bab ii tinjauan pustaka a. kajian teori 1. pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/bab...

25
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika SMP a. Belajar Menurut Slameto (2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sudjana (1987: 17) juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan dan aspek lain yang ada pada individu. Cronbach, Harold Spears dan Morgan (Suprijono, 2009: 2-3) memberikan definisi belajar. Cronbach mendefisikan “Learning is shown by change in behavior as result of experience. Artinya Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Harold Spears mengatakan “Learning is it to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction” Artinya dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu. Morgan mendefinisikan Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result

Upload: others

Post on 25-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika SMP

a. Belajar

Menurut Slameto (2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Sudjana (1987: 17) juga menyatakan

bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

pada diri seseorang yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,

keterampilan, kecakapan, kemampuan dan aspek lain yang ada pada

individu.

Cronbach, Harold Spears dan Morgan (Suprijono, 2009: 2-3)

memberikan definisi belajar. Cronbach mendefisikan “Learning is shown

by change in behavior as result of experience”. Artinya Belajar adalah

perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Harold Spears

mengatakan “Learning is it to observe, to read, to imitate, to try something

themselves, to listen, to follow direction” Artinya dengan kata lain, bahwa

belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu,

mendengar, dan mengikuti arah tertentu. Morgan mendefinisikan

“Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

11

of past experience. Artinya Belajar adalah perubahan perilaku yang

bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.

Sardiman (2006: 21) mendefinisikan belajar adalah berubah.

Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar adalah usaha mengubah

tingkah laku. Jadi dengan belajar diharapkan membawa perubahan

pada seseorang atau individu yang belajar. Perubahan tidak hanya

berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk

kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,

dan penyesuaian diri. Menurut Winkel (1987: 36) mendefinisikan

belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam

interaksi individu dengan sumber belajarnya, yang menghasilkan

sejumlah perubahan.

Menurut beberapa definisi para ahli di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku didalam

diri seseorang atau individu yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk

seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan,

kecakapan, harga diri, minat, dan watak. Apabila setelah belajar tidak

terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan

bahwa padanya telah berlangsung proses belajar.

b. Pembelajaran

Suyitno (2006: 2) mendefinisikan bahwa pembelajaran adalah upaya

menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat,

bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

12

optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan

peserta didik. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun

meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran

(Hamalik, 2005: 57). Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subyek didik yang direncanakan atau didesain,

dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien

(Depdiknas, 2004: 7).

Suherman (2001: 9) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses

pendidikan dalam lingkungan persekolahan, sehingga arti proses

pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

misalkan guru dan teman sesama siswa. Pembelajaran merupakan proses

yang mengandung serangkaian tindakan guru dan siswa atas dasar

hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu (Usman, 2002: 4).

Sedangkan Suprijono (2009: 13) berpendapat bahwa pembelajaran

berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari

yang dilaksanakan oleh peserta didik dengan guru sebagai fasilitator, dan

dilakukan dengan dialog interaktif. Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan pembelajaran adalah proses dialog interaksi antara guru,

peserta didik, sumber belajar dan lingkungan belajar dalam situasi edukatif

sehingga menghasilkan perubahan untuk menciptakan iklim dan pelayanan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

13

terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

c. Matematika

Matematika berasal dari perkataan latin mathematica yang mulanya

diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti “relating to

learning”. Kata itu mempunyai akar kata mathema yang berarti

pengetahuan atau ilmu (Suherman, 2003: 15). Menurut James (Suherman,

2003: 19), mengatakan matematika adalah ilmu logika mengenai bentuk,

susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang

lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang

yaitu Aljabar, Analisis, dan Geometri.

Ruseffendi (Heruman, 2010: 1) menyatakan bahwa matematika

adalah bahasa symbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian

induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi,

mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke

aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Menurut Johnson dan Rising

(Suherman, 2003: 19) mendefinisikan matematika adalah pola berpikir,

pola mengorganisasikan, pembuktian logik, matematika itu adalah bahasa

yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan

akurat, representasinya dengan symbol, dan padat, lebih berupa bahasa

symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Reys (1998: 2) menyatakan bahwa matematika mempelajari tentang

pola dan hubungan, cara berpikir, seni yang bersifat urut dan konsisten,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

14

bahasa yang menggunakan istilah dan symbol, serta alat yang dapat

digunakan dalam menyelesaikan masalah dalam bidang lain, dunia keja

dan kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas timbul

keanekaragaman secara umum dan dapat dipahami matematika adalah

suatu ilmu terstruktur tentang ide-ide, pola pikir, pembuktian logik,

struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak terstruktur dan terorganisir secara sistematis dalam

rangkaian urutan yang logis. Jadi matematika merupakan ilmu yang tidak

sekedar menghitung secara teknis dan mekanis, tetapi matematika

merupakan suatu ilmu deduktif formal dan abstrak yang dapat digunakan

untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika

terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

d. Pembelajaran Matematika

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang

mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti

mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti

pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike

berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein

atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal

katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang

didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan

kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan hasil

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

15

eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-

pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran

(Rosmayati, 2015: 17 -18).

Pembelajaran matematika berarti pembelajaran tentang konsep-

konsep atau struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari

serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep atau struktur-

struktur tersebut (Hudojo, 2005: 135). Sesuai dengan pengertian di atas,

pembelajaran matematika seharusnya dilaksanakan secara terpadu dengan

mengoptimalkan peran siswa sebagai pembelajar.Siswa tidak hanya

mendapatkan pemahaman konsep tetapi siswa juga diharapkan memiliki

keterampilan dan kreatifitas dalam belajar matematika sehingga siswa

mampu menerapkannya dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.

Pembelajaran matematika ditujukan untuk membina kemampuan

siswa diantaranya dalam memahami konsep matematika, menggunakan

penalaran, menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan

memiliki sikap menghargai terhadap matematika. Selain itu, pembelajaran

matematika juga diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir

matematis, yang meliputi pemahaman, pemecahan masalah, penalaran,

komunikasi, dan koreksi matematis, kritis serta sikap yang terbuka dan

objektif. Dalam pembelajaran matematika, siswa dibiasakan untuk

memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang

dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (Rosmayati, 2015:

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

16

18–19). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh diharapkan siswa

mampu menangkap pengertian suatu konsep (Suherman, 2001: 55).

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

pembelajaran matematika bertujuan untuk megembangkan kemampuan

berpikir matematis, yang meliputi pemahaman, pemecahan masalah,

penalaran, komunikasi, dan koreksi matematis, kritis serta sikap yang

terbuka dan objektif. Siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui

pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari

sekumpulan objek.

Berikut adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata

pelajaran matematika pada Kurikulum KTSP 2006 kelas VIII yang

digunakan dalam penelitian di SMP Negeri 1 Nanggulan:

Tabel 2.1

SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII

(Permendiknas, 2006: 350)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Geometri dan Pengukuran

4. Menentukan unsur, bagian

lingkaran serta ukurannya

4.1 Menentukan unsur dan

bagian-bagian lingkaran

4.2 Menghitung keliling dan luas

lingkaran

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran

(Slavin, 2008: 4). Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling

membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi, untuk mengasah

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

17

pengetahuan yang mereka kuasai saat itu, dan menutup kesenjangan dalam

pemahaman masing-masing.

Anita Lie (Suprijono 2009: 56) berpendapat bahwa model pembelajaran

kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini social. Yang menekankan

bahwa manusia adalah makhluk sosial, dimana kunci dari semua kehidupan

sosial adalah dialog interaktif (interaksi sosial). Shaw dalam Suprijono (2009:

57) mengatakan bahwa ciri yang dimiliki oleh pembelajaran kelompok adalah

tiap anggotanya saling berinteraksi, saling mempengaruhi antara yang satu

dengan yang lain.

Fase-fase dalam model pembelajaran kooperatif seperti yang tercantum

dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.2

Fase-Fase Dalam Model Pembelajaran Kooperatif

(Agus Suprijono, 2009: 65)

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan pesan dan

mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan pesrta didik

Fase 2: Present information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada

peserta didik

Fase 3: Organize students into

learning teams Mengorganisir peserta didik ke

dalam kelompok-kelompok belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta

didik tentang tata cara pembentukan

kelompok

Fase 4: Assist team work and study

Membantu kerja kelompok dan

belajar

Membantu kelompok-kelompok belajar

selama peserta didik mengerjakan

tugasnya

Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi

Mengevaluasi pengetahuan peserta

didik mengenai berbagai materi

pembelajaran atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan atau

penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui

usaha dan prestasi individu maupun

kelompok

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

18

Berdasarkan beberapa definisi para ahli di atas, model pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan siswa bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil, didalamnya terdapat pembelajaran yang

efektif untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, dimana tiap

anggotanya saling berinteraksi, saling mempengaruhi antara yang satu dengan

yang lain.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Penelitian yang paling luas dan sukses dari metode-metode spesialisasi

tugas adalah Group Investigation, sebuah bentuk pembelajaran kooperatif

yang berasal dari jamannya John Dewey (1970), tetapi telah diperbaharui dan

diteliti pada beberapa tahun terakhir oleh Shlomo dan Yael Sharan, serta

Rachel-Lazarowitz di Israel (Slavin, 2008: 214).

Model pembelajaran Group Investigation adalah model pembelajaran

yang dikembangkan oleh Yael Sharan dan Shlomo Sharan. Dalam jurnal

internasional Sharan dan Sharan (Sari, 2013: 15) menyatakan bahwa “Group

Investigation harnesses students individual interest and gives them even more

control over their learning”. Investigasi kelompok memanfaatkan ketertarikan

individu siswa dan memberikan mereka kesempatan untuk mengontrol

pembelajaran mereka. Pendapat tersebut mengasumsikan bahwa dalam

pembelajaran dengan menggunakan model Group Investigation disesuaikan

dengan minat ketertarikan siswa tentang apa yang hendak mereka pelajari,

dari hal tersebut siswa diberi kebebasan untuk menentukan apa yang mereka

pelajari di dalam kelas.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

19

Suprijono (2009: 93) mengemukakan bahwa model pembelajaran Group

Investigation dimulai dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru beserta

peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan

yang dapat dikembangkan dari topik-topik tersebut. Sesudah topik beserta

permasalahannya disepakati, peserta didik beserta guru menentukan metode

penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah.

Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran Group Investigation

(Slavin, 2008: 215-217), antara lain:

a. Menguasai kemampuan kelompok

Kesuksesan implementasi dari Group Investigation sebelumnya menuntut

pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial

b. Perencanaan kooperatif

Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai

dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Bersama mereka menentukan

apa yang mereka ingin investigasikan sehubungan dengan upaya mereka

menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, sumber apa yang mereka

butuhkan, siapa melakukan apa, dan bagaimana mereka akan

menampilkan proyek mereka yang sudah selesai di depan kelas.

c. Peran guru

Di dalam kelas yang melaksanakan proyek Group Investigation, guru

bertindak sebagai narasumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di

antara kelompok-kelompok yang ada, untuk melihat bahwa mereka bisa

mengelola tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

20

dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap

tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran.

Langkah-langkah model Group Investigation dalam implementasi

pembelajaran adalah sebagai berikut (Slavin, 2008: 218-220):

a. Mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompok

b. Merencanakan tugas yang akan dipelajari

c. Melaksanakan investigasi

d. Menyiapkan laporan akhir

e. Mempresentasikan laporan akhir

f. Evaluasi

Sharan, dkk (Trianto, 2007: 60) membagi langkah-langkah pelaksanaan

model pembelajaran Group Investigation meliputi 6 (enam) fase:

a. Memilih topik

Peserta didik memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah

umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya peserta didik

diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi

kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas.

b. Perencanaan kooperatif

Peserta didik dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan

tujuan khusus yang konsisten dengan sub topic yang telah dipilih pada

tahap pertama.

c. Implementasi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

21

Peserta didik menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di

dalam tahap ke dua. Kegiatan pembelajaran hendaknya memperhtikan

ragam aktivitas dan ketrampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan

peserta didik kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda., baik di

dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap

kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

d. Analisi dan sintesis

Peserta didik menganalisa dan mensintesis informasi yang diperoleh pada

tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas

dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk

dipresentasikan kepada seluruh kelas.

e. Presentasi hasil final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan

cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar peserta didik

yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka, dan

memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh

guru.

f. Evaluasi

Dalam hal ini kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari

topik yang sama. Peserta didik dan guru mengevaluasi tiap kontribusi

kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang

dilakukan dapat berupa penilaian individu atau kelompok.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

22

Adapun langkah-langkah Group Investigation (Suyatno, 2009: 123-124)

adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.

b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

c. Guru memanggil para ketua untuk satu materi tugas sehingga satu

kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok

lain.

d. Setiap kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif

berisi penemuan.

e. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil

pembahasan kelompok.

f. Guru memberikan penjelasan secara singkat sekaligus memberikan

kesimpulan.

g. Evaluasi

h. Penutup

Model pembelajaran Group Investigation memiliki kelebihan dan

kekurangan. Setiawan dalam Sari (2013) menyebutkan beberapa kelebihan

dan kekurangan Group Investigation. Kelebihannya antara lain:

a. Secara pribadi siswa dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas,

dapat memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif, rasa percaya

diri siswa lebih meningkat, serta dapat belajar untuk memecahkan suatu

masalah yang dihadapinya.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

23

b. Secara kelompok dapat melatih siswa untuk dapat belajar bekerja sama,

belajar berkomunikasi yang baik, belajar menghargai pendapat orang lain,

dan dapat meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.

Adapun kekurangan model pembelajaran Group Investigation ini adalah

sebagai berikut:

a. Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan.

b. Sulitnya memberikan penilaian secara personal

c. Tidak semua topik cocok, model pembelajaran Group Investigation cocok

untuk diterapkan pada suatu topic dimana siswa dapat memahami suatu

materi dari pengalaman yang dialami sendiri

d. Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang kelompok

Berdasarkan penjabaran di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran model

Group Investigation merupakan pembelajaran dalam bentuk kelompok-

kelompok siswa yang terdiri 4-6 orang dibentuk secara heterogen, yang

pelaksanaannya melalui tahapan pembentukan kelompok dan memilih topik,

merencanakan tugas, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir,

presentasi serta evaluasi hasil investigasi.

4. Model Pembelajaran Konvensional

Djamarah (Rosmayati, 2015: 25-26) mengemukakan bahwa model

pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran tradisional atau

disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu model ini telah

dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam

proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran konvensional ditandai

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

24

dengan ceramah. Lebih lanjut, Freire (Rosmayati, 2015: 26) juga memberikan

istilah terhadap pengajaran konvensional sebagai suatu penyelenggaraan

pendidikan ber “gaya bank”, penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang

sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa,

yang wajib diingat dan dihafal.

Djafar (2001: 86) menyatakan bahwa pembelajaran konvensional

dilakukan dengan satu arah. Dalam pembelajaran ini peserta didik sekaligus

mengerjakan dua kegiatan yaitu mendengarkan dan mencatat. Jadi model

pembelajaran ini jelas didominasi oleh guru dengan metode ceramah dan

tanya jawab. Pembelajaran berlangsung dengan pemberian penjelasan oleh

guru kepada siswa diikuti dengan tanyajawab, memberikan beberapa contoh

soal dan penyelesaiannya. Kemudian siswa yang belum paham diberi

kesempatan untuk bertanya, selanjutya siswa ditugaskan untuk mengerjakan

soal latihan. Pembahasan soal dilakukan secara bersama-sama antara guru

dengan siswa. Setelah selesai pembelajaran guru memberikan umpan balik

kepada siswa.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut bisa ditarik

kesimpulan bahwa model pembelajaran konvensional adalah model

pembelajaran tradisional yang berlangsung satu arah, proses pembelajarannya

ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, pembagian tugas

dan latihan.

5. Minat Belajar

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

25

Pengertian minat menurut Slameto (2010: 57) adalah kecenderungan

yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan

yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa

senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara

(tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan

senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ

diperoleh kepuasan.

Selain ungkapan di atas Slameto (2010: 180) juga berpendapat bahwa

mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu

siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk

dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti

menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu

mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-

kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat

untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa

melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan

pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat untuk mempelajarinya.

Crow & Crow (Djaali, 2013: 121) mengungkapkan bahwa minat

berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk

menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang

dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Sedangkan pendapat mengenai minat

belajar yang juga diungkapkan Syah (2011: 133) secara sederhana, minat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

26

berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu.

Menurut Tiurma dan Retnawati (2014: 178-179) cara-cara yang dapat

dilakukan untuk menumbuhkembangkan minat siswa antara lain sebagai

berikut: (1) menjelaskan kepada siswa kegunaan dari pembelajaran

matematika sehari-harinya dan untuk dapat mempelajari pelajaran yang lebih

tinggi tingkatannya; (2) menghubungkan isi pelajaran matematika dengan

mata pelajaran lainnya; (3) Menghapus ketakutan di pikiran siswa bahwa

matematika tidak sulit tetapi sangat mudah dan menarik; (4) memberikan

bentuk mudah dari suatu soal dalam proses pembelajaran dengan menekankan

pada pemikiran belajar dan cara melakukan; (5) menyelesaikan beberapa teka-

teki matematika; (6) menggunakan cara mengajar yang berbeda-beda; (7)

menghubungkan pekerjaan dan sejarah dari para ahli matematika yang hebat.

Berdasarkan pendapat para ahli, bisa ditarik kesimpulan bahwa minat

belajar adalah kecenderungan dan kegairahan tinggi yang mendorong

seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan,

pengalaman terhadap sesuatu, serta mengetahui tujuan belajar itu sendiri.

Untuk mengukur minat belajar siswa terdapat beberapa indikator, yang

perinciannya adalah sebagai berikut: (1) adanya rasa senang terhadap belajar,

(2) keinginan yang tinggi terhadap penguasaan dan keterlibatan terhadap

belajar, (3) kesadaran akan kebutuhan belajar, dan (4) mengetahui tujuan

belajar.

6. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

27

Masalah adalah suatu situasi yang mendorong seseorang untuk

menyelesaikannya tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan

untuk menyelesaikannya (Reys, 1998: 23). Apabila seseorang telah

mempunyai solusi yang mudah untuk menyelesaikan masalah, maka

permasalahan tersebut bukanlah menjadi suatu masalah bagi orang tersebut.

Demikian juga halnya dengan sebuah soal matematika, soal tersebut bisa

menjadi masalah bagi siswa pada suatu saat, namun sudah tidak menjadi

masalah pada saat-saat berikutnya, yaitu ketika siswa tersebut sudah

mengetahui cara menyelesaikan masalah tersebut.

Sedangkan Krulik & Rudnick (1995: 4) mendefinisikan masalah sebagai

berikut:

“A problem is a situation, quantitative or otherwise, that confronts on

individual or group of individuals, that requires resolution, and for

which the individual sees no apparent or obvious means or path to

obtaining a solution”

Artinya, masalah merupakan suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang

atau sekelompok orang yang harus diselesaikan akan tetapi tidak tahu apa

yang harus dilakukan untuk memperoleh penyelesaiannya. Masalah timbul

ketika ada tujuan yang ingin dicapai tetapi belum ditemukan sarana untuk

mencapai tujuan tersebut (Winkel, 1996: 127).

Menurut George Polya (Suherman, 2001: 84) mengembangkan empat

langkah penting yang dilakukan dalam pemecahan masalah, yaitu:

a. Memahami masalah

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

28

Dalam memahami masalah, siswa diharapkan dapat menuliskan informasi

yang diperoleh dari masalah yang ada, mengidentifikasi apa yang akan

diselesaikan dari permasalahan yang ada.

b. Merencanakan penyelesaian

Beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam merencanakan penyelesaian

masalah antara lain dengan: mencari pola permasalahan agar dapat

menentukan rencana penyelesaian yang akan diambil, membuat tabel dan

diagram untuk memperjelas maksud dari permasalahan, menuliskan

persamaan, dan sebagainya.

c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana

Melaksanakan strategi yang telah diambil dalam rencana penyelesaian

masalah, menggunakan keterampilan berhitung, melihat langkah-langkah

penyelesaian untuk memperoleh hasil.

d. Pengecekan terhadap semua langkah yang telah dikerjakan

Memeriksa kembali langkah-langkah penyelesaian masalah yang telah

dilakukan dan menyimpulkan hasil penyelesaian yang diperoleh.

Nuryadi (2014: 8) menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar

masalah yang dihadapi anak antara lain dapat dipecahkan melalui diskusi,

observasi, klasifikasi, pengukuran penarikan kesimpulan serta pembuktian

hipotesis. Selain itu, dalam proses pembelajaran standar kemampuan

pemecahan masalah yang harus dikuasai oleh siswa (NCTM, 2000: 52) adalah

sebagai berikut:

a. Membangun pengetahuan matematika baru dengan memecahkan masalah.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

29

b. Memecahkan permasalahan matematika yang muncul dalam konteks lain.

c. Menerapkan dan menyesuaikan berbagai strategi untuk memecahkan

masalah.

d. Monitor dan mencerminkan proses pemecahan masalah matematika.

Indikator kemampuan pemecahan masalah menurut Badan Standar

Nasional Pendidikan (2006: 140) meliputi kemampuan: (1) memahami

masalah; (2) merancang model matematika; (3) menyelesaikan masalah; (4)

menafsirkan solusinya.

Berdasarkan uraian diatas, kemampuan pemecahan masalah matematika

merupakan proses menerapkan pengetahuan matematika yang telah diperoleh

sebelumnya ke dalam usaha mencari solusi penyelesaiannya sehingga

mencapai tujuan yang diinginkan. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah

matematika tersebut melalui kegiatan memahami masalah, merencanakan

penyelesaian, melaksanakan penyelasaian, dan membuat kesimpulan.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Kajian penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013: 89) yang berjudul “Keefektifan

Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation pada Materi Misi

Kebudayaan Internasional Terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa

Kelas IV SD Negeri 1 Wangon Banyumas“. Kesimpulan dari hasil penelitian

adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara minat belajar siswa kelas VI

yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Group Investigation dengan metode ceramah. Rata-rata minat belajar di kelas

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

30

eksperimen sebesar 89,31, sedangkan rata-rata nilai minat belajar di kelas

kontrol sebesar 80,69. Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa minat

belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model Group Investigation

lebih baik dibandingkan dengan minat belajar siswa yang menggunaka metode

ceramah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Oktariyani (2013: 85) yang berjudul

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation dengan

Metode Resitasi Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa SMKN 1 Seberida Kecamatan Seberida Kabupaten Indragiri Hulu.

Dimana kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan

kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang belajar

menggunakan model pembelajaran Group Investigation dengan metode

resitasi dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hasil dari

perhitungan tes “t” diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 5,235, dengan ∝= 0.05 dan dk = 70

dari daftar distribusi t diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,00. Aturan untuk mengujinya

adalah 𝐻𝑎 diterima jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan 𝐻𝑎 ditolak jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 .

Dari perhitungan didapat 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 5,235 jelas berada pada daerah 𝐻𝑎.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Baroroh (2014: 88) berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika dan Kreativitas Siswa SMP Kelas VIII”.

Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran Group

Investigation berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika dan kreativitas siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Yogyakarta.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

31

C. Kerangka Berfikir

Salah satu indikator kepandaian siswa ditentukan oleh kemampuan

memecahkan masalah yang dihadapi siswanya. Siswa yang terbiasa dihadapkan

pada masalah dan berusaha menyelesaikannya akan cepat tanggap, aktif dan

kreatif. Dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan bagian

dari kurikulum yang penting, karena kemampuan pemecahan masalah matematika

dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Hal ini

yang membuat pemecahan masalah menjadi tujuan umum pembelajaran

matematika.

Pada kenyataannya, kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di

SMP N 1 Nanggulan masih rendah, hal ini disebabkan karena minat belajar siswa

yang masih rendah. Rendahnya minat belajar siswa menyebabkan siswa

menganggap bahwa matematika sebagai mata pelajaran yang sulit untuk

dimengerti. Pembelajaran yang biasa diterapkan menggunakan metode

pembelajaran yang berpusat pada guru. Hal ini menyebabkan siswa mengalami

kejenuhan sehingga minat belajar berkurang.

Aktivitas investigasi, menemukan, kemudian mempresentasikan hasil

penemuan secara berkelompok di depan kelas merupakan karakteristik model

pembelajaran Group Investigation, dimana model ini merupakan model

pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran Group

Investigation peserta didik dapat mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

32

Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation, tentunya memiliki kelebihan-kelebihan. Kelebihannya antara lain

sebagai berikut: (1) Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan, (2)

berpikir dan bertindak kreatif, (3) memecahkan masalah yang dihadapi konkret

(mengurangi keabstrakan) (4) mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, (5)

menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, (6) merangsang perkembangan

kemajuan berpikir peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi

dengan tepat.

Diantara teori belajar yang mendukung model belajar Group Investigation

adalah teori belajar konstruktivisme dan teori belajar J. Bruner. Teori belajar

konstruktivisme yang memfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam

mengorganisasikan pengalaman mereka sedangkan teori bruner mngungkapkan

bahwa dalam pembelajaran matematika, peserta didik harus menemukan sendiri

berbagai pengetahuan yang diperlukannya. Teori Bruner bertujuan untuk

memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih berbagai

kemampuan intelektual peserta didik/siswa, merangsang keingintahuan dan

memotivasi kemampuan mereka. Diharapkan dengan diterapkannya model

pembelajaran Group Investigation pada materi lingkaran ini, minat belajar siswa

lebih meningkat.

Berikut adalah diagram kerangka berfikir dalam penelitian ini:

Kelas Eksperimen

Pretest dan Angket

Minat Belajar Siswa

Pembelajaran dengan

Pretest dan Angket Minat

Belajar Siswa

Kelas Kontrol

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

33

Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berfikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis

penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap

minat belajar siswa kelas VIII SMP N 1 Nanggulan Tahun Ajaran

2016/2017.

2. Terdapat pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP N 1

Nanggulan Tahun Ajaran 2016/2017.

3. Terdapat pengaruh yang lebih baik dengan penerapan model pembelajaran

Group Investigation daripada model pembelajaran konvensional terhadap

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/481/2/BAB 2.pdf · pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah,

34

minat belajar siswa dan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa kelas VIII SMP N 1 Nanggulan Tahun Ajaran 2016/2017.