bab ii tinjauan pustaka 1.1 landasan...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Landasan Teori
2.1.1. Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian, beberapa ahli seperti Engel et al. (1994) dan
Hawkins et al. (1998) menyebutkan keputusan konsumen, adalah sebuah
proses yang dilakukan konsumen dalam melakukan pembelian sebuah produk
atau jasa. Istilah keputusan pembelian menggambarkan bagaimana sebuah
individu secara hati-hati mengevaluasi berbagai macam atribut di produk-
produk, merek-merek, atau jasa-jasanya tertentu dan secara rasional memilih
salah satu yang mempunyai biaya terkecil dan yang memenuhi kebutuhannya
yang teridentifikasi dengan jelas (Hawkins et al 1998).
Untuk memahami pembuatan keputusan pembelian yang
dilakukan konsumen, terlebih dahulu harus dipahami sifat-sifat
keterlibatan konsumen dengan produk, menurut Sutisna (2003) terdapat 2 tipe
keterlibatan konsumen yaitu :
a. Keterlibatan Situasional
Keterlibatan situasional hanya terjadi seketika pada situasi tertentu
dan bersifat temporer. Misal adanya kebutuhan pakaian baru menjelang
hari lebaran.
b. Keterlibatan Tahan Lama
Keterlibatan tahan lama berlangsung lebih lama dan bersifat
permanen. Seorang konsumen membeli barang dengan keterlibatan yang
lebih permanen karena menganggap bahwa jika tidak membeli produk
tersebut akan merusak konsep dirinya. Misalnya : Konsumen selalu
membeli pakaian dengan merek tertentu karena merasa pakaian itu mampu
mengekspresikan citra dirinya dan konsep dirinya.
Dalam keputusan pembelian, umumnya ada lima macam peranan
yang dapat dilakukan seseorang. Kelima peran tersebut meliputi (Kotler et
al, 1996, dalam Tjiptono, E 1996).
1) Pemrakarsa (Initiator)
Initiator adalah orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan
atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk
membeli suatu barang atau jasa tertentu.
2) Pemberi Pengaruh (Influence)
Influence adalah orang yang memberi pandangan, nasehat atau
pendapat sehingga dapat membantu kepada pembelian.
3) Pemberi Pengaruh (Decider)
Adalah orang yang menentukan keputusan pembelian, apakah jadi
membeli, apa yang dibeli, bagaimana cara membeli atau dimana
membelinya.
4) Pembeli (Buyer)
Adalah orang yang melakukan pembelian secara aktual (nyata).
5) Pemakai (User)
Adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa
yang telah dibeli.
Pemahaman mengenai peran-peran tersebut sangat membantu dalam
penyusunan program pemasaran, seperti merancang produk, pesan
komunikasi yang akan disampaikan dan alokasi anggaran promosi. Menurut
Kotler (2002) ada berbagai tahapan ketika seseorang mengambil keputusan
pembelian yaitu :
1. Tahap Pengenalan Kebutuhan dan Keinginan
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah
atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan
internal atau eksternal. Dalam kasus pertama, salah satu kebutuhan umum
seseorang seperti lapar dan haus mencapai titik tertentu dan menjadi
sebuah dorongan. Dalam kasus kedua, kebutuhan ditimbulkan oleh
rangsangan eksternal seperti jika seseorang melihat sepotong kue
kemudian merasa lapar.
2. Tahapan Pencarian Informasi
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak. Pencarian informasi dapat dibagi
dalam dua tingkat situasi pencarian yang lebih ringan dinamakan
perhatian yang menguat Pada tingkat itu seseorang hanya menjadi lebih
peka terhadap informasi tentang produk. Pada tingkat selanjutnya, orang
itu mungkin memasuki pencarian aktif informasi seperti mencari bahan
bacaan, menelpon teman dan mengunjungi toko untuk mempelajari
produk. Sumber informasi konsumen dapat digolongkan ke dalam 4
kelompok yaitu:
a. Sumber Pribadi: Keluarga, teman, tetangga, kenalan;
b. Sumber Komersial: Iklan, wiraniaga, pengatur, kemasan
c. Sumber Publik : Media masa, organisasi penentu peringkat konsumen.
d. Sumber Pengalaman : Penanganan, pengkajian dan pemakaian
produk.
Jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi itu
berbeda-beda bergantung pada kategori produk dan karakteristik
konsumen. Tiap informasi menjalankan fungsi yang berbeda dalam
mempengaruhi keputusan pembelian. Informasi komersial biasanya
menjalankan fungsi pemberi informasi, dan sumber pribadi menjalankan
fungsi legitimasi dan atau evaluasi melalui pengumpulan informasi
konsumen mengetahui tentang merek-merek yang bersaing dan
keistimewaan produk tertentu.
3. Tahap Evaluasi Alternatif
Tidak ada evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua
konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua situasi pembelian.
Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model
yang terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang
kognitif, yaitu model tersebut menganggap konsumen membentuk
penilaian atas produk terutama secara sadar dan rasional. Beberapa
konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen:
a. Konsumen berusaha untuk memahami suatu kebutuhan.
b. Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk.
c. Konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan
atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan
manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut.
Para konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda, mereka akan
memberikan perhatian terbesar pada atibut yang memberikan manfaat
yang dicarinya. Pasar sebuah produk sering dapat disegmentasikan
berdasarkan atibut yang menonjol dalam kelompok konsumen yang
berbeda-beda.
4. Tahap Pembelian
Dalam tahap evaluasi konsumen membentuk prefereransi atas
merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin
membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Namun 2
faktor berikut dapat berada diantara niat pembelian dan kepuasan
pembelian, yaitu:
a. Sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif
yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal, yaitu:
Intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai
konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang
lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain akan semakin akan
semakin dekat orang tersebut dengan konsumen, semakin besar
konsumen akan mengubah niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya
juga berlaku, preferensi seorang konsumen terhadap suatu merek akan
meningkat jika seserang yang ia sukai juga sangat menyukai merek
yang sama. Pengaruh orang lain menjadi rumit saat beberapa orang
yang dekat dengan konsumen memiliki pendapat yang berlawanan
dan konsumen ingin menyenangkan mereka semua.
b. Situasi yang tidak termotivasi, faktor ini dapat muncul dan mengubah
niat pembelian. Seorang konsumen mungkin kehilangan pekerjaan
dan kemudian beberapa kebutuhan lain menjadi lebih mendesak.
Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau
mungkin dari suatu keputusan pembelian sangat dipengarahi oleh resiko
yang dirasakan. Besarnya resiko yang dirasakan berbeda-beda menurut
besarnya yang dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan
besarnya kepercayaan diri konsumen.
5. Tahap Evaluasi Pasca Pembelian
Setelah membeli produk, konsumen atau mengalami level
kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Ada beberapa hal yang harus
dipantau dalam perilaku pasca pembelian, yaitu :
a. Kepuasan Pasca Pembelian
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan konsumen
atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan konsumen atas
produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan,
konsumen akan kecewa. Jika sesuai dengan harapan, maka konsumen
akan puas. Jika melebihi harapan, konsumen akan sangat puas.
Perasaan-perasaan itu akan membedakan apakah konsumen akan
melebihi kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan produk tersebut dengan
orang lain.
b. Tindakan Pasca Pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk
akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan
menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali
produk tersebut. Para konsumen yang tidak puas akan bereaksi
sebaliknya mereka mungkin
c. Pemakaian dan pasca pembelian
Pembeli dan pembuat produk juga harus dipantau, jika konsumen
menyimpan produk itu ke dalam lemari.
Produk tersebut mungkin tidak begitu memuaskan, dan kabar dari
mulut ke mulut tidak akan gencar. Jika konsumen menjual atau
memperlukan produk tersebut, penjualan produk baru akan menurun.
Pembuangan produk oleh konsumen juga harus diteliti oleh
perusahaan jika produk tersebut dapat merusak lingkungan.
2.1.2. Tipe-tipe Keputusan Pembelian (Hawkins et al, 1998)
Sebagaimana konsumen bergerak dari situasi pembelian dengan
keterlibatannya yang sangat rendah karena keterlibatan yang tinggi,
pengambilan keputusan menjadi meningkat secara kompleks, keterlibatan
pembelian dapat didefinisikan sebagai tingkat kepedulian / keterkaitan pada
proses pembelian yang dipacu oleh kebutuhan untuk mempertimbangkan
sebuah pembelian khusus.
Ada 3 tipe keputusan pembelian, yaitu keputusan pembelian
kebiasaan, keputusan pembelian terbatas, dan keputusan pembelian yang
diperluas.
Gambar 2.1
Tipe-Tipe Keputusan Pembelian
Berdasarkan Tingkat Keterlibatan Pembelian
Keterlibatan pembelianrendah
Keterlibatan pembeliantinggi
Keputusan pembeliankebiasaan
Pengenalan masalahselaktif
Pencarian informasiinternal terbatas
Keputusan pembelianumum
Pengenalan masalahumum
Pencarian informasiinternal, eksternal
terbatas
Evaluasi alternatif :sedikit atribut, aturankeputusan yg simple,
sedikit alternatif
PembelianPembelian
Pasca pembelian : tanpaperselisihan evaluasi yg
sangat terbatas
Pasca pembelian : tanpaperselisihan evaluasi yg
sangat terbatas
Keputusan pembelianyang diperluas
Pengenalan masalahumum
Pencarian informasiinternal, eksternal
Evaluasi alternatif :banyak atribut, aturankeputusan yg komplek,
banyak alternatif
Pembelian
Pasca pembelian : tanpaada perselisihanevaluasi komplek
Sumber : Hawkins et.al, 1998
2.1.2.1 Keputusan Pembelian Kebiasaan
Ketika sebuah masalah dikenali, penilaian internal (ingatan jangka
panjang) hanya menyediakan satu buah solusi terpilih (merek),
merek tersebut dibeli, dan sebuah evaluasi hanya muncul jika
performa merek tersebut tidak sesuai yang diharapkan. Keputusan
pembelian kebiasaan muncul ketika ada keterlibatan yang sangat
rendah dalam pembelian. Sebuah keputusan pembelian kebiasaan
yang lengkap bahkan tidak mempertimbangkan akan alternative
untuk tidak membeli produk tersebut. Keputusan pembelian ini biasa
dibagi menjadi 2 kategori yang terpisah, yaitu :
1 Keputusan kesetiaan merek :
Seorang konsumen pasti pernah mengalami keterlibatan yang
tinggi dalam membeli suatu produk, sebagai responnya ia
memakai proses keputusan pembelian yang diperluas. Setelah
produk itu didapatkan melalui proses pengambilan keputusan
yang rumit, konsumen mungkin akan membeli lagi produk
tersebut tanpa pertimbangan lebih lanjut. Dengan demikian
konsumen terikat dengan produk tersebut karena ia percaya
dahulu produk tersebut adalah yang terbaik yang dapat
memenuhi semua kebutuhannya dan ia telah membentuk ikatan
emosional pada produk tersebut.
2 Keputusan pembelian berulang :
Konsumen mungkin percaya bahwa produk satu dengan yang
lainnya adalah sama (dalam satu kategori produk). Dan
konsumen mungkin tidak mempunyai banyak kepentingan
dikategori produk tersebut atau pembeliannya. Ketika konsumen
tersebut telah mencoba salah satu produk kemudian merasa puas,
ia akan membelinya lagi kapanpun ia membutuhkannya. Dengan
demikian konsumen tersebut telah menjadi pembeli ulang
produk, tapi ia tidak terikat dengan produk tersebut.
2.1.2.2 Keputusan Pembelian Terbatas
Keputusan pembelian terbatas meliputi pertengahan antara keputusan
pembelian kebiasaan dengan keputusan pembelian yang diperluas.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, keputusan pembelian
terbatas mirip dengan keputusan pembelian kebiasaan. Dalam
pembelian, konsumen mungkin mempunyai aturan keputusan untuk
membeli merek yang paling murah.
Keputusan pembelian terbatas juga muncul untuk merespon
kebutuhan lingkungan atau emosional. Konsumen mungkin
memutuskan untuk membeli merek baru karena bosan dengan yang
ia gunakan selama ini. Keputusan seperti ini akan mengevaluasi
hanya yang terlalu dari alternatif-alternatif yang tersedia. Konsumen
mungkin juga akan mengevaluasi pembelian berdasarkan perilaku
lingkungan. Secara umum, keputusan pembelian terbatas melibatkan
pengenalan masalah dengan beberapa solusi yang memungkinkan.
Terdapat pencairan internal dan eksternal yang terbatas hanya sedikit
alternatif yang dievaluasi pada sedikit dimensi yang menggunakan
aturan seleksi yang sederhana. Hanya ada sedikit evaluasi setelah
pembelian dan penggunaan produk kecuali jika terdapat kerusakan
produk.
2.1.2.3 Keputusan Pembelian Yang Diperluas.
Keputusan yang diperluas adalah respon dari keterlibatan pembelian
yang tinggi. Terdapat pencairan informasi internal dan eksternal
yang luas diikuti dengan evaluasi yang kompleks dari banyak
alternative. Setelah pembelian, terdapat keraguan akan ketepatan
keputusan yang diambil dan kemudian keputusan pembelian yang
mencapai tingkat kerumitan seperti ini. Walaupun begitu, banyak
produk seperti rumah, computer, dan alat-alat-alat rekreasi yang
rumit seperti tenda, seringkali dibeli dengan pengambilan keputusan
pembelian yang diperluas.
Keputusan untuk membeli yang diambil oleh konsumen, sebenarnya
merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan
membeli mempunyai suatu struktur sebanyak 5 keputusan, yaitu
(simamora, 2002).
1 Keputusan tentang jenis produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli bentuk
produk yang ditawarkan oleh perusahaan tertentu. Keputusan
tersebut mengangkut pula ukuran, mutu, corak, dan sebagainya.
Dalam hal ini perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk
mengetahui kesukaan konsumen tentang produk yang
bersangkutan agar dapat memaksimalkan daya tarik juga.
2 Keputusan tentang bentuk produk
3 Keputusan tentang merek.
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana
yang akan dibeli, dalam hal ini perusahaan harus mengetahui
bagaimana memilih sebuah merek.
4 Keputusan tentang penjualnya.
Konsumen harus mengambil keputusan dimana produk yang
akan dibeli termasuk didalamnya, yaitu tentang lokasi produk
tersebut dijual.
5 Keputusan tentang jumlah produk.
Konsumen dapat mengambil keputusan seberapa banyak produk
yang akan dibelinya pada suatu saat. Dalam hal ini perusahaan
harus mempersiapkan produk sesuai dengan keinginan yang
berbeda-beda dari pada konsumen.
Dimensi untuk mengetahui keputusan pembelian yang diambil
oleh konsumen (Sutisna, 2003) yaitu :
1 Benefit association
Dalam criteria benefit association, konsumen menentukan
manfaat yang diinginkan dari produk yang akan dibeli dan
menghubungkan criteria manfaat itu dengan karakteristik
merek. Criteria manfaat yang bias diambil adalah kemudahan
mengngat nama merek produk ketika dihadapkan dalam
keputusan membeli produk tersebut.
2 Prioritas dalam membeli
Dalam beberapa situasi, pengambilan keputusan pembelian
dengan keterlibatan rendah ditandai oleh perbedaan merek
yang nyata. Dalam situasi demikian, sering konsumen banyak
melakukan pergantian merek.
2.1.3. Citra Merek
Pengertian citra menurut Kotler (2002) adalah depresi konsumen
terhadap perasahaan atau produknya. Citra merek dianggap sebagai jenis
asosiasi atau citra tertentu yang muncul dibenak konsumen ketika
mengingat sebuah merek produk tertentu.
Me Enally dan De Chernatony (1999; dalam Alif, 2002) menjelaskan
evolusi dan konsep serta citra merek berdasarkan 6 tahap yaitu:
1. Produk tidak bermerek
Pada tahap ini, produk hanya sekedar komoditi tanpa merek.
2. Merek sebagai referensi
Tahap ini diakibatkan karena mulai terjadinya persaingan yang kompetitif.
Nama merek yang diciptakan berdasarkan citra produk menjadi faktor
penting dalam mengambil keputusan pembelian.
3. Merek sebagai kepribadian
Dengan memadukan karakteristik keperibadian ke dalam merek akan lebih
menarik bagi konsumen yang akan mengafiliasikannya dengan pribadi
tertentu.
4. Merek sebagai ikon
Pada tahap ini konsumen memiliki pengetahuan yang ekstensif tetnang
merek dan memanfaatkannya untuk menciptakan identitas diri.
5. Merek sebagai perusahaan
Merek memiliki identitas yang kompleks karena banyak terjadi kontak
antara konsumen dengan merek.
6. Merek sebagai kebijakan
Konsumen memiliki komitmen untuk mendukung kebijakan perusahaan
dengan melakukan pembelian dari perusahaan tertentu.
Dimensi untuk mengukur citra merek yang dapat mempengaruhi
pilihan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian (Chasanah,
2001) yairu :
a. Pengenalan merek (brand image recognition)
Pengenalan merek merupakan tingkatan dimana para pembeli cukup
mengetahui criteria-kriteria merek yang sudah dikategorikan. Variabel ini
cenderung lebih memperhatikan aspek-aspek fisik dari suatu produk
sehingga kemasan dan desain produk sangat penting dan diperlukan.
b. Sikap terhadap merek (attitude)
Sikap konsumen dapat didefinisikan sebagai terpenuhinya harapan
konsumen terhadap merek untuk mencapai kepuasan tertentu.
c. Keyakinan konsumen (confidence)
Keyakinan merupakan tingkat kepastian konsumen yang menyatakan
keyakinan dan penilaian terhadap suatu produk yang dinilai benar.
Keyakinan datang dari apa yang telah dilihat atau diketahui. Apabila
keyakinan telah terbentuk maka dapat mempengaruhi konsumen untuk
mencoba membeli produk yang diiklankan.
2.1.4. Periklanan
Periklanan (advertising) merupakan komunikasi non personal antara
produsen dan calon konsumen yang disampaikan melalui media yang dilayar
oleh sponsor yang bertujuan untuk membujuk orang membeli produk yang
ditawarkan (Jefins, 1986).
2.1.4.1 Iklan di Televisi
Sejak awal 1990 televisi swasta mulai bermunculan di Indonesia
munculnya televisi swasta membawa dampak yang sangat luas bagi
kehidupan masyarakat Indonesia, karena televisi Indonesia, karena
televisi bisa menjangkau lapisan masyarakat.
Mulai dari berbagai kelompok umur, kelas sosial, gaya hidup dan
profesi semua menjadi jangkauan televisi.
Televisi memiliki keunggulan dalam menyampaikan pesan berbentuk
iklan terhadap masyarakat. Dengan segala kemudahan media televisi
tidak mengenal daratan dan lautan, gunung-gunung, dan lembah-
lembah. Bahkan batas Negara pun bukan merupakan penghalang
masuknya siaran televisi. Apalagi jika dilengkapi dengan tekhnologi
yang lebih mutahir.
Karena keampuhan daya sebar dan daya pikat itulah pada era ini,
komunikan (masyarakat) lebih besar perhatiannya terhadap televisi
ketimbang media iklan lainnya.
Menurut Kasali (1992 ; dalam Durianto dan Liana, 2004) bentuk-
bentuk iklan ditelevisi antara lain :
- Persponsoran
Banyak sekali cara televisi yang penayangan dan pembuatannya
dilakukan atas biaya sponsor atau pengiklanan. Namun biaya yang
ditanggung sangat besar.
- Partisipasi
Pengiklanan dapat mengurangi biaya dalam dan resiko pengiklan
dapat membeli waktu yang tersedia, acara yang tetap maupun
tidak tetap.
- Spot announcement
Bentuk iklan ini mengacu pada iklan yang ditempatkan pada
pergantian acara.
- Public service announcement
Iklan layanan masyarakat ini biasanya dimuat atas permintaan
pemerintah atau suatu LSM untuk menggalang solidaritas
masyarakat atas suatu masalah.
2.1.5. Kualitas produk
Kualitas produk adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk
dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan dan pemeliharaan yang
membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan pelanggan
(Fingenbaum, 1992), sedangkan definisi kualitas dari American Society for
quality control adalah keseluruhan citra serta sifat suatu produk atau
pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat (Kotler, 2002).
Istilah kualitas sangat penting bagi suatu perusahaan (Russel, 1996 ;
dalam Ariani, 2002) karena :
1 Reputasi perusahaan
Perusahaan yang telah menghasilkan suatu produk yang berkualitas, oleh
karena itu, perusahaan tersebut dikenal oleh masyarakat luas dan
mendapatkan nilai lebih dimata masyarakat, karena nilai lebih itulah
maka perusahaan dikenal oleh masyarakat.
2 Penurunan biaya
Untuk menghasilkan produk yang bermutu, perusahaan tidak perlu
mengeluarkan biaya yang tinggi. Hal ini disebabkan perusahaan tersebut
berorientasi pada customer satisfaction, yaitu dengan mendasarkan jenis,
tipe, waktu dan jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan
dan harapan pelanggan.
3 Peningkatan pangsa pasar
Pangsa pasar akan meningkat bila minimasi biaya tercapai, sehingga
harga dapat ditekan walau kualitas tetap menjadi yang utama.
Hal-hal inilah yang mendorong konsumen untuk membeli dan membeli
lagi produk perusahaan sehingga pangsa pasar meningkat.
4 Pertanggung jawaban produk
Dengan semakin meningkat kualitas produk yang dihasilkan, maka
perusahaan akan nampak semakin bertanggung jawab terhadap desain,
proses, dan pendistribusian produk tersebut untuk memenuhi kebutuhan
dan harapan pelanggan.
5 Dampak internasional
Bila perusahaan mampu / menawarkan produk yang bermutu, maka selain
dikenal dipasar local, produk yang ditawarkan juga akan dikenal dan
diterimadipasar internasional.
6 Penampilan produk
Kualitas akan membuat produk dikenal, dan hal ini akan membuat
perusahaan yang menghasilkan produk juga dikenal dan dipercaya
masyarakat lain.
7 Kualitas yang dirasakan
Persaingan yang terjadi saat ini bukan masalah harga, melainkan kualitas
produk. Sebagai produsen dituntut untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan.
Pencapaian kualitas produk atau jasa tidak dapat datang secara tiba-
tiba. Jika perusahaan ingin mencapai kualitas total, maka kualitas harus
menjadi tujuan utama dalam kegiatan aktivitas perusahaan.
Tiga dimensi yang dapat mempengaruhi konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian rokok yaitu :
1 Kinerja (apakah produk tersebut melakukan pekerjaan yang diharapkan ?)
Konsumen potensial biasanya mengevaluasi sebuah produk untuk
menentukan apakah produk tersebut akan mengerjakan fungsi yang
spesifik dan sebaik apa kerjanya dalam mengerjakan fungsi tersebut.
Kinerja bias dinilai melalui rasa rokok yang dapat memuaskan perokok.
2 Aestetik (seperti apa bentuk produk tersebut ?)
Aestetik adalah kemenarikan visual dari produk. Bahkan material yang
digunakan dalam pembuatan produk mempunyai kualitas yang bagus.
3 Perceived quality (reputasi apa yang dipunyai oleh perusahaan atau
produknya ?)
Perceived quality dapat didefinisikan sebagai kualitas yang dinilai atau
yang diharapkan oleh konsumen. Pada banyak kasus, konsumen
mengendalikan reputasi perusahaan dalam kaitannya dengan menilai
kualitas produk mereka.
2.1.6. Kelompok Acuan
Kelompok acuan didefinisikan sebagai orang atau kelompok orang
yang mempengaruhi secara bermakna perilaku individu. Kelompok acuan
memberikan standar (norma) dan nilai yang dapat menjadi perspektif penentu
mengenai bagaimana seseorang berfikir atau berperilaku (Engel et al. 1994).
Jenis kelompok sosial yang berpengaruh pada perilaku seseorang
konsumen adalah suatu kelompok kecil dimana para anggotanya dapat saling
bertatap muka. Kelompok rutin seperti ini misalnya keluarga, lingkungan
teman atau perhimpunan lokal.
Kelompok acuan dapat mengambil banyak bentuk, tergantung pada
tingkat hubungan tinbal balik pribadi, struktur, dan tujuan yang dimaksud.
Ada beberapa jenis kelompok acuan (Engel et al, 1994), yaitu :
1 Primer versus sekunder
a. Kelompok primer
Pengaruh dan dampak terbesar biasanya digunakan oleh kelompok
primer, yang didefinisikan sebagai agregasi sosial yang cukup kecil
untuk memungkinkan dan memudahkan interaksi bersemuka (face to
face) yang tak terbatas. Mereka ada karena “kesukaan menarik
kesukaan”. Ada kekohesifan dan partisipasi yang termotivasi. Para
anggota memperlihatkan kesamaan yang mencolok dalam
kepercayaan dan perilaku. Keluarga adalah sebuah contoh paling
nyata dari sebuah kelompok primer, khususnya didunia non barat,
dimana keluarga besar dan marga menjalankan pengaruh yang
dominan pada pilihan individual.
b. Kelompok sekunder.
Jenis kelompok acuan ini juga memiliki interaksi bersemuka, tetapi
lebih sporadis, kurang komprehensif, dan kurang berpengaruh dalam
membentuk gagasan dan perilaku. Contoh dari kelompok sekunder
adalah asosiasi profesional, serikat pekerja, dan organisasi
komunikasi.
2 Aspirasi versus disosiatif
a. Kelompok aspirasi
Didalam jenis kelompok acuan ini, terdapat suatu keinginan untuk
menggunakan norma, nilai, dan perilaku orang lain. Kadang ada
antisipasi penerimaan dalam anggota dan motivasi untuk berperilaku
sesuai dengannya. Walaupun kerap tidak langsung, dapat memainkan
peranan yang bermakna didalam pilihan produk.
b. Kelompok disosiatif
Pengaruh juga dapat digunakan oleh orang lain ketika individu
dimotivasi untuk menghindari asosiasi. Banyak dari apa yang disebut
“baby boomers” (yang dilahirkan antara tahun 1946 dan 1964),
misalnya, meninggalkan gaya hidup materialistis yang berlebihan dari
suatu pangsa didalam masa usia mereka yang dikenal sebagai
“yuppies”.
3 Formal versus informal
a. Kelompok formal
Kelompok formal diuraikan dengan daftar anggota yang didefinisikan
dan sudah dikenal, dan organisasi serta dikodifikasi secara tertulis.
Contohnya adalah gereja, badan persaudaraan, dan organisasi
pelayanan komunitas. Pengaruh yang digunakan pada perilaku
bervariasi, tergantung pada motivasi individu yang bersangkutan
untuk menerima atau menuruti standar kelompok.
b. Kelompok informal
Seperti yang diharapkan, kelompok mempunyai jauh lebih kecil
sedikit struktur dan mungkin didasarkan pada persahabatan atau
asosiasi perguruan tinggi. Norma dapat bersifat keras, tapi jarang
tampak secara tertulis.
2.2 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini seperti terlihat pada gambar 2.2
Citra merek (X1)
H1
H2
H3
H4
Iklan di TV (X2)
Kualitas produk (X3)
Keputusan pembelian
(Y)
Kelompok acuan (X4)
2.3 Hipotesis
Lebih merupakan pernyataan dari hubungan yang diajukan daripada
pertanyaan yang harus dijawab, merefleksikan ekspektasi dari pemilik, dan dapat
di uji secara empiris (Malhotra : 2002).
1. H1 = Terdapat pengaruh yang positif dari faktor citra merek (Xi) terhadap
keputusan konsumen dan membeli rokok Gudang Garam (Y).
2. H2 = Terdapat pengaruh yang positif dari faktor / iklan di TV (Xa) terhadap
keputusan konsumen dalam membeli rokok Gudang Garam (Y).
3. H3 = Terdapat pengarah yang positif dari faktor kualitas produk (X3)
terhadap keputusan konsumen dalam membeli rokok Gudang Garam
(Y).
4. H4 = Terdapat pengarah yang positif dari faktor kelompok acuan (X4)
terdapat keputusan konsumen dalam membeli rokok Gudang Garam
(Y).