bab ii tinjauan teoridigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... ·...

29
BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori Medis 1. Konsep Dasar Masa Nifas a. Pengertian Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar sampai alat-alat kandungan kembali normal seperti sebelum hamil. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Perubahan tersebut sebenarnya sebagian besar bersifas fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan, tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis. Tenaga kesehatan sudah seharusnya melaksanakan pemantauan dengan maksimal agar tidak timbul berbagai masalah, yang mungkin saja akan berlanjut pada komplikasi masa nifas (Purwanti, 2012:1). b. Tujuan Asuhan Masa Nifas Menurut Purwanti (2012:1-2), asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk: 1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologi pada ibu dan bayi 2) Pencegahan, diagnosa dini dan pengobatan komplikasi 3) Dapat segera merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu 4) Mendukung dan mendampingi ibu dalam menjalankan peran baru 10

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

10

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis

1. Konsep Dasar Masa Nifas

a. Pengertian

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar sampai

alat-alat kandungan kembali normal seperti sebelum hamil. Selama masa

pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan,

baik secara fisik maupun psikologis. Perubahan tersebut sebenarnya

sebagian besar bersifas fisiologis, namun jika tidak dilakukan

pendampingan melalui asuhan kebidanan, tidak menutup kemungkinan

akan terjadi keadaan patologis. Tenaga kesehatan sudah seharusnya

melaksanakan pemantauan dengan maksimal agar tidak timbul berbagai

masalah, yang mungkin saja akan berlanjut pada komplikasi masa nifas

(Purwanti, 2012:1).

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Purwanti (2012:1-2), asuhan yang diberikan kepada

ibu nifas bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologi pada ibu dan bayi

2) Pencegahan, diagnosa dini dan pengobatan komplikasi

3) Dapat segera merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu

4) Mendukung dan mendampingi ibu dalam menjalankan peran baru

10

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

11

5) Mencegah ibu terkena tetanus

6) Memberi bimbingan dan dorongan tentang pemberian makan anak

secara sehat serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik

antara ibu anak.

c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Menurut Purwanti (2012:3), peran dan tanggung jawab bidan

dalam masa nifas ini, antara lain sebagai berikut :

1) Teman Terdekat

Awal masa nifas kadang merupakan masa sulit bagi ibu. Oleh

karenanya ia sangat membutuhkan teman dekat yang dapat

diandalkan dalam mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Pola

hubungan yang terbentuk antara ibu dan bidan akan sangat ditentukan

oleh keterampilan bidan dalam menempatkan diri sebagai teman dan

pendamping bagi ibu. Jika pada tahap ini hubungan yang terbentuk

sudah baik maka tujuan dari asuhan akan lebih mudah tercapai.

2) Pendidik

Masa nifas merupakan masa yang paling efektif bagi bidan

untuk menjalankan perannya sebagai pendidik. Tidak hanya ibu bagi

ibu, tapi seluruh anggota keluarga pun perlu mendapat wawasan

sebagai anggota keluarga. Melibatkan keluarga dalam setiap kegiatan

perawatan ibu dan bayi serta dalam pengambilan keputusan yang

berhubungan dengan kesehatan merupakan salah satu teknik yang

baik untuk memberikan pendidikan kesehatan.

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

12

3) Pelaksana asuhan

Dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya, bidan

sangat di tuntut untuk mengikuti perkembangan ilmu dan

pengetahuan yang paling up to date agar dapat memberikan

pelayanan yang berkualitas kepada pasien. Penguasaan bidan dalam

pengambilan keputusan yang tepat mengenai kondisi pasien sangatlah

penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi

dini pasien agar komplikasi dapat dicegah.

d. Tahapan Masa Nifas

Menurut Purwanti (2012:3-4), masa nifas dibagi menjadi 3

tahap, yaitu :

1) Puerperium Dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan.Pada saat ini ibu

sudah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium Intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan alat-alat

genitalia secara menyeluruh yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

3) Remote Puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna

dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan

tahunan.

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

13

2. Perdarahan Post Partum

a. Pengertian

Perdarahan post partum dapat diartikan sebagai berikut :

1) Perdarahan post partum adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml

melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III

yang disebabkan karena perdarahan pasca persalinan, plasenta previa,

solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan rupture uteri yang

merupakan penyebab ¼ kematian ibu (Anggraini, 2010:89).

2) Perdarahan post partum adalah perdarahan 500 ml setelah bayi lahir.

Pengukuran darah yang keluar sukar untuk dilakukan secara tepat

(Prawiroharjo, 2009:523).

3) Perdarahan post partum adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml

selama 24 jam pertama. Setelah 24 jam dinamakan perdarahan post

partum lanjut atau late post partum hemorrhage (Oxorn, 2010:412).

4) Perdarahan post partum adalah perdarahn lebih dari 500 cc yang

terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah

persalinan abdominal (Nugroho, 2012:247).

b. Klasifikasi Klinis

Menurut Anggraini (2010:90), Perdarahan pasca persalinan dibagi

menjadi dua, yaitu:

1) Perdarahan pasca persalinan primer (early postpartum haemorrhage atau

perdarahan pasca persalinan segera). Perdarahan pasca persalinan primer

terjadi dalam 24 jam pertama dan yang terbanyak terjadi dalam 2 jam

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

14

pertama. Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primer adalah

atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.

2) Perdarahan pasca persalinan sekunder (late postpartum haemorrhage atau

perdarahan masa nifas atau perdarahan pasca persalinan lambat).

Perdarahan pasca persalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.

Penyebab utama perdarahan pasca persalinan sekunder adalah robekan

jalan lahir dan sisa placenta atau membran.

c. Etiologi

Menurut Anggraini (2010:90-94), penyebab perdarahan post

partum adalah sebagai berikut:

1) Atonia uteri

Pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan

baik dan ini merupakan sebab utama dari perdarahan postpartum. Uterus

yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda atau kehamilan

dengan janin besar), partus lama, pemberian narkosis dan merupakan

predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.

2) Laserasi jalan lahir

Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari

perdarahan pasca persalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan

atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang

berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

15

a) Robekan servik

Persalinan selalu mengakibatkan robekan servik, sehingga

servik seorang multipara berbeda dari yang belum pernah

melahirkan pervaginam. Robekan servik yang luas menimbulkan

perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila

placenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi baik.

Namun, perdarahan masih belum berhenti dikarenakan adanya

robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina.

b) Perlukaan jalan lahir

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka

perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah

persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi

dengan cunam, terlebih apabila kepada janin harus diputar. Robekan

terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan

speculum.

c) Kolkaporeksis

Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada

bagian atas vagina. Hal ini terjadi apabila pada persalinan yang

disproporsi sefalopelvik terjadi regangan segmen bawah uterus

dengan servik uteri terjepit antara kepala janin dengan tulang

panggul, sehingga tarikan ke atas langsung ditampung oleh vagina,

jika tarikan ini melampaui kekuatan jaringan, terjadi robekan vagina

pada batas antara bagian teratas dengan bagian yang lebih bawah dan

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

16

yang terfiksasi pada jaringan sekitarnya. Kolkaporeksis juga bisa

timbul apabila pada tindakan pervaginam dengan memasukkan

tangan penolong ke dalam uterus terjadi kesalahan, dimana fundus

uteri tidak ditahan oleh tangan luar untuk mencegah uterus naik ke

atas.

d) Robekan perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan

pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan

perinium umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas

apabila kepala janin lahir terlalucepat, sudut arkus pubis lebih kecil

daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan

ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito

bregmatika.

3) Retensio Plasenta

Retensio Plasenta adalah belum lahirnya plasenta 30 menit

setelah anak lahir. Tidak semua retensio plasenta menyebabkan

terjadinya perdarahan. Apabila terjadi perdarahan, maka plasenta

dilepaskan secara manual lebih dulu.

4) Tertinggalnya Sisa Plasenta

Suatu waktu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus)

tertinggal, maka uterus tidak berkontraksi dengan baik dan keaadaan ini

dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa

keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta.

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

17

5) Inversio Uterus

Uterus dikatakan megalami inversi jika bagian dalam menjadi

diluar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan.

Dengan berjalannya waktu, lingkaran kontriksi sekitar uterus yang

terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.

d. Faktor Predisposisi

Menurut Marmi(2011:195), faktor predisposisi perdarahan post

partum adalah pada sebagian besar kasus, perdarahan post partum dapat

diramalkan sebelum persalinan, contoh-contoh kasus dengan trauma yang

dapat menyebabkan perdarahan post partum adalah kelahiran bayi yang besar,

persalinan forcep tengah dan pemuratan dengan forcep, persalinan dengan

servik yang belum berdilatasi lengkap, insisi duhrssen pada serviks, setiap

tindakan manipulasi intrauterine dan mungkin persalinan pervaginam dengan

riwayat SC, atau insisi uterus lainnya. Atonia uteri yang dapat menyebabkan

perdarahan post partum dapat diantisipasi dengan preparat anestesi yang akan

melemaskan uterus. Uterus yang over distensi kemungkinan besar akan

menjadi hipertonik setelah persalinan, jadi wanita dengan persalinan janin

besar, janin lebih dari satu, atau dengan hidramnion, cenderung akan

mengalami perdarahan atonia uteri.

Wanita yang persalinannya ditandai dengan aktifitas uterus yang

kuat atau yang tidak efektif juga menghadapi kemungkinan untuk mengalami

perdarahan yang berlebihan akibat atonia uteri setelah persalinan. Demikian

pula, persalinan baik yang diinduksi maupun yang diperkuat oleh preparat

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

18

oksitosin,lebih besar kemungkinannya untuk diikuti dengan atonia uteri post

partum dan perdarahan post partum. Wanita dengn paritas tinggi menghadapi

resiko perdarahan akibat atonia uteri yang semakin meningkat. Dalam

keadaan yang lazim dijumpai, kesalahan penanganan kala III persalinan

meliputi upaya untuk mempercepat persalinan plasenta dengan melakukan

tindakan pengeluaran plasenta secara manual. Peremasan dan pemijatan yang

dilakukan secara terus menerus pada uterus yang telah berkontraksi

kemungkinan akan merintangi mekanisme fisiologis pelepasan plasenta,

dengan konsekwensi pemisahan plasenta yang tidak lengkap dan peningkatan

hilangnya darah.

e. Gejala Klinis

Menurut Anggraini (2010:94-95), gejala klinis perdarahan post

partum adalah sebagai berikut:

1) Atonia uteri

Tanda dan gejala:

a) Uterus tidak berkontraksi dan lembek

b) Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan pasca persalinan

primer)

2) Robekan jalan lahir

Tanda dan gejala:

a) Perdarahan segera

b) Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir

c) Uterus kontraksi baik

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

19

d) Plasenta baik

3) Retensio plasenta

Tanda dan gejala :

a) Plasenta belum lahir setelah 30 menit

b) Perdarahan segera

c) Uterus berkontraksi baik

4) Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta)

Tanda dan gejala :

a) Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak

lengkap

b) Perdarahan segera

5) Invertio uteri

Tanda dan gejala :

a) Uterus tidak teraba

b) Lumen vagina terisi masa

c) Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)

d) Perdarahan segera

e) Nyeri sedikit atau berat

f. Diagnosis Perdarahan Pasca Persalinan

Menurut Anggraini (2010:95-96), diagnosis biasanya tidak sulit,

terutama apabila timbul perdarahan banyak dalam waktu pendek. Tetapi bila

perdarahan sedikit dalam jangka waktu lama, tanpa disadari pasien telah

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

20

kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat. Nadi serta pernafasan

menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun.

Seseorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah

sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik.

Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika perdarahan

berlangsung terus, dapat timbul syok. Diagnosis perdarahan pasca persalinan

dipermudah apabila pada tiap-tiap persalinan setelah anak lahir secara rutin

diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila

terjadi perdarahan pasca persalinan dan plasenta belum lahir, perlu

diusahakan untuk melahirkan plasenta segera. Jika plasenta sudah lahir, perlu

dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri atau perdarahan karena

perlukaan jalan lahir.

Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek

pada palpasi, sedangkan pada perdarahan karena perlukaan jalan lahir, uterus

berkontraksi dengan baik. Dalam hal uterus berkontraksi dengan baik, perlu

diperiksa lebih lanjut tentang adanya dan dimana letaknya perlukaan jalan

lahir. Pada persalinan di rumah sakit, dengan fasilitas yang baik untuk

melakukan transfusi darah, seharusnya kematian akibat perdarahan pasca

persalinan dapat dicegah. Tetapi kematian tidak data terlalu dihindarkan,

terutama apabila penderita masuk rumah sakit dalam keadaan syok karena

sudah kehilangan banyak darah. Karena persalinan di Indonesia sebagian

besar terjadi di luar rumah sakit, perdarahan post partum merupakan sebab

utama kematian dalam persalinan.

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

21

g. Pemeriksaan Perdarahan Pasca Persalinan

Menurut Anggraini (2010:96), pemeriksaan perdarahan pasca

persalinan dapat dilakukan dengan :

1) Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri

2) Memeriksa plasenta dan selaput ketuban apakah lengkap atau tidak.

3) Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari : sisa plasenta atau selaput

ketuban, robekan rahim danplasenta suksenturiata

a) Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises

yang pecah

b) Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clost

Observasion Test).

Perdarahan pasca persalinan ada kalanya merupakan perdarahan

yang hebat dan menakutkan hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh

kedalam keadaan syok atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-

lahan tetapi terus menerus yang juga bahaya karena kita tidak menyangka

akhirnya perdarahan berjumlah banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh

dalam presyok dan syok. Karena itu, adalah penting sekali pada setiap ibu

yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin, serta

pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu dan periksa juga kontraksi

uterus perdarahan selama 1 jam.

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

22

h. Prognosis

Ada bahaya lain yang menyertai perdarahan post partum.

Komplikasi serius yang terutama terjadi adalah kegagalan ginjal sebagai

akibat hipotensi yang lama sehingga pervusi renal tidak segera pulih

kembali. Sebaliknya terdapat pula komplikasi yang terjadi sesudah

dilakukan transfusi darah yang tepat. Komplikasi ini mencakup reaksi segera

yang disebabkan oleh ketidak cocokan golongan darah resipien dengan

donor dan kadang-kadang edema pulmoner yang terjadi akibat cedera

kapiler alvioler. Komplikasi yang timbul kemudian adalah hepatitis yang

berkaitan dengan tranfusi darah (Marmi, 2012:197).

i. Tindakan Persiapan

Menurut Varney ( 2004:842), antisipasi perdarahan pasca partum

segera akibat atonia uterus memungkinan bidan mengambil tindakan

persiapan yang paling cepat dan efektif untuk mencegah dan mengontrol

sebanyak mungkin darah yang hilang. Tindakan persiapan tersebut

mencakup di bawah ini :

1) Buat keputusan dengan tenang dan hati-hati mengenai tempat kelahiran.

Jika wanita memiliki kombinasi dua atau lebih faktor presdiposisi,

wanita harus dibawa ke rumah sakit.

2) Ingatkan dokter konsulen untuk mewaspadai kemungkinan perdarahan

pasca partum sehingga mereka siap menerima panggilan jika diperlukan.

3) Ingatkan staf keperawatan terhadap kemungkinan perdarahan pasca

partum dan minta mereka sudah mengambil dan siap memberikan resep

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

23

kepada Anda untuk obat-obat oksitosin yang digunakan segera setelah

kelahiran plasenta.

4) Pastikan infus intravena dimulai dengan jarum 16 gauge dan rute vena

ini paten pada saat persalinan. Gunakan dektrosa 5% dalam larutan

Ringer Laktat.

5) Periksa golongan darah dan lakukan silang persiapan untuk

mendapatkan darah jika diperlukan.

6) Pastikan kandung kemih wanita kosong pada saat persalinan.

j. Langkah Penatalaksanaan

Menurut Prawirohardjo (2002:173-174), bidan harus mengambil

langkah berikut untuk menangani kedaruratan ini :

1) Ketahui dan tegakkan diagnosis kerja Atonia Uteri.

2) Sementara dilakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika,

lakukan kompresi bimanual.

3) Pastikan Plasenta lahir lengkap (bila ada indikasi sebagian plasenta

masih tertinggal lakukan evakuasi sisa plasenta) dan tak ada laserasi

jalan lahir.

4) Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan.

5) Lakukan uji beku darah untuk konfirmasi sistem pembekuan darah.

6) Bila semua tindakan diatas telah dilakukan tetapi masih terjadi

perdarahan lakukan tindakan spesifik sebagai berikut :

a) Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar :

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

24

(1) Kompresi bimanual eksterna

Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan

saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi

uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang,

kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali

berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan. Bila belum

berhasil, coba dengan kompresi bimanual internal.

(2) Kompresi Bimanual internal

Uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding

abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh

darah di dalam miometrium (sebagai pengganti mekanisme

kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan

kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga

uterus berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi,

cobakan kompresi aorta abdominalis.

(3) Kompresi aorta abdominalis

Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri,

pertahankan posisi tersebut. Genggam tangan kanan kemudian

tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan,

hingga mencapai kolumna vertebalis. Penekanan yang tepat, akan

menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri femoralis.

Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang

terjadi.

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

25

b) Pada rumah sakit rujukan :

(1) Ligasi arteri uterina dan ovarika

(2) Histerektomi

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

26

k. Pathway Perdarahan Post Partum Primer

Bukti mengenai

Bagan 2.1

Sumber : Widyastuti (2002:67)

Perdarahan post partum primer

Perdarahan atonik

Plasenta

dilahirkan

Plasenta

tertahan

Plasenta yang

dilahirkan terlihat

lengkap

Plasenta yang

dilahirkan

tidak lengkap

Ada

perdara

han

terlihat

Ada

perdarah

an tidak

terlihat

Kelainan

pembekuan

darah

Infeksi (sepsis

puerpuralis)

Perdarahan traumatik

Titik perdarahan

terlihat secara

inspekulo

Titik perdarahan

tidak terlihat secara

inspekulo

- perineum

- vulva

- vagina bagian

bawah

- vagina bagian atas

- serviks

- uterus

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

27

l. Penatalaksanaan

PERDARAHAN PRIMER

KARENA ATONIA UTERI

Multiparitas

Partus LamaJenis

Regangan uterus

Bagan 2.2 Sumber : Prawirohardjo (2002:177)

Multiparitas

Partus lama

Regangan uterus

Solusio Plasenta

Kadar Hb

Jenis dan uji silang darah

Nilai fungsi pembekuan

Masase uterus dan kompresi bimanual

Oksitosin 10 IU IM dan infus 20 IU dalam 500 ml

NS/RL 40 tetes-guyur

Infus untuk restorasi cairan dan jalur obat esensial

Perdarahan terus

berlangsung

Identifikasi sumber perdarahan

lainnya :

Laserasi jalan lahir

Hematoma parametrial

Rupture uteri

Inversio uteri

Sisa fragmen plasenta Koagulapati

Uterus tidak

berkontraksi

Kompresi bimanual

Kompresi aorta abdominalis

Tekan segmen bawah atau aorta abdominalis

Pemberian misoprostol 400 mg rektal

Berhasil

Tidak berhasil

Tampon uterus

Rujuk

Ligasi arteri uterina dan ovarika

Terkontrol

Transfusi

Perdarahan masih

berlangsung

Transfusi

RAWAT LANJUT dan

OBSERVASI KETAT HISTEREKTOMI

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

28

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Teori Manajemen Kebidanan Menurut Hellen Varney

Menurut Mufdlilah (2012:110-120), manajemen kebidanan dan

prosesnya perlu dijelaskan untuk memberikan kesamaan pandangan.

Varney mengatakan seorang bidan dalam menerapkan manajemen perlu

lebih kritis dalam melakukan analisis untuk mengantisipasi diagnosa dan

masalah potensial. Kadang kala bidan juga harus segera bertindak untuk

menyelesaikan masalah tertentu dan mungkin juga melakukan kolaborasi,

konsultasi bahkan segera merujuk klien.

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,

mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi, selanjutnya langkah – langkah proses manajemen

kebidanan akan di jabarkan sebagai berikut :

a. Langkah I (Pertama) : Pengumpulan data dasar

Langkah awal yang akan menentukkan langkah berikutnya.

Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien/orang

yang meminta asuhan. Memilih informasi data yang tepat diperlukan

analisa suatu situasi yang menyangkut manusia yang rumit karena sifat

manusia yang komplek. Pengumpulan data mengenai seseorang tidak

akan selesai jika setiap informasi yang dapat diperoleh hendak di

kumpulkan. Maka dari itu seharusnya harus dipertanyakan : data apa

yang cocok dalam situasi kesehatan seseorang pada saat bersangkutan.

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

29

Data yang tepat adalah data yang relevan dengan situasi yang sedang

ditinjau. Data yang mempunyai pengaruh atas/berhubungan dengan

situasi yang sedang ditinjau.

Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan

dilanjutkan secara terus-menerus selama proses asuhan kebidanan

berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber

yang dapat memberikan informasi paling akurat yang dapat diperoleh

secepat mungkin dan upaya sekecil mungkin. Pasien adalah sumber

informasi yang akurat dan ekonomis, disebut sumber data primer.

Sumber data alternative atau sumber data sekunder adalah data yang

sudah ada, praktikan kesehatan lain, anggota keluarga.

Tehnik pengumpulan data ada tiga, yaitu : 1) Observasi, 2)

Wawancara, 3) Pemeriksaan. Observasi adalah pengumpulan data

melalui indera : penglihatan (perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi

wajah), pendengaran (bunyi batuk, bunyi nafas), penciuman (bau nafas,

bau luka), perabaan (suhu badan, nadi).

Wawancara adalah pembicaraan terarah yang umumnya

dilakukan pada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting

diperhatikan adalah data yang ditanyakan diarahkan ke data yang

relevan.

Pemeriksaan dilakukan dengan memakai instrument/alat

pengukur. Tujuan untuk memastikan batas dimensi angka , irama,

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

30

kuantitas. Misalnya tinggi badan dengan meteran, berat badan dengan

timbangan, tekanan darah dengan tensimeter.

Data secara garis besar, data obyektif diklasifikasikan menjadi

data subyektif dan data obyektif. Pada waktu mengumpulkan data

subyektif bidan harus: mengembangkan hubungan antar personal yang

efektif data pasien/klien /yang diwawancarai, lebih memperhatikan hal-

hal yang menjadi keluhan utama pasien dan yang mencemaskan,

berupaya mendapatkan data/fakta yang sangat bermakna dalam kaitan

dengan masalah pasien.

Pada waktu mengumpulkan data obyektif bidan harus:

mengamati ekspresi dan perilaku pasien, mengamati perubahan/kelainan

fisik, memperhatikan aspek sosial budaya pasien, menggunakan teknik

pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan pemeriksaan yang terarah

dan berkaitan dengan keluhan pasien.

b. Langkah II : Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang

benar atas data-data yang dikumpulkan diinterpretasikan sehingga

ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

Langkah awal dari perumusan masalah/diagnosa kebidanan

adalah pengolahan/analisa data yaitu menggabungkan dan

menghubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga tergambar

fakta.

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

31

Masalah adalah kesenjangan yang diharapkan dengan

fakta/kenyataan. Analisa adalah proses pertimbangan tentang nilai

sesuatu dibandingkan dengan standar. Standar adalah aturan/ukuran yang

telah diterima secara umum dan digunakan sebagai dasar perbandingan

dalam kategori yang sama. Hambatan yang berpotensi tinggi

menumbulkan masalah kesehatan (factor resiko). Dalam bidang

kebidanan pertimbangan butir-butir tentang profil keadaan dalam

hubungan dengan status sehat sakit dan kondisi fisiologis yang akhirnya

menjadi faktor agent yang mempengaruhi status kesehatan orang

bersangkutan.

Pengertian masalah/diagnosa adalah “suatu pernyatan dari

masalah klien/pasien yang nyata atau potensial dan membutuhkan

tindakan”. Dalam pengertian yang lain masalah/diagnosa adalah

“pernyataan yang menggambarkan masalah spesifik yang berkaitan

dengan keadaan kesehatan seseorang didasarkan pada penilai asuhan

kebidanan yang bercorak negatif”.

Dalam asuhan kebidanan kata masalah dan diagnosa keduanya

dipakai karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai

diagnosa tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana

yang menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana

wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosanya.

.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

32

c. Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah

potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau

diagnosa potesial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang

sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-

benar terjadi.

d. Langkah IV (Keempat) : Mengidentifikasi dan menetapkan

kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.

Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana bidan

perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data

menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara

menunggu intruksi dokter. Mungkin juga memerlukan konsultasi dengan

tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien untuk

menentukan asuhan pasien yang lebih tepat. Langkah ini mencerminkan

kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

e. Langkah V (kelima) : Merencanakan asuhan yang komprehensif /

menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi

atau antisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

33

dilengkapi. Suatu rencana asuhan harus sama-sama disetujui oleh bidan

maupun wanita itu agar efektif, karena pada akhirnya wanita itulah yang

akan melaksanakan rencana itu atau tidak. Oleh karena itu tugas dalam

langkah ini termasuk membuat dan mendiskusikan rencana dengan

wanita itu begitu juga termasuk penegasan akan persetujuannya.

Semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan suatu

asuhan yang komprehensif harus merefleksikan alasan yang benar,

berlandaskan pengetahuan, teori yang berkaitan pada up to date serta

divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang dia tidak inginkan.

Rational yang berdasarkan asumsi dari perilaku pasien yang tidak

divalidasikan, pengetahuan teoritis yang salah atau tidak memadai, atau

data dasar yang tidak lengkap adalah tidak sah akan menghasilkan

asuhan pasien yang tidak lengkap dan mungkin juga tidak aman.

Perencanaan supaya terarah, dibuat pola pikir dengan langkah

sebagai beikut: tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan berisi

tentang sasaran/target dan hasil yang akan dicapai, selanjutnya ditentukan

rencana tindakan sesuai dengan masalah/diagnosa dan tujuan yang akan

dicapai.

f. Langkah VI (keenam) : Melaksanakan perencanaan dan

penatalaksanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti

yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan

aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau anggota

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

34

tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya

(memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi

dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan keterlibatannya dalam

manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga

bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang

menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu,

biaya dan meningkatkan mutu asuhan.

g. Langkah VII (ketujuh) : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana

tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam

pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah

efektif sedang sebagian belum efektif.

Manajemen kebidanan ini merupakan suatu kontinum, maka

perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efaktif

melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses

manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana

asuhan berikutnya.

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

35

2. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Metode SOAP

Menurut Mufdillah (2012:121), model dokumentasi yang

digunakan dalam asuhan kebidanan adalah dalam bentuk catatan

perkembangan, karena bentuk asuhan yang diberikan berkesinambungan

dan menggunakan proses yang terus menerus (progess notes)

S : (data subyektif)

Data informasi yang subyektif ( mencatat hasil anamnesa )

O : (data obyektif)

Data informasi obyektif ( hasil pemeriksaan, observasi )

A : (assessment)

Mencatat hasil analisa (diagnosa dan masalah kebidanan), yang

dimaksud meliputi diagnosa atau masalah, diagnosa/masalah potensial

dan antisipasinya serta perlunya tindakan segera.

P : (planning)

Mencatat seluruh penatalaksanaan (tindakan antisipasi, tindakan segera,

tindakan rutin, penyuluhan, support, kalaborasi, rujukan dan evaluasi/

follow up).

C. Teori hukum kewenangan bidan

Dalam menjalankan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan

Perdarahan Primer, bidan mempunyai landasan hukum dan kewenangan

dalam memberikan asuhan kebidananibu nifas dengan perdarahan primer,

meliputi :

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

36

1. Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 900/ Menkes/ Sk/ VII/

2002 tentang registrasi dan praktik kebidanan pada Bab V :

a. Pada pasal 14, yang berbunyi :

Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk

memberikan pelayanan yang meliputi :

1) Pelayanan kebidanan

b. Pada pasal 15, yang berbunyi :

1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14

huruf a ditujukan kepada ibu dan anak.

2) Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil,

masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui dan

masa antara (periode interval).

c. Pada pasal 16, yang berbunyi :

1) Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi :

Butir f) Pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak

sungsang, partus macet kepala di dasar panggul,

ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan

post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena

insersi uteri primer, post term dan pre term.

Butir h) Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio

plasenta , renjatan dan infeksi ringan.

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

37

d. Pada pasal 18, yang berbunyi :

Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 16 berwenang untuk :

Butir 2) Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan

dan nifas

Butir 3) Mengeluarkan plasenta secara manual

Butir 7) Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai

derajat II

Butir 11) Kompresi bimanual

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/

MENKES/ PER/ X/ 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik

bidan pada Bab III yaitu:

a. Pada pasal 9, yang berbunyi :

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi :

1) Pelayanan kesehatan ibu

b. Pada pasal 10, yang berbunyi :

1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9

huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa

persalinan, masa nifas, masa menyusui dan antara dua

kehamilan.

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORIdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/150/jtptunimus-gdl-vinalupfia-7480-2... · penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini pasien agar

38

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat 1)

meliputi :

Butir c) pelayanan nifas normal

Butir d) pelayanan ibu menyusui

3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud

pada ayat 2) berwenang untuk :

Butir a) episiotomi

Butir b) penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

Butir c) penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan perujukan

Butir e) pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

Butir f) fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi

air susu ibu eksklusif

Butir g) pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga

dan post partum

Butir h) penyuluhan dan konseling