bab ii landasan teori tentang lingkungan...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG LINGKUNGAN BELAJAR SISWA
TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG STUDI PAI
A. Lingkungan Belajar Siswa
1. Pengertian lingkungan belajar siswa
Menurut Sartain (seorang ahli psikologi Amerika), sebagaimana
dikutip oleh M. Ngalim Purwanto bahwa yang dimaksud dengan
lingkungan (environment) adalah semua kondisi dalam dunia ini yang
dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,
perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen. Bahkan gen-gen
pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment)
bagi gen yang lain.1
Menurut Sutari Imam Barnadib "adapun yang disebut alama sekitar
atau lingkungan adalah sesuatu yang ada di sekelilingnya”.2
Menurut Zakiyah Daradjat dan kawan-kawan, : dalam arti yang
luas lingkungan mencakup iklim, tempat tinggal, adat istiadat,
pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah
segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang
senantiasa berkembang.3
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah
semua yang tampak di sekeliling kita dan terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku kita.
1 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya, 1995), hlm 72. 2 Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematik, (Yogyakarta : Andi
Offset, 1989), hlm. 118. 3 Zakiyah Daradjat,et.al, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 63.
8
9
Belajar menurut Shalih Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid
4 حدث فيها تغيريام يطرأ على خربة سابقة فيلم هو تغيري ىف ذهن املتعلان التعBelajar adalah perubahan di dalam diri siswa berdasarkan mengalami masa lalu, sehingga tercipta perubahan yang benar.
Menurut Arno F. Wittig "learning is defined as a relatively
permanent change a organism's behavioral repertoire occurs as a result
of experience".5 Artinya belajar adalah perubahan yang relatif permanen
dalam tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman atau kebiasaan
yang telah lalu.
Menurut Slameto dalam buku "Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya" belajar adalah suatu proses usaha seseorang yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.6
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktifitas
yang dilakukan dengan sengaja sehingga menyebabkan perubahan pada
individu yang relatif tetap dalam pengetahuan (kognitif) sikap relatif
(afektif) dan ketrampilan (psikomotorik).
Setelah mengetahui pengertian lingkungan dan belajar, maka dapat
disimpulkan bahwa lingkungan belajar siswa adalah semua yang tampak
di sekeliling siswa dan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan tingkah lakunya dalam menjalankan aktifitas mereka,
yakni usaha untuk memperoleh perubahan dalam pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Dalam hal ini lingkungan
4 Shalih Abdul Aziz, Abdul Aziz Abdul Majid, At-Tarbiyah Wa Thuruqu Tadris, (Mesir :
Darul Ma'arif, t.th), hlm. 169. 5 Arno F. Wittig, Psychology of Learning, (Newyork : Schaum's Autline Series, 1981),
hlm. 127 6 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 1995), hlm. 2.
10
belajar yang baik diharapkan untuk menggugah emosi siswa agar
termotivasi untuk belajar.
2. Aspek-Aspek Lingkungan Belajar Siswa
a. Keluarga
Keluarga adalah persekutuan hidup terkait dari masyarakat
Negara yang luas.7 Menurut Hasan Langgulung keluarga adalah unit
pertama dan institusi pertama dalam masyarakat dimana hubungan-
hubungan yang terjadi di dalamnya sebagian besarnya bersifat
hubungan-hubungan langsung.8
Dalam arti yang sempit menuju suatu unit sosial yang terdiri
dari seorang suami dan istri atau dengan kata lain keluarga adalah
perkumpulan yang halal antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan yang bersifat terus menerus dimana yang satu merasa
tenteram dengan yang lain sesuai dengan yang ditentukan oleh agaa
dan masyarakat.9
Mengingat pentingnya hidup keluarga yang demikian itu maka
Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup
terkecil saja, tetapi lebih dari itu yakni sebagai lembaga hidup manusia
yang dapat memberi kemungkinan celaka dan bahagianya anggota-
anggota keluarga tersebut dunia dan akhirat.
Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan di
antara anggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini terletak dasar-
dasar pendidikan. Di sini pendidikan berlangsung dengan sendirinya
sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnya, artinya
agar diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Di sini
7 Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Dilingkungan Sekolah Dan
Keluarga (Jakarta : Bulan Bintang, 1972), hlm 74. 8 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Pendidikan
(Jakarta : Alhusna Rikza, 1995), hlm 346. 9 Ibid.
11
dikatakan dasar-dasar pengalaman melalui rasa kasih sayang dan
penuh kecintaan, kebutuhan akan kewibawaaan dan nilai-nilai
kepatuhan, justru karena pergaulan yang demikian itu berlangsung
dalam hubungan yang bersifat kepribadian wajar, maka penghayatan
terhadapnya mempunyai arti yang amat penting.
Sehingga keluarga harus mendapat pimpinan ayah dan ibu
sebagai kepala dwitunggal yang mempunyai tanggung jawab,
demikian juga Islam memerintahkan kepada kedua orang tua untuk
berlaku sebagai pemimpin keluarga. Dan fungsi orang tua menurut
sebagaimana terwujud karena langsung diberikan oleh Allah
sebagaimana tergambar dalam firman-Nya :
)6: التحريم (...يآ ايها الذين امنوا قوا انفسكم واهليكم نارا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diriku dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim : 6).10
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua
mempunyai dua fungsi yaitu :
1. Orang tua sebagai pendidik keluarga
2. Orang tua sebagai pemelihara dan pelindung keluarga.11
Secara garis besar bebeerapa fungsi keluarga dalam
mendewasakan anak dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Fungsi protektif yaitu melindungi dan menjaga anak dari mara bahaya dan pengaruh buruk dari luar atau dalam serta melindungi dari ketidakmampuan anak untuk bergaul menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
2. Fungsi biologis atau prokreatif (pengadaan) yaitu semua kebutuhan yang mencakup seluruh kebutuhan biologis antara lain melahirkan, memelihara serta menjamin kesehatan dan pertumbuhan anak.
3. Fungsi afektif yaitu memberi kasih sayang, kehangatan, kepercayaan dan keakraban serta menumbuhkan emosi dan
10 Soenarjo et.al., (Tim Penyusun), Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : Departemen
Agama RI, 1971), hlm 951 11 Arifin, op.cit., hlm 75
12
sentimen positif terhadap diri anak dan menjaga dari ha-hal yang bersifat negatif terhadap pertumbuhan diri anak.
4. Fungsi rekreatif yaitu menyajikan iklim keluarga yang intim, hangat, ramah, santai serta tenang dan menyenangkan agar seluruh anggota keluarga yang berada di rumah bisa betah tinggal di dalam rumah.
5. Fungsi ekonomis yaitu tercukupinya nafkah, menjamin proses produksi dan konsumsi keluarga serta tercukupinya biaya pendidikan terhadap anak.
6. Fungsi sosialis membina anak pada taraf kedewasaan kemandirian, tanggung jawab, pengenalan nilai-nilai moral dan melakukan tugas hidup sebagai manusia kreatif.
7. Fungsi edukatif yaitu memperkenalkan anak pada norma hukum, larangan, keharusan, kewajiban dan norma peradaban serta menjadi manusia budaya.
8. Fungsi religius yaitu mengajak anak dan semua anggota keluarga untuk hidup dan suasana yang agamis yang mempunyai keimanan yang kuat.12
b. Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah
keluarga, karena makin besar kebutuhan anak, maka orang tua
menyerahkan tanggung jawabnya sebagai kepala lembaga sekolah ini.
Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak,
sekolah memberikan pendidikan dan mengajaran kepada anak-anak
mengenai pendidikan yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan
orang tua memberikan untuk pendidikan dan pengajaran di dalam
keluarga.
Lingkungan belajar siswa di sekolah terdapat dua aspek pokok,
yaitu :
1. Lingkungan fisik sekolah
Lingkungan fisik merupakan lingkungan belajar siswa yang
sangat penting. Peserta didik menginginkan belajar dalam gedung
12 Kartini Kartono, Pengantar Ilmu mendidik Teoritis, (Bandung : Mandarmadya, 1992),
hlm 115-117.
13
dan perlengkapan fisik yang bagus serta dapat dibanggakan,
dengan demikian ada kesenangan untuk bersekolah. Gedung
sekolah dan perlengkapan fisik yang bagus tidak saja merupakan
tempat belajar, akan tetapi merupakan bagian penting dalam
kehidupan peserta didik di mana dia belajar, berolah raga dan
berkreasi.13
Adapun lingkungan fisik meliputi :
a. Kondisi bangunan dan lokasi sekolah
Dalam mendirikan suatu bangunan sekolah haruslah dipenuhi
persyaratan sebagai berikut :
- Harus memenuhi kebutuhan pendidikan yang didasarkan pada umur anak dan kebutuhan pendidik.
- Harus dapat memenuhi perkembangan progam pendidikan di masa yang akan datang yang mungkin berupa perubahan cara mengajar dan peralatan guru.
- Harus memenuhi syarat-syarat kesehatan, keamanan dan nyaman.
- Memenuhi perluasan gedung
- Dekat dengan perumahan penduduk
- Dekat dengan tanah lapang atau taman, jika tidak mempunyai aula olah raga atau lapangan olah raga.14
b. Fasilitas dan sarana umum
Untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar
disekolah diperlukan fasilitas dan sarana umum yang memadai.
Dalam hal ini adalah untuk memberi kenyamanan dan
kemudahan pada semua warga sekolah, yaitu dengan adanya
gedung sekolah yang bagus, tempat ibadah,perpustakaan,
laboratorium, kamar mandi, toilet, taman sekolah, dan lain-lain.
13 Sonjia Poernomo, Kesehatan Sekolah di Indonesia, (Jakarta: Erlangga,1990) hlm.,46. 14 Ibid
14
Demikian pula peralatanbelajar yang lengkap dan tepat
akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan
menguasainya, maka belajarnya akan menjadi giat dan maju.
Kenyataan saat ini denganbanyaknya tuntutan yang
masuk ke sekolah, maka memerlukan peralatan yang
membantu lancarnya belajar siswa dalamjumlah yang besar
pula, seperti buku-buku diperpustakaan, laboratorium atau
media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki
media dalam jumlah maupun kualitasnya.
Sehingga mengusahakan alat pelajran yang baik dan
lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar dengan baik
sehingga siswa dapat mnrima pelajaran dengan baik, serta
dapat belajar dengan baik pula15.
2. Lingkungan sosial di sekolah
Dalam mengikuti pendidikan di sekolah si anak
menyesuaikan diri dengan lingkungan.karena pada masa-masa itu
mulai timbul perkembangan kesadaran, kewajiban belajardan
sebagainya.
Perkembangan sosial anak itu tidak terjadi dengan begitu
saja, akan tetapi melalui tahap-tahap sampai ia remaja, oleh karena
itu tugas seorang guru harus bisa membina siswa-siswanya di
sekolah dengan lingkungan sekolah yang baik.
Adapun lingkungan sosial di sekolah meliputi :
a. Sikap dan penampilan guru
Faktor yang paling besar pengaruhnya dalam proses
pendidikan yang ada di sekolah adalah seorang guru, sehingga
15 Slameto, op.cit .hlm.,68.
15
guru di sini mempunyai andil yang sangat besar mengarahkan
anak didik dimana harus dibawa, oleh sebab itu sikap dan
penampilan seorang guru harus bisa menjadi panutan bagi anak
didiknya.
Al-Qur'an merupakan sumber pedoman hidup utama
bagi umat Islam, di dalamnya berisi petunjuk-petunjuk yang
harus diamalkan dalam kehidupannya. Untuk itu seorang guru
yang menjadi panutan bagi peserta didik harus memiliki sifat-
sifat yang diajarkan dalam Al-Qur'an.
Nabi Muhammad SAW. di samping sebagai utusan
Allah juga sebagai guru (pendidik) bagi umatnya, beliau
memiliki akhlak yang mulia sehingga dapat dijadikan tauladan
dalam kehidupan umatnya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21.
)21: االحزاب (...لقد كان لكم فى رسول اهللا اسوة حسنة
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu… (QS. Al-Ahzab : 21).16
Pada ayat ini menjelaskan bahwa sebenarnya Nabi
Muhammad SAW. adalah seorang yang kuat imannya, berani,
sabar tabah menghadapi segala macam cobaan, percaya dengan
sepenuhnya kepada segala ketentuan-ketentuan Allah dan
beliau mempunyai akhlak yang mulia.17 Jadi seorang guru agar
dapat menjadi panutan bagi peserta didiknya, ia harus memiliki
akhlak yang agung, sebagaimana dalam diri Rasulullah SAW.
Allah berfirman :
)4: القلم (وانك لعلى خلق عظيم
16 Soenarjo,et.al., op.cit., hlm 670. 17 Unversitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid VII, (Yogyakarta : Dana
Bhakti Wakaf, 1995), hlm 743-744.
16
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam : 4).18
Ayat ini menggambarkan tugas Rasulullah SAW.
sebagai seorang yang berakhlak agung. Beliau diberi tugas
menyampaikan agama Allah kepada manusia agar manusia
dengan menganut agama itu mempunyai akhlak yang agung.19
Untuk lebih rincinya bahwa akhlak mulia bagi seorang
guru sebagai sifat-sifat terpuji yang harus dimilikinya adalah
sebagai berikut :
1. Ikhlas dan tidak tamak
2. Jujur
3. Adil dan Taqwa
4. Lemah lembut, pemaaf dan musyawarah
5. Rendah hati
6. Wibawa
7. Berilmu luas dan bertubuh sehat
8. Menguasai bahan pelajaran
9. Mencintai pekerjaan
10. Mengetahui Kapasitas Peserta Didik
11. Selalu Ingin Menambah Keilmuannya
12. Selalu mengajak kepada kebaikan 20
Demikianlah beberapa diantara sifat-sifat yang harus
dimiliki seorang guru berdasarkan kitab suci Al-Qur'an. Pada
intinya guru harus memiliki sifat-sifat rabbani yakni orang-
orang yang sempurna ilmunya dan taqwa kepada Allah.
Dari beberapa sifat yang telah disebutkan maka secara
garis besar sifat tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga
kelompok yakni :
18 Soenarjo, et.al, op.cit, hlm 960. 19 Universitas Islam Indonesia, op. cit., hlm 743-744.
20 Zuhairini, op. cit hlm 179.
17
1. Sifat-sifat yang menyangkut keadaan fisik yakni sifat yang
berkenaan dengan lahiriah seorang guru, seperti : tubuh
sehat dan kuat serta akal yang sehat pula.
2. Sifat-sifat yang menyangkut keadaan psikis, yakni sifat-
sifat yang berkenaan dengan batiniah dan kejiwaan guru,
seperti sifat takwa, ikhlas, jujur, sabar, lembut, pemaaf dan
sebagainya.
3. Sifat-sifat yang menyangkut masalah didaktis, yakni sifat-
sifat yang berkenaan dengan tugas-tugas dalam pendidikan
seperti berilmu dan berwawasan luas, menguasai bahan
pelajaran, mengetahui kapasitas akal peserta didik,
kemauan untuk selalu menambah keilmuannya, mengajak
peserta didiknya untuk selalu berbuat baik, mencintai
pekerjaanya dan lain sebagainya.
b. Sikap dan perilaku siswa
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang
bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup
yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak
terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak.
Siswa mempunyai sifat atau perilaku yang kurang
menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau
sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari
kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan
mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas
untuk masuk sekolah dengan alasan-alasan tertentu, karena di
sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari
teman-temannya. Jika hal ini terjadi, segeralah siswa diberi
18
pelayanan bimbingan dan penyuluhan agar ia kembali ke dalam
kelompoknya21.
Di samping itu teman bergaul juga sangat berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku siswa. Teman bergaul yang baik
akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga
sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang
bersifat buruk juga.
Agar siswa dapat belajardengan baik, makaperlulah
diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik
dengan pembinaan yang baik dari guru disekolah.
c. Masyarakat
Sebagai salah satu lingkungan terjadinya pendidikan,
masyarakat mempunyai pengaruh yang besar terhadap
berlangsungnya segala kegiatan yang menyangkut masalah
pendidikan. Dilihat dari materi jelaslah bahwa kegiatan
pendidikan di masyarakat bersifat informal yang terdiri dari
generasi muda yang akan meneruskan kehidupan masyarakat
itu sendiri,adapun materi itu berupa kegiatan keagamaan, sosial
serta kegiatan positif lainnya. Oleh karena itu bahan apa yang
diberikan kepada anak didik sebagai generasi tadi harus
disesuaikan dengan keadaan dan tuntutan masyarakat dimana
kegiatan itu berlangsung.
Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini boleh
dikatakan pendidikan secara langsung. Pendidikan yang
dilaksanakan dengan tidak mendidik dirinya sendiri, mencari
pengetahuan dan pengalaman sendiri dan keagamaan di dalam
masyarakat.22 Melalui pendidikan inilah masyarakat
21 Slameto, op.cit., hlm.,67. 22 Ibid, hlm. 180
19
mengajarkan bagaimana cara bertingkah laku dalam hidup
bermasyarakat.
B. Minat Belajar Siswa Bidang Studi PAI
1. Pengertian Minat dalam Belajar
Definisi minat menurut Shalih Abdul Aziz adalah :
23اد ىف مظهرة الفعالاالهتمام هو استعد
Minat adalah kesediaan (kecenderungan) dalam sumber tindakan
Dalam definisi ini minat dapat dijadikan sebagai alasan yang
menyebabkan seseorang cenderung melakukan suatu tindakan.
Definisi yang lebih khusus berkaitan dengan belajar, minat
menurut W.S. Winkel adalah kecenderungan subjek / pokok bahasan
tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu.24
Dengan demikian minat akan menjadikan seseorang tertarik untuk
melakukan aktivitas belajar serta merasa senang dalam belajar.
Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil pengertian bahwa
minat adalah kecenderungan afektif yang mendorong seseorang untuk
memilih dan berpartisipasi aktif disertai rasa senang untuk berkecimpung
di dalamnya. Minat merupakan dorongan dalam diri seseorang yang
menjadikan alasan untuk melakukan suatu aktifitas, dengan demikian
minat dalam belajar berarti memberikan perhatian yang besar terhadap
kegiatan belajar, dalam arti melakukan kegiatan belajar dan
mengulanginya terus menerus. Adanya minat menjadikan belajar sebagai
suatu aktivitas yang menarik untuk dilakukan.
23 Shalih A. Aziz, At-Tarbiyah Thuruq Tadris, ( Mesir : Darul Ma’arif, (1969), hlm 206. 24 WS. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1989),hlm.105.
20
2. Unsur-unsur minat
Minat seseorang (peserta didik) terhadap suatu aktivitas terbentuk
oleh dua aspek yaiotu aspek kognitif dan aspek afektif, sebagaimana
ditulis oleh Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya "child development". Jadi
pengetahuan dan perasaan mempengaruhi besar kecil minat seseorang
terhadap suatu aktivitas.
a. Aspek kognitif
Aspek kognitif (pengetahuan) bekerja berlandasakan pada
perkembangan konsep peserta didik tentang hal-hal yang berkaitan
dengan obyek minat.25 Konsep peserta didik tentang sekolah misalnya,
akan mempengaruhi aspek kognitif dan terbentuknya minat si peserta
didik pergi sekolah. Jika dia berfikir bahwa sekolah sebagai tempat
dimana ia bisa mempelajari segala sesuatu yang dapat menggerakkan
rasa ingin tahu dan tempat dimana dia akan mempunyai banyak
kesempatan untuk perkembangan dengan teman-teman sebayanya
dibanding ketika mereka masih dalam usia anak-anak (bukan usia anak
sekolah) maka minat mereka dalam sekolah adalah tempat yang selalu
menimbulkan kekec ewaan, larangan-larangan terhadap berbagai
kegiatannya dengan adanya peraturan sekolah, dan tugas-tugas yang
berat dalam setiap mata pelajarannya.
b. Aspek afektif
Aspek afektif (muatan perasaan) bekerja berdasarkan
pengekspresian konsep yang menyusun aspek kognitif dalam suatu
sikap yang memberikan reaksi terhadap aktifitas minat. Sebagai
contoh, seorang peserta didik yang mempunyai hubungan baik
(menyenangkan) dengan para gurunya biasanya akan mengembangkan
sikap-sikap yang menyenangkan terhadap sekolah oleh karena
pengalamannya tentang sekolah menyenangkan, maka minatnya
25 Ibid.
21
terhadap sekolahpun menguat, sebaliknya jika dia punya pengalaman
yang tidak menimbulkan sikap yang tidak menyenangkan dan hal ini
menyebabkan lemahnya minat terhadap sekolah.
Orang yang menaruh minat pada suatu jenis aktifitas akan
memberikan perhatian yang besar, tak segan ia mengorbankan waktu,
dana dan tenaga demi aktifitas tersebut. Suatu contoh misalnya orang
yang berminat untuk belajar dia akan mengorbankan waktunya
mempelajari materi pelajaran, dananya untuk membei buku-buku yang
diperlukan dan tenaganya untuk mengaplikasikan apa yang ia pelajari.
Kedua aspek tersebut di atas dibentuk / dikembangkan dari
pengetahuan pribadi peserta didik, apa yang dipelajari di rumah,
sekolah dan masyarakatnya, serta dari mass media, baik berita
pengetahuan maupun sikap.
Meskipun kedua aspek pengetahuan memainkan peranan yang
penting dalam menentukan terbentuknya minat, apa yang aan
dikerjakan dan yang tidak akan dikerjakan oleh peserta didik, namun
aspek afektif lebih penting dari pada aspek kognitif, karena dua alasan
mendasar :
1) Aspek afektif memainkan peranan yang lebih besar dalam
memberikan motifasi bertindak dari pada kognitif, muatan
perasaan yang menyenangkan akan menguatkan emosi dan
meningkatkan motivasi peserta didik dalam melakukan sesuatu
begitu juga sebaliknya.
2) Aspek afektif cenderung lebih tahan perubahan dari pada aspek
kognitif. Suatu contoh misalnya informasi tentang lapangan
pekerjaan yang tidak akurat, aspek kognitif dari minat terhadap
lapangan pekerjaan dapat dibenarkan relatif lebih mudah dari pada
aspek afektifnya.26
26 Ibid.
22
Faktor-faktor yang dapat dilihat dari seeorang yang berminat
terhadap suatu aktifitas antara lain :
c. Perhatian
Perhatian adalah proses mereaksi secara istimewa terhadap
suatu rangsang atau serentetan rangsang.27 Istilah perhatian dalam
pembahasan minat perlu dibedakan dengan perhatian yang bermakna
"konsentrasi". Dalam hal ini lebih tepat apabila mengacu kepada
makna "peduli". (Perhatian adalah kepedulian atau pertimbangan),
namun demikian tidak manutup kemungkinan kita menggunakan
makna konsenrasi sebagai bagian dari makna perhatian sebagai
kepedulian.
d. Perasaan senang
Perasaan merupakan gejala psikis yang bersifat subyektif yang
umumnya berkaitan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam
kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf.28
Tiap aktifitas dan pengalaman kita selalu diliputi oleh suatu
perasaan. Kita selalu merasa senang atau tidak senang dalam
melakukan dan mengalami sesuatu. Apabila kita berminat kepada
aktifitas, maka kita akan merasa senang dalam melakukannya. Begitu
juga sebaliknya perasaan senang berpengaruh kepada aktiftas kita,
sebagaimana dikemukakan oleh seorang ahli bahwa "kita menilai
sesuatu berdasarkan perasaan kita dan perasaan ini menentukan untuk
sebagian besar apa kita melakukan atau mengulangi seuatu.29
e. Keaktifan
Berminat tidaknya seseorang terhadap suatu aktifitas dapat
dilihat dari keaktifannya dalam bidang tersebut. Suatu contoh misalnya
27 Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psychology, (Jakarta : Rajama, 1989), hlm 93. 28 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jilid I, (Jakarta : Rajawali Press, 1993), hlm
66. 29 Patty, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hlm 115.
23
seseorang yang berminat dalam mempelajari sesuatu mata pelajaran,
dia akan aktif dalam artian fisik maupun psikis. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Sardiman A.M. bahwa ketekunan merupakan
salah satu ciri minat (motifasi) dalam diri seseorang.30
3. Manfaat Minat dalam Belajar
Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses
dalam belajar, banyak penelitian menunjukkan bahwa salah satu sebab
utama dari kegagalan belajar pada siswa ialah minat.
Secara umum dapat dikatakan bahwa dengan adanya minat, maka
perhatian seseorang akan muncul dan perhatian itu sendiri akan
memudahkan pembentukan konsentrasi. Dengan konsentrasi seorang
peserta didik tidak akan mudah terganggu perhatiannya, sehingga apa yang
ia pelajari akan lebih melekat dalam ingatannya dan tidak akan mudah
hilang. Akhirnya karena itu ia berminat (senang) dalam mengikuti proses
belajarnya dia akan bersungguh-sungguh dalam belajar dan tidak
mengenal rasa bosan sehingga pada gilirannya dia akan mencapai
keberhasilan belajar dengan prestasi belajar yang mengagumkan
(memuaskan).
4. Cara Membangkitkan Minat
Suatu proses pengajaran akan berjalan lancar bila ada minat anak-
anak menjadi malas belajar sehingga gagal dalam belajarnya disebabkan
oleh karena tidak adanya minat.
Minat antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara berikut:
a) Bangkitkan suatu kebutuhan
b) Hubungkan dengan pengalaman yang lampau
c) Beri kesempatan untuk mendapatkan lebih baik
30 Sadirman, AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1994), hlm 83.
24
d) Gunakan dalam bentuk mengajar.31
Setiap orang mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri, misalnya anak
usia SD biasanya menyukai cerita, pengajar bisa membangkitkan minat
pesreta didik dengan memanfaatkan kebutuhan mereka, yakni memberikan
cerita-cerita yang berisi penanaman dan pengembangan nilai-nilai moral.
Dalam hal ini pengajar juga dapat membangkitkan minat belajarnya
dengan mengadakan permainan dalam mata pelajaran olah raga.
Pembangkitan minat juga bisa dilakukan dengan menghubungkan
pengalaman yang lampau. Dengan begitu siswa akan berusaha membuka
memorinya kembali. Usaha seperti ini akan lebih disukai siswa dari pada
hanya berbicara tentang apa yang ada saat ini tanpa melibatkan
keaktifannya baik dalam menganalisa suatu permasalahan maupun dalam
mengikuti proses pengajaran.
Tak ada yang lebih memberikan hasil yang baik dari pada hasil
yang baik, begitulah pepatah mengatakan. Pepatah ini bisa dijadikan
sebagai dasar dalam membangkitkan minat siswa, untuk itu pengajar dapat
memberikan bahan pelajaran yang sesuai dengan kesanggupan individu,
sehingga individu tersebut tidak terlalu sult dalam mencernanya dan hasil
yang diraih memuaskan. Siswa yang mendapat hasil memuaskan biasanya
akan lebih berminat dalam mengikuti pelajaran selajutnya dari pada yang
mendapatkan hasil tidak memuaskan.
Model pengajaran juga menentukan minat yang dimiliki siswa.
Seorang pengajar yang menggunakan suatu bentuk pengajaran secara
monoton akan menyebabkan kebosanan bagi siswa, sebaliknya jika
pengajaran saja kemungkinan besar akan mampu membangkitkan minat
belajar siswa
31 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995 ),hlm.82.
25
5. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a. Dasar Pendidikan Agama Islam
Zuhairini, menyebutkan ada tiga dasar akan pentingnya
pendidikan agama Islam bagi manusia. Adapun dasar tersebut dapat
dilihat dari beberapa segi, yaitu :
1. Dasar yuridis
2. Dasar religius
3. Dasar sosial psikologis.32
Ketiga dasar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Dasar yuridis dan hukum
Yaitu dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam
yang berasal dari perauran-peraturan perundang-undangan yang
secara langsung dapat dijadikan pegangan dalam pelaksanaan
pendidikan agama di sekolah-sekolah ataupun lembaga-lembaga
penddikan formal.
Adapun dari segi yuridis formal di sini ada tiga macam,
yaitu :
a. Dasar ideal
Yaitu dasar falsafah Negara pancasila yang pertama, yaitu
ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Dasar struktural atau kovensional
Sebagaimana yang tercantum dalam UUD 45 pasal 29 ayat 1
dan 2, dimana setipa Warga Negara Indonesia harus beragama
dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya masing-
masing. Oleh karena itu, agar umat dapat menentukan ibadah
32 Zuhairini, et. Al., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo, Ramadani, 1993), hlm 18.
26
sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing diperlukan
pendidikan agama.
c. Dasar operasional
Yaitu dasar yang menunjukan langsung cara pelaksanaan
pendidkkan agama di sekolah di seluruh Indonesia
2. Dasar Religius
Dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dalam
agama Islam yang tertera dalam ayat Al-Qur'an maupun Hadits
Nabi. Menurut ajaran Islam bahwa melaksanakan pendidikan
agama adalah perintah dan merupakan ibadah-Nya.
Dalam Al-Qur'an banyak ayat-ayat yang menunjukkan
adanya perintah tersebut antara lain :
Dalam Surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi :
)125: النحل ... (ادع اىل سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik ……(QS. An-nahl : 125).33
Selain ayat tersebut juga disebutkan dalam hadis antara lain
:
ثنا حممد بن حيي حدثنا حممد بن يوسف عن ابن ثوبان هو عبـد حدالرمحن بن ثابت بن ثوبان عن حسان عطية أيب كبسة السلوىل عـن
بلغوا عىن : قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : عيد اهللا عمرو قال 34)رواه البردذى(, ....ولو اية
Dari Tirmidzi dari Muhammad bin Yahya dan Muhammad bin Yusuf dari Ibnu Tsauban (Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban). Dari Hasan bin Athiyah dari Abi Kabsyah Al Sululi dari Abdullah bin 'Amr dan berkata : "Rasulullah
33 Seoenarjo, et.al., op. cit., hlm 421. 34 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, Jami'ush Shahih, Juz V, (Beirut-Libanon : Dar
Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1408 H), hlm 39.
27
SAW bersabda : "sampaikanlah ajaran-ajakaranku kepada orang lain walaupun hanya satu ayat …"(HR. Tirmidzi).
3. Dasar Sosial Psikologis
Nasirudin Razak berpendapat bahwa : "agama merupakan
kebutuhan manusia …".35
Zuhairini berpendapat :
Sesungguhnya manusia di dalam hidupnya di dunia ini selalu membutuhkan sesuatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa di dalam jiwanya ada perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka meminta pertolongan. Hal ini terjadi pada masyarakat modern. Mereka akan merasa tenang dan tenteram hatinya bila mereka dapat mendekatkan dan mengabdi kepada Dzat Yang Maha Kuasa.36
Allah berfirman dalam QS. Ar-Ra'd ayat 28 :
بالقلو ئنطم28: الرعد . (اآل بذكر اهللا ت( ... …Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra'd : 28).37
Oleh karena itu, manusia berusaha mendekatkan diri
kepada Allah dan oleh sebab bagi orang muslim diperlukan adanya
pendidikan agama Islam agar dapat mengarahkan fitrah mereka
tersebut kea rah yang benar sehingga mereka akan mengabdi dan
beribadah sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini sudah terbukti dari
generasi ke generasi.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidaklah mempunyai
arti apa-apa. Tujuan mempunyai fungsi mengakhiri usaha titik pangkal
untuk tujuan-tujuan lain serta emberi nilai pada usaha-usaha itu.38
35 Nasirudin Razak, Dienul Islam, (Bandung : Al-Ma'arif, 1989), hlm. 18. 36 Zuhairini, et.al, op. oit., hlm. 21-22. 37Soenarjo, et. al., op. cit., hlm. 373.
28
Begitu pula dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam
tentu tidak lepas dari tujuan Pendidikan Agama Islam. Sama dengan
tujuan tujuan hidup manusia yang tercantum di dalam surat Adz-
Dzariyat ayat 56, yaitu Pendidikan Agama Islam diusahakan agar
manusia mengabdi dan beribadah hanya kepada Allah.
Adapun pada umumnya tujuan pendidikan agama Islam juga
merupakan bagian dari pendidikan nasional.
1. Tujuan Pendidikan Nasional
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.39
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan merupakan titik pusat daripada suatu usaha. Tanpa
tujuan usaha tidak ada artinya, karena dengan tujuan kita dapat
mengetahui arah dan maksud setiap usaha atau kegiatan yang kita
lakukan. Demikian juga dengan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah menengah
adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT, memiliki akhlak mulia (budi pekerti yang
luhur) memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam, terutama
sumber ajaran dan kerangka dasarnya, sehingga mampu
mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta
seni dan budaya sebagai bentuk pereadaban Islam tanpa harus
terbawa oleh pengaruh-pemgaruh negatif yang mungkin
38Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma'arif,
1989), hlm 19. 39 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab II Pasal 3, hlm. 12.
29
ditimbulkan oleh ilmu dan teknologi serta seni dan budaya
tersebut.
Dengan demikian, pendidikan akhlak (budi pekerti) adalah
jiwa pendidikan dalam Islam (PAI). Mencapai akhlak yang
karimah (mulia) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Jiwa
pendidikan Islam adalah budi pekerti. Hal ini bukan berarti
pendidikan dalam Islam tidak memperhatikan pendidikan jasmani,
akal, ilmu, ataupun segu-segipraktis lannya, tetapi maksudnya
pendidikan dalam Islam memperhatikan segu-segi pendidikan
Islam seperti segi-segi lannya.
Karena itulah PAI meruakan mata pelajaran wajib yang
harus diikuti oleh setiap peserta didik, terutama yang beragama
Islam, atau bagi yang beragama lain yang didasari dengan
kesadaran yang tulus dalam mengikutinya.40
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar PAI
Dalam melakukan aktifitas seseorang belum tentu mencapai hasil
yang sama, begitu pula dalam aktifitas belajar seseorang. Hal tersebut
sangat tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi, demikianjuga
pada mata pelajaran PAI.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar tersebut adalah :
1. Faktor anak atau individu yang belajar
2. Faktor lingkungan anak (orang tua)
3. Faktor bahan / materi yang dipelajari.41
Mengenai faktor yang mempengaruhi minat belajar anak didk,
penulis akan mengupas data satu persatu sebagai berikut :
40 Pedoman Khusus Penyusunsn Silabius Mata Pelajaran PAI di SMU 41 Bimo Walgito, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, (Yogyakarta : Fak. Psikologi
UGM, 1980, hlm. 124.
30
1. Faktor anak atau individu yang belajar
Anak atau individu yang belajar atau siswa merupakan obyek
sekaligus subyek dalam proses belajar mengajar sebagai subyek,
siswa dapat ikut berpartisipasi aktif di dalam proses belajarnya.
Sedangkan sebagai subyek di sini keberadaan harus diperhatikan,
bahawasannya siswa adalah pribadi atau person yang terdiri dari jiwa
dan raga, dimana diantara keduanya tidak dapat dipisahkan. Untuk itu
perlu adanya suatu perhatian secara khusus bagi mereka, agar dalam
proses belajar siswa mendapatkan perubahan sikap dan tingkah laku
dalam kehidupan. Dalam hal ini adalah perubahan menuju akhlak
karimah.
2. Faktor lingkungan anak
Lingkungan anak dangat berpengaruh terhadap proses dan
minat belajar siswa, terutama terhadap minat belajar bidang studi PAI.
Faktor-faktor tersebut adalah : a) lingkungan keluarga, b) lingkungan
sekolah dan c) lingkungan sosial budaya masyarakat.42
a. Lingkungan keluarga
Kelurga menurut pandangan Paedagogis adalah sepasang
suami istri yang kedua tokoh intinya (ibu dan ayah) berpadu
dalam merealisasikan tujuan pendidikan. Dalam persepsi ini
penulis menyamakan orang tua sebagai yang berpengaruh dalam
lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga adalah keadaan yang paling
berpengaruh dan aan mewarnai kehidupan anak. Dalam keluarga
ituah anak mengenal pendidikan atau mengenangnya pada mula
pertama kali, terutama ibunya sejak dalam kandungan dia telah
mempunyai hubungan batin. Hubungan yang harmonis antara
42 Sutari Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan; Suatu Tujuan, (Yogyakarta : Andi Offset,
1986), hlm. 118.
31
orang tua misalnya atau anak-anak dengan orang tua akan
menimbulkan pengaruh positif terhadap jiwa (diri) anak dan ini
tentunya akan sangat mempengaruhi terhadap proses dan hasil
belajar siswa, demikian pula sebaliknya. Di samping hal tersebut
keadaan ekonomi keluarga juga akan mempengaruhinya.
Lingkungan sosial dan ekonomi yang baik akan membawa
dampak yang positif terhadap proses dan hasil belajar siswa. Selain
itu tidak kalah pentingnya yaitu pandangan orang tua terhadap
pendidikan, orang tua yang sadar akan pendidikan, maka akan
mengarahkan anakanya senantiasa belajar, segal aktifitas dari
anakanya di rumah selalu diwasi hal tersebut memberikan
pengaruh yang besar terhadap keberhasilan belajar siswa.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang
mengusahakan agar tujuan dari pembelajaran itu tercapai secara
maksimal. Dan ini biasanya diselenggarakan dengan sengaja,
berencana, sistematis dan terarah. Sekolah sebagai tempat
dilangsungkannya kegiatan belajar mengajar tentunya lebih
terorganisir dari lembaga pendidikan non formal. Sekolah juga
merupakan sarana pendidkan yang efektif dan efisien.
c. Lingkungan sosial budaya masyarakat.
Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan sosial budaya masyarakat juga sangat berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar, karena lingkungan sosial budaya
masyarakat merupakan keadaan yang berkaitan langsung dan
sekaligus mempraktekkan terhada keadaan-keadaan sosial
masyarakat yang ada. Sehingga lebih membekas dalam jiwanya.
Dan ini sangat membekas proses dan hasil belajar siswa sangat
tinggi.
32
3. Faktor Bahan / Materi Yang Dipelajari.
Bahan atau materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa turut
mempengaruhi terhadap minat belajar siswa.
Sebab bahan atau materi yang disenangi oleh siswa cenderung
membangkitkan minat terhadap bahan atau materi tersebut. Sehingga
akan merangsang siswa lebih giat dalam belajarnya dan pada akhirnya
prestasinya akan meningkat. Maka dari itu yang harusdiperhatikan
oleh seorang guru PAI adalah mampu merangsang minat belajar
pesert didik. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Kurt
Singer dalam bukunya membina hasrat belajar di sekolah, sebagai
berikut :
"Minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar.43
Kemudian faktor-faktor yang mendorong keberhasilan siswa
dalam perolehan sikap yang juga berpengaruh dalam belajar adalah
sebagai berikut :
a. Tujuan belajar
Tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang yang sedang belajar,
dapat memberikan arah terhadap rindakan yang dilakukan. Siswa
yang mempunyai tujuan dalam belajar tentunya akan memeperoleh
prestasi dalam belajar tentunya tersirat dalam tulisannya Sutari
Imam Barnadib sebagai berikut :
"….Berarti menambah ilmu pengetahuan untuk amemperoleh pandangan dan mempunyai tujuan kebaikan dalam arti dekat atau jauh.44
b. Cara belajar
Cara belajar seseorang akan mepengaruhi terhadap minat seseorang
dalam belajar.
43 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar Di Sekolah, (Bandung : Remaja Karya, 1987), hlm. 78.
44 Sutari Imam Barnadib, op. cit., hlm 25.
33
Yang dimaksud cara belajar di sini adalah suatu cara atau teknik
yang digunakan dalam belajar. Setiap siswa mempunyai cara
belajar yanga berbeda-beda, cara belajar yang akan mempengaruhi
prestasi belajar adalah cara belajar efektif dan efisien, maksudnya
siswa belajar dengan waktu yang tepat, konsentrasi yang baik dan
mencapai suatu hasil yang maksimal. Itu semua bisa dicapai
dengan usaha dan kesungguhan sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat al-Mujaadilah : 11.
)11: المجدلة .... (يرفع اهللا الذين امنوا منكم والذين اوتوالعلم درجات
"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan berupa derajat yang bertingkat-tingkat….". (QS. Al-Mujaadilah:11).45
c. Kesenangan terhadap pelajaran
Perasaan senang siswa terhadap pelajaran tertentu menimbulkan
minat berusaha yang lebih terhadap hal yang disenangi tersebut
pada akhirnya menimbulkan sikap pada pelajaran itu. Sikap adalah
dasar atau disposisi kesiapan, kecenderungan, tendensi untuk
melakuakn sesuatu sesuai dengan sifatnya yang khusus sejauhhal
itu dibutuhkan atau diinginkan.
Sikap siswa terhadap sesuatu termasuk sikap siswa terhadap
pelajaran atau belajar itu sendiri, hal ini erat hubungannya dengan
nilai yang diperoleh atau dikuasai sedangkan nilai yang dikuasai
dan diperoleh itu sebagai standard an patokan dalam melaukan
sesuatu pelajaran ini sebagai sumber untuk mendapatkan
pengetahuan yang berguna dan ia akan mempunyai kecenderungan
dan bahkan mengabaikan tetapi sebaliknya siswa yang
menganggap bahwa pelajaran itu tidak berguna atau tidak penting
45 Departemen Agama, Al-Qur'an Dan Terjemahannya, (Bandung : Al Ma'arif, t.t), hlm.
91.
34
maka akan mempunyai kecenderungan untuk tidak mempelajari
dan bahkan mengabaikan.
d. Motivasi
Motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
sehingga anak itu ingin melakukan dan bila tidak suka dia ingin
mengelakkan. Sedangkan yang dimaksud motivasi di sini adalah
keadaan dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan
aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan.
Oleh karena itu pentingnya motivasi, maka siswa belajar
dimungkinkan harus memiliki motivasi yang kuat serta mempunyai
tujuan yang jelas dan realistis sehingga dalam belajarnya akan
mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan. Selain itu motivasi
juga turut mempengaruhi dalam memilih suatu bentuk perbuatan
yang tepat dalam mencapai tujuan tertentu.
C. Kajian Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan mencoba menjelaskan
tentang isi skripsi ini, yaitu Pengaruh Lingkungan Belajar Siswa Terhadap
Minat Belajar Bidang Studi PAI Siswa-Siswi SMP Kesatrian 2 Semarang.
S. Nasution dalam bukunya “Sosiologi Pendidikan” menjelaskan
bahwa lingkungan sekitar tempat tinggal anak sangat mempengaruhi
perkembangan pribadi anak, disitulah anak itu memperoleh pengalaman
bergaul dengan teman-teman di luar rumah dan sekolah, kelakuan anak harus
disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan itu.
Penyimpangan akan segera mendapat teguran agar disesuaikan.46
HM. Arifin dalam bukunya “Hubungan Timbal Balik Pendidikan
Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga” menjelaskan bahwa aspek yang
46 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), hlm 154.
35
paling berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak adalah keluarga,
sekolah dan masyarakat. Dalam keluarga anak mendapatkan pendidikan
pertama dalam segala fungsi jiwanya, kemudian selanjutnya adalah
masyarakat yang dasar-dasarnya diletakkan dalam keluarga ini. Pula keluarga
menjadi tempat kembalinya segala-gala kesukaran-kesukaran hidup kejiwaan
anak dalam masyarakat. Anak sebelum memasuki sekolah telah mengalami
perkembangan terbatas dalam lingkungan keluarganya sampai umur 6 tahun.
Bimbingan serta pendidikan atas anak dalam keluarga terutama dilakukan oleh
kedua orang tua di samping saudara-saudaranya yang lain.47
Awalina Zulfah (4195055) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengaruh Kebiasaan Belajar Agama dan Lingkungan Pendidikan Siswa di
SLTP NU Hasanuddin 6 Semarang. Dalam penelitian tersebut disimpulkan
bahwa untuk mencapai prestasi belajar PAI, tentu ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya dalam memperoleh prestasi yang diinginkan, faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar PAI salah satunya adalah kebiasaan belajar
agama dan lingkungan pendidikan yang ada pada siswa, kebiasaan belajar
agama bisa berupa cara-cara belajar yang dilakukan siswa dirumah, waktu
yang tepat untuk belajar siswa serta tidak meninggalkan atau melupakan dasar
dan tujuan dasar itu sendiri, prestasi belajar PAI selain dipegaruhi kebiasaan
belajar, agama juga dipengaruhi lingkungan pendidikan. lingkungan
pendidikan yang ada terdiri dari bermacam-macam lingkungan yang antara
lingkungan satu dan lingkungan lainnya saling berkaitan.48
Muslikhah (3502072) dalam penelitiannya yang berjudul Studi
Korelasi Antara Kedisiplinan Belajar Dan Minat Belajar Dengan Prestasi
Belajar PAI Siswa di Mi Nurul Yaqin Semarang Barat dijelaskan tentang
kedisiplinan dan minat belajar siswa akan mempengaruhi prestai belajar siswa.
47 HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga, (Jakarta : Bulan Bintang, 1977), hlm. 67. 48 Awalina Zulfah (4195055), Pengaruh Kebiasaan Belajar Agama Dan Lingkungan
Pendidikan Terhadap Prestasi Belajar PAI Di SLTP NU Hasanuddin 06 Semarang. 2001.
36
Dalam penelitian tersebut dijelaskan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa.
1. Internal yang meliputi faktor jasmani, psikologis, kematangan fisik / psikis
2. Eksternal yang meliputi faktor lingkungan, keluarga, lingkungan sosial,
masyarakat dan kelompok, faktor budaya, faktor lingkungan fisik dan
faktor lingkungan spiritual
3. Pendekatan belajar meliputi faktor-faktor stimulus, metode belajar,
individual. 49
Dari beberapa literatur tersebut di atas masih banyak literatur yang
membahas lingkungan belajar siswa, namun dari beberapa literatur yang ada
sangat berbeda dalam segi pembahasan dengan skripsi yang penulis susun
dengan judul Pengaruh Lingkungan Belajar Siswa Terhadap Minat Belajar
Bidang Studi PAI Siswa-Siswi SMP Kesatrian 2 Semarang yang membahas
tentang lingkungan sosial dan non sosial siswa pengaruhnya terhadap minat
belajar siswa dalam bidang studi PAI.
D. Hipotesis
Dalam suatu penelitian hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar
dan mungkin salah. Hipotesis akan ditolak jika salah atau palsu dan akan
diterima jika fakta-fakta membenarkannya.50 Adapaun hipotesis yang penulis
ajukan adalah sebagai berikut : terdapat pengaruh positif tentang lingkungan
belajar siswa terhadap minat belajar siswa pada bidang studi PAI.
49 Muslikhah (3502072), Studi Korelasi Antara Kedisiplinan Belajar Dan Minat Belajar
Dengan Prestasi Belajar PAI Siswa Di Mi Nurul Yaqin Semarang Barat, 2005. 50 Sutrisno Hadi, Metodologi Research 1, (Yogyakarta : Andi UGM, 1983), Cet XXX,
hlm. 63.