peran bp4 dan tim mediator dalam membina...
TRANSCRIPT
PERAN BP4 DAN TIM MEDIATOR DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH
(STUDI KASUS DI KUA BEKASI BARAT DAN PA BEKASI)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)
Oleh :
AHMAD ZAKIE NIM: 107044101945
K O N S E N T R A S I PE R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AS-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A
1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 13 Mei 2011
Ahmad Zakie
i
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الر حمن الر حیم
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan
rahmat dan kasih sayangnya kepada umat manusia yang ada dimuka bumi ini,
khususnya kepada penulis. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan ummatnya hingga akhir
zaman.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa rintangan
dan hambatan yang terus menerus datang silih berganti. Berkat bantuan dan
motivasi dari berbagai pihak maka segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat
diatasi dan tentunya dengan izin ALLAH SWT, serta dengan wujud yang berbeda-
beda dapat diminimalisir dengan adanya nasihat-nasihat atau dukungan yang
diberikan oleh keluarga dan teman-teman penulis.
Pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih yang
tiada terhingga untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril
maupun materil kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini. Tentunya
kepada yth :
ii
1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta Pembantu
Dekan I, II, III Fakultas Syariah dan Hukum.
2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA. Ketua Program Studi Ahwal Syakhsiyyah,
serta ibu Hj. Rosdiana, MA. Selaku Sekretaris Program Studi Ahwal
Syakhsiyyah yang telah bekerja dengan maksimal.
3. Dr. KH. A. Juaini Syukri, Lcs., MA. menjadi pembimbing skripsi yang telah
banyak membimbing, memberikan pencerahan, motifasi, semangat dan ilmunya
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu-ilmu
yang tak ternilai harganya, seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas
Syariah dan Hukum, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
bagian Tata Usaha Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan
pelayanan dengan baik.
5. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yaitu ayahanda H. Ahmad Zaini
Yusuf, S. Pd. I dan ibunda Hj. Halimatussadiah, S. Pd. I yang telah memberikan
motivasi dan arahan yang tak pernah jenuh serta tak henti-hentinya mendoakan
penulis dalam menempuh pendidikan. Juga kepada adik penulis Ulfah Solehah,
Hilwah, Huzair, dan Muhammad Hazir yang selalu memberikan doa, dukungan
dan semangat dengan penuh keikhlasan dan kesabaran yang tiada tara.
6. Penyemangat hidupku yang selama ini menyemangati jalannya penulisan skripsi
ini yang tak kenal lelah untuk terus memberi dukungan penuh kepada penulis.
iii
7. Saudara-saudaraku Keluarga Besar Annida Al Islamy.
8. Keluarga Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kademanagan 2010 yang selalu
memberikan semangat dan hiburan kepada penulis.
9. Teman-teman Program Studi Peradilan Agama Angkatan 2007 yang telah
memberikan masukan, saran, motifasi dan menghibur kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan banyak
yang perlu diperbaiki lebih dalam. Oleh karena itu, saran dan kritik penulis
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan setiap pembaca pada umumnya serta
menjadi amal baik di sisi Allah SWT. Semoga setiap bantuan, doa, motivasi yang
telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 13 Mei 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
D. Review Studi..................................................................................................... 10
E. Metode Penelitian ............................................................................................. 12
F. Sistematika Penulisan........................................................................................ 16
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. BP4 ................................................................................................................... 17
1. Pengertian ................................................................................................... 17
2. Sejarah Singkat dan Dasar Hukum .............................................................. 18
3. Fungsi ......................................................................................................... 22
B. Tim Mediator .................................................................................................... 23
C. Konsep Keluaraga Sakinah Menurut Islam ........................................................ 26
BAB III POTRET KUA KEC. BEKASI BARAT DAN PA BEKASI
A. Potret KUA Kec. Bekasi Barat .......................................................................... 29
1. Sejarah Dan Letak Geografis KUA Kec. Bekasi Barat ................................. 29
2. Visi Dan Misi .............................................................................................. 30
3. Struktur Organisasi ...................................................................................... 32
v
4. Tugas Dan Fungsi ....................................................................................... 34
5. Kinerja Organisasi ....................................................................................... 35
B. Potret PA Bekasi ............................................................................................... 40
1. Sejarah Dan Letak Geografis PA Bekasi ..................................................... 40
2. Visi Dan Misi .............................................................................................. 42
3. Srtuktur Organisasi ...................................................................................... 43
4. Daftar Jumlah Pejabat ................................................................................. 45
5. Wilayah Yuridiksi ....................................................................................... 45
BAB IV KINERJA DAN KEBERHASILAN BP4 DAN TIM MEDIATOR
DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH
A. Pelaksanaan Fungsi Kepenasihatan ................................................................... 47
B. Konsep Mediasi Pengadilan Agama dan BP4 .................................................... 49
C. Kendala dan Solusi BP4 dalam Membina Keluarga Sakinah ............................. 52
D. Peran BP4 dan Tim Mediator ............................................................................ 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 66
B. Saran-saran ....................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 70
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Perkawinan merupakan akad yang sangat kuat atau mitsaqan
ghalididzan, untuk mentaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya
merupakan ibadah. Al-Qur’an menyatakan bahwa, hai sekalian manusia
bertaqwalah kamu kepada Tuhan Mu yang menciptkan kamu dari seorang diri,
hal tersebut dijelaskan dalam QS. An-Nisa ayat 1.
Perkawinan sangat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan
maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan
perempuan terjadi secara terhormat sesuai kedudukan manusia sebagai makhluk
yang berkehormatan. Pergaulan hidup berumah tangga dibina dalam suasana
damai, tentram dan rasa kasih sayang antara suami dan istri. Anak keturunan
dari hasil perkawinan yang sah menghiasi kehidupan keluarga dan sekaligus
merupakan kelangsungan hidup manusia secara bersih dan berkehormatan.1
Islam memandang Kehidupan berumah tangga bukan hanya sebagai
persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari itu sebagai lembaga pendidikan
1 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Perss, 2000), h. 4.
2
masyarakat yang dapat terjadinya kecelakaan dan bahagianya anggota keluarga,
baik kehidupan akhirat kelak, bahkan menjadi persekutuan yang lebih besar
yaitu Negara, kehancuran sendi-sendi rumah tangga dalam suatu bangsa lambat
laun akan disusul oleh kehancuran bangsa itu sendiri.
Rumah tangga dapat di ibaratkan seperti Negara kecil, dimana orang tua
sebagi dwi tunggal pimpinannya. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW
bahwa tiap-tiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan ditanya
tentang kepemimpinan terhadap yang dipimpinnya. Seorang pemimpin akan
ditanya tentang kepemimpinannya terhadap rakyatnya.2
Sebagai pemimpin dalam rumah tangga orang tua bertanggug jawab
penuh terhadap pemeliharaan, merawat, memberi pendidikan bagi anak-anaknya
dengan jalan memberi teladan yang baik dalam kehidupan rumah tangga.
Keberhasilan pembangunan tidak bisa dilepaskan dari peran keluarga.
Keluarga adalah basis pertama yang akan menentukan langkah pertama
arah pembangunan. Ibarat bangunan, keluarga adalah pondasinya. Jika pondasi
itu kuat, maka bangunan pun akan kokoh. Menurut Dirjen Bimas Islam
Nasaruddin Umar, tanpa keluarga sakinah mustahil pembangunan dapat
berjalan. Berdasarkan hal ini, segala usaha untuk mencegah dan menghindari
2 Ahmad al-Hasyimi, Mukhtar al-Hadist, (Semarang: Toha Putra, 1989).
3
terjadinya perceraian itu sangat penting. Selain itu perceraian akan banyak
berdampak negatif baik secara psikologis, sosial dan ekonomi.3
Dampak perceraian dari segi kejiwaan akan memberikan dampak negatif
terhadap jiwa orang-orang yang terlibat. Ada sebuah kajian di Ottawa
menyatakan bahwa pria maupun wanita akan mengalami depresi dua tahun
pertama perceraian. Menurut penelitian ini, ternyata pria yang berusia 20-64
tahun yang telah mengalami perceraian atau perpisahan, enam kali lebih banyak
merasa tertekan, dibanding mereka yang tetap dalam hubungan pernikahan.
Sedangkan wanita hanya 3.5 lebih depresi dibandingkan mereka yang bertahan
dalam pernikahan.4
Adapun dari segi perekonomian perceraian itu memberi beban tambahan
kepada mantan suami istri, dan lebih-lebih kepada mantan istri yang tidak
mempunyai penghasilan karena bergantung kepada suami. Sedangkan dari segi
sosial, perceraian menyebabkan pekat atau penyakit masyarakat misalnya
pencurian, penodongan, pelacuran, mabuk-mabukan, perjudian dan narkoba, hal
tersebut merupakan tindakan asusila dan kriminal yang dilakukan oleh orang-
orang yang bersal dari keluarga broken home.
Pelaku-pelaku pekat ini biasanya tidak mendapatkan pendidikan dan
pengajaran yang secukupnya dari rumah, sehingga mereka melampiaskan hal
3 Mendesak, Revitalisasi Keluarga sakinah, diakses Pada tanggal 2 September 2010 dari
http://bimasislam. depag. go. Id.
4 Muhamad Ichsan, Jagan Pernah Bercerai, (Yogyakarta: Ichsan Media, 2009), h. 14.
4
tersebut bersama kawan-kawan mereka yang mempunyai kecenderungan yang
sama.5
Keluarga adalah asas masyarakat, jika seluruh anggota keluarga tidak
mendapatkan pendidikan awal yang mencukupi dari rumah maka sangat
dikhawatirkan mereka akan keluar rumah dan bergabung didalam lingkungan
jahat yang akan mendorong mereka kearah yang tidak baik.
Ketika menjalani kehidupan berkeluarga, maka tentu ada saja waktu
terjadinya perselisihan antara dua pasangan suami istri. Karena itu komunikasi
sangat penting untuk dijaga oleh kedua belah pihak. Untuk mengatasi
permasalahan yang seyogyanya akan timbul didalam kehidupan berumah
tangga, maka pemerintah telah memberikan solusi berupa tindakan preventif
agar kedua calon suami dan istri memahami secara benar makna dan tujuan
pernikahan itu sendiri sehingga terwujudlah keluarga harmonis.
Sebagai respon tersebut, pemerintah telah memberikan tugas kepada BP4
sebagai lembaga semi resmi yang telah menjalin kerja sama dengan KEMENAG
(Kementerian Agama) sejak 1960.
Lembaga pemerintah yang bertugas untuk memberikan pembinaan calon
pengantin pra nikah melalui lembaga Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian
5 Ibid., h. 14.
5
Perkawinan atau sering disingkat dengan BP4 dan konsultasi keluarga pasca
menikah di bawah naungan KEMENAG dengan SK Menag No. 85 tahun 1961.6
Melalui KMA No.477 Tahun 2004, Pemerintah mengamanatkan agar
sebelum pernikahan dilangsungkan, setiap calon pengantin harus diberikan
wawasan terlebih dahulu tentang arti sebuah rumah tangga melalui kursus
bimbingan kepada calon pasangan suami istri atau suscatin (kursus calon
pengantin).
Ada banyak hal yang diberikan dalam masa kursus calon penantin
(suscatin) ini antara lain tujuan pernikahan, psikologi keluarga dan reproduksi
sehat keluarga. Program ini mestinya mampu menjadi modal awal bagi kedua
calon suami istri untuk membina keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah
sebelum memasuki jenjang pernikahan yaitu berupa akad nikah sesuai dengan
prosedur hukum Islam di Indonesia yang berlaku.
Pasca menikah, kedua pasangan ini pada hakikatnya juga diberikan
ruang seluas-luasnya untuk meminta nasihat kepada pihak pemerintah di atas,
ketika rumah tangga mengalami permasalahan karena memang sejatinya dalam
menjalani kehidupan keluarga akan dihadapkan pada banyak permasalahan, baik
masalah kecil yang bisa diselesaikan secara kekeluargaan sampai permasalahan
besar yang berujung pada pemutusan ikatan perkawinan di Pengadilan Agama.
6 Proyek Pembinaan Keluarga Sakinah, 2004.
6
Fungsi BP4 bertujuan untuk bimbingan kepada calon suami istri yang
akan menikah dan sebagai lembaga konseling bagi pasangan suami istri yang
telah berumah tangga yang mengalami krisis rumah tangga yaitu dengan
membantu para keluarga yang tersandung masalah agar dibantu untuk
memberikan solusinya, sehingga perceraian sebagai sesuatu yang halal namun
dibenci Allah SWT tidak terjadi ataupun sungguh-sungguh menjadi pintu
darurat, bukan menjadi hal biasa dan mudah dilakukan sebagaimana dewasa ini.7
Jika peranan ini berfungsi dengan optimal, maka pemutusan tali
perkawinan nampaknya akan mampu di bendung atau paling tidak di
minimalisir, karena masing-masing pasangan suami istri benar-benar mampu
mengerti makna sebuah perkawinan dan siap menghadapi berbagai macam
problem yang seyogyanya timbul dalam kehidupan berumah tangga. Selain itu
tujuan perkawinan yaitu membentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa
rahmah sebagai bentuk rumah tangga idaman setiap pasangan bukan tidak
mungkin akan terwujud.
Untuk sekedar gambaran, kasus-kasus perceraian yang terjadi setiap saat
seolah-olah sangat mencerminkan tidak harmonisnya kehidupan berumah tangga
muslim di Negara Indonesia. Misalnya saja di kota Bekasi pada tahun 2009
angka perceraian mencapai 211 kasus dan tahun 2010 mencapai 276 kasus dan
7 Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Pembinaan
Syariat Islam, Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah, (Jakarta: Dirjen Bimas, 2006).
7
bisa diprediksi hingga akhir tahun 2011 akan mencapai 300 kasus, angka ini
sungguh sangat mengagetkan dan memprihatinkan.8
Berdasarkan hal tersebut, tujuan pernikahan untuk terbentuknya hidup
berkeluarga yang sakinah masih sangat jauh, karena dari tahun ke tahun angka
perceraian ditengah-tengah masyarakat Indonesia meningkat.
Melihat data perceraian di atas meningkat dengan berbagai macam
alasan, misalnya alasan kekerasan dalam rumah tangga, ekonomi,
perselingkuhan dan lain sebagainya sebagai fenomena sosial yang terjadi di atas
menggugah rasa keingintahuan penulis untuk menelisik lebih jauh peranan BP4
selaku badan bimbingan bagi keluarga dan konseling yang diharapkan mampu
mewujudkan tujuan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah menurut ajaran
Islam dan peran mediasi yang dilakukan oleh Pengadilan Agama, untuk
mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera
materil dan spirituil.
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengambil
judul “PERAN BP4 DAN TIM MEDIATOR DALAM MEMBINA
KELUARGA SAKINAH” dengan studi kasus di KUA Bekasi Barat dan PA
Bekasi.
8 Subag Kepegawaian Pengadilan Agama Bekasi
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Adapun dalam penelitian skripsi ini agar tidak meluas dan mudah
dipahami maka penulis membatasinya yaitu pada peran BP4 dan konsep
mediasi dalam membina keluarga sakinah di KUA Kec. Bekasi Barat dan
PA Bekasi yang mengacu pada UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
dan PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pangadilan
Agama.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam skrisip ini adalah berdasarkan SK
Menag No. 85 Tahun 1961, bahwasanya lembaga BP4 bertugas
memberikan bimbingan, pembinaan, penasihatan dan konsultasi kepada
pasangan suami istri apabila terjadi perselisihan yang berujung pada
percerai, namun pada kenyataan saat ini fungsi dari BP4 itu tersendiri tidak
berjalan dengan semestinya, banyak pasangan suami istri tidak
memanfaatkan lembaga tersebut atau bahkan tidak tahu, kebanyakan dari
mereka langsung ke PA dan melakukan mediasi disana, namun hanyalah
perceraian yang ada, sedikit sekali mediasi di PA yang berhasil.
Seharusnya pasangan suami istri sebelum melakukan perceraian harus
melalui proses mediasi terlebih dahulu di BP4 yang ada di KUA sebelum
ke PA.
9
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja BP4 dan Tim mediator dalam membina keluarga
sakinah?
2. Apakah BP4 telah menjalankan dan mengoptimalkan kepenasihatanya
dalam membina keluarga sakinah?
3. Kendala apa saja yang menjadi penghambat dan bagaimana solusi BP4
KUA Kec. Bekasi Barat menjalankan fungsi kepenasihatanya dalam
membina keluarga sakinah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
1. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah
pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja BP4 di KUA Kec. Bekasi Barat
dalam membina keluarga sakinah.
3. Untuk mengetahui apakah BP4 telah menjalankan dan
mengoptimalkan fungsi kepanisahatannya.
4. Untuk mengetahui kendala dan solusi penasihat BP4 di KUA Kec.
Bekasi Barat dalam menjalankan fungsi kepenasihatanya untuk
membina keluarga sakinah.
10
2. Manfaat
1. Secara akademik, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan bidang
Ahwal As-Syakhsiyyah.
2. Dapat memberikan wawasan kepada penulis secara pribadi tetang
peranan BP4 dalam membina keluarga sakinah.
3. Sebagai salah satu refrensi bagi penelitian yang berkaitan dengan
peranan BP4 dalam membina keluarga sakinah.
4. Memberiakan masukan positif dan saran kepada BP4 khususnya
petugas agar lebih optimal dalam melaksanakan tugasnya sebagai
penasihat.
5. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai peranan BP4 dan
PA dalam membina keluarga sakinah.
D. Review Studi
1. Skripsi tentang “Peran petugas BP4 terhadap pembentukan keluarga
sakinah di kabupaten Magelang-UIN 2001”, oleh Sulaiman Affandi,
peneliti ini berpendapat bahwa dalam menjalankna tugasnya belum
maksimal, yakni masih terhenti pada tingkat idealis-normatif. Kemudian
dalam tingkat realistis empiris belum terwujud secara keseluruhan.
Implikasi di kabupaten Magelang masih belum optimal, indikatornya
adalah masih rendahnya pasangan yang melakukan rujuk, angka talak
masih tinggi dan angka perceraian masih tinggi.
11
Dari segi prosedural dan kepercayaan masyarakat, ditemukan segi
kelemahan pada petugas BP4, yakni secara prosedur dalam pengurusan
perselisihan sering diloncati (klien langsung ke Pengadilan Agama tidak
melalui BP4 kecamatan terlebih dahulu). Karena problem kepercayaan,
karena klien tidak mau mengkonsultasikan masalah pribadi keluarganya di
BP4 Kecamatan.
Persoalan tersebut sama dengan BP4 yang akan saya teliti namun berbeda
lokasi yakni di BP4 Kec. Bekasi Barat, masih belum adanya solusi untuk
mengurangi angka perceraian dan untuk menumbuhkan rasa percaya klien
terhadap BP4.
2. Skripsi tentang “Peran dan kontribusi BP4 dalam meningkatkan
kualitas perkawinan di kecamatan Cijeunjing kabupaten Ciamis Jawa
Barat-UIN 2008” oleh Nurjamil, peneliti mengatakan bahwa peran BP4
dalam menjalankan tugasnya untuk meningkatkan kualitas perkawinan di
Kec. Cijeunjing belum maksimal, karena masih tingginya angka
perceraian, dengan demikian keberhasilan meningkatkan kualitas
perkawinan belum tercapai.
Atas dasar tersebut BP4 Kec. Cijeunjing belum melakukan tugas
penyuluhan secara professional dan faktor pendukung yang sangat minim.
Sama halnya dengan tempat saya yang akan teliti di KUA Kec. Bekasi
Barat yang masih banyak kasus perceraian dan faktor kelemahan para
petugas BP4 yang kurang professional. Penelitian tersebut sama namun
12
tempat yang diteliti berbeda dan akan menjawab persoalan yang belum
tuntas pada penelitian yang sebelumnya.
3. Skripsi tentang “Peran BP4 dalam Mensukseskan Perkawinan di KUA
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok-UIN 2010” oleh Noor Zaman
dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa peneliti lebih menekankan
kepada upaya mewujudkan perkawinan yang sukses dengan menguraikan
indikator sebagai alat ukurnya. Namun belum optimal karena masih ada
kelemahan yang belum ada solusinya, penelitian ini sama dengan
penelitian saya yaitu peran badan penasihat perkawinan dalam membina
kelurga sakinah, namun lokasi penelitian yang berbeda dan pembahasan
yang lebih rinci lagi tentang cara membina dan mensukseskan keluarga
sakinah.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yuridis sosiologis.9
Yakni penelitian tentang pelaksanaan berlakunya hukum positif yaitu
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan terhadap
tingginya peranan BP4 dalam menanggulangi tingginya angka perceraian di
Kec. Bekasi Barat dan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 1
9 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif , (Malang: 2007), h. 40.
13
tahun 2002 (Eks Pasal 130 HIR/154 Rbg) Tentang Pemberdayaan
Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Damai.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif dengan
memakai bentuk studi deskriptif biasa. Maksudnya adalah dalam penelitian
deskriptif data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan
data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen
pribadi, catatan memo dan catatan dokumen resmi lainnya.
Tujuan dalam penelitian deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan
realitas empiris sesuai dengan fenomena yang ada secara mendalam, rinci
dan tuntas.
Oleh karena itu, bentuk penelitian yang dilakukan adalah studi biasa,
maksudnya yaitu penelitian tentang subyek penyuluhan yang berkenaan
dengan fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas dan subyek
penelitian dapat saja seperti individu, kelompok, lembaga maupun
masyarakat.
3. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi kantor di KUA Kec.
Bekasi Barat dan PA Bekasi. Adapun pemilihan lokasi penelitian ini adalah
karena tingginya tingkat perceraian di Bekasi.
4. Metode Pengumpulan Data
14
Pengumpulan data dimulai dari menghimpun data penelitian dengan
menggunakan metode sebagai berikut:
a. Dengan interview atau wawancara mendalam guna memperoleh
keterangan atau tujuan penelitian.10
b. Observasi yaitu mengumpulkan data dengan melihat partisipasi calon
pengantin mengikuti penataran mengenai kehidupan berkeluarga.11
c. Metode dokumentasi dilakukan untuk pengumpulan data dengan cara
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda dan sebagainya.
5. Analisa data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Adapun pengertian deskriptif kualitatif adalah membicarakan
beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan
jalan mengumpulkan data, menyusun, menganalisa dan
menginterpretasikan.
Metode deskriptif kualitatif merupakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan, sebab data-data yang telah dikumpulkan disusun
secara sitematis, kemudian dianalisa secara mendetail yang akhirnya sampai
10 I Made Wirartha, Pedoman Penulisan Usulan Penulisan Skripsi dan Tesis, (Yogyakarta:
C.V. Andy Offset, 2005), h. 37.
11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif , (Bandung: 2006), h. 145.
15
interpretasinya kemudian dapat memberikan jawaban terhadap masalah
yang dirumuskan dalam penelitian.12
Adapun tehnik penulisan skripsi ini berpedoman pada penulisan
Skripsi, Tesis dan Disertasi yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
12 J. Moeleong, Lexy, Metodelogi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya), h.
103.
16
F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab
dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
review studi, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teoritis , meliputi pengertian BP4, sejarah singkat
dan dasar hukum BP4, fungsi BP4, tim mediator, konsep
keluaraga sakinah menurut Islam.
BAB III : Potret KUA Kec. Bekasi Barat dan PA Bekasi, meliputi
sejarah dan letak eografis KUA Kec. Bekasi Barat, visi dan
misi, struktur organisasi, tugas dan fungsi, kinerja organisasi,
sejarah dan letak geografis PA Bekasi,visi dan misi, struktur
organisasi, daftar jumlah pejabat, dan wilayah yuridiksi
BAB IV : Kinerja dan keberhasilan tim mediator dalam membina
keluarga sakinah yang meliputi pelaksanaan fungsi
kepenasihatan, konsep mediasi Pengadilan Agama dan BP4,
kendala dan solusi BP4 dan tim mediator dalam membina
keluarga sakinah, peran BP4 dan tim mediator.
BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
17
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. BP4
1. Pengertian
BP4 adalah singkatan dari Badan Penasihatan, Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan. Sebuah lembaga yang bersifat profesi sebagai
pengemban tugas dan mitra kerja KEMENAG (Kementerian Agama) dalam
mewujudkan keluarga sakinah mawadah wa rahmah. Tujuan dibentuknya BP4
adalah untuk mempertinggi mutu perkawinan dan mewujudkan keluarga sakinah
menurut ajaran Islam serta untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia
yang maju, mandiri sejahtera materil dan spirituil.1
Menurut konsideran keputusan komisi A Munas BP4 XII poin (b)
disebutkan bahwa BP4 adalah sebagai lembaga semi resmi yang membantu
KEMENAG dalam meningkatkan mutu perkawinan dengan mengembangkan
keluarga sakinah dan memberikan bimbingan serta penasihatan mengenai nikah,
talak, cerai dan rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok.2
Kedudukan BP4 saat ini terpisah dari Pengadilan Agama. Namun,
sebelum tahun 1955 antara BP4 dan Pengadilan Agama saling berkaitan,
1 Depatemen Agama Provinsi Jawa barat, Modul Kursus Calon Pengantin di Provinsi Jawa
Barat, (Jakarta: Depag Jabar 2007). 2 Proyek Pembinaan Keluarga Sakinah, 2004, h. 46.
18
terutama mengenai kewenangan mengeluarkan Akta Cerai ada di BP4, sehingga
BP4 dapat mengetahui jumlah perceraian yang terjadi di wilayah BP4 tersebut.
Saat ini antara BP4 dengan Pengadilan Agama sudah terpisah dan tidak
ada hubungan koordinasi. Penerbitan Akta Cerai merupakan wewenang
Pengadilan Agama.
BP4 berada dalam struktur Departemen Agama, khususnya di bawah
Direktorat Urusan Agama dan Pembinaan Syari’ah. Pada Kementerian Agama,
terdapat BP4 Pusat yang membawahi BP4 Tingkat Provinsi, kemudian BP4
tingkat kota, dan lingkup terkecil adalah BP4 tingkat Kecamatan yang berada di
setiap Kantor Urusan Agama.
2. Sejarah Singkat Dan Dasar Hukum
Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan atau
disingkat BP4 yang dahulu bernama Badan Penasihatan Perkawinan Perselisihan
dan Perceraian, merupakan badan semi resmi pemerintah yang bertugas
membantu Kementerian Agama dalam bidang pembangunan keluarga.
Kelahirannya dilatarbelakangi tingginya angka perceraian. Semula bersifat
sektoral, kemudian disatukan dengan nama “Badan Penasihatan Perkawinan dan
Penyelesaian Perceraian” melalui SK Menteri Agama No. 85 Tahun 1961,
kemudian disusul dengan Keputusan Menteri Agama No. 30 Tahun 1977,
dimana dalam Keputusan Menteri Agama tersebut ditegaskan mengenai
kedudukan dan tugas BP4, yaitu sebagai berikut,
19
BP4 merupakan satu-satunya badan yang bertugas menunjang sebagian tugas Departemen Agama dalam hal ini Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji dalam bidang penasihatan perkawinan, perselisihan dan perceraian, namun bukan organisasi struktural Departemen Agama dan kedudukannya bersifat semi resmi yang mendapat subsidi dari pemerintah karena sifat keanggotaannya tidak mengikat. Dalam situasi dan kondisi semacam ini BP4 tetap melaksanakan tugas dan mengembangkan misi untuk meningkatkan mutu perkawinan dan mewujudkan keluarga bahagia sejahtera.3
Sejarah pertumbuhan organisasi BP4, dimulai dengan adanya organisasi
BP4 di Bandung pada tahun 1954, kemudian di Jakarta dengan nama Panitia
Penasihatan Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian (P5), di Jawa Tengah dan
Jawa Timur dengan nama BP4 dan di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
nama Badan Kesejahteran Rumah Tangga (BKRT). Sebagai pelaksanaan
keputusan konferensi Departemen Agama tanggal 25-30 Juni 1955, maka
disatukanlah organisasi tersebut dengan nama “Badan Penasihatan Perkawinan”
kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1977
tentang Penegasan Pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan penunjang
sebagaian tugas KEMENAG dalam Penasihatan Perkawinan, Perselisihan
Rumah Tangga dan Perceraian, maka kepanjangan BP4 diubah menjadi Badan
Penasihat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian.4
3 BP4 Pusat, Hasil-Hasil Musyawarah nasional BP4 VII dan PITNAS IV, (Jakarta: BP4 Pusat,
1986), h. 118. 4 Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), Hasil Munas BP4
XIII/2004 dan Pemilihan Ketua Sakinah Teladan Tingkat Nasional, Jakarta, 14 – 17 Agustus.
20
Beberapa alasan yang menjadi landasan filosofi didirikannya BP4
tercantum dalam mukaddimah Anggaran Dasar BP4 yang memuat inti motivasi
dan semangat berdirinya BP4, di antaranya sebagai berikut: 5
Pertama, berdasarkan firman Allah SWT QS. Ar-Ruum ayat 21:
Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan di jadikan Nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Ruum: 21)
Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulkan bahwa manusia, yaitu laki-
laki dan perempuan dianjurkan untuk membentuk keluarga (menikah), agar
tercipta ketentraman dan tumbuhnya rasa kasih sayang.
Kedua, bahwa untuk mewujudkan rumah tangga sejahtera dan bahagia,
diperlukan adanya bimbingan yang terus menerus dan berkesinambungan dari
para Korps Penasihat.
Ketiga, diperlukan adanya korps Penasihat Perkawinan yang berakhlak
tinggi dan berbudi nurani bersih sehingga dapat melaksanakan tugas dengan
baik.
5 Sumayya, Peranan BP4 Dalam Upaya Mencegah Perkawinan Usia Muda, (Skripsi Sarjana Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006), h. 31.
21
Sedangkan sendi dasar operasionalnya yang berlandaskan peri kehidupan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam pembentukan rumah tangga yang
menjadi sendi dasar Negara, dibebankan kepada Kementrian Agama, yaitu
dengan melaksanakan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 Tentang
Pengawasan dan Pencatatan NTR (Nikah, Thalaq, dan Rujuk) yang berlaku
menurut Agama Islam.6
Tugas pemerintah sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang
tersebut adalah hanya mengawasi dan mencatatkan perkawinan, sementara
pemeliharaan dan perawatan kelestarian perkawinan diserahkan kepada
pasangan suami istri. Dengan kata lain dalam hal penyelesaian krisis dalam
rumah tangga bukan merupakan tugas langsung dari Kementerian Agama,
apalagi Undang-Undang Perkawinan waktu itu baru dalam tahap persiapan.7
BP4 tentunya tidak lahir tanpa sebab, tentu saja ada beberapa alasan
yang mendorong dilahirkannya organisasi yang bergerak dalam rumah tangga
tersebut. Ada beberapa faktor yang mendorong berdirinya BP4 menurut Drs.
Zubaidah Muchtar adalah : “Tingginya angka perceraian, banyaknya perkawinan
6 BP4 Pusat, BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: BP4 Pusat, 1977), h. 13. 7 Ibid., h. 14.
22
di bawah umur dan terjadinya praktek poligami yang tidak sehat serta sewenang-
wenang.”8
3. Fungsi
Pada Pasal 4 mengenai anggaran dasar BP4, memberi 5 cara penting
sebagai usaha menuju tercapainya tujuan di atas, yaitu:
1. Memberikan nasihat dan penerangan tentang pernikahan, thalak, cerai dan
rujuk kepada pihak yang akan melakukannya.
2. Mengurangi terjadinya perceraian dan poligami.
3. Memberi bantuan dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan perkawinan dan
perselisihan rumah tangga menurut hukum agama.
4. Menerbitkan buku/brosur dan menyelenggarakan kursus-kursus, penataran,
diskusi, seminar dan sebagainya.
5. Bekerja sama dengan instansi/lembaga yang bersamaan tujuannya di dalam
dan luar negeri.
6. Selain kelima bentuk usaha tersebut, juga dimungkinkan adanya usaha-usaha
lain yang bermanfaat untuk tujuan BP4. BP4 memiliki keanggotaan yang
terdiri atas: (1) tokoh-tokoh organisasi wanita dan pria, (2). Pejabat-pejabat,
tenaga ahli atau tokoh perorangan yang diperlukan (pasal 5 Anggaran Dasar
BP4). Para anggota BP4 dapat disebut sebagai Konselor BP4.
8 BP4 Pusat, Tantangan Baru BP4 Setelah 37 Tahun Berkiprah, Perkawinan dan Keluarga
XXV, (Jakarta: BP4 Pusat, 1997), h. 8.
23
Konselor BP4 tidak hanya melayani suami istri yang sudah berkelahi
sedemikian lama atau hebatnya sehingga mereka sudah memikirkan untuk
bercerai. Hendaknya BP4 tidak membatasi hanya pada mengurus perselisihan-
perselisihan yang sudah terjadi saja, melainkan melancarkan suatu program
kegiatan tentang bagaimana suami istri dapat dididik dan dibina sehingga
mereka sendiri dapat mewujudkan hubungan yang harmonis dan menciptakan
keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.
Selanjutnya BP4 mendidik dan menatar para suami istri agar dapat
mengatasi konflik dan menghindari terjadinya konflik, sehingga dapat
mengurangi terjadinya konflik. Para suami istri hendaknya juga diberi ilmu dan
kebijaksanaan tentang bagaimana mengelola konflik dan manajemen
menyelesaikan konflik dengan baik, agar tidak meninggalkan luka dan dapat
memulihkan keharmonisan dan kasih sayang antara suami istri.
B. Tim Mediator
Tim mediator adalah pihak yang bersifat netral dan tidak memihak, yang
berfungsi membantu para pihak dalam mencari berbagai kemungkinan
penyelesaian sengketa.9 Sebagai pihak ketiga yang netral, independent, tidak
memihak, ahli dibidang yang disengketakan. Hal ini sejalan dengan firman Allah
SWT QS. An-Nisa ayat 58:
9 Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2003, tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
24
10…..
Artinya: Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. (QS. An-Nisa: 58).
Mediator ditunjuk oleh para pihak (secara langsung maupun melalui
lembaga mediasi), dan berkewajiban untuk melaksanakan tugas dan fungsinya
berdasarkan pada kehendak dan kemauan para pihak. Walaupun demikian ada
suatu pola umum yang dapat diikuti pada umumnya dijalankan oleh mediator
dalam rangka penyelesaian sengketa para pihak. Sebagai suatu pihak diluar
perkara, yang tidak memiliki kewenangan memaksa, mediator berkewajiban
untuk bertemu atau mempertemukan para pihak yang bersengketa guna mencari
masukan mengenai pokok persoalan yang di persengketakan oleh para pihak.
Berdasarkan pada informasi yang diperoleh, baru kemudian mediator dapat
menentukan duduk perkara, kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pihak
yang bersengketa, dan selanjutnya mencoba menyusun proposal penyelesaian,
yang kemudian dikomunikasikan kepada para pihak secara langsung.
Seorang mediator harus mampu menciptakan suasana dan kondisi yang
kondusif bagi terciptanya kompromi diantara kedua belah pihak yang
bersengketa untuk memperoleh hasil yang saling menguntungkan (win-win).11
Firman Allah SWT QS. An-Nisa ayat 58:
10 Al-Qur’an dan Terjemahanya. Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV.
Kathoda, 2005). 11 Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis, h. 91-92.
25
12
Artinya: Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah SWT memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah SWT adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa: 58).
Untuk melaksanakan tugasnya, seorang mediator dapat melakukan dua
macam peran yaitu: peran pasif dan peran aktif. Kedua peran tersebut dapat
dilakukan atau diterapkan oleh seorang mediator tergantung pola kondisi saat itu,
apakah ia harus bersifat pasif atau aktif. Mediator bersifat pasif disebabkan
apabila para pihak yang bersengketa memiliki kepedulian yang tinggi dan lebih
aktif untuk menyelesaikan sengketanya yang mereka hadapi sehingga mediator
hanya berperan sebagai penengah dan mengarahkan penyelesaian sengketa serta
mengatur perundingan-perundingan, memimpin rapat dan sebagainya.
Mediator di harapkan bersifat aktif apabila para pihak bersikap pasif atau
menunggu dan sulit berkomunikasi. Dalam kondisi yang demikian, mediator
harus cepat tanggap dan mengambil inisiatif melakukan tindakan.
Christoper W. Moore menyebutkan ada tiga tipologi mediator yaitu;
mediator hubungan sosial, (social network mediator), mediator autoritatif
(authoritative mediator), mediator mandiri (independent mediator).13
12 Ibid., h. 91-9
26
Tipe mediator hubungan sosial sering kita temui dalam masyarakat
pedesaan, misalnya para pemuka adat, pemuka masyarakat dan alim ulama. Tipe
mediator autoratif adalah mediator yang bekerja di instansi pemerintah. Mediator
yang demikian sering kita temui dalam penyelesaian kasus-kasus tanah yaitu
antara pengusaha dan masyarakat pemilik tanah, yang menjadi mediator adalah
seorang atau tim yang bekerja di instansi Pemerintah atau Pengadilan.14
Mediator mandiri adalah mediator yang dianggap paling baik atau
profesional bila di bandingkan dengan dua tipe mediator diatas karena mediator
mandiri tidak memiliki hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan para pihak yang bersengketa. Pada umumnya orang-orang yang menjadi
mediator mandiri bersifat profesional. Dia akan melayani para pihak sepenuhnya
dengan menggunakan pendekatan sukarela dan tidak mempunyai sumber daya
untuk memantau pelaksanaan kesepakatan.
C. Konsep Keluarga Sakinah Menurut Islam
Mempunyai keluarga sakinah mawaddah wa rahmah adalah dambaan
setiap insan, baik yang akan maupun yang tengah membangun rumah tangga.
Faktanya menunjukan bahwa banyak orang yang merindukan rumah tangga
menjadi suatu yang teramat indah, bahagia, penuh dengan berkah. Namun, fakta
juga membuktikan tidak sedikit keluarga yang hari demi harinya hanyalah
13 Rachhmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, (Bandung: PT. Aditya
Bahkti, 2003). h. 94. 14 Ibid., h. 94.
27
perpindahan dari kecemasan, kegelisahan dan penderitaan. Bahkan tidak jarang
di akhiri dengan pertengkaran, perceraian dan juga penderitaan.
Ada ungkapan Rasulullah SAW “Baitii jannatii” rumahku adalah
surgaku, merupakan ungkapan tepat tentang bangunan rumah tangga/keluarga
ideal. Dimana dalam pembangunannya mesti dilandasi fondasi kokoh berupa
Iman, kelengkapan bangunan dengan Islam, dan pengisian ruang kehidupannya
dengan Ihsan, tanpa mengurangi kehirauan kepada tuntutan kebutuhan hidup
sebagaimana layaknya manusia tak lepas dari hajat keduniaan, baik yang bersifat
kebendaan maupun bukan.
Merindukan suatu keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah itu tidak
asal jadi, yang hanya bermodalkan cinta saja, tetapi dibutuhkan kesungguhan,
keyakinan, keberanian, serta dibutuhkan kerja keras dan kemauan yang kuat
untuk mewujudkannya.
Ada beberapa indikasi untuk menciptakan keluarga yang bahagia:15
Pertama, dengan menjadikan keluarga yang ahli ibadah, keluarga yang
ahli taat, keluarga yang menghiasi dirinya dengan dzikrullah dan keluarga yang
selalu rindu untuk mengutuhkan kemulian hidup di Dunia, terutama
mengutuhkan kemuliaan di hadapan Allah SWT kelak di Surga. Yang
menjadikan tempat berkumpulnya keluarga di Surga sebagai motivasi dalam
meningkatkan amal ibadah.
15 Suma, Muhammad Amin, Hukum Kelauarga Isalam di Dunia Islam, Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2004.
28
Kedua, menjadikan rumah tangga sebagai pusat ilmu. Pupuk iman
adalah Ilmu. Memiliki harta tapi kurang ilmu akan menjadikan kita di
perbudaknya. Harta di nafkahkan akan habis, iImu dinafkahkan tidak akan
habis dan akan berlimpah. Pastikan keluarga kita sungguh-sungguh mencari ilmu
baik ilmu tentang Dunia maupun Ilmu Akhirat, bekali anak sedari kecil dengan
ilmu dan jadilah orang tua yang senantiasa menjadi sumber ilmu bagi anak-
anaknya.
Ketiga, jadikan rumah sebagi pusat nasihat. Kita harus tahu persis
semakin hari semakin banyak yang harus kita lakukan, untuk itu kita butuh
orang lain agar bisa saling melengkapi kekurangan, guna memperbaiki kesalahan
kita. Apabilan sebuah rumah tanga mulai saling menasihati, maka keluarga
bagaikan cermin yang akan membuat anggota keluarganya berpenampilan lebih
baik dan lebih baik lagi. Karena tidak ada koreksi yang lebih baik daripada
koreksi dari keluarga.
Keempat, jadikan rumah sebagi pusat kemulian, pastikan keluarga kita
sebagai contoh bagi keluarga yang lain. Berbahagialah jika keluarga kita di
jadikan contoh teladan bagi keluarga lain. Itu berarti masing-masing anggota
keluarga senantiasa menuai pahala dari setiap orang yang berubah karena kita
sebagi jalan kebaikannya, saling berlomba-lombalah dalam memunculkan
kemulian dikeluarga agar terciptanya keluarga yang sakinah mawaddah wa
rahmah.
29
BAB III
POTRET KUA KEC. BEKASI BARAT DAN PA BEKASI
A. Potret KUA Kec. Bekasi Barat
1. Sejarah Dan Letak Geografis KUA Kec. Bekasi Barat
Kantor Urusan Agama Kec. Bekasi Barat Berdiri sejak Tahun 1985, di
Jalan Bintara Raya No. 14 Bekasi Barat, pada Tahun 1995 dilakukan renovasi
kembali sampai sekarang. Luas Tanah: 220 M2, Terdiri dari dari 1
bangunan/gedung 2 lantai.1
KUA Kec. Bekasi Barat terletak di jalan Bintara Raya No. 14 Bekasi
Barat, berada di sebelah utara kantor Kecamatan Bekasi Barat. Kecamatan
Bekasi Barat mempunyai wilayah 27 desa yang berbatasan dengan daerah lain :
Sebelah Utara : Kec. Bekasi Utara
Sebelah Selatan : Kec. Bekasi Selatan
Sebelah Timur : Kec. Bekasi Timur
Sebelah Barat : Kec. Bekasi Barat
Penduduk yang mendiami wilayah Kec. Bekasi Barat merupakan
penduduk yang heterogen. Hal tersebut dapat dilihat dari data statistik
1 Dokumen Kantor Urusan Agama Kec. Bekasi Barat.
30
kependudukan Kec. Bekasi Barat. Dengan jumlah penduduk sebanyak 60.420
jiwa dengan rincian pemeluk agama sebagai berikut:
1. Penduduk yang beragama Islam : 59.928
2. Penduduk yang beragama Kristen : 171
3. Penduduk yang beragama Katolik : 229
4. Penduduk yang beragama Buddha : 72
5. Penduduk yang beragama Hindu : 5
6. Penduduk yang beragama Konghucu : 15
Dari data di atas, Islam merupakan agama mayoritas yang dipeluk oleh
penduduk wilayah Kecamatan Kragan, sehingga hal ini akan berpengaruh
terhadap prosentase pelayanan pernikahan oleh Kantor Urusan Agama Kec.
Bekasi Barat.
2. Visi dan Msi
Adapun visi dalam pelayanannya adalah terwujudnya KUA Kec. Bekasi
Barat sebagai kantor pelayanan PRIMA2
2 Dokumen Kantor Urusan Agama Kec. Bekasi Barat.
31
P : Profesional dalam tugas
R : Ramah dalam pelayanan
I : Ikhlas dalam berkhidmah
M: MAksimal dalam bekerja
A : Amanah dalam mengemban tugas
Sedangkan misi pelayanan adalah sebagai berikut:3
1. Meningkatkan kualitas pelayanan nikah dan rujuk berbasis IPTEK
mewujudkan validitas data dan informasi dengan mudah, cepat dan akurat
2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia KUA yang handal dan
professional
3. Memberdayakan peran ulama dan penyuluh agama sebagai motivator dan
fasilitator dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama
4. Mengoptimalkan bimbingan masyarakat dalam mewujudkan keluarga
sakinah
5. Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perwakafan, zakat,
infaq dan shadaqah Kepegawaian Pegawai merupakan salah satu unsur
penting yang keberadaannya sangat vital dalam hal keberhasilan sebuah
program.
3 Dokumen Kantor Urusan Agama Kec. Bekasi Barat.
32
3. Struktur Organisasi4
Stuktur Organisasi Kantor Urusan Agama Kec. Bekasi Barat Tahun
2011-2015
Kepala KUA : H. Adum HM, S, Ag, MM.
Penyuluh Agama Islam : H. Samudih, S, Ag, MMpd.
: Hj. Suwarni, MMpd.
: Rohmat, S, Ag.
Pengawas/Pendais : Hj. Suwarni, MMpd.
: Rohmat, S, Ag.
Kordinator Tata Usaha : Ismetullah, S, Ag, MMpd.
a. Petugas Bendahara : Hj. Siti Inayatillah.
b. Petugas Umum : Sukinem.
Penghulu : H. Adum HM, S, Ag, MM.
: Jakaria, S, Ag.
: Ismetullah, S, Ag, MM.
Nikah dan Rujuk : Drs. H. Salim.
: Jakaria, S, Ag.
Pembinaan Perkawinan : Drs.Syarifuddin.
4 Dokumen Kantor Urusan Agama Kec. Bekasi Barat.
33
: H. Adum HM, S, Ag, MM.
Zakat, Wakaf dan Ibadah Sosial : Ismetullah, S, Ag, MM.
Kantor Urusan Agama/Balai Nikah Kec. Bekasi Barat
Gedung dibangun/rehab : 1983/1995.
Luas Tanah : 220 M2/Sertifikat.
Luas Bangunan : 168 M2/IMB ada.
Status Tanah : Milik Pemda Bekasi.
Hak atas Tanah : Hak Guna Pakai.
Terdiri dari 2 lantai
Gedung BP4 Kec. Bekasi Barat
Luas Tanah : 220 M2/Sertifikat.
Luas Bangunan : 168 M2/IMB ada.
Status Tanah : Milik Pemda Bekasi.
Hak atas Tanah : Hak Guna Pakai.
34
4. Tugas Dan Fungsi
Dalam melaksanakan sebagian tugas Departemen Agama dibidang urusan
Agama Islam yang berdasarkan KMA No. 517 Tahun 2001 tentang Penataan
Organisasi, maka KUA mempunyai tugas sebagai berikut: 5
1. Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi.
2. Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan,
pengetikan dan rumah tangga KUA.
3. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina
masjid, zakat, wakaf, baitul mall dan ibadah sosial, kependudukan dan
pengembangan dan pembinaan keluarga sakinah sesuai dengan kebijakan
yang ditetapkan oleh Dirjen Bimas dan Haji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu juga, KUA berfungsi mengerjakan tugas Direktorat Pendidikan
Agama Islam pada masyarakat dan Pemberdayaan Masjid., yang dahulunya
Subdirektorat Urusan Agama Islam, kini menjadi Direktorat tersendiri sejak
turunnya KMA No. 1 Tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi,
kewenangan, susunan organisasi dan tata kerja Departemen, bidang pembinaan
Zakat dan Wakaf serta pembinaan Masjid.
Dengan demikian sejak adanya KMA No.1 Tahun 2001 tersebut, maka
Kantor Urusan Agama selain melaksanakan tugas dari Direktorat Urusan Agama
Islam, juga melaksanakan tugas dari Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf
5 KMA No. 517 Tahun 201 Tentang Penataan Organisai KUA
35
dan Direktorat Pendidikan Agama Islam pada masyarakat dan Pemberdayaan
Masjid.
Disamping itu, berdasarkan pada pasal 17 KMA No.1 Tahun 2001,
walaupun ada dua subdirektorat kemudian menjadi Direktorat tersendiri.
Direktorat Urusan Agama Islam mendapatkan tugas dan fungsi baru yaitu
melaksanakan pengembangan jalinan kemitraan dan Ukhuwah Islamiyah,
melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dibidang pangan Halal. Kedua tugas
dan fungsi baru tersebut masing-masing menjadi Subdirektorat Pembinaan
Pangan Halal dan Subdirektorat Pengembangan Kemitaraan Umat. Namun,
kedua tugas dan fungsi baru ini belum menjadi tugas dan fungsi KUA
Oleh karena itu, fungsi KUA yang sesuai dengan peraturan yang ada
sampai saat ini adalah:
a. Pelayanan Administrasi Perkawinan dan Rujuk.
b. Pembinaan Perkawinan dan Keluarga Sakinah.
c. Pembinaan Kemasjidan.
d. Pembinaan Zakat, Wakaf, Ibadah Sosial dan Baitul Mall.
5. Kinerja Organisasi
Dalam suatu lembaga baik itu lembaga pemerintah ataupun lembaga
swasta dalam mencapai tujuan yang sesuai dengan visi dan misi dari lembaga itu
sendiri harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang digerakkan oleh
36
sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku (aktor) dalam upaya
mencapai tujuan dari lembaga atau organisasi yang bersangkutan.
Yang meliputi adanya pembagian kinerja dalam suatu lembaga atau
organisasi yang dimaksudkan agar kinerja dari organisasi tersebut dapat berjalan
dengan efektif. Pembagian kerja tersebut harus didasarkan atas kemampuan dan
kualitas yang dimiliki masing-masing individu. Hal ini diharapkan menjadikan
kinerja suatu lembaga atau organisasi dapat berjalan secara profesional dan
proposional. Pembagian kinerja harus didukung pula dengan adanya program
kerja yang telah disusun terlebih dahulu sehingga tidak ada kesulitan dalam
pelaksanaannya.
Program kerja suatu lembaga pemerintah seperti KUA harus sesuai
dengan fungsi dan tugas yang telah dibebankan oleh pemerintah kepada lembaga
atau organisasi itu sendiri.
Berdasarkan pada fungsi dan tugas yang telah dibebankan oleh
Departemen Agama yang menaungi KUA, maka disusunlah sebuah program
kerja yang berisikan tentang tugas pokok, tanggung jawab dan wewenang
masing-masing bagian6, meliputi:
1. Tugas Kepala KUA Kec. Bekasi Barat
a. Memimpin pelaksanaan tugas Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.
Bekasi Barat.
6 Dokumen Kantor Urusan Agama Kec. Bekasi Barat.
37
b. Melakukan perumusan dan penetapan visi dan misi, serta sasaran
program dan kegiatan KUA Kec. Bekasi Barat.
c. Membagi tugas, menggerakkan, mengarahkan, membimbing dan
mengkoordinasikan pelaksanaan tugas KUA Kec. Bekasi Barat.
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas
bawahan.
e. Melakukan pelayanan bimbingan dibidang pencatatan Nikah dan
Rujuk.
f. Melakukan pelayanan dan bimbingan dibidang pelaksanaan dan tugas
Kemasjidan, Zakat, Wakaf, Baitul Maal dan Ibadah Sosial.
g. Melakukan pelayanan dan bimbingan dibidang pengembangan keluarga
sakinah dan kependudukan.
h. Melakukan pelayanan dan bimbingan dibidang keagamaan,
menanggapi dan menyelesaikan persoalan yang muncul dibidang
pelaksanaan KUA.
i. Melakukan konsultasi atas pelaksanaan tugas Pengawasan Pendidikan
Agama Islam dan Penyuluhan Agama.
j. Melakukan tugas kerja sama lintas sektoral dengan instansi terkait
dibidang KUA.
k. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan
l. Melaporkan proses dan hasil pelaksanaan kerja.
2. Tugas dan Fungsi Kepala Seksi Tata Usaha KUA Kec. Bekasi Barat
38
a. Menerima dan mengagendakan surat masuk, surat keluar dan
mengarsipkannya.
b. Membuat investasi barang milik KUA.
c. Membuat laporan bulanan.
d. Membuat statistik KUA Kec. Bekasi Barat.
3. Tugas dan Fungsi Kepala Seksi Administrasi Nikah dan Rujuk KUA Kec.
Bekasi Barat
a. Mengadakan pembinaan pelayanan Nikah dan Rujuk.
b. Menyelenggarakan administrasi Nikah dan Rujuk.
c. Mencatat dan mengatur pencatatan Nikah dan Rujuk.
d. Menagatur jadwal pelayanan Nikah dan Rujuk.
e. Sebagai Wali Hakim.
4. Tugas dan Fungsi Kepala Seksi Administrasi Zakat dan Maal KUA Kec.
Bekasi Barat
a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui jamaah Masjid.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui jamaah Majlis
Ta’lim di Kec. Bekasi Barat.
c. Memberikan penyuluhan melalui guru Agama SD, MI, MTS, dan MA.
d. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui ibu-ibu PKK se
Kec. Bekasi Barat.
e. Memberikan penyuluhan kepada mayarakat melalui kegiatan Dharma
Wanita.
39
f. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui Pembinaan
Personil.
5. Tugas dan Fungsi Kepala Seksi Administrasi Wakaf KUA Kec. Bekasi
Barat
a. Memberikan penyuluhan tentang penataan perwakafan.
b. Mengintensifkan inventaris tanah dan Wakaf/bangunan, Wakaf dan
wewenang serta hak-hak Wakaf.
c. Menyelesaikan pengesahan Nadzir Wakaf tanah milik.
6. Tugas dan Fungsi Kepala Seksi Penyuluhan Agama KUA Kec. Bekasi
Barat.
a. Memberikan penerangan atau penyuluhan Agama Islam melalui
lembaga Keagamaan atau organisasi kemasyarakatan seperti Majlis
Ta’lim.
7. Tugas dan Fungsi Kepala Seksi Ibadah Sosial KUA Kec. Bekasi Barat
a. Menata sistem pendataan dan kearsipan Masjid dan Mushola.
b. Mengadakan status Masjid dan Mushola.
c. Memberikan rekomendasi kepada Masjid yang menerima bantuan.
d. Menyelesaikan kasus-kasus tempat Ibadah, pengawasan dan bimbingan
dan menentukan arah kiblat Masjid dan Mushola.
40
B. Potret PA Bekasi
1. Sejarah Dan Letak Geografis PA Bekasi17
Pengadilan Agama Bekasi sesuai dengan tugas dan kewenangannya yaitu
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di
tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan,
warisan dan wasiat, wakaf, zakat, infak, hibah, shodaqoh dan ekonomi syari’ah
dan tugas dan kewenangan lain yang diberikan oleh atau berdasarkan Undang-
undang.
Sebagai salah satu lembaga yang melaksanakan amanat Undang-Undang
No. 4 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, dalam
melaksanakan tugasnya guna menegakkan hukum dan keadilan harus memenuhi
harapan dari para pencari keadilan yang selalu menghendaki peradilan yang
sederhana, cepat, tepat, dan biaya ringan, hal mana Pengadilan Agama Bekasi
sebagai pelaksana Visi dan Misi Mahkamah Agung RI yang menjabarkan oleh
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, yaitu: Visi “Terwujudnya putusan
yang adil dan berwibawa, sehingga kehidupan masyarakat menjadi tenang,
tertib dan damai di bawah lindungan Allah SWT” dan Misi : “Menerima,
memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan oleh
umat Islam. Indonesia di bidang perkawinan, warisan dan wasiat, wakaf, zakat,
infak, hibah, shodaqoh dan ekonomi syari’ah, secara cepat, sederhana dan
biaya ringan”.
7 http://www.pa-bekasi.go.id/profil-pa di akses pada tanggal 14 April 2011.
41
Institusi Pengadilan agama Bekasi terbentuk pada tahun 1950 yang
berkantor di Jl. Is. Sirait Kampung Melayu Jatinegara dengan ketua Rd. H. Abu
Bakar kemudian terjadi pemekaran yaitu terbentuk Kabupaten Bekasi juga
wilayah hukumnya di pindah ke Kabupaten Bekasi. Seiring waktu wilayah
Walikotamadya Dati II Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 9
tahun 1996 tanggal 19 Desember 1996 yang sebelumnya merupakan bagian dari
Kabupaten Bekasi, pada tahun 1998 berdasarkan KEPRES No. 145 tahun 1998di
bentuk Pengadilan Agama Kabupaten Bekasi yang dikenal Pengadilan Agama
Cikarang sebagai konsekuensi atas pembentukan Walikotamadya tersebut,
dimana wilayah hukum Pengadilan Agama Bekasi yang semula meliputi
Kabupaten dan Kotamadya sejak diresmikannya Pengadilan Agama Cikarang
hanya meliputi wilayah Kotamadya Bekasi saja. Gedung Pengadilan Agama
Bekasi saat ini terletak di Jl. Ahmad Yani No. 10 Bekasi Telp. (021) 8841880
Kode Pos 17141 dengan Letak Geografis Posisi antara 106°55' - Bujur Timur
dan antara 6°7 - 6° 15' Lintang Selatan dengan memiliki markaz Kiblat 64° 51'
29° 87'' dari Utara ke Barat atau 25° 08' 30 13'' dari Barat ke Utara. Kota Bekasi
memiliki area seluas ± 16.175.21 HA dengan batas-batas :
1. Sebelah Barat dengan Wilayah DKI Jakarta.
2. Sebelah Utara dengan Kec. Tarumajaya dan Babelan.
3. Sebelah Timur dengan Kec. Tambun dan Setu.
4. Sebelah Selatan dengan Wilayah Kab. Bogor.
42
2. Visi Dan Misi28
Visi : “ Adalah berusaha menciptakan dan menghadirkan Pengadilan
Agama Bekasi sebagai salah satu Judicial Power dalam melaksanakan tugas
pokok dan kewenangannya sebagai Peradilan Negara yang sejajar dengan
Peradilan lainnya serta bermartabat dan dihormati demi tegasnya hukum dan
keadilan, ketertiban dan kepastian hukum ditengah masyarakat yang religius
menuju terlaksananya Syari’at Islam yang efektif.”
Misi : “ adalah optimalisasi peran, kedudukan dan kewenangan
Pengadilan Agama sebagai lembaga Peradilan resmi agar lebih mampu dalam
memberikan pelayanan hukum dan keadilan terhadap masyarakat melalui
putusan yang mencitrakan asas keadilan, kepastian hukum dan manfaat.
Menghadirkan Pengadilan Agama sebagai Institusi Negara yang keberadaannya
diterima sebagai milik masyarakat melalui pelayanan hukum aparatur yang
berkualitas dalam penyelenggaran Peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
ringan dan meningkatkan pemahaman kepada masyarakat fungsi dan tugas
Pengadilan Agama sebagai salah satunya lembaga resmi dalam penyelesaian
sengketa antara ummat Islam terutama dalam hal kasus rumah tangga sehingga
masyarakat terhindar dari upaya proses penyelesaian perceraian secara dibawah
tangan.”
8 http://www.pa-bekasi.go.id/profil-pa, di akses pada tanggal 14 april 2011.
43
3. Struktur Organisasi9
Stuktur Organisasi Pengadilan Agama Bekasi Tahun 2011-2015
Ketua : Drs. H. Masyhudi HS, SH, MH.
Wakil Ketua : Drs. H. Haeruman, SH.
Hakim : Drs. Ismet Ilyas.
: Drs. Jajat Sudrajat, SH, MH.
: Drs. M. Danil, MH.
: Drs. Humaidi Yusuf, SH, MH.
: Dra. Hj. Nurwathon, SH, MH.
: Dra. Hj. Siti Sabihah, SH, MH.
: Dra. Hj. Ade Marinah, SH, MH.
: Khalid Gailea, SH.
: DR. M. Amin Muslich AZ, SH, MH.
: Drs. Amri, SH.
: Hj. Asmawati, SH.
Kepaniteraan/Kesekretariatan : Drs. Mahbub.
Wakil Panitera : Endoy Rohana, SH.
a. Panmud Pemohon : Adam Iskandar, S, Ag.
b. Panmud Gugatan : Maman Suherman, S, Ag.
c. Panmud Hukum : enjang Zaenal Hasan, SH.
9 Subbag Umum Pengadilan Agama Bekasi
44
Wakil Sekretariat : Midjan, SH.
a. Kaur Kepegawaian : A. Syamsori S, S, Ag.
b. Kaur Keuangan : Suprianto, SE.
c. Kaur Umum :
Gambar 3.1
Struktur organisasi Pengadilan Agama Bekasi
Sumber: Subbag Umum Pengadilan Agama Bekasi
HAKIM-HAKIM
KEPANITERAAN/KESEKRETARIATAN
WAKIL PANITERA WAKIL SEKRETARIAT
PANMUD PERMOHONAN
PANMUD HUKUM
PANMUD GUGATAN
KAJUR KEPEGAWAI
AN
KAJUR UMUM
KAJUR KEUANGAN
KETUA
WAKIL KETUA
45
4. Daftar Jumlah Pejabat10
1. Daftar Jumlah Hakim Pengadilan Agama Bekasi
Jumlah Hakim Pengadilan Agama Bekasi yang telah memutus semua
perkara yang masuk pada Pengadilan Agama Bekasi dari tahun 2009-2011
yaitu sebanyak 15 (lima belas) hakim yang terdiri dari ketua, wakil, hakim
pratama utama serta hakim madya pratama.
2. Daftar Jumlah Pegawai Pengadilan Agama Bekasi
Jumlah pegawai Pengadilan Agama Bekasi dari tahun 2009-2011
yaitu sebanyak 27 pegawai yang terdiri dari Panitera / Sekretaris, Panitera
Muda Permohonan, Panitera Muda Gugatan, Panitera Muda Hukum, Kepala
Sub Bagian Kepegawaian, Kepala Sub Bagian Keuangan, Panitera
Pengganti.
5. Wilayah Yuridiksi11
Beberapa wilayah yang masuk ke dalam wilayah Yuridiksi Pengadilan
Agama Bekasi adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan Pondok Gede.
2. Kecamatan Jati Sampurna.
3. Kecamatan Pondok Melati.
4. Kecamatan Jati Asih.
10 Subbag Kepegawaian Pengadilan Agama Bekasi 11 http://www.pa-bekasi.go.id/profil-pa , di akses pada tanggal 14 April 2011.
46
5. Kecamatan Bantar Gebang.
6. Kecamatan Mustika Jaya.
7. Kecamatan Bekasi Timur.
8. Kecamatan Rawa Lumbu.
9. Kecamatan Bekasi Selatan.
10. Kecamatan Bekasi Barat.
11. Kecamatan Medan Satria.
12. Kecamatan Bekasi Utara.
47
BAB IV
KINERJA DAN KEBERHASILAN BP4 DAN TIM MEDIATOR DALAM
MEMBINA KELUARGA SAKINAH
A. Pelaksanaan Fungsi Kepenasihatan
Cita-cita untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah
sebagaimana disebut dalam KHI atau untuk mewujudkan keluarga yang kekal
dan bahagia sebagaimana disebutkan dalam undang-undang perkawinan No. 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan merupakan dambaan setiap orang. Namun,
untuk menuju kearah tujuan mulia tersebut bukanlah hal yang mudah untuk
dicapai, karena dalam menjalani kehidupan perkawinan banyak sekali rintangan
yang bisa berujung pada perselisihan yang akhirnya dapat menghapuskan
gambaran cita-cita yang di inginkan tersebut.
Berdasarkan Peraturan Mentri Agama No. 3 Tahun 1975 Pasal 28 ayat
(3) menyebutkan bahwa “Pengadilan Agama dalam berusaha mendamaikan
kedua belah pihak dapat meminta bantuan kepada Badan Penasihat Perkawinan,
Perselisihan dan Perceraian (BP4) agar menasehati kedua suami istri tersebut
untuk hidup makmur lagi dalam rumah tangga”.
Atas dasar inilah maka dibentuklah badan penasihatan, pembinaan dan
pelestarian perkawinan (BP4) yang bertujuan untuk memberikan bekal
48
pengetahuan tentang seluk-beluk pernikahan dan segala permasalahannya, serta
bertujuan untuk menjadi wadah bagi tempat meminta nasihat, bimbingan dan
mediasi bagi pasangan yang memerlukan konseling perkawinan. Dalam
mewujudkan tujuan mulia tersebut BP4 Kec. Bekasi Barat melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:1
1. Menyelenggarakan penasihatan pada catin (calon pengantin) ketika
mereka melakukan pendaftaran kehendak nikah di KUA atau dalam masa
tenggang 10 hari sebelum pernikahan. Ini dimaksudkan agar mereka
betul-betul mempunyai kesiapan, pemahaman tentang perkawinan
beserta kewajiban dan tanggung jawab yang melekat sebagai suami istri.
Disamping itu juga diberikan pengertian tentang segala permasalahan
yang kerap kali timbul dalam sebuah perkawinan.
2. Senantiasa membuka kesempatan kepada siapa saja untuk berkonsultasi
tentang bunga rampai dan permasalahan perkawinan atau konsultasi dan
penasehatan ketika terjadi konflik dalam rumah tangga.
3. Senantiasa meningkatkan kemampuan dan profesionalisme bagi korps
penasehat dalam mengidentifikasi, memberikan layanan konsultasi dan
bimbingan serta penasihatan sekaligus kemampuan mencari
solusi/pemecahan masalah pernikahan.
4. Pembenahan administrasi pernikahan.
1 Wawancara pribadi dengan Drs. Syarifuddin. Ketua BP4 KUA Kec. Bekasi Barat. Pada
Tanggal 13 Mei 2011.
49
5. Menunjuk dan membina Desa binaan keluarga sakinah dengan
membentuk satgas desa binaan keluarga sakinah dan kader motivator
keluarga sakinah.
Namun, faktanya langkah-langkah tersebut sampai saat ini tidak berjalan
sebagai mana seharusnya, dikarenakan kurangnya sosialisasi dan perhatian
kepada masyarakat khususnya kepada calon pasangan yang ingin menikah
tentang adanya lembaga BP4 di KUA Kecamatan sebagai lembaga mediasi dan
lembaga penasihatan, pembinaan dan pelestarian perkawinan. Hal ini
menyebabkan tingkat perceraian di PA Bekasi meningkat.
B. Konsep Mediasi Pengadilan Agama dan BP4
Apa yang sedang dilakukan oleh Mahkamah Agung selama ini, sangat
terkait dengan visi dan misi BP4. Dari namanya saja BP4 itu adalah Badan
Penasihatan Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian, dan sekarang menjadi
Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan. Oleh karena itu,
BP4 kini sudah secara terbuka diberi kesempatan oleh PERMA No. 3 Tahun
1975 pasal 28 ayat (3) untuk dapat ikut berkiprah dalam melakukan upaya
perdamaian dalam sistem penyelesaian perkara di Pengadilan melalu mediasi.
Keikut sertaan tersebut dapat ditempuh melalui hal-hal sebagai berikut:
1. Mempersiapkan tenaga-tenaga BP4 untuk ikut diklat mediator yang
diselenggarakan oleh lembaga diklat yang sudah terakreditasi oleh MA.
50
2. Mendaftarkan nama-nama mediator, yang sudah mengikuti pendidikan
dan mendapatkan sertifikat, kepada Pengadilan Agama.
3. Sementara itu, secara simultan, mempersiapkan juga organisasi BP4
menjadi lembaga yang dapat menyelenggarakan diklat mediator
tersendiri.
Penulis yakin, BP4 akan mampu menyiapkan mediator-mediator handal
melebihi mediator-mediator lainnya. BP4 juga akan mampu berfungsi sebagai
lembaga penyelenggara diklat mediator dan diklat trainer of training dibidang
mediator yang terakreditasi dan berwenang mengeluarkan sertifikat. Keyakinan
penulis didasarkan kepada beberapa hal:
Pertama, visi dan misi BP4 sangat sesuai dengan esensi yang ingin
dicapai oleh proses mediasi.
Kedua, BP4 sudah mempunyai jam terbang yang sangat panjang dalam
hal pemberian konsultasi, penasihatan dan pendamaian. Fungsi-fungsi dari
Family Consultant, Family Relationship Center, dan lembaga-lembaga sejenis
lainnya yang ada di Australia atau Negara-negara lainnya, telah sejak lama
dipunyai dan dilaksanakan oleh BP4.
Ketiga, tokoh-tokoh BP4 adalah tokoh-tokoh agama dan tokoh
masyarakat lainnya yang sudah sangat dikenal bahkan ditaati oleh masyarakat.
Keadaan ini akan mempermudah keberhasilan proses perdamaian. Semestinya,
kemungkinan keberhasilan perdamaian yang difasilitasi oleh mediator BP4 akan
lebih besar dari keberhasilan yang dilakukan oleh mediator lainya.
51
Keempat, organisasi BP4 sudah berdiri sejak lama dan mempunyai
jaringan sampai Kecamatan serta sudah sangat berpengalaman dalam
menyelenggarakan kursus-kursus dan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan
pembiaan keluarga sakinah. Penetapan BP4 sebagai lembaga yang terakreditasi
dalam menyelenggarakan diklat mediator, secara teoritis hanya tinggal
formalitasnya saja.
Namun, untuk meningkatkan peran BP4 dalam upaya perdamaian bagi
perkara-perkara yang ditangani PA. ada beberapa hal yang perlu mendapatkan
perhatian dari para tokoh BP4:
Pertama, perlu menambah tokoh-tokoh yang ahli atau melakukan
peningkatan wawasan dan pemahaman dibidang psikologi keluarga dan hukum
positif yang berkaitan dengan kewenangan PA.
Kedua, perlu kerjasama dengan Departemen Agama atau pihak lainnya
dalam memperoleh dana operasional. Mediasi yang dilakukan oleh mediator
bukan Hakim akan menambah beban biaya bagi para pihak. Hakim akan lebih
cenderung dipilih sebagai mediator dari pada yang bukan Hakim, dengan alasan
bahwa Hakim yang bertindak sebagai mediator tidak dibenarkan menerima
imbalan sebagai mediator. Perlu diupayakan agar para pihak yang menggunakan
mediator dari BP4 dibebaskan dari biaya jasa.
Ketiga, perlu pembenahan organisasi, sehingga BP4 dapat ditunjuk
sebagai lembaga penyelenggara diklat terakreditasi dan dapat memberikan
sertifikat mediator.
52
Sambil menunggu tindak lanjut dari Mahkamah Agung atas
ditetapkannya PERMA, pihak BP4 dapat mempersiapkan diri, melakukan
konsultasi kepada Mahkamah Agung dan melakukan upaya-upaya lainnya agar
anggota BP4 dapat bertindak sebagai mediator dan BP4 dapat ditunjuk sebagai
lembaga yang dapat menyelenggarakan diklat dan memberikan sertifikat
mediator.
C. Kendala dan Solusi BP4 dalam Membina Keluarga Sakinah
Di era reformasi sekarang ini peran BP4 sangat diperlukan untuk
menciptakan iklim yang kondusif dalam upaya keluarga sakinah mawaddah wa
rahmah. Untuk melaksanakan misi tersebut BP4 berupaya memberikan
pelayanan langsung kepada masyarakat berupa penasihatan, pembinaan,
pelestarian, mediasi dan advokasi perkawinan serta memberikan dorongan
kepada segenap tokoh masyarakat, ormas Islam, Konselor dan Penasihatan
Perkawinan untuk lebih pro aktif memberikan bimbingan dan penyuluhan
tentang pentingnya eksistensi keluarga yang bahagia kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.2
Kurangnya kerja sama antara BP4 dengan Pengadilan menjadi hambatan
bagi BP4 dalam menjalankan tugas-tugasnya. Seharusnya Pengadilan Agama
sebelum memeriksa kasus perceraian memerintahkan kepada pasangan yang
hendak bercerai untuk melakukan mediasi di BP4. Tetapi hal ini terbentur oleh
2 Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 46.
53
PERMA No. 1 Tahun 2008 yang memerintahkan Hakim untuk menempuh jalur
mediasi dahulu sebelum diajukan ke meja persidangan.3 Hakim langsung
menjadi mediator terhadap masalah tersebut.
Selain itu, tidak maksimalnya kinerja dari BP4 untuk menanggulangi
tingginya angka perceraian di Kec. Bekasi Barat dikarenakan tidak adanya dana
khusus dari pemerintah untuk BP4, masih kurangnya sumber daya manusia dari
pengurus BP4 serta kurangnya sosialisi kepada masyarakat tentang lembaga BP4
di tengah-tengah masyarakat.4
Di Kec. Bekasi Barat peranan BP4 sangat kurang sekali, karena
minimnya pengetahuan masyarakat terhadap BP4 dan kurangnya sosialisasi,
sehingga masyarakat kurang mengetahui fungsi dari BP4 itu sendiri. Sebagian
besar masyarakat hanya mengetahui KUA adalah sebatas tempat orang menikah
saja dan Pengadilan Agama adalah tempat orang bercerai.5
Kalau berbicara dalam tataran idealnya tugas BP4 juga harus
memberikan nasihat bagi pasangan suami istri yang ingin bercerai, sehingga
tingkat perceraian bisa diminimalisir. Akibat kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang tugas-tugas pokok dari BP4, maka pasangan yang akan melakukan
3 Wawancara pribadi dengan Drs. Jajat Sudrajat SH., MH. Hakim PA Bekasi. Pada Tanggal 13
Mei 2011. 4 Wawancara pribadi dengan Drs. Syarifuddin. Ketua BP4 KUA Kec. Bekasi Barat. Pada
Tanggal 13 Mei 2011.
5 Ibid.
54
perceraian langsung ke Pengadilan Agama atau ke orang tua/tokoh masyarakat
untuk menyelesaikan masalah keluarga mereka, oleh sebab itu BP4 kurang
berfungsi.6
Selama menjabat sebagai Ketua BP4 Kec. Bekasi Barat, Drs. Syarifuddin
hanya menerima 4 Pasangan suami istri yang ingin melakukan perceraian, yang
mana hanya 1 pasangan saja yang gagal bercerai, selainnya diteruskan ke
Pengadilan Agama.7
Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap BP4 dapat mengakibatkan
perceraian yang akan terjadi, oleh karena itu orang tua dan tokoh masyarakat
sangat berperan penting dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ada
ditengah masyarakat. Bagi calon pengantin yang ingin menikah secara resmi,
mereka mengetahui peranan BP4. Tetapi dikarenakan banyaknya pernikahan
yang tidak melalui lembaga Negara yang resmi maka mereka tidak mengetahui
peranan BP4.
Selain itu, kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap BP4 dikarekan
tidak adanya bantuan dari pemerintah, sosialisasi mengenai BP4 ke masyarakat
hanya melalui ceramah-ceramah agama. Dukungan dari pemerintah hanya ada
ketika melaksanakan nikah massal, dan hal ini sangat jarang sekali dilakukan.
Hambatan-hambatan lainnya yakni kurangnya sumber daya manusia di BP4.
6 Ibid. 7 Ibid.
55
Walaupun ditengah keterbatasan yang ada, keberadaan BP4 harus tetap
dipertahankan dan difungsikan kembali dengan tujuan awalnya. Salah satu
upayanya ialah dengan meningkatkan kesejahteraan anggota BP4 serta
meningkatkan sumber daya manusianya,8 yakni dengan menempatkan orang-
orang yang mempunyai keahlian seperti ahli psikologi dan ahli konseling, ahli
keuangan, sehingga hasil konsultasi dengan BP4 bisa memuaskan pihak-pihak
yang berkonsultasi.
Setiap kasus yang masuk ke Pengadilan Agama tidak dianjurkan oleh
Hakim untuk menyelesaikan ke BP4 melainkan mereka meminta agar kasus
perceraian tersebut terlebih dahulu diselesaikan secara mediasi di dalam atau di
luar Pengadilan. Karena tidak adanya mediator yang bersertifikat di KUA Bekasi
Barat, maka Hakim Pengadilan Agama yang berperan sebagai mediator di luar
persidangan.9 Karena Pengadilan Agama berpegang teguh pada Perma No.1
Tahun 2008 tentang mediasi.
Dalam tataran konsepnya upaya-upaya yang harus dilakukan BP4 untuk
mengurangi perceraian adalah dengan memanggil pihak-pihak yang terkait di
dalam perceraian, lalu memberikan nasihat-nasihat agar tidak terjadi
8 Ibid. 9 Wawancara pribadi dengan Drs. Jajat Sudrajat SH., MH. Hakim PA Bekasi. Pada Tanggal 13
Mei 2011
56
perceraian.10 Kemudian melakukan penyuluhan setiap ada kesempatan kepada
masyarakat bahwa perceraian itu dibenci oleh Allah SWT, mempersiapkan
pasangan yang akan melakukan pernikahan yaitu memberi nasihat-nasihat,
supaya rumah tangga mereka tidak gagal ditengah jalan atau bercerai dengan
bimbingan kursus pengantin (suscatin) baik dari segi agama, adat istiadat yang
berkembang dimasyarakat maupun Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
Lemahnya peranan lembaga BP4 ditengah-tengah masyarakat harus
mendapatkan perhatian yang serius dari Pemerintah. Diperlukan upaya-upaya
tertentu agar peranan BP4 bisa efektif ditengah masyarakat, sehingga tingkat
perceraian bisa dikurangi dan semua permasalahan keluarga bisa dikonsultasikan
untuk dicarikan jalan keluar dengan cara-cara yang baik.
Dari pendahuluan dan beberapa kasus tersebut peran BP4 belum optimal
dan tindak lanjut dari penyelesaian kasus belum dapat diselesaikan secara baik.
Disarankan kepada pasangan yang berselisih untuk lebih memahami ilmu
agama, ilmu munakahat, ilmu kesehatan, ilmu ekonomi dan ilmu psikologi agar
membina kembali keutuhan rumah tangga dengan saling mengerti dan
memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing pasangan.
10 Wawancara pribadi dengan Drs. Syarifuddin Ketua BP4 KUA Kec. Bekasi Barat. Pada
Tanggal 13 Mei 2011.
57
Kepada BP4 disarankan untuk lebih meningkatkan pelayanannya kepada
masyarakat, mengadakan sosialisasi, mendata para penduduk yang menikah agar
suatu saat nanti bias diambil antisipasi tentang usia pernikahan selanjut. Kepada
Kepala Kantor Departemen Agama agar membina, mengawasi kinerja BP4
supaya lebih optimal dalam menjalankan tugas pokoknya dalam menyelesaikan
perselisihan perkawinan dan memberikan angaran yang semestinya demi
suksesnya program BP4.
Salah satu tujuan dibentuknya BP4 adalah untuk membentuk keluarga
sakinah mawaddah warahmah, sehingga terciptanya masyarakat madani yang
akan membawa Indonesia pada sebuah peradaban. Fungsi dan tugas BP4 tetap
konsisten melaksanakan UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan
Perundang lainnya tentang Perkawinan, oleh karenanya fungsi dan peranan BP4
sangat diperlukan masyarakat dalam mewujudkan kualitas perkawinan. Namun,
apabila banyak keluarga yang pecah akibat perceraian maka akan berdampak
besar bagi perkembangan anak dan keluarga disekitarnya.
Tingginya tingkat perceraian di Kota Bekasi menjadi tanda bahwa tidak
terealisasinya tujuan dari UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Bagi
Pengadilan Agama diharapkan agar menjalin hubungan dengan KAU di wilayah
Kecamatan. Dahulu mememang KUA dan PA dalam satu kesatuan di bawah
payung Departement Agama. Namun, sekarang sudah terpisah berada di bawah
kekuasaan Mahkamah Agung, meskipun terpisah bukan berarti tidak bisa bersatu
58
lagi. Oleh karena itu, hendaknya antara KUA dan PA saling membantu demi
menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah dan Indonesia yang
adil, sejahtera materil, spirituil dan bahagia dikemudian hari.
Apabila ditinjau dari pendapat Lawrence Meir Friedman, hukum
memiliki tiga aspek agar bisa berjalan dengan baik ditengah-tengah
masyarakat,11 yakni:
1. Structure (tatanan kelembagaan dan kinerja lembaga)
2. Substance (materi hukum)
3. Legal Culture (budaya hukum)
Apabila dianalisa menggunakan teori Lawrence Meir Freidmen,
tingginya tingkat perceraian di Kec. Bekasi Barat permasalahannya terletak pada
Structure (tatanan kelembagaan dan kinerja lembaga) serta Legal Culture
(budaya hukum).
D. Peran BP4 dan Tim Mediator
Sejak BP4 dibentuk pada tanggal 3 Januari 1960 dan dikukuhkan oleh
Keputusan Menteri Agama Nomor 85 tahun 1961, diakui bahwa BP4 adalah
satu-satunya Badan yang berusaha dibidang Penasihatan Perkawinan dan
11 Lawrence Meir Friedmen, American Law: An Introduction (New York: W.W Norton and
Company, 1984) yang mana penulis kutip dari ceramah pengukuhan guru besar Sayta Arinanto, Politik Pembangunan Hukum Nasional Dalam Era Pasca Reformasi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
59
Pengurangan Perceraian untuk meningkatkan kualitas perkawinan menurut
ajaran Islam. Maka diperlukan bimbingan dan penasihatan perkawinan secara
terus-menerus dan konsisten agar dapat mewujudkan rumah tangga/keluarga
yang sakinah mawaddah wa rahmah. Fungsi dan Tugas BP4 tetap konsisten
melaksanakan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan
Peraturan Perundang lainnya tentang Perkawinan, oleh karenanya fungsi dan
peranan BP4 sangat diperlukan masyarakat dalam mewujudkan kualitas
perkawinan.12
Sejalan dengan Peraturan Mentri Agama No. 3 Tahun 1975 Pasal 28 ayat
(3) menyebutkan bahwa “Pengadilan Agama dalam berusaha mendamaikan
kedua belah pihak dapat meminta bantuan kepada Badan Penasihat Perkawinan,
Perselisihan dan Perceraian (BP4) agar menasihati kedua suami istri tersebut
untuk hidup makmur lagi dalam rumah tangga”.
Mediator adalah pihak yang bersifat netral dan tidak memihak, yang
berfungsi membantu para pihak dalam mencari berbagai kemungkinan
penyelesaian sengketa.13 Sebagai pihak ketiga yang netral, independent, tidak
memihak, ahli dibidang yang disengketakan. Hal ini sejalan dengan firman Allah
QS. An-Nisa ayat 58:
12 Muqaddimah Anggaran Dasar BP4 yang merupakan Hasil Munas BP4 ke XIV, 2009. 13 Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2003, tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
60
14…..
Artinya: Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. (QS. An-Nisa: 58).
Ajaran Islam memerintahkan agar penyelesaian setiap perselisihan yang
terjadi diantara manusia sebaiknya diselesaikan dengan jalan perdamian, Allah
SWT berfirman dalam QS. An-Nisa Ayat 35:
15
Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam (juru damai) dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. An-Nisa: 35)
Keadilan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang umunya
diakui semua tempat di Dunia ini. Apabila keadilan tersebut dikukuhkan
kedalam sebuah institusi yang bernama hukum, maka hukum itu harus mampu
menjadi saluran agar keadilan dapat ditegakkan secara utuh kedalam masyarakat.
Dalam hal ini tugas Hakim yang paling berat adalah menjawab kebutuhan
manusia akan keadilan tersebut selain melakukan pendekatan kedua belah pihak
14 Al-Qur’an dan Terjemahanya. Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Kathoda, 2005).
15 Ibid.
61
untuk merumuskan sendiri apa yang mereka kehendaki dan upaya ini dilakukan
pada tahapan perdamaian.16
Dalam hukum Islam perdamain disebut dengan istilah Islah, menurut
bahasa adalah memutuskan suatu persengketaan, sedangkan menurut syara’
adalah suatu akad dengan maksud untuk mengakhiri suatu persengketaan antara
dua pihak yang saling bersengketa.17
Dasar hukum perdamai sebagaiman firman Allah SWT dalam QS. Al-
Hujurat ayat 10 dan surat Al–Baqarah ayat 224:
18
Artinya: Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat: 10)
19
Artinya: Jangahlah kamu jadikan (nama) Allah SWT dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan mengadakan ishlah di antara manusia dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al–Baqarah: 224)
16 Lailatul Arofah “Perdamaian dan bentuk lembaga damai di Pengadilan Agama sebuah
Tawaran Alternatif” Mimbar Hukum, No. 63, h. 43. 17 As Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz III, (Beirut: Dar Al Fikr, 1997), h. 305. 18 Al-Qur’an dan Terjemahanya. Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV.
Kathoda, 2005). 19 Ibid.
62
Dan dalam Hadis syarat utama untuk sahnya suatu perjanjian perdamaian
adalah bahwa perjanjian itu adalah boleh dan dianjurkan untuk kebaikan dan
keutuhan persaudaraan sesama muslim asalkan tidak untuk menghalalkan yang
haram dan sebaliknya mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah SWT dan
Rasul Nya, sebagaiman sabda Nabi SAW:
الصلح جا ئز بین المسلمین اال صلحا حرم حال ال او احل حرا ما و ا لمسلمون على شر و طھم اال شر طا 20حرم حال ال او احل حر ما
Islah bertujuan untuk mencegah suatu perselisihan dan memutuskan
suatu pertentangan dan pertikaian. Pertentangan apabila terjadi berkepanjangan
akan mendatangkan kehancuran, untuk itu Islah mencegah hal-hal yang
menyebabkan kehancuran dan menghilangkan hal-hal yang membangkitkan
fitnah, pertentangan dan yang menimbulkan sebab-sebab serta menguatkannya
adalah persatuan dan persetujuan, hal itu merupakan suatu kebaikan yang
dianjurkan oleh syara.21
Mediator ditunjuk oleh para pihak (secara langsung maupun melalui
lembaga mediasi), dan berkewajiban untuk melaksanakan tugas dan fungsinya
berdasarkan pada kehendak dan kemauan para pihak. Walaupun demikian, ada
20 Muhammad Abd ar Rahman Tuhfah al Ahwazi (Bi Syarh Jami At Tirmizi) (t.t.p; Dar al
Fikr, t.t.) IV : 486 Hadits nomor 1352 “Kitab Al Ahka.” Bab Ma Zukira an Rasulullah Salallahu Alaih wa Salam fi Sulh Bain an Nas. Hadits ini hasa n sahih diriwayatkan dari Katsir bin Abdillah bin umar bin auf Al muzniy dari ayahnya dari kakeknya.
21 Alaudin at Tharablis, Muin Al Hukam: Fi ma yataraddadu baina al hamsanaini mi al
ahkami, (Beirut: Dar al Fikr), h. 123.
63
suatu pola umum yang dapat diikuti pada umumnya dijalankan oleh mediator
dalam rangka penyelesaian sengketa para pihak. Sebagai suatu pihak di luar
perkara, yang tidak memiliki kewenangan memaksa, mediator berkewajiban
untuk bertemu atau mempertemukan para pihak yang bersengketa guna mencari
masukan mengenai pokok persoalan yang dipersengketakan oleh para pihak.
Berdasarkan pada informasi yang diperoleh, baru kemudian mediator dapat
menentukan duduk perkara, kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pihak
yang bersengketa, dan selanjutnya mencoba menyusun proposal penyelesaian,
yang kemudian dikomunikasikan kepada para pihak secara langsung.
Seorang mediator harus mampu menciptakan suasana dan kondisi yang
kondusif bagi terciptanya kompromi diantara kedua belah pihak yang
bersengketa untuk memperoleh hasil yang saling menguntungkan (win-win).22
Firman Allah QS. An-Nisa ayat 58:
23
Artinya: Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah SWT adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa: 58).
22 Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis, h. 91-92. 23 Al-Qur’an dan Terjemahanya. Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV.
Kathoda, 2005).
64
Untuk melaksanakan tugasnya, seorang mediator dapat melakukan dua
macam peran yaitu: peran pasif dan peran aktif. Kedua peran tersebut dapat
dilakukan atau diterapkan oleh seorang mediator tergantung pola kondisi saat itu,
apakah ia harus bersifat pasif atau aktif. Mediator bersifat pasif disebabkan
apabila para pihak yang bersengketa memiliki kepedulian yang tinggi dan lebih
aktif untuk menyelesaikan sengketanya yang mereka hadapi sehingga mediator
hanya berperan sebagai penengah dan mengarahkan penyelesaian sengketa serta
mengatur perundingan-perundingan, memimpin rapat dan sebagainya.
Mediator diharapkan bersifat aktif apabila para pihak yang sedang
bersikap pasif atau menunggu dan sulit berkomunikasi. Dalam kondisi yang
demikian mediator harus cepat tanggap dan mengambil inisiatif melakukan
tindakan.
Christoper W. Moore menyebutkan ada tiga tipologi mediator yaitu;
mediator hubungan sosial, (social network mediator), mediator autoritatif
(authoritative mediator), mediator mandiri (independent mediator).24
Tipe mediator hubungan sosial sering kita temui dalam masyarakat
pedesaan, misalnya para pemuka adat, pemuka masyarakat dan alim ulama. Tipe
mediator autoratif adalah mediator yang bekerja diinstansi pemerintah. Mediator
yang demikian sering kita temui dalam penyelesaian kasus-kasus tanah yaitu
24 Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, (Bandung: PT. Aditya
Bahkti, 2003). h. 94.
65
antara pengusaha dan masyarakat pemilik tanah, yang menjadi mediator adalah
seorang atau tim yang bekerja di instansi Pemerintah atau Pengadilan.25
Mediator mandiri adalah mediator yang dianggap paling baik atau
profesional bila dibandingkan dengan dua tipe mediator diatas karena mediator
mandiri tidak memiliki hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan para pihak yang bersengketa. Pada umumnya orang-orang yang menjadi
mediator mandiri bersifat professional. Dia akan melayani para pihak
sepenuhnya dengan menggunakan pendekatan sukarela dan tidak mempunyai
sumber daya untuk memantau pelaksanaan kesepakatan.
Apabila angka perceraian di masyarakat terus mengalami peningkatan,
itu menjadi bukti kegagalan dari kerja Badan Penasehat pembinaan Pembinaan
Pelestarian Perkawinan dan Pengadilan Agama dalam mediasi. Kasus perceraian
suami istri ternyata jumlah istri yang menggugat cerai suami makin meningkat.
Hal ini merupakan fenomena baru di kota-kota besar di Indonesia.
Tingginya permintaan gugat cerai istri terhadap suami tersebut, diduga
karena kaum perempuan merasa mempunyai hak yang sama dengan lelaki, atau
akibat globalisasi sekarang ini, atau bahkan karena kaum laki-laki sudah tidak
mempunyai moral, rasa kasih sayang dan cinta kepada istri, serta kesadaran da
kepedulian. Itulah antara lain yang menjadi perhatian kita semua sebagai umat
beragama.
25 Ibid., h. 94.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang peran BP4 dan tim
mediator dalam membina keluarga sakinah di KUA Kec. Bekasi Barat dan PA
Bekasi, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. BP4 di dalam melaksanakan tugasnya memiliki peran sebagai berikut:
mendidik dan memberi penerangan kepada suami istri agar dapat menjadi
keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, mendidik dan
menerangkan bagaimana para suami istri mengatasi krisis rumah tangga,
memberikan nasihat kepada para suami istri yang sudah terlibat dalam
suatu perselisihan. Tugas pokok dari BP4 adalah memberikan benatuan
advokasi dan mencegah terjadinya perceraian, menyebarluaskan majalah
perkawinan dan informasi mengenai keluarga kepada masyarakatdan
memberikan penyuluhan kepada masyarakat tenang BP4. BP4
berkedudukan diluar Pengadilan Agama dan berada dibawah Departemen
Agama. BP4 Bekasi Barat sampai saat ini belum melaksanakan peran dan
tugasnya dengan efektif, karena belum terorganisir secara baik dan tidak
adanya perhatian dari Pemerintah, terutama sistem administrasi dan
kemampuan para penasihat. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat kepada BP4, oleh sebab itu masyarakat enggan
67
untuk mendatangi BP4 karena hal tersebut. Sosialisasi terhadap
keberadaan BP4 masih kurang, sehingga masyarakat belum mengenal
BP4 dan tidak dapat memanfaatkan pelayanan konsultasi BP4 yang
mereka tahu KUA adalah tempatnya orang menikah dan Pengadilan
tempatnya orang bercerai
2. Hakim-hakim di Pengadilan Agama ketika awal sidang Hakim
membebaskan bagi suami atau istri untuk melakukan mediasi baik
didalam Pengadilan maupun diluar Pengadilan. Seharusnya Hakim perlu
merujuk mereka untuk melakukan mediasi di BP4 dan menjadikan hasil
penasihatan BP4 sebagai tambahan pertimbangan dalam memutus
perkara perselisihan rumah tangga atau perceraian.
B. Saran-saran
Visi, misi serta peran dan tugas BP4 sangatlah mulia, yakni ingin
mewujudkan masyarakat Indonesia menjadi keluarga yang sakinah mawadah wa
rahmah, maju, sejahtera materil dan spiritual. Namun, dalam hal pelaksanaannya
belum efektif dan optimal, untuk itu penulis menyarankan kepada BP4 di KUA
Kec. Bekasi Barat:
1. Menata ulang sistem administrasi BP4 sehinga dapat memiliki percaya
diri dalam tubuh BP4 dan menambah kepercayaan masyarakat kepada
BP4 sebagai lembaga penasihatan perkawinan.
68
2. Melakukan kerja sama dan hubungan koordinasi dengan pihak Dewan
Kemakmuran Mesjid (DKM) diseluruh Bekasi Barat, agar dapat
memperluas jaringan dan mempermudah terlaksanya penasihatan
perkawinan. Sehingga apabila masyarakat yang membutuhkan
penasihatan atau konsultasi perkawinan, pertolongan pertamanya adalah
dengan mendatangi pengurus DKM di Masjid yang terdekat dengan
tempat tinggalnya.
3. Melakukan sosialisasi dan promosi kepada masyarakat mengenai
pelayanan konsultasi BP4.
4. Melakukan kerja sama dengan para psikologi, ahli komunikasi, ahli
ekonomi atau para ahli lainnya untk meningkatkan kredibilitas korps
perkawinan BP4.
5. Mengupayakan kepada Depag RI untuk menganggarkan biaya dalam
pengembangan BP4 agar lebih maju.
6. Melakukan kerja sama atau kesepakatan dengan Pengadilan Agama
untuk mengarahkan para suami istri yang hendak bercerai agar terlebih
dahulu berkonsultasi kepada BP4.
7. Menyinergikan internal lembaga BP4 sehingga menjadi BP4 yang solid
dan dapat dipercaya oleh masyarakat di Bekasi Barat.
Saran bagi Pengadilan Agama Bekasi:
69
1. Mewujudkan penyuluhan hukum mengenai perceraian serta dampaknya
bagi suami, istri dan anak, sehingga masyarakat akan memahami betul
akibat dan konsekwensi dari perceraian.
2. Diharapkan dapat open-minded dalam melakukan kerja sama dengan
Kantor Kementrian Agama Kota Bekasi mengenai rencana kerjasama
dalam upaya meminimalisir perceraian dengan bantuan penasihatan
lembaga BP4.
70
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahanya. Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: CV. Kathoda, 2005.
Abdurrasyid, Priyatna. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Jakarta: PT.
Fikahati, bekerjasama dengan BANI, 2002. Abd ar Rahman, Muhammad. Tuhfah al Ahwazi (Bi Syarah Jami at Tirmizi),
Beirut: Dar al Fikr. Ahmad al-Hasyimi, Sayyid. Mukhtar al-Hadist. Semarang: Toha Putra, 1986. Amir Nuruddin dan Azhari, Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006. Arofah, Lailatul. “Perdamaian dan bentuk lembaga damai di Pengadilan Agama
sebuah Tawaran Alternatif.” Mimbar Hukum, No. 63. A. Partanto, Pius, dan Dahlan A Barry, Muhamad. Kamus Ilmiah Populer.
Surabaya: Arkola, 1994. At Tharablis, Alaudin. Muin Al Hukam: Fi ma yataraddadu baina al hamsanaini mi
al ahkami. Beirut: Dar Al Fikr. Basyir, Ahmad Azhar. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Perss, 2000. Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4). Hasil Munas
BP4 XIII/2004 dan Pemilihan Ketua Sakinah Teladan Tingkat Nasional, Jakarta, 14 – 17 Agustus.
BP4 Pusat. Hasil Musyawarah Nasional BP4 VII dan PITNAS IV. Jakarta: BP4
Pusat, 1986. BP4 Pusat. BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: BP4 Pusat, 1977. BP4 Pusat. Tantangan Baru BP4 Setelah 37 Tahun Berkiprah, Perkawinan dan
Keluarga XXV. Jakarta: BP4 Pusat, 1997. BP4 Provinsi Jawa Barat. Bandung, 1983.
71
Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Pembinaan Syariat Islam. Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah. Jakarta: Dirjen Bimas, 2006.
Damis, Harijah. “Hakim Mediasi”. Mimbar Hukum No. 63. Dokumen Kantor Urusan Agama Kec. Bekasi Barat. Departemen Agama Provinsi Jawa barat. Modul Kursus Calon Pengantin di Provinsi
Jawa Barat. Jakarta: Depag Jabar, 2007. Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji. D/7/1999: Bab III pasal 3. Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Pembinaan Syariat Islam. Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah. Jakarta: Dirjen Bimas, 2006.
Departemen Agama RI, MUI dan UNICEF. Memelihara Kelangsungan Hidup Anak
Menurut Ajaran Islam. Jakarta: 1967. Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama departemen Agama. Kompilasi
Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama, 1992.
Djamali, Abdoel. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2005. Ensiklopedi Islam, Jilid 5. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994. Friedmen, Lawrence Meir. American Law: An Introduction (New York: W.W
Norton and Company, 1984) yang mana penulis kutip dari ceramah pengukuhan guru besar Satya Arinanto, Politik Pembangunan Hukum Nasional Dalam Era Pasca Reformasi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Jakarta, 2006.
Ghofur, Anshori Abdul. Peradilan Agama di Indonesia Pasca UU Nomor 3 Tahun
2006. Yogyakarta: UII Press, 2007. Ibrahim, Johnny. Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif. Malang: 2007. Ichsan, Muhammad. Jangan Pernah Bercerai. Yogyakarta: Ichsan Media, 2009. KMA No.517 Tahun 2001 ditetapkan pada tanggal 30 November 2001.
72
Lexy, J. Moeleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama.
Jakarta: Al Hikmah, 2000. Martiman, Prodjohamidjojo. Tinjauan Mengenai Undang-Undang Perkawinan.
Jakarta: Indonesia Legal Publishing, 2003. Mendesak. Revitalisasi Keluarga sakinah. diakses Pada tanggal 2 September 2010
dari http://bimasislam. depag. go. id Mimbar Hukum No. 63 Tahun XV. Jakarta: Al Hikmah dan DITBINPERA, 2004. Muhidin, Imam. Riyadu al-Shalihin. Terj. Musleh Shabir, Semarang: Toha Putra,
1985. Jilid 5. Muhamad bin Abi Isa, Abi Isa. Sunan Tirmidzi. Jakarta: Dar Al Fikr, 1988. Harahap, M. Yahya. Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama. Jakarta:
Sinar Grafika, 2005. ………., Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2005. Pasaribu, Chairuman dan K Lubis, Suhawar. Hukum Perjanjian dalam Islam.
Jakarta: Sinar Grafika, 1996. Cet ke-2. Proyek Pembinaan Keluarga Sakinah. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Peraturan Mahkama Agung Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan Agama. Sabiq, As Sayyid. Fiqh Sunnah. Beirut: Dar Al Fikr, 1997. Juz III. Salim, Nasruddin. Pemberdayaan. Mimbar Hukum No. 63. Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Intermesa: Jakarta, 1996. Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradana
Paramita, 1989.
73
Simorangkir dkk. Kamus Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2004. Cet ke-8. Soekanto, Soejono. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Rajawali Pers, 1982. Sudarsono. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Cet ke-3. Susilo, Budi Prosedur Gugatan cerai. Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2007. Sumayya. “Peranan BP4 Dalam Upaya Mencegah Perkawinan Usia Muda.”Skripsi
Sarjana Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006.
Su’adah. Sosiologi Keluarga. Malang: UMM Press, 2005. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: 2006. Suharso, dan Retnoningsih, Ana. Kamus Besar Bahsa Indonesia. Semarang: CV.
Widya Karya, 2005. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Usman, Rachmadi. Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. Bandung:
PT. Aditya Bakti, 2003. Usman, Sabian. Dasar-Dasar Sosilogi Hukum Makna Dialog Antara Hukum dan
Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Usman, Mushlih. Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1997. Yasardin. Mediasi di Pengadilan Agama: Upaya Pelaksanaan SEMA No. 1 tahun
2002. Mimbar Hukum, No. 63. Zain, Muhammad dan Al-Shadiq, Mukhtar, Membangun Keluarga Humanis.
Jakarta: Graha Cipta, 2005. Cet ke-1 Wiraartha, I Made. Pedoman Penulisan Usulan Penulisan Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta: CV. Andy Offset, 2005. Wijaya, Gunawan. Seri Hukum Bisnis. Wawancara Pribadi dengan Drs. Jajat Sudrajat SH., MH. Hakim PA Bekasi. Pada
Tanggal 13 Mei 2011.
74
Wawancara Pribadi dengan Drs. Syarifuddin Ketua BP4 KUA Kec. Bekasi Barat Pada Tanggal 13 Mei 2011.
Wawancara
Hari/Tanggal : 13 Mei 2011
Waktu : 08:00 WIB
Tempat Wawancara : KUA Kec. Bekasi Barat
Nama Responden : Drs. Syarifuddin
Jabatan : Ketua BP4
1. T : Bagaimanakah sistem pembinaan dan penasihatan yang dilakukan oleh
BP4 di KUA Kec. Bekasi Barat?
J : Sistem pembinaan dan penasihatan yang dilakukan oleh BP4 di KUA
Kec. Bekasi Barat adalah memberikan waktu tengang 10 sebelum akad
pernikahan untuk diberikan pembelajaran dan penasihatan tentang
pernikah demi terciptanya keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.
2. T : Apakah pelaksanaan fungsi kepenasihatan di BP4 ini telah berjalan
dengan seharusnya atau belum ?
J : Sudah.
3. T : Seperti apakah konsep mediasi yang dilakukan di BP4?
J : Konsep mediasi yang dilakukan oleh BP4 adalah memberikan masukan
dan saran kepada suami istri yang sedang bermasalah dengan cara
mengirim surat panggilan kepada kedua pasangan untuk diadakan
mediasi di KUA.
4. T : Kendala apa saja yang dihadapi oleh BP4 dalam membina keluarga
sakinah dan bagaimana solusinya?
J : Kendala yang dihadapi dalam membina keluarga sakinah adalah
banyak pasangan yang mendaftar nikah tidak mau mengikuti
pembinaan perkawinan yang dilakukan di KUA dengan alasan sibuk
dan lain sebagainya, mereka lebih suka dilakukan waktu akad sedang
berlangsung karena tidak mau repot lagi.
5. T : Apakah masyarakat tahu tentang adanya BP4 di KUA ini?
J : Sebagian besar masyarakat tidak tahu tentang adanya BP4, tujuan dan
fungsinya, yang mereka tahu KUA adalah tempat orang untuk menikah
dan Pengadilan Agama tempat orang bercerai.
6. T : Apakah BP4 menjalin kinerja dengan PA Bekasi dalam proses mediasi?
J : Tidak, walaupun ada PERMA No. 3 Tahun 1975 Pasal 28 ayat (3)
menyebutkan bahwa “Pengadilan Agama dalam berusaha mendamaikan
kedua belah pihak dapat meminta bantuan kepada Badan Penasehat
Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian (BP4) agar menasihati kedua
suami istri tersebut untuk hidup makmur lagi dalam rumah tangga,
namun prakteknya tidak terlaksana.
7. T : Apakah para korps BP4 sudah ahli dalam mendamaikan suami istri yang
sedang bermasalah?
J : Korp BP4 disini sudah ahli dalamm mendamaikan suami istri yang
sedang bermasalah, karena korps disini merupakan dari kalangan tokoh
masyarakat/pemuka agama.
8. T : Sejauh mana pemerintah meperhatiakan BP4 ini sebagai lembaga
mediasi di KUA dan apakah sudah sejahtera para korps BP4 saat ini?
J : Sampai saat ini pemerintah kurang meperhatikan BP4 sebagai lembaga
mediasi di KUA, tidak adanya angaran dana untuk berjalannya lembaga
ini dan semakin meningkatnya perceraian yang ada di Kota Bekasi.
Wawancara
Hari/Tanggal : 13 Mei 2011
Waktu : 14:30 WIB
Tempat Wawancara : PA Bekasi
Nama Responden : Drs. Jajat Sudrajat SH., MH
Jabatan : Hakim
1. T : Apakah pelaksanaan mediasi sudah berjalan sebagaimana mestinya atau
belum?
J : Sudah.
2. T : Seperti apakah konsep mediasi yang dilakukan di PA Bekasi?
J : Konsep mediasi PA Bekasi adalah mengacu pada PERMA NO.1 tahun
2008 tentang Mediasi.
3. T : Apa kendala yang dihadapi PA dalam membina keluarga sakinah dan
bagaimana solusinya?
J : Banyak kendala yang dihadapi PA dalam membina keluarga sakinah
diantaranya sulitnya para hakim untuk memediasi suami istri yang
sedang bermasalah, sudah tidak ada kecocokan, sering terjadi kekerasan
dan lain sebagainya. Solusi sudah diberikan dengan diberikan saran dan
masukan namun, memang sudah tidak bisa dipersatukan kembali karena
mereka yang bercerai umumnya sudah kronis dan susah untuk
dimediasi.
4. T : Berapa persen yang Bapak tahu pasangan yang berhasil dimediasi disini
selama menjabat?
J : Sekitar 10% yang berhasil dimediasi selebihnya bercerai.
5. T : Apakah PA Bekasi menjalin kinerja dengan BP4 di KUA wilayah bekasi
dalam proses mediasi?
J : Tidak, karena kami mengikuti prosedur yang ada, yaitu PERMA NO. 1
Tahun 2008 tentang mediasi.
Pedoman Wawancara
Nama : Drs. Syarifuddin
Jabatan : Ketua BP4 di KUA Kec. Bekasi Barat
1. Bagaimanakah sistem pembinaan dan penasihatan yang dilakukan oleh BP4 di
KUA Kec. Bekasi Barat?
2. Apakah pelaksanaan fungsi kepenasihatan di BP4 ini telah berjalan dengan
seharusnya atau belum?
3. Seperti apakah konsep mediasi yang dilakukan di BP4?
4. Kendala apasaja yang dihadapi oleh BP4 dalam membina keluarga sakinah dan
bagaimana solusinya?
5. Apakah masyarakat tahu tentang adanya BP4 di KUA ini?
6. Apakah BP4 menjalin kinerja dengan PA Bekasi dalam proses mediasi?
7. Apakah para korps BP4 sudah ahli dalam mendamaikan suami istri yang sedang
bermasalah?
8. Sejauh mana pemerintah meperhatikan BP4 ini sebagai lembaga mediasi di KUA
dan apakah sudah sejahtera para korps BP4 saat ini?
Pedoman Wawancara
Nama : Drs. Jajat Sudrajat SH., MH
Jabatan : Hakim PA Bekasi
1. Apakah pelaksanaan mediasi sudah berjalan sebagaimana mestinya atau belum?
2. Seperti apakah konsep mediasi yang dilakukan di PA Bekasi?
3. Kendala apasaja yang dihadapi oleh PA dalam membina keluarga sakinah dan
bagaimana solusinya?
4. Berapa persen yang bapak tahu pasangan yang berhasil dimediasi disini selama
menjabat?
5. Apakah PA Bekasi menjalin kinerja dengan BP4 di KUA diwilayah Bekasi
dalam proses mediasi?