bab ii pobak.docx

10

Click here to load reader

Upload: muhammadjamil

Post on 26-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

A. Profil PuskesmasNama Puskesmas: Dalam PagarJenis Puskesmas: Non rawat inapAlamat : Jl. KH. Anang Arif Ds. Melayu Dua, Kec. Martapura TimurTelepon: 081250113750Kode pos: 70611Email: [email protected] Kepemilikan: Pemerintah Daerah Kab. BanjarNama Kepala: H.M. Noor Islam SE, SKM, MMLuas wilayah: 47 Km2Jumlah desa : 20Jumlah penduduk: 30.449 JiwaLetak administrasi: Ibu kota kecamatanKriteria Wilayah: BiasaKondisi bangunan Puskesmas: BaikJumlah Ketenagaan: 57 orangDokter Umum: 2 orangDokter gigi: 1 orangPerawat: 20 orangPerwat gigi: 2 orangBidan : 20 orangAsisten Farmasi: 1 orangKesmas: 2 orangKesling: 2 orangGizi: 1 orangAnalis Kesehatan: 2 orangTenaga Non Kes.: 4 orangMenurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja. Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud paling sedikit terdiri atas (10):a) dokter atau dokter layanan primerb) dokter gigic) perawatd) bidane) tenaga kesehatan masyarakatf) tenaga kesehatan lingkungang) ahli teknologi laboratorium medikh) tenaga gizii) tenaga kefarmasianTenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas. Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja. Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (10).Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 bahwa untuk tenaga kesehatan di Puskesmas Dalam Pagar dapat dinyatakan sudah memenuhi persyaratan standar ketenagaan kesehatan yang ditetapkan di Negara Indonesia. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan jumlah minimal Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini (10).Sumber Air dan Listrik: PAM dan PLNKondisi jalan menuju Puskesmas: AspalJumlah dan kondisi ambulans: Baik 1, Rusak Ringan 1Jumlah dan Kondisi sepeda motor: Baik 2, rusak ringan 2, rusak berat 1Jumlah dan kondisi pusling roda 4: Baik 1, rusak ringan 1Jumlah & kondisi puskesmas pembantu: Baik 1, rusak ringan 3Jumlah UKMB: Polindes/poskesdes: 20Poskestren : 2Desa siaga: 20Posyandu pratama: 31Jumlah posyandu: 31

B. Farmasi di PuskesmasPuskesmas merupakan unit dari dinas kesehatan yang berperan penting dalam melaksanakan proses pembangunan kesehatan di suatu daerah. Secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas,maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan atau dusun/rukun warga(RW). Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Untuk mencapai visi tersebut,puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu (6). Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (10).Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penegakkan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi, termasuk produk biologi. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendaliaan mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,bahan obat, dan obat tradisional (7). Sediaan farmasi yang diproduksi harus efektif, aman dan dapat diterima oleh pasien jika digunakan dengan tepat dan stabil dalam penggunaan. Stabilitas dari sediaan berhubungan dengan reaksi kimia, fisika dan mikroba dimana ketiga hal tersebut dapat mengubah efektifitias dari sediaan baik selama pengiriman, penyimpanan maupun penggunaan sediaan farmasi (7). Pada pengaturan penyimpanan obat mempunyai beberapa parameter yang diprasayaratkan oleh depkes 2008 antara lain meliputi: obat disusun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan, obat dirotasi dengan sistem FEFO dan FIFO,obat disimpan dalam rak, obat yang disimpan dilantai harus diletakkan diatas alas, tumpukan kotak harus sesuai dengan petunjuk yang ada dikotak, sediaan obat cair dipisahkan dari padat, sera, vaksin dan suppositoria disimpan dalam lemari pendingin, lisol dan desinfektan diletakkan terpisah dari obat lain. Pada kondisi penyimpanan obat dibagi menjadi 5 bagian antara lain berdasarkan kelembaban, sinar matahari, temperatur/panas, kerusakan fisik, dan pengotoran (7).Pentingnya studi mengenai penyimpanan obat di puskesmas adalah untuk dapat mengetahui apakah penyimpanan obat pada gudang dan kamar obat telah dilakukan dengan baik, karena penyimpanan obat dapat mempengaruhi mutu dari obat, selain itu dalam penyimpanan obat, cara penyusunan obat juga penting karena dapat memberikan kemudahan dalam proses atau alur pengeluaran obat yang waktu kadaluwarsa yang lebih dekat sehingga dapat meminimalkan adanya obat yang kadaluwarsa sebelum sampai ketangan pasien (6). C. Distribusi ObatPendistribusian obat merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka melakukan pengiriman obat yang bermutu dan terjamin keabsahannya serta tepat jenis dan jumlahnya dari gudang obat ke unit pelayanan kesehatan termasuk penyerahan obat ke pasien. Mekanisme pendistribusian obat merupakan cara atau langkah dalam menyalurkan obat ke unit-unit bawah Puskesmas dengan tujuan yang sama yaitu memerikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. puskesmas nantinya akan didistribusikan ke dua bagian besar yaitu yang pertama ke unit-unit dan pustu kemudian yang kedua disalurkan ke pasien dalam pelayanan sestiap harinya. Hal ini telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam pedoman pengelolaan di puskesmas bahwa petugas obat nantinya akan bertanggung jawab dalam menyalurkan obat ke bagian yang dinaungi puskesmas dengan melakukan tiga kegiatan inti yaitu (8):1. Menentukan frekuensi distribusi Dalam menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan :a) jarak sub unit pelayanan b) biaya distribusi yang tersedia. 2. Menentukan jumlah obat Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan: a) pemakaian rata-rata per jenis obatb) sisa stok c) pola penyakit d) jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan. 3. Penyerahan obat Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara :a) Gudangobatmenyerahkan/mengirimkan obat dan diterima di unit pelayanan.b) penyerahan di gudang Puskesmas diambil sendiri oleh sub unit- sub unit pelayanan. Obat diserahkan bersama-sama dengan formulir Lembar Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat (LPLPO) dan lembar pertama disimpan sebagai tanda bukti penerimaan obat.Dalam pendistribusian vaksin dikenal istilah cold chain (rantai dingin). Sebelum dikirim melalui transportasi darat atau udara, vaksin disimpan ke dalam cold box. Proses itu melalui jalan yang panjang, sebab kualitas vaksin harus tetap terjaga mulai dari tempat produksi sampai ke unit kesehatan terkecil (puskesmas) di pelosok Tanah Air. Di tingkat provinsi dan kabupaten, cold box itu berupa freezer atau lemari es. Sedangkan pada tingkat puskemas atau unit kesehatan di pelosok sudah menggunakan termos antipanas. Penerapan prosedur tersebut untuk memperkecil risiko kerusakan pada vaksin. Permasalahan yang kerap dihadapi petugas kesehatan adalah ketika distribusi vaksin sampai ke posyandu di daerah terpencil. Kondisi yang tidak kondusif sering merusak kualitas vaksin (2).Pada pendistribusian obat melalui jalur legalpun masih ada isu mengenai kualitas obat yang dijual, kurangnya intervensi pemerintah dan longgarnya aturan mengenai distribusi obat berdampak pada persaingan pasar bebas, di sisi lain regulasi tentang ijin edar obat saja diharapkan sampai memperhatikan juga tentang perbedaan norma gender maupun sosial budaya. Hal ini menunjukkan adanya permasalahan terkait obat, khususnya pendistribusian obat misalnya banyak label obat untuk penggunaan obat yang belum dievaluasi secara resmi, petugas yang awam terhadap obat akan kesulitan mengelolanya (9). Distribusi adalah kegiatan penting dalam supply-chain management dari produk farmasetik yang terintegrasi. Menurut dokumen Good Distribution Practices for Pharmaceutical Products yang dikeluarkan World Health Organization (WHO), GDP meliputi organisasi dan manajemen, pribadi, sistem mutu, tempat, pergudangan dan penyimpanan, kendaraan dan peralatan, kontainer pengiriman dan wadah pelabelan, pengiriman, transportasi dan produk dalam perjalanan, dokumentasi, pengemasan ulang dan relabeling, mengeluh, ingat, produk, produk farmasi palsu kembali, impor, kegiatan kontrak, dan inspeksi diri. Cara Distribusi Obat yang Baik merupakan pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat tentang cara distribusi obat yang meliputi aspek personalia, bangunan, penyimpanan obat, pengadaan dan penyaluran obat, dokumentasi, penarikan kembali dan penerimaan kembali obat (9).