bab ii tinjauan pustaka 2.1 biologi kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/bab ii.pdfmemiliki...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 Deskripsi Kelapa Kelapa merupakan tanaman anggota famili Arecaceae (Palm) dari genus Cocos yang tersebar di seluruh daerah tropis maupun subtropis (Chan & Elevitch, 2006). Tanaman ini diyakini berasal dari daerah pesisir (zona littoral) Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina) ataupun Melanesia, kemudian menyebar ke Amerika Latin, Karibia hingga ke Afrika (Chan & Elevitch, 2006; Gomes- Copeland et al., 2015). Kelapa dapat tumbuh subur di berbagai jenis tanah dengan pH tanah terbaik berkisar pH 5,5-7 (Ohler & Magat, 2016). Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian ≤ 700 mdpl, dengan pencahayaan matahari 2000 jam per tahun, serta curah hujan 1000-2000 mm (Ohler & Magat, 2016). Tanaman kelapa memiliki sistem perakaran serabut, bertekstur kaku, keras seperti tambang dan berukuran sekitar 1 cm (Tjitrosoepomo, 2000; Chan & Elevitch, 2006). Jumlah akar serabut dalam perakaran tanaman kelapa dapat mencapai 2000-4000 akar per tanaman (Chan & Elevitch, 2006). Persebaran perakaran kelapa bervariasi tergantung pada karakteristik fisik tanah dan ketersediaan air. Biasanya akar mampu tumbuh dan menyebar hingga 6 m, namun pada kondisi optimal , sebaran akar dapat mencapai sekitar 30 m dari pangkal batang (Ohler & Magat, 2016). 8 Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Upload: others

Post on 19-Aug-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Kelapa

2.1.1 Deskripsi Kelapa

Kelapa merupakan tanaman anggota famili Arecaceae (Palm) dari genus

Cocos yang tersebar di seluruh daerah tropis maupun subtropis (Chan & Elevitch,

2006). Tanaman ini diyakini berasal dari daerah pesisir (zona littoral) Asia

Tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina) ataupun Melanesia, kemudian menyebar

ke Amerika Latin, Karibia hingga ke Afrika (Chan & Elevitch, 2006; Gomes-

Copeland et al., 2015). Kelapa dapat tumbuh subur di berbagai jenis tanah dengan

pH tanah terbaik berkisar pH 5,5-7 (Ohler & Magat, 2016). Tanaman ini dapat

tumbuh pada daerah dengan ketinggian ≤ 700 mdpl, dengan pencahayaan

matahari 2000 jam per tahun, serta curah hujan 1000-2000 mm (Ohler & Magat,

2016).

Tanaman kelapa memiliki sistem perakaran serabut, bertekstur kaku, keras

seperti tambang dan berukuran sekitar 1 cm (Tjitrosoepomo, 2000; Chan &

Elevitch, 2006). Jumlah akar serabut dalam perakaran tanaman kelapa dapat

mencapai 2000-4000 akar per tanaman (Chan & Elevitch, 2006). Persebaran

perakaran kelapa bervariasi tergantung pada karakteristik fisik tanah dan

ketersediaan air. Biasanya akar mampu tumbuh dan menyebar hingga 6 m, namun

pada kondisi optimal , sebaran akar dapat mencapai sekitar 30 m dari pangkal

batang (Ohler & Magat, 2016).

8

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

9

Gambar 2.1 Morfologi batang dan daun tanaman kelapa. a. Pangkal batang

tanaman kelapa yang menunjukkan adanya pembesaran pada pangkal

batang; b. Susunan roset batang tanaman kelapa yang menunjukkan

tangai daun keenam tepat berada di atas tangkai daun pertama

(Foale, 2003) ; c. kelapa genjah orange yang memiliki tangkai daun

dan buah berwarna orange (Chan & Elevitch, 2006); d. daun kelapa

yang merupakan daun majemuk menyirip

Batang tanaman kelapa berbentuk bulat (teres), arah tumbuh batang tegak

serta tingginya dapat mencapai 20 m hingga 30 m (Tjitrosoepomo, 2000; Ohler &

Magat, 2016). Diameter batang berkisar 20 - 60 cm dimana pada beberapa

kultivar pangkalnya membesar membentuk bole (Gambar 2.1.a Ohler & Magat,

2016; van Steenis, 1987). Batang berwarna abu-abu terang dan terdapat bekas

daun yang rontok pada struktur luarnya (Ohler & Magat, 2016). Pada ujung

batang terdapat daun kelapa yang rapat berjejal membentuk roset batang. Daun

a b

c d

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

10

tersebut tersusun dengan pola spiral pada filotaksis 2/5, yang artinya daun keenam

tepat berada di atas daun pertama (Gambar 2.1.b; Tjitrosoepomo, 2000; Foale,

2003).

Daun kelapa merupakan daun majemuk menyirip yang panjangnya dapat

mencapai sekitar 4,5 - 5,5 m dengan 200 – 250 helaian daun (Gambar 2.1.d).

Anak daun tipis tetapi cukup kaku (perkamenteus) dengan lebar antara 1,5- 5 cm

dan panjang 50-150 cm (Tjitrosoepomo, 2000; Chan & Elevitch, 2006). Tangkai

daun dapat berwarna hijau maupun kuning perunggu atau orange (Gambar 2.1.c),

warna tersebut mengindikasikan warna buah (Chan & Elevitch, 2006).

Bunga kelapa tergolong ke dalam bunga tongkol majemuk yang terletak

aksiler dengan bunga jantan dan betina dalam satu tongkol (Gambar 2.2.a; Chan

& Elevitch, 2006. Satu tongkol majemuk (spadix) sebelum mekar biasanya

diselubungi oleh seludang yang besar, tebal dan kuat (Tjitrosoepomo, 2000).

Tongkol (spadix) tersusun dari poros tengah (rachis) dengan 30 atau lebih cabang

lateral (rachillae). Panjang tongkol bunga sekitar 1-2 m sedangkan cabang lateral

sekitar 30-55 cm. Dalam setiap cabang lateral terdapat sekitar 200-300 bunga

jantan dengan satu atau lebih bunga betina di bagian pangkalnya. Jumlah bunga

betina dalam perbungaan bergantung pada faktor genetik dan lingkungannya

(Thomas & Josephrajkumar, 2013).

Bunga jantan biasanya berwarna kuning pucat (berwarna hijau dan orange

pada beberapa varietas), panjangnya sekitar 9 mm dan memiliki 3 kelopak bunga

yang kecil dan 3 mahkota bunga, serta 6 benangsari dan 3 putik yang rudimentair

(Thomas & Josephrajkumar, 2013; Ohler & Magat, 2016). Bunga betina

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

11

berbentuk bulat peluru dengan diameter 2,5- 3 cm. Bunga betina memiliki bakal

buah beruang 3 dengan perhiasan bunga berdaging yang menempel pada bakal

buah, tangkai putik tidak ada sedangkan kepala putik seperti celah yang

tenggelam (van Steenis, 1987). Pada kondisi yang menguntungkan, tanaman

kelapa dapat berbunga untuk pertama kalinya setelah 4-5 tahun tanam (Chan &

Elevitch, 2006).

Gambar 2.2 Bunga, buah, embrio kelapa beserta perkecambahannya. a.

Perbungaan kelapa yang menunjukkan bunga jantan dan betina

berada pada satu tongkol; b. Buah kelapa dengan 3 mata lembaga

dimana salah satu mata merupakan letak dari embrio kelapa; c.

Letak embrio kelapa pada emdosperm dilihat dari samping ; d.

Munculnya tunas dan akar dari salah satu mata lembaga (Chan &

Elevitch, 2006; Newton’saplle, 2016)

b a

c d

bunga betina

bunga jantan

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

12

Setelah terjadi fertilisasi, bunga betina akan berkembang membentuk buah

dan matang dalam waktu 11-12 bulan (Ohler & Magat, 2016). Buah kelapa

memiliki warna, bentuk serta komposisi buah yang berbeda bergantung kultivar

dan kondisi lingkungannya. Umumnya buah kelapa memiliki panjang berkisar

antara 20-30 cm dengan berat sekitar 850- 3700 gram (Chan & Elevitch, 2006).

Buah kelapa tergolong buah batu (drupa) yang mempunyai kulit buah yang terdiri

atas tiga lapisan kulit yaitu: kulit luar (exocarpium) yang tipis (0,1 mm)

menjangat, licin mengkilat; kulit tengah (mesocarpium) yang tebal (4-8 cm)

berserabut; kulit dalam (endocarpium) yang keras dan berkayu (3-6 mm)

(Tjitrosoepomo, 2000; Ohler & Magat, 2016).

Di dalam lapisan kulit dalam (endocarpium) terdapat biji yang terdiri dari:

lapisan tipis (testa); endosperm padat (daging buah) yang banyak mengandung

lipid; endosperm cair (air kelapa), serta embrio (Gambar 2.2.c). Biji kelapa

(Gambar 2.2.b) berbentuk kebulat-bulatan dengan diameter sampai 12 cm. (van

Steenis, 1987; Ohler & Magat, 2016). Embrio pada biji kelapa terletak pada sisi

buah yang terdapat 3 mata lembaga tepatnya pada salah satu mata yang lunak.

Ukuran embrio kelapa bervariasi tergantung pada umur embrio dan kultivar,

namun umumnya memiliki panjang sekitar 0,5-1 cm dengan berat sekitar 0,1

gram (Ohler & Magat, 2016). Embrio kelapa kemudian akan membesar saat

terjadi perkecambahan. Pada saat perkecambahan, bagian kotiledon akan

membentuk haustorium lalu bagian tunas akan muncul dari tempurung kelapa.

Akar primer kemudian akan muncul disertai dengan bulu halus yang akan menjadi

akar adventif (Gambar 2.2.d). Pada umumnya, tunas kelapa muncul dalam waktu

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

13

8 minggu setelah perkecambahan, sedangkan daun akan muncul setelah 13

minggu setelah perkecambahan (Ohler & Magat, 2016).

2.1.2 Manfaat Kelapa

Kelapa dikenal sebagai tree of life karena hampir semua bagian tanaman

tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Akar kelapa

sangat berpotensi sebagai bahan obat-obatan tradisional seperti sebagai anti-

piretik atau penurun suhu tubuh pada penderita demam maupun untuk diuretik

(meningkatkan produksi urin) (Ohler & Magat, 2016). Akar kelapa juga banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bahan kerajinan (Pratiwi, 2013), serta bahan

baku pewarna alami (Kristina & Syahid, 2007).

Batang kelapa yang sering disebut “glugu” banyak dimanfaatkan sebagai

bahan baku bangunan ataupun kayu bakar. Batang kelapa juga banyak digunakan

sebagai furniture seperti meja, kursi ; maupun peralatan rumah tangga (Ohler &

Magat, 2016; Foale, 2003). Selain itu batang kayu kelapa juga dapat digunakan

sebagai bahan baku pembuatan alat musik seperti gitar akustik yang berkualitas

(Firmansyah, 2006).

Daun kelapa yang sudah tua banyak dimanfaatkan sebagai atap bangunan,

tikar, tas dan topi (Foale, 2003). Daun kelapa yang muda banyak dimanfaatkan

oleh masyarakat sebagai perlengkapan dalam upacara adat dan keagamaan seperti

untuk selongsong ketupat, serta hiasan pada pesta perkawinan. Tulang daun dapat

dimanfaatkan sebagai sapu lidi sedangkan tangkai daun dan daun yang kering

dapat digunakan sebagai kayu bakar (Ohler & Magat, 2016; Foale, 2003).

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

14

Bunga kelapa atau yang dikenal “manggar” yang masih muda biasanya

disadap untuk diambil niranya. Nira kelapa ini mengandung gula sekitar 15 %,

biasanya diminum secara langsung atau diolah menjadi tuak atau minuman

beralkohol melalui proses fermentasi. Selain diolah menjadi minuman, nira juga

dapat diproses menjadi gula kelapa ataupun gula kristal (Ohler & Magat, 2016).

Bagian kelapa lainnya yang memiliki peran penting bagi masyarakat

adalah buah. Salah satu bagian dari buah kelapa yaitu sabut banyak dimanfaatkan

dalam pembuatan karpet, tali, tikar, geo-tekstil, sikat, pengisi jok, maupun kasur

(Foale, 2003). Selain itu, serbuk dari sabut kelapa banyak digunakan untuk

medium tanam (cocopeat), campuran kompos, bahan bangunan ringan dan isolasi

termal (Ohler & Magat, 2016). Bagian tempurung kelapa atau yang dikenal

“batok” banyak dimanfaatkan untuk membuat peralatan rumah tangga, pot hias,

dan sebagai bahan bakar (Ohler & Magat, 2016) ataupun diolah menjadi berbagai

aksesoris seperti aksesoris sepatu (Hariastuti, 2016). Selain itu, tempurung kelapa

juga dapat digunakan untuk menghasilkan produk olahan arang aktif berkualitas

tinggi yang banyak dimanfaatkan dalam dunia industri (Foale, 2003).

Bagian endosperm cair atau air kelapa dapat dikonsumsi secara langsung

sebagai minuman segar serta dapat menjadi sari kelapa atau nata de coco, cuka,

anggur, ethil acetate, jeli dan ragi (Mahmud & Ferry, 2005). Selain endosperm

cair, terdapat juga endosperm padat atau daging buah. Daging buah yang masih

muda dapat dimakan langsung atau sebagai bahan utama dalam pembuatan es

kelapa muda. Daging buah kelapa yang sudah tua (matang) dapat diolah untuk

menjadi santan (coconut milk), kelapa parutan kering (desiccated coconut),

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

15

ataupun dikeringkan hingga kadar air mencapai kurang dari 50 % menjadi kopra

untuk selanjutnya diolah menjadi minyak goreng berkualitas tinggi

Indonesia saat ini dikenal sebagai negara pengekspor kopra terbesar kedua

di dunia sesudah Filipina. Pada tahun 2013, nilai eksport minyak, kopra mencapai

631 ribu ton (FAO, 2016). Disamping dieksport, mayoritas hasil olahan kelapa

seperti minyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hingga saat

ini harga minyak kelapa dalam negri dapat mencapai sekitar 23.000,- per liter

(kursrupiah.net).

Dewasa ini daging buah juga banyak diproses untuk menghasilkan minyak

goreng berkualitas tinggi yaitu virgin coconut oil (VCO). Hasil samping dari

ampas kelapa (bungkil kelapa) merupakan salah satu bahan baku pakan ternak

(Foale, 2003; Ohler & Magat, 2016).

2.1.3 Kultivar

Dilihat dari morfologinya, kelapa digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu

kelapa dalam (tall), kelapa genjah (dwarf) serta kelapa hibrida yang merupakan

hasil persilangan dari kelapa tipe dalam dan genjah. Tipe kelapa dalam umumnya

memiliki batang tinggi dengan pangkal membesar serta memiliki daun panjang

dan lebar. Tipe kelapa lainnya yaitu genjah umunya memiliki batang pendek serta

daun yang ukurannya relatif lebih kecil dan pendek dibandingkan kelapa dalam

(Foale, 2003).

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi keragaman plasma

nutfah kelapa. Hingga saat ini, Indonesia tercatat memiliki 105 kultivar kelapa

yang sudah dipublikasikan secara resmi. Kultivar kelapa tersebut terdiri atas 82

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

16

kelapa dalam dan 23 kelapa genjah (Bourdeix, 2012). Namun demikian,

diperkirakan masih banyak kutivar kelapa unggul lokal yang belum terpublikasi

secara resmi oleh Pemerintah Indonesia.

Salah satu kultivar tersebut adalah Kelapa Bido yang banyak ditemukan di

Desa Bido, Kecamatan Morotai, Maluku Utara. Kelapa ini memiliki karakter

pertumbuhan batang yang lambat yaitu tinggi rata-rata hanya 1-5m pada umur 4-

50 tahun, cepat berbuah (mulai berbuah pada umur 3 tahun setelah tanam),

memiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah

per butir 534 gr dan tingkat ketebalan daging 1,2 cm (Gambar 2.3.a). Selain itu,

produksi kelapa ini juga tinggi dengan jumlah tandan per pohon mencapai 12-14

tandan serta jumlah buah per tandan mencapai 8-9 buah

(malut.litbang.pertanian.go.id, 2017).

Gambar 2.3 Contoh kultivar kelapa unggul di Indonesia.. a Kelapa bido yang

terdapat di Desa Bido Kecamatan Morotai, Maluku Utara

(malut.litbang.pertanian.go.id., 2016); b Kelapa Genjah Tebing

Tinggi yang tersebar di Kota Tebing Tinggi, Sumatra Utara

(Mashud & Matana, 2015)

Kultivar kelapa unggul lainnya yaitu Kelapa Genjah Tebing Tinggi

(Gambar 2.3.b) dapat ditemui di kota Tebing Tinggi, Sumatra Utara. Kultivar

a b

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

17

kelapa tersebut merupakan salah satu aksesi kelapa genjah yang banyak

dimanfaatkan sebagai sumber nira untuk bahan baku pembuatan gula (Mashud &

Matana, 2014). Selain Kelapa Genjah Tebing Tinggi, di Jawa Tengah juga

terdapat beberapa kultivar unggul salah satunya Kelapa Genjah Entog yang

tersebar di kecamatan Cilongok dan Ajibarang, Kabupaten Banyumas (SK

Direktur Jenderal Perkebunan, Nomor: 53/KB.820/SK/DJ.BUN /05-1996). Kelapa

ini memiliki ukuran batang yang pendek serta cepat berproduksi

(bupati.banyumaskab.go.id, 2017).

Kelapa-kelapa unggul tersebut sampai saat ini penyebarannya belum

merata di seluruh Indonesia. Sehingga pengembangan kelapa-kelapa unggul

tersebut masih terkendala ketersediaan benih maupun transportasi antar wilayah.

2.1.4 Permasalahan Kelapa di Indonesia

Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman yang banyak

dibudidayakan di Indonesia. Pada tahun 2014, luas area perkebunan kelapa di

Indonesia tercatat 3,08 juta Ha dengan total produksi kelapa sekitar 19 juta ton

(FAO, 2016). Angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara produsen

kelapa terbesar di dunia. Meskipun demikian, produktivitas kelapa di Indonesia

masih relatif rendah yaitu sekitar 0,9-1,1 ton kopra per hektar per tahun, jauh

lebih rendah dari seharusnya sekitar 3-5 ton kopra per hektar per tahun (FAO-

APCC, 2013).

Banyak kendala yang dihadapi untuk meningkatkan produktivitas kelapa

di Indonesia, diantaranya adalah tingginya serangan hama seperti Oryctes

rhinoceros dan belalang Sexava nubile (Siahaya, 2014). Selain hama, tingginya

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

18

serangan penyakit yang menyerang tanaman kelapa juga menjadi kendala dalam

meningkatkan produktivitas kelapa. Penyakit tersebut diantaranya penyakit busuk

pucuk (PBP) yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora serta

penyakit layu Kalimantan (PLK) yang disebabkan oleh Phytoplasma (Lolong &

Motulo, 2014).

Salah satu kendala utama dalam upaya meningkatkan produktivtias kelapa

di Indonesia adalah mayoritas tanaman berusia produktif ataupun tua. Pada tahun

2013 proporsi tanaman tua mencapai 0,58 juta Ha (FAO-APCC, 2013). Sebagai

contoh di Kabupaten Kulonprogo terdapat sekitar 2 juta pohon kelapa yang

mayoritas sudah berusia tua (Solopos.com, 2016). Oleh karena itu, upaya

peremajaan tanaman kelapa diperlukan sebagai solusi jangka panjang guna

meningkatkan produktivitas kelapa di Indonesia.

Salah satu sarat agar terselenggaranya program peremajaan kelapa di

Indonesia adalah tersedianya benih kelapa yang unggul dalam jumlah yang

memadai. Untuk peremajaan 500.000 ha (total tanaman tua) selama 5 tahun

(100.000 ha per tahun) dibutuhkan benih sebanyak 22 juta benih kelapa per tahun

(1 ha memerlukan 220 benih, Novarianto, 2008)

2.2 Pembenihan Kelapa dan Permasalahannya

2.2.1 Pembenihan secara Generatif dan Kultur Embrio

Pada umumnya, pembenihan kelapa dilakukan secara generatif dengan

menggunakan biji. Teknik pembenihan ini dilakukan dengan menyemaikan buah

kelapa berumur 11-12 bulan di tanah yang memiliki kadar air cukup

(Setyamidjaya, 1984) (Gambar 2.4.a). Setelah biji berkecambah selanjutnya

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

19

dilakukan seleksi benih dan dilakukan pemindahan ke dalam polybag sehingga

diperoleh benih kelapa (Gambar 2.4.b)

Gambar 2.4 Pembenihan kelapa secara generatif. a. Kelapa tua berumur 11-12

bulan disemai digundukan tanah. b. Benih kelapa siap tanam yang

diletakkan dalam polybag (Manaroinsong et al., 2003 )

Teknik pembenihan kelapa secara generatif memiliki kelebihan seperti

memerlukan waktu yang relatif singkat yaitu hanya ± 6 bulan dengan teknik yang

cukup sederhana sehingga mudah dilakukan oleh masyarakat. Namun demikian,

teknik ini memiliki kelemahan di antaranya memerlukan lahan yang relatif luas

untuk proses pembenihan. Selain itu, penggunaan buah dalam pembenihan kelapa

juga memungkinkan bibit penyakit yang tetap terbawa pada keturunannya.

Kendala lain yang dihadapi dalam pembenihan kelapa adalah buah yang memiliki

sifat rekalsitran, yaitu tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama

dikarenakan biji kelapa akan kehilangan daya perkecambahan jika dikeringkan

sampai kadar air dibawah 30 % (Oliver et al., 2010). Akibatnya buah kelapa tidak

dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu sampai buah tersebut dibutuhkan

untuk dikecambahkan.

Salah satu kelemahan utama yang lain dalam pembenihan kelapa secara

generatif adalah karakter buah kelapa yang besar dan berat (850-3700 gr; Chan &

a b

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

20

Elevitch, 2006). Akibatnya pengiriman benih ataupun buah kelapa dari satu

wilayah produsen ke konsumen membutuhkan biaya yang cukup besar. Biaya

pengiriman kelapa menjadi lebih besar lagi karena daerah penghasil benih kelapa

unggul di Indonesia tidak tersebar secara merata. Sebagai contoh daerah utama

penghasil Kelapa Dalam Bali adalah Denpasar Bali; kelapa Bido banyak

dihasilkan di Morotai, Maluku; sedangkan kelapa Genjah Entok ada di Banyumas.

Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pengiriman buah

kelapa adalah dengan pengiriman embrio kelapa. Pengiriman benih kelapa dengan

menggunakan embrio memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan

pengiriman buah kelapa. Embrio memiliki ukuran relatif kecil, yaitu sekitar 0,1 g

per embrio atau 8500-37000 kali lebih kecil dibandingkan dengan buah kelapa,

sehingga biaya pengirimannya jauh lebih murah. Selain itu, pengiriman embrio

kelapa juga dapat mengurangi penyebaran penyakit dari satu wilayah ke wilayah

yang lain dibandingkan dengan pengiriman menggunakan buah (Batugal, 1998).

Melalui perkembangan teknologi kultur embrio kelapa yang semakin

maju, maka pengiriman embrio kelapa merupakan alternatif terbaik untuk

memecahkan masalah transportasi benih kelapa.. Kultur embio merupakan suatu

teknik menumbuhkan embrio yang diisolasi dari endosperma pada medium

tertentu dengan menggunakan teknik kerja aseptik (Raghavan, 2003). Teknik

kultur embrio pada tanaman kelapa telah banyak diaplikasikan untuk berbagai

tujuan diantaranya adalah untuk produksi benih kelapa dan penyelamatan aksesi

kelapa dari kepunahan (Mashud et al., 2003), penyimpanan plasma nutfah kelapa

(Masrur et al., 2016).

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

21

2.2.2 Kemajuan Penelitian tentang Pengiriman Embrio Kelapa

Pada awalnya, pengiriman embrio kelapa dilakukan dengan cara mengirim

embrio berikut potongan silinder endosperm (plug; Rillo & Palloma, 1991).

Endosperm berisi embrio kelapa diisolasi dengan menggunakan cork borer

(Gambar 2.5.a), kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik steril yang

berisi kapas basah (Gambar 2.5.b) kemudian dikirim ke tempat tujuan dengan

tingkat kelulushidupan mencapai sekitar 70 – 80 % dari total embrio yang dikirim.

Teknik tersebut mudah dilakukan serta tidak membutuhkan tenaga kerja yang

banyak. Namun demikian, pengiriman harus dilakukan dalam suhu dingin (Rillo

& Palloma, 1991), sehingga tidak mungkin dilakukan pada daerah-daerah tertentu.

Penggunaan plug yang memiliki bobot relatif berat, yaitu sekitar 6 gram per plug

merupakan kendala lain dalam penggunaan teknik tersebut.

Gambar 2.5 Teknik pengiriman embrio kelapa oleh Rillo & Paloma, (1991).

a. Embrio kelapa diambil menggunakan cork borer ; b. Plug

embrio kelapa di tempatkan dalam kantong plastik steril yang

berisi kapas basah.

Teknik pengiriman plasma nutfah kelapa yang lebih ringan dilakukan

dengan cara pengiriman embrio tanpa mengikutkan endospermnya seperti yang

dilkukan oleh Karun & Sajini (1994). Embrio yang telah diisolasi kemudian

disterilkan dan direndam dalam larutan aquades steril untuk dikirim ke tempat

a b

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

22

tujuan. Teknik tersebut dapat digunakan untuk mengirim embrio dengan jangka

waktu yang lebih panjang, yaitu sekitar 2 bulan dengan tingkat keberhasilan

perkecambahan mencapai sekitar 70 % (Karun & Sajini ,1994).

Teknik pengiriman embrio tanpa mengikutsertakan endosperm juga telah

dilaporkan oleh Samosir et al. (1999) dengan cara embrio steril direndam dalam

larutan vit C kemudian dikirim ke tempat tujuan.. Namun teknik tersebut hanya

dapat digunakan untuk pengiriman dengan durasi waktu yang singkat yaitu

maksimal 4 hari. Teknik tersebut mampu menghasilkan embrio yang

berkecambah dengan tingkat keberhasilan mencapai sekitar 95%.

Teknik pengiriman embrio yang lain dapat digunakan untuk durasi waktu

lebih lama (sekitar 12 hari) yaitu dengan menempatkan embrio steril pada tabung

kultur berisi medium tanam padat kemudian dikirimkan ke tempat tujuan.

Keberhasilan teknik tersebut relatif tinggi yaitu sekitar 80 % embrio yang dikirim

mampu berkecambah secara normal (Sisunandar et al., 2010). Namun demikian,

teknik tersebut mengikutkan medium tanam sehingga pengiriman menjadi lebih

mahal serta resiko kontaminasi selama proses pengiriman menjadi lebih tinggi.

Metode pengiriman embrio dengan mengikutkan medium tanam ataupun

bahan yang lain sering kali tidak diterima oleh jasa pengiriman karena alasan

faktor keamanan. Oleh karena itu, teknik pengiriman embrio kelapa yang lebih

sederhana dan lebih ringan tanpa disertai medium tanam atau larutan perlu

dikembangkan guna meningkatkan efisiensi pengiriman plasma nutfah kelapa

antar wilayah di Indonesia.

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

23

2.3 Dehidrasi Embrio dan Permasalahannya

2.3.1 Pengertian

Air merupakan senyawa penyusun paling utama pada sel yang aktif. Air

berperan sangat penting dalam metabolisme sel dan seluruh makluk hidup

membutuhkan air agar tetap bertahan hidup (Salisbury & Ross, 1995). Semua

tumbuhan membutuhkan kadar air tertentu agar tetap bertahan hidup. Misalnya

hampir seluruh tumbuhan masih dapat bertahan hidup jika kelembapan udara

berada di sekitar 80 % (Alpert & Oliver, 2002). Namun demikian untuk alasan

tertentu seperti dormansi pada biji, tumbuhan memiliki mekanisme tersendiri

untuk mengurangi metabolisme sel agar biji bisa bertahan lama. Mekanisme

umum yang dilakukan oleh tumbuhan adalah dengan cara menurunkan kadar air

pada biji yang sedang mengalami dormansi (Alpert & Oliver, 2002).

Kadar air yang rendah dengan temperatur penyimpanan yang benar dapat

memperlama waktu hidup sampel yang disimpan. Misalnya biji Lactuca sativa L.

yang dikeringkan sampai kadar air 5 % dapat disimpan selama 13 tahun pada suhu

5 0C tanpa kehilangkan kemampuan berkecambahnya, sedangkan apabila

disimpan pada suhu -18 0C dapat disimpan sampai 150 tahun (Walters et al.,

2004). Oleh karena itu penurunan kadar air pada suatu sampel tumbuhan banyak

digunakan untuk tujuan penyimpanan sampel tersebut.

Pengurangan kadar air dalam suatu sampel sangat penting dilakukan

karena berkurangnya kadar air di dalam sel akan menurunkan reaksi kimia yang

terjadi di dalam sel. Bahkan sel dengan kadar air kurang dari 0,1 g/g berat kering

terbukti tidak akan terjadi reaksi-reaksi kimia di dalam sel yang dikontrol oleh

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

24

enzim karena protein-protein penyusun enzim akan mengalami dehidrasi sehingga

menjadi tidak aktif (Alpert & Oliver, 2002). Namun demikian pengurangan kadar

air juga dapat memiliki dampak negatif terhadap sel. Pammenter & Berjak (1999)

menggolongkan kerusakan yang terjadi di dalam sel akibat adanya dehidrasi

menjadi tiga macam, yaitu (1) perubahan ukuran sel yang memacu terjadinya

kerusakan secara mekanik seperti rusaknya sitoskeleton di dalam sel karena

protein yang terdenaturasi (Beckett et al., 2005), (2) terjadinya kerusakan

metabolime sel seperti rusaknya enzim-enzim sebagai akibat terjadinya denaturasi

protein maupun terjadinya perubahan pH di dalam sel, (3) terjadinya kerusakan-

kerusakan makromolekul yang terjadi di permukaan sel maupun matriks

ekstraselluler.

Meskipun hampir 99 % tumbuhan berbunga akan mati jika dikeringkan

sampai kadar air sekitar 50 %, namun setiap tumbuhan memiliki mekanisme

tersendiri untuk tetap bertahan hidup. Saat ini terdapat sekitar 300 spesies (0,1 %)

tumbuhan berbunga yang mampu bertahan hidup dalam kondisi kering selama 5

tahun dan masih tetap dapat hidup kembali setelah terkena air (Alpert & Oliver,

2002). Oleh karena itu, berdasarkan kemampuan bertahan hidupnya, tumbuhan

digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu orthodox (desiccation tolerance), yaitu

tumbuhan atau bagian tumbuhan yang mampu dikeringkan sampai kadar air

kurang dari 10 %, serta tumbuhan recalcitrant (desisscation sensitive), yaitu

tumbuhan atau bagian tumbuhan yang tidak dapat bertahan hidup meskipun

dikeringkan hanya sampai kadar air 30 % (Oliver et al., 2010).

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

25

Salah satu mekanisme penurunan kadar air pada suatu sampel adalah

dehidrasi. Dehidrasi adalah sebuah proses menurunkan kadar air dari suatu

jaringan atau sampel. Proses penurunan kadar air dapat dilakukan secara fisika

ataupun secara kimia. Pada umumnya, dehidrasi secara fisika dilakukan dengan

cara menempatkan sampel pada lingkungan udara kering yang memiliki

kelembapan udara lebih rendah sehingga air di dalam sampel keluar ke udara

dalam bentuk uap air, sedangkan dehidrasi secara kimia umumnya dilakukan

dengan cara merendam sampel pada larutan hipertonik sehingga air dari dalam

sampel dapat mengalir keluar dari sampel (Panis & Lambardi, 2005). Dalam

dehidrasi kimia, air akan mengalir keluar dari sampel sedangkan zat-zat terlarut

dalam larutan hipertonik akan masuk ke dalam sampel (Ramallo & Mascheroni,

2005).

2.3.2 Dehidrasi Kimia

Ddehidrasi kimia pada umumnya dilakukan dengan menggunakan

senyawa kimia konsentrasi tinggi sehingga memicu air di dalam sel keluar (Panis

& Lambardi, 2005). Senyawa kimia seperti sukrosa, glukosa maupun fruktosa

banyak digunakan untuk mendehidrasi jaringan atau bagian lain dari tumbuhan

karena tidak bersifat toksik pada sel (Gomes-Copeland et al., 2015). Untuk tujuan

penyimpanan pada suhu rendah, beberapa penelitian menggunakan senyawa

krioprotektan seperti gliserol, polietilena glikol (PEG) ataupun dimetilsulfoksida

(DMSO) untuk mendehidrasi bahan tanaman. Senyawa tersebut digunakan karena

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

26

mampu melindungi sel selama suhu rendah dengan cara menjaga stabilitas

keutuhan membran plasma (Kaviani, 2011).

Dehidrasi kimia pada jaringan ataupun bahan tumbuhan banyak digunakan

untuk berbagai tujuan seperti penyimpanan bahan makanan baik buah maupun

sayuran (Yadav & Singh, 2014), penyimpanan biji dan material hidup lainnya

(Alpert & Oliver, 2002), bahkan banyak digunakan sebagai perlakuan untuk

material-material yang akan disimpan pada suhu ultra rendah, seperti pucuk

tanaman, meristem ataupun embrio tanaman (Gonzales-Arnao & Engelmann,

2006).

Penelitian tentang dehidrasi embrio tumbuhan secara kimiawi telah banyak

dilaporkan sebelum embrio tersebut disimpan pada suhu rendah maupun ultra

rendah untuk tujuan konservasi. Embrio zigotik Castanea sativa berhasil

diturunkan kadar airnya dari 93 % menjadi 17 % (berat basah) tanpa kehilangan

kemampuan untuk berkecambah dengan cara direndam dalam larutan 0.7 M

sukrosa dan dikeringkan di dalam laminar air flow selama 6 jam (Correodoira, et

al., 2004). Embrio zigotik tanaman hantap (Sterculia cordata) berhasil didehidrasi

dengan menggunakan larutan 0,75 M sukrosa selama 3 hari dengan tingkat

keberhasilan mencapai 80 % (Nadarajan et al., 2007). Embrio zigotik tanaman

palma Bactris gasipaes Kunth. juga berhasil didehidrasi dengan menggunakan 1

M sukrosa selama 24 jam dan diikuti dengan pengeringan dengan menggunakan

laminar air flow selama 4 jam guna menurunkan kadar air di dalam embrio dari

87% menjadi 18 % tanpa kehilangan kemampuan germinasi (Steinmacher et al.,

2007).

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

27

Pada kelapa (Cocos nucifera L), beberapa penelitian telah dilakukan untuk

mendehidrasi embrio secara kimiawi. Senyawa yang umum digunakan adalah

sukrosa atau glukosa dan beberapa penelitian lain menambahkan beberapa

senyawa krioprotektan seperti gliserol, DMSO, atau sorbitol seperti tampak pada

Tabel 2.1. Penelitian dehidrasi embrio kelapa pertama kali dilaporkan oleh Assy-

Bah & Engelmann (1992) dengan menggunakan medium in vitro dengan

penambahan 600 g/l glukosa dan 15% gliserol dalam LAF (laminar air flow)

selama 24 jam. Embrio yang digunakan tersebut terdiri dari 4 kultivar kelapa yaitu

hybrid PB 121, Genjah Merah Kamerun, Dalam India, serta Dalam Rene11 yang

berumur 10-12 bulan setelah penyerbukan. Prosentase embrio yang berhasil

tumbuh setelah dilakukan dehidrasi dapat mencapai 93%.

Tabel 2.1 Perkembangan penelitian dehidrasi embrio kelapa secara kimiawi

Senyawa yang digunakan Dehidrasi dan

waktu (jam)

Kelulushi

dupan (%)

Berkecamb

ah (%)

Berkecm

bah

normal

(%)

Sumber

Glukosa + Gliserol 15% LAF (4) 33-93 Na Na Assy-bah & Engelmann, 1992

Sukrosa 2 M Silica gel (7) Na 68,8 Na Sajini et al., 2006

Sukrosa 3 M Silika gel (7) Na 47,9 Na

Glukosa Silica gel 160

g (48)

Na 93,5 Na

N’nan et al., 2012

Glukosa LAF (34) Na 85 Na

Glukosa 3.33 M + Gliserol 15 % LAF (4) 85 68 63 Sisunandar et al.,

2012

Glukosa 3.33 M + Gliserol 15 % LAF (12) 93 63 53

Glukosa 3.33 M + Gliserol 15 % LAF (24) 30 10 5

Glukosa 3.33 M + Gliserol 15 % LAF (6) 90 80 78

Masrur et al ., 2016 Glukosa 3.33 M + Gliserol 15 % LAF (12) 60 28 27

Glukosa 3.33 M + Gliserol 15 % LAF (18) 70 10 8

Glukosa 3.33 M + Gliserol 15 % LAF (24) 58 18 18

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

28

Sajini et al. (2006) juga telah melaporkan teknik dehidrasi embrio kelapa

West Coast Tall dengan menggunakan 2 M sukrosa selama 24 jam dilanjutkan

dengan menggunakan silica gel sehingga kadar air menurun dari 81,98% menjadi

berkisar 30%. Teknik tersebut menghasilkan persentase embrio yang mampu

berkecambah sebesar 68,8%.

Penelitian lain dilaporkan oleh N’Nan et al. (2012) dengan menggunakan

medium yang berisi 3,2 M glukosa dan ditempatkan dalam LAF selama 34 jam

ataupun menggunakan silica gel selama 48 jam yang diujikan pada 10 kultivar

kelapa yang berbeda dan mampu menurunkan kadar air bervariasi antara 0.25

hingga 0.65 g g-1Teknik tersebut mampu menghasilkan embrio yang berhasil

berkecambah mencapai 94 %. Teknik dehidrasi embrio kelapa dengan

menggunakan larutan glukosa 3,3 M dan gliserol 15 % dan ditempatkan dalam

LAF (laminar air flow) selama 16 jam juga telah dilaporkan untuk menurunkan

kadar air di dalam embrio kelapa dari 77% menjadi 29%. Teknik tersebut mampu

memberikan prosentase kelulushidupan mencapai 93%, serta prosentase embrio

yang mampu berkecambah sekitar 63 % setelah dilakukan dehidrasi (Sisunandar

et al., 2012). Teknik serupa juga dilaporkan untuk mengeringkan embrio Kelapa

Banyumas selama 6 jam sehingga kadar air di dalam embrio kelapa turun dari

71% menjadi 36%. Perlakuan tersebut mampu menghasilkan embrio yang tetap

berkecambahan secara normal mencapai sekitar 78 % (Masrur et al., 2016).

Embrio kelapa yang telah didehidrasi selanjutnya dapat disimpan dalam

suhu rendah (Sisunandar et al., 2012) ataupun disimpan dalam suhu ultra rendah

(Sisunandar et al., 2010). Namun demikian, embrio kelapa yang telah didehidrasi

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/4138/3/BAB II.pdfmemiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir

29

belum pernah dicoba untuk dikirimkan ke tempat lain yang membutuhkan. Oleh

karena itu pada penelitian ini dilaporkan upaya mencari teknik dehidrasi embrio

kelapa Banyumas yang terbaik untuk digunakan dalam perlakuan embrio sebelum

embrio tersebut dikirim ke daerah lain yang membutuhkan.

Pengaruh Dehidrasi Terhadap…, Sri Wigati, FKIP, UMP, 2017