bab ii tinjauan pustaka a. pembelajaran matematika sma 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/bab...

28
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pengalaman- pengalaman. Belajar juga sebuah proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar diwajibkan bagi semua orang bahkan belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Thursan Hakim (2005:1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapat ilmu atau kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Menurut Woolfolk (Koohang, 2009: 92) “learning is active mental work, not passive reseption of teaching,” yang artinya belajar adalah proses mental yang aktif, bukan penerimaan pasif dari sebuah pengajaran. Selanjutnya ia juga menambahkan bahwa belajar adalah:

Upload: others

Post on 26-Jan-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika SMA

1. Belajar

Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pengalaman-

pengalaman. Belajar juga sebuah proses manusia untuk mencapai

berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar

diwajibkan bagi semua orang bahkan belajar dimulai sejak manusia lahir

sampai akhir hayat. Thursan Hakim (2005:1) menyatakan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan

perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan,

sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain

kemampuan. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah

usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapat ilmu atau

kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya. Sehingga dengan belajar

itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan

dan memiliki tentang sesuatu.

Menurut Woolfolk (Koohang, 2009: 92) “learning is active mental

work, not passive reseption of teaching,” yang artinya belajar adalah

proses mental yang aktif, bukan penerimaan pasif dari sebuah

pengajaran. Selanjutnya ia juga menambahkan bahwa belajar adalah:

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

11

“...the students actively proces to contruct their own knowledge: the

mind of the student mediates input from the outside world to determine

what the student will learn.”

Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses

dimana siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri dengan

cara memasukkan apa yang ia peroleh dari luar ke dalam pikirannya.

Definisi belajar menurut Brunner (Sugihartono, dkk, 2007: 111) adalah

proses yang bersifat aktif terkait dengan ide Discovery Learning yaitu

siswa berinteraksi dengan lingkungannya melalui eksplorasi dan

manipulasi obyek, membuat pertanyaan dan menyelenggarakan

eksperimen. Teori ini menyatakan bahwa cara terbaik bagi seseorang

untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam siswa adalah dengan

mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu.

Menurut beberapa definisi belajar diatas dapat di tarik kesimpulan

bahwa belajar merupakan aktivitas manusia mencari ilmu dari

pengalaman untuk mendapatkan sesuatu yang baru dengan

mengontruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu.

2. Pembelajaran

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

dinyatakan bahwa pembelajaran ialah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar

(Muhammad Fadlillah, 2012: 132). Pembelajaran dapat diartikan

sebagai upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

12

sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat

melakukan kegiatan belajar secara efisien serta dengan hasil yang

optimal (Sugihartono, dkk, 2007: 81).

Sedangkan menurut Gagne (Nazarudin, 2007: 162) bahwa istilah

pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat acara peristiwa

eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar

yang sifatnya internal”. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa

pembelajaran merupakan proses yang sengaja direncanakan dan

dirancang sedemikian rupa dalam rangka memberikan bantuan bagi

terjadinya proses belajar. Pembelajaran lebih menekankan pada guru

dengan segala proses yang menyertainya dalam memfasilitasi siswa

membangun struktur kognitif dan kebermaknaan setiap hal yang mereka

pelajari (Ratna Wilis Dahar, 2011: 165-166).

Kesimpulan yang diperoleh dari beberapa pendapat diatas tentang

definisi pembelajaran yaitu kegiatan yang direncanakan oleh pengajar

yang sesuai dengan sumber materi untuk membangun struktur kognitif

siswa, kemudian ditrasfer kepada siswanya sehingga terjadi interaksi

antara guru siswa dalam proses belajar mengajar.

3. Matematika SMA

Alberta mendefinisikan matematika sebagai ilmu tentang

pengenalan dan deskripsi pola bilangan dan non-bilangan. Selain itu, ia

juga menambahkan bahwa:

Mathematics is one way to describe interconennectedness in a

holistic worldview. Mathematics is esud to describe and explain

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

13

relationships among nimbers, sets, shapes, objects collecting and

analyzing data and describing relasionships visually, symbolically,

orally or in written from (Alberta, 2007: 11).

Maksud dari pernyataan diatas adalah matematika merupakan salah

satu cara untuk mendeskripsikan hubungan-hubungan dalam dunia ini.

Matematika digunakan untuk mendekripsikan dan menjelaskan

hubungan antara bilangan, himpunan, bentuk, objek, dan konsep.

Termasuk juga penelusuran hubungan mengenai pengumpulan, analisis

data dan mendeskripsikannya secara visual, simbolik, lisan ataupun

dengan tulisan.

Matematika merupakan pengetahuan tentang penalaran logika

berhubungan dengan bilangan yang didalamnya terdapat beberapa

kalkulasi yang terorganisasi secara sistematik. Secara umum ilmu

matematika mempunyai karakteristik sebagai berikut (Sumardyono,

2004 31):

a. Matematika mempunyai kajian yang abstrak,

b. Matematika berdasarkan diri pada kesempatan-kesempatan,

c. Matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif dan

d. Matematika dijiwai dengan kebenaran konsistensi.

Menurut Idris Harta (2006:4) pembelajaran matematika ditujukan

untuk membina kemampuan siswa diantaranya dalam memahami konsep

matematika, menggunakan penalaran, menyelesaikan masalah,

mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai terhadap

matematika. Selain itu pembelajaran matematika harus mampu

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

14

mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, setiap permasalahan

dalam matematika yang semula disajikan secara abstrak harus bisa

dikaitkan dengan konteks dunia nyata dengan permasalahan yang

berbeda-beda.

Berdasarkan lampiran permendikbud nomor 59 tahun 2014,

pembelajaran matematika SMA memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Dapat memahami konsep matematikaa. Dapat memahami konsep

matematika, yaitu menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan

mampu membuat generalisasi berdasarkan fenomena atau data.

c. Menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi

matematika baik dalam penyederhanaan, maupun menganalisa

komponen yang ada dalam pemecahan masalah.

d. Mengomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun

bukti matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol,

tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau

masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

f. Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam

matematika dan pembelajarannya, seperti taat azas, konsisten,

menjunjung tinggi kesepakatan, toleran, menghargai pendapat orang

lain, santun, demokrasi, ulet, tangguh, kreatif, menghargai

kesemestaan (konteks, lingkungan), tanggung jawab, adil, jujur,

teliti, dan cermat.

g. Melakukan kegiatan motorik menggunakan pengetahuan

matematika.

h. Menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi untuk

melakukan kegiatan-kegiatan matematik (Kemendikbud, 2014: 328)

Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan bagian terpadu dari

Sistem Pendidikan Nasional, yang mempunyai peranan penting dalam

menyiapkan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Menurut

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

15

(Permendikbud, 2013: 10) tentang kerangka dasar dan struktur

kurikulum SMA/MA, matematika masuk ke dalam kelompok mata

pelajaran wajib dan mata pelajaran peminatan. kelompok mata pelajaran

wajib merupakan bagian dari pendidika umum yaitu pendidikan bagi

semua warga negara bertujuan memberikan pengetahuan tentang bangsa,

sikap sebagai bangsa, dan kemampuan penting untuk mengembangkan

kehidupan pribadi peserta didik, masyarakat dan bangsa.

Sedangkan kelompok mata pelajaran peminatan bertujuan untuk

memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan

minatnya dalam sekelompok mata pelajaran yang sesuai dengan minat

keilmuannya di perguruan tinggi, dan untuk mengembangkan minatnya

terhadap suatu disiplin ilmu atau ketrampilan tertentu. Matematika dalam

kelompok peminatan hanya diperuntukkan bagi siswa yang mengambil

program MIA (Matematika dan Ilmu Alam) saja, sedangkan untuk

kelompok mata pelajaran wajib diperuntukkan untuk program peminatan

IIS (Ilmu-ilmu Sosial), MIA, dan Bahasa.

Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan

SMA/MA meliputi beberapa aspek-aspek sebagai berikut.

1) Aljabar

2) Geometri

3) Trigonometri

4) Kalkulus

5) Statistik dan Peluang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

16

Kesimpulan yang diperoleh dari pengertian matematika SMA diatas

adalah pengetahuan tentang penalaran logika yang ada kaitannya dengan

bilangan sehingga bisa dikalkulasikan secara terorganisir untuk

mengembangkan kehidupan pribadi peserta didik, masyarakat, bangsa,

dan mampu mendeskripsikan hubungan-hubungan dalam dunia dan

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan

minatnya dalam sekelompok mata pelajaran yang sesuai dengan minat

keilmuannya di perguruan tinggi.

Dalam pembelajaran matematika ini, peneliti menggunakan

Kurikulum 2013 yang difokuskan pada materi trigonometri, dengan

kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) sebagai berikut:

Tabel 2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghayati dan mengamalkan

ajaran agama yang dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan

perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli (gotong royong,

kerjasama, toleran, damai) santun,

responsif dan pro-aktif dan

menunjukkan sikap sebagai

bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi

secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai

1.1 menunjukkan sikap jujur,

tertib dan mengikuti aturan,

konsisten, disiplin waktu,

ulet, cermat dan teliti, maju

berkelanjutan, bertanggung

jawab, berpikir logis, kritis,

kreatif, dan analitis, serta

memiliki rasa senang,

motivasi internal, ingin tahu

dan ketertarikan pada ilmu

pengetahuan dan teknologi,

sikap terbuka, percaya diri,

kemampuan bekerja sama,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

17

cerminan bangsa dalam pergaulan

dunia.

3. Memahami, menerapkan,

menganalisis pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural

berdasarkan rasa ingintahunya

tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian,

serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian

yang spesifik sesuai dengan bakat

dan minatnya untuk memecahkan

masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji

dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu

menggunakan metoda sesuai

kaidah keilmuan.

toleransi, santun, objektif,

dan menghargai.

3.10 Menjelaskan aturan sinus

dan cosinus

4.8 Merancang dan mengajukan

masalah nyata terkait luas

segitiga dan menerapkan

aturan sinus cosinus untuk

menyelesaikannya.

4.10 Menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan

aturan sinus dan cosinus

Berdasarkan definisi belajar, pembelajaran dan matematika SMA

dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran matematika SMA tidak

hanya sebatas menekan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep

matematika, akan tetapi disini juga merupakan proses interaksi antara

guru dan siswa dalam memperoleh pengetahuan matematika melalui

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

18

berbagai kegiatan yang disesuaikan dengan perkembangan intelektual

siswa melalui peristiwa memilih, menetapkan, dan mengembangkan

metode untuk menghasilkan belajar yang hendak dicapai pada tingkat

SMA.

B. Pendekatan Brain Based Learning

1. Pendekatan

Pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode, tapi

pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

terhadap proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan

jalan yang harus ditempuh baik oleh guru maupun siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Roy Killen membagi dua pendekatan

dalam pembelajaran, yaitu:

a. Pendekatan yang berpusat pada guru, pendekatan ini menurunkan

strategi pembelajaran langsung.

b. Pendekatan yang berpusat pada siswa, menurunkan strategi

pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran

induktif (Wina Sanjaya, 2011 : 127).

Sedangkan secara terminologi Mulyanto Sumardi (Armai Arief,

2002: 99) menyatakan bahwa pendekatan bersifat axiomatic ia terdiri

dari asumsi mengenai hakikat bahasa dan pengajaran bahasa serta

belajar bahasa. Dalam proses pendidikan islam, pendekatan

mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

19

tujuan, karena ia menjadi sarana yang sangat bermakna bagi materi

pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sehingga dapat

dipahami atau diserap oleh anak didik dan menjadi pengertian-

pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya. Sedangkan

pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru

dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat

diadaptasikan oleh siswa (Ibrahim & Suparni, 2012: 95).

Berdasarkan definisi diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa

pendekatan pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh

pendidik dalam memilih pembelajaran, yang telah disesuaikan dengan

kebutuhan materi ajar yang telah dirancang dalam perencanaan

pembelajaran.

2. Brain Based Learning

Brain Based Learning (Erik Jensen, 2008:12) adalah pembelajaran

yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk

belajar. Sejalan dengan hal tersebut, Sapa’at (2009) juga

mengungkapkan bahwa Brain Based Learning menawarkan sebuah

konsep untuk menciptakan pembelajaran yang berorientasi pada upaya

pemberdayaan potensi otak siswa. Otak merupakan komponen fisik dan

fungsional yang mendasari proses belajar, sebagai sistem yang hidup

otak harus di-charger supaya dapat hidup secara dinamis, otak harus

selalu dirangsang supaya potensi optimalnya bisa muncul.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

20

Prinsip-prinsip pembelajaran Brain Based Learning (BBL) adalah

a. Otak adalah prosesor paralel, yang berarti dapat melakukan beberapa

kegiatan sekaligus, seperti rasa dan bau,

b. Belajar melibatkan seluruh fisiologi,

c. Pencarian makna adalah bawaan,

d. Pencarian makna datang melalui pola,

e. Emosi sangat penting untuk pola,

f. Keseluruhan proses otak dan bagian-bagian secara bersamaan,

g. Belajar melibatkan dua hal yaitu memusatkan perhatian dan perifer

persepsi,

h. Belajar melibatkan kedua proses sadar dan tak sadar,

i. Otak memiliki dua jenis memori: spasial dan hafalan,

j. Otak memahami fakta terbaik ketika tertanam di alam, memori

spasial,

k. Belajar ditingkatkan dan dihambat oleh tantangan dan ancaman, dan

l. Setiap otak adalah unik. (Erik Jensen, 2009: 1)

Dalam menerapkan pendekatan Brain Based Learning, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan karena akan sangat berpengaruh pada proses

pembelajaran, yaitu: pertama, otak emosional ada dua macam emosi

yaitu emosi negatif pasti bisa menghambat prestasi akademis, sementara

emosi positif bisa meningkatkan perolehan pengetahuan dan

kertampilan, meskipun demikian emosi negatif berkembang untuk

mengaktifkan sistem pemecahan masalah otak sehingga sistem tersebut

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

21

bisa merespons tantangan berpeluang. Riset menunjukkan (Given, 2007:

58) bahwa otak mengembangkan lima sistem pembelajaran, yaitu:

a. Sistem Pembelajaran Emosi

Goleman (Given, 2007 : 80) penulis Emotional Intelligence

menyatakan bahwa orang yang mengalami gangguan emosional tidak

bisa mengingat, memperhatikan belajar atau membuat keputusan secara

jernih karena stres membuat emosi dan kognitif saling berhubungan.

Oleh karena itu seharusnya siswa dapat mengendalikan emosi yang

dimilikinya agar siswa mengetahui apa yang harus dikerjakan dan apa

yang harus dicapai dalam pembelajaran, dengan peran dari guru juga

tentunya.

b. Sistem Pembelajaran Sosial

Para pakar neurobiologi percaya bahwa sistem sosial manusia

memiliki kecendrungan untuk berkelompok, menjalin hubungan hidup

berdampingan dan bekerjasama (Given, 2007 : 131). Akibatnya,

sekalipun manusia sangat menghargai kemandirian, saling bergantung

merupakan ciri alamiah manusia, sehingga sistem pembelajaran sosial

mengingatkan untuk menjadi bagian dari kelompok, dihormati, dan

untuk mendapat perhatian dari orang lain.

c. Sistem Pembelajaran Kognitif

Sistem pembelajaran kognitif adalah sistem pemprosesan informasi

pada otak. Siswa menyerap informasi dari duia luar dan semua sistem

lain, kemudian menginterpretasikan input tersebut, serta memandu

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

22

pemecahan masalah dengan terlebih dahulu memberikan dugaan atas

masalah tersebut. Tugas paling berat sistem kognitif diantaranya

menilai sensasi emosional dan situasi sosial, kemudian mengambil

tindakan berdasarkan penelinaian tersebut untuk tetap memegang

kendali atas emosi primer sambil mempertimbangkan kebutuhan untuk

menjadi bagian dari masyarakat.

d. Sistem Pembelajaran Fisik

Sistem pembelajaran fisik otak mengubah keinginan, visi dan niat

menjadi sebuah tindakan, karena sistem operasi ini didorong oleh

kebutuhan untuk melakukan sesuatu. Dennison (Given, 2007: 315)

menemukan suatu cara agar siswa dapat lebih menikmati belajar yang

disebut Brain Gym (senam otak). Gerakan pada Brain Gym membantu

sistem badan menjadi relaks dan membantu menyiapkan murid untuk

mengolah informasi tanpa pengaruh emosi negatif.

e. Sistem Pembelajaran Reflektif

Pembelajaran reflektif merupakan sistem yang memantau dan

mengatur aktivitas semua sistem otak lainnya. Sistem ini berkaitan

dengan pemikiran tinggi tinggi dan pemecahan masalah. Dalam

pembelajaran guru membantu siswa merenungkan kegiatan belajar yang

telah dilakukan, serta memikirkan solusi yang tepat dalam kegiatan

belajarnya agar optimal.

Tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Brain

Based Learning yang diungkapkan Eric Jensen dalam bukunya yaitu:

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

23

1).Pra-Pemaparan

Pra-pemaparan memberikan kepada otak satu tinjauan atas

pembelajaran baru sebelum benar-benar digali, pra-pemaparan

membantu otak mengembangkan peta konseptual yang lebih baik

(Erik Jensen, 2011: 296).

2).Persiapan

Dalam tahap ini, guru menciptakan keingintahuan dan

kesenangan (Erik Jensen, 2011: 297).

3). Inisiasi dan akuisisi

Tahap ini merupakan tahap penciptaan koneksi atau pada

saat neuron-neuron itu saling “berkomunikasi” satu sama lain (Erik

Jensen, 2008: 53).

4). Elaborasi

Elaborasi merupakan tahab pengolahan ia menuntut

pemikiran sejati tentang bagian pemelajar. memberikan kesempatan

kepada otak untuk menyortir, menyelidiki, menganalisis, menguji,

dan memperdalam pembelajaran (Erik Jensen, 2011: 298).

5). Inkubasi dan pengkodean memori

Tahap ini menekankan bahwa waktu istirahat dan waktu

tinjauan atau waktu untuk mengulang kembali merupakan suatu hal

yang penting (Erik Jensen, 2011: 298).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

24

6). Verifikasi dan pengecekan kepercayaan

Tahab ini tidak sekedar hanya untuk keuntungan guru ,

pemelajar juga perlu mengkonfirmasi pemelajaran mereka untuk diri

mereka sendiri. Pemelajaran itu diingat paling baik ketika siswa

memiliki satu model atau metafor menyangkut konsep atau materi

baru (Erik Jensen, 2011:299)

7). Selebrasi dan integrasi

Tahap ini penting untuk melibatkan emosi, membuat

menjadi menyenangkan, ceriah, dan menggembirakan. Karena pada

tahap ini menanamkan semua arti penting dari kecintaan terhadap

belajar (Erik Jensen, 2011: 299).

Strategi pembelajaran utama yang dapat dikembangkan dalam

implementasi Brain Based Learning Sapa’at (2009) yaitu: pertama

yaitu menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan

berpikir siswa, maksudnya sebuah lingkungan yang menantang

mendorong otak untuk melenturkan otot-otot pemikirannya. Pemelajar

yang kurang tertantang bisa menghilangkan kebosanan dengan perilaku

yang disruptif, sementara pemelajar yang sangat tertantang

kemungkinan merasa terpukul dan mundur kecuali kalau beberapa

resolusi atau sukses tercapai. Para guru yang memberikan satu

lingkungan yang aman dan menantang, sambil tetap membiasakan diri

dengan keadaan pemelajar dan menanggapinya secara memadai,

memfasilitasi sejumlah besar momen yang dapat diajarkan (Erik

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

25

Jensen, 2011: 196). Kedua yaitu menciptakan lingkungan pembelajaran

yang menyenangkan. Ketiga yaitu menciptakan lingkungan

pembelajaran yang aktif, berbasis otak dan bermakna bagi siswa, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan lingkungan

pembelajaran berbasis otak diantaranya yaitu: pengakuan nilai, setiap

orang merasa diperhatikan, kebebasan ekspresi, doronglah afiliasi,

akuntabilitas, harapan sukses lingkungan yang aman secara fisik (Erik

Jensen, 2011: 305-307). Sedangkan faktor yang memicu rasa makna

adalah relevansi, emosi, dan konteks (Erik Jensen, 2011: 246).

Berdasarkan definisi pendekatan dan Brain Based Learning diatas

dapat ditarik kesimpulah bahwa pendekatan Brain Based Learning

adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik dalam memilih

pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang berorientasi pada

upaya pemberdayaan potensi otak siswa, yang telah disesuaikan dengan

kebutuhan materi ajar yang telah dirancang dalam perencanaan

pembelajaran.

C. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Brain Based Learning

Landasan filosofis yang mendukung Brain Based Learning,

diantaranya adalah aliran psikologi tingkah laku (Behavioristik) dan

pendekatan pembelajaran berdasarkan paham konstruktivisme.

1. Aliran Psikologi Tingkah Laku (Behavioristik)

Istilah behavioristik diambil dari kata behavior yang memiliki

makna perilaku. Maksudnya adalah dalam teori ini, tingkah laku

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

26

manusia dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan

(reinforcement) dari lingkungan (Muhammad Fadlillah, 2012:110).

Semakin seseorang diberikan reward dan penguatan, ia akan semakin

menunjukkan tingkah laku sesuai yang dikehendaki. Bila dikaitkan

dengan pembelajaran tingkah laku ini merupakan wujud capaian atau

hasil belajar. Seseorang dikatakan sudah belajar apabila terdapat

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari stimulus yang diberikan.

Thordike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan

respon ini mengikuti hukum-hukum berikut (Sugihartono,dkk. 2007:

92):

a. Hukum kesiapan. Semakin siap suatu organisme memperoleh

perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut

akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cendrung

diperkuat.

b. Hukum latihan. Semakin sering suatu tingkah laku diulang, maka

asosiasi tersebut akan semakin kuat.

c. Hukum akibat. Hubungan stimulus respon cendrung diperkuat bila

akibatnya menyenangkan dan cendrung diperlemah jika akibatnya

tidak memuaskan.

2. Aliran Konstruktivisme

Perkembangan konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari

usaha keras Jean Piaget dan Vygotsky. Konstruktivisme memahami

hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

27

pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan

sesuai pengalamannya. Dalam konstruktivisme pemecahan masalah itu

lebih mengutamakan kepada proses dari pada hasilnya. Guru disini

hanya sebagai pendamping siswa dan mengarahkan siswanya untuk

mencapai tujuannya.

Teori belajar konstruktivisme berkembang menjadi dua kelompok

besar, yaitu kognitif individual yang di pelopori oleh Jean Piaget belajar

terjadi bila harapan belum terpenuhi dan dia harus memecahkan

kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan realitas yang ada, daya

pikir atau kekuatan mental antar individu yang berbeda usia akan

berbeda pula secara kualitatif, dengan demikian proses belajar akan

terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibras,

kemudian Sosiokultural yang dipelopori oleh Vygotsky yang

mengangap bahwa pentingnya konteks sosial dan kultural yang berperan

dalam mengkontruksi suatu konsep dalam proses belajar siswa (Karunia

Eka L. & Mokhammad Ridwan Y., 2015: 32).

3. Teori Neurosains

Neurosains secara harfiah memiliki arti ilmu tentang otak.

Sedangkan secara istilah, neurosains merupakan ilmu yang khusus

mempelajari neuron dan sel saraf. Pengetahuan tentang otak tidak saja

penting dalam pembelajaran (learning), tetapi keseluruhan dalam proses

pendidikan (education). Dalam konteks pendidikan, teori ini sangat

membantu seorang pendidik dalam memberikan materi untuk

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

28

pembelajaran peserta didik. Dengan mempelajari otak maupun sel saraf

seseorang pembelajaran akan dapat dirancang dan dilaksanakan sesuai

dengan perkembangan otak yang terdapat dalam diri seseorang.

Menurut Paul Mc Lean, (Muhammad Fadlillah, 2012:128) lapisan otak

seseorang terdiri dari tiga lapis yaitu: 1). lapisan neomamalia (otak

berpikir), 2) lapisan paleomamalia (otak binatang), dan 3) otak reptile

(otak vegetasi).

D. Pemahaman Konsep

Dengan pemahaman siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia

memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.

Menurut Suharsimi Arikunto ( 2009:118-137) pemahaman adalah

bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga,

menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan,

memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dalam

prinsip belajar jika hanya tahu dan hafal akan tetapi tidak paham itu kurang

tepat, seorang siswa dikatakan paham jika dia bisa menjelaskan dan

menerangkan kembali apa yang telah dipelajarinya dengan kata-kata mereka

sendiri secara rinci.

Pemahaman lebih tinggi tingkatannya dari pengetahuan,

pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, akan tetapi berkenaan

dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan atau

kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep (Wina Sanjaya,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

29

2011:126). Pemahaman (comprehension) dapat diartikan menguasai sesuatu

dengan pikiran. Maksudnya menangkap maknanya adalah tujuan akhir dari

setiap belajar. Comprehension memiliki arti sangat mendasar yang

meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya, tanpa itu skill

pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna. Driver juga mengemukakan

bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi

(Gusni Satriawati, 2006 : 108). Dalam hal ini, situasi disini dapat diartikan

sebagai definisi dari suatu keadaan, dimana penjelasan tersebut

mwnggunakan kata-katanya sendiri.

Tingkat pemahaman menurut Bloom dibedakan menjadi tiga

kategori yaitu, pertama, pemahaman terjemahan yaitu kemampuan dalam

menerjemahkan soal kedalam bentuk lain. Kedua, Pemahaman penafsiran

adalah kemampuan menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang

diketahui berikutnya. Ketiga, Pemahaman ekstrapolasi merupakan

pemahaman yang diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang

tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat

memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya

(Nana Sudjana, 2011 : 24).

Menurut beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti sesuatu

setelah itu diketahui dan diingat, dan dapat melihatnya dari berbagai segi,

seperti halnya rumus matematika jika siswa itu tidak hanya sekedar

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

30

menghafal rumus tetapi memahaminya juga, maka dengan satu rumus dia

bisa menyelesaikan soal yang bentuknya berdeda-beda.

Konsep berasal dari bahasa latin yaitu “conceptum”, yang artinya

sesuatu yang dipahami. Sedangkan konsep adalah suatu kelas atau kategori

stimulasi yang memiliki ciri-ciri umum (Oemar Hamalik, 2002:162).

Rooser mengartikan konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili satu

kelas, objek-objek, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang

mempunyai atribut-atribut yang sama (Syaiful Sagala, 2013:73). Konsep

adalah sesuatu yang sangat luas, makna suatu konsep tidak dibatasi oleh

sesuatu hal lain, oleh karena itu konsep bukan merupakan objek khusus.

Lasley berpendapat bahwa Konsep adalah sesuatu yang tidak bisa di

observasi dan merupakan kumpulan ide atau makna yang cakupannya

sangat besar, sehingga terkadang tidak bisa didefinisikan dengan satu

rumusan (Dede Rosyada, 2007:156). Dalam pembelajaan pemahaman

konsep bagi siswa sangatlah penting karena konsep merupakan alat untuk

menghubungkan antara subjek (siswa) dengan objek (yang diketahui).

Kesimpulan yang diperoleh dari pengertian konsep diatas bahwa

konsep merupakan sesuatu hal yang harus dipahami siswa kemudian mereka

dapat menyelesaikan dengan pemahaman mereka, dapat

menginterpretasikan, dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Menurut Skemp dan Pollatsek (Kesumawati, 2008: 231) terdapat

dua jenis pemahaman konsep yaitu pemahaman instrumental dan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

31

pemahaman rasional. Pemahaman instrumental dapat diartikan sebagai

pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya rumus yang dihafal

dalam melakukan perhitungan sederhana, sedangkan pemahaman rasional

termuat suatu skema atau struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian

masalah yang lebih luas.

Menurut Depdiknas (Fadjar, 2009:13), indikator kemampuan

pemahaman konsep sebagai berikut:

1. menyatakan ulang sebuah konsep;

2. mengklasifikasikan objek-objek sesuai dengan konsepnya

3. memberi contoh dan non contoh dari konsep;

4. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis;

5. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari konsep;

6. menggunakan prosedur atau operasi tertentu;

7. mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Berdasarkan definisi pemahaman dan konsep diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan yang berkenaan

dengan memahami ide-ide matematika yang menyeluruh dan fungsional,

serta dapat menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari,

mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan konsep matematika,

memberikan contoh, menyajikan konsep dalam berbagai representasi, dan

mampu mengaitkan berbagai konsep matematika secara internal maupun

eksternal.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

32

E. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu terkait dengan

penelitian yang akan dilakukan. Yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh:

1. Husein Nur Aminudin (2015) dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh

Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematika Siswa di SMP Negeri 63 Jakarta, hasil penelitian

menunjukkan bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan

pendekatan Brain Based Learning mempunyai nilai rata-rata 74,46

sedangkan siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan

konvensional mempunyai nilai rata-rata 66,11. Dari sini terlihat bahwa

secara umum siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan

Brain Based Learning mempunyai pemahaman konsep yang baik.

2. Dini Nurhandayani (2011) dalam skripsinya “Penerapan Brain Based

Learning dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar dan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa di Kelas

IX SMP Negeri di Kabupaten Bandung”. Dalam penelitian ini

menunjukkan hasil yaitu:

a. Peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning tidak lebih

tinggi daripada peningkatan motivasi belajar siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

konvensional.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

33

b. Kualitas peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Brain Based

Learning yaitu rendah.

c. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Brain

Based Learning lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan

koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan konvensional.

d. Kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Brain

Based Learning yaitu sedang.

e. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap

pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Brain

Based Learning.

3. Penelitian yang dilakukan oleh N. Adiastuty dkk (2012) yang berjudul “

Perangkat Pembelajaran Model BBL Materi Barisan dan Deret untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah”. Hasil dari penelitian

tersebut diperoleh respon positif ditunjukkan oleh siswa dan guru

terhadap pembelajaran yang mengindikasikan perangkat pembelajaran

praktis. Kemampuan pemecahan masalah meningkat. Motivasi dan

keterampilan proses siswa, berpengaruh sebesar 81,5% terhadap

kemampuan pemecahan masalah siswa. Rataan hasil tes kemampuan

pemecahan masalah 77,56 melebihi batas KKM 70, sehingga rataan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

34

kemampuan pemecahan masalah yang menggunakan Brain Based

Learning lebih baik dari rata-rata kemampuan masalah yang

menggunakan metode ekspository. Kesimpulannya bahwa perangkat

pembelajaran valid, praktis, dan efektif.

Berdasarkan pada penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemahaman konsep

matematika siswa dengan pendekatan Brain Based Learning. Jelas sekali

terdapat perbedaan antara penelitian-penelitian di atas dengan penelitian

yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini terdapat kesamaan dalam

menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran, tetapi berbeda pada

materi pembelajaran, tempat, waktu, dan tujuan penelitian.

F. Kerangka Berpikir

Pemahaman konsep merupakan hal yang harus dimiliki siswa baik

dalam pelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman konsep

memiliki 2 tingkatan, tingkatan yang pertama mereka harus tahu dan hafal

tetapi mereka belum tahu kenapa hal itu ada dan bisa terjadi. Pada tingkatan

kedua siswa tidak hanya tahu dan hafal tetapi mereka juga sudah mengetahui

kenapa hal itu ada dan bisa terjadi, kemudian mereka bisa

mengaplikaskannya untuk memecahkan masalah yang lain.

Pada realitasnya siswa hanya mampu pada tingkat pertama saja

karena yang menjadi sumber belajar hanya guru saja, sehingga potensi otak

siswa tidak dapat bekerja secara optimal. Adapun cara yang digunakan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

35

untuk mengubah kebiasaan seperti ini yaitu dengan menginovasi metode

pembelajaran, terutama metode pembelajaran yang dapat mengoptimalkan

potensi kerja otak siswa, yaitu dengan pendekatan Brain Based Learning

mempunyai tahapan – tahapan perencanaan pembelajaran antara lain: pra-

pemaparan, persiapan, inisiasi dan akuisisi, elaborasi, inkubasi dan formasi

memory, tahap verifikasi dan pengecekan keyakinan, dan yang terakhir

tahap perayaan dan integrasi.

Dengan metode pembelajaran seperti ini siswa akan mengkontruksi

sendiri pengetahuannya jadi mereka tidak hanya tahu dan hafal akan tetapi

mereka lebih paham akan konsep materi yang diajarkan.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan pada gambar 1

berikut ini:

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

36

Gambar 1. Kerangka berpikir Brain Based Learning

Kemampuan Pemahaman Konsep

Kemampuan Pemahaman Konsep

matematika MAN 2 Yogyakarta belum

Maxsimal

Solusi

Brain Based Learning

Pembelajaran yang

menantang

kemampuan berpikir

siswa

Pembelajaran yang

menyenangkan

Situasi Pembelajaran

yang Aktif dan

Bermakna

7 tahap pembelajaran Brain Based Learning

Pra-pemaparan, persiapan, inisiasi dan

akusisi, elaborasi, inkubasi dan pengkodean

memori, verifikasi dan pengecekan

kepercayaan, selebrasi dan integritas

Post test dengan indikator

pemahaman instrumental dan

pemahaman relasional

Untuk mengetahui pengaruh Brain

Based Learning terhadap pemahaman

konsep matematika siswa

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika SMA 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/396/2/BAB II.pdf · Maksud dari pernyataan ini adalah belajar merupakan sebuah proses dimana

37

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai

jawaban sementara terhadap masalah dalam penelitian ini yang

kebenarannya harus dibuktikan, maka dirumuskan hipotesis penelitian ini

sebagai berikut: “Pendekatan Brain Based Learning berpengaruh terhadap

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa”.