telaah teori dan pengembangan hipotesis 2.1...

15
1 TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Arie dan Hilda, memandang hubungan antara manajer dan pemilik dalam kerangka hubungan keagenan. Dalam hubungan keagenan, terjadi kontrak antara satu pihak, yaitu pemilik (prinsipal), dengan pihak lain, yaitu agen. Dalam kontrak, agen terikat untuk memberikan jasa bagi pemilik. Berdasarkan pendelegasian wewenang pemilik kepada agen, manajemen diberi hak untuk mengambil keputusan bisnis bagi kepentingan pemilik. Karena kepentingan kedua pihak tersebut tidak selalu sejalan, maka sering terjadi benturan kepentingan antara prinsipal dengan agen sebagai pihak yang diserahi wewenang untuk mengelola perusahaan. Dalam konteks keagenan tersebut, dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi memonitor perilaku manajer sebagai agen dan memastikan bahwa agen bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Penggunaan auditor eksternal yang independen merupakan mekanisme yang didorong oleh pasar, dengan tujuan untuk mengurangi agency cost (Jensen dan Meckling (1976); Watts dan Zimmerman (1986); dalam Arie dan Hilda). Teori keagenan memandang bahwa pemerintah sebagai agent bagi masyarakat principal akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingan mereka sendiri serta memandang bahwa pemerintah tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan masyarakat. Agency theory beranggapan bahwa banyak terjadi information asymmetry antara pihak agen (pemerintah) yang

Upload: trancong

Post on 20-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

1

TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Teori agensi (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Arie dan

Hilda, memandang hubungan antara manajer dan pemilik dalam

kerangka hubungan keagenan. Dalam hubungan keagenan, terjadi

kontrak antara satu pihak, yaitu pemilik (prinsipal), dengan pihak lain,

yaitu agen. Dalam kontrak, agen terikat untuk memberikan jasa bagi

pemilik. Berdasarkan pendelegasian wewenang pemilik kepada agen,

manajemen diberi hak untuk mengambil keputusan bisnis bagi

kepentingan pemilik. Karena kepentingan kedua pihak tersebut tidak

selalu sejalan, maka sering terjadi benturan kepentingan antara

prinsipal dengan agen sebagai pihak yang diserahi wewenang untuk

mengelola perusahaan.

Dalam konteks keagenan tersebut, dibutuhkan pihak ketiga

yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak

ketiga ini berfungsi memonitor perilaku manajer sebagai agen dan

memastikan bahwa agen bertindak sesuai dengan kepentingan

prinsipal. Penggunaan auditor eksternal yang independen merupakan

mekanisme yang didorong oleh pasar, dengan tujuan untuk mengurangi

agency cost (Jensen dan Meckling (1976); Watts dan Zimmerman

(1986); dalam Arie dan Hilda).

Teori keagenan memandang bahwa pemerintah sebagai agent

bagi masyarakat principal akan bertindak dengan penuh kesadaran

bagi kepentingan mereka sendiri serta memandang bahwa pemerintah

tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi

kepentingan masyarakat. Agency theory beranggapan bahwa banyak

terjadi information asymmetry antara pihak agen (pemerintah) yang

Page 2: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

2

mempunyai akses langsung terhadap informasi dengan pihak

principal (masyarakat). Adanya information asymmetry inilah yang

memungkinkan terjadinya penyelewengan atau korupsi oleh agen.

Sebagai konsekuensinya, pemerintah harus dapat meningkatkan

akuntabilitas atas kinerjanya sebagai mekanisme checks and balances

agar dapat mengurangi information asymmetry (Setiawan, 2012).

2.1.1 Kualitas Auditor

Secara umum audit adalah suatu proses sistematik untuk

memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai

pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan

tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan (Mulyadi, 2002).

Menurut Decreto Lei (IGE) Auditor da Qualidade que tem uma

atitude de independência, competência requer conhecimentos e

competências adquiridas através da educação formal, experiência e

formação técnica. O conhecimento dos auditores sobre técnicas de

auditoria, em conformidade com as normas geralmente aceites.

Artinya bahwa Kualitas Auditor yang memiliki sikap independensi,

kompetensi memerlukan pengetahuan dan keahlian yang diperoleh

melalui pendidikan formal, pengalaman dan pelatihan teknis.

Pengetahuan yang dimiliki auditor tersebut mengenai teknik audit yang

sesuai dengan standar yang berlaku umum.

Kualitas auditor dapat dipengaruhi oleh rasa

kebertanggungjawaban (akuntabilitas) dan profesionalisme yang

dimiliki oleh seorang auditor dalam menyelesaikan proses audit

tersebut. Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang

Page 3: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

3

dimiliki seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan

dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya (Diani dan Ria 2007).

Kualitas auditor yang dipilih oleh perusahaan untuk

melaksanakan audit akan menentukan kredibilitas laporan keuangan

auditan. Tiap-tiap KAP memiliki perbedaan kualitas dalam

memberikan jasa audit yang berkaitan dengan tingkat kompetensi dan

kredibilitas, dalam hal ini yang disebut diferensiasi kualitas audit yang

bisa diamatimelalui investasi KAP dalam reputasi brand-name (the Big

dan Non Big). Beberapa penelitian empiris membuktikan adanya

diferensiasi tersebut, seperti Becker et al. (1998) dan Francis et al.

(1999).

De Angelo (1981) menyatakan bahwa audit quality sebagai

probabilitas dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan

tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.

Kemungkinan untuk menemukan pelanggaran bergantung kepada

pengetahuan dan keahlian auditor sedangkan kemungkinan untuk

melaporkan temuan tersebut bergantung kepada independensi auditor

terhadap kliennya.

Menurut Rahmat (2009) dalam pernyataan itu jelas bahwa,

kualitas auditor ditentukan oleh kompetensi dan independensi. Auditor

akan dikatakan kompeten atau ahli jika dapat menemukan pelanggaran

dan auditor yang independen jika dapat melaporkan pelanggaran

tersebut dengan baik. Rahmat (2009) menyebutkan frase “market-

assessed” menunjukkan bahwa kualitas audit ditentukan oleh penilaian

pasar. Maka, kualitas auditor diukur dari persepsi pengguna laporan

keuangan tentang kualitas auditor atau disebut reputasi auditor.

Page 4: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

4

Menurut Rahmat 2009, Bertahun-tahun peneliti akuntansi,

terutama pengauditan, secara tidak sadar terkecoh dengan proksi

kualitas audit atau kualitas auditor. Mereka biasanya mengacu kepada

De Angelo (1981) sebagai dasar untuk menggunakan ukuran kantor

akuntan publik (KAP) sebagai proksi kualitas audit. Padahal, De

Angelo menyatakan bahwa yang ia maksud dengan kualitas audit

adalah "the market-assessed joint probability that a given auditor will

both (a) discover a breach in the client's accounting system and (b)

report the breach".

2.1.2 Keahlian

Keahlian yang dimiliki auditor akan ikut menentukan

penerimaan perilaku audit disfungsional. Menurut teori Harapan,

auditor yang memiliki keahlian untuk melaksanakan audit sesuai

dengan program audit akan memilih untuk bertindak fungsional.

Auditor yang tidak memiliki keahlian untuk melaksanakan audit sesuai

dengan program audit akan termotivasi untuk menerima perilaku audit

disfungsional. Keahlian ini akan memperkecil kemungkinan terjadinya

konflik yang berkaitan dengan pekerjaan sehingga auditor yang

memiliki berbagai keahlian akan lebih berperilaku fungsional

(Lightner, Adam, dan Lightner, 1982). Menurut teori psikologi

kognitif, auditor yang memiliki banyak keahlian bisa memproses

informasi secara lebih baik dan akhirnya akan menunjukkan kinerja

yang lebih baik apabila dibandingkan dengan auditor yang tidak ahli

(Koonce dan Mercer, 2005).

Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam

tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang

mencakup antara lain: merencanakan program kerja pemeriksaan,

Page 5: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

5

menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja

pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan, menyusun berita

pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan (Praptomo, 2002).

Bedard (1986) dalam Lastanti (2005:88) mengartikan keahlian

atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan

ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman

audit. Sementara itu dalam artikel yang sama, Shanteau (1987)

mendefinisikan keahlian sebagai orang yang memiliki ketrampilan dan

kemampuan pada derajad yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah auditor yang

dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup daneksplisit dapat

melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.

De Angelo (1981) dalam Frianty (2005) membagi keahlian

menjadi 2 bagian yaitu pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan

dapat diukur dari tingkat pendidikan seseorang, baik yang formal

maupun non formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang

ditempuh sesuai jenjang pendidikan yang diwajibkan. Pendidikan

formal yang dimaksud seperti pendidikan mulai dari sekolah dasar

hingga perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal adalah

pendidikan yang biasanya memiliki jangka pendek, seperti kursus atau

pelatihan.

Berdasarkan Murtanto dan Gudono (1999:20) terdapat dua

pandangan mengenai keahlian. Pertama, pandangan perilaku terhadap

keahlian yang didasarkan pada paradigma einhorn. Pandangan ini

bertujuan untuk menggunakan lebih banyak kriteria objektif dalam

mendefinisikan seorang ahli. Kedua, pandangan kognitif yang

menjelaskan keahlian dari sudut pandang pengetahuan. Pengetahuan

Page 6: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

6

diperoleh melalui pengalaman langsung (pertimbangan yang dibuat di

masa lalu dan umpan balik terhadap kinerja) dan pengalaman tidak

langsung (pendidikan).

Pengalaman Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang

tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan

formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah

pengalaman. Mayangsari (2003:16) menyatakan bahwa “auditor yang

berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal, yaitu mendeteksi

kesalahan, memahami kesalahan secara akurat, dan mencari penyebab

kesalahan”.

Auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang

lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk

akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat

mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur

dari sistem akuntansi.

2.1.3 Independensi

Independensi adalah suatu sikap mental yang bebas dari

pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada

orang lain (Mulyadi, 2002). Independensi juga berarti bahwa auditor

harus jujur dalam mempertimbangkan fakta sesuai dengan

kenyataannya. Artinya bahwa apabila auditor menemukan adanya

kecurangan dalam laporan keuangan klien maka auditor harus berani

mengungkapkannya bebas dari tekanan klien atau pihak lain yang

berkepentingan terhadap laporan keuangan.

Menurut Arens, Alvin et al (2004:124), Independensi dalam

audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam

melakukan ujian audit, mengevaluasi hasilnya, dan membuat laporan

Page 7: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

7

audit. Bila auditor adalah penasehat untuk klien, seorang bankir, atau

orang lainnya, maka auditor tidak bisa dianggap sebagai independen.

Dalam mempertahankan perilaku yang independen bagi auditor dalam

memenuhi tanggungjawab mereka merupakan hal penting, bahwa

pemakai laporan keuangan memiliki kepercayaan atas independensi

tersebut. Ada dua aspek independensi adalah independensi dalam fakta

dan independensi dalam penampilan. Independensi dalam fakta adalah

kemampuan auditor untuk mengambil sudut pandang tidak bias dalam

penampilan dari jasa profesional. Sedangkan Independensi dalam

penampilan adalah kemampuan auditor untuk mempertahankan sudut

pandang tidak bias dalam penampilan dari jasa profesional.

Agoes S, (2004:1) mengklasifikasikan aspek independensi

seorang auditor menjadi 3 aspek: (1) Independensi senyatanya

(independent in fact), yaitu suatu keadaan di mana auditor memiliki

kejujuran yang tinggi dan melakukan audit secara obyektif. (2)

Independensi dalam penampilan (independent in appeareance), yaitu

pandangan pihak luar terhadap diri auditor sehubungan denngan

pelaksanaan audit. (3) Independensi dari sudut keahlian atau

kompetensi (independent in competence), hal ini berhubungan erat

dengan kompetensi atau kemampuam auditor dalam melaksanakan dan

menyelesaikan tugasnya.

Menurut Taylor 1997 dalam Susiana & Arleen (2007) ada dua

aspek independensi yaitu independensi sikap mental dan independensi

penampilan, penelitian ini menguji pengaruh dari independensi

terhadap integritas laporan keuangan yang dinyatakan melalui berapa

besar fee audit yang dibayarkan klien kepada auditor, jika KAP

Page 8: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

8

menerima fee audit yang tinggi maka KAP akan menghadapi tekanan

ekonomis untuk memberikan opini bersih.

Berdasarkan pembahasan mengenai pentingnya independensi

akuntan publik tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1)

Independensi merupakan syarat penting bagi auditor dalam

melaksanakan prosedur audit yang bertujuan untuk menilai kewajaran

laporan keuangan. 2) Akuntan publik dipercaya oleh pemakai laporan

keuangan sebagai pihak independen untuk memberikan jaminan

memadai mengenai asersi manajemen. 3) Independensi merupakan

faktor yang mempengaruhi kualitas audit.

2.1.4 Kecermatan Profesional

Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan

cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati

(prudent) dalam setiap penugasan. Due professional care dapat

diterapkan dalam pertimbangan profesional (professional judgement),

meskipun dapat saja terjadi penarikan kesimpulan yang tidak tepat

ketika audit sudah dilakukan dengan seksama (Lubis H, 2009).

Auditor mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa

profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya,

demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab

profesi kepada publik (Mulyadi, 2002). Sikap kehati-hatian dalam

profesi auditor diharuskan untuk merencanakan dan mengawasi secara

seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan

seksama menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional.

Sikap skeptisme profesional merupakan sikap yang mencakup pikiran

yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis

bukti audit.

Page 9: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

9

2.1.5 Kepatuhan pada kode Etik Auditor

Kode etik, auditor wajib mematuhi kode etik yang merupakan

bagian yang tidak terpisah dari standar audit. Sementara kode etik yang

diimplementasi adalah kode etik komisi kepegawaian negeri Lei

No.8/200416Junho (CFP) dan mengadopsi standar dan kode etik dari

Negara lain.

Auditor harus mematuhi Kode Etik yang ditetapkan.

Pelaksanaan audit harus mengacu kepada Standar Audit ini, dan auditor

wajib mematuhi kode etik yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari standar audit. Kode etik ini dibuat bertujuan untuk

mengatur hubungan antara : Auditor dengan rekan sekerjanya, Auditor

dengan atasannya, Auditor dengan objek pemeriksanya, dan Auditor

dengan masyarakat.

Pengertian Etika menurut Firdaus (2005) adalah perangkat

prinsip moral atau nilai. Masing-masing orang memiliki perangkat

nilai, sekalipun tidak dapat diungkapkan secara eksplisit. Prinsip-

prinsip yang berhubungan dengan karakteristik nilai-nilai sebagian

besar dihubungkan dengan perilaku etis yaitu kejujuran, integritas,

mematuhi janji, loyalitas, keadilan, kepedulian kepada orang lain,

menghargai orang lain, menjadi warga yang bertanggungjawab,

mencapai yang terbaik, dan ketang-gunggugatan (Firdaus, 2005).

Maryani dan Ludigdo (2001) mendefinisikan etika sebagai

seperangkat aturan atau Norma atau pedoman yang mengatur perilaku

manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan

yang dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat

atau profesi.

Page 10: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

10

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Ashari (2011), penelitiannya berjudul Pengaruh Keahlian,

Independensi dan etika Terhadap Kualitas Auditor. Penelitian ini bukti

empiris guna diketahui dan dianalisis tentang pengaruh keahlian,

independensi dan etika terhadap kualitas auditor pada Inspektorat

Provinsi Maluku Utara. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah

daerah dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Kabupaten/Kota,

Provinsi sampai dengan tingkat Pusat.

Lubis (2009) penelitian ini berjudul Pengaruh keahlian,

independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan pada kode etik

terhadap kualitas auditor. Penelitian ini bukti empiris tentang pengaruh

keahlian, independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan pada

kode etik terhadap kualitas auditor pada Inspektorat Sumatera Utara.

Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan secara

berjenjang mulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi sampai dengan

tingkat Pusat.

Alim (2007), penelitiannya berjudul pengaruh kompetensi dan

independensi terhadap kualitas auditor sebagai etika auditor sebagai

variabel moderasi. Penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi

berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Sementara itu

interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan

terhadap kualitas auditor. Penelitian ini juga menemukan bukti empiris

bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor.

Page 11: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

11

Tabel 2.1

Tinjauan atas penelitian terdahulu

Peneliti

Terdahulu Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Ashari

(2011)

Pengaruh

Keahlian,

Independensi

dan etika

Terhadap

Kualitas Auditor

Variable Independen

Keahlian,

independensi dan

etika. Untuk variabel

dependen dalam

penelitian ini adalah

kualitas auditor.

Secara simultan

keahlian,

independensi dan

etika secara bersama

berpengaruh

signifikan terhadap

kualitas auditor

Lubis

(2009)

Pengaruh

keahlian,

independensi,

kecermatan

profesional dan

kepatuhan pada

kode etik

terhadap kualitas

auditor

Variabel independen

keahlian,

independensi,

kecermatan

profesional, dan

kepatuhan pada kode

etik, variabel

dependen kualitas

auditor

Keahlian,

independensi,

kecermatan

profesional dan

kepatuhan pada kode

etik secara simultan

berpengaruh

signifikan terhadap

kualitas auditor.

Secara parsial

keahlian,

independensi,

kecermatan

profesional dan

kepatuhan pada kode

etik masing-masing

berpengaruh

signifikan terhadap

kualitas auditor,

tetapi yang memiliki

Page 12: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

12

pengaruh terbesar

terhadap kualitas

auditor adalah

independensi.

Alim

(2007)

Pengaruh

kompetensi dan

independensi

terhadap kualitas

auditor sebagai

etika auditor

sebagai variabel

moderasi

Kompetensi dan

independensi sebagai

variabel independen.

Kualitas auditor

sebagai variabel

dependen, dan etika

auditor sebagai

variabel moderasi

Kompetensi

berpengaruh

signifikan terhadap

kualitas auditor.

Sementara itu

interaksi kompetensi

dan etika auditor

tidak berpengaruh

signifikan terhadap

kualitas auditor

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Model Penelitian

Variabel Dependen Variabel Independen

Keahlian

(X1)

Independensi

(X2)

Kecermatan

profesional (X3)

Kepatuhan pada

kode etik (X4)

Kualitas Auditor

(Y)

Page 13: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

13

Kerangka pemikiran sebagaimana yang tergambar diatas, untuk

variabel Keahlian (X1), Independensi (X2), Kecermatan Profesional

(X3) dan Kepatuhan pada Kode Etik (X4) dari keempat variabel

independen ini akan berpengaruh pada variabel dependen kualitas

Auditor (Y).

Jika auditor memiliki keahlian akan melaksanakan tugas dengan

efektif, mempersiapkan KKP, melaksanakan perencanaan dan

koordinasi audit sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas auditor.

Auditor yang memiliki independensi memiliki tingkat

pendidikan formal strata satu (S1), mengikuti pelatihan dibidang

auditing, akuntansi sektor publik, keuangan daerah, serta mempunyai

sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) sehingga akan berpengaruh

terhadap kualitas auditor.

Bahwa auditor bila memiliki kecermatan profesional akan

mengunakan keahlian secara cermat dan seksama, hati-hati dan

menerapkan pertimbangan profesional dalam mengambil kesimpulan

sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas auditor.

Apabila auditor memiliki kepatuhan pada kode etik akan

mentaati peraturan perundan-undangan yang berlaku secara

bertanggungjawab, berperilaku sesuai dengan kode etik pemerintah,

baik terhadap auditi maupun masyarakat sehingga akan berpengaruh

terhadap kualitas auditor.

2.4 Pengembangan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian dan teori serta kerangka berpikir yang telah

dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah bahwa keahlian,

Page 14: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

14

indenpendensi, kecermatan professional dan kepatuhan pada kode etik

akan berpengaruh terhadap kualitas auditor.

2.4.1 Pengaruh keahlian terhadap kualitas auditor

Dalam hasil penelitian Ashari, (2010) menunjukkan pengaruh

keahlian terhadap kualitas auditor adalah positif dan signifikan.

Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh keahlian adalah searah

dengan kualitas auditor atau dengan kata lain keahlian yang baik/tinggi

akan berpengaruh terhadap kualitas auditor yang baik/tinggi, demikian

sebaliknya bila keahlian rendah/buruk maka kualitas auditor akan

rendah/buruk. Pengaruh signifikan menunjukkan bahwa keahlian

mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas

auditor.

H1: Keahlian berpengaruh positif terhadap kualitas auditor Inspecção

Geral do Estado RDTL

2.4.2 Pengaruh Independensi terhadap kualitas auditor

Independensi dapat dikategorikan kedalam dua aspek, yaitu:

independensi dalam kenyataan (independence in fact) dan independensi

dalam penampilan (independence in appearance). Independensi dalam

kenyataan ada apabila akuntan publik berhasil mempertahankan sikap

yang tidak bias selama audit, sedangkan independensi dalam

penampilan adalah hasil persepsi pihak lain terhadap independensi

akuntan pubhk (Arens dan Loebbecke, 2003). Penelitian yang

dilakukan oleh Alim (2007), Lubis (2009), Ashari (2011), independensi

berpengaruh terhadap kualitas auditor.

H2: Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas auditor

Inspecção Geral do Estado RDTL.

Page 15: TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7109/2/T2... · yang independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga

15

2.4.3 Pengaruh kecermatan profesional terhadap kualitas auditor

Pada standar umum ketiga (SPKN, 2007) yang mengatur

mengenai penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan

seksama menyebutkan bahwa "Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta

penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan

kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama". Lubis (2009)

pada hasil penelitiannya menyatakan bahwa kecermatan profesional

berpengaruh terhadap kualitas auditor.

H3: Kecermatan profesional berpengaruh positif terhadap kualitas

auditor Inspecção Geral do Estado RDTL.

2.4.4 Pengaruh kepatuhan pada kode etik terhadap kualitas

auditor

Dengan kepatuhan pada kode etik yang dimiliki, auditor akan

mampu mempertahankan sikap mental independen. Independen disini

berarti auditor tersebut memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta

menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan

dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya (Alim, 2007). Alim

(2007) dalam penelitiannya mengenai Pengaruh kompetensi dan

independensi terhadap kualitas auditor sebagai etika editor sebagai

variabel moderasi. Hasil penelitiannya adalah interaksi independensi

dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

H4: Kepatuhan pada kode etik berpengaruh positif terhadap kualitas

auditor Inspecção Geral do Estado RDTL.