bab ii rila
TRANSCRIPT
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 1/20
BAB II
PEMBAHASAN
Batuk merupakan reflek pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan
trakeobronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk
membersihkan saluran napas bagian bawah. Batuk juga merupakan gejala tersering penyakit
pernapasan. Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik,
kimia dan peradangan. Batuk dapat bersifat produktif, pendek dan tidak produktif, keras dan
parau, sering, jarang, atau paroksismal.1
Batuk darah (hemoptisis) adalah darah atau dahak bercampur darah yang dibatukkan
yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (mulai glotis ke arah distal). Batuk darah
adalah suatu keadaan menakutkan mengerikan yang menyebabkan beban mental bagi
penderita dan keluarga penderita sehingga menyebabakan takut untuk berobat ke
dokter.Biasanya penderita menahan batuk karena takut kehilangan darah yang lebih banyak
sehingga menyebabkan penyumbatan karena bekuan darah. Batuk darah pada dasarnya akan
berhenti sendiri asal tidak ada robekan pembuluhdarah,berhenti sedikit!sedikit pada
pengobatan penyakit dasar.Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda suatu penyakit
infeksi. "olume darah yang dibatukkan ber#ariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah
minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan.$
Batuk darah atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran
napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran napas bawah laring.
Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala penyakit dasar sehingga etiologi harus
dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti. Batuk darah masif dapat diklasifikasikan
berdasarkan #olume darah yang dikeluarkan pada periode tertentu. Batuk darah masif
memerlukan penanganan segera karena dapat mengganggu pertukaran gas di paru dan dapat
mengganggu kestabilan hemodinamik penderita sehingga bila tidak ditangani dengan baik
dapat mengancam jiwa.$
%ngka kejadian hemoptisis di klinik paru berkisar antara 1& sampai 1' persen dan
untuk negara dengan angka kejadian tuberkulosis yang tinggi merupakan penyebab terjadinya
hemoptisis masif sebesar $& persen. edangkan yang disebabkan oleh bronkiektasis sebesar
' persen dan pada tumor sebesar 1& persen. 1
*emoptisis masif yang tidak diterapi mempunyai angka mortaliti lebih dari'&+ dan
perlu dicari sumber perdarahannya sehingga terapi definitif dapat dilakukan untuk
menghentikan perdarahan. *emoptisis masif sering terjadi pada bronkiektasis, bekas
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 2/20
tuberkulosis, karsinoma bronkogenik, tuberkulosis aktif, kistik fibrosis,%rtery!#enous
malformation (%"), bronkiektasis nontuberkulosis dan ditemukan pada kasus yang jarang
seperti lesi infiltratif peribronkial. ebagian besar kasus hemoptisis dapat diterapi secara
konser#atif namun pada kasus hemoptisis berat diperlukan tindakan pembedahan.
-emeriksaan penunjang yang diperlukan dalam tatalaksana hemoptisis masif adalah foto
toraks, omputed tomography scanning (/!scan) dan bronkoskopi.0
Komplikasi yang sering terjadi adalah asfiksia, kehilangan darah yang banyak dalam
waktu singkat dan penyebaran penyakit ke jaringan paru yang sehat. Batuk darah sendiri
terkadang sulit didiagnosis, salah satu faktor penyebabnya adalahakibat ketakutan pasien
mengenai gejala ini hingga terkadang pasien akan menahan batuknya,hal ini akan
memperburuk keadaan karena akan timbul penyulit. leh sebab itu pengertian yang seksama
mengenai hemoptisis diharapkan mampu memberikan penatalaksanaan yang optimal pada
penderita. 1,
2.1 Anatomi dan Fisiologi Vaskularisasi Paru
Gambar 2.1 Skema sirkulasi bronchial dan anastomase sirkulasi bronchial dengan sirkulasi
pulmonal
Bronkus, jaringan ikat paru dan pleura #isceralis menerima darah dari arteri bronchial
yang merupakan cabang dari aorta descendens. "ena bronchiales (yang berhubungan dengan
#ena pulmonales) mengalirkan darahnya ke#ena a2igos dan #ena hemia2igos,'.
%l#eoli menerima darah terdeoksigenasi dari cabang!cabang terminal arteri
pulmonalis.darah yang teroksigenasi meninggalkan kapiler!kapiler al#eoli masuk kecabang!
cabang #ena pulmonalis yang mengikuti jaringan ikat septa intersegmentalis keradi3
pulmonalis
,'
.
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 3/20
1. irkulasi bronkial 4
a. nutrisi pada paru dan saluran napas
b. tekanan pembuluh darah sistemik
c. cenderung terjadi perdarahan lebih hebat
$. irkulasi pulmonar
a. mengatur pertukaran gas
b. tekanan rendah
2.2. BATUK A!AH
2.2.1. "#inisi
Batuk darah adalah ekspektorasi darah atau dahak yang berdarah, berasal dari saluran
nafas di bawah pita suara. inonim batuk darah ialah hemoptoe atau hemoptisis.Batuk darah
lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit yang mendasari sehingga etiologinya
harus dicari melalui pemeriksaan yang seksama.'
*emoptisis merupakan salah satu bentuk kegawatan paru yang paling sering terjadi
diantara bentuk!bentuk klinis lainnya. /ingkat kegawatan dari hemoptisis ditentukan oleh 0
faktor4
a. /erjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah di dalam saluran pernapasan.
/erjadinya asfiksia ini tidak tergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi, akan tetapi
ditentukan oleh reflek batuk yang berkurang atau terjadinya efek psikis dimana pasien
takut dengan perdarahan yang terjadi.
b. 5umlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptisis dapat menimbulkan renjatan
hipo#olemik (hypovolemic shock ). Bila perdarahan yang terjadi cukup banyak, maka
hemoptisis tersebut digolongkan ke dalam hemoptisis masif walaupun terdapat beberapa
kriteria, antara lain4
1) Kriteria 6eoh (178') menetapkan bahwa hemoptisis masif terjadi apabila jumlah
perdarahan yang terjadi adalah sebesar $&& cc$ jam.
$) Kriteria deo (1798) menetapkan bahwa hemoptisis masif terjadi apabila jumlah
perdarahan yang terjadi lebih dari 8&& cc$ jam.
c. %danya pneumonia aspirasi, yaitu suatu infeksi yang terjadi beberapa jam atau beberapa
hari setelah perdarahan. Keadaan ini merupakan keadaan yang gawat, oleh karena baik
bagian jalan napas maupun bagian fungsionil paru tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya akibat terjadinya obstruksi total.8
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 4/20
2.2.2. Etiologi
-enyebab dari batuk darah (hemoptoe) dapat dibagi atas 4
1. :nfeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan ka#erne oleh karena
jamur dan sebagainya.
$. Kardio#askuler, stenosis mitralis dan aneurisma aorta.
0. ;eoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus.
. <angguan pada pembekuan darah (sistemik).
'. Benda asing di saluran pernapasan.
8. =aktor!faktor ekstrahepatik dan abses amuba.
-enyebab batuk darah menurut penyelidikan sler %. %bbott94
P"n$akit
Pr"s"ntas"
Pasi"n
H"mo%tisis
P"n$akit
Pr"s"ntas"
Pasi"n
H"mo%tisis
Karsinoma
bronkogenik '8,& >mpiema $,'
%bses paru 7,$etastasis
Karsinoma$,&
:nfark pulmonal ,&
Bronkiektasis 0,' /umor
ediastinum$&,&
/uberkulosis 08,' 19,'
Krista kongenital $',?bstruksi
>sofagus7,&
>tiologi lain hemoptisis adalah sebagai berikut 49,?
1. Batuk darah idiopatik
Batuk darah idiopatik adalah batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya, denganinsiden &,' sampai '?+ . dimana perbandingan antara pria dan wanita adalah $41.
Biasanya terjadi pada umur 0&!'& tahun kebanyakan &!8& tahun dan berhenti
spontan dengan suportif terapi.
$. Batuk darah sekunder
Batuk darah sekunder adalah batuk darah yang diketahui penyebabnya.
a. leh karena keradangan, ditandai #askularisasi arteri bronkiale @ + (normal1+)
1) /B4batuk sedikit!sedikit, masif perdarahannya dan bergumpal.
$) Bronkiektasis 4 bercampur purulen.
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 5/20
0) %bses paru 4 bercampur purulen.
) -neumonia 4 warna merah bata encer berbuih.
') Bronkitis 4 sedikit!sedikit campur darah atau lendir.
b. ;eoplasma
1) Karsinoma paru.
$) %denoma.
c. Aain!lain
1) /rombo emboli paru infark paru.
$) itral stenosis.
0) Kelainan kongenital aliran darah paru meningkat.
• %C
• "C
) /rauma dada.
Berdasarkan usia penderita, -ursel membagi batuk darah menjadi47
1. %nak!anak dan remaja4
b. Bronkiektasis
c. tenosis mitral
d. /uberkulosis
$. Dmur $& & tahun4
a. /uberkulosis
b. Bronkiektasis
c. tenosis mitral
0. Dmur lebih dari & tahun4
a. Karsinoma bronkogen
b. /uberkulosis
c. Bronkiektasis
2.2.&. Pato#isiologi
etiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hiper#askularisasi dari
cabang!cabang arteri bronkialis yang berperan untuk memberikan nutrisi pada jaringan
paru,juga bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk
pertukaran gas.8
ekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut 49,?
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 6/20
1. Batuk darah pada tuberculosis pada umumnya terjadi oleh karena4
a. %danya RasmussenEs aneurysm yang pecah.
/eori dimana terjadi perdarahan aneurisma dari Rasmussen ini telah lama
dianut, tetapi beberapa laporan otopsi lebih membuktikan terdapat hiper#askularisasi
bronkus yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan
asal dari perdarahan. etelah berkembangnya arteriografi dapat dibuktikan bahwa
pada setiap proses paru terjadi hiper#askularisasi dari cabang!cabang arteri
bronkialis yang berperan memberikan nutrisi pada jaringan paru bila terdapat
kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas.
leh karena itu terdapatnya Rasmussen aneurisma pada ka#erna tuberculosis yang
merupakan asal perdarahan diragukan.
b. %danya kekurangan protrombin yang disebabkan oleh toksemia dari basil
tuberkulosa yang menginfeksi parenkim paru.
$. Batuk darah pada karsinoma paru.
/erjadi oleh karena erosi permukaan tumor dalam lumen bronkus atau berasal
dari jaringan tumor yang mengalami nekrosis, pecahnya pembuluh darah kecil pada area
tumor atau in#asi tumor ke pembuluh darah pulmoner.
0. Batuk darah pada bronkiektasis4
a. ukosa bronkus yang sembab mengalami infeksi dan trauma batuk menyebabkan
perdarahan.
b. /erjadi anastomose antara pembuluh darah bronchial dan pulmonal dan juga terjadi
aneurisma, bila pecah terjadi perdarahan.
c. -ecahnya pembuluh darah dari jaringan granulasi pada dinding bronkus yang
mengalami ektasis.
. Batuk darah pada bronchitis kronis4
/erjadi oleh karena mukosa yang sembab akibat radang, terobek oleh mekanisme
batuk.
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 7/20
'. Batuk darah pada abses paru4
-ada abses kronik dengan ka#itas berdinding tebal yang sukar menutup, maka
pembuluh darah pada dinding tersebut mudah pecah akibat trauma pada saat batuk.
8. Batuk darah pada mitral stenosis dan gagal jantung kiri akut4
a. Bila batuk darah ringan, perdarahan terjadi secara perdiapedesis, karena tekanan
dalam #ena pulmonalis tinggi menyebabkan rupture #ena pulmonalis atau distensi
kapiler sehingga butir darah merah masuk ke al#eoli.
b. enurut ferguson, batuk darah terjadi karena pecahnya #arises di mukosa bronkus.
c. -ada otopsi ternyata ada anastomose #ena pulmonalis dan #ena bronkialis yanghebat sehingga tampak seperti #arises.
9. Batuk darah pada infark paru4
-ada infark paru karena adanya penutupan arteri, maka terjadi anastomose. elain
itu juga terjadi reflek spasme dari #ena di daerah tersebut, akibatnya terjadi daerah
nekrosis dimana butir!butir darah masuk ke al#eoli dan terjadi batuk darah.
?. Batuk darah pada Good Pasture syndrome4
/erjadi kelainan pada membrane basalis al#eol kapiler yaitu terbentuknya
antibody to glomerular basement membrane (anti <B %b) lebih spesifiknya kolagen
tipe :" pada paru sehingga membuat hilangnya keutuhan membranan basalis epithelial!
endotelial dan memudahkan masuknya sel darah merah dan netrofil masuk ke dalam
al#eoli.
7. Batuk darah pada infeksi jamur4
/erjadi friksi pada pergerakan mycetoma dan terjadi pelepasan antikoagulan serta
en2im proteoitik yang menyerupai tripsin dari jamur.
1&. Batuk darah pada batuk keras4
ifat khas bahwa darah terletak di permukaan sputum, jadi tidak bercampur di
dalamnya.
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 8/20
a. Kelenjar getah bening yang mengapur, waktu batuk terjadi erosi pada bronkus yang
berdekatan.
b. ungkin bronkolit yang ada pada saat batuk menggeser lumennya.
c. Batuk yang keras dan berulang!ulang merobek mukosa bronkus.
11. edera dada
%kibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke
dalam al#eoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah.
2.2.'. Klasi#ikasi
Klasifikasi menurut -usel4$
F batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis!garis
dalam sputum
FF batuk dengan perdarahan 1 0& ml
FFF batuk dengan perdarahan 0& 1'& ml
FFFF batuk dengan perdarahan 1'&!'&& ml
assi#
e
batuk dengan perdarahan '&&!1&&& ml atau lebih
Klasifikasi didasarkan pada perkiraan jumlah darah yang dibatukkan.
1. Bercak (Streaking ) 4 G1'!$& ml$ jam
6ang sering terjadi darah bercampur dengan sputum. Dmumnya pada bronkitis.
$. *emoptisis4 $&!8&& ml$ jam
*al ini berarti perdarahan pada pembuluh darh yang lebih besar. Biasanya pada kanker
paru, pneumonia, /B, atau emboli paru.
0. *emoptisis massif 4 @8&& ml$ jam
Biasanya pada kanker paru, ka#itas pada /B, atau bronkiektasis.
. -seudohemoptisis
erupakan batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas (di atas laring) atau dari
saluran cerna atas atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan ( factitious).
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 9/20
5ohnson membuat pembagian lain menurut jumlah darah yang keluar menjadi4$
1. Single hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung kurang dari 9 hari.
$. Repeated hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung lebih dari 9 hari dengan inter#al $
sampai 0 hari.
0. Frank hemoptysis yaitu bila yang keluar darah saja tanpa dahak.
Kesulitan dalam menegakkan diagnosis ini adalah karena pada hemoptisis selain terjadi
#asokontriksi perifer, juga terjadi mobilisasi dari depot darah, sehingga kadar *b tidak selalu
memberikan gambaran besarnya perdarahan yang terjadi. Kriteria dari jumlah darah yang
dikeluarkan selama hemoptisis juga mempunyai kelemahan oleh karena4?,7
a. 5umlah darah yang dikeluarkan bercampur dengan sputum dan kadang!kadang dengan
cairan lambung, sehingga sukar untuk menentukan jumlah darah yang hilang
sesungguhnya.
b. ebagian dari darah tertelan dan dikeluarkan, bersama!sama dengan tinja, sehingga tidak
ikut terhitung.
c. ebagian dari darah masuk ke dalam paru!paru akibat aspirasi.
leh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptisis ditentukan oleh41&
a. %pakah terjadi tanda!tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan hipo#olemik.
b. %pakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat dinilai dengan
adanya iskemia miokardium, baik berupa gangguan aritmia, gangguan mekanik jantung,
maupun aliran darah serebral.
Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap411
a. Harna darah untuk membedakannya dengan hematemesis
b. Aamanya perdarahan
c. /erjadinya mengi (wheeing ) untuk menilai besarnya obstruksi
d. Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi dan kesadaran.
2.2.(. Mani#"stasi Klinis
Dntuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa perdarahan
tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal dari nasofaring atau
gastrointestinal. Cengan perkataan lain bahwa penderita tersebut benar!benar batuk darahdan
bukanmuntah darah.*al tersebut akan dijelaskan pada tabel 1 di bawah ini.
/abel 1. -erbedaan Batuk Carah Cengan untah Carah7
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 10/20
;o Keadaan Batuk Carah untah Carah
1 -rodromal Carah dibatukkan dengan
rasa panas di tenggorokan
Carah dimuntahkan
dengan rasa mual
(Stomach !istress)
$ nset Carah dibatukkan, dapat
disertai dengan muntah
Carah dimuntahkan, dapat
disertai dengan batuk
0 /ampilan Carah berbuih Carah tidak berbuih
Harna erah segar erah tua
' :si Aekosit, mikroorganisme,
hemosiderin, makrofag
isa makanan
8 -h %lkalis %sam
9 Riwayat
penyakit dahulu
(R-C)
-enyakit paru -eminum alkohol, ulcus
pepticum, kelainan hepar
? %nemis Kadang tidak dijumpai ering disertai anemis
7 /inja "lood test (!)
"enidine #est (!)
"lood #est (F)
"enidine #est (F)
Kriteria batuk darah4 ?
1. Batuk darah ringan (G$'cc$ jam).
$. Batuk darah berat ($'!$'&cc $ jam).
0. Batuk darah masif (batuk darah masif adalah batuk yang mengeluarkan darah sedikitnya
8&& ml dalam $ jam).
Kriteria yang paling banyak dipakai untuk hemoptisis masif yang diajukan Busroh
(179?) 47
1. %pabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 8&& cc $ jam dan dalam
pengamatannya perdarahan tidak berhenti.
$. %pabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 8&& cc $ jam dan tetapilebih dari
$'& cc $ jam jam dengan kadar *b kurang dari 1& g+, sedangkanbatuk darahnya masih
terus berlangsung.
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 11/20
0. %pabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 8&& cc $ jam dan tetapilebih dari
$'& cc $ jam dengan kadar *b kurang dari 1& g+, tetapi selamapengamatan ? jam
yang disertai dengan perawatan konser#atif batuk darahtersebut tidak berhenti.
2.2.). P"n"gakkan iagnosis
Ciagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
gambaran radiologis. Dntuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu
dilakukan urutan!urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik maupun
penunjang sehinggapenanganannya dapat disesuaikan.9,?
1. %namnesis
*al!hal yang perlu ditanyakan dalam hal batuk darah adalah49,1&
a. 5umlah dan warna darah yang dibatukkan.
b. Aamanya perdarahan.
c. Batuk yang diderita bersifat produktif atau tidak.
d. Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan.
e. %da merasakan nyeri dada, nyeri substernal atau nyeri pleuritik.
f. *ubungannya perdarahan dengan 4 istirahat, gerakan fisik, posisi badan dan batuk
g. Hhee2ing
h. -erdarahan di tempat lain bersamaan dengan batuk darah
i. -erokok berat dan telah berlangsung lama
j. akit pada tungkai atau adanya pembengkakan serta sakit dada
k. *ematuria yang disertai dengan batuk darah.
l. Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu.
$. -emeriksaan fisik 9,?
Dntuk mengetahui perkiraan penyebab.
a. -anas merupakan tanda adanya peradangan.
b. %uskultasi 4
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 12/20
1) Kemungkinan menonjolkan lokasi.
$) Ronchi menetap, whe2ing lokal, kemungkinan penyumbatan oleh 4 a, bekuan
darah.
c. Friction Rub 4 emboli paru atau infark paru
d. $lubbing finger 4 memberikan petunjuk kemungkinan keganasan intratorakal dan
supurasi intratorakal (abses paru, bronkiektasis).
0. -emeriksaan penunjang
a. =oto toraks dalam posisi -% dan lateral hendaklah dibuat pada setiap
penderitahemoptisis masif. <ambaran opasitas dapat menunjukkan
tempatperdarahannya.$ -emeriksan foto thoraks merupakan salah satu komponen
penting dalam pemeriksaan untuk mengetahui penyebab perdarahan terutama kelainan
parenkim paru, misalnya pemeriksaan dengan ka#iti, tumor, infiltrat dan atelektasis.
-erdarahan intra!al#eolar menimbulkan pola infiltrat retikulonedular. ;amun demikian
gambaran foto thoraks bisa normal ataupun tidak informatif.1$
b. -emeriksaanbronkografi untuk mengetahui adanya bronkiektasis, sebab sebagian
penderita bronkiektasis sukar terlihat pada pemeriksaan I!foto toraks.
c. -emeriksaan dahak baik secara bakteriologi maupun sitologi (bahan dapat diambil dari
dahak dengan pemeriksaan bronkoskopi atau dahak langsung). -emeriksaan sputum
yang dapat dilakukan adalah untuk pemeriksaan bakteri pewarnaan gram, basil tahan
asam (B/%). -emeriksaan dahak sitologi dilakukan apabila penderita berusia @&
tahun dan perokok. Biakan kuman juga dapat dilakukan terutama untuk B/% dan
jamur.1$
d. Aaboratorium11
a. -emeriksaan darah tepi lengkap
i. -eningkatan *b dan *tkehilangan darah yang akut
ii. Aeukosit meningkat infeksi
iii. /rombositopenia koagulopati
i#. /rombositosis kanker paru
b. / dan B/J -/ dan %-// jika dicurigai adanya koagulopati atau pasien menerima
warfarainheparin
c. %nalisa gas darah arterial harus diukur jika pasien sesak yang jelas dan sianosis.
e. -emeriksaan bronkoskopi
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 13/20
Bronkoskopi dilakukan untuk menentukan sumber perdarahan dan sekaligus untuk
penghisapan darah yang keluar, supaya tidak terjadi penyumbatan. ebaiknya
dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan demikian sumber perdarahan
dapat diketahui.$,
%dapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah 4 $
1) Bila radiologik tidak didapatkan kelainan
$) Batuk darah yang berulang
0) Batuk darah masif 4 sebagai tindakan terapeutik
/indakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan diagnosis,
lokasiperdarahan, maupun persiapan operasi, namun waktu yang tepat
untukmelakukannya merupakan pendapat yang masih kontro#ersial, mengingatbahwa
selama masa perdarahan, bronkoskopi akan menimbulkan batuk yanglebih impulsif,
sehingga dapat memperhebat perdarahan disampingmemperburuk fungsi pernapasan.
Aa#ase dengan bronkoskop fiberoptik dapatmenilai bronkoskopi merupakan hal yang
mutlak untuk menentukan lokasiperdarahan.$
Calam mencari sumber perdarahan pada lobus superior, bronkoskop serat
optikjauh lebih unggul, sedangkan bronkoskop metal sangat bermanfaat
dalammembersihkan jalan napas dari bekuan darah serta mengambil benda
asing,disamping itu dapat melakukan penamponan dengan balon khusus di
tempatterjadinya perdarahan.$
2.2.*. P"natalaksanaan
/ujuan pokok terapi ialah47
1. encegah asfiksia.
$. enghentikan perdarahan.
0. engobati penyebab utama perdarahan.
Aangkah!langkah4 7
1. -emantauan menunjang fungsi #ital
a. -emantauan dan tatalaksana hipotensi, anemia dan kolaps kardio#askuler.
b. -emberian oksigen, cairan plasma e3pander dan darah dipertimbangkan sejak
awal.
c. -asien dibimbing untuk batuk yang benar.
$. encegah obstruksi saluran napas
a. Kepala pasien diarahkan ke bawah untuk cegah aspirasi.
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 14/20
b. Kadang memerlukan pengisapan darah, intubasi atau bahkan bronkoskopi.
0. enghentikan perdarahan
a. -emasangan kateter balon oklusi forgarty untuk tamponade perdarahan.
b. /eknik lain dengan embolisasi arteri bronkialis dan pembedahan.
asaran!sasaran terapi yang utama adalah memberikan support kardiopulmoner
danmengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia yang merupakan
penyebabutama kematian pada para pasien dengan hemoptisis masif.8,7
asalah utama dalam hemoptisis adalah terjadinya pembekuan dalam saluran
napasyang menyebabkan asfiksia. Bila terjadi afsiksi, tingkat kegawatan hemoptisis
palingtinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang multipel. *emoptosis dalam
jumlahkecil dengan refleks batuk yang buruk dapat menyebabkan kematian. Calam
jumlahbanyak dapat menimbukan renjatan hipo#olemik.8,7
-ada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah 4
1. /erapi konser#atif
Casar!dasarpengobatanyangdiberikan sebagai berikut 49,?,7
a. encegah penyumbatan saluran nafas
-enderita yang masih mempunyai refleks batuk baik dapat diletakkan dalam posisi
duduk, atau setengah duduk dan disuruh membatukkan darah yang terasa
menyumbat saluran nafas. Capat dibantu dengan pengisapan darah dari jalan nafas
dengan alat pengisap. 5angan sekali!kali disuruh menahan batuk.
-enderita yang tidak mempunyai refleks batuk yang baik, diletakkan dalam posisi
tidur miring kesebelah dari mana diduga asal perdarahan, dan sedikit trendelenburg
untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat. Kalau masih dapat penderita
disuruh batuk bila terasa ada darah di saluran nafas yang menyumbat, sambil
dilakukan pengisapan darah dengan alat pengisap. Kalau perlu dapat dipasang tube
endotrakeal.
Batuk!batuk yang terlalu banyak dapat mengakibatkan perdarahan sukar berhenti.
Dntuk mengurangi batuk dapat diberikan odein1& ! $& mg. -enderita batuk darah
masif biasanya gelisah dan ketakutan, sehingga kadang!kadang berusaha menahan
batuk. Dntuk menenangkan penderita dapat diberikan sedatif ringan ("alium)
supaya penderita lebih kooperatif.
b. emperbaiki keadaan umum penderita
Bila perlu dapat dilakukan 4
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 15/20
1) -emberian oksigen.
$) -emberian cairan untuk hidrasi.
0) /ranfusi darah.
) emperbaiki keseimbangan asam dan basa.
c. enghentikan perdarahan
-ada umumnya hemoptisis akan berhenti secara spontan. Ci dalam kepustakaan
dikatakan hemoptisis rata!rata berhenti dalam 9 hari. -emberian kantongan es
diatas dada, hemostatiks, #asopresin (-itrissin)., ascorbic acid dikatakan
khasiatnya belum jelas. %pabila ada kelainan didalam faktor!faktor pembekuan
darah, lebih baik memberikan faktor tersebut dengan infus.
-emberian obat obat penghenti perdarahan (obat obat hemostasis), misalnya
#it. K, ion kalsium, trombin dan karba2okrom.
Ci beberapa rumah sakit masih memberikan *emostatika ( %dona !ecynone)
intra#ena 0 ! 3 1&& mghari atau per oral. Halaupun khasiatnya belum jelas,
paling sedikit dapat memberi ketenangan bagi pasien dan dokter yang merawat.
d. engobati penyakityangmendasarinya(underlyingdisease)
-ada penderita tuberkulosis, disamping pengobatan tersebut diatas selalu diberikan
secara bersama tuberkulostatika. Kalau perlu diberikan juga antibiotika yang
sesuai.
$. /erapi pembedahan
-embedahan merupakan terapi definitif pada penderita batuk darah masif yang
sumber perdarahannya telah diketahui dengan pasti, fungsi paru adekuat, tidak ada
kontraindikasi bedah.'
Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan. /indakan operasi
ini dilakukan atas pertimbangan4'
a. /erjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.
b. -engalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka kematian
padaperdarahan yang masif menurun dari 9&+ menjadi 1?+ dengan
tindakanoperasi.
>tiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya hemoptisis
yang berulang dapat dicegah.
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 16/20
/indakan bedah meliputi4',1$
1. Reseksi paru4 lobektomi atau pneumonektomi
Reseksi paru ditujukan untuk membuang sisa!sisa kerusakan akibat penyakit
dasarnya. acam reseksi4
- -neumonektomi4 reseksi satu paru seluruhnya
- Bilobektomi 4 reseksi dua lobus
- Aobektomi 4 reseksi satu lobus
- &edgeresection4 reseksi sebagian kecil jaringan paru
- >nukleasi 4 bila kelainan patologis kecil dan jinak
- egmentektomi4 reseksi segmen bronkopulmonal
Berdasarkan foto thoraks dan pemeriksaan faal paru, luasnya operasi dapat
ditentukan sebelum operasi. -rinsipnya adalah mempertahankan sebanyak
mungkin jaringan paru yang dianggap sehat. Auas dan jenis lesi (proses
inflamasi, abses atau ka#itas) menentukan jenis reseksi yang akan
dilaksanakan.
$. /erapi kolaps4 pneumoperitoneum, pneumotoraks artifisia, torakoplasti, frenikolisis
(membuat paralise ;. phrenicus).
/erapi kolaps bertujuan untuk mengistirahatkan bagian paru yang sakit dengan
cara membuat kolaps jaringan paru yang sakit tersebut. -endapat ini benar untuk
kelainan berbentuk ka#itas, tetapi cara ini banyak ditinggalkan karena
komplikasinya banyak.
-rosedur yang termasuk dalam kelompok terapi kolaps4
- -neumotoraks artificial yaitu dengan memasukkan udara ke rongga pleura
kemudian secara bertahap ditambahkan udara sehingga teracapai kolaps pada
jaringan paru yang sakit. Bila paru kolaps maka bagian tersebut dapat istirahat
sehingga mempercepat proses penyembuhan. Bila terdapat adhesi dan paru
tidak dapat kolaps dilakukan intrapleuralpneumonolysis (operasi 5acoboes),
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 17/20
tetapi sering terjadi komplikasi perdarahan. Karena sering terjadi empyema
setelah pneumotorak artifisial, tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
- -neumoperitoneum yaitu tindakan memasukkan udara ke rongga peritoneum
dengan tujuan menaikkan diafragma agar terjadi kolaps pada jaringan paru
dengan harapan lesi di apikal akan menyembuh.
- -aralise ner#us phrenicus yaitu dengan cara anestesi local ner#us phrenicus
dibebaskan dari perlekatannya di . scalenus anterior, kemudian saraf dirusak
(crushed ) sehingga timbul paralise diafragma. %kibatnya akan terjadi ele#asi
diafragma dan diharapkan apeks paru dapat diistirahatkan sehingga, terjadi
proses penyembuhan.
- /orakoplasti yaitu suatu bentuk operasi dimana kolaps paru terjadi dengan cara
menghilangkan supporting framework'nya, misalkan dengan membuang
tulang iga dari dinding dada. :ndikasi torakoplasti4
Culu4 torakoplasti hamper selalu dilakukan setelah lobektomi atau
pneumonektomi dengan tujuan meminimalisasi kemungkinan terjadinya o#er
distensi parenkim paru yang tersisa selain itu dead space akan segera menutup
(obliterasi) sehimgga resiko terbentuknya fistula bronkopleural dan empyema
dapat dikurangi.
ekarang4 kebutuhan torakoplasti diragukan dan dilakukan bila direncanakan
reseksi lebih dari 1 lobus atau mengatasi komplikasi tindakan reseksi seperti
fistula bronkopleura dan empiema.
0. Aain!lain4 embolisasi artifisial.
>mbolisasi artifisial atau "ronchial %rtery (mboliation (B%>) adalah
penyuntikan gel foam atau poli#inil alcohol melalui katerisasi pada arteri
bronkialis. enurut :ngbar embolisasi berhasil menghentikan perdarahan 7'+.
Cengan meningkatnya penggunaan embolisasi arteriografi, sekarang penggunaan
tindakan pembedahan untuk pengelolaan batuk darah massif mulai ditinggalkan.
2.2.+. Kom%likasi
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 18/20
Komplikasi yang dapat mengancam jiwa penderita adalah asfiksia, sufokasi dan
kegagalan sirkulasi akibat kehilangan banyak darah dalam waktu singkat. Komplikasi lain
yang mungkin terjadi adalah penyebaran penyakit ke sisi paru yang sehat dan atelektasis.
%telektasis dapat terjadi karena sumbatan saluran napas sehingga paru bagian distal akan
mengalami kolaps dan terjadi atelektasis. %telektasis dapat terjadi karena sumbatan saluran
napas sehingga paru bagian distal akan mengalami kolaps dan terjadi atelektasis. 1$
/ingkat kegawatan dari batuk darah ditentukan oleh 0 faktor48
1. /erjadinya asfiksia karena adanya pembekuan darah dalam saluran pernapasan. -ada
dasarnya asfiksia tergantung dari4
a. =rekuensi batuk darah
b. 5umlah darah yang dikeluarkan
c. Kecemasan penderita
d. iklus inspirasi
e. Reflek batuk yang buruk
f. -osisi penderita
$. 5umlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya batuk darah dapat menimbulkan syok
hipo#olemik. Bila jumlah perdarahan banyak maka digolongkan dalam massive
hemoptysis. Kriteria massive hemoptysis menurut 6eoh adalah perdarahan $&& cc dalam
$ jam sedangkan menurut deo adalah perdarahan lebih dari 8&& cc dalam $ jam.
0. %spirasi pneumonia
6aitu infeksi yang terjadi beberapa jam atau beberapa hari setelah perdarahan.
%spirasi adalah masuknya bekuan darah ke dalam jaringan paru yang mempunyai sifat!
sifat sebagai berikut4
a. eliputi bagian yang luas dari paru
b. /erjadi pada bagian percabangan bronkus yang lebih kecil
c. Cisamping perdarahan dapat pula disebabkan oleh masuknya cairan lambung ke
dalam paru karena penutupan glottis yang tidak sempurna
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 19/20
d. Capat diikuti sekunder infeksi.
%spirasi pneumonia merupakan keadaan berat karena saluran napas dan bagian
fungsional paru tidak dapat berfungsi dengan baik.
2.2.,. Prognosis
-ada hemoptosis idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita mengalami
hemoptosis yang rekuren. edangkan pada hemoptisis sekunder ada beberapa faktor yang
menentukan prognosis 4 ,8,9
1. /ingkatan hemoptisis4 hemoptisis yang terjadi pertama kali mempunyai prognosis yang
lebih baik.
$. 5enis penyakit dasar yang menyebabkan hemoptisis.
0. epatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan untuk menghisap
darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan penderita.
a. *emoptisis G$&&ml$jam prognosa baik
b. -rofuse massi#e@8&&cc$jamprognosa jelek ?'+ meninggal
2.&. TUBE!KU-SIS PA!U
2.&.1. "#inisi
/uberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi )ycobacterium
tuberculosis comple3. 10
2.&.2. E%id"miologi
/uberkulosis (/B) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia
ini. epertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional
H* jumlah terbesar kasus /B terjadi di %sia tenggara yaitu 00 + dari seluruh kasus /B di
dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 1?$ kasus per 1&&.&&& penduduk. Ci
%frika hampir $ kali lebih besar dari %sia tenggara yaitu 0'& per 1&&.&&& pendduduk.
:ndonesia masih menempati urutan ke 0 di dunia untuk jumlah kasus /B setelah :ndia dan
ina. etiap tahun terdapat $'&.&&& kasus baru /B dan sekitar 1&.&&& kematian akibat /B.
Ci :ndonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan
akut pada seluruh kalangan usia.10
7/23/2019 BAB II rila
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-rila 20/20
2.&.&. Patog"n"sis
a. Tu/"rkulosis Prim"r 1&
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru
sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek
primer. arang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan
sarang reakti#asi. Cari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal). -eradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah
bening di hilus (limfadenitis regional). %fek primer bersama!sama dengan limfangitis
regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu
nasib sebagai berikut 4
1. embuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum).
2. embuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang <hon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus).3. enyebar dengan cara 4
a. -erkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya
alah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus,
biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga
menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis.
Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobusyang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut,
yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b. -enyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan.
c. -enyebaran secara hematogen dan limfogen. -enyebaran ini berkaitan dengan daya
tahan tubuh, jumlah dan #irulensi kuman. arang yang ditimbulkan dapat sembuh
secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini
akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis
tuberkulosis, typhobacillosis *andouy. -enyebaran ini juga dapat menimbulkan
tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia
dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan 4
! embuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang
pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
eninggal.