bab ii tinjauan pustaka 1.1 telaah penelitian · pdf file1.1 telaah penelitian sebelumnya ......

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Telaah Penelitian Sebelumnya Peneliti pertama dilakukan oleh Putra (2013) dengan judul Analisis Penerapan Akuntansi Aset Tetap pada Cv. Combos Manado”. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi yaitu dengan mengambil struktur organisasi dan neraca perusahaan, wawancara yaitu dengan pihak-pihak yang bersangkutan dan studi kepustakaan dengan mengambil dari buku-buku dan literatur-literatur. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriftif kualitatif dengan metode saldo menurun dengan hasil sebagai berikut : 1. CV. Kombos Manado dalam hal melaksanakan kegiatan akuntansinya berpedoman pada Kebijakan Akuntansi yang pada prinsipnya sudah mendekati Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16. 2. Penilaian/Pengukuran aset tetap pada Aset Tetap tetap Perusahaan dilakukan sesuai kebijakan perusahaan dan ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan PSAK No. 16. Pengakuan aset tetap telah sesuai dengan PSAK No. 16. Pengeluaran-pengeluaran atas aset tetap dibagi menjadi dua jenis, yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan, prinsip ini tidak menyimpang dari PSAK No. 16.

Upload: hacong

Post on 05-Mar-2018

236 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Telaah Penelitian Sebelumnya

Peneliti pertama dilakukan oleh Putra (2013) “dengan judul Analisis

Penerapan Akuntansi Aset Tetap pada Cv. Combos Manado”. Penelitian ini

menggunakan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi yaitu dengan

mengambil struktur organisasi dan neraca perusahaan, wawancara yaitu dengan

pihak-pihak yang bersangkutan dan studi kepustakaan dengan mengambil dari

buku-buku dan literatur-literatur.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriftif

kualitatif dengan metode saldo menurun dengan hasil sebagai berikut :

1. CV. Kombos Manado dalam hal melaksanakan kegiatan akuntansinya

berpedoman pada Kebijakan Akuntansi yang pada prinsipnya sudah

mendekati Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16.

2. Penilaian/Pengukuran aset tetap pada Aset Tetap tetap Perusahaan dilakukan

sesuai kebijakan perusahaan dan ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan

PSAK No. 16. Pengakuan aset tetap telah sesuai dengan PSAK No. 16.

Pengeluaran-pengeluaran atas aset tetap dibagi menjadi dua jenis, yaitu

pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan, prinsip ini tidak

menyimpang dari PSAK No. 16.

3. Penyusutan aset tetap sesuai dengan ketentuan perpajakan. Perusahaan

memilih metode saldo menurun, kecuali tanah.

4. CV. Kombos Manado melakukan penghentian dan pelepasan aset tetap

dengan cara dijual secara lelang, dihibahkan, maupun dimusnahkan. Dalam

hal ini sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16.

5. Dalam hal penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap dalam Laporan

Keuangan, secara umum tidak menyimpang dari pola yang terdapat pada

Standar Akuntansi Keuangan. Namun, pada pengungkapan, ada beberapa

informasi yang tidak dengan jelas diungkapkan dalam catatan atas laporan

keuangan. Perusahaan tidak mengungkapkan dasar pengukuran yang

digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto. Serta informasi

mengenai jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tidak

diungkapkan.

6. Dalam daftar aset tetap , pengidentifikasian aset tetap kurang informatif.

Karena, aset tetap yang diperoleh ditahun berbeda digabung dalam satu

daftar, selain itu masa manfaat, serta maksimum pemakaian tidak

dicantumkan.

Peneliti kedua dilakukan oleh Virginia, Dkk (2014) dengan judul “Analisis

Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan dampaknya terhadap laba

perusahaan pada PT. Artha Kindo Perkasa Palembang”. Teknik pengumpulan data

pada penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, data tersebut diperoleh dari

dokumen yang terdapat pada perusahaan.

Teknik Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif

dan historis dengan menggunakan metode saldo menurun berganda dan

membandingkan metode garis lurus. Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1.Metode penyusutan garis lurus yang diterapkan perusahaan pada jenis aktiva

bangunan, mesin, inventaris kantor, dan inventaris proyek yang diterapkan

dengan menggunakan garis lurus adalah sangat tepat. Sedangkan metode

penyusutan garis lurus yang diterapkan perusahaan pada jenis aktiva alat

berat, kendaraan kantor dan kendaraan proyek yang diterapkan adalah tidak

tepat.

2. Besarnya metode penyusutan aktiva tetap pada perusahaan berdampak

terhadap besarnya laba bersih perusahaan. Hal ini ditunjukkan bahwa

penggunaan metode penyusutan garis lurus lebih tinggi sebesar 32.5%

dibandingkan dengan metode saldo menurun berganda dan dengan kenaikan

sebesar 29% dibandingkan dengan metode jumlah angka tahun. Sehingga

dapat diketahui bahwa laba yang dilaporkan oleh PT. Artha Kindo Perkasa

Palembang dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus

dibandingkan dengan metode saldo menurun berganda yang seharusnya

diterapkan sesuai PSAK No. 16 adalah lebih tinggi.

Peneliti Ketiga dilakukan oleh Mariuhu, Dkk (2014) dengan judul “ Analisis

Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan Implikasinya Terhadap Laba

Perusahaan Pada Perum Bulog Divre Sulut dan Gorontalo. Teknik pengumpulan

data pada penelitian ini yaitu survei, dokumentasi dan wawancara.

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuantitatif dan kualitatif dengan metode saldo menurun berganda dan metode

jumlah angka tahunan. Adapun hasil dari penelitian ini adalah Perum BULOG

Divre Sulut dan Gorontalo dalam penyusutan aktiva tetapnya dengan menggunakan

metode Garis Lurus sangat baik digunakan karena, implikasinya terhadap laba lebih

tinggi nilainya dibandingkan dengan menggunakan metode perhitungan Saldo

Menurun Ganda dan metode Jumlah Angka Tahun. Hal ini dikarenakan metode

garis lurus mempunyai beban penyusutan yang relatif konstan dari tahun ke tahun.

Sedangkan metode saldo menurun ganda dan jumlah angka tahun mempunyai

beban penyusutan yang relatif menurun setiap tahunya tetapi di awal tahun beban

penyusutan dari kedua metode ini cukup besar bila dibandingkan dengan metode

garis lurus.

Setelah melihat dari ketiga penelitian sebelumnya dapat disimpulkan

persamaan pada penelitian ini adalah semua penelitian membahas aktiva tetap, dan

menggunakan metode saldo menurun berganda, teknik pengumpulan data berupa

dokumentasi, wawancara dan studi kepustakaan. Selain ada persamaan pada

penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu lokasi atau tempat penelitian berbeda,

dan aktiva tetap yang dibahas dipenelitian sebelumnya juga berbeda adapun

penelitian sekarang, adapun penelitian sekarang membahas tentang large

equipment pada kitchen.

Tabel 2.1.

Telaah Peneliti Pertama

No Uraian Persamaan Perbedaan

1 Putra (2013) Analisis

Penerapan Akuntansi

Aset Tetap pada Cv.

Combos Manado

Membahas

penyusutan aset

tetap

Objek yang diteliti berbeda,

penelitian sebelumnya

membahas semua aset tetap

sedangkan penelitian ini

hanya membahas

penyusutan large

equipment

2 Teknik Analisis Penelitian sebelumnya

menggunakan Analisis

deskriftif komparatif ,

sedangkan penelitian ini

menggunakan Metode

saldo menurun berganda

Sumber : Hasil Modifikasi , 2016.

Tabel 2.2.

Telaah Peneliti Kedua

No Uraian Persamaan Perbedaan

1 Virginia, Dkk (2014)

Analisis Penerapan

Metode Penyusutan

Aktiva Tetap dan

dampaknya terhadap

Laba Perusahaan pada

PT. Artha Kindo Perkasa

Palembang

Menghitung

aktiva tetap

Objek dalam aktiva tetap

berbeda dan penelitian

sebelumnya membahas

penyusutan berdampak

terhadap laba perusahaan

2 Teknik Analisis Teknik analisis yang

digunakan penelitian

sebelumnya adalah

penelitian kualitatif dan

historis dengan mengambil

laporan kas perusahaan

sedangkan penelitian ini

hanya menghitung

penyusutan menggunakan

metode saldo menurun

berganda.

Sumber : Hasil Modifikasi , 2016.

Tabel 2.3.

Telah Peneliti Ketiga

No Uraian Persamaan Perbedaan

1 Mariuhu, Dkk (2014)

dengan judul “ Analisis

Penerapan Metode

Penyusutan Aktiva

Tetap dan Implikasinya

Terhadap Laba

Perusahaan Pada Perum

Bulog Divre Sulut dan

Gorontalo.

Meneliti aktiva

tetap

Penelitan ini membahas

implikasi terhadap laba

perusahaan

2 Teknik Analisis Menggunakan

analisis metode

saldo menurun

berganda

Selain menggunaan metode

saldo menurun berganda

juga menggunakan metode

jumlah angka tahunan dan

membandingkan dengan

metode garis lurus.

Sumber : Hasil Modifikasi , 2016.

1.2 Tinjauan Konsep

1.2.1 Tinjauan Equipment

Menurut Agustin (2014) peralatan di bagi menjadi dua yaitu kitchen

equipment dan Utensil yaitu :

1. Kitchen Equipment adalah perlengkapan dapur atau peralatan besar yang

membuat ruangan tersebut berfungsi sebagai dapur untuk mengolah

makanan. Adapun contoh perlengkapan (equipment) yaitu :

a) Meja

b) Kompor

c) Oven

d) Grill

e) Refrigerator

f) Sink (bak cuci)

a) Deep prayer Dll

2. Utensil Adalah peralatan kecil yang dipergunakan untuk mengolah

makanan. Adapun contoh peralatan (utensil) yaitu :

a) Cutting board

b) Knife

c) Stock pot

d) Sauce pan

e) Frying pan

f) Tray

g) Bowl, Dll

Menurut Tuzy (2010) dalam operasional di kitchen, kelengkapan peralatan

memegang peranan penting yang digunakan pada saat operasional. Berikut ini

adalah peralatan-peralatan yang digunakan pada saat operasional di kitchen :

1. Kitchen Equipment adalah peralatan besar (peralatan berat) yang

fungsinya untuk mengolah (memasak) dan menyimpan bahan-bahan

makanan yang masih mentah ataupun sudah matang.

2. Kitchen utensil adalah peralatan kecil yang fungsinya untuk

mengolah bahan menjadi bahan mentah atau hidangan. Peralatan ini

tidak dapat digolongkan sebagai peralatan mesin, serta peralatan ini

mudah untuk dipindah-pindahkan.

Menurut Sudana, Dkk (2011) Peralatan merupakan alat utama yang

digunakan dalam membantu melakukan suatu pekerjaan di dapur sedangkan

perlengkapan merupakan alat penunjangnya. Seperti contohnya : pisau

merupakan peralatan yang digunakan untuk memotong sedangkan

sharpeningstell dan cutting board merupakan perlengkapan memotong.

Untuk menunjang operasional dapur, diperlukan adanya peralatan dan

perlengkapan yang mendukung dan memadai yang mana jenis dari peralatan

tersebut umumnya dikelompokkan berdasarkan ukurannya. Sehingga

diklasifikasikan menjadi dua :

a. Small kitchen equipment

Adalah berbagai jenis peralatan dapur, yang mana peralatan tersebut

umumnya lebih kecil dan mudah untuk dipindahkan.

b. Large kitchen equipment

Adalah berbagai jenis peralatan dapur, yang mana peralatan tersebut

umumnya memiliki ukuran yang lebih besar dan susah untuk dipindahkan.

Yang selanjutnya akan lebih banyak dibahas dalam bab selanjutnya baik

tentang jenis maupun kegunaannya. Pada large kitchen equipment terdapat

pengelompokan berdasarkan sistem operasionalnya, sumber tenaga / power

yang digunakan serta pengelompokkan yang didasarkan pada fungsinya.

Sudana, Dkk (2011) mengelompokan kitchen equipment berdasarkan sistem

operasional, sumber tenaga, dan fungsinya, ini dapat diihat pada Tabel 2.2.

sebagai berikut :

Tabel 2.4.

Large Equipment

No Jenis Large

Equipment Nama Equipment Fungsi

1

Preparing and

processing

equipment

Food Processor

Adalah berbagai jenis peralatan

dapur yang digunakan dalam

mempersiapkan bahan makanan

seperti mengupas, mengiris,

mencincang, mengaduk, meng-

hancurkan dll.

Food Chopper

Food Slicer

Potatoes peeler

Meat and food

grinder

Commercial cheese

grater

Heavy duty juice

extractor / with

pulp ejection

Combi immersion

blender/ bermixers /

stick blenders

Mandolin food

cutter / vegetable

slicer

Dought rounder

Somerset

commercial dough

sheeter

Hamburger patty

press

Vegetable dryer

2

Cooking

Equipment

Commercial

Restaurant Stoves

Yang masuk dalam kategori

cooking equipment disini adalah

berbagai jenis peralatan dapur

dalam ukuran besar yang

digunakan dalam proses memasak

Commercial char

broilers

Deep fryer

Star gas

commercial Grills

Wide lava rock &

radiant commercial

char broilers by

star

Infra red radiant

salamanders

Vulcan

connectionless

counter-top steamer

Commercial pop up

Toasters

Commercial

conveyor toasters

Commercial

convection ovens

Commercial

microwave ovens

Cleveland range

3 Storage

Equipment

Lemari kabinet

Merupakan peralatan dapur yang

difungsikan sebagai tempat

penyimpanan baik bahan makanan

maupun dapur lainnya.

Meja kerja (table

top)

Rak Penyimpanan

Tas / Koper khusus

4

Food

Temperature

Holding

Equipment

Bain Marie

Merupakan peralatan dapur yang

digunakan untuk menjaga suhu

badan makanan maupun yang

sudah dimasak, diantaranya bain

marie, refgerator, food counter,

freezer, plate warmer, food warmer

Reach in

Refrigerator

Walk-in

Refrigerator

Food Counter

Food Warmer

Freezer

Sumber : Sudana, Dkk, 2011.

Kesimpulan yang diambil adalah peralatan kitchen dibagi menjadi dua yaitu

kithen equipment dan kitchen utensil yang kedua alat ini berbeda dari segi bentuk

dan fungsi, kitchen equipment adalah peralatan besar yang digunakan untuk

membuat makanan dan tidak dapat dipindah-pindahkan sedangkan kitchen utensil

adalah peralatan kecil yang digunakan untuk membuat makanan dan dapat

dipindah-pindahkan.

Adapun kitchen equipment dibagi berdasarkan sistem operasionalnya,

sumber tenaga/ power yang digunakan serta pengelompokan yang didasarkan pada

fungsinya yaitu Preparing and Processing Equipment yang digunakan untuk

mengupas, mengiris, mencincang, mengaduk dan menghancurkan bahan makanan,

Cooking equipment adalah peralatan besar yang digunakan dalam proses memasak,

Storage Equipment merupakan peralatan dapur yang digunakan sebagai tempat

penyimpanan bahan makanan dan Food Temperature Holding Equipment

merupakan peralata yang digunakan untuk menjaga suhu bahan makanan yang telah

dimasak.

1.2.2 Tinjauan Tentang Manajemen Keuangan

Menurut Harmono (2016) tujuan manajemen keuangan adalah

memaksimalkan nilai kekayaan para pemegang saham sedangkan fungsi

manajemen keuangan dapat dirinci ke dalam tiga bentuk kebijakan perusahaan,

yaitu (1) keputusan investasi, (2) keputusan pendanaan, dan (3) kebijakan dividen.

Menurut Wiagustin dalam Suad Husnan (2014) adalah dapat diartikan

sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam

berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk

pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.

Menurut Van Horne dalam buku Harmono (2016) manajemen keuangan

adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan pendanaan dan

pengelolaan aktiva dengan berbagai tujuan menyeluruh.

Wiagustin (2014) ada tiga (3) keputusan manajemen keuangan meliputi

fungsi pendanaan, investasi dan kebijakan deviden berikut adalah fungsi

manajemen keuangan :

1. Keputusan investasi

Adalah keputusan keuangan yang berkaitan dengan aktivitas

investasi dalam berbagai bentuk. Secara garis besar keputusan investasi dapat

dikelompokkan kedalam investasi jangka pendek seperti kas, persediaan,

piutang dan surat berharga maupun investasi jangka panjang dalam bentuk

gedung, peralatan produksi, tanah, kendaraan dan aktiva tetap lainnya.

Keputusan investasi ini akan tercermin pada sisi aktiva dalam neraca

perusahaan dengan demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan

perusahaan, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Manajer

keuangan bertanggung jawab menentukan perimbangan yang optimal setiap

jenis aset perusahaan.

2. Keputusan Pendanaan

Adalah keputusan keuangan yang berkaitan dengan aktivitas

pembelanjaan atau pembiayaan investasi. Keputusan pendanaan meliputi

berbagai pertanyaan penting seperti bagaimana mendanai kegiatan perusahaan

?, bagaimana memperoleh kebutuhan dana untuk investasi yang efisien?,

bagaimana komposisi sumber optimal yang harus dipertahankan ? apakah

perusahaan sebaiknya menggunakan modal asing ataukah modal sendiri?

Adakah pengaruh keputusan pendanaan perusahaan terhadap nilai perusahan ?

keputusan pendanaan tercermin pada sisi pasiva dalam neraca perusahaan dan

keputusan ini akan mencerminkan struktur finansial maupun struktur modal

perusahaan.

Struktur finansial menunjukkan perbandingan antara hutang dengan

modal sendiri, sedangkan struktur modal menunjukkan perbandingan antara

hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Manajer keuangan bertanggung

jawab menentukan perimbangan yang optimal setiap hutang yang digunakan

perusahaan. Peran manajer keuangan dalam pemenuhan kebutuhan dana aan

semakin kompleks dalam kondisi globalisasi pasar modal. Pengumpulan dana

tidak lagi terbatas dalam satu negara melainkan terbuka kesempatan untuk

menarik dana dari investor asing.

3. Kebijakan Deviden

Aktivitas keuangan yang berkaitan dengan distribusi laba yang

diperoleh perusahaan. Hingga saat ini masih timbul pendapat bahwa kebijakan

deviden ini merupakan bagian dari keputusan pendanaan. Memang pada

prinsipnya kebijakan deviden ini menyangkut tentang keputusan apakah laba

yang diperoleh perusahaan seharusnya dibagikan kepada pemegang saham

dalam bentuk kas deviden dan pembelian kembali saham atau laba tersebut

sebaiknya ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembelanjaan investasi

dimasa datang.

Apabila manajer keuangan memutuskan untuk membagi laba yang

diperoleh dalam bentuk deviden, maka ketergantungan terhadap sumber dana

eksternal menjadi semakin besar. Sebaliknya apabila manajer keuangan

memandang bahwa perusahaan telah memiliki financial leverage yang tidak

menguntungkan, maka sebaiknya laba yang diperoleh ditahan untuk

memperbaiki struktur modal perusahaan.

Investasi berarti pengeluaran dana saat ini dengan harapan

memperoleh hasil atau keuntungan di masa datan dilihat dari dimensi waktu,

investasi dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu :

1. Investasi jangka pendek (satu tahun atau kurang ), yaitu investasi pada

aktiva lancar (modal kerja), seperti : kas, piutang, inventori, surat-surat

berharga.

2. Investasi jangka panjang (lebih dari satu tahun) yaitu investasi pada asset

rill, seperti : tanah, bangunan, peralatan kantor, kendaraan, asset rill lainnya

dan investasi pada asset finansial seperti : investasi pada saham dan

obligasi.

1.2.3 Tinjauan Tentang Aktiva Tetap

Menurut Vergenia (2014) dalam (Hennie 2005, h.170 ) Aktiva tetap

merupakan komponen aset yang paling besar nilainya di dalam neraca sebagian

besar perusahaan. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk

digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, seperti penyewaan

kepada pihak lain atau untuk tujuan administrasi dan diperkirakan akan

digunakan selama lebih dari satu periode.

Menurut Setiawan (2001) Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud

dalam aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan,

baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada

perusahaan. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan

merupakan bagian dari aktivitas operasional perusahaan, dapat pula berbentuk

sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau berbentuk

kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas, seperti penurunan biaya akibat

penggunaan proses produksi alternatif. Banyak aktiva, misalnya aktiva tetap

memiliki bentuk fisik.

Namun demikian, bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan

eksistensi aktiva, karena itu paten dan hak cipta, misalnya merupakan aktiva

kalau manfaaat ekonomi yang diperoleh perusahaan di masa depan dan kalau

masing-masing aktiva tersebut dikuasai perusahaan. Aktiva perusahaan berasal

dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi di masa lalu. Perusahaan biasanya

memperoleh aktiva melalui pembelian atau produksi sendiri, tetapi transaksi atau

peristiwa lain juga dapat menghasilkan aktiva; misalnya properti yang diterima

perusahaan dari pemerintah sebagai bagian dari program untuk merangsang

pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah.

Klasifikasi Aset Tetap Menurut Putra (2013) dalam Suharli (2006 ; 265 ) adalah

:

1. Lahan, yaitu bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat

bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi, apabila ada lahan

yang didirikan bangunan di atasnya, maka pencatatan antara bangunan dan

lahan harus dipisahkan. Khusus untuk bangunan yang dianggap sebagai

bagian dari lahan atau konstruksi yang dapat meningkatkan nilai lahan itu

sendiri, maka pencatatannya dapat digabungkan dengannilai lahan.

2. Gedung, adalah bangunan yang berdiri di atas lahan baik yang berdiri di atas

tanah maupun di atas air. Tidak seperti tanah yang tidak pernah disusutkan,

maka gedung mengalami penyusutan dari tahun ke tahun sehingga nilainya

akan berkurang tiap periodenya.

3. Mesin, yaitu alat mekanis yang dikuasai perusahaan dalam kegiatannya baik

untuk dagang maupun jasa. Pencatatannya dilakukan dengan menambahkan

nilai dari peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin itu.

4. Kendaraan, merupakan sarana angkutan yang dimiliki perusahaan untuk

mendukung kegiatan operasionalnya. Misalnya, truk, mobil dinas,

kendaraan roda dua, serta jenis kendaraan lain yang dapat digunakan

sebagai sarana transportasi.

5. Inventaris, perlengkapan yang melengkapi isi kantor misalnya. Termasuk

perlengkapan pabrik, kantor, ataupun alat-alat besar yang digunakan dalam

perusahaan. Contoh: inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris

laboratorium, serta inventaris gudang.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui pada umumnya, aset tetap

digolongkan kedalam beberapa kelompok besar aset yaitu, Tanah, gedung,

mesin, kendaraan dan inventaris. Pada setiap aset tetap semua akan menyusut

kecuali pada tanah. Setiap aktiva tetap tentu memiliki umur ekonomis, untuk itu

hal ini perlu diperhatikan karena akan mengakibatkan kerugian apabila salah

satu aktiva mendapat masalah karena penyusutan. Salah Satu contoh pada mesin

menurut Tarigan (2009) apabila mesin dan peralatan tidak diganti sesuai dengan

waktunya akan mengakibatkan terganggunya proses produksi dan meningginya

biaya produksi. Secara teknis mungkin peralatan yang ada masih dapat

dioperasikan dan masih mempunyai kemampuan untuk berproduksi, tetapi

secara ekonomis tidak menguntungkan lagi. Artinya peralatan itu memang masih

dapat digunakan dalam proses produksi, tapi kita harus mengeluarkan biaya

perawatan ekstra akibat kerusakan peralatan. Biaya peralatan tersebut berupa

penggantian suku cadang. Kalau dibandingkan dengan penggantian peralatan

baru pihak perusahaan belum tentu mengalami kenaikan biaya produksi. Tetapi

hal ini harus dianalisis lagi dengan perhitungan matematis agar perusahaan bisa

menekan biaya produksi ditinjau dari penggantian peralatannya.

2.2.4 Tinjuan Tentang Hotel

Damanik (2015) memaparkan beberapa pendapat ahli mengenai

pengertian hotel. Adapun pengertian hotel tersebut adalah :

1. Menurut Menteri Perhubungan, definisi atau pengertian hotel adalah suatu

bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap

orang untuk memperoleh pelayanan penginapan berikut makan dan minum

(SK.MenHub. No. PM10/PW.391/PHB-77).

2. Menurut AHMA (American Hotel & Motel Assocation), definisi atau

pengertian hotel adalah suatu tempat dimana disediakan penginapan,

makanan, dan minuman, serta pelayanan lainnya, untuk disewakan bagi para

tamu atau orang-orang yang tinggal untuk sementara

3. Dengan mengacu pada pengertian diatas, dan untuk menertibkan perhotelan

diindonesia, pemerintah menurunkan peraturan yang dituangkan dalam Surat

Keputusan Menparpostel No KM 37/PW.340/MPPT-86, tentang peraturan

usaha dan penggolongan hotel. Bab 1,pasal 1, Ayat (b) dalam SK tersebut

menyatakan bahwa: "Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang

mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa

penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum

yang dikelola secara komersial.

Menurut Darmo (2006) Hotel adalah suatu penginapan yang diwajibkan

memenuhi aturan berlaku dalam menawarkan penginapan, makanan dan

minuman serta perlindungan atas barang bawaan para tamunya. Secara umum

hotel dapat diartikan sebagai suatu akomodasi yang dikelola secara komersial

yang menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan dan minum yang

disediakan bagi para tamu.

Dapat disimpulkan dari seluruh pendapat ahli tersebut tentang pengertian

hotel adalah suatu akomodasi yang dijual secara komersial pada tamu untuk

sementara waktu yang menawarkan penginapan, makan dan minum dan

perlindungan terhadap tamu serta barang bawaan tamu.

Bentuk akomodasi lainnya dengan karakter yang dapat membedakan satu

dengan yang lainnya namun dikelola secara komersial atas dasar ekonomi, jasa

dan fasilitas yang disediakan oleh masing-masing hotel dapat dibuat lima

segmentasi hotel menurut Darminto, Dkk (2005) yaitu :

1. Hotel Ekonomis (Limited Service Hotels)

Hotel ekonomis adalah hotel yang menyediakan kebutuhan dasar

pengunjung, kamar dan ruangan yang bersih dan nyaman dan dekorasi yang

secara umum dapat diterima oleh tamu. Anggaran yang terbatas seorang tamu

dapat menikmati fasilitas yang disediakan hotel ini. Jasa dan fasilitas yang

disediakan adalah dalam bentuk standar. Guna mengoptimalkan operasi, hotel

ekonomis mempekerjakan karyawan yang relatif sedikit dengan gaji yang

relatif rendah pula. Hotel ekonomis biasanya berada ditempat yang tidak

strategis, hanya untuk sekedar singah secara insedentil. Secara fisik hotel

ekonomis hanya memiliki jumlah kamar dibawah 50 buah.

2. Hotel Melati (Mid Market Hotels)

Hotel melati adalah hotel dengan nuansa modern dan mendasarkan

diri pada unsur komersial. Disamping dekorasi yang nyaman, sebuah hotel

melati yang tradisional biasanya juga menyediakan jenis makanan yang

khas dengan pelayanan yang tradisional pula. Pengunjung yang datang

sudah memiliki tingkatan (kelas) tertentu, sehingga nuansa kemewahan

yang khas sudah tampak dalam hotel jenis ini. Pengelolaan yang

profesional sudah ada dalam hotel melati dan berada dalam lokasi yang

cukup strategis. Secara fisik hotel melati merupakan sebuah bangunan

yang besar dengan jumlah kamar hunian yang cukup banyak (50-100

kamar).

3. Hotel Bintang (All Suite Hotels)

Hotel bintang adalah hotel dengan nuansa modern dan berusaha

bersaing dengan hotel eksekutif. Hotel bintang biasa menawarkan jasa dan

fasilitas dengan tarif yang bersaing. Hotel tipe ini menawarkan nuansa

kamar hunian yang luas dengan berbagai fasilitas dan dekorasi yang sangat

nyaman. Profesionalisme pengelolaan sudah dibutuhkan dalam hotel ini,

disamping karyawan yang cukup terlatih dan cakap.

Beberapa jenis hotel bintang ini sering dioperasikan sebagai

condominium atau condotel atau sebuah gedung dengan beberapa ruangan

yang disewakan dengan kenikmatan seperti milik sendiri. Pemilik “

condo” menyediakan jasa dan fasilitas seperti layaknya yang disediakan

oleh sebuah hotel. Jangka waktu tinggal para tamu biasanya lebih lama

dibading tamu hotel.

4. Hotel Eksekutif

Ciri hotel ekskutif adalahadanya nuansa kemewahan atau mendekati

kemewahan dengan dekorasi nyaman yang menjanjikan. Hotel jenis ini

memerlukan pengelolaan yang profesional dan karyawan yang terlatih.

Hotel eksekutif sering juga disebut dengan hotel kelas satu atau hotel

superior. Beberapa akomodasinya memiliki sudut pandang sempurna

dengan fasilitas yang cukup mewah. Tarif hotel eksekutif ini mengimbangi

tingkat eksekutif disuatu negara, disamping juga tergantung pada pasar

lokasi dan tipe akomodasi yang disajikan.

5. Hotel mewah

Hotel mewah sudah menunjukan unsur standar kemewahan tertentu,

baik dari segi kemewahan maupun kenyaman. Tingkat kebersihan dan

efisiensi yang tinggi, staf terlatih khusus, kompeten dan sopan dengan

makanan dan minuman yang berkualitas sangat khusus pula. Tarif hotel

mewah ini adalah tarif khusus tergantung pasar, lokasi dan tipe akomodasi

yang disediakan sangat khusus sehingga para tamu merasa bahwa dirinya

adalah raja dengan reputasi pribadi (privasi) yang sangat diperhatikan.

Berdasarkan ciri-ciri hotel tersebut maka dapat disimpulkan

Holiday Inn Resort Baruna Bali masuk dalam segmentasi hotel Bintang (All

Suite Hotels) karena Holiday Inn Resort Baruna Bali menawarkan jasa dan

fasilitas dengan tarif bersaing. Hotel ini menawarkan nuansa kamar hunian

yang luas dan nyaman.

2.2.4 Tinjauan Food and Beverage Product

Menurut Darmadjati (2006), Food and beverage department yaitu

department yang menangani makanan dan minuman, contohya seperti :

restoran, bar, banquet, dapur dan sebagainya. Berdasarkan pengertian Food

and Beverage Department dapat disimpulkan secara sederhana, yaitu suatu

bidang yang bertugas menangani kebutuhan makan dan minum, di mana makan

dan minum adalah kebutuhan pokok manusia, termasuk tamu-tamu. ini

merupakan sarana mutlak yang harus disediakan oleh hotel.

Istilah Food and Beverage Department berasal dari bahasa inggris

yang berarti departemen makan dan minum, oleh sebab itu departemen ini

adalah bagian yang menangani makanan dan minuman. Aspek makan dan

minum lebih mengedepankan cita rasa dan mutu pelayanan adalah hal yang

sangat relative dalam penilaian dan penerimaan setiap orang, dengan demikian

di dalam penangannya diperlukan keahlian dan keterampilan yang bersifat

khusus.

Menurut Nurmahani (2009) kegiatan penyelenggaraan jasa

pelayanan makanan dan minuman pada Food and Beverage Department dapat

ditinjau memulai ruang lingkup yang sempit dan ruang lingkup yan luas.

Dalam ruang lingkup yang sempit penyelenggaraan kegiatan penanganan

makan dan minum tersebut melalui : Food and Beverage Service, Food and

Beverage Product , dan Bar Service Operation.