bab ii tinjauan pustaka 2.1 kewenangan klinis (clinical ... ii.pdf · perawat adalah seseorang yang...

21
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) 2.1.1 Pengertian Pada dasarnya semua pelayanan kesehatan yang terjadi di sebuah rumah sakit dan akibatnya menjadi tanggung jawab institusi rumah sakit itu sendiri, hal ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perumahsakitan. Oleh karenanya rumah sakit harus mengatur seluruh pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan sedemikian rupa agar aman bagi pasien. Dengan demikian, bila seorang perawat telah diizinkan melakukan pelayanan kesehatan dan prosedur klinis lainnya di sebuah rumah sakit berarti yang bersangkutan telah diistimewakan dan diberikan hak khusus (privilege) oleh rumah sakit. Hak perawat tersebut disebut sebagai kewenangan klinis (clinical privilege). Kewenangan klinis (clinical privilege) tenaga keperawatan adalah kewenangan yang diberikan oleh kepala rumah sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis. Penugasan klinis adalah penugasan kepala/direktur rumah sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan

Upload: others

Post on 18-Oct-2019

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kewenangan Klinis (Clinical Privilege)

2.1.1 Pengertian

Pada dasarnya semua pelayanan kesehatan yang terjadi di sebuah

rumah sakit dan akibatnya menjadi tanggung jawab institusi rumah sakit

itu sendiri, hal ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang mengatur tentang perumahsakitan. Oleh karenanya rumah sakit

harus mengatur seluruh pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga

keperawatan sedemikian rupa agar aman bagi pasien.

Dengan demikian, bila seorang perawat telah diizinkan melakukan

pelayanan kesehatan dan prosedur klinis lainnya di sebuah rumah sakit

berarti yang bersangkutan telah diistimewakan dan diberikan hak khusus

(privilege) oleh rumah sakit. Hak perawat tersebut disebut sebagai

kewenangan klinis (clinical privilege).

Kewenangan klinis (clinical privilege) tenaga keperawatan adalah

kewenangan yang diberikan oleh kepala rumah sakit kepada tenaga

keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan dalam lingkungan

rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan

penugasan klinis. Penugasan klinis adalah penugasan kepala/direktur

rumah sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

10

keperawatan atau asuhan kebidanan di rumah sakit tersebut berdasarkan

daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya.

Kewenangan klinis diberikan kepada perawat dengan tujuan agar

tidak menimbulkan konflik di antara tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan

lain dapat merasa bahwa lahan pekerjaan yang dimilikinya dicampuri atau

diambil alih oleh pihak lain. Konflik yang timbul tentunya akan

mempengaruhi kualitas pelayanan dari perawat dan rumah sakit yang

bersangkutan.

Dengan diaturnya kewenangan klinis tersebut maka setiap perawat

akan mempunyai batas yang jelas dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada pasien. Pemberian kewenangan klinis juga bertujuan untuk

melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga

keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan

memiliki kompetensi dan kewenangan klinis yang jelas (Permenkes,

2011).

2.1.2 Kredensial

Pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) kepada seorang

perawat dilakukan dengan melakukan suatu proses yang disebut

kredensial. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan

untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis. Proses

kredensial mencakup tahapan review, verifikasi dan evaluasi terhadap

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

11

dokumen – dokumen yang berhubungan dengan kinerja tenaga

keperawatan.

Proses kredensial dilakukan oleh sub komite kredensial di komite

keperawatan rumah sakit. Komite keperawatan adalah wadah non-

struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi utama mempertahankan

dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan melalui

mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan etika dan

disiplin profesi sehingga pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan

kebidanan kepada pasien diberikan secara benar (ilmiah) sesuai standar

yang baik (etis) sesuai kode etik profesi serta hanya diberikan oleh tenaga

keperawatan yang kompeten dengan kewenangan yang jelas (Permenkes,

2011).

Komite Keperawatan merupakan kelompok profesi tenaga

keperawatan yang secara struktur fungsional berada di bawah

kepala/direktur rumah sakit dan bertanggungjawab langsung kepada

kepala/direktur rumah sakit. Komite Keperawatan dibentuk melalui

mekanisme yang disepakati dan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku (Permenkes, 2011).

Komite Keperawatan hendaknya dapat memberikan jaminan

kepada kepala/direktur rumah sakit, bahwa tenaga keperawatan memiliki

kompetensi kerja yang tinggi sesuai standar pelayanan dan berperilaku

baik sesuai etika profesinya. Komite Keperawatan bertugas membantu

kepala/direktur rumah sakit dalam melakukan kredensial, pembinaan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

12

disiplin dan etika profesi tenaga keperawatan serta pengembangan

profesional berkelanjutan (Permenkes, 2011).

Kredensial secara umum merupakan istilah yang memayungi

lisensi, sertifikasi, akreditasi dan pendaftaran/registrasi yaitu :

a. Sertifikasi

Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap

kompetensi seorang tenaga kesehatan untuk dapat menjalankan

praktik dan/atau pekerjaan profesinya di seluruh Indonesia setelah

lulus uji kompetensi (PMK 1796, pasal 1).

Untuk memperoleh sertifikat kompetensi, sebelumnya

dilakukan uji kompetensi. Uji kompetensi adalah suatu proses untuk

mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga kesehatan

sesuai dengan standar profesi (PMK 1796, pasal 1).

Pelaksanaa uji kompetensi dilaksanakan oleh MTKP (Majelis

Tenaga Kesehatan Propinsi). Setelah dinyatakan lulus, yang

bersangkutan akan memperoleh Sertifikat Kompetensi yang

ditetapkan oleh ketua MTKP.

b. Registrasi

Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan

yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah memenuhi

kualifikasi tertentu serta diakui secara hukum untuk menjalankan

praktik dan/atau pekerjaan profesinya (PMK 1796, pasal 1).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

13

Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang

diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi

setelah memiliki sertifikat kompetensi. Penjelasan tersebut tertuang

dalam Permenkes RI No. 1796 tahun 2011, pasal 9.

c. Akreditasi

Aspek kredensial yang terkait dengan akreditasi meliputi ijasah

yang dikeluarkan oleh institusi pendidikan. Hal ini berhubungan

dengan persyaratan untuk memperoleh STR dimana salah satu

syaratnya memiliki ijasah. Ijasah tersebut akan diberikan atau

dikeluarkan oleh institusi pendidikan yang telah terakreditasi oleh

Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).

2.1.3 Tahapan Pemberian Kewenangan Klinis

Secara garis besar tahapan pemberian kewenangan klinis yang

harus diatur lebih lanjut oleh rumah sakit adalah sebagai berikut :

a. Tenaga keperawatan mengajukan permohonan kewenangan klinis

kepada kepala atau direktur rumah sakit dengan mengisi formulir

daftar rincian kewenangan klinis yang telah disediakan rumah sakit

dengan dilengkapi bahan-bahan pendukung.

b. Berkas permohonan tenaga perawat yang telah lengkap disampaikan

oleh kepala atau direktur rumah sakit kepada komite keperawatan.

c. Kajian terhadap formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah

diisi oleh pemohon.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

14

d. Dalam melakukan kajian subkomite kredensial dapat membentuk

panel atau panitia ad-hoc dengan melibatkan mitra bestari dari disiplin

yang sesuai dengan kewenangan klinis yang diminta berdasarkan buku

putih (white paper).

e. Subkomite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panel atau

panitia ad-hoc dengan mempertimbangkan reputasi, adanya konflik

kepentingan, bidang disiplin dan kompetensi yang bersangkutan.

f. Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen :

1) Kompetensi

a) berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang

disahkan oleh lembaga pemerintah yang berwenang untuk itu

b) kognitif

c) afektif

d) psikomotor

2) Kompetensi fisik

3) Kompetensi mental/perilaku

4) Perilaku etis (ethical standing)

g. Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan

cakupan praktik.

h. Daftar rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege)

diperoleh dengan cara :

1) menyusun daftar kewenangan klinis dilakukan dengan meminta

masukan dari setiap Kelompok Staf Medis.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

15

2) mengkaji kewenangan klinis bagi Pemohon dengan

menggunakan daftar rincian kewenangan klinis (delineation of

clinical privilege).

3) mengkaji ulang daftar rincian kewenangan klinis bagi tenaga

perawat dilakukan secara periodik.

i. Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh komite

keperawatan berdasarkan masukan dari subkomite kredensial.

j. Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap perawat

yang mengajukan permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku

surat penugasan klinis (clinical appointment), dengan rekomendasi

berupa :

1) kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan

2) kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah

3) kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi

4) kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu

tertentu

5) kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi

6) kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri

k. Bagi perawat yang ingin memulihkan kewenangan klinis yang

dikurangi atau menambah kewenangan klinis yang dimiliki dapat

mengajukan permohonan kepada komite keperawatan melalui

kepala/direktur rumah sakit. Selanjutnya, komite keperawatan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

16

menyelenggarakan pembinaan profesi antara lain melalui mekanisme

pendampingan (proctoring).

l. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasi

kewenangan klinis :

1) Pendidikan

a) lulus dari sekolah keperawatan yang terakreditasi atau dari

sekolah keperawatan luar negeri dan sudah diregistrasi

b) menyelesaikan program pendidikan konsultan.

2) Perizinan (lisensi)

a) memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang

profesi

b) memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yang

masih berlaku.

3) Kegiatan penjagaan mutu profesi

a) menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian

kompetensi bagi anggotanya

b) berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis.

4) Kualifikasi personal

a) riwayat disiplin dan etik profesi

b) keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui

c) keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat

penggunaan obat terlarang dan alkohol, yang dapat

mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap pasien

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

17

d) riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan

e) memiliki asuransi proteksi profesi (professional indemnity

insurance).

5) Pengalaman dibidang keprofesian

a) riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi

b) riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama

menjalankan profesi.

m. Berakhirnya kewenangan klinis

Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis

(clinical appointment) habis masa berlakunya atau dicabut oleh kepala

atau direktur rumah sakit. Surat penugasan klinis untuk setiap tenaga

perawat memiliki masa berlaku untuk periode tertentu, misalnya dua

tahun. Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah

sakit harus melakukan rekredensial terhadap tenaga perawat yang

bersangkutan. Proses rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan

dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan di atas karena

rumah sakit telah memiliki informasi setiap staf medis yang

melakukan pelayanan medis di rumah sakit tersebut.

n. Pencabutan, perubahan/modifikasi dan pemberian kembali

kewenangan klinis.

Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu oleh

kepala atau direktur rumah sakit didasarkan pada kinerja profesi di

lapangan, misalnya perawat yang bersangkutan terganggu

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

18

kesehatannya, baik fisik maupun mental. Selain itu, pencabutan

kewenangan klinis juga dapat dilakukan bila terjadi kecelakaan kerja

yang diduga karena inkompetensi atau karena tindakan disiplin dari

komite keperawatan. Namun demikian, kewenangan klinis yang

dicabut tersebut dapat diberikan kembali bila tenaga perawat tersebut

dianggap telah pulih kompetensinya. Dalam hal kewenangan klinis

tertentu seorang perawat diakhiri, komite medik akan meminta

subkomite mutu profesi untuk melakukan berbagai upaya pembinaan

agar kompetensi yang bersangkutan pulih kembali. Komite

keperawatan dapat merekomendasikan kepada kepala/direktur rumah

sakit pemberian kembali kewenangan klinis tertentu setelah melalui

proses pembinaan.

2.2 Perawat

2.2.1 Pengertian

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu

dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses

kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan

fisiologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural yang diberikan kepada

klien karena ketidakmampuan, ketidakmauan dan ketidaktahuan klien

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

19

dalam memenuhi kebutuhan dasar yang terganggu baik aktual maupun

potensial.

Fokus keperawatan adalah respons klien terhadap penyakit,

pengobatan dan lingkungan. Tanggung jawab perawat yang sangat

mendasar adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,

memulihkan dan mengurangi penderitaan. Tanggung jawab ini bersifat

universal.

Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program

pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui

oleh Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan diberi kewenangan

untuk melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Perawat profesional adalah tenaga profesional yang mandiri,

bekerja secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan telah

menyelesaikan program pendidikan profesi keperawatan, terdiri dari ners

generalis, ners spesialis dan ners konsultan. Jika telah lulus uji kompetensi

yang dilakukan oleh badan regulatori yang bersifat otonom, selanjutnya

disebut Registered Nurse (RN). Menurut PPNI perawat profesional adalah

tenaga keperawatan yang berasal dari jenjang pendidikan tinggi

keperawatan (ahli madya, ners, ners spesialis, ners konsultan).

Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai

kewenangan untuk melakukan praktik dengan batasan tertentu dibawah

supervisi langsung maupun tidak langsung oleh perawat profesional

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

20

dengan sebutan Licensed Vocational Nurse (LVN). Menurut PPNI

perawat vokasional adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan

Diploma III Keperawatan yang diakui pemerintah dan diberi tugas penuh

oleh pejabat yang berwenang.

2.2.2 Standar Kompetensi Perawat Indonesia

Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati,

sedangkan kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang

dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap

dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja

(performance) yang ditetapkan.

Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang

diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja di bidang pelayanan

keperawatan. Menghadapi era globalisasi, standar tersebut harus

ekuivalen dengan standar-standar yang berlaku pada sektor industri

kesehatan di negara lain serta dapat berlaku secara internasional. Standar

kompetensi disusun dengan tujuan :

a. Bagi lembaga pendidikan dan pelatihan keperawatan

1) Memberikan informasi dan acuan pengembangan program dan

kurikulum pendidikan keperawatan

2) Memberikan informasi dan acuan pengembangan program dan

kurikulum pelatihan keperawatan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

21

b. Bagi dunia usaha/industri kesehatan dan pengguna, sebagai acuan

dalam

1) Penetapan uraian tugas bagi tenaga keperawatan.

2) Rekruitmen tenaga perawat.

3) Penilaian unjuk kerja

4) Pengembangan program pelatihan yang spesifik

c. Bagi institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi perawat

1) Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program

sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan jenis.

2.2.3 Struktur Organisasi Perawat di Ruangan

Berdasarkan model praktek keperawatan profesional (MPKP),

pengorganisasian di ruangan menggunakan pendekatan sistem atau metode

penugasan tim. Tenaga perawat diorganisasikan dengan menggunakan

metode penugasan perawat primer dan tim keperawatan yang dimodifikasi.

Perawat dibagi dalam tim sesuai dengan jumlah pasien di ruangan. Jumlah

pasien untuk tiap tim 8-10 orang dan jumlah perawat antara 6-10 orang,

untuk itu akan dibuat struktur organisasi daftar dinas dan daftar pasien.

Struktur organisasi ruang MPKP menggunakan sistem penugasan

tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala ruang yang

membawahi dua atau lebih ketua tim. Ketua tim berperan sebagai perawat

primer membawahi beberapa perawat pelaksana yang memberikan asuhan

keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok klien.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

22

Uraian tugas masing – masing perawat di ruangan menurut MPKP

antara lain :

a. Kepala ruangan

1) Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.

2) Mengorganisir pembagian tim dan pasien.

3) Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di

ruangannya.

4) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di

ruangannya.

5) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan

yang lainnya.

6) Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di

ruangannya, kemudian menindak lanjutinya.

7) Mewakili MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya.

b. Wakil Kepala Ruangan

1) Sebagai pembantu utama di ruangan dalam melaksanakan tugas

ketatausahaan, mengawasi serta mengendalikan keperawatan

diruangan yang menjadi tanggung jawabnya

2) Mewakili Kepala ruangan bila kepala ruangan berhalangan

c. Perawat Primer (Primary Nurse)

1) Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.

2) Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan

kepala ruangan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

23

3) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya.

4) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan.

5) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan.

6) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung

jawab timnya.

7) Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.

d. Perawat Asosiet (Associate Nurse)

1) Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi

tanggungjawabnya.

2) Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi

dengan pasien dan keluarganya.

3) Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.

2.3 Implementasi Kebijakan

2.3.1 Pengertian

Terdapat beberapa konsep mengenai implementasi kebijakan yang

dikemukakan oleh beberapa ahli. Secara etimologis, implementasi menurut

kamus Webster yang dikutib oleh Solichin Abdul Wahab adalah sebagai

berikut :

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

24

Konsep implementasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu to

implement. Dalam kamus besar Webster, to implement

(mengimplementasikan) yang berarti to provide the means for carrying out

(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) dan to give practical

effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu) (Wahab,

2006).

Pengertian implementasi selain menurut Webster di atas dijelaskan

juga menurut Van Meter dan Van Horn dalam Wahab bahwa implementasi

adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-

individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta

yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan

dalam keputusan kebijakan (Wahab, 2006).

Definisi lain juga diutarakan oleh Daniel Mazmanian dan Paul

Sabatier yang menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan

bahwa hakikat utama implementasi kebijakan adalah memahami apa yang

seharusnya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau

dirumuskan. Pemahaman tersebut mencakup usaha-usaha untuk

mengadministrasikannya dan menimbulkan dampak nyata pada

masyarakat atau kejadian-kejadian (Widodo, 2010).

Berdasarkan beberapa definisi yang disampaikan para ahli di atas,

disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu kegiatan atau usaha

yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

25

memperoleh suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari suatu

kebijakan itu sendiri.

2.3.2 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Untuk mengkaji lebih baik suatu implementasi kebijakan publik

maka perlu diketahui variabel dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Untuk itu, diperlukan suatu model kebijakan guna menyederhanakan

pemahaman konsep suatu implementasi kebijakan. Terdapat banyak model

yang dapat dipakai untuk menganalisis sebuah implementasi kebijakan,

salah satunya adalah model implementasi yang dikemukakan oleh George

Edward III.

Edward melihat implementasi kebijakan sebagai suatu proses yang

dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan

mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut perlu

ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut

terhadap implementasi. Faktor – faktor tersebut yaitu komunikasi

(communications), sumber daya (resources), sikap (dispositions atau

attitudes) dan struktur birokrasi (bureucratic structure).

a. Komunikasi (communications)

Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan

tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang

bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan

ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

26

secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman

dari ukuran dasar dan tujuan perlu dikomunikasikan sehingga

implementors mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan

kebijakan itu.

Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang

amat kompleks dan rumit. Sumber informasi yang berbeda dapat

melahirkan interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi

berjalan efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah

keputusan harus mengetahui apakah mereka dapat melakukannya.

Sesungguhnya implementasi kebijakan harus diterima oleh

semua personil dan harus mengerti secara jelas dan akurat mengenai

maksud dan tujuan kebijakan. Jika para aktor pembuat kebijakan

telah melihat ketidakjelasan spesifikasi kebijakan sebenarnya mereka

tidak mengerti apa sesungguhnya yang akan diarahkan. Para

implementor kebijakan bingung dengan apa yang akan mereka

lakukan sehingga jika dipaksakan tidak akan mendapatkan hasil yang

optimal. Tidak cukupnya komunikasi kepada para implementor

secara serius mempengaruhi implementasi kebijakan.

b. Sumber Daya (resources)

Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari

para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk

mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber

terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

27

menjamin bahwa program dapat diarahkan sebagaimana yang

diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat

dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana

prasarana.

Sumberdaya manusia yang tidak memadai (jumlah dan

kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara

sempurna karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan

baik. Jika jumlah staf pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang

harus dilakukan meningkatkan kemampuan/ketrampilan para

pelaksana untuk melakukan program.

Untuk itu perlu adanya manajemen SDM yang baik agar dapat

meningkatkan kinerja program. Informasi merupakan sumber daya

penting bagi pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk informasi yaitu

informasi mengenai bagaimana cara menyelesaikan

kebijakan/program serta bagi pelaksana harus mengetahui tindakan

apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung

kepada peraturan pemerintah dan undang-undang.

Sumberdaya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk

menentukan bagaimana program dilakukan, kewenangan untuk

membelanjakan/mengatur keuangan, baik penyediaan uang,

pengadaan staf, maupun pengadaan supervisor. Fasilitas yang

diperlukan untuk melaksanakan kebijakan/program harus terpenuhi

seperti kantor, peralatan, serta dana yang mencukupi.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

28

c. Sikap (dispositions atau attitudes)

Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi

kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan

bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan

dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan

pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami

banyak masalah. Disamping itu dukungan dari pejabat pelaksana

sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program.

Wujud dari dukungan pimpinan ini diantaranya adalah

menempatkan kebijakan menjadi prioritas program dan penyediaan

dana yang cukup guna memberikan insentif bagi para pelaksana

program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam

melaksanakan kebijakan/program.

d. Struktur Birokrasi (bureucratic structure)

Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat

dilepaskan dari struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah

karakteristik, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi

berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai

hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka

miliki dalam menjalankan kebijakan. Kebijakan yang kompleks

membutuhkan kerjasama banyak orang. Unsur yang mungkin

berpengaruh terhadap suatu organisasi dalam implementasi kebijakan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewenangan Klinis (Clinical ... II.pdf · Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar

29

diantaranya tingkat pengawasan hierarkhis terhadap keputusan-

keputusan sub unit dan proses-proses dalam badan pelaksana.