bab ii probiotik vs obesitas

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas 1. Definisi Definisi obesitas sangat bervariasi bergantung pada sumber informasi yang diperoleh. Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan rangka dan fisik, sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh. Kriteria obesitas paling umum ditentukan berdasarkan data antropometri. Tiga metode pengukuran antropometri dibawah ini dapat digunakan dalam penentuan obesitas. 1 a. Berat badan/tinggi badan diatas persentil 90 atau 120% diatas berat badan ideal. Berat badan lebih besar dari 140% didefinisikan sebagai superobesitas. Dengan pengukuran ini, mencerminkan proporsi atau penampilan namun tidak mencerminkan massa lemak tubuh. 3

Upload: jariah

Post on 13-Jul-2016

37 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

probiotik vs Obesitas

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obesitas

1. Definisi

Definisi obesitas sangat bervariasi bergantung pada sumber informasi yang

diperoleh. Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan rangka

dan fisik, sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh. Kriteria obesitas

paling umum ditentukan berdasarkan data antropometri. Tiga metode pengukuran

antropometri dibawah ini dapat digunakan dalam penentuan obesitas.1

a. Berat badan/tinggi badan diatas persentil 90 atau 120% diatas berat badan ideal.

Berat badan lebih besar dari 140% didefinisikan sebagai superobesitas. Dengan

pengukuran ini, mencerminkan proporsi atau penampilan namun tidak

mencerminkan massa lemak tubuh.

b. Indeks masa tubuh (IMT) dihitung dengan cara berat badan dalam kilogram

dibagi kuadrat tinggi dalam meter, bila nilai IMT pada anak adalah lebih besar

sama dengan persentil 95 maka termasuk kedalam obeistas. WHO mengeluarkan

kurva klasifikasi IMT terbaru yang berdasarkan z-score, digunakan untuk usia 0-

5 tahun. Usia >5- 18 tahn menggunakan kurva CDC.

3

4

Dibawah ini tabel penentuan kriteria status gizi menurut Waterlow, WHO 2006

dan CDC 2000.

Tabel 1. Penentuan status gizi menurut WHO dan CDC6

Status gizi BB/TB BB/TB WHO 2006 IMT CDC 2000

Obesitas

Overweight

Normal

Gizi kurang

Gizi buruk

>120

>110

>90

70-90

<70

>+3SD

>+2SD hingga +3SD

+2SD hingga -2 SD

-2SD hingga -3 SD

<-3 SD

>P95

P85-P95

c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit (TLK) diatas

persentil 85 merupakan indikator obesitas. Tebal lipatan kulit dapat biseps,

triceps, subskapular, dan suprailiaka.

2. Epidemiologi

Obesitas pada anak dewasa ini merupakan masalah global yang ditemukan

tidak hanya di negara maju namun banyak juga ditemukan di negara berkembang.

Menurut berbagai penelitian epidemiologi, prevalensi obesitas pada anak meningkat

tiap tahunnya.1

Bertambahnya produk makanan cepat saji, perkembangan teknologi,

penggunaan kendaraan bermotor dan berbagai media elektronik, memberi dampak

ketidakseimbangan energi. Berkurangnya aktivitas fisik diikuti asupan kalori tinggi,

membuat status keseimbangan anak mengarah positif.1

5

Menurut data RISKESDAS tahun 2010 disebutkan prevalensi anak

kegemukan dan obesitas pada usia 6-12 tahun ialah sebesar 9,2%. Penelitian lain

menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi kegemukan dan obesitas meningkat dua

kali lipat setiap tahun, terutama pada usia anak sekolah.3,7

Pada tahun 2010 prevalensi kegemukan secara nasional di Indonesia adalah

14,0 persen Terjadi peningkatan prevalensi kegemukan yaitu dari 12,2 persen tahun

2007 menjadi 14,0 persen tahun 2010. Dua belas provinsi memiliki masalah

kegemukan di atas angka nasional. Urutan ke 12 provinsi dari prevalensi tertinggi

sampai terendah adalah: (1) DKI Jakarta, (2) Sumatera Utara, (3) Sulawesi Tenggara,

(4) Bali, (5) Jawa Timur, 6) Sumatera Selatan, (7) Lampung, (8) Aceh, (9) Riau, (10)

Bengkulu, (11) Papua Barat dan (12) Jawa Barat.7

Prevalensi obesitas di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir pada usia 6-

17 tahun meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Prevalensi di Rusia pada usia 6-

18 tahun adalah 6% - 10%, di Cina adalah 3,4% - 3,6%, dan di Ingrirs adalah 22-31%

dan 10-17%. Prevalensi obesitas anak-anak sekolah di Singapura meningkat dari 9%

menjadi 19%.1

3. Etiologi dan Faktor Resiko Obesitas

Gangguan homeostatis energi yang menjadi penyebab obesitas 90% kasusnya

disebabkan oleh faktor idiopatik atau disebut pula obesitas primer atau nutritional,

sementara 10% kasus disebabkan oleh faktor idiopatik atau obesitas sekunder atau

non nutrisional, yang disebakan kelainan hormonal, sindrom atau genetik.1,6

6

Sebagian besar kasus dengan penyebab endogen dapat didiagnosis dengan

anamnesis riwayat serta pemeriksaan fisik yang teliti. Etiologi obesitas endogen dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Penyebab endogen obesitas pada anak (ganggguan hormonal)1

Penyebab Hormonal Bukti Diagnostik

Hipotiroidism

Hiperkortikolism

Hiperinsulinisme primer

Pseudohipoparatiroidism

Lesi hipotalamus didapat

Kadar TSH ↑, kadar thyroxine ↓

Uji supresi deksametason abnormal;

Kadar kortisol bebas urin 24 jam ↑

Kadar insulin plasma ↑, kadar C-

peptide ↑

Hipokalsemia, hiperfosfatemia, kadar

PTH ↑

Adanya tumor, infeksi, sindrom,

trauma, lesi vaskualar hipotalamus.

Tabel 3. Penyebab endogen obesitas pada anak (sindrom genetik) 1

Sindrom Genetik Karakteristik Klinis

Prader-Willi

Laurence Moon/Bardet-Bield

Alstrom

Borjeson-Forssman-Lehmann

Cohen

Turner

Obesitas, hiperfagia, retardasi mental,

hipogonadism, strabismus

Obestias, retardasi mental, retinopati

pigmentosa, hipogonadism,

paraplegia spastik

Obesitas, retinitis pigmentosa, tuli,

diabetes melitus

Obesitas, retardasi mental,

hipogonadism, hipermetabolisme,

7

epilepsi

Obesitas trunkal, retardasi mental,

hipotonia, hipogonadism

Perawakan pendek, ambiguous

genitalia, kelainan jantung bawaan,

webbed neck, obesitas, genotipe

45,XO

Obesitas idiopatik terjadi akibat interaksi multifaktorial. Secara umum fakor-

faktor tesebut dikelompokkan dalam faktor genetik dan faktor lingkungan.1

Faktor genetik yang diketahui berperan utama adalah parental fatness, anak

yang obesitas biasanya berasal dari keluarga dengan obesitas. Gen-gen yang bekerja

pada kontrol asupan makan dan keluaran energi, mengalami mutasi sehingga fungsi

kontrol pun tidak ada. Selain gen dengan efek sentral, beberapa penelitian

menemukan beberapa gen perifer yang juga mempengaruhi kejadian obesitas.

Faktor lingkungan yang berperan sebagai penyebab obesitas dikelompokkan

menjadi lima, yaitu nutrisional, aktivitas fisik, trauma (neurologis atau psikologis),

medikasi (steroid) dan sosial ekonomi.1

a. Nutrisional/perilaku makan

Peranan faktor nutrisional dimulai sejak masa gestasi. Jumlah lemak tubuh dan

pertumbuhan bayi sangat dipengaruhi oleh berat badan maternal dan kenaikan berat

badan selama antenatal. Selanjutnya kebiasaan orang tua memberikan susu formula

dalam jumlah berlebih membuat anak terbiasa mengkonsumsi makanan melebihi

8

kebutuhan, dan berlanjut hingga usia pra sekolah, usia sekolah, sampai pada masa

remaja.

Selain itu anak usia sekolah memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji,

yang umumnya berenegi tinggi dengan kandungan lemak yang banyak. Kebiasaan

lain yang juga tidak sehat adalah mengkonsumsi camilan yang banyak mengandung

gula.

b. Aktivitas

Aktivitas fisik anak dewasa ini cenderung rendah dan menurun. Anak-anak lebih

banyak bermain didalam rumah dibanding diluar rumah, misalnya bermain games

komputer maupun media elektronik lain, menonton televisi, dan sebagainya.

c. Sosial-ekonomi

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku gaya hidup dan pola makan, serta faktor

peningkatan pendapatan, mampu mempengaruhi perubahan dalam pemilihan jenis

dan jumlah makanan. 8

4. Patofisiologi Obesitas

Banyak teori yang telah dikemukakan untuk menjelaskan mekanisme obesitas.

Telah disebutkan sebelumnya, faktor lingkungan merupakan faktor utama dalam

obesitas, dan faktor lain yang berperan adalah kelainan dan mutasi genetik.1

Menurut Andrew J Walley, patofisiologi obesitas dapat terjadi karena

gangguan pada keseimbangan energi, adiposit, dan neurobehavior.8

9

a. Obesitas dan keseimbangan energi

Obesitas telah lama dipandang sebagai penyakit dari keseimbangan energi. Dapat

terjadi karena masukan energi yang berlebihan ataupun kurangnya energi yang

dikeluarkan.1,8

Leptin merupakan adipokin yang dibebaskan dari jaringan adiposa, berfungsi

menekan nafsu makan dan sebagai regulator utama keseimbangan energi dan berat

badan. Leptin selain bekerja di sinyal kenyang, juga bekerja dalam pengeluaran

energi. Kadar leptin yang tinggi akan menyebabkan penurunan kadar uncoupling

protein (UCP1). Protein ini berfungsi sebagai termogenesis dan penentuan basal

metabolic rate dengan cara meningkatkan kerja simpatis pada jaringan lemak

coklat.4,8

b. Obesitas dan kelainan adiposit

Abnormalitas penyimpanan dan mobilisasi lemak adalah mekanisme lain yang juga

berpotensi dalam patofisiologi obesitas. Ketika kelebihan makronutrient terutama

glukosa dalam darah, akan terjadi perubahan glukosa menjadi glikogen. Bila

simpanan dalam hati dan otot telah memenuhi kapasitas, makan glukosa akan dirubah

menjadi asam lemak dan selanjutnya disimpan dalam adiposit.4,8

Penyimpanan lemak yang terus menerus akan membuat hipertrofi atau pembesaran

adiposit. Pada orang dewasa, adiposit akan mengalami pembesaran namun tidak

bertambah jumlahnya. Berbeda dengan obesitas yang terjadi pada anak-anak, adiposit

tidak hanya mengalami hipertrofi namun juga hiperplasia. Hal inilah yang

menyebabkan 75% anak yang mengalami obesitas akan berlanjut hingga dewasa.8 9

10

c. Obesitas dan kelainan neurobehavior

Defek neurologis pada kontrol rasa lapar dan asupan makanan, menjadi bagian

penting dari patogenesis obesitas. Beberapa penelitan mendapatkan bahwa mutasi gen

yang berperan dalam obesitas monogenik ialah gen-gen yang termasuk dalam kontrol

rasa lapar pada jalur leptin-melanocortin.

5. Manifestasi Klinis Obesitas

Obesitas secara klinis jelas pada setiap umur, namun paling sering pada usia 1

tahun, 5-6 tahun dan masa remaja. Tanda dan gejala yang khas dari obesitas adalah

wajah yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada

membusung, payudara membesar akibat jaringan lemak, perut membuncit dengan

dinding perut berlipat, dapat tampak striae berwarna putih atau merah lembayung,

ekstremitas biasanya besar dikedua paha atau lengan atas, jari tangan relatif kecil,

kedua tungkai umumnya berbentuk X, kedua pangkal paha bagian dalam menempel

dan bergesekan, menyebabkan laserasi dan ulserasi yang menimbulkan bau tidak

enak. Pada anak lelaki, penis tampak kecil karena tersembunyi dalam jaringan lemak

suprapubic (burried penis).1,2

Bentuk fisik obesitas menurut distribusi lemak dibedakan dalam apple shape

body atau android bila lebih banyak lemak di bagian atas tubuh dan pear shape body

atau gynoid bila lebih banyak lemak terdistribusi di bagian bawah tubuh (pinggul dan

paha). Bentuk yang pertengahan adalah intermediate. Apple shape body cenderung

lebih besar mengalami penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes.1

11

Anak dengan obesitas dapat mengalami stress dan kesukaran sosial dan

psikologis. Stigmatisasi sosial anak obesitas di lingkungan dan sekolah sering kali

terjadi. Anak sekolah sering kali digoda, diintimidasi, dan dikeluarkan dari aktivitas

lain.2

Selain menilai dari tanda dan gejala klinis, tetap dibutuhkan pengukuran yang

lebih obyektif untuk menegakkan diagnosis. Pengukuran obyektif dapat dilakukan

dengan antropometri dan laboratorik.1,10

6. Diagnosis dan Diagnosis Banding Obesitas

Bila datang seorang anak dengan keluhan obesitas, maka perlu dipastikan

apakah kriteria obesitas terpenuhi secara klinis maupun antropometris. Selanjutnya

perlu ditelusuri faktor resiko obesitas serta dampak yang mungkin akan terjadi. Pola

makan serta aktifitas fisik penting untuk ditelusuri.1

Bila kriteria obesitas sudah terpenuhi, perlu dilakukan skrining kelanjutan

meliputi lima area risiko kesehatan sebagai berikut. 1) riwayat keluarga, menelusuri

riwayat penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, hiperlipidemia, atau riwayat

obesitas kedua orangtua. 2) tekanan darah, dengan menggunakan metode dan kriteria

tekanan darah anak-anak. 3) kadar kolesterol total, kenaikan diatas 200 mg/dL. 4)

tambahan kenaikan tahunan IMT, yaitu kenaikan melebihi dua unit dari tahun

sebelumnya. 5) penilaian keprihatinan, emosional, dan psikologik.2

12

Saat satu atau lebih dari lima hal tersebut positif, maka anak perlu mendapat

evaluasi medik yang diteliti untuk memikirkan patologis medik primer seperti

terdaftar pada diagnosis banding.2

Diagnosis banding obesitas biasanya berkaitan dengan gangguan endokrin

atau sindrom genetik.

Berikut dibawah ini alur diagnosis obesitas menurut The Endocrine Society’s

Clinical Guideline:9

Gambar 3. Diagnosis dan manajemen obesitas pada anak9

13

7. Pengobatan Obesitas

Tatalaksana obesitas harus komprehensif mencakup penanganan obesitas itu

sendiri dan dampak yang terjadi. Prinsip tatalaksana obesitas didasarkan

patofisiologinya yaitu mengurangi asupan dan meningkatkan pengeluaran energi.1

Teknik yang digunakan dalam terapi obesitas anak berbeda dengan dewasa.

Pembedahan dan balon lambung merupakan kontraindikasi untuk anak. Terapi

farmakologi tidak dapat dengan mudah diterapkan pada anak. Diet amat rendah kalori

tidak tepat karena dapat menggangu pertumbuhan dan perkembangan.2

Secara umum terapi obesitas dibagi atas modifikasi gaya hidup dan terapi

intensif. Modifikasi gaya hidup harus dilakukan berkelanjutan sebelum memilih

terapi intensif.1,9

Modifikasi gaya hidup diantaranya adalah pengaturan diet, peningkatan

aktifitas fisik, perubahan perilaku serta yang terpenting adalah dukungan dan

keterlibatan keluarga dalam proses terapi yang dilakukan. Tabel dibawah ini

merupakan rencana penurunan berat badan pada pasien obesitas.1,10

B. PROBIOTIK

1. Definisi

Probiotik adalah mikroorganisme yang memberikan manfaat pada sistem

gastrointestinal dengan cara menyeimbangkan mikroorganisme yang ada di sana.

Probiotik awalnya didapatkan dari susu yang difermentasi, berdasarkan pengalaman

memiliki manfaat untuk kesehatan, menurut Metchnikoff. Kemudian tergambarkan

14

tentang efek samping dari mikroorganisme yang terdapat di usus, namun dengan

adanya probiotik dapat menyeimbangkan efek mikroorganisme yang merugikan

tersebut, hal ini disebut “auto-intoksikasi”. Kemudian pada 1965, Lilley dan Stillwell

menggunakan istilah probiotik ini sebagai mikroorganisme yang menguntungkan.

Pada 1989, Fuller menyatakan bahwa makanan yang mengandung mikrobiota hidup

dapat memberikan efek positif terhadap keseimbangan mikroorganisme lain.12,14

Table 4. perbedaan antara probiotik, prebiotik, dan sinbiotik12

Jenis Definisi Contoh KeuntunganProbiotik Mikrobiota hidup

yang ditambahkan pada makanan berfungsi untukmeningkatkan keseimbangan mikroorganisme yang ada di usus

LactobaciliBifiodobacteriaEnterococciStreptococci

Beberapa strain dapat berguna untuk kesehatan.Berguna saat normal flora di usus mengalami kelemahan.

Prebiotik Kandungan makanan yang tidak dicerna, mempengaruhi aktivitas dan perkembangan bakteri di kolon dan juga bisa meningkatkan kesehatan tubuh.

FructooligosakaridaInulinGalaktooligosakarida

Mengubah ketahanan spesies bakteri di usus.

Sinbiotik Kombinasi pro dan prebiotik yang bekerja mempengaruhi tubuh agar meningkatkan ketahanan mikrobiota baik

Fruktooligosakarida + bifiodobacteriaLactobacil + lactilol

Memiliki manfaat keduanya (pre dan probiotik)

15

yang terkandung di dalam suplemen makanan tertentu untuk bisa bertahan di usus

2. Faktor yang Mempengaruhi Probiotik12

a. Fisik

Pada daerah yang kering, probiotik mampu bertahan lebih lama dalam

penyimpanan. Namun, jika keadaan basah maka metabolism dari mikrobiota

akan meningkat.

b. Temperatur

Pada temperatur yang rendah, bakteri yang terkandung di probiotik dapat

bertahan lebih lama, dibandingkan temperature tinggi. Sehingga pada proses

pembuatan tidak dianjurkan untuk dimasak, dibakar, dan dikukus.

c. pH

Bakteri Lactobacillus dan Bifidobacteria dapat bertahan pada pH yang

rendah. Dalam fermentasi susu dan yogurt, kisaran pH antara 3,7-4,3. Jika pH

di bawah 3,6 maka beberapa bakteri akan mudah mati.

d. Aktivitas air

Tingkat kelembaban yang tinggi akan mengahmbat keberlangsungan

probiotik.

16

e. Oksigen

Beberapa jenis probiotik dapat menghambat toksisitas oksigen dengan

bantuan enzim. Hal inilah yang dimanfaatkan para diet untuk mencegah efek

buruk makanan yang mengandung oksidan, karena probiotik dapat bekerja

sebagai antioksidan.

3. Mekanisme Kerja Probiotik

Berawal pada kasus diare, dimana jika laktosa hanya diserap sebagian oleh

usus, maka sisanya akan dikeluarkan. Pada probiotik yang mengandung Lactobacillus

yang banyak terkandung pada susu fermentasi, akan mengaktifkan beta-galaktosidase

untuk menurunkan konsentrasi laktosa dalam beberapa produk makanan. Asam laktat

yang dihasilkan bakteri tersebut akan memproduksi zat metabolit seperti asam lemak

bebas, hydrogen peroksida, dan bakteriosin. Zat ini mampu menghambat pertubuhan

bakteri patogen yang terkandung dalam makanan.12

Probiotik juga menggunakan mekanisme enzimatik untuk memodifikasi

toksin dan memblok reseptornya di usus. Probiotik dapat menurunkan kadar pH usus,

sehingga membunuh bakteri patogen yang merugikan, memproduksi metabolit yang

mampu melindungi usus, memperbaiki motilitas usus, dan meningkatkan produksi

mucus. 12

Mukosa gastrointestinal dilindungi oleh lapisan eksternal dan sistem imun.

Saat mikroflora usus menurun , antigen transport akan dirilis sebagai indikasi bahwa

keadaan normal flora disana sedang menurun. Probiotik yang mengandung bakteri

non-patogen berinteraksi dengan sel epitel usus dan sel imunitas untuk merangsang

17

sinyal pelindung dari imunitas tubuh. Bakteri ini kemudian akan berinteraksi dengan

sel “M” di plak Peyeri, beserta sel epitel, dan sel imun. Kemudian sat berikatan, akan

terjadi modulasi immunoglobulin A untuk melindungi mukosa usus dari serangan

bakteri pathogen dan virus. Immunoglobulin A yang berinteraksi dengan bakteri

pathogen, akan merangsang pengeluaran sitokin pro inflamasi sebagai tanda

perlawanan (TNF-α, IFN-γ, IL-10). Saat sitokin ini muncul, maka terjadi regulasi

imunitas secara kontinyu untuk hemostasis saluran cerna.12

4. Jenis Probiotik

a. Bakteri

Lactobacillus: acidophilus, sporogenes, plantarum, rhamnosum,

delbrueck, reuteri, fermentum, lactus, cellobiosus, brevis

Bifidobacterium: bifidum, infantis, longum, thermophilum, animalis

Streptococcus: lactis, cremoris, alivarius, intermedius

Leuconostoc

Pediococcus

Propionibacterium

Bacillus

Enterococcus

E. faecium

b. Ragi and Jamur

A. cerevisiae, A. niger, A. oryzue, C. Pintolopesii, Sacharomyces boulardii.

18

C. PROBIOTIK UNTUK TERAPI OBESITAS

Beberapa teori menyatakan bahwa mikroorganisme usus yang terdapat pada

orang obesitas mengganggu keseimbangan penyerapan dan meningkatkan

penyimpanan lemak. Pada usus orang obesitas lebih banyak ditemukan Firmicutes

dan Bacteroidetes. Berikut gambar mekanisme yang menghubungkan antara

terjadinya obesitas dengan mikroorganisme yang ada di usus.11

Gambar 1. Mekanisme hubungan antara mikroorganisme usus dengan obesitas.11,15

19

Beberapa mekanisme mikroorganisme usus diduga dapat berefek pada berat

badan. Miroorganisme usus pada orang obes dapat lebih efesien dalam pengambilan

energi dan meningkatkan penyimpanan lemak yang didapat dari makanan.

Mikroorganisme ini juga memodulasi pengambilan energy dan metabolisme melalui

Short chai fatty acid (SCFs) dari polisakarida yang tidak dicerna.13

Tubuh yang besar mengindiasikan adanya eksistensi mikroorganisme usus

yang berfungsi dengan sangat baik dalam proses metabolisme. Hal ini sangat

berkaitan erat dengan obesitas. Menurut Ley et al pada 2006, menyatakan bahwa

untuk menyeimbangkan kinerja yang berlebihan pada usus orang obesitas, maka

digunakanlah probiotik sebagai salah satu tatalaksananya.13,15

Obesitas itu sendiri terjadi karena adanya status inflamasi kronis dengan

adanya kompliasi metabolik. Orang yang mengonsumsi banyak lemak akan

merangsang peningkatan permeabilitas plasma (lipopolisakarida). Lipopolisakarida

juga merupakan bagian dari membrane sel bakteri Gram negative, sehingga bakteri

ini juga akan merangsang terjadinya inflamasi pada mukosa usus, dan mengeluarkan

endotoksin dalam dosis rendah. Hal ini memicu terjadinya uptake berlebihan setiap

kali ada nutrisi yang dikonsumsi, meningkatkan resistensi insulin. Probiotik berfungsi

sebagai penyeimbang kinerja mikroorganisme yang berlebihan tersebut, sehingga

proses inflamasi kronis yang ada pada usus dapat ditekan.13,14

20

Tabel 5. Beberapa Hasil Penelitian Probiotik13

Penelitian Probiotik HasilYoe et al. 2013 Lactobacilus curvatus

HY7601 dengan atau tanpa kombinasi Lactobacillus plantarum KY1032

BB turunMenurunkan akumulasi lipid di hepar dan simpanan lemakMenurunkan kolesterol plasma dan heparMenurunkan aktivitas gen yang mengsintesis enzim lemakMenurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)

Park et al. 2013 Lactobacilus curvatus HY7601 dan Lactobacillus plantarum KY1032

Menurunkan BB, akumulasi lemak Menurunkan insulin plasma, kolesterol total, biomarker toksin heparMenurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)Menurunkan oksidasi asam lemak

Wang et al. 2015 Lactobacillus paracasei CNCM I-4270, Lactobacillus rhamnosus I-3690 atau Bifidobacteriumanimalis subsp. lactis I-2494

Menurunkan BBMenurunkan infiltrasi makrofag di jaringan lemakMenurunkan stenosis heparMeningkatkan keseimbangan insulin

An et al. 2011 Lactic acid bacterium (LAB)supplement (B. pseudocatenulatumSPM 1204, B. longum SPM 1205,and B. longum SPM 1207;108 ~ 109 CFU)

Menurunkan BB dan akumulasi lemakMenurunkan koesterol total, TG, glukosa, leptin LDL-C, HDL-CMenurunkan biomarker toksin hepar

Chen et al. 2012 Bifidobacterium adolescentis Menurunkan BB dan akumulasi lemak

21

Meningkatkan sensitivitas insulin

Zhao et al. 2012 Pediococcus pentosaceus LP28 /Lactobacillus plantarum SN13Tas comparato

Menurunkan BB dan akumulasi lemak, TG dan kolesterolMenurunkan cadangan lemakMenurunkan gen pembentukan lipid

Gauffin et al. 2012 Bacteroides uniformis CECT 7771

Menurunkan BB dan akumulasi lemakMenurunkan koesterol total, TG, glukosa, leptin LDL-C, HDL-CMenurunkan biomarker toksin hepar

Everard et al. 2013 Akkermansia muciniphila(alive versus heat- killed)

Menurunkan BB dan akumulasi lemak, TG dan kolesterolMenurunkan cadangan lemakMenurunkan gen pembentukan lipid

Everard et al. 2014 Saccharomyces boulardii Biocodex

BB turunMenurunkan akumulasi lipid di hepar dan simpanan lemakMenurunkan kolesterol plasma dan heparMenurunkan aktivitas gen yang mengsintesis enzim lemakMenurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)

Kim et al. 2013 Lactobacillus rhamnosus GG Menurunkan BB dan massa lemakMeningkatkan sensitivitas insulinMeningkatkan ekspresi gen untuk metabolism glukosa

22

Meningkatkan adiponectin di jaringan lemak

Tabuchi et al. 2003 Lactobacillus rhamnosus GG Menurunkan HbA1cMeningkatkan toleransi glukosa oral

Park et al. 2015 Lactobacillus rhamnosus GG Meningkatkan toleransi glukosaMeningkatkan stimulasi insulinMeningkatkan sensitivitas insulin

Yadav et al. 2006 Lactococcus lactis Menurunkan BBMenurunkan HbA1cMeningkatkan toleransi glukosa oral

Yadav et al. 2017 Lactobacillus casei/Lactobacillusacidophilus

Menurunkan BBMenurunkan HbA1cMeningkatkan toleransi glukosa oral

Ritze et al. 2014 Lactobacillus rhamnosus GG Menurunkan BB dan akumulasi lemak, TG dan kolesterolMenurunkan cadangan lemakMenurunkan gen pembentukan lipid

Yin et al. 2010 Bifidobacteria L66-5, L75-4, M13-4and FS31-12

BB turunMenurunkan akumulasi lipid di hepar dan simpanan lemakMenurunkan kolesterol plasma dan heparMenurunkan aktivitas gen yang mengsintesis enzim lemakMenurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)

Reichold A et al. 2014 Bifidobacteria adolescentis Menurunkan BB dan massa lemakMeningkatkan sensitivitas insulin

23

Meningkatkan ekspresi gen untuk metabolism glukosaMeningkatkan adiponectin di jaringan lemak

Plaza-Diaz et al. 2014 Lactobacillus paracasei CNCMI-4034, Bifidobacterium breveCNCM I-4035 and Lactobacillusrhamnosus CNCM or mixtureof 3 strains

BB turunMenurunkan akumulasi lipid di hepar dan simpanan lemakMenurunkan kolesterol plasma dan heparMenurunkan aktivitas gen yang mengsintesis enzim lemakMenurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)

Savcheniuk O et al. 2014

14 alive probiotic strains(Lactobacillus, Lactococcus,Bifidobacterium,Propionibacterium, Acetobacter)

Menurunkan BB dan massa lemakMeningkatkan sensitivitas insulinMeningkatkan ekspresi gen untuk metabolism glukosaMeningkatkan adiponectin di jaringan lemak