bab ii kajian pustaka a. kajian teori 1. pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/bab...

22
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Belajar Menurut Winkel (1987: 36) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi individu dengan sumber belajarnya, yang menghasilkan sejumlah perubahan. Perubahan-perubahan itu bersifat tetap yang meliputi perubahan pengetahuan atau pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Menurut Hudojo (2005: 83), belajar merupakan proses dalam memperoleh pengetahuan baru sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dalam proses belajar terjadi karena interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2008: 28). Sudjana (1987: 17) juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan dan aspek lain yang ada pada diri individu. Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan peroses dalam memperoleh pengetahuan baru sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan pada dirinya yang ditunjukan dalam beberapa bentuk perubahan dalam

Upload: others

Post on 17-May-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika

a. Belajar

Menurut Winkel (1987: 36) mendefinisikan belajar sebagai

suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi

individu dengan sumber belajarnya, yang menghasilkan sejumlah

perubahan. Perubahan-perubahan itu bersifat tetap yang meliputi

perubahan pengetahuan atau pemahaman, keterampilan dan nilai

sikap. Menurut Hudojo (2005: 83), belajar merupakan proses dalam

memperoleh pengetahuan baru sehingga mengakibatkan terjadinya

perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dalam proses belajar

terjadi karena interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2008: 28).

Sudjana (1987: 17) juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang

yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan

pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,

kecakapan, kemampuan dan aspek lain yang ada pada diri individu.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar di atas, dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan peroses dalam memperoleh

pengetahuan baru sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan pada

dirinya yang ditunjukan dalam beberapa bentuk perubahan dalam

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

10

dirinya dan perubahan dalam dirinya akibat interaksi dengan

lingkungan yang menghasilkan sebuah perubahan.

b. Pembelajaran

Menurut Suherman (2001: 9) pembelajaran adalah proses

pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga arti proses

pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan

lingkungan sekolah, seperti guru dan teman sesama siswa. Menurut

Usman, (2002: 4) pembelajaran merupakan proses yang mengandung

serangkaian tindakan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

tertentu. Mulyasa (2007: 14) juga berpendapat bahwa pembelajaran

merupakan proses yang sengaja direncanakan dan dirancang

sedemikian rupa dalam rangka memberikan bantuan bagi terjadinya

proses belajar. Guru berperan sebagai perencana, pelaksana, dan

penilai (evaluasi) pembelajaran.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran

merupakan proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan

sekolah, seperti guru, teman sesama siswa, dan sumber belajar dalam

situasi edukatif sehingga menghasilkan perubahan yang relatif tetap

pada pengetahuan dan tingkah laku untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Dimana guru berperan sebagai perencana, pelaksana,

dan penilai (evaluasi) pembelajaran.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

11

c. Matematika

Menurut James yang dikutip oleh Suherman, dkk. (2003: 19),

mengatakan matematika adalah ilmu logika mengenai bentuk,

susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan

yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga

bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Hudojo (2005: 36)

mengartikan matematika sebagai ilmu yang berkenaan dengan ide-ide

atau gagasan-gagasan, struktur-struktur dan hubungannya yang diatur

secara logis, bersifat abstrak, penalarannya deduktif dan dapat

memasuki wilayah cabang ilmu lainnya. Menurut Johnson dan Rising

(Suherman, dkk., 2001: 19) matematika adalah pola berfikir, pola

mengorganisasikan, pembuktian yang logis.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

matematika adalah suatu ilmu terstruktur yang berkenaan dengan pola

berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak terstruktur dan terorganisir secara

sistematis dalam rangkaian urutan yang logis. Matematika terbagi ke

dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.

d. Pembelajaran Matematika

Hudojo (2005: 135) menyatakan bahwa pembelajaran

matematika berarti pembelajaran tentang konsep-konsep atau struktur-

struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari

hubungan-hubungan antara konsep-konsep atau struktur-struktur

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

12

tersebut. Menurut Harta (2006: 4) pembelajaran matematika ditujukan

untuk membina kemampuan siswa diantaranya dalam memahami

konsep matematika, menggunakan penalaran, menyelesaikan masalah,

mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai

terhadap matematika. Sedangkan menurut Sumarmo (2004: 5)

pembelajaran matematika diarahkan untuk mengembangkan

kemampuan berpikir matematis, yang meliputi pemahaman,

pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koreksi matematis,

kritis serta sikap yang terbuka dan objektif.

Dalam pembelajaran matematika, siswa dibiasakan untuk

memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang

dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi).

Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh diharapkan siswa

mampu menangkap pengertian suatu konsep (Suherman, dkk, 2001:

55).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah mengembangkan kemampuan berpikir matematis,

yang meliputi pemahaman, pemecahan masalah, penalaran,

komunikasi, dan koreksi matematis, kritis serta sikap yang terbuka

dan objektif. Sehingga dalam pembelajaran matematika, siswa

dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui sebuah

pengalaman berupa konsep-konsep atau struktur-struktur yang

terdapat dalam bahasan yang dipelajari.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

13

2. Pembelajaran Project Based Learning

Menurut Thomas dikutip oleh Wena (2009: 144) “pembelajaran

Project-based learning (PJBL) merupakan model pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di

kelas dengan melibatkan kerja proyek”. Kerja proyek memuat tugas-tugas

yang kompleks menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah,

membuat keputusan, melakukan investigasi serta memberi kesempatan

kepada siswa untuk bekerja secara mandiri. Menurut Trianto (2007: 51)

model pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar

untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermanfaat

bagi siswa.

Dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik terdorong lebih

aktif dalam belajar. Guru hanya sebagai fasilitator, mengevaluasi produk

hasil kerja peserta didik yang ditampikan dalam hasil proyek yang

dikerjakan, sehingga menghasilkan produk nyata yang dapat mendorong

kreativitas siswa agar mampu berpikir kritis dalam menganalisa faktor

dalam konsep masalah ekonomi. Menurut Wena (2009: 152) model

pembelajaran Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran

yang memperkenankan peserta didik untuk bekerja mandiri dalam

mengkonstruksi pembelajarannya dan menerapkannya dalam produk

nyata. Sedangkan menurut Trianto (2007: 42) Project Based Learning

adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

14

menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang

kompleks.

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Project Based Learning merupakan model pembelajaran

yang memberi kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di

kelas dengan melibatkan kerja proyek dimana peserta didik bekerja secara

mandiri dalam mengkonstruksi pembelajarannya dan menerapkannya

dalam produk nyata, sehingga siswa lebih tertarik dan bermanfaat.

Menurut Rais (2010: 8-9) langkah-langkah model pembelajaran

Project Based Learning adalah sebagai berikut:

a) Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with

the big question)

Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving

question yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk

melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai

dengan realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi

mendalam.

b) Merencanakan proyek (design a plan for the project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan

peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapakan akan merasa

memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main,

pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab

pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

15

mendukung, 16 serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat

dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.

c) Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)

Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal

aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek

harus jelas, dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu

yang ada. Biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru,

akan tetapi guru juga harus tetap mengingatkan apabila aktivitas

peserta didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang dilakukan

oleh peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu yang lama

dalam pengerjaannya, sehingga guru meminta peserta didik untuk

menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah.

Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, peserta didik tinggal

mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.

d) Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of

the project)

Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap

aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring

dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses.

Dengan kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta

didik. Guru mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja

dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya

masingmasing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

16

e) Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur

ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan

masingmasing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat

pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu

guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian

produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan

produknya di depan kelompok lain secara bergantian.

f) Evaluasi (evaluate the experience)

Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik

melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah

dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun

kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan

perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

Menurut Thomas sebagaimana yang dikutip Wena (2009:145), PjBL

memiliki prinsip sebagai berikut.

a. Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek

merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pembelajaran

dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui

kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik

tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari,

melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

17

b. Prinsip pertanyaan penuntun (driving question) berarti bahwa kerja

proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat

mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip

utama.

c. Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation) merupakan

proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung

kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Penentuan jenis

proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk mengkonstruksi

pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya.

Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang

mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha

memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.

d. Prinsip otonomi (autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek

dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan

proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri,

bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh

karena itu, lembar kerja siswa, petunjuk kerja praktikum, dan yang

sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari PjBL. Dalam hal ini guru

hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong

tumbuhnya kemandirian siswa.

e. Prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu

yang nyata. PjBL harus dapat memberikan perasaan realistis kepada

siswa dan mengandung tantangan nyata yang berfokus pada

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

18

permasalahan autentik, tidak dibuat-buat, dan solusinya dapat

diimplementasikan di lapangan.

Implementasi pembelajaran matematika menggunakan model

Project Based Learning pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan pendahuluan

1) Guru memeriksa kondisi kelas dan kehadiran peserta didik.

2) Guru memberitahukan tujuan pembelajaran kepada peserta didik.

3) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran yang digunakan

yaitu model PjBL.

4) Guru memberikan motivasi.

5) Guru memberikan apersepsi untuk menggali pengetahuan

prasyarat.

b. Kegiatan Inti

1) Guru meminta peserta didik untuk duduk berkelompok sesuai

kelompok yang telah ditentukan.

2) Guru memberikan Lembar Kerja Kelompok untuk dikerjakan

berkelompok. Saat mengerjakan guru membebaskan siswa dalam

mengerjakan proyeknya.

3) Guru memantau jalannya proyek.

4) Guru meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil

proyeknya di depan, kelompok lain menanggapi dan menghargai

pendapat jawaban kelompok yang sedang menyampaikan di depan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

19

5) Membahas bersama-sama dengan siswa jawaban yang telah

dipresentasikan.

6) Apabila semua kelompok telah mendapat kesempatan untuk

mempresentasikan hasil proyeknya, kemudian peserta didik

diminta mengerjakan LKPD sebagai tindak lanjut dari proyek

tersebut.

c. Kegiatan penutup

1) Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan.

2) Guru memberikan kuis untuk dikerjakan secara individu oleh

peserta didik.

3) Guru memberikan PR.

4) Guru melakukan refleksi.

3. Model Pembelajaran Konvensional

Menurut Djamarah dalam Iyas (2010: 1) model pembelajaran

konvensional adalah model pembelajaran tradisional atau disebut juga

dengan model ceramah, karena sejak dulu model ini telah dipergunakan

sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses

belajar dan pembelajaran. Sedangkan menurut Freire dalam Iyas (2010: 1-

2) istilah terhadap pengajaran konvensional sebagai suatu

penyelenggaraan pendidikan ber“gaya bank” penyelenggaraan pendidikan

hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus

“ditelan” oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal. Menurut Irawadi

dalam Sari (2015: 107) model pembelajaran konvensional merupakan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

20

model pembelajaran di mana dalam kegiatan belajar mengajar aktivitasnya

lebih banyak didominasi oleh guru dibandingkan aktivitas siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka model pembelajaran

konvensional merupakan model di mana dalam kegiatan belajar mengajar

aktivitasnya lebih banyak didominasi oleh guru, selain itu sebagai alat

komunikasi antara guru dengan siswa dalam pembelajaran dan siswa

hanya bisa mengingat dan menghafal.

4. Kemampuan Pemecahan Masalah

Masalah didefinisikan sebagai suatu situasi, saat seseorang diminta

menyelesaikan suatu persoalan yang belum pernah dikerjakannya dan cara

pemecahannya belum diketahuinya (Yaya, 2004: 3). Sukirman (2005: 4)

menyatakan bahwa masalah matematika dapat diklarifikasikan dalam dua

jenis, yaitu:

a. Masalah mencari (problem to find), yaitu mencari, menentukan, atau

mendapat nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan

memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal.

Objek yang ditanyakan atau dicari (unknown), syarat-syarat yang

memenuhi soal, dan data atau informasi yang diberikan merupakan

bagian penting atau pokok dari sebuah soal mencari dan harus

dipahami serta dikenali dengan baik pada saat memecahkan masalah.

b. Masalah membuktikan (problem to prove), yaitu untuk menentukan

apakah suatu pertanyaan benar atau tidak benar. Soal membuktikan

terdiri dari hipotesis dan kesimpulan. Pembuktian dilakukan dengan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

21

membuat atau memproses pernyataan yang logis dan hipotesis menuju

kesimpulan. Sedangkan untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan

tidak benar, cukup diberikan contoh penyangkalannya sehingga

pernyataan tersebut menjadi tidak benar.

Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai manipulasi informasi

secara sistematis, langkah demi langkah, dengan mengolah informasi yang

diperlukan melalui pengamatan untuk mencapai suatu hasil pemikiran

sebagai respon terhadap problem yang dihadapi (Nasution, 2006: 7). Polya

(Firdaus 2009: 15) mengartikan bahwa pemecahan masalah adalah

kemampuan menyelesaikan masalah dalam matematika dengan

menggunakan strategi yang tepat sesuai dengan langkah-langkah yaitu:

memahami masalah, menyusun rencana, dan memeriksa kembali.

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika

yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun

penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman

menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk

diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin (Suherman,

2001: 83). Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika yang

penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola,

penggeneralisasian, komunikasi matematika dan lain-lain dapat

dikembangkan secara lebih baik.

Pentingnya kemampuan penyelesaian masalah oleh siswa dalam

matematika ditegaskan juga oleh Branca (Firdaus 2009: 20), yaitu:

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

22

1) Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum

pengajaran matematika.

2) Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi

merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika.

3) Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar

matematika.

Berdasarkan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas

Nomor 506/C/Kep/PP/2004 (2004: 583-584) dimuat beberapa indikator

kemampuan pemecahan masalah matematis yaitu:

a) Pemahaman masalah,

b) Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan,

c) Menyajikan masalah secara tematik dalam segala bentuk,

d) Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat,

e) Merencanakan strategi pemecahan masalah,

f) Membuat dan menafsirkan metode matematika dari suatu masalah, dan

g) Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.

Indikator kemampuan pemecahan masalah juga diungkapkan oleh

BNSP (2006: 140) meliputi kemamapuan:

(1) Memahami masalah,

(2) Merancang model matematika,

(3) Menyelesaikan masalah,

(4) Menafsirkan solusinya.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

23

Berdasarkan uraian di atas, kemampuan pemecahan masalah

matematis merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah

matematika terkait dunia nyata melalui kegiatan memahami, menemukan

strategi, menerapkan strategi, dan mengevaluasi kembali strategi yang

ditemukan.

5. Hasil Belajar Matematika

Menurut Bloom dalam Suprijono (2013: 6), hasil belajar mencakup

kemampuan kongnitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar terdiri dari

informasi verbal, ketrampilan intelek, kerampilan motorik, sikap, dan

strategi kongnitif (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 14). Menurut Sudjana

dalam Sari (2015: 106) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Pengertian matematika menurut Suherman dkk (2003: 21)

menyatakan bahwa matematika salah satu ilmu dasar yang terus

berkembang, baik materi maupun kegunaan. Matematika adalah ilmu

tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang

digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan dengan objek

abstrak yang diatur secara logis yang didapat dengan berpikir (Nawi,

2012: 84). Sedangkan menurut Herman dalam Maonde (2011: 22-23),

bahwa matematika seringkali dilukiskan sebagai suatu ilmu yang

bersistem deduktif, sistem deduktif yang dimulai dengan memilih

beberapa unsur-unsur primitif.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

24

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

matematika adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengikuti

proses pembelajaran matematika, serta mendapatkan suatu ilmu dasar

tentang bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang

bersistem deduktif untuk menyelesaikan masalah.

Dalam konteks pembelajaran matematika, hasil belajar matematika

memiliki indikator pencapaian kompentensi yang dapat diukur dengan

cara-cara tertentu. Berikut ini adalah indikator dan cara mengungkapkan

hasil belajar meliputi:

a. Indikator Hasil Belajar

Indikator pencapaian kompetensi (Akbar, 2013: 10) adalah

penanda perubahan nilai, pengetahuan, sikap, ketrampilan, dan prilaku

yang dapat diukur. Indikator digunakan sebagai dasar untuk

mengembangkan tujuan pembelajaran, substansi materi, sumber dan

media, serta alat penilaian.

Dalam konteks pembelajaran matematika, hasil belajar memiliki

indikator yang juga dapat diukur melalui cara-cara tertentu. Beberapa

indikator dan kemungkinan cara memperoleh ukuran dan data hasil

belajar siswa di SMP Negeri 3 Sewon. Dapat dilihat pada Lampiran

1.1.

b. Batasan Minimal Hasil Belajar

Batasan minimal hasil belajar merupakan suatu kiat yang

diperlukan guru dalam menetapkan batasan minimal keberhasilan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

25

belajar siswanya. Hal ini sangat dibutuhkan dalam mempertimbangkan

batasan terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas

bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti

keberhasilan yang meliputi ranah kongnitif, afektif dan psikomotor

siswa.

Menetapkan batasan minimum keberhasilan belajar siswa sangat

berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa

alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran. Diantara norma-norma pengukuran

tersebut adalah (Syah, 2014: 150):

1) Norma skala angka dari 0 sampai 10;

2) Norma skala angka dari 10 sampai 100.

Berdasarkan penjelasan tentang batasan minemal hasil

pembelajaran matematika, peneliti menerapkan batas yang harus dicapai

oleh suatu kelompok eksperimen yaitu batas minimal hasil pembelajaran

sesuai dengan KKM di sekolh tersebut sebesar 75.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan uraian yang sistematis tentang hasil-

hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang terkait dengan

penelitian yang akan dilakukan.

1. Penelitian berjudul “Keefektifan Project Based Learning Pada Pencapaian

Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas X SMK Materi

Program Linear” (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 9 Semarang

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

26

Tahun Pelajaran 2012/2013) oleh Putriari (2013). Berdasarkan hasil

penelitian ini model Project Based Learning pada pencapaian kemampuan

pemecahan masalah, diperoleh simpulan sebagai berikut:

a. Kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang memperoleh

PjBL mampu mencapai ketuntasan klasikal.

b. Peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model PjBL

memiliki kemampuan pemecahan masalah lebih baik dibandingkan

peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model

pembelajaran ekspositori.

c. Ada pengaruh positif dalam aktivitas belajar peserta didik yang

mengikuti pembelajaran dengan model PjBL terhadap kemampuan

pemecahan masalah peserta didik pada materi program linear.

Aktivitas peserta didik mempengaruhi nilai hasil belajar aspek

kemampuan pemecahan masalah sebesar 32,26% oleh persamaan

regresi.

2. Penelitian berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek

(Project Based Learning) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII” oleh

Widyantini (2014). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa

pembelajaran yang menggunakan model Pembelajaran Berbasis Proyek

(Project Based Learning) memberi pengaruh terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa, karena ada perbedaan yang

signifikan antara peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

27

Proyek (Project Based Learning) dengan siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional

3. Penelitian berjudul “Keefektifan Project Based Learning Dalam Proses

Pembelajaran Mengoperasikan Aplikasi Perangkat Lunak” oleh Astuti

(2013). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pencapaian

keefektifan Project Based Learning dalam proses pembelajaran

mengoperasikan aplikasi perangkat lunak sebagai berikut:

a. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran mengoperasikan apikasi

perangkat lunak termasuk dalam kategori baik (75,53%).

b. Pengalaman belajar siswa dengan proses pembelajaran

mengoperasikan apikasi perangkat lunak tergolong dalam katagori

baik (46,81%).

c. Eksplorasi siswa dalam proses pembelajaran mengoperasikan aplikasi

perangkat lunak tergolong dalam kategori baik (77,70%).

C. Kerangka Berpikir

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan

dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik. Untuk menghasilkan peserta

didik yang memiliki kompetensi yang handal dalam pemecahan masalah

dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang tepat. Salah satu model

pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah adalah Project Based Learning (PjBL). Model PjBL dipilih karena

diharapkan pembelajaran proyek dapat menarik perhatian dan minat peserta

didik serta memberi kebebasan pada peserta didik untuk bereksplorasi

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

28

merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan

pada akhirnya menghasilkan suatu hasil produk.

Secara lebih rinci, model PjBL mengikuti enam langkah utama yaitu:

(1) menetapkan tema proyek, (2) merencanakan proyek, (3) menyusun jadwal

aktivitas, (4) melaksanakan proyek, (5) penilaian terhadap hasil produk, dan

(6) evaluasi. Keenam langkah tersebut mengandung interpretasi bahwa dalam

pengerjaan proyek, peserta didik dapat berkolaborasi dan melakukan

investigasi dalam kelompok kolaboratif antara 4-6 orang. Keterampilan-

keterampilan yang dituangkan dalam aktivitas belajar selama melaksanakan

proyek membuat pembelajaran menjadi aktif karena setiap individu diberi

kesempatan untuk menunjukkan keterampilan yang mereka miliki dalam kerja

tim. Pembelajaran secara aktif dapat mendorong peningkatan aktivitas belajar

siswa. Pembelajaran dengan menggunakan model PjBL memberikan

kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dalam kelompok, masing- masing

kelompok harus bisa menjamin bahwa setiap anggota kelompoknya

memahami materi yang dibelajarkan pada saat itu sehingga apabila semua

kelompok memahami materi maka siswa dapat mencapai ketuntasan klasikal.

Selain itu dengan diterapkannya model PjBL akan meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa karena melalui proyek yang merupakan pusat dari

strategi pembelajaran, siwa dituntut untuk terlibat dalam tugas-tugas

pemecahan masalah serta pembelajaran khusus bagaimana menemukan dan

memecahkan masalah. Pembelajaran dengan model PjBL juga dapat menarik

minat siswa sehingga siswa akan termotivasi untuk terus bersemangat

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

29

menggali pengetahuannya, sedangkan pada pembelajaran konvensional guru

hanya sebatas memberikan contoh-contoh soal, kegiatan pembelajaran lebih

terpusat pada guru sehingga siswa lebih pasif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Oleh karena itu kemampuan pemecahan masalah siawa yang

mendapat pembelajaran dengan model PjBL akan lebih baik daripada dengan

model konvensional.

Diterapkannya model PjBL juga akan meningkatkan aktivitas belajar

siswa karena semua aktivitas berpusat pada siswa. Guru dalam hal ini hanya

bertugas sebagai fasilitator yang dituntut untuk memantau jalannya proyek.

Melalui proyek tersebut, diharapkan siswa akan menemukan esensi dari materi

yang sedang dipelajari.

Pembelajaran PjBL akan memberikan kesempatan pada siswa sebagai

pembelajar untuk menyelidiki topik permasalahan, membuat siswa menjadi

lebih otonomi sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka

sendiri serta pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal tersebut sesuai

dengan teori konstruktivis yang dikemukakan oleh Piaget dan Vygotsky

bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk mengkonstruk pengetahuan

mereka sendiri.

Berdasarkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki model PjBL, maka

model tersebut diduga efektif untuk diterapkan, sehingga hasil belajar siswa

aspek pemecahan masalah dapat mencapai ketuntasan klasikal, kemampuan

pemecahan masalah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model PjBL

lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/552/2/BAB II.pdf · berfikir, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

30

konvensional, serta aktivitas siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

model PjBL berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan

masalahnya.

Gambar 1. Diagram Kerangka Berfikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan penelitian relevan seperti yang telah diuraikan

sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan model pembelajaran Project Based Learning dalam kemampuan

pemecahan masalah matematis ada pengaruh ditinjau dari hasil belajar

matematika siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sewon.

2. Penerapan model pembelajaran Project Based Learning dalam kemampuan

pemecahan masalah matematis lebih baik daripada model pembelajaran

konvensional ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP

Negeri 3 Sewon.

PROJECT BASED

LEARNING DAN

KONVENSIONAL

INSTRUMEN

PENELITIAN

HIPOTESIS ( ADA

PERBEDAAN

HASIL)

KEMAMPUAN

PEMECAHAN

MASALAH

MATEMATIS

PROJECT BASED

LEARNING

KONVENSIONAL