pengaruh persepsi siswa mengenai inovasi...
TRANSCRIPT
iv
PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI INOVASI GURU
DALAM MENGAJAR
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII
DI SMP NEGERI 01 LASEM TAHUN 2009 / 2010
Proposal Penelitian
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan
Guna Pembuatan Skripsi Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Strata I Ilmu Tarbiyah
Disusun oleh
Siti Fithria
053111013
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
v
vi
vii
MOTTO
“ Ï%©!$# zΟ ¯= tæ ÉΟ n=s) ø9$$ Î/ ∩⊆∪ zΟ ¯=tæ z≈|¡ΣM}$# $ tΒ óΟ s9 ÷Λs>÷ètƒ ∩∈∪
4. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya. (QS. Al-
Alaq: 4-5) 1
1 Soenarjo, Al-Qur’an da Terjemahannya, Jakarta : Depag RI, 2003, Hlm. 597
viii
PERSEMBAHAN
Dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, simpul-simpul kata dalam
jilidan kertas ini penulis persembahkan kepada:
� Ayahanda Soedardji dan Ibunda Sukarlin, beliau orang tua yang arif dan
bijaksana serta memiliki peran yang sangat penting dalam hidupku, beliau
yang selalu membimbing, memberikan kasih sayang serta perhatian dan
pengarahan kepadaku.
� Kakakku {Mbak Milah, Mbak Nita, Mas Dul}, Adekku Ahmad Khoiri,
keponakanku {Sofi, Udin} yang telah memberikan semangat untukku
membuat skripsi ini.
� Seseorang {Ali Dimas Aji} yang di takdirkan Allah tuk mendampingi
hidupku kelak
� Teman-teman kos amalia yang selalu menghiburku dikala suka maupun duka
� Sahabatku yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan
skripsi ini
� Untuk semua : Yang selalu memberi arti”
ix
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirohim
Alhamdulilah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga
menjadikan lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa cahaya ilahi kepada umat manusia sehingga dapat
mengambil manfaatnya dalam memenuhi tugasnya sebagai khalifah di muka
bumi
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, saran-saran serta motivasi dari berbagai pihak sehingga
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Suatu keharusan bagi pribadi
penulis untuk menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo yang telah merestui pembahasan skripsi ini.
2. Drs. H. Mustaqim, M.Pd, selaku Dosen Wali Studi yang telah banyak
berjasa kepada penulis untuk membimbing penulis selama masa studi.
3. Drs. H. Abdul Wahid, M.Ag dan Dra. Muntholiah, M. Pd, selaku
Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
untuk memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk dan motivasi dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Para dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah yang telah membekali
berbagai ilmu dan pengetahuan selama menempuh studi di Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
5. Bapak/Ibu karyawan perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan perpustakaan
IAIN Walisongo, atas pelayanan selama penyusunan skripsi.
xi
6. Civitas akademika SMP N 01 Lasem yang telah memberikan tempat
kepada penulis dalam melakukan penelitian sehingga terciptanya
kelancaran dalam menyelesaikan skrpsi ini.
7. Orang tuaku, Ayahanda Soedardji, dan Ibunda Sukarlin yang aku
sayangi,Mbak Milah, Mbak Nita, Adek Khoiri, Sofi ,Udin, Mas dul,
beserta keluarga tercinta yang senantiasa memberikan semangat dan
memperjuangkan segalanya demi suksesnya penulis menuntut ilmu.
8. Sahabatku (Mbak Kis, Syafaatun, Hadi, Leli, Eko, Agus, Lutfi, Fahruri)
yang selalu memberikan motivasi, semangat dan selalu menemaniku.
Teman - teman seperjuangan (PAI angkatan 2005 ) semoga persahabatan
yang telah terukir tetap selalu ada.
9. Teman- teman kos Amalia (Mbak Dian, Ni’ma, Dani, Nita, Nila, Atik,
Ani, Saadah, Novi, Alfi, Nik, Murti, Ifa, Khova, Indy, Qotul) yang selalu
menghiburku dikala suka dan duka.
10. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini
baik secara langsung maupun tidak, yang tidak mungkin penulis sebutkan
satu- persatu, karena keterbatasan ruang.
Harapan dan doa penulis, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak dapat
menjadi amal baik dan semoga mendapat balasan dari Allah. Penulis
menyadari bahwa penulis skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam
makna yang sesungguhnya, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada
umumnya.
Semarang, Juni 2010
Penulis
Siti Fithria
NIM: 053111013
xii
ABSTRAK
Siti Fithria (NIM : 053111013), Pengaruh Persepsi Siswa mengenai
Inovasi Mengajar Guru terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP
Negeri 01 Lasem. Skripsi. Semarang : Program Strata I Jurusan Pendidikan
Agama Islam IAIN Walisongo semarang, 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1). Bagaimana persepsi siswa
Kelas VIII mengenai inovasi guru dalam mengajar PAI di SMP N 01 Lasem 2).
Bagaimana motivasi belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMPN 01 Lasem tahun
2009/2010 3). Apakah ada pengaruh inovasi guru dalam mengajar terhadap
motivasi belajar PAI siswa Kelas VIII di SMP N 01 Lasem tahun 2009/2010 .
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif
kuantitatif menggunakan teknik korelasional, subyek penelitian sebanyak 42
responden, yang terdiri atas kelas VIII, menggunakan teknik random sampling.
Adapun metode pengumpulan data menggunkan
a. Observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan mata atau pengamatan,
meliputi, kegiatan pemuatan perhatian seluruh alat indra
b. Metode angket atau kuesioner (questionares) adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.
c. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan-catatan, transkip, profil sekolah dan sebagainya.
Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunkan teknik
analisis statistik deskriptif dan inferensial. Pengujian hipotesis penelitian dengan
analisis regresi satu peridiktor dan korelasi. Pengujian hipotesis menunjukkan
bhwa : 1). Persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar di SMP N 01
Lasem termasuk dalam kategori sedang yaitu pada interval 63-71 dengan nilai
rata-rata 66,0714. 2). Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP N
01 Lasem termasuk dalam kategori sedang, yaitu pada interval 70-76 dengan nilai
rata-rata 70,857. 3). Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi
siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar PAI
Siswa pada mata pelajaran PAI Kelas VIII di SMP N 01 Lasem ditunjukkan
dengan hasil Freg = 11,02 > Ftabel (0,01 : 1, 40) = 4,08 dan Freg = 11, 02 > Ftabel (0,05 : 1,40)
= 7,31, ditunjukkan pula oleh koefisien korelasi R xy = 0,46 dan koefisien
determinasi R2 xy = 0, 22. Ini menunjukkan bahwa 12 % variasi skor persepsi
siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran PAI Kelas VIII di SMP N 01 Lasem melalui fungsi taksiran
Y = 0,410X + 43,797.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi
dan masukan bagi para guru (pendidik) dan siswa-siswi di SMP N 01 Lasem
khususnya dan masyarakat pada umumnya terutama dalam memberi dorongan
kepada siswa agar senantiasa meningkatkan motivasi berprestasi secara memadai.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………… ii
PENGESAHAN………………………………………………………... iii
MOTTO.................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN……………………………………………………… vi
DEKLARASI…………………………………………………………… v
ABSTRAK……………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………. x
DAFTAR TABEL..................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………….. 1
B. Pembatasan Masalah……………………………………... 5
C. Rumusan Masalah………………………………………... 7
D. Manfaat Penelitian…………………………....................... 7
BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Persepsi siswa……………………………………………. 8
1. Pengertian Persepsi…………………………………... 8
2. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi…………. 9
3. Proses terjadinya persepsi……………………………. 10
B. Inovasi Dalam Mengajar…………………………………. 11
1. Pengertian Inovasi……………………………………. 11
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi................... 12
3. Bentuk-Bentuk inovasi……………………………….. 15
C. Motivasi Belajar…………………………………………. 27
1. Pengertian Motivasi Belajar…………………………. 27
2. Macam-macam Motivasi…………………………….. 29
3. Fungsi Motivasi……………………………………… 31
4. Teori Motivasi……………………………………….. 31
5. Cara Menumbuhkan Motivasi……………………….. 32
xiv
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Belajar siswa………………………………………… 35
7. Motivasi Belajar PAI………………………………... 37
D. Pengaruh Persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar
terhadap motivasi belajar PAI…………………………… 38
E. Kajian penelitian yang relevan…………………………... 39
E. Pengajuan Hipotesis…………………………………….... 40
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian……………………………………….. 42
B. Waktu dan Tempat Penelitian………………………….... 42
C. Variabel Penelitian………………………………………. 42
D. Metode Penelitian……………………………………….. 43
E. Populasi dan Sampel…………………………………….. 44
F. Teknik Pengumpulan Data……………………………… 44
G. Teknik Analisis Data……………………………………. 46
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian…………………………. 50
B. Pengujian Hipotesis……………………………………... 59
C. Pembahasan hasil Penelitian……………………………. 63
D. Keterbatasan Penelitian…………………………………. 63
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………... 64
B. Saran-Saran……………………………………………... 64
C. Penutup…………………………………………………. 65
xv
DAFTAR TABEL
TABEL I : Hasil angket persepsi siswa mengenai inovasi guru
dalam mengajar PAI Di SMP 01 Lasem…………….. 50
TABEL II : Interval nilai ( X ) dan Rata-rata
(Mean)……………………………………………….. 53
TABEL III : Distribusi frekuensi persepsi siswa mengenai inovasi
guru dalam mengajar PAI di SMP N 01 Lasem……. 54
TABEL IV : Kualitas variabel persepsi siswa mengenai inovasi
guru dalam mengajar PAI……………………………. 54
TABEL V : HASIL ANGKET MOTIVASI
BELAJAR SISWA…………………………………… 55
TABEL VI : Interval nilai ( X ) dan rata-rata
(Mean)………………………………………………... 57
TABEL VII : Distribusi frekuensi motivasi belajar PAI
Di SMP N 01 Lasem…………………………………. 58
TABEL VIII : Kualitas variabel motivasi belajar
PAI siswa…………………………………………….. 58
TABEL IX : Tabel kerja regresi persepsi siswa mengenai inovasi
guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar PAI
siswa kelas VIII DI SMP N01 Lasem………………... 59
TABEL X : Hasil Analisis Regresi Satu Prediktor
Y atas X……………………………………………... 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Lembaga pendidikan di negara kita terus berupaya menerima struktur
kurikulum, sistem pendidikan, dan metode pengajaran yang efisien dan efektif
melalui pembaharuan maupun eksperimen. Untuk itu sering diadakan studi
kasus atau sekolah percobaan. Disana dicobakan struktur, sistem, atau metode
yang baru, yang bersifat eksperimental sebagai bentuk upaya pembaharuan.2
Pentingnya peranan guru dan peranan lembaga pendidikan, pertama-
tama yang menjadi obyek dalam pembaharuan tersebut adalah adanya
interaksi guru dan siswa melalui metode mengajar.3 Metode merupakan sarana
untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan disiplin suatu ilmu. Dalam hal ini, metode bertujuan untuk
lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran sehingga apa yang telah
direncanakan bisa diraih secara optimal.4
Sebagai seorang pendidik, guru senantiasa dituntut untuk mampu
menciptakan suasana belajar mengajar yang akan berdampak positif dalam
pencapaian prestasi hasil belajar secara optimal. Guru harus dapat mengajar
dengan tepat, efektif dan efisien untuk membantu meningkatkan kegiatan
belajar serta memotivasi siswa untuk belajar dengan baik.5
Meskipun dalam proses pembelajaran dewasa ini peran murid juga
sangat dominan, tetapi guru tetap saja menjadi penentu suksesnya suatu
pembelajaran. Bahkan, sering kali guru dijadikan salah satu personal yang
bertanggung jawab terhadap pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan
berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam pembelajaran, guru berhadapan
2 Cece Wijaya, dkk, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, Bandung :
CV. Remaja Karya, 1988, hlm. 5 3 Ibid, hlm. 3 4 Ismail, SM , Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM : Pembelajaran
Aktif, Inovasi, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Semarang : Rasail Media Group, 2008, hlm. 18 5 Ibid, hlm. 25
2
dengan sejumlah peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap
dan potensi yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap kebiasaan peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran. Misalnya masih banyak peserta didik
kurang berminat untuk belajar dan membolos terutama pada mata pelajaran
yang kurang disukainya, dan guru yang menurut mereka sulit atau
menyulitkan. Untuk kepentingan tersebut guru dituntut membangkitkan
motivasi belajar peserta didik. Hal ini dikarenakan motivasi merupakan salah
satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Peserta didik
yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan belajar dengan sungguh-
sungguh.
Dalam proses belajar-mengajar guru mempunyai tugas untuk
mendorong/membimbing . peserta didik. Hal ini sesuai fitrah manusia yang
diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi. Allah Swt. berfirman dalam surat
al-Baqarah, ayat : 30
����������� �� ��� ����� ����� ������� ���� ������ !�"�#�$�% &' ��� ()������* �+���,& -�� .!�/��0 -12�� �) �3'�����"�$ �� ��� �4���/�% -12�� ����� ��� �51��6�2�� �7�����8�� �91:���2 ���8�2�� ;<���1�& ���������� ������
=>?@
Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui". (Q.S. al-Baqarah : 30).6
Untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik, setiap guru
sebaiknya memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana anak belajar
menyesuaikan dirinya dengan kondisi-kondisi belajar dalam lingkungannya.
6 TM. Hasbi Ash Shiddiqi, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT. Karya
Toha Putera Semarang : 1994), hlm. 13
3
Selain itu, guru juga harus mampu untuk menciptakan pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan.
Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam proses
pembelajaran (proses belajar mengajar),dimana seorang guru haruslah mampu
membantu peserta didik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan penting
yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Pendidik disini harus
mampu mengenal sampai dimana peserta didik perlu bimbingan dalam suatu
ketrampilan khusus agar mereka bisa melanjutkan persoalannya lebih lanjut.
Ini semua memerlukan guru yang sabar, fleksibel, memiliki kemampuan
interdisipliner, kreatif dan cerdas.
Perilaku guru kelas seharusnya terarah ke tujuan tertentu, Dengan
demikian akan terbentuk suatu keyakinan serta harapan yang tertumpu ke
tujuan pengajarannya. Dalam merencanakan kegiatan kelasnya, untuk
berinteraksi dengan seluruh kelas, kelompok maupun perorangan, guru akan
dipandu tidak hanya oleh keyakinannya terhadap kebutuhan peserta didik
tetapi juga oleh harapannya yang menyangkut tingkah laku peserta didik jika
mendapat perlakuan tertentu.7
Kemampuan mengajar guru merupakan masalah yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar, sehingga kemampuan mengajar guru yang
baik menunjukkan suatu keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Guru
dalam hal ini merupakan salah satu faktor yang paling menentukan
berhasilnya suatu proses belajar mengajar juga sebagai pemikul tanggung
jawab atas keberhasilan atau kegagalan pengajaran suatu pendidikan. Makin
besar usaha guru dalam menciptakan kondisi pengajaran itu, maka makin
tinggi pula hasil atau produk dari suatu pengajaran tersebut, sebab guru
mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kualitas pengajaran pendidikan.
Di samping belajar mengajar, setiap anak memiliki sejumlah motif
atau dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan biologis dan psikologis.
7 Hartono Kasmadi, Fungsi Pengamatan di Dalam Kelas Oleh Guru, (Semarang ; IKIP
Semarang Press, 1991)
4
Selain itu, anak juga memiliki sikap minat, penghargaan dan cita-cita tertentu.
Motif, sikap, minat dan sebagainya, akan mendorong anak berbuat untuk
mencapai tujuan-tujuan belajar dalam situasi sekolah. Oleh karena itu tugas
guru adalah menimbulkan motif yang akan mendorong anak berbuat untuk
mencapai tujuan belajar.8
Guru harus dapat mengembangkan motivasi dalam setiap kegiatan
interaksi dengan siswanya. Hal ini sekaligus dalam rangka menerjemahkan
siapa guru secara profesional dan siapa siswa secara proporsional. Dengan ini
guru perlu menyadari dirinya sebagai pemikul tanggung jawab untuk
membawa anak didik kepada tingkat keberhasilannya.9
Sering ditemukan diberbagai sekolahan banyak anak yang malas, tidak
menyenangkan, suka membolos dan sebagainya, sehingga mengakibatkan
prestasi belajar mereka menjadi menurun. Hal demikian juga terjadi di SMP N
01 Lasem khususnya kelas VIII pada mata pelajaran PAI. Minat belajar yang
ada pada siswa untuk belajar mata pelajaran PAI masih rendah, hal itu terlihat
dari nilai ulangan baik harian, tengah semester maupun ulangan semesteran
yang didapat siswa.
Banyak faktor yang menjadi penyebab dari rendahnya motivasi yang
ada pada siswa tersebut, salah satunya adalah inovasi mengajar guru. Ketidak
minatan siswa dalam mengikuti pelajaran menjadi pangkal utama anak dalam
merespon pelajaran. Rendahnya motivasi yang ada ternyata ada pengaruhnya
dengan persepsi siswa terhadap inovasi mengajar yang dilakukan guru. Oleh
karena itu guru harus memberikan motivasi kepada siswa untuk keluar dari
kesulitan belajar, dengan salah satunya adalah merubah cara mengajar.
Dengan inovasi mengajar yang baik diharapkan mampu
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Sebab bila persepsi siswa terhadap
inovasi mengajar guru itu baik, maka akan berpengaruh positif terhadap
motivasi belajar siswa. Demikian juga sebaliknya juga persepsi siswa terhadap
8 Proyek Pembina Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam, (Jakarta : Direktorat Pembina Perguruan Tinggi Agama Islam, 1980/1981), hlm. 111 9 Sardiman. A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : CV. Rajawali,
1986), hlm. 73
5
inovasi mengajar guru kurang baik maka akan menurunkan motivasi belajar
siswa khususnya mata pelajaran PAI.
Bertitik dari hal tersebut penulis terdorong untuk mengangkat sebuah
skripsi dengan judul : “Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Inovasi Guru
Dalam Mengajar Terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII Di SMP N
01 Lasem Tahun 2009/2010.
B. Pembatasan masalah
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran judul penelitian ini,
maka di perlukan penegasan istilah untuk membatasi ruang lingkup
permasalahan dalam penelitian.
1. Pengaruh : pengaruh diartikan sebagai daya yang ada atau yang timbul
dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan,
atau perbuatan seseorang.10
Jadi yang di maksud pengaruh disini adalah
daya yang timbul dari perilaku keagamaan orang tua dan perilaku
keagamaan siswa (kemampuan mempengaruhi oleh guru pendidikan
agama islam terhadap siswa).
2. Persepsi : berasal dari kata “perception” yang berarti kemampuan untuk
membedakan, mengelompokkan, memfokuskan, kemampuan memahami,
menanggapi, pengamatan pandangan.11
Dalam kamus bahasa Indonesia persepsi diartikan sebagai : “tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu, proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca inderanya”.12
Berdasarkan pengertian di atas
maka yang di maksud dengan persepsi siswa terhadap inovasi mengajar
guru PAI adalah pandangan, pengamatan, atau tanggapan siswa terhadap
inovasi mengajar guru PAI.
10 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
balai pustaka, 1990), hlm. 664 11 Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologis, (Jakarta : Rineka Cipta), hlm : 93 12 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993), hlm. 759.
6
3. Inovasi : diartikan sebagai perubahan yang sifatnya relatif teknikal dan
terpisah-pisah atau perubahan-perubahan yang telah diprogramkan
sebelumnya.13
Jadi inovasi adalah perubahan yang sudah diprogamkan
untuk tercapainya suatu tujuan pembelajaran.
4. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya upaya yang mendorong
untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi itu sendiri adalah daya
penggerak yang telah menjadi aktif.14
Menurut Mustaqim, motivasi adalah keadaan jiwa individu yang
mendorong untuk melakukan suatu perbuatan guna mencapai suatu
tujuan.15
Dengan demikian motivasi mengarah pada usaha-usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi, sehingga anak itu mau, ingin melakukan
sesuatu.
5. Belajar menurut Lyle E. Bourne, J.R, Brece R Ekstriando dalam bukunya
Mustaqim yaitu ;
“Learning as a relatively permanent change in behavior traceable to
experience practice”.
“Belajar adalah perbuatan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan
oleh pengalaman dan latihan”.16
Jadi belajar disini diartikan bahwa belajar
adalah memperoleh pengetahuan. Belajar juga merupakan latihan-latihan
pembentukan kebiasaan secara otomatis.
6. Motivasi belajar itu sendiri adalah keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar dan memberikan
arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
tercapai.17
Jadi motivasi belajar adalah dorongan yang timbul pada diri
seseorang untuk bertindak melakukan suatu perubahan kelakuan melalui
pengalaman dan latihan.
13 Badan Penelitian Dan Pengembangan Agama, Penelitian Pengembangan dan Inovasi
Pendidikan, (Jakarta : 1984), hlm. 1 14 Sardirman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : CV. Rajawali,
1986), hlm. 73 15 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 77 16 Ibid, hlm. 33 17 W. S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : PT. Gramedia,
1986), hlm. 27
7
7. Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk
menghormati penganut ajaran agama lain dalam hubungannya kerukunan
antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.18
Jadi, pendidikan agama islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan
bimbingan pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan
sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Bagaimana persepsi siswa kelas VIII mengenai inovasi guru dalam
mengajar PAI di SMP Negeri 01 Lasem tahun 2009/2010 ?
2. Bagaimana motivasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMP Negeri 01
Lasem tahun 2009/2010 ?
3. Apakah ada pengaruh persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam
mengajar terhadap motivasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMP Negeri
01 Lasem tahun 2009/2010?
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan bagi instansi atau lembaga pendidikan mengenai
pentingnya inovasi dalam mengajar PAI dalam setiap PBM.
b. Sebagai bahan referensi dan masukan tentang pelaksanaan inovasi dalam
mengajar Pendidikan Agama Islam dalam setiap PBM.
c. Memberikan masukan yang penting bagi guru agar mereka dapat
memberikan motivasi kepada anak didik selama PBM berlangsung.
18. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan
Implementasi Kurikilum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm 130
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Persepsi Siswa
1. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan,
yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
indera atau reseptornya dan stimulus itu diteruskan ke saraf dan terjadinya
proses psikologi, sehingga individu menyadari adanya apa yang ia lihat,
apa yang didengar.19
Menurut Irwanto persepsi adalah :
Proses diterimanya rangsangan obyek kualitas, hubungan antara
gejala maupun peristiwa sampai rangsangan itu disadari dan
dimengerti, karena persepsi bukan sekedar penginderaan, maka ada
yang menyatakan persepsi sebagai “the interpretation of
experience” (penafsiran pengalaman).20
Ada lagi yang mengatakan bahwa persepsi adalah proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia,
melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera
penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.
Bagi seorang guru, mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip
yang bersangkutan dengan persepsi sangat penting karena:
1) Makin baik obyek, orang, peristiwa atau hubungan tersebut dapat
diingat.
2) Dalam pengajaran, menghindari salah pengertian merupakan hal yang
harus dapat dilakukan oleh seorang guru, sebab salah satu pengertian
akan menjadikan siswa belajar sesuatu yang keliru atau yang tidak
relevan.
19 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyaarta: Andi Offset, 2002), hlm. 69 20 Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm. 71
9
3) Jika dalam mengajarkan sesuatu guru perlu mengganti benda yang
sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru
harus mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus dibuat
agar tidak terjadi persepsi yang keliru.21
Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada waktu
individu menerima stimulus melalui alat indera, yaitu melalui mata
sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung sebagai
alat pencium, lidah sebagai alat pengecap, kulit sebagai alat peraba, yang
kesemuanya merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima
stimulus dari luar individu. Stimulus yang di indera tersebut kemudian
oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu
menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu, dan proses ini disebut
persepsi.22
2. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi
Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat
dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:
a) Obyek yang di persepsi
Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari dalam diri individu yang
bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja
sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar
individu.
b) Alat indera, syarat dan pusat susunan syarat
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus, disamping itu juga harus ada syarat sensoris sebagai alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan
syarat, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
21 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: RINEKA Cipta,
1995), hlm. 102 22 Bimo Walgito, Op. Cit., hlm. 69
10
c) Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan
pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang
ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek. 23
Dari hal tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk mengadakan
persepsi adanya beberapa faktor yang merupakan syarat agar terjadi
persepsi yaitu: objek atau stimulus yang dipersepsi, alat indera dan
perhatian yang merupakan syarat psikologi.
3. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut: objek
menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor,
perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi
ada kalanya objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal
tekanan, benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan
terasa tekanan tersebut.
Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman
atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh
syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis,
kemudian terjadilah proses di otak sebagai proses kesadaran sehingga
individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar atau apa yang
diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah
yang disebut sebagai proses psikologis.24
Jadi dapat disimpulkan bahwa taraf-taraf terakhir dari proses
persepsi adalah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat atau
apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima
melalui alat indera, proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan
merupakan persepsi sebenarnya.
23 M. Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi, PBM PAI di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998) hlm. 180 24 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Rosda Karya, 1997) hlm. 101
11
B. Inovasi Dalam Mengajar
1. Pengertian Inovasi
Kata “innovation” (bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala
hal yang baru atau pembaharuan, Tetapi ada yang menjadikan kata
innovation menjadi kata Indonesia yaitu “inovasi”. Inovasi kadang-kadang
juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil
penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan
kata dari bahasa Inggris “discovery” dan “invention”. Ada juga yang
mengkaitkan antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya
membicarakan usaha pembaharuan. Untuk memperluas wawasan serta
memperjelas pengertian inovasi pendidikan, maka perlu dibicarakan dulu
tentang pengertian discovery, invention, dan innovation sebelum
membicarakan tentang pengertian inovasi pendidikan.
“Discovery”, “invention”, dan “innovation” dapat diartikan dalam
bahasa Indonesia “penemuan”, maksudnya ketiga kata tersebut
mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya
barangnya itu sendiri sudah ada lama kemudian baru diketahui atau
memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada. Demikian
pula mungkin hal yang baru itu diadakan dengan maksud untuk mencapai
tujuan tertentu. Inovasi dapat menggunakan diskoveri atau invensi. Untuk
jelasnya marilah kita bicarakan ketiga pengertian tersebut satu persatu.
Invensi (invention) adalah penemuan sesuatu yang benar-benar
baru, artinya hasil kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-
benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi
baru. Misalnya penemuan teori belajar, teori pendidikan, teknik
pembuatan barang dari plastik, mode pakaian, dan sebagainya. Tentu saja
munculnya ide atau kreativitas berdasarkan hasil pengamatan,
pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada, tetapi wujud yang ditemukannya
benar-benar baru.25
25 Udin Saefudin Sa’ud, Ph.D., Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008) hlm. 2
12
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa inovasi (innovation)
ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru berupa hasil invention maupun discovery.
Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan
suatu masalah tertentu.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inovasi
a. Faktor Kegiatan Belajar Mengajar
Kunci keberhasilan pengelolaan kegiatan belajar mengajar
ialah kemampuan guru sebagai tenaga profesional. Guru sebagai
tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang
pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan
belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya
perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional dan tujuan institusional yang telah dirumuskan.26
Tetapi
dalam pelaksanaan tugas pengelolaan kegiatan belajar mengajar
terdapat beberapa faktor yang menyebabkan orang memandang bahwa
pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang kurang
professional, kurang efektif dan kurang perhatian. Kelemahan tersebut
antara lain bahwa :
1. Keberhasilan tugas guru dalam mengelola kegiatan belajar
mengajar sangat ditentukan oleh hubungan interpersonal antara
guru dengan siswa.
2. Belum ada kriteria yang baku tentang bagaimana pengelolaan
kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3. Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar,
guru menghadapi sejumlah siswa yang berbeda dengan yang lain,
baik mengenal kondisi fisik, mental, intelektual, sifat, minat dan
latar belakang social ekonominya. 27
26 Ibid, hlm. 6 27 Ibid, hlm. 57
13
b. Faktor Internal dan Eksternal
Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan sistem
pendidikan dan dengan sendirinya juga inovasi pendidikan ialah siswa.
Dalam proses belajar mengajar siswa dapat menentukan keberhasilan
belajar melalui penggunaan intelgensia,daya motorik, pengalaman,
kemauan, dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada
paksaan. Peran siswa dalam inovasi pendidikan adalah siswa bisa
sebagai penerima pelajaran, memberi materi pelajaran pada sesama
temannya, petunjuk, dan sebagai guru. Siswa sangat besar
pengaruhnya terhadap proses inovasi karena tujuan pendidikan ialah
untuk mencapai perubahan tingkah laku siswa. Jadi siswa merupakan
pusat perhatian dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan berbagai
macam kebijakan pendidikan.
Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam proses
inovasi pendidikan ialah orang tua. Orang tua murid ikut mempunyai
peranan dalam menunjang kelancaran proses inovasi pendidikan, baik
ia sebagai penunjang secara moral membantu dan mendorong kegiatan
siswa untuk melakukan kegiatan belajar sesuai dengan yang
diharapkan sekolah, maupun sebagai penunjang pengadaan dana.
Guru juga mempunyai peran penting dalam inovasi pendidikan.
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan
pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar.
Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan
proses belajar mengajar. Ada beberapa hal yang dapat membentuk
kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan,
metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa,
hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru
dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti
14
administrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha masyarakat
sekitarnya, pengalaman dan ketrampilan guru itu sendiri.28
Jadi dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai
dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan
evaluasinya mempunyai peran yang sangat besar bagi keberhasilan
suatu inovasi pendidikan.
c. Fasilitas
Fasilitas termasuk sarana dan prasarana pendidikan tidak bisa
diabaikan dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar
mengajar. Dalam pembaharuan pendidikan tentu saja fasilitas
merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang
akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi
dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas
belajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan
pendidikan oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi
fasilitas perlu diperhatikan.29
d. Faktor Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan)
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah diatur oleh
pemerintah. Penanggung jawab sistem pendidikan di Indonesia adalah
kementerian pendidikan nasional yang mengatur seluruh sistem
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Dalam kaitan dengan adanya berbagai macam aturan dari
pemerintah tersebut maka timbul permasalahan sejauh mana batas
kewenangan guru untuk mengambil kebijakan dalam melakukan
tugasnya dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi dan situasi
setempat. Guru di tuntut untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya .Keterbatasan kesempatan serta keterbatasan
28 Udin Saefudin Sa’ud, Ph.D,’’ Inovasi Pendidikan’’,
http://www.geogle.co.id#hl=id&g=pengertian+inovasi+mengajar&start=10&Sa=N&Fp=bf
dbd34ob42e8865 / Rabu, 21-04-2010 29 Udin Saefudin Sa’ud, Ph.D,’’ Inovasi Pendidikan’’,
http://www.geogle.co.id/#hl=id&g=pengetian+inovasi+mengajar&start=10&Sa=N&Fp=bf
dbd34ob42e8865 / Rabu ,21 -04-2010
15
kewenangan dalam mengambil kebijakan merupakan hambatan guru
dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya.Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya siklus otoritas yang negatif,sikap apatis,dan
rasa frustasi yang dapat mengurangi rasa tanggung jawab , rasa ikut
terlibat (komitmen) dalam pelaksanaan tugas dan kurang semangat.
Dengan adanya tanda-tanda bahwa guru kurang mampu melaksanakan
tugas maka mengurangi kepercayaan atasan terhadap guru yang
menyebabkan tidak jelasan kewenangan dan kemampuan yang dimiliki
oleh guru. Karena atasan menganggap tidak memperoleh kejelasan
tentang tanggung jawab penggunaan kewenangan serta kemampuan
profesional yang dimiliki guru, maka dibatasi pemberian wewenang
dan kesempatan mengembangkan kemampuannya.30
3. Bentuk-bentuk Inovasi Pembelajaran
a. Pengelolaan Kelas
1) Pengertian
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan
dan kelas. Pengelolaan kelas itu sendiri kata dasarnya adalah kelola
ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata
pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen berasal dari bahasa
inggris yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata
pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam
pengertian umum menurut Suharsimi adalah pengadministrasian,
pengaturan atau penataan suatu kegiatan.31
Adapun kelas di dalam didaktik terkandung suatu
pengertian, yaitu sekelompok siswa, yang pada waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.32
Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu :
30 Udin Saefudin Sa’ud, Op. Cit , hlm 58 31 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2002), cet. 2, hlm. 196 32 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,
(Jakarta : Rajawali Press, 1988), cet. 2, hlm. 17-18
16
a) Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh
empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk
mengikuti proses belajar mengajar.
b) Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang
merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu
kesatuan di organisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang
kreatif untuk mencapai suatu tujuan.33
Menurut Sudirman N, pengelolaan kelas merupakan upaya
dalam mendayagunakan potensi kelas. Karena kelas mempunyai
peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses
interaksi edukatif. Agar memberikan dorongan dan rangsangan
terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-
baiknya oleh guru.34
Jadi pengelolaan kelas merupakan pengaturan dan
pendayagunaan potensi kelas secara efektif sehingga tercapai
tujuan pengajaran.
2) Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pengelolaan kelas
disini adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman atau pegangan
guru di dalam mengelola, agar menjadi terarah dan efisien.
Untuk memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan
kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan, yaitu :
a. Hangat dan Antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar
mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik
selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada
33 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : Haji Masagung,
1989), cet. 3, hlm. 116 34 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2000), cet. 1, hlm. 172
17
aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan
pengelolaan kelas.
b. Tantangan
Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-
bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik
untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya
tingkah laku yang menyimpang. Tambahan lagi akan dapat
mengendalikan gairah belajar mereka.
c. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya
mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik
mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian
anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi sesuai
dengan kebutuhan. Kevariasian dalam penggunaan apa yang
efektif dan menghindari kejenuhan.
d. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya
gangguan anak didik, serta menciptakan iklim belajar mengajar
yang kondusif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah
munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada
perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
e. Penekanan Pada Hal-Hal Yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru
harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari
pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif.
Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang
dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif
dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan
tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang
18
positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang
dapat mengganggu proses belajar mengajar.
f. Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik
dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru
sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan
disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan
mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
Jadi guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak
didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.35
Prinsip-prinsip
diatas memberikan hubungan positif interaksi edukatif antara
guru dan siswa.
3) Tujuan Pengelolaan Kelas
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan
kemudahan bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam
lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas
yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja,
terciptanya suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional
dan sikap serta aspirasi pada siswa.
Suharsimi Arikunto berpendapat “ tujuan pengelolaan kelas
adalah agar setiap siswa di kelas itu dapat bekerja dengan tertib
sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan
efisien.”36
Selain itu ketrampilan mengelola kelas perlu dikuasai oleh
guru agar dapat :
a) Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu
klasikal dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta
aktivitas yang sedang berlangsung.
b) Menyadari kebutuhan siswa
35 Ibid, hlm. 208 36 Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 68
19
c) Memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa.37
4) Pengelolaan Kelas yang Efektif
Sebagai kunci keberhasilan dalam pengelolaan proses
pembelajaran adalah guru. Dan manajemen kelas adalah salah satu
aspek dari pengelolaan proses pembelajaran. Selain
memperhatikan kepentingan-kepentingan sekolah yang sangat
kompleks, guru yang memiliki tugas sebagai pendidik dan pengajar
harus melakukan jenis-jenis kegiatan proses pembelajaran
(instructional process) secara terpadu (integral).
Untuk membuat iklim kelas yang sehat dan efektif,
beberapa variabel masalah yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut :
a) Bila situasi kelas memungkinkan anak-anak belajar secara
maksimal, fungsi kelompok harus diminimalkan.
b) Manajemen kelas harus memberi fasilitas untuk
mengembangkan kesatuan dan bekerjasama.
c) Anggota-anggota kelompok harus diberi kesempatan
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memberi
efek kepada hubungan dan kondisi belajar atau kerja.
d) Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam
menyelesaikan kebimbangan ketegangan dan perasaan tertekan.
e) Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar
siswa.38
b. Media Pembelajaran
1) Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. Gagne (1970) menyatakan “media
37 Prasetya Irawan, dkk, Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan Mengajar, (dekdikbud,
1996), hlm. 90 38 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 239
20
adalah berbagai jenis komponen pembelajaran merupakan proses
berlangsungnya belajar mengajar.”39
Secara harfiah kata media pembelajaran identik dengan
media yang memiliki arti perantara/pengantar. Association for
Education and Communication Technology (AECT)
mendefinisikan media pembelajaran yaitu segala bentuk yang
dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. Sedangkan
National Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai
benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar,
dibaca/dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan
baik dalam kegiatan belajar dan dapat mempengaruhi efektifitas
program instruksional.40
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, menyatakan “ media
pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan perhatian dan kemampuan siswa,
sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar.”41
M. Basyiruddin Usman, dan H. Asnawir dalam bukunya
Media Pembelajaran mendefinisikan” media belajar sebagai
sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang
pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa), sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.”42
Sedangkan
Abdurrahman An Nahlawi, memberikan pengertian “media
pembelajaran yaitu suatu media (gedung, alat teknik yang dapat
menunjang kelancaran pelaksanaan program pendidikan dan
pengajaran di sekolah.”43
39 Rahardjo dan Arief S. Sadirman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta : Grafindo, 1993),
hlm. 6 40 Ibid, hlm. 7 41 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta,
1996), hlm. 112 42 M. Basyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta : Delia Citra
Utama, 2002), hlml. 4 43 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,
(Jakarta : Gema Insani Press, 1995) hlm. 136
21
Menurut Sutari Imam Barnadib, sebagaimana dikutip
Jalaluddin” media pembelajaran merupakan suatu tindakan atau
perbuatan atau situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan
untuk mencapai suatu tujuan di dalam pendidikan.”44
Sedangkan Zuhairini, dalam bukunya Metodik Khusus
Pendidikan Agama, menjelaskan bahwa media pembelajaran atau
alat pendidikan ialah segala sesuatu yang dipergunakan dalam
usaha untuk mencapai tujuan daripada pendidikan.45
Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran atau alat
belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yakni guru dan
peserta didik sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga terjadi proses belajar mengajar misalnya papan tulis,
buku, ruang perpustakaan, laboratorium, ruang UKS, alat peraga,
gambar dsb. Sebagai media atau sarana atau alat penunjang
kelancaran mengajar guna mencapai tujuan pendidikan.
2) Dasar dan Tujuan
a. Dasar
Dasar dari penggunaan media pembelajaran atau media
pendidikan adalah :
1. Manusia mempunyai potensi untuk berkembang dengan
dimilikinya pendengar, penglihatan, dan hati (pikiran).
2. Sesuatu hal yang kongkrit akan lebih mudah dipelajari
daripada sesuatu yang abstrak.
3. Sesuatu yang abstrak perlu dikongkritkan
4. Untuk itu diperlukan media pembelajaran dalam
pembelajaran.46
44 Jalaluddin, Teologi Pendidikan ,(Jakarta :PT .Raja Grafindo Persada,2001),hlm.109 45 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983),
hlm. 49 46 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Op. Cit, hlm. 13
22
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT Surat An Nahl
ayat 78 :
! $# uρ Νä3y_ t÷z r& . ÏiΒ Èβθ äÜç/ öΝä3ÏF≈ yγ ¨Βé& Ÿω šχθ ßϑn= ÷ès? $\↔ ø‹x© Ÿ≅yèy_ uρ ãΝ ä3s9
yìôϑ¡¡9 $# t≈ |Á ö/F{$# uρ nοy‰ Ï↔øù F{$# uρ öΝ ä3ª= yès9 šχρ ãä3ô±s?
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur”47
Berdasarkan konsep al-Qur’an, manusia ketika
dilahirkan tidak mengerti apa-apa. Sebagaimana teori
tabularasa seperti kertas putih belum ada tulisannya, maka
lingkungannya yang kemudian mempengaruhi perkembangan
selanjutnya. Allah SWT menjadikan telinga sehingga manusia
akan mendengarkan suatu berita, suatu pengetahuan, suatu
pengertian, tetapi sifatnya masih abstrak. Allah SWT
menjadikan mata sebagai penglihatan (ا����ر) dengan melihat
terjadi proses di dalam diri anak yang merupakan realisasi apa
yang di dengar. Gambaran nyata pengertian timbul dari
penglihatan. Optimalisasi indera manusia merupakan
akumulasi dari apa yang didengar, dan dilihat/hasil kerja hati
yang telah diberikan Allah.
b. Tujuan
Tujuan dipergunakannya media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar adalah :
1. Untuk membantu proses belajar mengajar.
2. Mempermudah siswa dalam menerima pelajaran.
3. Mempercepat penerima pesan.
4. Memperlama kesan tertanam pada diri siswa (long
memory).
47 Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta : Depag RI, 2003), hlm. 413
23
5. Pengembangan perasaan siswa.
c. Fungsi Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar
Media pembelajaran berfungsi menunjang proses
belajar mengajar yang pada gilirannya diharapkan dapat
menambah hasil belajar yang dicapainya. Peranan media
pembelajaran memang semata-mata untuk membantu guru
dalam mengajar. Tetapi kemudian, namanya lebih populer
sebagai media pengajaran yang berfungsi untuk meningkatkan
pengalaman belajar ke arah yang lebih kongkrit dan
merangsang proses belajar mengajar.48
d. Prinsip-Prinsip Media Pembelajaran
Menurut Nana Sudjana adalah :
1) Menentukan jenis media dengan tepat; artinya, sebaiknya
guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai
dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan.
2) Menetapkan atau memperhitungkan subyek dengan tepat;
artinya perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu
sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan anak didik.
3) Menyajikan media dengan tepat; artinya teknik dan metode
penggunaan media, waktu dan sarana yang ada.
4) Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu,
tempat dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam
situasi mana pada waktu mengajar media digunakan terus-
menerus memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu dengan
media pengajaran. 49
Keempat prinsip ini hendaknya diperhatikan oleh guru
pada waktu ia menggunakan media pengajaran.
48 R. Ibrahim dan Nana Syaodih, Op. Cit, hlm. 113 49 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Op. Cit, hlm. 127
24
c. Metode Pembelajaran
1. Pengertian
Ditinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari
bahasa yunani, yaitu “methodos”, kata ini terdiri dari dua suku
kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati, dan
“hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti
suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.50
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan
guna mencapai yang telah ditentukan. Dengan kata lain metode
adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan bila ditinjau dari segi terminologis (istilah) metode
dapat dimaknai sebagai jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya
sampai pada tujuan tertentu.51
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang
selesai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan
tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai
yang diharapkan.
2. Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan
pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang
telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang
percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru
dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas
guru yang selalu senang menggunakan metode ceramah sementara
tujuan pengajarannya adalah agar anak didik dapat memperagakan
shalat, adalah kegiatan belajar mengajar yang kurang kondusif.
Seharusnya penggunaan metode dapat menunjang pencapaian
50 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang,
RASAIL Media Group, 2008), hlm. 7 51 Ibid, hlm. 8
25
tujuan pengajaran, bukannya tujuan yang lurus menyesuaikan diri
dengan metode.52
Seorang guru dituntut untuk dapat mengembangkan
program pembelajaran yang optimal, sehingga terwujud proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Belajar merupakan proses
yang sangat penting dilakukan oleh siswa, karena tanpa adanya
hasil belajar yang memadai, mereka akan kesulitan dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam masyarakat.
Suatu metode bisa dikatakan efektif jika prestasi belajar
yang diinginkan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang
tepat guna. Maksudnya dengan memakai metode tertentu tetapi
dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Hasil
pembelajaran yang baik haruslah bersifat menyeluruh, artinya
bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan semata-mata, tetapi
juga tampak dalam perubahan sikap dan tingkah laki secara
terpadu. Perubahan itu sudah barang tentu harus dapat dilihat dan
diamati, bersifat khusus dan operasional, dalam arti mudah diukur.
Agar metode yang digunakan dalam suatu pembelajaran
bisa lebih efektif maka guru harus mampu melihat situasi dan
kondisi siswa, termasuk perangkat pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran untuk peserta didik berkemampuan sedang tentu
berbeda dengan peserta didik yang pandai.53
3. Tujuan Metode Pembelajaran
Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu
pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik
mungkin bagi pelaksanaan dan kesuksesan operasional
pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain, metode dapat
merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data
yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu, dalam hal
52 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Op. Cit, hlm. 76 53 Ismail, SM, Op. Cit, hlm. 29-30
26
ini, metode bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil
pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih
dengan sebaik dan semudah mungkin.
Metode bertujuan mengantarkan sebuah pembelajaran ke
arah tujuan tertentu yang ideal dengan tepat dan cepat sesuai yang
diinginkan.54
4. Pemilihan Metode Mengajar
Pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh
beberapa faktor, sebagai berikut :
a. Anak didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang
menghajatkan pendidikan, perbedaan individual anak didik
pada aspek biologis, intelektual dan psikologis, mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya guru
ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif
dalam waktu yang relatif lama demi tercapainya tujuan pengaj
aran yang telah dirumuskan secara operasional.55
b. Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan
belajar mengajar.Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran
berbagai jenis dan fungsinya.Secara hierarki tujuan itu bergerak
dari yang rendah hingga yang tinggi yaitu tujuan instruksional
atau tujuan pembelajaran ,tujuan kurikuler ,atau tujuan
kurikulum ,tujuan institusional dan tujuan pendidikan
nasional.Metode yang guru pilih harus sesuai dengan taraf
kemampuan yang hendak di isi kedalam diri setiap anak didik .
Maka metode harus mendukung sepenuhnya. 56
54 Ibid, hlm. 18 55 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 19 56
Ibid, hlm. 80
27
c. Situasi
Situasi kegiatan mengajar yang guru ciptakan tidak
selamanya sama dari hari ke hari, pada suatu waktu boleh jadi
guru ingin menciptakan situasi belajar mengajar di alam
terbuka, yaitu diluar ruang sekolah. Maka guru dalam hal ini
tentu memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi
yang diciptakan itu.
d. Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan
dan penentu metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan
yang menunjang belajar anak didik di sekolah lengkap tidaknya
fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode
mengajar.
e. Guru
Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi
kompetensi kekurangan penguasaan terhadap berbagai jenis
metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan
metode.57
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Kata “motif” diartikan sebagai daya paya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan daya penggerak
dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktifitas demi
tercapainya suatu tujuan.58
Istilah motif berasal dari akar kata bahasa latin “motive” yang
kemudian menjadi “motion”, artinya gerak atau dorongan untuk
57
Ibid, hlm. 20 58 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), hlm. 71
28
bergerak.59
Menurut Ngalim Purwanto “motivasi adalah segala sesuatu
yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.”60
Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia motivasi adalah
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.61
Dari pengertian motivasi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
secara harfiah motivasi berarti dorongan, alasan, kehendak atau kemauan,
sedangkan secara istilah motivasi adalah daya penggerak kekuatan dalam
diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu,
memberikan arah dalam mencapai tujuan, baik yang didorong atau
dirangsang dari luar maupun dari dalam dirinya.
Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.62
Menurut Clifort T Morgan; “Learning may be defined as any
relatifavely permanent change in behavior which occurs as a result of
experience or practice”.63
Artinya: Belajar adalah perubahan tingkah laku
yang relatif tetap yang merupakan hasil dari pengalaman atau latihan.
Menurut Saleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid dalam
kitab at-Tarbiyah wa Thuruqut at-Tadris:
'A 4�"B& 3�C$ &DC$ ���� E�8�� )6� �F GH* I�/ %JK� 4�"BL& �A� M D� &���064
“Sesungguhnya belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku pada
hati (jiwa) si pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki menuju
perubahan baru”.
59 Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993, hlm. 114 60 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 60 61 Anton M. Moeliono, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) hlm. 759 62 Slameto, Op. Cit hlm. 2 63 Clifort T, Morgan, Introduction To Psychology, (Newyork: The Mc Graw Hill Book tt),
hlm. 63 64 Saleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut at-Tadris,
(Makkah : Daul Ma’arif, 1979), hlm. 169
29
Menurut Muhibbin Syah,” belajar adalah tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individual yang relatif tetap sebagai hasil pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.”65
Dari definisi belajar yang dikemukakan oleh para tokoh, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri
seseorang sebagai akibat latihan dan pengalaman yang dilaksanakan secara
sadar dan sengaja sehingga menimbulkan pengetahuan, kecakapan dan
ketrampilan serta tingkah laku yang lebih baik.
2. Macam-Macam Motivasi
a. Motivasi Dilihat dari Dasar Pembentukannya
1) Motif Bawaan
Adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada
tanpa dipelajari. Contohnya, dorongan makan, minum.
2) Motif Yang Dipelajari
Motif yang timbul karena dipelajari, contoh: dorongan
untuk belajar ilmu pengetahuan.
b. Motivasi Menurut Pembagian Woodworth dan Marquis.
1) Motif Organis, contoh: kebutuhan untuk makan, minum, bernafas,
seksual dan beristirahat.
2) Motif darurat, atau rangsangan dari luar, antara lain: dorongan
untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas.
3) Motif Objektif, menyangkut kebutuhan untuk melakukan
eksplorasi, manipulasi untuk menaruh minat. Muncul karena
dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.
c. Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah
Sebagian ahli menggolongkan jenis motivasi menjadi dua jenis
yakni: Motivasi jasmaniah motivasi rohaniah. Motivasi jasmaniah
65 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 92
30
misalnya: refleks, insting otomatis, nafsu, sedangkan motivasi
rohaniah yakni kemauan.66
d. Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik
1. Motivasi intrinsik
Adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi
sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).67
Misalnya murid mungkin
belajar menghadapi ujian karena dia senang dengan mata pelajaran
yang diujikan.
Unsur-unsur motivasi intrinsik
a) Dorongan, atau alasan adalah kondisi psikologi yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, jadi tingkah
laku bermotivasi adalah tingkah laku yang dilatarbelakangi
oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu
tujuan.
b) Minat, atau kemauan W.S. Winkel mengartikan minat dalam
belajar sebagai kecenderungan seseorang yang menetap untuk
merasa tertarik pada obyek tertentu atau bidang studi tertentu
dan merasa senang mempelajari materi itu.
c) Perhatian, adalah banyak sedikitnya perhatian yang mengenai
aktifitas yang dilakukan, perhatian merupakan pemusatan atau
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan
kepada sesuatu atau sekelompok obyek.68
2. Motivasi Ekstrinsik
Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar
perbuatan yang dilakukannya, karena dorongan dari luar seperti
adanya hadiah dan menghindari hukuman.69
66 Sardiman, Op. Cit. hlm 84-86 67 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 514 68 Winkel Ws, Psikologi Pendidikan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1983) hlm. 30 69 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 91
31
Unsur motivasi ekstrinsik
a. Orang tua, adalah sebagai motivator utama dan pertama dalam
kegiatan belajar anak. Karena sebagian kehidupan anak adalah di
rumah bersama dengan orang tuanya, dan sejak lahir juga sudah
ada ikatan batin yang kuat antara anak dan orang tuanya.
b. Guru, sebagai pendidik dan pengajar, disamping bertugas
menyampaikan materi pelajaran juga berfungsi sebagai motivator.
3. Fungsi Motivasi
a. Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Berfungsi
sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada
seseorang untuk melakukan sesuatu.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu
tujuan tersebut. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang
akan ditempuh.
c. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang
harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dan
mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
itu.70
4. Teori Motivasi
a. Hierarki Kebutuhan Maslow
Hierarki didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu
orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka
ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Maslow
mengemukakan lima tingkat kebutuhan yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta kasih
atau kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan
kebutuhan aktualisasi diri.
b. Teori keberadaan, keterkaitan, dan pertumbuhan (Existence,
relatedness, and Growth ERG) Aldefer.
70 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Ed. Cet. 2,
hlm. 77
32
Aldefer merumuskan kembali Hierarki Maslow dalam tiga
kelompok, yang dinyatakan sebagai keberadaan, keterkaitan dan
pertumbuhan (Existence, Relatedness, and Growth ERG) yaitu:
1. Kebutuhan akan keberadaan adalah semua kebutuhan yang
berkaitan dengan keberadaan manusia yang dipertahankan dan
berhubungan dengan kebutuhan psikologis dan rasa aman
pada hierarki Maslow.
2. Kebutuhan keterkaitan berkaitan dengan hubungan kemitraan.
3. Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan yang berhubungan
dengan perkembangan potensi perorangan dan dengan
kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri yang
dikemukakan Maslow.71
Menurut teori ERG, semua kebutuhan timbul pada waktu yang
sama. Kalau satu tingkat kebutuhan tertentu tidak dapat diuraikan,
seseorang kembali ke tingkat lain.
5. Cara Menumbuhkan Motivasi
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar mengajar.72
a. Memberi Angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan
belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk
mencapai angka, nilai yang baik, sehingga siswa biasanya yang
dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya
baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan
motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa
bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya baik kelas
saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot
bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka
baik.
71 Hamzah B, Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 23 72 S. Nasution, Op. Cit, hlm. 73
33
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi
tidaklah selalu demikian, karena hadiah untuk suatu pekerjaan,
mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan
tak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh
hadiah yang diberikan bagi seorang siswa yang tidak memiliki
bakat menggambar.
c. Saingan atau Kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat
motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik
persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini
banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan,
tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
d. Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas da menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah salah satu
bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha
dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan
menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah
symbol kebanggaan dan harga diri, begitu untuk siswa di subyek
belajar. Para siswa akan belajar dengan keras jadi karena harga
dirinya.
e. Memberi Ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan
ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan
sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan
terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan
bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus juga terbuka
34
maksudnya, kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada
siswanya.
f. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin
mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada
motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan
hasilnya terus meningkat.
g. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil
menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian
ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini
merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian
yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi gairah serta belajar serta sekaligus akan
membangkitkan harga diri.
h. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadikan alat motivasi.
Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian
hukuman.
i. Hasrat Belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada
maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan
segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar
berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar,
sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
35
j. Minat
Proses belajar itu akan berjalan dengan lancar kalau disertai
dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan
dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa,
akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan
memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna
dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk belajar. 73
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa
Dalam rangka pendidikan formal, motivasi belajar tersebut ada
dalam jaringan rekayasa pedagogis guru. Dengan tindakan pembuatan
persiapan mengajar, pelaksana belajar mengajar maka guru
menguatkan motivasi belajar siswa, motivasi belajar semakin
meningkat pada tercapainya hasil belajar. Motivasi belajar merupakan
segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh
oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa.74
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
siswa adalah sebagai berikut:
a. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit,
lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar.
73 Sardiman, A. M. Op. Cit, hlm. 92-95 74 Dimyati dan Mujiono, Op. Cit, hlm. 97
36
Kondisi jasmani sangat berpengaruh terhadap minat-minat siswa
untuk belajar.75
Aspek rohani atau psikis siswa yang menyangkut kondisi
kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial,
psikomotor serta kondisi afektif dan kognitif dari individu. Untuk
kelancaran belajar bukan hanya dituntut kesehatan jasmani dan
tetapi juga kesehatan rohani. Seorang yang sehat rohani adalah
terbebas dari tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan
perasaan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang mengganggu, frustasi,
konflik-konflik psikis. Kondisi rohani juga sangat berpengaruh
terhadap motivasi belajar dan keberhasilan dalam belajar.76
b. Kondisi lingkungan siswa
Motivasi belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
dari luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial-psikologis yang
ada pada lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat.77
Sebagai
anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan
sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan
nakal, perkelahian antar siswa, akan mengganggu kesungguhan
belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa
yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Oleh karena itu
kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup,
ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan
lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat
dan motivasi belajar mudah diperkuat.
c. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan
pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup.
Pengalaman dengan teman sebaya berpengaruh dengan motivasi
75 Ibid, hlm. 98 76 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 162 77 Ibid., hlm. 163
37
belajar dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa
lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga
mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa
surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film semakin menjangkau
siswa.
Ke semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi
belajar, dengan melihat tayangan televisi tentang pembangunan
bidang perikanan. Di Indonesia Timur misalnya, maka seseorang
siswa akan tertarik minatnya untuk belajar dan bekerja di bidang
perikanan. Guru profesional diharapkan mampu memanfaatkan
surat kabar, majalah, siaran radio, televisi dan sumber belajar di
sekitar sekolah untuk memotivasi belajar.78
7. Motivasi Belajar PAI
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah.
Kegiatan belajar tersebut ada yang di lakukan di sekolah, di rumah,
dan di tempat lain.79
Kemudian dalam hubungannya dengan kegiatan
belajar yang terpenting adalah bagaimana menciptakan kondisi atau
suatu proses yang mengarahkan siswa itu melakukan aktivitas belajar.
Dalam hal ini tentu peran guru sangat penting bagaimana guru
melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan
motivasi agar siswa melakukan aktivitas belajarnya dengan baik.
Untuk belajar dengan baik di perlukan proses dan motivasi yang baik
pula.
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya.
Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-
cita. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan
dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar. 80
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menyalurkan, menggerakkan dan mengarahkan sikap dan perilaku
78 Dimyati dan Mujiono, Op. Cit., hlm. 99 79 Zuhairini, Op. Cit, hlm. 19
80 Ibid, hlm. 30
38
individu untuk belajar. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk
melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Dorongan
merupakan kekuatan yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau
pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut
merupakan inti motivasi.
Motivasi belajar tersebut ada yang intrinsik dan ada yang
extrinsik. Penguatan motivasi-motivasi tersebut berada ditangan para
guru atau pendidik dan anggota masyarakat lain (orang tua dan ulama).
Motivasi siswa perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar
yang optimal dalam semua bidang pelajaran terutama pada bidang
Pendidikan Agama Islam, sebab PAI sangat berguna sebagai pedoman
atau pegangan hidup sesuai dengan ajaran agama Islam, membentuk
akhlak yang mulia, menjadi warga Negara yang baik, mengabdi
kepada Allah.
D. Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Inovasi Guru Dalam Mengajar
Terhadap Motivasi Belajar PAI
Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah
mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk moral, akhlak
maupun etika peserta didik. Karena PAI mempunyai tujuan untuk membina
peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT
serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Secara jujur harus diakui bahwa PAI masih belum mendapat tempat
dan waktu yang proporsional, terutama di sekolah umum. Lebih dari itu
karena tidak termasuk kelompok yang tidak di UAN-kan, keberadaannya
seringkali kurang dapat perhatian, untuk itu guru dalam hal ini guru PAI harus
dapat menumbuhkan motivasi dan semangat siswa dalam belajar PAI. 81
81 Zuhairini, Op. Cit. hlm . 43
39
Dalam belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi belajar tidak mungkin melakukan aktivitas belajar
dengan baik. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik maupun ekstrinsik.
Untuk itulah seorang guru memegang peran penting dalam
memberikan dorongan dan harapan. Seorang guru harus mempunyai
kemampuan mengajar dan dapat memberikan rangsangan kepada siswa untuk
lebih semangat dalam belajar. 82
Seorang guru harus mengetahui serta tanggap terhadap kebutuhan
peserta didik, sehingga dalam otak siswa dapat menumbuhkan persepsi atas
kemampuan guru tersebut positif dan persepsi siswa mengenai inovasi
mengajar akan dapat membangun motivasi belajarnya.
Persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan,
memfokuskan perhatian terhadap satu obyek dimana persepsi siswa mengenal
inovasi mendasar. Guru PAI sangat tergantung pada figur guru dalam
membawa dirinya dalam kegiatan pelajaran di kelas, serta harapan siswa
terhadap PAI dan motivasi anak didik, sementara persepsi siswa mengenai
inovasi mengajar guru PAI akan membawa pengaruh terhadap motivasi
belajar anak didik pada mata pelajaran PAI. 83
Dengan mengkaji tentang inovasi mengajar guru PAI dan motivasi
belajar, maka dapat ditarik sebuah hubungan bahwasanya dengan melihat
kemampuan seseorang guru dari segi keilmuannya, ketrampilannya dalam
mengajar, komitmennya pada profesi yang dipilihnya maka akan
memunculkan persepsi atau tanggapan di dalam diri siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajarnya berdasarkan pengalaman dan latihan yang
telah didapatkannya dalam materi PAI.
E. Kajian Penelitian Yang Relevan
Dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah tentang guru dan anak didik
dalam interaksi edukatif menjelaskan bahwa “Tugas guru sebagai suatu
82 Sardiman, Op. Cit.hlm. 61 83 Slameto, Op. Cit. hlm. 64
40
profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionlitas diri
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar
dan melatih akan didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru
sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup
kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan,
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas
guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapkannya
dalam kehidupan demi kehidupan anak didik. 84
Pendahuluan Didaktik Metodik Umum, AG. Soejono dalam buku
tersebut diuraikan bahwa pembelajaran guru itu terlihat dalam suara dan cara
guru bercakap, dalam bergaul dengan murid, dengan orang lain dan dengan
seluruh kelas, dalam menghadapi kesulitan yang timbul di dalam maupun di
luar kelas pada waktu ada keributan dan kecelakaan, pada waktu menghadapi
situasi baru maupun persoalan atau kesulitan dan sebagainya.
Skripsi karya Rahmawati yang berjudul “Study Korelasi Antara
Kompetensi Guru dan Ketrampilan Mengajar di MTs Negeri Planjar
Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap”. Dalam skripsi tersebut dijelaskan
bahwa sebagai seorang pelajar yang kompeten harus memiliki berbagai
ketrampilan mengajar untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Dengan
ketrampilan mengajar yang baik diharapkan dapat melaksanakan pengajaran
yang baik dan terprogram.
Skripsi ini disamping membahas kemampuan guru dalam
pembelajaran di kelas, juga membahas tentang inovasi guru dalam mengajar
yang akan berpengaruh terhadap motivasi belajar PAI siswa.
F. Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. 85
84 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, hlm. 120 85 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,( Jakarta : Rineka
Cipta,2006 ),hlm. 118
41
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis adalah
jawaban sementara yang harus dilakukan kebenarannya.
Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam skripsi ini adalah:
terdapat pengaruh positif persepsi siswa tentang inovasi mengajar guru PAI
terhadap motivasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Lasem tahun
2009-2010.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan suatu hal yang bermanfaat bagi penulis yaitu
memberikan arahan pokok-pokok yang akan penulis teliti sehingga
memudahkan penulis untuk mengerjakan dan mencari data-data sebagai
langkah-langkah permasalahan.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui persepsi siswa kelas VIII mengenai inovasi guru dalam
mengajar PAI di SMP Negeri 01 Lasem tahun 2009/2010.
b. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 01
Lasem tahun 2009/2010.
c. Untuk mengetahui apa ada pengaruh persepsi siswa mengenai inovasi guru
dalam mengajar terhadap motivasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMP
Negeri 01 Lasem tahun 2009/2010.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti mulai tanggal 22 Februari 2010
sampai 22 Maret 2010.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Lasem pada siswa kelas VIII,
karena di SMP Negeri 01 Lasem sudah RSBI sehingga patut untuk di
teliti.
C. Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi obyek
penelitian.86
Seringkali dinyatakan variabel penelitian sebagai faktor yang
86 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2006), hlm. 118
43
berperan dalam peristiwa/gejala yang akan diteliti. Ada dua variabel yaitu
variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang nilai-nilainya tidak
bergantung
pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan X, dan variabel terikat
(dependent variabel) adalah variabel yang nialai-nilainya bergantung pada
variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan Y.87
Dalam penelitian ini
variabel independent (variabel bebas) yaitu Persepsi siswa tentang inovasi
mengajar, dan variabel dependent (variabel terikat) yaitu motivasi belajar. Dua
variabel tersebut memiliki beberapa indikator yaitu
1. Persepsi siswa tentang inovasi mengajar{variabel bebas(X)}dengan indikator;
a. Tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran.
b. Tanggapan siswa terhadap pengelolaan kelas
c. Tanggapan siswa terhadap media pembelajaran
2. Motivasi belajar {variabel terikat (Y)}, dengan indikator;
a. Memperhatikan guru saat mengajar.
b. Semangat belajar PAI.
c. Perasaan senang belajar PAI.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan
data dan menganalisis data yang dikembangkan untuk memperoleh
pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang reliable dan terpercaya.88
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey “field
research”89
dengan teknik korelasional yaitu suatu penelitian yang bertujuan
mencari hubungan atau pengaruh dari dua variabel atau lebih.
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif yaitu
penelitian yang mendasarkan pada perhitungan angka-angka atau statistik dari
suatu variabel untuk dapat dikaji secara terpisah-pisah kemudian dihubungkan.
87 Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif), (Jakarta : Bumi aksara,
2003), cet II, hlm. 227 88 Ibid. hlm 10 89 Ibid. hlm 133
44
E. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi juga diartikan sebagai keseluruhan objek penelitian
yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala,
nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu yang diadakan suatu penelitian.90
Dalam penelitian ini yang dimaksud populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian yaitu siswa SMP N 01 Lasem kelas VIII yang berjumlah
276.
b. Sampel
Dalam pengambilan sampel peneliti berpedoman pada Suharsimi
Arikunto yang menyatakan bahwa: Apabila subyek kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi.
Tetapi jika jumlah subyeknya besar (lebih dari 100), dapat diambil 15%
atau 25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari;
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana,
b. Sempit luasnya lahan wilayah pengamatan dari setiap subyek karena
hal ini menyangkut banyak sedikitnya dara,
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian
yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya makna
lebih baik.91
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penulis mengambil sampel
15% dari jumlah populasi yaitu 42 siswa.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data.92
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah :
90 Suharsimi Arikunto,Op. Cit, hlm. 96 91 Ibid. hlm. 134
45
a. Metode kuesioner (angket) dimana dalam kuesioner tersebut terdapat
beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah
penelitian yang hendak dipecahkan, disusun dan disebarkan ke responden
untuk memperoleh informasi di lapangan.93
Metode ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data tentang
persepsi siswa tentang inovasi guru dalam mengajar PAI dan data tentang
motivasi belajar siswa. Setiap pertanyaan mengandung item positif dan
negatif masing-masing butir pertanyaan diikuti lima alternatif jawaban.
Untuk memudahkan penggolongan data statistiknya, maka dari
setiap item soal diberi skor sebagai berikut :94
1) Untuk alternatif jawaban ”A” diberi skor 5
2) Untuk alternatif jawaban ”B” diberi skor 4
3) Untuk alternatif jawaban ”C” diberi skor 3
4) Untuk alternatif jawaban ”D” diberi skor 2
5) Untuk alternatif jawaban “E” di beri skor 1
Penskoran di atas digunakan untuk pertanyaan yang positif,
sedangkan untuk pertanyaan yang negatif maka digunakan penskoran
sebaliknya.
Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, makin baik tingkat
persepsi siswa tentang inovasi mengajar guru. Sebaliknya makin rendah
skor yang diperoleh subyek makin buruk pula tingkat persepsi siswa
tentang inovasi mengajar guru.
b. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dalam memperoleh
informasi yang bersumber pada tulisan atau dokumen seperti buku, surat
keputusan, surat instruksi, surat bukti kegiatan, notulen rapat dan
sebagainya.95
92 Sambas Ali Muhidin, dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
Dalam Penelitian,(Bandung : CV. Pustaka Setia, 2007), hlm 19 93 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2004), hlm. 76 94 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rieneka
Cipta, 2006), Cet. XIII, hlm. 239-240 95 Ibid, hlm. 81
46
Metode ini digunakan untuk menghimpun data yang berkaitan dengan
catatan-catatan sekolah terkait, seperti; keadaan guru, prestasi siswa kelas
VIII, sejarah berdirinya, nilai report, dan lain-lain di SMP Negeri 01 La
c. Metode observasi yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan
terhadap obyek baik secara langsung maupun tidak langsung.96
Metode ini digunakan untuk memperoleh data secara langsung atas gejala-
gejala yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran
PAI di SMP Negeri 01 Lasem.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah jalan yang dicapai untuk mendapatkan
pengetahuan ilmiah dengan penelitian terhadap objek yang diteliti atau cara
penggunaan terhadap suatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah
antara pengertian yang satu dengan yang lain sekedar untuk memperoleh
penjelasan mengenai halnya.97
Adapun teknik analisis data yang berbentuk kuantitatif yaitu data yang
disajikan berdasarkan angket-angket, sedangkan bentuk penelitian adalah
deskriptif kuantitatif, dengan cara membandingkan dengan standar yang sudah
dipilih atau ditentukan serta untuk membuktikan atau membenarkan
hipotesis.98
Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dari jawaban-jawaban
angket tersebut untuk direkap, kemudian dimasukkan dalam kategori baik,
cukup, dan kurang, atau tinggi, sedang, dan rendah. Untuk itu pengelolaan
data yang bersifat statistik, dalam penelitian ini penulis melakukan tiga
tahapan, yaitu :
a. Analisis Pendahuluan
Pada tahap ini, data yang diperoleh dari hasil angket yang disebarkan
selama penelitian dimasukkan dalam tabel pada setiap variabel, dan diberi
96 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung : Angkasa, hlm. 64 97 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996) hlm.
59 98 Suharsimi Arikunto, op. cit, hlm. 86-88
47
nilai pada setiap alternatif jawaban responden, yaitu menggunakan data
tersebut dalam angka-angka kuantitatif.
Dalam analisis pendahuluan data yang telah terkumpul dimasukkan
ke dalam tabel-tabel distribusi frekuensi untuk setiap tabel.
b. Analisis Uji Hipotesis
Analisis uji hipotesis merupakan perhitungan lanjut dari analisis
pendahuluan dengan menggunakan analisis regresi, karena dalam
penelitian ini terdiri dari satu kriterium “Pengaruh Persepsi Siswa
Mengenai Inovasi Guru Dalam Mengajar Terhadap Motivasi Belajar PAI
Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 01 Lasem Tahun 2009/2010”, maka
analisis yang digunakan adalah analisis regresi satu prediktor dengan skor
mentah.
Sedangkan langkah-langkah analisis regresi adalah sebagai berikut:99
1. Metode regresi linier : Ŷ= aX + b + l
Dimana :
Ŷ =Skor yang diprediksi pada variabel dependen Y
X = Skor pada variabel X
Y = Skor pada variabel Y
a = Skor Y bila X = 0, dalam grafik disebut intersep
b = Koefisien regresi, dalam grafik disebut slop garis regresi, pengaruh
variabel independen (X) pada variabel dependen (Y)
l = galat, atau gangguan secara acak, untuk individu (bagian Y yang
tidak dijelaskan atau diprediksikan oleh X).
2. Persamaan regresi : Ŷ = aX + b
2X
XYbΣ
Σ=
xbya −=
3. Jumlah kuadrat total = JKtot = 2yΣ = JKreg + JKres
4. Uji signifikansi regresi Y pada X =
99 Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta : Andi, 2001), hlm. 18
48
a. Hipotesis : 0:;0: >= ββ io HH
b. F = resres
regreg
dkJK
dkJK
/
/
Dimana : JKreg = 2
2)(
x
xy
Σ
Σ
dkreg = k = jumlah variabel independen (X)
JKres = 2yΣ - JKreg
dkres = N – k – 1
c. Uji hipotesis dengan kriteria ;
Jika F > Ft (α; dk(reg) α, dk(res)) = tolak Ho = regresi signifikan
Jika F < Ft (α ; dk(reg) α, dk(res)) = terima Ho = regresi non
signifikan
5. Tabel rangkuman anava regresi linier sederhana
Sumber
Varian JK dk RK Freg
F (α ; dkreg α,
dkres) Kesimpulan
Regresi
∑∑
2
2)(
x
xy
K
reg
reg
dk
JK
res
reg
RK
RK
Residu regJKy −∑
2 N – k
– 1 res
res
dk
JK
-
Total ∑ 2y N – 1
tot
tot
dk
JK
-
d. Proporsi varian Y yang diterangkan oleh X :
i. R2 = =
∑∑∑
22
2)(
yx
xy
tot
reg
JK
JK
ii. Uji signifikasi proporsi varian :
)1/()1(
/2
2
−−−=
kNR
kRF
49
e. Analisa Lanjut
Dalam analisis lanjut diadakan analisis data-data hasil penelitian,
kemudian membuat interpretasi lebih lanjut. Analisis ini membandingkan
harga Freg yang telah diketahui dengan harga Ftabel pada taraf signifikasi
5% atau 1%, dengan kemungkinan :
Jika Freg > F (a ; k, (N – k – 1) = signifikan = tolak Ho
Jika Freg < F (a ; k, (N – k – 1) = non signifikan = terima Ho
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Untuk memperoleh data tentang pengaruh persepsi siswa mengenai
inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar PAI siswa, dapat di
peroleh dari hasil angket tentang pengaruh persepsi siswa mengenai inovasi
guru dalam mengajar dan motivasi belajar PAI siswa yang telah diberikan
kepada siswa sebagai responden yang berjumlah 42 siswa. Adapun jumlah
pertanyaannya ada 36 soal yang terdiri dari 18 item pertanyaan tentang
persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar dan 18 item pertanyaan
tentang motivasi belajar PAI siswa.Angket bersifat tertutup dan berbentuk
pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban dengan kriteria sebagai berikut :
Alternatif Jawaban A diberi nilai 5
Alternatif Jawaban B diberi nilai 4
Alternatif Jawaban C diberi nilai 3
Alternatif Jawaban D diberi nilai 2
Alternatif Jawaban E diberi nilai 1
Untuk mengetahui jawaban lebih jelas data hasil penelitian dapat
dilihat pada deskripsi sebagai berikut :
1. Data tentang persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar (X)
Untuk menentukan nilai kuantitatif persepsi siswa mengenai inovasi
guru dalam mengajar adalah dengan menjumlahkan skor jawaban angket
dari responden sesuai dengan grekuensi jawaban agar lebih jelas, maka
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1
HASIL ANGKET PERSEPSI SISWA MENGENAI INOVASI GURU
DALAM MENGAJAR PAI DI SMP 01 LASEM
Jawaban Nilai Jumlah No
Responden A B C D E 5 4 3 2 1
53
1. 4 4 6 0 4 20 16 18 0 4 58
2. 10 3 5 0 0 50 12 15 0 0 77
3. 6 0 2 0 10 30 0 6 0 10 46
4. 7 0 2 0 3 35 0 6 0 9 50
5. 6 4 1 4 3 30 16 3 8 3 60
6. 6 2 8 0 2 30 8 24 0 2 64
7. 11 5 2 0 0 55 20 6 0 0 81
8. 6 2 4 2 4 30 8 12 4 4 58
9. 4 1 7 0 2 20 4 21 0 2 47
10. 5 2 5 4 2 25 8 15 8 2 58
11. 9 4 4 0 1 45 16 12 0 1 74
12. 8 0 4 0 6 40 0 12 0 6 58
13. 10 6 0 2 0 50 24 0 4 0 78
14. 10 5 2 0 1 50 20 6 0 1 77
15. 8 0 7 0 3 40 0 21 0 3 64
16. 16 2 0 0 0 80 8 0 0 0 88
17. 8 7 1 0 2 40 28 3 0 2 73
18. 10 0 3 4 1 50 0 9 8 1 68
19. 5 2 7 1 3 25 8 21 2 3 59
20. 8 2 7 1 3 40 8 18 0 2 68
21. 4 1 10 0 3 20 4 30 0 3 57
22. 11 6 1 0 0 55 24 3 0 0 68
23. 8 2 6 0 2 40 8 18 0 2 58
24. 8 0 4 0 6 40 0 12 0 6 68
25. 7 0 6 2 3 35 0 18 4 3 60
26. 7 1 8 0 2 35 4 24 0 2 73
27. 11 3 0 2 2 55 12 0 4 2 73
28. 8 1 2 6 1 40 4 6 12 1 63
29. 9 0 7 0 2 45 0 21 0 2 68
30. 8 0 6 1 3 40 0 18 2 3 63
54
31. 17 1 0 0 0 85 4 0 0 0 89
32. 10 2 4 0 2 50 8 12 0 2 72
33. 7 3 2 3 3 35 12 6 6 3 62
34. 9 6 0 2 2 45 20 0 4 2 71
35. 8 1 4 1 4 40 4 12 2 3 61
36. 11 3 1 1 2 55 12 3 2 1 73
37. 6 6 4 2 0 30 24 12 4 0 70
38. 7 2 4 3 0 35 8 12 6 2 63
39. 7 2 4 3 2 30 8 12 6 3 65
40. 8 2 4 1 2 40 12 12 2 2 68
41. 4 4 7 0 3 20 16 21 0 3 59
42. 4 5 4 2 3 20 20 12 4 3 59
Setelah dilakukan perhitungan data diatas kemudian dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Menentukan kualifikasi dan internal nilai, dengan cara menentukan
range
R = H – l
R = 89 – 46
= 43
K = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 42 = 1 + 3,3 . 1, 123
= 1 + 5, 3559 = 6, 35559 = 6
Sehingga dapat diketahui interval nilai
I = 7
43=
K
R = 7, 17
Keterangan
R = Range
H = Nilai tertinggi
L = Nilai terenhdah
I = lebar unterval
K = Jumlah
55
N =Jumlah responden
Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai
seperti pada tabel berikut :
Tabel II
INTERVAL NILAI (X) DAN RATA-RATA (MEAN)
No Interval f x fx x2
fx2
1. 46 - 53 3 49, 5 148, 5 2450,25 7350,75
2. 54 – 61 12 57, 5 690 3306,25 39675
3. 62 – 69 13 65, 5 851, 5 4290,25 55773,25
4. 70 – 77 9 73, 5 661, 5 5402,25 48620,25
5. 78 – 85 3 81, 5 244, 5 6642,25 19926,75
6. 86 - 93 2 89, 5 179 8010,25 16020,5
Jumlah 42 2775 187366,5
Mx = N
fx∑
= 42
2775
= 66, 0714
SD =
22
∑−
∑
N
fx
N
fx
= 2
42
2775
42
5,187366
=
= 2
)0714,66(12,4461 −
= 24,436512,4461 −
= 88,95
= 9,757
56
b. Tabel distribusi frekuensi
Tabel. III
DISTRIBUSI FREKUENSI PERSEPSI SISWA MENGENAI
INOVASI GURU DALAM MENGAJAR PAI
DI SMP N 01 LASEM
No Interval Frekuensi (f) fr (%)
1. 46 - 53 3 7, 1
2. 54 – 61 12 28, 6
3. 62 – 69 13 31, 0
4. 70 – 77 9 21, 4
5. 78 – 85 3 7, 1
6. 86 - 93 2 4, 8
Total 100
c. Menentukan kualitas variabel persepsi siswa mengenai inovasi guru
dalam mengajar PAI
Untuk menentukan jumlah interval dalam menyusun kualitas
dengan ini dapat dicari dengan cara sebagai berikut : nilai tertinggi -
nilai terendah : Jumlah interval = 89 – 46 : 5 = 8, 6.
Tabel. IV
KUALITAS VARIABEL PERSEPSI SISWA MENGENAI
INOVASI GURU DALAM MENGAJAR PAI
Rata-rata Interval Kualitas Kriteria
81 – 89 Sangat baik
72 – 80 Baik
63 – 71 Sedang
54 – 62 Kurang
66, 07
45 – 53 Cukup
Sedang
57
Dari uraian diatas diketahui bahwa persepsi siswa mengenai
inovasi guru dalam mengajar PAI di SMP N 01 Lasem termasuk dalam
kategori sedang, yaitu berada pada interval nilai 63 – 71 dengan nilai
rata-rata 66, 07.
2. Data tentang motivasi belajar siswa (Y)
Untuk mengetahui nilai data tentang motivasi belajar PAI siswa
dengan menjumlahkan skor jawaban angket dari responden yang dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel. V
Jawaban Nilai No
Responden A B C D E 5 4 3 2 1
Jumlah
1. 4 5 6 0 2 20 20 18 0 2 60
2. 9 3 6 0 0 45 12 18 0 0 70
3. 7 1 7 3 0 35 4 21 6 0 66
4. 8 1 5 3 1 40 4 12 6 1 63
5. 6 8 1 3 0 30 32 3 6 0 71
6. 7 4 7 0 0 35 16 21 0 0 72
7. 7 2 6 1 2 35 8 18 2 2 65
8. 6 7 4 1 0 30 28 12 2 0 72
9. 6 0 8 0 4 30 0 24 0 4 58
10. 15 2 1 0 0 75 8 3 0 0 86
11. 12 2 4 0 0 60 8 12 0 0 80
12. 7 1 5 4 1 35 4 15 8 1 62
13. 7 3 8 0 0 35 12 24 0 0 71
14. 8 2 6 0 1 40 8 18 0 1 67
15. 10 3 5 0 0 50 12 15 0 0 77
16. 12 4 1 1 0 60 16 3 2 0 81
17. 10 4 4 0 0 50 16 12 0 0 78
18. 4 5 5 4 0 20 20 15 8 0 63
19. 0 6 9 3 0 0 24 27 6 0 57
58
20. 9 6 3 0 0 45 24 9 0 0 78
21. 7 0 7 0 4 35 0 21 0 4 60
22. 15 2 1 0 0 75 8 3 0 0 86
23. 9 7 2 0 0 45 28 6 0 0 79
24. 10 1 4 2 1 50 4 12 4 2 72
25. 2 8 1 0 1 10 32 21 0 1 64
26. 9 6 3 0 0 45 24 9 0 0 78
27. 12 2 4 0 0 60 8 12 0 0 80
28. 3 1 12 2 0 15 4 36 4 0 59
29. 6 4 8 0 0 30 16 24 0 0 70
30. 11 3 4 0 0 55 12 12 0 0 79
31. 14 2 2 0 0 70 8 6 0 0 84
32. 4 8 4 2 0 20 32 12 4 0 68
33. 4 4 5 2 3 20 16 15 4 3 58
34. 10 2 6 0 0 50 8 18 0 0 76
35. 9 5 3 0 1 45 20 9 0 1 75
36. 15 2 0 1 0 75 8 0 2 0 85
37. 5 5 5 2 1 25 20 15 4 1 65
38. 8 3 3 1 3 40 12 9 2 3 66
39. 2 5 8 1 2 10 20 24 2 2 58
40. 3 7 6 2 0 15 28 18 4 0 65
41. 11 5 0 2 0 55 20 0 4 0 79
42. 7 6 4 1 0 35 24 12 2 0 73
Setelah dilakukan perhitungan data diatas kemudian dapat di
analisis sebagai berikut :
a. Menentukan kualifikasi interval nilai, dengan cara menetukan :
Range
R = H – L
R = 86 – 57
59
= 29
K = 1 3, 3 log n = 1 +_ 3, 3 log 42 = 1 = 3, 3 . 1, 623
= 1 + 5, 3559 = 6, 3559 = 6
Sehingga = I =6
29=
K
R = 4, 83 = 5
Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai
seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel. VI
INTERVAL NILAI (X) DAN RATA-RATA (MEAN)
No Interval f x fx x2
fx2
1. 57 – 61 7 59 4, 3 3481 24367
2. 62 - 66 9 64 576 4096 36864
3. 67 – 71 6 69 414 4761 28566
4. 72 – 76 6 74 444 5476 32856
5. 77 – 81 10 79 790 6241 62410
6. 82 - 86 4 84 336 7056 28224
Jumlah 42 2976 213287
Mx = N
fx∑
= 42
2976
= 70, 857
SD =
22
∑−
∑
N
fx
N
fx
= 2
42
2976
42
213287
=
= 2
)857,70(26,5078 −
= 22,501126,5078 −
= 04,67 = 8, 598
60
b. Tabel distribusi frekuensi
Tabel. VII
DISTRIBUSI FREKUENSI MOTIVASI BELAJAR PAI
DI SMP N 01 LASEM
No Interval Frekuensi (f) fr (%)
1. 57 – 61 7 16, 7
2. 62 - 66 9 21, 4
3. 67 – 71 6 14, 3
4. 72 – 76 6 14, 3
5. 77 – 81 10 23, 8
6. 82 - 86 4 9, 5
Total 100
c. Menentukan kualitas variabel motivasi belajar PAI siswa
Untuk menentukan jumlah interval dalam menyusun kualitas
dengan ini dapat dicari dengan cara sebagai berikut : nilai tertinggi -
nilai terendah : jumlah interval = 86 – 57 : 5 = 5, 8
Tabel. VIII
KUALITAS VARIABEL MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA
Rata-rata Interval Kualitas Kriteria
84 – 91 Sangat baik
77 – 83 Baik
70 - 76 Sedang
63 – 69 Kurang
70, 857
56 – 62 Cukup
Sedang
Dari analisis diatas diketahui bahwa motivasi belajar PAI Siswa SMP
Negeri 01 Lasem termasuk dalam kategori sedang, yaitu berada pada interval
68-73 dengan nilai rata-rata 70,857.
61
B. Pengujian Hipetesis
Hipotesis yang akan diuji kebenarannnya adalah untuk menentukan
pengaruh antara vaetiabel persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam
mengajar PAI (X) terhadap motivasi belajar PAI siswa (Y).
Tabel. IX
TABEL KERJA REGRESI PERSEPSI SISWA MENGENAI INOVASI
GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI
SISWA KELAS VIII DI SMP N 01 LASEM
No X x x2 Y y y
2 xy
1. 58 -8, 1 65, 61 60 - 10, 9 118, 81 88, 29
2. 77 10, 9 118, 81 70 - 0, 9 0, 81 -9, 81
3. 46 - 20, 1 404, 01 66 -4, 9 24, 01 98, 49
4. 50 -16, 1 259, 21 63 - 7, 9 62, 41 127. 19
5. 60 - 6, 1 37, 21 71 0, 1 0, 01 - 0, 61
6. 64 - 2, 1 4, 41 72 1, 1 1, 21 - 2, 31
7. 81 14, 9 222, 01 65 -5, 9 34, 81 - 87, 91
8. 58 -8,1 65, 61 72 1, 1 1, 21 - 8, 91
9. 47 - 19, 1 364, 81 58 -12,9 166,41 246,39
10. 58 -8,1 65,61 86 15,1 228,01 -122,31
11. 74 11,9 62, 41 80 9,1 82,81 7189
12. 58 10,9 65,61 62 -8,9 79,21 72,09
13. 78 -2,1 141,61 71 0,1 0,01 1,19
14. 77 21,9 118,81 67 -3,9 15,21 -42,51
15. 64 -2,1 4,41 77 6,1 37,21 -12,81
16. 88 21, 9 479,61 81 10,1 102,01 221,19
17. 73 6, 9 47,61 78 7,1 50,41 48,99
18. 68 1, 9 3,61 63 -7,9 62,41 -15,01
19. 59 -7, 1 50,41 57 -13,9 193,21 98,69
20. 68 1,9 3,61 78 7,1 50,41 13, 49
62
21. 57 -9, 1 82,81 60 -101,9 118, 81 99,19
22. 82 15, 9 252,81 86 15,1 228,01 240,09
23. 68 1, 9 3,61 79 8,1 65,61 15,39
24. 58 -8, 1 65,61 72 1,1 1,21 -8,91
25. 60 -6, 1 37,21 64 -6,9 47,61 42,09
26. 65 -1, 1 1,21 78 7,1 50,45 -7,81
27. 73 6, 9 47,61 80 9,1 82,81 62,79
28. 63 -3,1 9,61 59 -11,9 141,61 36,89
29. 68 1,9 3,61 70 -0,9 0,81 -1,71
30. 63 -3,1 9,61 79 8,1 65,61 -25,11
31. 89 22, 9 524,41 84 13,1 171,61 299,99
32. 72 5,9 34,81 68 -2,9 8,41 -17,11
33. 62 -4, 1 16,81 58 -12,9 166,41 53,89
34. 71 4,9 24,01 76 5,1 26,01 24,99
35. 61 -5,1 26,01 75 4,1 16,81 -20,91
36. 73 6,9 47,61 85 14,1 198,81 97,29
37. 70 3,9 15,21 65 -5,9 34,81 23,01
38. 63 -3,1 9,61 66 -4,9 24,01 15,19
39. 65 -1,1 1,21 58 -12,9 166,41 14,19
40. 68 1,9 3,61 65 -5,9 -34,81 -11,21
41. 59 -7,1 50,41 79 8,1 65,61 -57,51
42. 59 -7,1 50,41 73 2,1 4,41 -14,91
∑ = 2776
−
X = 66,1
X =X - −
X
3902,82 2976
−
X = 70,9
= X - −
X
3031,22 1598,39
Dari tabel diatas dapat diketahui :
N = 42
∑ X = 2775
∑ Y = 2976
63
∑ x2 = 3902,82
∑ y2 = 3031,143
∑ xy = 1598,39
−
X = 66,1
−
Y = 70,9
Selanjutnya data tersebut diolah ke dalam rumus analisi regresi dengan
skor deviasi (analisi regresi dengan satu prediktor) dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Persamaan regresi ∧
Y = aX + b
Dimana
∧
Y = Skor yang diprediksikan pada variabel dependen Y
X = Skor pada variabel X
Y = Skor pada variabel Y
a = Skor Y bila X = 0, dalam grafik disebut intersep
b = Koefisien regresi, dalam grafik disebut slop garis, regresi,
pengaruh variabel independen (X) pada variabel dependen (Y).
a = 2
x
xy
∑
∑ = 410,0
82,3902
39,1598=
b = −−
− XbY = 70,9 (0,41 x 66,1)
= 70,9 – 27, 101
= 43, 797
∧
Y = a X+ b
=0,410 X+ 43,797
2. Jktot = ∑ y2 = 3031, 143
3. Uji signifikansi regresi Y pada X : F = dkresjkres
dkregJKreg
/
/
4. Jkreg =
∑
∑2
2x
xy =
82,3902
)39,1598( 2
64
= 654,65482,3902
592,2554850=
Jkres = ∑ y2 –Jkreg = 3031, 143 – 654, 654
= 2376, 489
dKreg = K = 1
dKres = n – K – 1 = 42 – 1- 1 = 40
F = 02,11412,59
654,654
40489,2376
1654,654
/
/===
dKresJres
dkregJKreg
F = 11,02 > F(0,01 : 1,40) = 4, 08 berarti signifikan
F = 11,02 > F (0,05 : 1,40) = 7, 31 berarti signifikan
5. Tabel anava regresi linier sederhana
Tabel. X
HASIL ANALISIS REGRESI SATU PREDIKTOR Y ATAS X
Sumber
variasi
JK) dk RK Freg Ft 5 % Ft 1 % Kriteria
Regresi 654,654 1 654,654 11,02 7,31 4,08 Signifikan
Residu 2376,489 40 59,412
Total 3031,143 41 714,066
6. Proporsi varian y yang diterangkan oleh x
R2 =
∑∑
∑22
2
yx
xy=
143,3031).(82,3902(
)39,1598( 2
= 22,052,11830005
59,2554850=
F = 1102,0
22,0
40/78,0
22,0
40/)22,01(
1/22,0
)1/()1(
/2
2
===−
=−−− kNR
KR
65
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah diketahui hasil perhitungan diatas, untuk mengetahui
signifikansi pengaruh persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar
terhadap motivasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMP N 01 Lasem, dengan
jalan membandingkan harga Freg dengan Ftabel.
Jika Freg > Ftabel maka ditolak Ho (signifikan) dan sebaliknya jika Freg <
F tabel maka diterima Ho (non signifikan). Dengan taraf signifikansi 1 % dk
pembilang 1 dan dk penyebut = N – 2 = 40 diperoleh Ftabel sebesar 4, 08,
sedang Freg sebesar 11,02, jika dibandingkan keduanya Freg 11,02 >Ftab = 4, 02
dengan demikian bahwa variabel persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam
mengajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar PAI
Kelas VIII di SMP N 01 Lasem.
Kemudian pada taraf signifikan 5 %, dk pembilang 1 dan dk penyebut
40, diperoleh Ftab = 7, 31 sedang Freg = 11,02 jika dibandingkan keduanya Freg
= 11,02 > Ftab = 7,31 dengan demikian bahwa variabel persepsi siswa
mengenai inovasi guru dalam mengajar berpengaruh positif dan signifikan
terhadap mitivasi belajar siswa kelas VIII di SMP N 01 Lasem.
Dengan melihat hasil pengujian hipotesis variabel X dan Y pada taraf
signifikansi 0, 01 dan 0, 05 keduanya menunjukkan signifikan, berarti bahwa
variabel persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar bverpengaruh
positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa Kelas VIII di SMP N 01
Lasem.
Dengan demikian dapat dibuktikan adanya pengaruh, persepsi siswa
mengenai inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar siswa kelas
VIII di SMP N 01 Lasem.
D. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian yang penulis lakukan tentunya mempunyai banyak
keterbatasan-keterbatasan antara lain :
1. Keterbatasan tempat penelitian
66
Penelitian yang penulis lakukan hanya terbatas pada satu tempat,
yairu SMP N 01 Lasem. Namun demikian, tempat ini dapat mewakili SMP
untuk dijadikan tempat penelituan dan kalaupun hasil penelitian di tempat
lain akan berbeda, tetapi kemungkinannya tidak jauh menyimpang dari
hasil penelitian yang penulis lakukan.
2. Keterbatasan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama pembuatan skripsi, waktu yang
dapat mempersempit ruang gerak penelitian, sehingga dapat berpengaruh
terhadap hasil penelitian yang penulis lakukan.
3. Keterbatasan dalam objek penelitian
Dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti tentang persepsi siswa
mengenai inovasi mengajar pada pembelajaran PAI.
4. Keterbatasan pelaksanaan proses belajar mengajar
Saat proses belajar mengajar berlangsung, ada beberapa siswa yang
meninggalkan kelas sehingga memerlukan bimbingan dari guru.
Dari berbagai keterbatasan yang penulis paparkan diatas, maka dapat
dikatakan dengan sejujurnya bahwa inilah kekurangan dari penelitian ini yang
penulis lakukan di SMP N 01 Lasem. Meskipun banyak hambatan dan
tantangan yang dihadapi dalam melakukan penelitian ini, penulis bersyukur
bahwa penelitian dapat selesai dengan lancar.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian penelitian “Pengaruh Persepsi Siswa mengenai
Inovasi Guru dalam Mengajar terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa Kelas
VIII di SMP 01 Lasem dan sesuai dengan perumusan masalah yang ada, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar di SMP N 01
Lasem termasuk dalam kategori sedang yaitu berada pada interval nilai
63–71 dengan nilai rata-rata 66, 0714.
2. Motivasi belajar PAI yang dimiliki oleh siswa SMP N 01 Lasem Tahun
2009/2010 termasuk dalam kategori sedang yaitu berada pada interval nilai
70_76 dengan nilai rata-rata 70,857
3. Variabel persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran PAI Kelas VIII di SMP N 01 Lasem
Freg = 11,02 > F tabel = 4, 08 )pada taraf, 0, 01)
Freg = 11, 02 > F tabel = 7, 31 (pada taraf, 0, 05)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh positif persepsi
siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar PAI
siswa kelas VIII di SMP N 01 Lasem.
B. Saran-saran
Berdasarkan dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengarih
atau hubungan antara persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar,
berikut ini dapat diajukan saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai
rekomendasi sebagai berikut :
66
1. Bagi guru
a. Siswa merupakan subyek dalam proses belajar mengajar, hendaknya
guru dapat mengerti dan mengetahui kondisi siswanya sehingga dapat
menciptakan kondisi belajar yang kondusif.
b. Didalam melakukan kegiatan belajar mengajar guru hendaknya
berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam
mengajar dengan mengadakan inovasi sehingga dapat memotivasi
siswa untuk belajar khususnya pada mata pelajaran PAI
2. Bagi siswa
a. Motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam belajar, untuk itu,
para siswa hendaknya berusaha untuk meningkatkan motivasi
belajarnya, khusunya motivasi instrinsik sehingga dapat menciptakan
prestasi belajar yang baik.
b. Seorang siswa hendaknya selalu total dalam melakukan sesuatu
sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang maksimal dan
mendapat kepuasan.
C. Penutup
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas
segala limpahan rahmat dan petunjuk yang telah diberikan sehingga
penyusunan skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari
skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak.
Namun demikian harapan penulis ialah semoga hasil penulisan skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
67
DAFTAR PUSTAKA
A. M, Sardirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : CV.
Rajawali, 1986).
Abror, Abdurrahman, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993.
Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung : Angkasa.
An Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat, (Jakarta : Gema Insani Press, 1995).
Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,
(Jakarta : Rajawali Press, 1988), cet. 2.
Ash Shiddiqi , TM. Hasbi, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT.
Karya Toha Putera Semarang : 1994).
Aziz, Saleh Abdul dan Aziz, Abdul Majid Abdul, At-Tarbiyah wa Thuruqut at-
Tadris, (Makkah : Daul Ma’arif, 1979).
Badan Penelitian Dan Pengembangan Agama, Penelitian Pengembangan dan
Inovasi Pendidikan, (Jakarta : 1984).
Basyiruddin M. Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta : Delia Citra
Utama, 2002).
Chabib M. Thoha dan Abdul Mu’thi, PBM PAI di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998)
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : balai pustaka, 1990).
Djamarah, Syiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta
: Rineka Cipta, 2000), cet. 1.
___________, Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2002), cet. 2.Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002).
Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001).
Hamzah B., Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).
68
Hasan, Iqbal, Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif), (Jakarta : Bumi
aksara, 2003), cet II.
Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta : Bumi Aksara,
2004)
Ibrahim dan Syaodih, Nana S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta,
1996).
Irawan, Prasetya, dkk, Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan Mengajar,
(dekdikbud, 1996).
Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994).
Jalaluddin, Teologi Pendidikan ,(Jakarta :PT .Raja Grafindo Persada,2001).
Kasmadi, Hartono, Fungsi Pengamatan di Dalam Kelas Oleh Guru, (Semarang ;
IKIP Semarang Press, 1991)
Moeliono M, Anton, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) .
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep dan Implementasi Kurikilum 2004, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004).
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta : Bumi Aksara,
2004).
Morgan, Clifort T, Introduction To Psikologi, (Newyork: The Mc Graw Hill
Book tt),
Muhidin ,Sambas Ali dan Abdurahman Maman, Analisis Korelasi, Regresi, dan
Jalur Dalam Penelitian,(Bandung : CV. Pustaka Setia, 2007).
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001).
Nasution S., Dedaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Ed. 2,
Cet. 2,
Nawawi Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : Haji
Masagung, 1989), cet. 3.
Proyek Pembina Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Metodik Khusus Pengajaran
Agama Islam, (Jakarta : Direktorat Pembina Perguruan Tinggi Agama
Islam, 1980/1981).
69
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
Rahardjo dan Sadirman Arief S., dkk, Media Pendidikan, (Jakarta : Grafindo,
1993).
Rahmawati, Study Korelasi Antara Kompetensi Guru Dan Ketrampilan Mengajar
Di MTs Negeri Planjar Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap,
(Semarang : Fakultas Tarbiyah, 2003)
Sa’ud, Udin Syaefudin, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008).
Santrock John W., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007).
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001).
Singarimbun Masri, Metode Penelitian Survei, (Jakarta : LP3ES, 1989).
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: RINEKA
Cipta, 1995).
SM, Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM :
Pembelajaran Aktif, Inovasi, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan,
Semarang : Rasail Media Group, 2008.
Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta : Depag RI, 2003).
Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologis, (Jakarta : Rineka Cipta).
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, Prasetya
Irawan, dkk, Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan Mengajar,
(dekdikbud, 1996).
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2004).
Sukmadinata, Nana Syodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004).
Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005).
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993).
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyaarta: Andi Offset, 2002).
70
Wijaya, Cece, dkk, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran,
Bandung : CV. Remaja Karya, 1988.
Winkel, W. S., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : PT.
Gramedia, 1986).
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional,
1983).
71
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Siti Fithria
Tempat/ Tanggal lahir : Rembang, 25 Agustus 1986
Nim : 053111013
Alamat : Desa Pandan Rt.05 Rw.01, Kec. Pancur
Kab. Rembang 59262
Jenjang Pendidikan :
1. TK Saraswati Pandan Pancur Rembang, Lulus Tahun 1993
2. SD N Pandan 02 Pancur Rembang, Lulus Tahun 1999
3. SMP N 1 Pancur Rembang, Lulus Tahun 2002
4. MAN Lasem Rembang, Lulus Tahun 2005