butir-butir rumusan rapat kordinasi teknis (rakornis

3
BUTIR-BUTIR RUMUSAN RAPAT KORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2011 THE SUNAN HOTEL, SURAKARTA TANGGAL 26 – 28 JULI 2011 Melalui Rakornis Perhubungan Darat Tahun 2011 dengan tema “Membangun Komitmen dan Kebersamaan Dalam Rangka Meningkatkan Pelayanan Transportasi Darat” ini diharapkan kita mampu menghadapi tantangan ke depan dan mampu mencari solusi terhadap kompleksitas permasalahan yang semakin berat dengan mengaktualisasikan amanah Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara konsisten sehingga dapat menjawab ekspektasi masyarakat dalam ketersediaan layanan transportasi darat. Dari hasil diskusi atas materi yang disampaikan, dapat disimpulkan beberapa rumusan penting antara lain sebagai berikut: 1. Implementasi Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menuntut adanya suatu paradigma baru yang harus disertai dengan perubahan pola pikir, penyamaan persepsi dan interpretasi terhadap ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang tersebut. 2. Dengan diberlakukannya Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ pula, isu global lain yang ditekankan saat ini yaitu perlunya penanganan keselamatan yang selanjutnya dituangkan dalam Rencana Umum Nasional Keselamatan LLAJ (RUNK LLAJ) mengharapkan kita, Pemerintah Pusat bersama-sama dengan Pemerintah Daerah untuk turut serta dalam penanganan keselamatan yang diwujudkan dalam aksi nasional. 3. Isu-isu strategis dalam penyelenggaraan LLAJ harus segera kita respon dengan perumusan kebijakan yang konkrit. Terlebih lagi isu-isu yang sampai dengan saat ini masih menjadi pekerjaan rumah kita bersama seperti over loading perlu segera kita carikan solusi secara lebih efektif. 4. Perwujudan komitmen Pemerintah dalam penyelenggaraan LLAJ harus dilakukan dengan perbaikan – perbaikan dalam system perijinan yang sudah saatnya betul-betul harus dilakukan dengan baik. 5. Penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor ke depan sesuai dengan ketentuan dalam Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan akan dilakukan pengembangan system yang baru, buku uji yang akan digantikan oleh kartu uji (smart card) dan tanda samping serta plat uji yang akan digantikan oleh tanda uji (stiker) yang menggunakan teknologi RFiD (radio frequency identification). Dalam hal ini perlu kesiapan kita bersama untuk menuju pada penanganan pengujian kendaraan bermotor yang lebih profesional. 6. Untuk kondisi yang kita hadapi saat ini optimalisasi kebijakan dalam penanganan overloading agar terus dilakukan.

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUTIR-BUTIR RUMUSAN RAPAT KORDINASI TEKNIS (RAKORNIS

BUTIR-BUTIR RUMUSANRAPAT KORDINASI TEKNIS (RAKORNIS)

BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2011THE SUNAN HOTEL, SURAKARTA

TANGGAL 26 – 28 JULI 2011

Melalui Rakornis Perhubungan Darat Tahun 2011 dengan tema “Membangun Komitmen danKebersamaan Dalam Rangka Meningkatkan Pelayanan Transportasi Darat” ini diharapkan kitamampu menghadapi tantangan ke depan dan mampu mencari solusi terhadap kompleksitaspermasalahan yang semakin berat dengan mengaktualisasikan amanah Undang – Undang No. 22Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara konsisten sehingga dapat menjawabekspektasi masyarakat dalam ketersediaan layanan transportasi darat.

Dari hasil diskusi atas materi yang disampaikan, dapat disimpulkan beberapa rumusan pentingantara lain sebagai berikut:

1. Implementasi Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalandan Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menuntut adanya suatuparadigma baru yang harus disertai dengan perubahan pola pikir, penyamaan persepsi daninterpretasi terhadap ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang tersebut.

2. Dengan diberlakukannya Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ pula, isuglobal lain yang ditekankan saat ini yaitu perlunya penanganan keselamatan yangselanjutnya dituangkan dalam Rencana Umum Nasional Keselamatan LLAJ (RUNK LLAJ)mengharapkan kita, Pemerintah Pusat bersama-sama dengan Pemerintah Daerah untuk turutserta dalam penanganan keselamatan yang diwujudkan dalam aksi nasional.

3. Isu-isu strategis dalam penyelenggaraan LLAJ harus segera kita respon dengan perumusankebijakan yang konkrit. Terlebih lagi isu-isu yang sampai dengan saat ini masih menjadipekerjaan rumah kita bersama seperti over loading perlu segera kita carikan solusi secaralebih efektif.

4. Perwujudan komitmen Pemerintah dalam penyelenggaraan LLAJ harus dilakukan denganperbaikan – perbaikan dalam system perijinan yang sudah saatnya betul-betul harusdilakukan dengan baik.

5. Penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor ke depan sesuai dengan ketentuan dalamUndang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan akandilakukan pengembangan system yang baru, buku uji yang akan digantikan oleh kartu uji(smart card) dan tanda samping serta plat uji yang akan digantikan oleh tanda uji (stiker)yang menggunakan teknologi RFiD (radio frequency identification). Dalam hal ini perlukesiapan kita bersama untuk menuju pada penanganan pengujian kendaraan bermotor yanglebih profesional.

6. Untuk kondisi yang kita hadapi saat ini optimalisasi kebijakan dalam penangananoverloading agar terus dilakukan.

Page 2: BUTIR-BUTIR RUMUSAN RAPAT KORDINASI TEKNIS (RAKORNIS

7. Perkembangan angkutan penyeberangan berkembang sangat pesat dalam 15 tahun terakhir yangdikaitkan dengan fungsi angkutan penyeberangan sebagai jembatan bergerak yangmenghubungkan jaringan jalan dan/atau jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan danberperan sebagai pendukung pertumbuhan dan pelayanan sektor lainnya yang berfungsimultiplier effect dan sebagai pendukung pembangunan daerah maupun pembangunan nasionalsecara keseluruhan.

8. Sebagaimana amanat Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ dan Undang –Undang No. 17 tahun 2008 perlu dibentuk Balai Perhubungan Darat dan Otoritas PelabuhanPenyeberangan (OPP). Pembentukan Balai Perhubungan Darat dan Otoritas PelabuhanPenyeberangan (OPP) pada dasarnya untuk perkuatan dalam pelaksanaan tugas yangmenjadi kewenangan Pemerintah Pusat, bukan merupakan bentuk pengambilalihan fungsikewenangan yang ada pada Dinas Perhubungan. Berdasarkan ketentuan dan peraturan dariMenteri Keuangan untuk tahun 2012, pengelolaan dana yang bersumber dari APBN harussudah dilakukan oleh Pemerintah Pusat (pengorganisasian anggaran).

Pembentukan Otoritas Pelabuhan Penyeberangan (OPP) di 4 lokasi yaitu Merak/Bakauheni,Gilimanuk, Lembar dan Bajo’e – Kolaka (sedang menunggu persetujuan PemerintahDaerah).

9. Sebagai tindak lanjut amanah Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 saat ini telah tersusunRencana Umum Nasional Keselamatan yang merupakan pedoman bagi para pemangkukepentingan baik ditingkat Pemerintah (Pusat) maupun daerah dalam perencanaan danpelaksanaan program-program aksi dalam penanganan keselamatan secara terpadu,terkoordinasi dan berkesinambungan.

10. Hal yang sangat penting sebagai tindak lanjut dari RUNK adalah pelaksanaan program-program aksi dan langkah nyata yang harus dilakukan oleh semua pemangku kepentinganyang terlibat dalam penyelenggaraan keselamatan jalan secara nasional dengan melandaskanpada 5 pilar yaitu :a. Manajemen keselamatan jalan (safer management)b. Jalan yang berkeselamatan (safer road)c. Kendaraan yang berkeselamatan (safer vehicle)d. Perilaku pengguna jalan yang berkeselamatan (safer people)e. Penanganan korban pasca keselakaan (Post crash)

11. Kondisi angkutan umum saat ini dengan kompleksitas permasalahan yang mencakupdimensi social, ekonomi masyarakat, teknis operasional maupun manajerial harus segeradilakukan langkah-langkah perbaikan secara komprehensif dan berkesinambungan.

12. Sebagaimana diamanahkan dalam Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 bahwasanyaPemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai Pembina sekaligus penyelenggara LLAJharus melakukan perubahan-perubahan/reformasi transportasi melalui baik perbaikan danpengembangan system maupun reformasi kebijakan secara lebih efektif dan konsisten.

13. Reformasi di bidang penyelenggaraan angkutan umum dilakukan dengan perkuatan(revitalisasi) angkutan umum disertai dengan implementasi kebijakan terhadap manajemenkebutuhan dengan senantiasa bersinergi dengan kebijakan lingkungan.

14. Dengan telah terbitnya PP No. 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, AnalisisDampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas dan PP No. 37 Tahun 2011 tentang Forum

Page 3: BUTIR-BUTIR RUMUSAN RAPAT KORDINASI TEKNIS (RAKORNIS

LLAJ, kita semua baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab/Kotasesuai dengan kewenangannya mulai saat ini harus mempersiapkan diri dalamimplementasinya yang mencakup beberapa hal antara lain :a. Perencanaan baik yang terkait denangan penganggaran, pengelolaan maupun teknis

operasionalnyab. Penyiapan infrastruktur dan sistemnyac. Aspek regulasinya seperti peraturan pendukung pelaksanaannya berupa Peraturan

Menteri maupun Perdad. Penyiapan sumber daya manusia dengan kompetensi yang dibutuhkan

15. Terkait dengan system transport cerdas (Intelligent Transport System-ITS) yang merupakantuntutan akan kebutuhan dalam penyelenggaraan transportasi secara cerdas, efektif danefisien, kita semua jajaran di semua wilayah perlu membangun dan terus mengembangkanITS tersebut dalam rangka memberikan kemudahan dan pelayanan kepada masyarakat secaralebih baik.

16. Terkait dengan penanganan overloading melalui pengoperasian jembatan timbang perlusegera diselesaikan penyusunan Peraturan Pemerintah tentang Jaringan Transportasi Jalandan Peraturan Pemerintah tentang Angkutan dengan menampung ketentuan-ketentuan yangsecara teknis operasional dapat memberikan solusi permasalahan yang belum terselesaikansampai dengan saat ini.

17. Terkait dengan penegakan hukum dalam pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan sebagaimasukan dalam penyusunan RPP tentang pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan perludiatur ketentuan yang konkrit dan tegas tentang batas kewenangan PPNS dan penyidikPOLRI.

18. Sebagai tindak lanjut PP No. 32 Tahun 2011 yang diperkirakan masih menghadapi kesulitanimplementasi di daerah perlu diberikan juga peraturan – peraturan pendukung dalampelaksanaannya agar daerah dapat membantu tugas-tugas pemerintah pusat di daerah.

Demikian kami sampaikan kesimpulan yang dapat diambil dari Rakornis bidang PerhubunganDarat tahun 2011, semoga dapat menjadi masukan yang berharga dalam menetapkan kebijakandan pelaksanaan tugas-tugas baik bagi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, KementerianPerhubungan maupun Dinas Perhubungan/LLAJ di wilayah masing-masing.

TIM PERUMUSSolo, 27 Juli 2011