bab ii studi literatur dan teori -...

21
7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur, Proyek dan Teori Arsitektur dengan Tema Musik 3 2.1.1. Elizabeth Martin, “Architecture as Translation of Music” (Teori y-condition) Elizabeth Martin menggambarkan pemikirannya tentang hubungan arsitektur dan musik dengan menggunakan metafora y-condition, berangkat dari anggapan bahwa dalam setiap penerjemahan satu disiplin ilmu ke yang lain, terdapat nilai / makna tertentu yang dipindahkan melalui “membran” yang definitif. Sama seperti bunyi “y” [wai] seringkali terdengar sebagai “i” [ai] dan “e” [i:], disebut juga semi-vowel. Louis Kahn pernah menyatakan arsitektur “besar” adalah arsitektur yang dimulai dengan yang tak terukur (immeasurable), melewati proses yang terukur (measurable), dan kembali pada hasil yang tak terukur. Dalam kasus ini, “memulai dengan yang tak terukur” adalah memulai mengeksplorasi y-condition, kondisi-y dari musik dan arsitektur. Y-condition mengeksplor dua bentuk seni tersebut dengan cara membandingkannya (komparatif), sampai batasan-batasan tertentu. Seperti: - sifat-sifat fisik cahaya dan optik pada arsitektur, dibandingkan dengan sifat suara dan pendengaran pada musik - media ekspresi berupa garis, geometri, warna pada arsitektur, dibandingkan dengan media ekspresi berupa not, nada-nada, ritme pada musik. Program dan tapak ditentukan berdasarkan musik yang ingin dieksplorasi, dalam hal ini adalah musik minimal. Penentuan ini dilakukan bukan sebaliknya, karena terdapat penekanan dalam proses eksplorasi. Program yang sesuai dengan musik minimal adalah fungsi bangunan yang dapat menampung sintesis semua bidang dari pengetahuan yaitu Epicyclarium (dirancang oleh Lebbeus Woods). Sedangkan tapak yang memiliki karakteristik 3 Studi literatur dalam sub-bab ini merupakan sebagai pijakan awal dalam penentuan arah perancangan dalam tesis ini. Dalam bab dan sub-bab berikutnya juga akan terdapat studi literatur yang dilakukan setelah melakukan penjelajahan ide.

Upload: vuanh

Post on 31-Jan-2018

246 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

7

BAB II

STUDI LITERATUR DAN TEORI

2.1. Kajian Literatur, Proyek dan Teori Arsitektur dengan Tema Musik3

2.1.1. Elizabeth Martin, “Architecture as Translation of Music”

(Teori y-condition)

Elizabeth Martin menggambarkan pemikirannya tentang hubungan

arsitektur dan musik dengan menggunakan metafora y-condition, berangkat dari

anggapan bahwa dalam setiap penerjemahan satu disiplin ilmu ke yang lain,

terdapat nilai / makna tertentu yang dipindahkan melalui “membran” yang

definitif. Sama seperti bunyi “y” [wai] seringkali terdengar sebagai “i” [ai] dan

“e” [i:], disebut juga semi-vowel.

Louis Kahn pernah menyatakan arsitektur “besar” adalah arsitektur yang dimulai

dengan yang tak terukur (immeasurable), melewati proses yang terukur

(measurable), dan kembali pada hasil yang tak terukur. Dalam kasus ini,

“memulai dengan yang tak terukur” adalah memulai mengeksplorasi y-condition,

kondisi-y dari musik dan arsitektur.

Y-condition mengeksplor dua bentuk seni tersebut dengan cara

membandingkannya (komparatif), sampai batasan-batasan tertentu. Seperti:

- sifat-sifat fisik cahaya dan optik pada arsitektur, dibandingkan dengan sifat

suara dan pendengaran pada musik

- media ekspresi berupa garis, geometri, warna pada arsitektur, dibandingkan

dengan media ekspresi berupa not, nada-nada, ritme pada musik.

Program dan tapak ditentukan berdasarkan musik yang ingin dieksplorasi,

dalam hal ini adalah musik minimal. Penentuan ini dilakukan bukan sebaliknya,

karena terdapat penekanan dalam proses eksplorasi.

Program yang sesuai dengan musik minimal adalah fungsi bangunan yang

dapat menampung sintesis semua bidang dari pengetahuan yaitu Epicyclarium

(dirancang oleh Lebbeus Woods). Sedangkan tapak yang memiliki karakteristik 3 Studi literatur dalam sub-bab ini merupakan sebagai pijakan awal dalam penentuan arah

perancangan dalam tesis ini. Dalam bab dan sub-bab berikutnya juga akan terdapat studi literatur

yang dilakukan setelah melakukan penjelajahan ide.

Page 2: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

8

musik minimal adalah sebuah mesa. Mesa adalah lahan yang melingkar dan

terangkat, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.1. Ilustrasi salah satu desain Epicyclarium (Sumber: www.winhard.de)

Gambar 2.2. Sketsa karakteristik bentuk lahan mesa (Sumber: Architecture as Translation of Music)

Page 3: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

9

Langkah-langkah interpretasi musik minimal menurut Elizabeth Martin adalah

sebagai berikut:

1. Membuat pengulangan. Tidak membuat

urutan linear seperti pada cerita klasik novel

yang memiliki kesimpulan dan penyelesaian

atas suatu konflik. Pengulangan adalah

seperti proses produksi suatu barang dalam

pabrik.

2. Repetisi tradisional:

- Mengutamakan pengulangan ritme, melodi

dan harmoni.

- Adanya konstruksi, simbolisasi dan batasan-

batasan.

3. Repetisi minimal:

-Menciptakan pergerakan

-Tidak memfokuskan pada detail, tetapi pada

keseluruhan lagu

Bentuk

Gerakan

Event

sirkularlinear

Tradisional music : cerita, ada awal & akhir Minimal music : siklus repetitif, proses

Gambar 2.3. Perbandingan musik tradisional dan musik minimal (Sumber: Architecture as Translation of Music)

Gambar 2.4. Perbandingan repetisi musik tradisional dan musik minimal (Sumber: Architecture as Translation of Music)

Musik Tradisional:

Musik Minimal:

Musik tradisional

Musik minimal

Page 4: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

10

4. Hubungan objek – ruang

Pola tertentu dari satu lagu yang dapat

direntangkan atau dirapatkan dengan pola

suara yang tetap (ritme)

5. Bidang-bidang berlapis

Membuat tekstur berlapis dari fragmen-

fragmen musik, memisah-misahkan pola

ketukan-ketukan dan ritme yang berbeda-

beda.

6. Phase-shifting

Memperhatikan bentuk-bentuk dasar

yang diulang dan berubah fase / kecepatan

ritme nadanya. Terdapat nada berpola yang

diulang, dan nada lainnya pada layer lain

yang fasenya berbeda.

Gambar 2.5. Interpretasi densitas pola (Sumber: Architecture as Translation of Music)

Gambar 2.6. Fragmen-fragmen pola (Sumber: Architecture as Translation of Music)

Gambar 2.7. Pergeseran fase (Sumber: Architecture as Translation of Music)

Page 5: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

11

Gambar 2.8. Grafik Musik (Sumber: Architecture as Translation of Music)

Gambar 2.9. Musik grafis dan pembentukan polanya (Sumber: Architecture asTranslation of Music)

Metoda di atas dapat menjadi kerangka dalam menentukan y-condition,

sehingga pada akhirnya didapat bentuk keseluruhannya yang menyatukan

berbagai elemen di atas.

Gambar 2.10. Penyatuan ide-ide menjadi bentuk dasar bangunan (Sumber: Architecture asTranslation of Music)

Penerjemahan musik ke dalam bentuk grafik sangat membantu dalam

pencarian pola-pola nada dan komposisi yang terjadi. Ini memudahkan dalam

penggubahan bentuk-bentuk arsitektural

Page 6: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

12

2.1.2. Steven Holl, “Stretto House”. (Teori analogi arsitektur-musik)

Gambar 2.11. Sketsa konseptual Stretto House oleh Steven Holl (Sumber: Parallax)

Steven Holl merancang Stretto House dengan menggunakan pendekatan

analogi arsitektur-musik. Jika musik memiliki elemen waktu, instrumen dan suara,

maka arsitektur memiliki elemen ruang , material dan cahaya. Parameter elemen

ini dapat dinyatakan dalam rumus:

Musik yang dipilih Holl dalam merancang adalah Music for Strings,

Percussion and Celestra (1936) oleh Bella Bartok. Analogi terhadap arsitektur

adalah:

- Permainan material yang dibagi berdasarkan material berat dan material

ringan. Ini didasari dari musik Bartok yang memang menonjolkan unsur alat

musik perkusi (berat) dan alat musik string / dawai (ringan)

- Empat pergerakan musik ini dianalogikan sebagai 4 massa bangunan yang

bersifat solid (berat), dipadukan dengan atap (bersifat ringan) yang

dikomposisikan di antaranya.

instrumen x suara waktu

material x cahaya ruang =

Page 7: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

13

- Terdapat pola tertentu yang dapat dijadikan acuan komposisi arsitektur. Lagu

ini terdapat pola deret Fibonacci. Alat musik dawai dimainkan pada bar 34,

klimaks pada bar 56, Celesta dimainkan pada bar terakhir 77-89. Deret ini

diterjemahkan ke dalam aturan-aturan Golden Section.

- Kesemua konsep di atas disesuaikan dengan kondisi tapak yang mengandung

unsur bendungan beton (berat) dan air (ringan).

Bagan 2.1. Penganalogian Arsitektur-Musik pada Stretto House

(Sumber: Interpretasi pribadi berdasarkan artikel oleh Steven Holl)

Gambar 2.12. Gubahan massa Stretto House (Sumber: Paralax)

Empat bendungan

Sungai (air)

Sifat masif, berat

Sifat lunak, ringan

Empat massa bangunan masif

Massa bangunan ringan di antaranya: berupa atap

Tapak Sifat

Empat gerakan

Nada

Musik

Alat musik dawai

(string)

Menghasilkan

Arsitektur

Page 8: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

14

Gambar 2.13. Komposisi jendela mengikuti aturan Golden Section dan Deret Fibonacci (Sumber: Paralax)

2.1.3. Christian de Portzamparc, “Cite de la Musique” (The City of Music)

Konsep-konsep perancangan :

- Konsep grid yang dianalogikan dari irama musik

- Perletakan elemen yang tak beraturan pada beberapa bagian membentuk

komposisi yang berloncat-loncat (analogi dari syncopation pada musik).

- Komposisi-komposisi bukaan pada fasade dianalogikan sebagai melodi.

Gambar 2.14. Perbedaan grid pada perancangan kedua blok massa bangunan (Sumber: Tugas Akhir: Pusat Pendidikan dan Apresiasi Musik Klasik)

Page 9: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

15

Gambar 2.15. Perbedaan Susunan bukaan pada fasade (Sumber: Tugas Akhir: Pusat Pendidikan dan Apresiasi Musik Klasik)

Klasik Jazz

Gambar 2.17. Aksen dan syncopation pada interior (Sumber: Tugas Akhir: Pusat Pendidikan dan Apresiasi Musik Klasik)

Fasade kiri: irama cepat dan stakato Fasade kanan: irama lambat dan legato.

Plaza di depan bangunan sayap timur.

Grid lahan Parc de la Villette dari Bernard Tchumi tetap dipertahankan.

Permainan tekstur dan warna yang dianalogikan dari tekstur dan warna musik

Gambar 2.16. Gubahan eksterior (Sumber: Tugas Akhir: Pusat Pendidikan dan Apresiasi Musik Klasik)

Page 10: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

16

2.1.4. Frank Gehry, “Experience Music Project” (EMP)

Gambar 2.18. Gedung EMP dilihat dari atas. (Sumber: www.emplive.org)

EMP merupakan museum musik yang memiliki program kegiatan

pameran interaktif dan interpretif yang menyajikan cerita tentang bagaimana

ekspresi kreatif, inovatif dan pemberontakan membentuk musik populer Amerika,

yaitu esensi dari musik rock ‘n’ roll.

EMP merefleksikan akar rock ‘n’ roll itu sendiri, yaitu jazz, soul, gospel,

country dan blues. Gaya arsitektur khas Frank Gehry sangat sejalan dengan

semangat ini. Simbolisasi yang dilakukan Gehry dalam bentuk arsitektural EMP

antara lain sebagai berikut:

- biru untuk gitar Fender

- emas untuk Les Paul

- ungu untuk Jimi Hendrix (inspirasi dari lagunya: Purple Haze)

Gitar listrik merupakan alat musik yang dominan dalam perkembangan

musik rock. Terlebih, Paul Allen, pencetus ide program ini, merupakan

penggemar lagu-lagu Jimi Hendrix. Oleh karena itu Gehry merasa alat musik ini

Page 11: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

17

dapat memberi inspirasi dalam bangunannya. Ia membeli beberapa gitar listrik

Fender untuk dibawa ke kantornya dan memotongnya menjadi bagian-bagian tak

beraturan dan disusun ulang menjadi bentuk bangunan.

Gambar 2.19. Sketsa Frank Gehry untuk EMP (Sumber: www.arcspace.com)

Gambar 2.20. Elemen arsitektural yang mengikuti bentuk senar gitar, mengikuti bentuk monorail yang menuju EMP (Sumber: www.emplive.org)

Page 12: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

18

2.1.5. Douglas Hollis, “Listening Vessel”

Listening Vessel didesain agar pengunjung dapat saling berkomunikasi di

kedua “lensa”, bahkan secara bisik-bisik sekalipun, dalam ruang terbuka (taman).

“Lensa” ini masing-masing berbentuk parabola yang berjarak 115 kaki satu sama

lain.

Gambar 2.22. Listening Vessel (Sumber: www.douglashollis.com)

Gambar 2.23. Tampak depan Listening Vessel (Sumber: Tesis: Musical Architecture, 2004)

Gambar 2.21. Berbagai sudut bangunan EMP (Sumber: Foto oleh Kirsten Kiser, arcspace.com)

Page 13: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

19

2.1.6. Douglas Hollis, “A Sound Garden”

“Taman suara” ini layaknya sebuah kumpulan pepohonan yang berpuisi.

Masing-masing “pohon” ini merupakan pipa organ yang disambung pada bilah-

bilah seperti baling-baling, sehingga jika terkena angin akan bergerak dan

berbunyi.

Ketika orang duduk pada bangku taman, mereka akan melihat

pemandangan tepi air yang berlatar depan “pohon-pohon” tersebut, sekaligus

mendengar samar-samar suara pipa organ yang dimainkan oleh angin. Di taman

ini, alam-lah yang bersuara dan berpuisi.

Gambar 2.24. “Pohon” pipa organ pada Sound Garden (Sumber: www.douglashollis.com)

Page 14: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

20

Gambar 2.25. Jalan setapak pada Sound Garden (Sumber: www.douglashollis.com)

Gambar 2.26. Pemandangan Sound Garden berlatar tepi air di Seattle dan desain bangku taman tempat untuk menikmati pemandangan tersebut (Sumber: www.douglashollis.com)

Page 15: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

21

2.1.7. Bill & Mary Buchen, “Sonic Architecture”

Studio desain Sonic Architecture yang dibentuk oleh Bill Buchen dan

Mary Buchen ini khusus bergerak dalam bidang seni instalasi interaktif, antara

lain untuk museum anak-anak, galeri dan area publik.

Sesuai dengan penamaannya, Sonic Architecture menekankan penggunaan

unsur suara dalam setiap karya-karyanya. Selain memiliki konsep skulptural,

bentuk-bentuk yang dilahirkan sengaja didesain untuk menghasilkan suara. Sama

seperti alat musik, instalasi ini dapat dimainkan sehingga suara-suara yang

dihasilkan dapat membentuk satu alunan nada. Oleh karena itu disebut sebagai

instalasi interaktif.

Gambar 2.27. “Orchestra”. Instalasi ini dapat dimainkan secara bersama-sama (komunal).

Komponen-komponennya berupa perkusi berbentuk conga, gong, dan drumseat yang dibawahnya terdapat Earth drum yang dimainkan dengan kaki.

(Sumber: www.sonicarchitecture.com)

Gambar 2.28. Sound Playground. Taman bermain Bronx elementary school ini terdiri dari

elemen-elemen instalasi skulptur seperti “meja” drum perunggu, “tube” bicara. Di taman ini anak-anak bisa bereksperimen dan bermain bersama-sama dalam membentuk nada-nada dan irama.

(Sumber: www.sonicarchitecture.com)

Page 16: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

22

2.2. Kajian Literatur Teori Lain yang Terkait

2.2.1. Don Campbell, Efek Mozart

Penelitian yang dilakukan Don Campbell adalah bahwa musik dapat

mempengaruhi emosi manusia. Di bawah ini adalah rangkuman beberapa jenis

musik dan pengaruhnya.

- Musik Barok yang lambat (Bach, Handel, Vivaldi, Corelli) memberi

perasaan mantap, teratur, dapat diramalkan, dan keamanan serta

menciptakan suasana yang merangsang pikiran dalam belajar atau bekerja.

- Musik Klasik (Haydn dan Mozart) memiliki kejernihan, keanggunan, dan

kebeningan, Musik ini mampu memperbaiki konsentrasi, ingatan dan

persepsi spasial.

- Musik Romantik (Schubert, Schumann, Tchaikovsky, Chopin, dan Liszt)

menekankan ekspresi dan perasaan, seringkali memunculkan tema-tema

individualisme, nasionalisme, atau mistisisme. Musik semacam ini paling

baik digunakan untuk meningkatkan simpati, rasa sependeritaan, dan kasih

sayang.

- Musik Impresionis (Debussy, Faure, dan Ravel) didasarkan pada kesan-

kesan dan suasana hati musikal yang mengalir bebas, dan menimbulkan

imaji-imaji seperti mimpi. Seperempat jam lamunan musikal diikuti

dengan beberapa menit peregangan dapat membuka impuls-impuls kreatif

dan membuat kita bersentuhan dengan alam tak sadar kita.

- Jazz, blues, Dixieland, soul, calypso, reggae, dan bentuk-bentuk musik

maupun dansa lain yang muncul dari dataran Afrika yang ekspresif, dapat

membawa kegembiraan dan memberi inspirasi, melepaskan rasa gembira

ataupun kesedihan mendalam, membawa kecerdasan dan ironi, dan

menekankan adanya rasa kemanusiaan bersama.

- Salsa, rhumba, maranga, macarena, dan bentuk-bentuk lain dari musik

Amerika Selatan mempunyai ketukan dan ritme yang hidup yang dapat

membuat jantung makin cepat, meningkatkan pernapasan, dan membuat

seluruh tubuh bergerak. Selain itu, samba juga mempunyai kemampuan

langka yaitu mampu menenteramkan sekaligus menggugah.

Page 17: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

23

- Pop, country-western dapat mengilhami gerakan ringan hingga moderat,

menggugah emosi dan menciptakan rasa sejahtera.

- Musik rock (seperti yg dibawakan Elvis Presley, Rolling Stone, Michael

Jackson) dapat menggugah nafsu, merangsang gerakan aktif, melepaskan

ketegangan, menutup rasa sakit. Musik ini juga dapat menciptakan

ketegangan, disonansi, stress, dan rasa sakit di dalam tubuh apabila kita

tidak dalam suasana batin untuk dihibur secara energetik.

- Musik ambien, atitudinal, atau New Age tanpa ritme yang dominan

(misalnya musik Seven Halpern atau Brian Eno) memperpanjang perasaan

akan ruang dan waktu dan dapat menimbulkan keadaan waspada yang

santai.

- Heavy metal, punk, rap, hip hop, grunge dapat menggugah sistem

syaraf, menjurus pada perilaku dinamis maupun pengungkapan diri. Musik

ini dapat juga memberi isyarat kepada orang lain (terutama orang dewasa

yang serumah dengan remaja yang menggemari musik yang gaduh

tersebut), kedalaman maupun intensitas gejolak batin generasi muda

maupun kebutuhan akan pelampiasan.

2.2.2. Anthony C. Antoniades, Poetics of Architecture

Musik sebagai bentuk puitik (Arsitektur Puitis).4

Tema arsitektur puitis ini diilhami oleh sebuah buku karangan Anthony C.

Antoniades yang berjudul Poetics of Architecture (1990). Dalam buku tersebut

Antoniades membagi teori perancangan ke dalam dua kelompok besar yaitu:

- Intangible channel (alur yang tak teraba)

- Tangible channel (alur yang teraba)

Dalam alur yang tidak teraba itu, Antoniades membahas banyak sekali

kemungkinan-kemungkinan yang dapat diambil oleh seorang perancang. Salah

satunya adalah melalui puisi dan literatur. Di dalam buku yang menarik ini banyak

diuraikan contoh-contoh karya arsitektur puitik yang baik. Dari banyak

4 Dipelajari dalam TA Robert Rianto Widjaja (1997), “Arsitektur Puitis”, studi literatur pada

Poetics of Architecture (Antoniades, 1990)

Page 18: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

24

eksperimen yang dilakukan bersama para mahasiswa bimbingannya, Antoniades

menyajikan banyak bagan menarik. Di antaranya adalah tabel tentang hirarki

metafora dan bagan tentang paradoks-metafisik.

Tabel 2.1. Hirarki metafora

(Sumber: Poetics of Architecture)

Hirarki metafora di dalam bagan tersebut menunjukkan bahwa semakin

transenden suatu ungkapan akan semakin baik, dan semakin tidak teraba akan

semakin tinggi nilainya. Bagan ini secara tidak langsung menempatkan intuisi

pada tempat yang sangat tinggi, melebihi segala sesuatu yang dapat diukur dan

diraba.

Apparent Literality

Present Absent Detectable by others

Not detectable by others

Dormant Literality

Presence of literality in plan or section

>> >> >> >>

Trancendental of state combined metaphor

Presence of literality

Presence of existential virtues

Absence of existential virtues

Absence of literality

>> >> >> >>

Best

Best

Page 19: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

25

2.2.3. Persepsi Visual

Dari hasil salah satu penelitian yang dilakukan di UWEC (University of

Wisconsin-Eau Claire)5 dikatakan bahwa manusia sebagian besar mengandalkan

kemampuan visualnya untuk mengakses informasi-informasi yang ada di

lingkungannya. Manusia adalah visually oriented, menguraikan bentuk dan simbol

yang bermakna untuk mendapatkan pengetahuan.

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati tingkat kemampuan anak-anak

dalam persepsi visual. Perbedaan karakteristik yang didapatkan dari rangsangan

visual adalah warna, bentuk, ukuran, arah, dan jarak.

Gambar 2.29. Salah satu contoh penggunaan arah

dalam mengekspresikan musik dalam simbol-simbol (Sumber: http://uwec.edu/ersearch/adaptive_music/)

5 Sumber: http://uwec.edu/rasarla/research/adaptive_music/visual_perception.pdf

Paradoxial Metaphysical Probing

Realistic statement

Nonimplementational state; work remains only in the sphere of fantasy

Bagan di atas adalah tentang paradoks, sebuah fenomena yang selalu ada di dalam kehidupan manusia. Keindahan paradoks tersebut (tentunya yang benar-benar disadari) dapat diungkap lewat ungkapan-ungkapan atau puisi. Ungkapan-ungkapan yang subjektif ini lebih lanjut dapat pula dijadikan suatu pernyataan yang realistik. Namun di dalam proses terjadinya pernyataan itu sebagian nilai yang tidak dapat dibakukan tetap tinggal sebagai imajinasi. Pertanyaan yang penting adalah : apakah yang realistis itu dapat membangkitkan yang imajinatif, sehingga keduanya menyatu dalam sebuah apresiasi?

Bagan 2.2. Paradox Metafisik (Sumber: Poetics of Architecture)

Page 20: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

26

2.3. Kerangka Penggunaan Teori pada Tesis

Teori y-condition Elizabeth Martin dan teori perumusan Steven Holl dapat

dijadikan acuan utama dalam thesis ini, karena memiliki pola kerangka kerja yang

runut.

Komposisi musik yang akan dijadikan acuan dipilah-pilah sesuai dengan

unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, seperti: ritme, jenis instrumen, susunan

nada. Dari sini akan diperoleh makna musik itu. Misalnya: sang komposer

menyatakan bagian intro melalui nada-nada tertentu, ataupun dapat melalui pola

ketukan tertentu.

Selain komposisi musik itu sendiri, perlu dilakukan kajian konteks secara

menyeluruh, yaitu faktor tempat dan waktu yang mempengaruhinya secara

langsung maupun tidak langsung.

Makna-makna inilah yang menjadi y-condition, yang menghubungkan

musik dengan arsitektur. Masing-masing unsur yang berkorelasi dianalogikan satu

dengan yang lainnya. Misalnya: analogi ritme dengan pola struktur kolom, jenis

instrumen dengan pemilihan jenis material, dll. Unsur-unsur ini dan fungsinya

kemudian dikomposisi ulang, menghasilkan satu karya arsitektur.

Mengkomposisi ulang berarti membuatnya kembali menjadi tak terukur.

Seperti yang telah diungkapkan oleh Louis Kahn, karya arsitektur besar justru

terlahir dari sesuatu yang tak terukur, dan menghasilkan sesuatu yang tak terukur

pula. Ini sejalan dengan Antoniades, bahwa semakin tak teraba, maka suatu

ungkapan semakin tak ternilai. Begitu pula halnya dengan sebuah karya seni

(dalam hal ini arsitektur).

Teori-teori yang melandasi tesis ini pada akhirnya akan disesuaikan lagi

dengan konteks yang ada pada tapak, sehingga rancangan yang dihasilkan

bersesuaian pula dengan jiwa tapak tersebut.

Page 21: BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-adreyanyud-30434-3... · 7 BAB II STUDI LITERATUR DAN TEORI 2.1. Kajian Literatur,

27

Berikut adalah tabel yang menampilkan rekapitulasi proyek-proyek yang telah

dipelajari dalam bab ini.

Nama Arsitek dan Proyek

Jenis Musik Jenis tapak Metoda Perancangan

Elizabeth Martin, y-condition ; Epicyclarium (eksperimental)

Musik minimal

Mesa

Menentukan y-condition dengan mempelajari sifat musik minimal.

Steven Holl, Stretto House

Bella Bartok, Music for Strings, Percussion and Celestra (1936), Musik Klasik

Tepi air yang terdapat bendungan

Menganalogikan lahan eksisting dengan musik yang sesuai, untuk dianalogikan ulang pada perancangan arsitektur.

Christian de Portzamparc, “Cite de la Musique”

Klasik dan Jazz

Kota

Menganalogikan ritme musik klasik dan jazz pada grid-grid dan fasade bangunan.

Frank Gehry, Experience Music Project

Rock ‘n’ Roll

Kota

Semangat musik rock yang analog dengan alat musik gitar. Gitar didekonstruksi dan disusun ulang menjadi bentuk-bentuk arsitektural.

Douglas Hollis, Listening Vessels (Skulptural)

Suara

Tidak ditentukan

Mempelajari sifat suara yang dapat dipantulkan.

Douglas Hollis, Sound Garden (Skulptural)

Suara pipa organ

Tepi air

Berdasarkan filosofi puitik tentang alam yang bersuara.

Bill & Mary Buchen “Orchestra” dan “Sound Playground”

Suara dan nada

Taman

Mendesain skulptur yang dapat menghasilkan suara dan dapat dimainkan secara bersama-sama.

Tabel 2.2. Rekapitulasi studi literatur awal