bab ii landasan teori dan pengajuan hipotesis a....
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/1.jpg)
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Persepsi Siswa tentang Keterampilan Pengelolaan Kelas 1. Persepsi
1.1 Pengertian
Persepsi berasal dari kata perseption yang berarti kemampuan
untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan, memahami,
menanggapi pengalaman pandangan.1 Dalam kamus Bahasa Indonesia
persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu,
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca
inderanya.2Persepsi adalah pengamatan tentang obyek, peristiwa dan
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli
inderawi ( sensorystimuli).
Persepsi dapat dipahami dengan melihatnya sebagai suatu proses
melalui mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan
kesan-kesan sensorinya mengenai lingkungannya akan sangat
berpengaruh pada perilakunya yang pada gilirannya menentukan faktor-
faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor motivasional yang kuat.3
2. Pengelolaan Kelas
2.1 Pengertian
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan
kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah kelola ditambah awalan
“pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah
“manajemen”.Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa inggris
yaitu “Management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan,
1 Sudarsono,Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993) hlm.93 2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit hlm. 667 3 Prof. Dr. Sondang P. Siagan, Teori Motivasi dan Aplikasinya, ( Jakarta : Bina Aksara,
1989), hlm. 100
![Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/2.jpg)
9
pengelolaan dan pengertian umum menurut suharsimi adalah
pengadsminitrasian, pengaturan dan penataan suatu kegiatan.4
Sedangkan kelas terkandung suatu pengertian, yaitu sekelompok
siswa, yang pada waktu yang sama menerima pengajaran yang sama dari
guru yang sama.5
Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:
a. Kelas dalam arti sempit, yakni ruangan yang dibatasi oleh empat
dinding, terdapat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses
belajar mengajar.
b. Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan
bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan organisasi
menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.6
Sedangkan yang dimaksud pengelolaan kelas adalah segala usaha
yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif
dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan
baik dan menyenangkan sesuai dengan kemampuan. 7
Menurut Sudirman N, pengelolaan kelas merupakan upaya dalam
mendayagunakan potensi kelas. Karena kelas mempunyai peranan dan
fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif.
Maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik
untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.8 Jadi
pengelolaan kelas merupakan pengaturan dan pandayagunaan potensi
kelas secara efektif sehingga tercapai tujuan pengajaran.
4 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), Cet.2, hlm.196 5 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,
(Jakarta: Rajawali Press, 1988), Cet 2, hlm. 17-18. 6 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan pengelolaan Kelas, (jakarta: Haji Masagung,
1989, Cet.3, hlm.116 7 Muslam, Pengelolaan Kelas dan Jurnal Pendidikan Ekonomi Islam, (Semarang:
Universitas Wahid Hasyim, November , 2003) Vol. 1, No. 2, hlm 33. 8 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000) Cet. 1 hlm. 172
![Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/3.jpg)
10
Berkaitan dengan manajemen atau pengelolaan, maka guru
mempunyai empat fungsi pokok sebagai berikut:9
1. Merencanakan. Adalah pekerjaan seorang guru untuk menyusun
tujuan belajar.
2. Mengorganisasikan. Ini adalah pekerjaan seorang guru untuk
mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar, sehingga dapat
mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien.
3. Memimpin. Ini adalah pekerjaan seorang guru untuk memotivasikan,
mendorong dan menstimulasikan murid-muridnya, sehingga mereka
akan siap untuk mewujudkan tujuan belajar.
4. Mengawasi. Ini adalah tugas seorang guru untuk menentukan apakah
fungsinya untuk mengorganisasikan dan memimpin di atas telah
berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan.
Pada dasarnya, kegiatan guru saat pengajaran berlangsung dapat
dikelompokkam menjadi dua kegiatan pokok, yaitu pengelolaan
pengajaran dan pengelolaan kelas. Pengelolaan pengajaran adalah
kegiatan mengajar itu sendiri yang melibatkan secara langsung komponen
materi pengajaran, metode mnagajar dan alat bantu mengajar dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan pengelolaan kelas adalah
penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pengajaran dapat
berlangsung secara optimal. Pengelolaan kelas tidak untuk langsung
mencapai tujuan pengajaran, tetapi agar pengelolaan pengajaran dapat
berlangsung dengan baik hingga dapat mencapai tujuan pengajaran.
Tujuan pengajaran kabur, materi pelajaran terlalu mudah atau
terlalu sulit, urutan materi pelajaran tidak sistematis, alat bantu tidak
tersedia adalah contoh-contoh masalah pengajaran. Sedangkan siswa
mengantuk, siswa enggan mengerjakan tugas, siswa selalu terlambat
masuk kelas, siswa suka mengganggu teman, siswa suka mengajukan
9 Ivor K. Davis, Pengelolaan Belajar, terj. Sudarsono Sudirjo, (Jakarta: CV. Rajawali,
1991), Cet. 2 hlm. 43
![Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/4.jpg)
11
pertanyaan aneh, di tempat duduk terdapat kutu busuk, adalah contoh
masalah-masalah pengelolaan kelas.10
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang
optimal dapat tercapai jika guru mampu mengajar siswa serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai
tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru
dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi
terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.11
Kondisi belajar yang dimaksud bisa berupa kondisi fisik dan juga
konsisi emosional.
a. Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting
terhadap hasil belajar. Lingkungan ini meliputi : ruangan tempat
belajar, pengaturan tempat duduk dan pengaturan penyimpanan
barang-barang.
b. Kondisi Emosional.
Suasana emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap proses belajar mengajar.
1) Tipe kepemimpinan
Peranan guru, tipe kepemimpinan guru atau administrator akan
mewarnai suasana emosional di dalam kelas.
2) Sikap Guru
Sikap guru dalam menghadapi murid yang melanggar peraturan
sekolah hendaknya tetap sabar dan tetap bersahabat dengan suatu
keyakinan bahwa tingkah laku murid akan dapat diperbaiki.
10 JJ Hasibuan, Ibrahim, A.J.E, Toenlioe, Proses Belajar Mengajar Ketrampilan dasar
Pengajaran Mikro, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 3, hlm. 163-164 11 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2000)
Cet. 11, hlm.97
![Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/5.jpg)
12
3) Pembinaan Raport
Pembinaan hubungan baik dengan murid dalam masalah
pengelolaan sangat penting. Dengan hubungan baik guru murid,
diharapkan murid senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat,
bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar yang sedang
dilakukannya. Rasa humor guru akan mempunyai pemgaruh yang
positif dalam pengelolaan kelas.12
Kemampuan pengelolaan kelas sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran. Tanpa kemampuan pengelolaan kelas yang efektif, segala
kemampuan guru yang lain dapat menjadi netral dalam arti kurang
memberikan pengaruh atau dampak positif terhadap pembelajaran siswa.13
2.2 Tujuan Pengelolaan Kelas
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas
bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,
emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu
memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta aspirasi siswa.
Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas
adalah agar setiap siswa di kelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga
segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.14
Selain itu ketrampilan mengelola kelas perlu dikuasai oleh guru
agar dapat:15
1) Mendorong siswa mengembangkan tanggungjawab individu maupun
klasikal dalam berprilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktifitas
yang sedang berlangsung.
2) Menyadari kebutuhan siswa, serta
3) Memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa.
12 Tim pengembangan MKDK IKIP Semarang, Administrasi Pendidikan, (Semarang,
IKIP Semarang Press, 1991), Cet. 3 hlm. 141 13 EC. Wragg, Pengelolaan Kelas, terj. Anwar Jasin, (Jakarta: PT Grasindo, 1996), hlm 1. 14 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 68 15 Prasetya Irawan, dkk, Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan Mengajar,
(Depdikbud,1996), hlm. 90
![Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/6.jpg)
13
2.3. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Komponen keterampilan pengelolaan kelas dibagi menjadi dua
bagian:16
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)
Ketrampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam
mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktifitas-
aktifitas yang berkaitan dengan ketrampilan sebagai berikut:
1) Sikap tanggap
Komponen ini ditunjukkan oleh tingkah laku guru bahwa ia hadir
bersama mereka. Guru tahu kegiatan mereka, tahu ada perhatian
atau tidak ada perhatian, tahu apa yang mereka kerjakan. Sikap ini
dapat dilakukan dengan cara: 1) memandang secara seksama, 2)
gerak mendekati, 3) memberi pernyataan, 4) memberi reaksi
terhadap gangguan dan ketakacuhan.
2) Membagi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi
perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam
waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan
cara visual maupun verbal.
3) Pemusatan perhatian kelompok
Guru mengambil inisiatif dan mempertahankan perhatian anak
didik dan memberitahukan (dapat dengan tanda-tanda) bahwa ia
bekerjasama dengan kelompok atau sub kelompok yang terdiri
dari tiga sampai empat orang.
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi
belajar yang optimal
Ketrampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan
anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat
16 Syaiful Bahri Djamarah, Aswar Zain, op.cit. hlm 210
![Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/7.jpg)
14
mengadakan tindakan untuk mengembalikan kondisi belajar yang
optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1) Modifikasi tingkah laku
2) Pendekatan pemecahan maslaah kelompok
3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang
menimbulkan masalah.
Dalam pembahasan skripsi ini penulis memfokuskan pada aspek
yang pertama yakni masalah penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal (bersifat preventif).
2.4. Beberapa masalah pengelolaan kelas
Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
masalah yang bersumber dari siswa dan masalah yang bersumber dari
kondisi tempat belajar mengajar. Masalah yang bersumber dari siswa
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu masalah individual dan masalah
kelompok. Agar dapat mengelola kelas secara efektif dan efisien, kehati-
hatian amat diperlukan dalam mengenal apakah suatu maslaah adalah
masalah kelompok atau individual.
Masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa
adalah:
a. Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik dan
pertentangan jenis kelamin.
b. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut,
bercakap-cakap, pergi kesana-kemari dan sebagainya.
c. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, bermusuh-
an, mengucilkan, merendahkan kelompok bodoh dan sebagainya.
d. Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya ialah menerima
dan mendorong perilaku siswa yang keliru.
e. Mudah mereaksi negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor,
tamu-tamu, iklim yang berubah dan sebagainya.
f. Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga dengan
alat-alat belajar kurang, kekurangan uang dan sebagainya.
![Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/8.jpg)
15
g. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti
tugas-tugas tambahan, anggota kelas baru, situasi baru dan
sebagainya.17
2.5. Pengelolaan Kelas Yang Efektif
Untuk membuat iklim kelas yang sehat dan efektif, ada beberapa
variabel yang perlu diperhatikan sebagai berikut:18
a. Bila situasi memungkinkan anak-anak belajar secara maksimal, fungsi
kelompok harus diminimalkan.
b. Manajemen kelas harus memberi fasilitas untuk mengembangkan
kesatuan dan bekerjasama.
c. Anggota-anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan yang memberi efek pada hubungan dan
kondisi belajar/kerja.
d. Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan
ketegangan dan perasaan tertekan.
e. Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar siswa.
Keharmonisan hubungan guru dengan siswa mempunyai efek
terhadap pengelolaan kelas. Guru yang apatis terhadap siswa membuat
siswa menjauhinya. Siswa lebih banyak menolak kehadiran guru. Rasa
benci yang tertanam di dalam diri siswa menyebabkan bahan pelajaran
sukar diterima dengan baik. Lain halnya dengan guru yang selalu
memperhatikan siswa, selalu terbuka, selalu tanggap terhadap keluhan
siswa, selalu mau mendengarkan saran dan kritikan dari siswa dan
sebagainya dalah guru yang disenangi oleh siswa. Siswa merasa bahwa
dirinya adalah bagian dari guru tersebut. Figur guru yang demikian
biasanya akan kurang menemui kesulitan dalam mengelola kelas.
Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan pengelolaan kelas adalah
tanggapan siswa tentang sejauh mana keterampilan seorang guru dalam
17 Ibid, hlm 235 18 Ibid, hlm. 239
![Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/9.jpg)
16
mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan
sehingga tercapai tujuan dari proses belajar mengajar.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi belajar
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti “ segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”.19 Menurut
Sumadi Suryabrata, motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang
mendorong individu untuk melakukan sesuatu aktifitas tertentu guna
mencapai sesuatu tujuan.20
Menurut Musthofa Fahmi:
اصطالح يطلق فقط على البواعث ) دافع(اما من ناحية المعنى السيكلوجي فكلمة
الذاتية او الباطنية والدوافع بهذاالمعنى الخاص عبارة عن قوة داخية موجهة ونقصد
21 بذالك انه ينشأ داخل الفرد آنتيجة مباشرة لخبرته في الحياة
(Dalam psikologi, motivasi adalah suatu istilah yang hanya digunakan untuk dorongan, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Dan motivasi menurut arti khusus ini merupakan ungkapan dari kekuatan psikis yang nampak, maksudnya motivasi tersebut tumbuh dari dalam pribadi seseorang)
Sedangkan menurut Clifford T. Morgan:
“Motivation is a general term referring to state within the organism, to behaviour and the goal towards which behaviour is directed. In other words, motivation has three aspects: 1) Motivating state within the organism, 2) behaviour aroused and directed by this state and 3) A goal towards which the behaviour is directed.”22
(Motivasi adalah istilah umum yang menunjukkan kepada keadaan (kondisi) yang menggerakkan tingkah laku akhir. Dengan kata lain motivasi mempunyai tiga aspek: 1) keadaan yang mendorong, 2 ) tingkah laku yang didorong, 3) tujuan yang menjadi arah tingkah laku)
19 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hlm.
60 20 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 1993),
Cet. 6, hlm. 70 21 Yusuf Murad, Mabadiul ‘Ilmi Nafsi’am, (Kohiroh, Darul Ma’arif, t.th), hlm.44 22 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, Second Edition, (New York: Crow
Hill Book Company, 1961), hlm. 167
![Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/10.jpg)
17
Dari beberapa pengertian tentang motivasi di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa motivasi berarti dorongan dalam diri seseorang untuk
melakukan suatu aktifitas dalam mencapai tujuan tertentu.
Motivasi merupakan slaah satu faktor yang sangat penting dalam
setiap aspek kehidupan manusia. Motivasi inilah yang mendorong untuk
berdisiplin dan bekerja keras guna mencapai apa yang dicita-citakan.23
Sedangkan pengertian belajar itu sendiri ada berbagai macam,
antara lain:
Pengertian belajar menurut Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz
Abdul Majid, sebagai berikut:24 ان التعام هو تغيير في ذهن المتعلم يطرأ على خبرة سابقة فيحدث فيها تغييرا جديدا
Sesungguhnya belajar merupakan perubahan di dalam orang yang belajar (murid) yang terdiri atas pengalaman lama, kemudian menjadi perubahan baru.
Belajar juga mempunyai arti suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan daya
pikir.25 Selain itu belajar juga diartikan sebagai perubahan kelakuan berkat
pengalaman dan latihan.26
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses pengalaman dan latihan. Dengan demikian yang
dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan dalam diri individu
yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk melakukan proses belajar
sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki.
23 Justina Anggraeni, Hardian Marantika, Kiat Sukses Dalam Studi, (Bandung: Pioner
Jaya, 2003) hlm.1 24 Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, at-Tarbiyah wa Turuqu al Tadrisi,
Juz I, (Mesir:Darul Ma’arif, 1979), hlm 169. 25 Thursan Hakim, Belajar secara Efektif, (Jakarta:Puspa Swara, 2001), Cet.2 hlm.1 26 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000)
![Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/11.jpg)
18
Motivasi belajar adalah merupakan psikis yang bersifat non
intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal menumbuhkan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi
kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.27
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar guru
mempunyai peranan yang sangat penting untuk menciptakan kondisi atau
suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktifitas belajar.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau
melakukan kegiatan belajar.28 Murid senang belajar di ruangan kelas,
tempat kerja dan laboratorium yang direncanakan dengan baik. Sekolah,
pusat latihan dan akademi harus mempunyai organisasi dan administrasi
yang baik dan pengajaran harus dilaksanakan tanpa ketegangan dan selunak
mungkin. Hubungan baik antara anggota staf dengan murid, harus
diciptakan dan dipelihara dengan baik. Murid harus diperlakukan
sedemikian rupa sehingga terwujud rasa harga diri, status dan tahu diri.29
Memberi motivasi bukan pekerjaan yang mudah. Motivasi yang
berhasil bagi seorang anak atau suatu kelompok mungkin tidak berhasil
bagi anak atau kelompok yang lain.30 Untuk itu guru perlu mengenal murid,
dan mempunyai kesanggupan untuk menghubungkan pelajaran dengan
kebutuhan dan minat anak.
Motivasi akan selalu terkait dengan kebutuhan, sebab seseorang
akan terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada suatu kebutuhan.
Kebutuhan ini timbul karena adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak
serasi atau rasa ketegangan yang menuntut suatu kepuasan.31
27 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Perkasa, 2001), Cet. 9 hlm.73 28 Moh. Uzer Usman, op.cit., hlm.29 29 Ivor K. Davis, op.cit., hlm.220 30 S. Nasution, op.cit., hlm 73 31 Sardiman AM., op.cit, hlm., 76
![Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/12.jpg)
19
Berkenaan dengan adanya kebutuhan tersebut Maslow berpendapat
bahwa kebutuhan manusia mempunyai tingkatan-tingkatan dari bawah ke
atas. Tingkatan-tingkatan kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:32
a. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (faali)
Kebutuhan untuk memenuhi rasa lapar, haus, istirahat dan sebagainya
b. Kebutuhan akan keselamatan (perasaan aman)
Kebutuhan akan keselamatan, keamanan, kemantapan, ketergantungan,
perlindungan, bebas dari rasa takut dan sebagainya.
c. Kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta sosial
Kebutuhan akan cinta, rasa kasih dan rasa memiliki (kebutuhan untuk
membina hubungan baik, kasih sayang, persaudaraan dan sebagainya)
d. Kebutuhan akan harga diri
Kebutuhan dan keinginan akan penilaian mantap, berdasar dan bermutu
tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri dan penghargaan dari orang
lain.
e. Kebutuhan akan perwujudan diri
Keinginan orang akan perwujudan diri, yakni menunjuk pada
kecenderungannya untuk mewujudkan dirinya sesuai kemampuannya.
Menurut Maslow suatu motif akan menguasai tingkah laku
seseorang bila motif yag berada di bawahnya sudah terpenuhi. Tingkah laku
manusia dikuasai mula-mula oleh motif yang paling rendah, yaitu motif
fisiologis. Baru setelah motif tersebut terpenuhi (kebutuhannya), motif di
atasnya mulai menguasai: begitu seterusnya sampai dengan motif yang
paling tinggi yaitu motif aktualisasi diri.33
2. Macam dan Fungsi Motivasi Belajar
32 Abraham H Maslow, Motivation and Personality, terj. Nurul Imam, (Jakarta: PT
Pustaka Binaman Pressindo, 1994), cet.4 hlm. 43-57 33 Martin handoko, Motivasi Daya penggerak Tingkah laku, (Yogyakarta: Kanisius,1992),
Cet. 9, hlm.21
![Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/13.jpg)
20
Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul
akibat pengaruh dari luar dirinya. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut:34
a. Motivasi intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu
sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lin, tetapi atas kemauan
sendiri. Motivasi itu intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi
belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk
menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Bukan
karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi,
atau hadiah dan sebagainya.
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya
maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak
memerlukan motivasi dari luar dirinya. Seseorang yang mempunyai
motivasi intrinsik selalu ingin majud alam belajar. Keinginan itu
dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata
pelajaran yang dipelajari sekarang kan dibutuhkan dan sangat berguna
kini dan di masa mendatang.
b. Motivasi ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebaga akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan
yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya untuk mencapai
nilai tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya.
Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Baik motivasi
ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik yang negatif sama-
sama mempengaruhi sikap dan perilaku anak didik. Diakui angka,
ijazah, pujian, hadiah dan sebagainya berpengaruh positif dalam
merangsang anak didik untuk giat belajar. Sedangkan ejekan, celaan,
34 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. 1, hlm.
115-117
![Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/14.jpg)
21
hukuman yang menghina, sindiran kasar dan sebagainya berpengaruh
negatif dengan merenggangnya hunbungan guru dengan anak didik.
Jadilah guru sebagai orang yang dibenci anak didik. Efek pengiringnya,
mata pelajaran yang dipegang guru itu tidak disukai anak didik.
Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai
membangkitkan minat anak didik untuk belajar, dengan memanfaatkan
motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya.35
Motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah
siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu
pulalah kualitas hasil belajar siswa dapat diwujudkan. Karena motivasi
mempunyai tiga fungsi yakni:
a. pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan
b. penentu arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai
c. penseleksi perbuatan, sehingga perbuatan orang yang mempunyai
motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang
ingin dicapai.36
Berdasarkan arti dan fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan
bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya
suatu perbuatan tetapi juga meruapakan penentu hasil perbuatan.
Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama
didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat
melahirkan prestasi yang baik. Sejalan dengan arti dan fungsi motivasi
tersebut, dalam Islam ada sejenis motivasi yang arti dan fungsinya
sama yaitu “niat”, seperti yang dikemukakan oleh Rasulullah SAW,
dalam sebuah hadits:
سمعت رسول اهللا صلى : عن عمر بن الخطاب رضي اهللا عنه على المنبر قال
م يقول انمااالعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوىاهللا عليه وسل
37)رواه البخاري (
35 Ibid, hlm. 117 36 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. 1, hlm.86
![Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/15.jpg)
22
Dari umar Bin Khattab, r.a. diatas mimbar berkata: aku mendengar Rasulullah bersabda: sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan niatnya. (HR. Bukhori)
Ada tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari
observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi,
ia akan:
1) bersungguh-sungguh, menunjukkan minat, mempunyai
perhatian dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta
dalam belajar.
2) berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk
melakukan kegiatan tersebut.
3) terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.38
3. Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar
Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi intrinsik
maupuin motivasi ektrinsik diperlukan untuk mendorong anak didik agar
tekun belajar. Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan
dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut:39
a. Memberi angka; angka atau nilai yang baik, mempunyai peranan
besar untuk memberikan motivasi kepada anak didik lebih giat
belajar;
b. Hadiah;
c. Kompetisi;
d. Ego-Involvement; menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar
merasakan pentingnya tugas dan menrimanya sebagai suatu tantangan
sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri;
e. Memberi ulangan
37 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhori, Shahih Bukhori, Juz I, (Darul Fikr,
t.th), hlm.6 38 Muhaimin , et. al, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), hlm. 138 39 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 125
![Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/16.jpg)
23
f. Mengetahui hasil; melihat grafik kemajuan, mengetahui hasil baik
pekerjaan memperbesar kegiatan belajar;
g. Pujian;
h. Memberi hukuman;
i. Hasrat untuk belajar; hasrat untuk belajar harus ditumbuhsuburkan
dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif sebagai
pendukung utamanya.
j. Membangkitkan minat;
k. Tujuan yang diakui; dengan memahami tujuan yang harus dicapai,
dirasakan anak sangat berguna dan menguntungkan, sehingga
menimbulkan gairah untuk terus belajar.
3. Upaya Meningkatkan Motivasi belajar
Dari sisi guru, motivasi belajar pada pembelajar berada pada
lingkup program dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu guru
berpeluang untuk meningkatkan, mengembangkan, dan memelihara
motivasi belajar dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut :
a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar.
Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar.
Beberapa prinsip belajar tersebut antara lain sebagai berikut :
1) Belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan
belajar; oleh karena itu, guru perlu menjelaskan tujuan belajar
secara heirarkis.
2) Belajar bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan
masalah yang menantangnya; oleh karena itu peletkan urutan
masalah yang m,enantang harus disusun guru dengan baik.
3) Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan
segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan
tertentu; oleh kaena itu, disamping mengajarkan bahan secara
terpisah-pisah, guru sebaliknya membuatpembelajaran dalam
pengajaran unit atau proyek.
![Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/17.jpg)
24
4) Sesuai dengan perkembangan jiwa siswa, maka kebutuhan
bahan-bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena
itu, guru perli mengatur bahan dari yang paling sederhana
sampai yang paling menantang.
5) Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip
penilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan
dikemudian hari; oleh karena itu guru perlu memberitahukan
kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar.
b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
Upaya optmimalisasi tersebut, sebagai berikut :
1) Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan
hambatan belajar yang dialaminya.
2) Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya
sehingga terwujud tindak belajar.
3) Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar
memberi kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi diri
dalam belajar
4) Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong
belajar.
5) Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana
gembira terpusat pada perilaku belajar.
6) Guru merangsang siswa dengan penguatan memberi rasa
percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan
“pasti berhasil”.
c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa.
Upaya optimalisasi tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya; tiap
membaca bahan belajar siswa mencatat hal-hal yang sukar,
catatan hal-hal yang sukar tersebut diserahkan kepada guru.
2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa
![Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/18.jpg)
25
3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar dengan mencari cara
memecahkan.
4) Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi
kesukaran.
5) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar
belajar secara mandiri.
d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar.
Pengembangan cita-cita belajar dilakukan sejak siswa masuk sekolah
dasar. Pengembangan cita-cita belajar tersebut “ditempuh” dengan
jalan membuat kegiatan belajar sesuatu. 40
Dengan adanya pengetahuan dan pemahaman yang cukup
mengenai pengertian maupun bentuk-bentuk motivasi ini maka guru
sebagai pendidik dapat menggunakannya untuk merangsang dan
menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik untuk giat belajar.
C. Pengaruh Keterampilan Pengelolaan Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan seorang guru dalam
mengelola potensi kelas sehingga tercipta kondisi belajar yang optimal dan
dapat mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Hal ini dapat tercapai
jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai
tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan
pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi
kelas. Karena kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam
menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. Maka agar memberikan
dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus
40 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm. 101-107
![Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/19.jpg)
26
dikelola sebaik-baiknya oleh guru.41 Guru harus bisa menciptakan suasana
kelas yang hidup dengan memberikan motivasi belajar kepada siswa.
Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin dari kelangsungan dan
kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang hendak dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai.42 Maka dapat
dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan
menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia,
sehingga akan berkaitan dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga
emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini
didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Dalam pengelolaan kelas guru merencanakan program yakni
menyusun tujuan belajar. Mengorganisasikan, dengan mengatur dan
menghubungkan sumber-sumber belajar, sehingga dapat mewujudkan tujuan
belajar dengan efektif dan efisien. Memimpin, yakni memotivasi,
menstimulasi siswa, sehingga mereka siap mewujudkan tujuan belajar. Serta
mengawasi, yaitu mengevaluasi dalam mengorganisasi dan memimpin telah
berhasil apa belum dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan.
Kemampuan pengelolaan kelas sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran. Tanpa kemampuan pengelolaan kelas yang efektif, segala
kemampuan guru yang lain dapat menjadi hambar dalam arti kurang
memberikan pengaruh atau dampak positif terhadap pembelajaran siswa.
Sehingga dengan adanya pengelolaan kelas yang efektif yang dilakukan oleh
guru diharapkan akan memunculkan motivasi yang kuat pada diri peserta
didik untuk melakukan aktivitas belajar.
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat
tercapai. Dikatakan keseluruhan, karena pada umumnya ada beberapa motif
41 Syaiful Bahri Djamarah, Loc. Cit. 42 Sardiman. A.M, Loc. Cit.
![Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/20.jpg)
27
yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar
adalah merupakan faktor psikis yang non-intelektual. Peranannya yang khas
adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk
belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi
untuk melakukan belajar. Seorang siswa yang memiliki intelegensia cukup
tinggi bisa jadi ia gagal karena tidak memiliki motivasi. Hasil belajar akan
optimal kalau ada motivasi yang tepat.
Dalam kegiatan belajar diperlukan motivasi. Motivation is an essential
condition of lerning. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin
tepat motivasi yang diberikan akan semakin berhasil pula kegiatan belajar. Jadi
motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha dan aktivitas belajar
D. Kajian Penelitian Yang Relevan
Sejauh pengamatan penulis ada beberapa penelitian yang membahas
tentang pengelolaan kelas dan motivasi belajar. Diantaranya penelitian dari
saudara Mastukin dengan judul “ Pengaruh Pengelolaan Tata Ruang Kelas
Terhadap Ta’lil fi al Ta’allum Siswa SMP Islam Ngaringin Grobogan”.
Dalam hal ini penulis lebih memfokuskan kajiannya pada pengelolaan kelas
dari segi fisik yaitu pengelolaan tata ruang kelas dan pengaruhnya terhadap
motivasi belajar.
Skripsi selanjutnya yaitu skripsi saudari Yusminingsih yang berjudul “
Studi Korelasi Antara Penilaian Siswa pada Penampilan Guru dengan
Motivasi Belajar PAI siswa Kelas 1 SMUN Tegal”, dalam skripsi tersebut
penulis mengkaji tentang korelasi antara penilaian siswa pada penampilan
guru denganmotivasi belajar PAI siswa.
Adapun dalam judul skripsi yang penulis teliti saat ini adalah tentang
pengaruh persepsi siswa tentang ketrampilan pengelolaan kelas terhadap
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Kajiannya mengenai ada
atau tidaknya pengaruh antara persepsi siswa tentang ketrampilan
pengelolaan kelas terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
![Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1...faktor apa yang dipandangnya sebagai faktor ... Adalah pekerjaan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022022618/5c8e2f2509d3f20b4a8c3e7c/html5/thumbnails/21.jpg)
28
Pengelolaan kelas di sini penulis batasi hanya pada pengelolaan kelas dari
segi non fisik yaitu pengelolaan siswa di dalam kelas.
Sedangkan buku-buku acuan yang penulis gunakan sebagai pijakan
dan landasan teori dalam penelitian ini antara lain: buku yang ditulis
Suharsimi Arikunto dengan judul “Pengelolaan Kelas dan Siswa”,
Pengelolaan Kelas karya EC Wragg yang diterjemahkan oleh Anwar jasin,
Psikologi Belajar karya Syaiful Bahri Djamarah, Interaksi dan Motivasi
Belajar Belajar Mengajar karya Sardiman A.M, Strategi Belajar mengajar
karya Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Menjadi Guru Profesional
karya Moh. Uzer Usman, dan masih ada beberapa buku lain yang penulis
gunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini.
E. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.43
Sedangkan menurut S. Margono hipotesis adalah dugaan yang mungkin
benar atau mungkin salah.44 Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam
penelitian ini adalah “terdapat pengaruh positif antara persepsi siswa
tentang keterampilan pengelolaan kelas terhadap motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 Pecangaan Tahun Pelajaran
2005/2006.”
43 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), Ed. Revisi V, Cet 12, hlm. 63 44 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), cet. 2,
hlm. 63