bab ii tb.docx

Upload: yusep-bule

Post on 09-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    1/16

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Dasar TBC

    1. Pengertian

    Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang

    disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyebab penyakit

    ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria

    termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo

    Actinomycetales. Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M.

    tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari

    beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang

    terpenting dan paling sering dijumpai. Bakteri ini merupakan bakteri basil

    yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.

    Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan

    bagian lain tubuh manusia (Masrin, 2008).

    Tuberkolosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

    kuman TBC (Mikobakterium tuberkulosa) sebagian besar kuman TBC

    menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya

    (Depkes RI, 2002).

    Tuberkolosis fulmoner adalah penyakit infeksius yang terutama

    menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mikobakterium

    tuberkulosa (Smeltzer dan Bare, 2001).

    Klasifikasi Tuberkolosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan

    kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis :

    a. Tuberkolosis paru

    b. Bekas tuberkolosis paru

    c. Tuberkolosis paru tersangka yang terbagi dalam :

    1. TB paru tersangka yang diobati (sputum TBA negatif, tapi tanda-

    tanda lain positif).

    2. TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatif dan

    tanda-tanda lain meragukan).

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    2/16

    2. Anatomi dan Fisiologi

    Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernafasan Pada Manusia

    Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah

    hidung, faring, laring, trachea, bronkus, dan bronkiolus. Hidung, nares

    anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran

    itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga

    hidung). Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akanpembuluh darah dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan

    selaput lendir sinus yang mempunyai rongga masuk ke dalam rongga

    hidung. Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak

    sampai persambungannya dengan eshopagus pada ketinggian tulang

    rawan krikhoid. Maka letaknya dibelakang laring (laring-faringeal).

    Paru-paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan

    kanan.Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di

    dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk

    lubrikan. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius,

    inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan

    inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung

    pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar,

    sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru

    mengandung 150 juta alveoli sehingga mempunyai permukaan yang

    cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    3/16

    Proses fisiologi pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara

    ke dalam jaringan-jaringan dan karbondiaoksida dikeluarkan ke udara.

    Ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah

    ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas kedalam dan ke luar paru-

    paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara muara atmosfer dan

    alveolus akibat kerja mekanik dan otot-otot. Stadium kedua transportasi

    yang terdiri dan beberapa aspek yaitu :

    a. Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksternal)

    antara darah sitemik dan sel-sel jaringan.

    b. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan

    distribusi udara dalam alveolus.

    c. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah

    respimi atau respirasi intema merupakan stadium akhir dari respirasi,

    yaitu sel dimana metabolik dioksida untuk mendapatkan energi dan

    karbon dioksida terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel

    dan dikeluarkan oleh paru-paru.

    d. Transfortasi yaitu tahap kedua dari proses pernafasan mencakup

    proses difusi gas-gas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis

    (tebalnya kurang dari 0,5 . Kekuatan mendorong untuk pemindahan

    ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas.

    e. Perfusi yaitu pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan

    kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam

    paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler dalam perkataan lain

    ventilasi dan perfusi dari unit pulmonary harus sesuai pada orang

    normal dengan posisi tegak dan keadaan istirahat maka ventilasi dan

    perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-paru.

    Secara garis besar bahwa paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut

    (Tambayong, 2001) :

    a. Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan oksigen dari udara

    atmosfer ke darah vena dan mengeluarkan gas karbondioksida dari

    alveoli ke udara atmosfer.

    b. Menyaring bahan beracun dari sirkulasi

    c. Reservoir darah

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    4/16

    d. Fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas

    3. Etiologi

    Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis

    kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 dan tebal

    0,3-0,6 dan digolongkan dalam basil tahan asam (Suyono, 2001).

    4. Patofisiologi

    Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan terinfeksi.

    Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak

    diri, basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan pembuluh darah ke

    area paru lain dan bagian tubuh lainnya.

    Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.

    Pagosit menelan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis melisis basil

    dan jaringan normal sehingga mengakibatkan penumpukan eksudat dalam

    alveoli dan menyebabkan bronkopnemonia.

    Masa jatingan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan

    yang sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif.

    Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa yang bagian sentralnya

    disebut kompleks Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik,

    membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi

    membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman tanpa

    perkembangan penyakit aktif karena gangguan atau respon inadekuat

    sistem imun maupun karena infeksi ulang dan aktifasi bakteri dorman.

    Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju

    ke bronki. Bakteri kemudian menyebar di udara mengakibatkan

    penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak

    mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut (Price, 2000).

    5. Manifestasi Klinik

    Gambaran klinis pada tuberkulosis mungkin belum muncul pada infeksi

    awal dan mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif.

    Bila timbul infeksi aktif pasien biasanya memperlihatkan gejala seperti

    batuk purulen produktif disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari),

    malaise, keringat malam (diaphoresis), gejala flu, batuk darah, kelelahan,

    hilang nafsu makan dan penurunan berat badan (Corwin, 2001).

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    5/16

    6. Penatalaksanaan

    a. Pengobatan

    Tujuan terpenting dari tatalaksana pengobatan tuberkulosis adalah

    eradikasi cepat M. Tuberculosis mencegah resistensi dan mencegah

    terjadinya komplikasi.

    Jenis dan dosis obat anti TB Paru :

    1. Isoniazid (H)

    Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap

    kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang

    berkembang. Efek samping yang mungkin timbul berupa neuritis

    perifer, hepatitis rash, demam. Bila terjadi ikterus pengobatan dapat

    dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai ikterus membaik. Efek

    samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal.

    Pada keadaan ini pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.

    2. Rifampisin (R)

    Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dorman

    (parsisten). Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual,reaksi

    demam, trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warna

    merah atau jingga pada air seni dan keringat dan itu harus

    diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak menjadi

    cemas. Warna merah tersebut terjadi karena metabolisme obat dan

    tidak berbahaya.

    3. Pirazinamid (P)

    Bersifat bakterisid dapa membunuh kuman yang berada dalam sel

    dalam suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah

    hiperurikemia, hepatitis, atralgia.

    4. Streptomisin (S)

    Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah

    nefrotoksik dan kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan

    dengan keseimbangan dan pendengaran.

    5. Ethambutol (E)

    Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan

    penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta

    warna merah dan hijau, maupun optic neuritis.

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    6/16

    b. Pembedahan

    Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil yaitu dengan mengangkat

    jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki

    kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa

    tuberkulosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.

    c. Pencegahan

    Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis,

    mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat,

    minum susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa

    sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian

    imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi

    oleh basil tuberkulosis virulen (Depkes, 2002).

    7. Prioritas Keperawatan TB Paru

    Mempertahankan oksigenasi adekuat, mencegah penyebaran infeksi,

    mendukung perilaku mempertahankan kesehatan, meningkatkan strategi

    koping efektif, memberi informasi tentang proses penyakit/prognosis dan

    kebutuhan pengobatan (Smeltzer dan Bare, 2001).

    8. Komplikasi

    Penderita TB Paru antara lain :

    a. Pendarahan dari saluran pernafasan bagian bawah yang dapat

    mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

    jalan nafas.

    b. Penyebaran infeksi ke organ lain

    Misalnya : otak, jantung, persendian, ginjal (Corwin, 2001).

    9. Fokus Pengkajian Keperawatan

    Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk (2000) riwayat keperawatan yang

    perlu dikaji adalah :

    a. Aktivitas/Istirahat

    Gejala :

    Terjadi kelelahan umum dan kelemahan, dipsnea saat kerja maupun

    istirahat, kesulitan tidur pada malam hari, demam pada malam hari,

    menggigil, berkeringat pada malam hari (diaphoresis) dan mimpi buruk.

    Tanda :

    Takikardia, takipnea, dipsnea saat kerja, kelelahan otot dan nyeri

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    7/16

    b. Sirkulasi

    Gejala : Palpitasi

    Tanda :

    Takikardia, disritmia, adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung

    akibat effusi), nadi apikal berpindah oleh adanya penyimpangan

    mediastinal, tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat

    adanya udara dalam madiastinum), TD : hipertensi/hipotensi, distensi

    vena jugularis.

    c. Integritas Ego

    Gejala :

    Gejala-gejala stres yang berhubungan dengan lamanya perjalanan

    penyakit, masalah keuangan, perasaan tidak berdaya/putus asa,

    menurunnya produktivitas.

    Tanda :

    Menyangkal (kasusnya pada tahap dini), ansietas, ketakutan gelisah,

    iritabel, perhatian menurun, perunahan mental (tahap lanjut).

    d. Makanan dan Cairan

    Gejala : Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan

    Tanda :

    Turgor kulit kering, buruk, bersisik, kehilangan massa otot, kehilangan

    lemak subkutan.

    e. Nyeri dan Kenyamanan

    Gejala :

    Nyeri dada meningkat karena pernafasan, batuk berulang nyeri

    tajam/menusuk diperberat oleh nafas dalam, mungkin menyebar ke

    bahu, leher atau abdomen.

    Tanda :

    Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah

    f. Pernafasan

    Gejala :

    Batuk (produktif atau tidak produktif), nafas pendek, riwayat terpanjang

    tuberkulosis dengan individu terinfeksi

    Tanda :

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    8/16

    Peningkatan frekuensi pernafasan, peningkatan kerja nafas,

    pengguanaan otot aksesori pernafasan pada dada, leher, retraksi

    interkostal, ekspirasi abdominal kuat, pengembangan dada tidak

    simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus, pada pneumothorax

    perkusi hipperesonan di atas area yang terlihat, bunyi nafas

    menurunatau tidak ada secara bilateral atau unilateral, bunyi nafas

    tubuler atau pektoral di atas lesi, crackles di atas apeks paru selama

    inspirasi cepat setelah batuk pendek (crackles posttussive),

    karakteristik sputum hijau purulen, mukoid kuning atau bercak darah,

    deviasi trachea.

    g. Keamanan

    Gejala :

    Kondisi penurunan imunitas secara umum memudahkan infeksi

    sekunder

    Tanda : Demam ringan atau demam akut

    h. Interaksi Sosial

    Gejala :

    Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular, perubahan

    aktivitas sehari-hari karena perubahan kapasitas fisik untuk

    melaksanakan peran.

    i. Penyuluhan/Pembelajaran

    Gejala :

    Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk,

    gagal untuk membaik/kambuhnya TB, tidak berpartisipasi dalam terapi.

    j. Macam tes diagnostik yang dapa dilakukan untuk mendeteksi

    pemeriksaan TB Paru

    Tabel 2.1 Macam Test Diagnostik pada pemeriksaan TB Paru

    Jenis Pemerikasaan Interpretasi Hasil

    Sputum :

    -Kultur

    Mycobacterium tuberculosis positif

    pada tahap aktif, penting, untuk

    menetapkan diagnosa pasti dan

    melakukan uji kepekaan terhadap

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    9/16

    obat.

    -Ziehl-Neelsen

    Tes Kulit (PPD, Mantoux,

    Vollmer)

    BTA positif

    Reaksi positif (area indurasi 10

    mm atau lebih) menunjukkaninfeksi massa lalu dan adanya

    antibodi tetapi tidak berarti untuk

    menunjukan keaktifan penyakit.

    Foto thorax Dapat menunjukan infiltrasi lesi

    awal pada area paru, simpanan

    kalsium lesi sembuh primer, efusi

    cairan, akumulasi udara, area

    cavitas, area fibrosa dan

    penyimpangan struktur

    mediastinal.

    Histologi atau kultur jaringan

    (termasuk bilasan lambung, urine,

    cairan serobrospinal, biopsi kulit)

    Hasil positif dapat menunjukan

    serangan ekstrapulmonal

    Biopsi jarum pada jaringan paru Positif untuk gralunoma TB,

    adanya giant cell menunjukan

    nekrosis

    Darah :

    -LED

    -Limfosit

    -Elektrolit

    -Analisa Gas Darah

    Indikator stabilitas biologik

    penderita, respon terhadap

    pengobatan dan predeksi tingkat

    penyembuhan. Sering meningkat

    pada proses aktif

    Menggambarkan status imunitas

    penderita (normal atau supresi)

    Hiponatremia dapat terjadi akibat

    retansi cairan pada TB paru kronik

    luas

    Hasil bervariasi tergantung lokasi

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    10/16

    -Tes Faal Paru

    dan beratnya kerusakan paru

    Penurunan kapasitas vital,

    peningkatan ruang mati,

    peningkatan rasio udara residudan kapasitas paru total,

    penurunan saturasi oksigen

    sebagai akibat dari infiltrasi

    parenkim/fibrosis, kehilangan

    jaringan paru dan penyakit pleural

    k. Diagnosa Keperawatan

    1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret

    kental, kelemahan upaya batuk buruk.

    2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen

    dan kekurangan upaya batuk

    3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

    permukaan efek paru. Kerusakan membran di alveolar, kapiler,

    sekret kevtal dan tebal

    4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan mual, muntah, anoreksia

    5. Gangguan pada istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas

    dan batuk

    6. Intoleransi akvifitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat

    oksigenasi untuk aktivitas.

    7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi aturan tindakan dan

    pencegahan berhubungan dengan jalan interpretasi inibrasi,

    keterbatasan kognitif

    8. Resiko tinggi infeksi terhadap penyebaran berhubungan dengan

    pertahanan primer adekuat, kerusakan jaringan penekanan proses

    inflamasi, mal nutrisi.

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    11/16

    B. Penatalaksanaan Batuk Efektif

    1. Pengertian

    Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana

    pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat

    mengeluarkan dahak secara maksimal. Tehnik batuk efektif merupakan

    tindakan yang dilakukan untuk membersihkan sekresi dari saluran nafas.

    Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi

    paru, mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi skresi

    seperti pneumonia, atelektasis dan demam. Batuk efektif memberikan

    kontribusi yang positif terhadap pengeluaran volume sputum. Dengan

    batuk efektif pasien menjadi tahu tentang bagaimana cara mengeluarkan

    sputum. Orang sehat tidak mengeluarkan sputum kalau kadang-

    kadang ada, jumlahnya sangat kecil sehingga tidak dapat diukur.

    Banyaknya yang dikeluarkan bukan saja ditentukan oleh penyakit yang

    tengah diderita, tetapi juga oleh stadium penyakit itu.

    Caranya adalah sebelum dilakukan batuk, klien dianjurkan untuk

    minum air hangat dengan rasionalisasi untuk mengencerkan dahak.

    Setelah itu dianjurkan untuk inspirasi dalam. Hal ini dilakukan selama

    dua kali. Kemudian setelah insipirasi yang ketiga, anjurkan pasien untuk

    membatukkan dengan kuat.

    2. Tujuan

    Batuk efektif dan nafas dalam merupakan teknik batuk efektif yang

    menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi, yang

    bertujuan ( Jenkins, 1996 ):

    a. Merangsang terbukanya system kolateral

    b. Meningkatkan distribusi ventilasi

    c. Meningkatkan volume paru

    d. Memfasilitasi pembersihan saluran napas

    3. Indikasi

    a. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :

    Pasien yang memakai ventilasi

    Pasien yang melakukan tirah baring yang lama

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    12/16

    Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik

    atau bronkiektasis

    Pasien dengan batuk yang tidak efektif .

    b. Mobilisasi sekret yang tertahan : Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret

    Pasien dengan abses paru

    Pasien dengan pneumonia

    Pasien pre dan post operatif

    Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan

    menelan atau batuk

    4. Kontra Indikasia. Tension pneumotoraks

    b. Hemoptisis

    c. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark

    miokard akutrd infark dan aritmia.

    d. Edema paru

    e. Efusi pleura yang luas

    5. Manfaat

    a. Mengeluarkan sekret yang menyumbat jalan nafas

    b. Untuk memperingan keluhan pada saat sesak nafas

    6. Cara Batuk Efektif

    a. Tarik nafas dalam 4-5 kali

    b. Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik

    c. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan dengan kuat

    d. Lakukan 4 kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan dengan

    kebutuhan

    e. Perhatikan kondisi penderita

    7. Akibat Batuk Tidak Efektif

    1. Kolaps saluran nafas

    2. Ruptur dinding alveoli

    3. Pneumothoraks

    8. Teknik Batuk Efektif

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    13/16

    a. Huff Coughing adalah teknik mengontrol batuk yang dapat digunakan

    pada pasien menderita penyakit paru-paru seperti COPD/PPOK,

    emphysema atau cystic fibrosis.

    b. Huff Coughing :

    Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas dari Tehnik Batuk huff:

    1. Keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas.

    Mulai dengan bernafas pelan. Ambil nafas secara perlahan, akhiri

    dengan mengeluarkan nafas secar perlahan selama 34 detik.

    2. Tarik nafas secara diafragma, Lakukan secara pelan dan nyaman,

    jangan sampai overventilasi paru-paru.

    3. Setelah menarik nafas secra perlahan, tahan nafas selama 3 detik,

    Ini untuk mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk

    huff secara efektif.

    4. Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk

    melakukan pengeluaran nafas cepat sebanyak 3 kali dengan

    saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan dengan bunyi Ha,ha,ha

    atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis terbuka dan

    mempermudah pengeluaran mucus.

    5. Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.

    6. Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus sampai ke belakang

    tenggorokkan.

    7. Setelah itu batukkan dan keluarkan mucus/dahak

    c. Postsurgical Deep Coughing

    Step 1 :

    1. Duduk di sudut tempat tidur atau kursi, juga dpat berbaring

    terlentang dengan lutut agak ditekukkan.

    2. Pegang/tahan bantal atau gulungan handuk terhadap luka operasi

    dengan kedua tangan.

    3. Bernafaslah dengan normal.

    Step 2

    1. Bernafaslah dengan pelan dan dalam melalui hidung.

    2. Kemudian keluarkan nafas dengan penuh melalui mulut, Ulangi

    untuk yang kedua kalinya.

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    14/16

    3. Untuk ketiga kalinya, Ambil nafas secara pelan dan dalam melalui

    hidung, Penuhi paru-paru sampai terasa sepenuh mungkin.

    Step 3

    1. Batukkan 2 3 kali secara berturut-turut. Usahakan untuk

    mengeluarkan udara dari paru-paru semaksimalkan mungkin ketika

    batuk.

    2. Relax dan bernafas seperti biasa.

    3. Ulangi tindakan diatas.

    C. Landasan teori

    Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang

    disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyebab penyakit ini

    adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk

    dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales.

    Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M.

    africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M.

    tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai.

    Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan

    waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ

    paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia (Masrin, 2008).

    Mycobacterium tuberculosa yang berbentuk batang dan mempunyai

    sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu

    disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati

    dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di

    tempat gelap dan lembab. Oleh karena itu dalam jaringan tubuh kuman ini

    dapat dorman (tidur), tertidur lama selama beberapa tahun (Depkes, 2002).

    M. tuberculosis merupakan kuman berbentuk batang, berukuran panjang 5

    dan lebar 3, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob, pada

    pewarnaan gram maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam.

    Oleh karena itu M. tuberculosis disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA.

    Pada dinding sel M. Tuberculosis lapisan lemak berhubungan dengan

    arabinogalaktan dan peptidoglikan yang ada dibawahnya, hal ini menurunkan

    permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.

    Lipoarabinomannan, yaitu suatu molekul lain dalam dinding sel M.

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    15/16

    tuberculosis, yang berperan dalam interaksi antara inang dan patogen,

    sehingga M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag (Anonim,

    2009).

    Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana

    pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat

    mengeluarkan dahak secara maksimal. Tehnik batuk efektif merupakan

    tindakan yang dilakukan untuk membersihkan sekresi dari saluran nafas.

    Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi paru,

    mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi skresi seperti

    pneumonia, atelektasis dan demam. Batuk efektif memberikan kontribusi

    yang positif terhadap pengeluaran volume sputum. Dengan batuk efektif

    pasien menjadi tahu tentang bagaimana cara mengeluarkan sputum. Orang

    sehat tidak mengeluarkan sputum kalau kadang-kadang ada, jumlahnya

    sangat kecil sehingga tidak dapat diukur. Banyaknya yang dikeluarkan

    bukan saja ditentukan oleh penyakit yang tengah diderita, tetapi juga oleh

    stadium penyakit itu.

    Caranya adalah sebelum dilakukan batuk, klien dianjurkan untuk

    minum air hangat dengan rasionalisasi untuk mengencerkan dahak.

    Setelah itu dianjurkan untuk inspirasi dalam. Hal ini dilakukan selama dua

    kali. Kemudian setelah insipirasi yang ketiga, anjurkan pasien untuk

    membatukkan dengan kuat.

  • 5/19/2018 BAB II TB.docx

    16/16

    D. Kerangka Konsep

    Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep

    E. Hipotesis

    Gejala Klinis

    TB Paru

    Radiologis

    Sputum

    BTA (SPS)

    GambaranRadiologis

    lesi luas, kavitas- Jumlah Kuman :

    5000-10000/ml

    Gambaran Radiologislesi minimal, kavitas (-)

    - Jumlah Kuman :