperlukan dengan hukuman dan diarahkan untuk pencapaian
tujuan.
c. Rata-rata para pekerja lebih senang dibimbing, berusaha menghindari
tanggung-jawab, mempunyai ambisi yang kecil, keamanan dirinya diatas
segala-galanya.
5
Sedangkan ciri-ciri teori Y adalah :
• Usaha fisik dan mental yang dilakukan manusia, sama halnya dengan
bermain atau beristirahat.
• Rata-rata manusia bersedia belajar dalam kondisi yang layak, tidak hanya
menerima tetapi mencari tanggung jawab.
• Ada kemampuan yang besar dalam kecerdikan, kreativitas dan daya
imajinasi untuk memecahkan masalah-masalah organisasi secara luas
tersebar pada seluruh karyawan.
• Pengendalian ekstern dan hukuman bukan satu-satunya cara untuk
mengarahkan usaha pencapaian tujuan.
• Keterikatan pada tujuan organisasi adalah fungsi penghargaan yang
diterima karena prestasinya dalam pencapaian tujuan itu.
• Organisasi seharusnya memberikan kemungkinan orang-orang untuk
mewujudkan potensinya, dan tidak hanya digunakan sebagian.
3. Teori Berprestasi Mc. Clelland
Seseorang dianggap motivasinya tinggi apabila orang tersebut mempunyai
keinginan untuk berprestasi lebih dari pada yang lain dalam banyak situasi.
Ia memusatkan pada tiga kebutuhan manusia yaitu :
a. Kebutuhan Prestasi
Tercermin pada keinginan dia mengambil tugas dia dapat bertanggung-
jawab secara pribadi atas perbuatannya, dia menentukan tujuan yang wajar
dengan mempertimbangkan resikonya, dia ingin mendapatkan umpan balik
6
atas perbuatannya dan berusaha melakukan segala sesuatu secara kreatif
dan motivatif.
b. Kebutuhan Afiliasi
Kebutuhan ini ditunjukkan adanya keinginan untuk bersahabat, lebih
mementingkan aspek-aspek antar pribadi pekerjaannya, lebih senang
bekerja sama, senang bergaul, berusaha mendapat persetujuan dari orang
lain, melaksanakan tugas-tugasnya secara efektif bila bekerja dengan orang
lain dalam suasana kerja sama. Tetapi jika seorang atasan minta bantuan
bawahan, ini bukan tergolong motivasi afiliasi, tetapi tergolong motivasi
kekuasaan.
c. Kebutuhan Kekuasaan
Kebutuhan tercermin pada seseorang yang ingin mempunyai pengaruh atas
orang lain, dia peka terhadap sruktur pengaruh antar pribadi suatu
kelompok dan memasuki organisasi yang mempunyai prestasi, aktif
menjalankan policy suatu organisasi dimana dia menjadi anggota.
Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motivasi. Banyak
psikolog yang memakai istilah yang berbeda-beda dalam menyebutkan sesuatu yang
menimbulkan perilaku tersebut. Ada yang menyebutnya sebagai motivasi atau motif,
kebutuhan {need}, desakan {urges}, keinginan {wish}, dan dorongan {drive}.
Sukanto Reksohadiprodjo (1990) mendefinisikan motivasi sebagai keadaan
dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu yang mencapai suatu tujuan. Motivasi yang ada pada
seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai
7
sasaran kepuasan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh
suatu kekuatan dari dalam diri orang tersebut. Kekuatan pendorong inilah yang
disebut motivasi.
Mukijat (1991;10) mengemukakan bahwa motivasi merupakan proses atau
faktor yang mendorong orang untuk bertindak atau berperilaku dengan cara tertentu.
Proses motivasi mencakup tiga hal yaitu :
- Pengenalan dan penilaian kebutuhan yang belum terpuaskan
- Penentuan tujuan yang akan menentukan kepuasan
- Tindakan yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan
Motivasi seseorang akan mewujudkan perbuatan-perbuatan tertentu, (Ravinto,
!988;21) yaitu :
- Kekuatan yang menjadi alasan / motif adalah suatu keadaan dimana didalam
hirarki motif seseorang menunjukkan tingkat pemenuhan kebutuhan yang
mendesak
- Penghargaan adalah kemungkinan bahwa tindakannya akan mencapai tujuan
- Nilai dari insentif (rangsangan) adalah penghargaan yang diharapkan untuk
tercapainya tujuan
2.1.3. Pengertian Efisiensi Kerja
Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasilnya.
Efisiensi dalam pekerjaan dapat diartikan sebagai perbandingan yang terbaik antara
suatu kerja dengan hasil yang dicapai oleh kerja itu.
8
Perbandingan itu dapat dilihat dari dua segi yaitu : ( The Liang Gie, 1981 }.
1. Dari segi hasil
Suatu pekerjaan dapat disebut efisien kalau dengan usaha tertentu
memberikan hasil yang maksimal. Maksimal mengenai mutu atau jumlah
satuan hasil itu. Hasil yang maksimal dalam setiap pekerjaan tergantung pula
pada cara bekerja yang efisien. Bila mana dengan cara bekerja yang efisien
dalam suatu usaha tertentu seseorang karyawan dapat mencapai hasil
maksimal maka ia harus merasa senang dan puas dari hasil kerjanya itu.
Dengan demikian bahwa cara bekerja yang efisien pada akhirnya untuk
kepentingan manusia sendiri, bukan semata-mata untuk perbaikan pekerjaan.
2. Dari segi usaha
Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien apabila suatu hasil tertentu tercapai
dengan usaha yang minimal. Usaha dapat dikembalikan kepada 5 unsur, yaitu
Pikiran, Tenaga, Waktu, Ruang dan Benda (termasuk uang).
Suatu cara bekerja yang efisien merupakan cara tanpa sedikit pun mengurangi
hasil yang hendak dicapai dan merupakan cara yang termudah, tercepat,
terpendek jaraknya dan termurah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja :
Ada 3 syarat yang harus dimiliki dalam diri seorang karyawan untuk
memungkinkan bekerja efisien yaitu :
a. Keinginan bekerja
Keinginan seseorang untuk bekerja dengan sebaik-baiknya ditentukan oleh
perangsang-perangsang ekstern dan perangsang intern. Perangsang ekstern
9
berwujud penghargaan yang nyata untuk prestasi kerja, misalnya gaji yang
cukup, tunjangan kesehatan. Sedangkan perangsang intern merupakan
pemuasan kebutuhan egoistik maupun sosial yang diperoleh karyawan dari
pekerjaannya. Kebutuhan egoistik misalnya rasa harga diri atau nama baik
dalam pandangan orang lain, rasa diterima dalam suatu kelompok
karyawan.
b. Kemampuan bekerja
Kemampuan bekerja seseorang terutama tergantung pada tingkat gizi dan
kesehatan..
c. Kemahiran bekerja
Kemampuan bekerja seseorang terutama tergantung pada pendidikan,
pengetahuan dan pengalaman kerja.
2.1.4 Pengertian Produktivitas
Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil
yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan persatuan waktu
(Payaman J Simanjuntak, 1985) dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan
dan jumlah tiap sumber yang digunakan secara proses produksi berlangsung.
Sedang menurut J Ravianto (1985), berpendapat bahwa produktivitas adalah
meningkat bila barang, material dan mental manusia yang terbuang menjadi semakin
sedikit atau sangat terbatas, sehingga lebih banyak prosentasi keluaran di dapatkan.
Produktivitas berhubungan dengan banyaknya keluaran.
10
Dengan kata lain, produktivitas meningkat bila keluaran tertentu dicapai
dengan masukan yang lebih sedikit atau masukan tertentu mengakibatkan keluaran
yang lebih besar. Faktor masukan maupun faktor keluaran dapat merupakan ukuran-
ukuran unit sumber daya.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas
mengandung arti ukuran dari hasil produksi atau hasil kegiatan seseorang yang
dilakukan secara maksimal guna menambah kualitas dan kuantitas nilai suatu barang
atau jasa dalam kurun waktu tertentu.
2.1.5 Metode Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep yang menunjukkan adanya
kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
produk tertentu dari seorang tenaga kerja.
Hal ini dirumuskan sebagai berikut ( J Ravianto, 1985):
Produktivitas Tenaga Kerja =WaktuSatuan
oduksiHasilJumlah
Pr
Ukuran produktivitas tenaga kerja dapat berbeda-beda antara suatu perusahaan
dengan perusahaan lainnya, atau antara suatu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya
disesuaikan dengan kepentingan perusahaan. Tingkat produktivitas kerja bisa diukur
dari output per satuan waktu, dimana output bisa dalam satuan waktu seperti jam,
hari, minggu, bulan dan seterusnya. Produktivitas tenaga kerja yang menggunakan
alasan karena adanya variasi dalam jumlah untuk memproduksi suatu produk. Hal ini
menunjukkan bahwa produktivitas kerja sangat tergantung pada segi ketrampilan
(skill) dan keahlian tenaga kerja secara fisik.
11
Ada dua unsur yang bisa dimasukkan sebagai produktivitas yaitu:
• Besar kecilnya keluaran yang dihasilkan.
• Waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Secara umum produktivitas kerja dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
• Faktor teknis, faktor ini berhubungan dengan pemakaian dan penerapan
fasilitas produksi secara baik, penerapan metode kerja yang lebih efektif dan
efisien serta menggunakan bahan baku yang lebih ekonomis.
• Faktor manusia, faktor ini mempunyai pengaruh terhadap usaha-usaha yang
dilakukan manusia, didalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas
dan tanggung jawabnya.
Faktor-faktor manusia yang mempengaruhi produktivitas kerja seorang
tenaga kerja dalam penelitian ini antara lain:
a. Tingkat pendidikan
Setiap organisasi atau perusahaan dalam memenuhi kebutuhan tenaga
kerja, dengan mengadakan penarikan (rekruitmen) sebagai upaya
mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi syarat serta kualitas yang
diinginkan. Salah satu syarat yang seringkali digunakan sebagai dasar
seleksi adalah tingat pendidikan, disamping syarat-syarat lain selain
pengalaman kerja, jenis kelamin, umur dan lain-lain menurut kebutuhan
perusahaan. Kemampuan seseorang untuk bekerja berawal dari pendidikan
(dalam arti luas) dan pelatihan yang dilalui.
12
Tingkat pendidikan diartikan sebagai pendidikan formal yang diperoleh
dibangku sekolah. Pendidikan formal yang ditempuh merupakan modal
yang amat penting karena dengan pendidikan, seseorang akan mempunyai
kemampuan dan dapat dengan mudah mengembangkan diri dalam bidang
pekerjaan. Selain itu juga mempunyai daya pikir yang cukup tinggi dalam
menerima penemuan-penemuan baru. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan meningkatkan produktivitas
kerja (J Ravianto, 1985).
b. Ketrampilan
Ketrampilan biasanya diukur dengan lama masa kerja atau pengalaman
yang dipandang dari dimensi waktu. Oleh karena itu umur sering dianggap
sebagai indikator pengalaman kerja dengan asumsi bahwa masa kerja adalah
umur pada tahun yang berlaku dikurangi umur pada saat mulai bekerja
(Payaman Simanjuntak, 1985).
Pengalaman kerja dilihat dari lamanya kerja dan juga dari latihan yng telah
diberikan oleh perusahaan, baik yang berupa training dan kursus-kursus.
Karena biasanya dalam praktek, latihan dapat diukur dalam bentuk
pengalaman kerja.
c. Kemampuan
Merupakan kesanggupan seseorang dalam hal ini adalah karyawan
suatu perusahaan yang bersangkutan didalam mengerjakan segala tugas
yang telah dilimpahkan kedalam dirinya, secara bertanggung jawab.
13
d. Sikap dan perilaku
Kebutuhan akan perasaan diterima orang lain ditempat ia bekerja,
kebutuhan kasih sayang, kebutuhan untuk berprestasi dan bersahabat akan
menimbulkan prestasi kerja. Karyawan dalam bekerja agar dapat diterima
dilingkungan kerjanya, baik secara formal (kelembagaan perusahaan)
maupun informal (sesama rekan kerja diluar kelembagaan perusahaan)
berusaha untuk dapat berprestasi.
Motif penghargaan atau kebutuhan harga diri dapat dimanifestasikan
dalam bentuk kepemilikan status dan mendapatkan pujian atau penghargaan
akan mendorong karyawan untuk meraih prestasi dalam bekerja. Karyawan
yang mempunyai motif untuk mendapatkan penghargaan atau pengakuan
diri yang semakin besar cenderung akan meningkatkan prestasi kerjanya.
Bagaimanapun karyawan bekerja, tanpa penghargaan selain upah atau
gaji yang diberikan oleh perusahaan atas hasil yang telah dicapai akan
menimbulkan ketidaksenangan dalam bekerja. Hal ini mereka sadari karena
kegiatan yang mereka lakukan adalah sunngguh-sungguh dan sepenuh hati.
14
2.2. Kerangka Pemikiran Teoritis
Agar lebih jelasnya maka dibawah ini digambarkan kerangka pemikiran
teoritis sebagai berikut :
Gambar 2.2
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
H1
H2
H3
H4
H5
H6
Kebutuhan Fisiologis (X1)
Kebutuhan Keselamatan /
keamanan (X2)
Kebutuhan Sosial (X3)
Kebutuhan penghargaan
(X4)
Kebutuhan aktualisasi diri
(X5)
Produktivitas Kerja ( Y )
15
2.3 Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang berhubungan dengan permasalahan
sehingga berguna dalam mencari / mendapatkan alat pemecahan (M. suparmoko
1999.19).
Berdasarkan tinjauan teori tersebut diatas dapat diajukan hipotesis sebagai
berikut :
H1 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi pemenuhan kebutuhan
fisiologis terhadap produktivitas kerja karyawan.
H2 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi pemenuhan kebutuhan
rasa aman terhadap produktivitas kerja karyawan.
H3 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi pemenuhan kebutuhan
sosial terhadap produktivitas kerja karyawan.
H4 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi pemenuhan kebutuhan
penghargaan terhadap produktivitas kerja karyawan.
H5 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi pemenuhan kebutuhan
aktualisasi diri terhadap produktivitas kerja karyawan.
H6 = Terdapat pengaruh .yang signifikan antara kebutuhan motivasi secara
keseluruhan terhadap produktivitas kerja karyawan PD. BPR-BKK
Batang Kota
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :
a. Produktivitas kerja ( ) Υ
Produktivitas kerja merupakan rasio antara hasil kerja (output) dalam skala
pengorbanan (biaya). Untuk mewujudkan hasil tersebut (input) indikatornya
adalah persepsi responden terhadap besarnya nilai produktivitas kerja
karyawan.
Untuk menilai produktivitas kerja maka digunakan daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan (DP3), dalam rangka usaha untuk memperoleh bahan-
bahan yang obyektif dalam pembinaan karyawan berdasarkan sistem karir dan
sistem produktivitas kerja.
Unsur-unsur produktivitas kerja yang dinilai antara lain :
- Kesetiaan
- Tanggung Jawab
- Ketaatan
- Kejujuran
- Kerjasama
- Prakarsa
17
b. Variabel Kebutuhan Fisiologis ( 1Χ )
Meliputi :
- Kebutuhan Kesehatan
Secara operasional mengandung pengertian program pemeliharaan
karyawan untuk mengantisipasi kecelakaan. Indikatornya adalah pengadaan
pemeriksaan fisik dan mental karyawan secara berkala.
- Kebutuhan Gaji Karyawan
Yaitu pendapatan yang diterima guna memenuhi kebutuhan untuk
mempertahankan hidup, meliputi kebutuhan makan, minum dan hal lain
untuk kehidupan.
Indikatornya adalah persepsi responden tentang terpenuhinya kebutuhan
yaitu mencukupi atau tidak.
c. Variabel Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan ( 2Χ )
Yaitu kebutuhan akan keamanan jiwa dan hartanya pada waktu sedang
bekerja serta keamanan kelangsungan kerja pada masa yang akan datang.
Indikatornya adalah persepsi responden terhadap besarnya jaminan
kesehatan yang diterima responden.
d. Variabel Kebutuhan Sosial/Berkelompok ( 3Χ )
Yaitu kebutuhan akan perasaan diterima orang lain di tempat ia bekerja
kebutuhan kasih sayang, bersahabat.
Indikatornya adalah persepsi responden terhadap beberapa banyak
mengikuti organisasi formal / non formal yang ada dilingkungan PD. BPR-
BKK Batang Kota.
18
e. Variabel Kebutuhan Penghargaan ( 4Χ )
Yaitu kebutuhan akan harga diri, status dan mendapatkan pujian atau
penghargaan lainnya akan mendorong karyawan untuk meraih produktivitas
dalam bekerja.
Indikatornya adalah persepsi karyawan terhadap beberapa kali
mendapatkan penghargaan (sertifikat / piagam, piala / medali atau yang
lainnya yang berwujud) maupun pujian (lisan) dari pimpinan perusahaan.
f. Variabel Kebutuhan Aktualisasi Diri ( 5Χ )
Yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau kemampuannya,
kreativitasnya secara maksimal serta untuk berbuat dengan sebaik-baiknya
bagi dirinya dan bagi masyarakat sekitarnya.
Indikatornya adalah persepsi responden terhadap beberapa kali
menampilkan dirinya dalam beberapa peristiwa (event).
3.2 Populasi Dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang cirinya akan diduga
(Masri Singarimbun, 1992) populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keseluruhan karyawan PD. BPR-BKK Batang Kota yang berjumlah 16 orang. Semua
karyawan tersebut tidak seluruhnya dijadikan responden penelitian, tetapi diambil
beberapa untuk dijadikan sampel.
Sampel adalah sebagian dari populasi dimana diambil untuk diteliti yang
karakteristiknya hendak diduga. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik
stratifikasi random sampling, dimana strata ditentukan berdasarkan golongan.
19
Besarnya sampel agar representatif menurut Winarno Surkhmad (1992) adalah
apabila kurang dari 100 sampelnya dapat diambil 50%, sedangkan apabila lebih dari
100 dapat diambil 15%. Dalam penelitian ini agar benar-benar dapat mewakili
populasi yang ada, diambil 50% lebih yaitu sebesar 15 responden, dengan perincian
sebagi berikut :
Direksi : 1 orang
Bidang Umum : 2 orang
Bidang Pemasaran : 6 orang
Bidang Pelayanan : 4 orang
Satuan Pengawas Intern : 1 orang
Jumlah : 15 orang
3.3 Jenis data dan Sumber Data
Data primer
Adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian yaitu
identitas responden, motivasi pemenuhan kebutuhan kesehatan, gaji karyawan,
keamanan dan lingkungan, penghargaan, aktualisasi diri dan lingkungan sosial
serta produktivitas kerja karyawan (J. Supranto 1993,11)
3.4 Metode Pengumpulan Data
Guna mengumpulkan data, digunakan teknik-teknik sebagai berikut (Marzuki,
1977,62) :
20
Angket (kuesioner)
Yaitu suatu metode pengumpulan data dimana peneliti menyusun daftar
pertanyaan secara tertulis yang kemudian dibagikan kepada responden guna
memperoleh data primer (Marzuki, 1977,65).
Meliputi : Kebutuhan motivasi
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan meliputi kualitatif dan analisis kuantitatif.
3.5.1 Analisis kualitatif
Merupakan suatu analisis data yang tidak memerlukan pengujian secara
matematis dan sistematis, namun hanya bersifat penjelasan berdasarkan pendapat dan
interpretasi terhadap data tanggapan responden (Masri Singarimbun dan Sofian
Efendi, 1987,111)
3.5.2 Analisis kuantitatif
Analisis data yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah regresi
berganda (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1987,111)
Analisa Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh pemenuhan kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan
aktualisasi diri terhadap produktivitas kerja.
Bentuk umum persamaan regresi berganda :
kkbbbb Χ++Χ+Χ+=Υ ....ˆ22110
21
Dalam kasus 6 variabel sebagai berikut :
55443322110ˆ Χ+Χ+Χ+Χ+Χ+=Υ bbbbbb
Dimana :
Υ = produktivitas kerja
X1 = fisiologis
X2 = keselamatan / keamanan
X3 = sosial
X4 = penghargaan
X5 = aktualisai diri
b0 = konstan dan intercept
b1 b2 b3 b4 b5 = koefisien regresi
Pengujian Hipotesis
1. Uji t
Pengujian signifikan koefisien regresi secara parsial / individual menggunakan
uji t, yaitu dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ketentuan sebagai
berikut :
Ho : β1 = 0 Tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial / individu
pada masing-masing variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5)
terhadap variabel terikat (Y)
Ha : β1≠ 0 Ada pengaruh yang signifikan secara parsial / individu pada
masing-masing variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) terhadap
variabel terikat (Y)
22
Tingkat kepercayaan yang digunakan (taraf signifikan) adalah 5 %, dengan
kriteria penilaian sebagai berikut :
•
•
Jika t-hitung > t tabel, Ha diterima dan Ho ditolak, berarti ada pengaruh yang
signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan
variabel terikat.
Jika t-hitung < t tabel, Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada pengaruh
antara masing-masing variabel bebas dan variabel terikat.
2. Uji F
Koefisien regresi diuji signifikannya dengan menggunakan uji F, yaitu dengan
membandingkan F-hitung dengan tabel, dengan ketentuan sebagai berikut :
Ho : β1 = 0 Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat (Y).
Ha : β1 0 Ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat (Y ).
≠
Tingkat kepercayaan yang digunakan 95 % atau taraf signifikan 5 % (α = 0,05)
dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
- Jika F-hitung > F-tabel, Ha diterima dan menolak Ho berarti variabel bebas
secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat.
- Jika F-hitung < F-tabel, Ho diterima dan menolak Ha berarti variabel bebas
secara bersama-sama tidak ada hubungan yang signifikan
terhadap variabel terikat
23
3. Koefisien Determinasi
Digunakan untuk mengetahui besarnya prosentasi pengaruh variasi variabel
bebas terhadap variabel terikat. (Sudjana, 1997 : 383).
Rumus :
FP = R2
FP = Koefisien determinasi
R2 = Kuadrat dari nilai koefisien korelasi
3. Uji Asumsi Klasik
Sebelum analisis uji signifikansi dilakukan, terlebih dahulu akan dilakukan
analisis penyimpangan terhadap uji asumsi klasik yang mungkin terjadi dari data
masing – masing variabel, meliputi uji terhadap gejala autokorelasi, multikolinieritas,
heterostedastisitas dan normalitas.
a. Uji terhadap gejala autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu (µ) pada periode t dengan
kesalahan pada periode t – 1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka
dinamakan ada problem autokorelasi (Imam Ghozali, 2002).
Uji terhadap gejala autokorelasi dideteksi dengan test Durbin-Watson
(DW test). Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai “d” dengan
nilai kritisnya yaitu dl (bawah) dan du (atas) pada tabel Durbin-Watson dengan
tingkat signifikan 5 %.
24
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:
- Bila DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) maka,
koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.
- Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound (dl),
maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi
positif.
- Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-dl), maka koofisien autokorelasi lebih
kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.
- Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW
terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
b. Uji terhadap gejala multikolinieritas
Multikolinieritas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya
hubungan antara variebel-variabel bebas yang terjadi cukup besar. Hal ini
akan menyebabkan perkiraan keberartian koefisien regresi yang diperoleh.
Pendeteksian adanya multikolinieritas dengan cara sebagai berikut :
- Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi sangat tinggi,
tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak
signifikan.
- Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas
0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Jika
korelasi kuat maka terjadilah multikolinieritas.
- Multikolinieritas dapat dilihat dari (i) nilai tolerance dan lawannya variance
inflation factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF
25
yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Pedoman suatu model regresi yang
bebas dari multikolinieritas adalah mempunyai nilai VIF yang tidak lebih
dari 10, dan mempunyai angka tolerance kurang dari 10 %.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain ( Imam Ghozali, 2002 ).
Pendeteksian dapat dilakukan dengan cara melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel terikat ( ZPRED ) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED.
Dasar analisis :
- Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang akan membentuk pola tertentu
secara teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
- Jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal
ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau
mendekati normal. Untuk mendeteksi ada tidaknya dilakukan dengan melihat
gambar normal probability plot, yaitu :
26
- Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.