bab ii landasan teori - library & knowledge center · pdf filejika studi tentangperilaku...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan pengaruh informasi analisis
eksperimen di situs web destinasi terhadap sikap wisatawan mahasiswa serta
manfaatnya bagi pengembangan pemasaran wisata alam di Indonesia, didasarkan
pada beberapa fondasi dasar teori yaitu :perilaku konsumen, wisata alam, informasi
web, sikap wisatawan remaja,dan Elaboration Likelihood Model (ELM) sebagai
berikut :
2.1. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang yang dengan
berbagaialasanberhasrat untuk mempengaruhi atau mengubah perilaku tersebut,
termasuk orangyang kepentingan utamanya adalah pemasaran.Tidak mengherankan
jika studi tentangperilaku konsumen ini memiliki akar utama dalam bidang ekonomi
dan terlebih lagidalam pemasaran.
Dengan demikian, perilaku konsumen menurut Schiffman, Kanuk (2004) adalah sebagai
berikut :
Perilaku konsumen merupakan perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam
pencarian akan pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penggantian produk
dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan konsumen.
Bidang perilaku konsumen berakar pada strategi pemasaran yang
berkembang pada akhir tahun 1950-an, ketika sejumlah pemasar mulai menyadari
bahwa mereka akan dapat menjual lebihbanyak barang dengan lebih mudah, jika
mereka hanya memproduksi barang-barang yang telah mereka kenali akan dibeli
oleh para konsumen. Sebagai ganti dari usaha membujuk konsumen untuk membeli
apa yang sudah diproduksinya, perusahaan yang berorientasi kepada pemasaran
menemukan bahwa akan jauh lebih mudah memproduksi hanya produk-produk yang
telah mereka pastikan terlebih dulu melalui riset, bahwa produk tersebut dibutuhkan
konsumen. Kebutuhan dan keinginan para konsumen menjadi fokus perusahaan yang
utama. Asumsi pokok yang mendasari konsep pemasaran adalah bahwa untuk
sukses, perusahaan harus menentukan kebutuhan dan keinginan berbagai target pasar
tertentu dan memberikan kepuasan yang iinginkan lebih baik daripada pesaing.
2.1.2 Penelitian Terdahulu
Peneliti Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
Nasir dan
Kirain
2011 Sikap Pada Iklan dan
Informasi Web
Hasil dari penelitian kemampuan iklan
untuk menciptakan sikap yang mendukung
terhadap produk sering tergantung pada
sikap konsumen dengan adanya iklan-iklan
yang diminati, dievaluasi secara
menguntungkandapat menghasilkan sikap
yang lebih positif terhadap produk.
Till &
Baack
2005 Sikap Pada Merek Hasil dari penelitian pola umum dari riset-
riset terdahulu memperlihatkan bahwa
konsistensi penempatan stimuli yang
positif pada suatu merek dapat
mengkreasikan sikap konsumen pada
merek tersebut. Sikap positif konsumen
akan menjadi asset berharga bagi
perusahaan karena sikap positif yang
sangat mendalam membantu konsumen
melupakan berbagai kesalahan yang
mungkin saja dilakukan oleh merek secara
tidak sengaja.
Till dan
Busler
2000 Intensi Pembelian
atau Berkunjung
Hasil dari penelitian sesuatu yang
berhubungan dengan rencana konsumen
untuk membeli produk tertentu serta berapa
banyak unit produk yang dibutuhkan pada
periode tertentu. Dapat dikatakan bahwa
niat beli merupakan pernyataan mental dari
konsumen yang merefleksikan rencana
pembelian sejumlah produkdengan
merektertentu. Intensi merupakan unit
dasar dalam jaringan rencana yang akan
muncul ketika individu melakukan
aktivitas kognitif yang berorientasi ke masa
depan, seperti perencanaan, berangan-
angan, perenungan, simulasi mental.
Intensi dibuat berkaitan dengan tindakan
yang akan dilakukan.
Tanuja et
al
danAoyag
i et al
2006 SikapPada
Ekowisata
Hasil dari penelitian refleksi intensi
perilaku pada aktifitas lingkungan, hal ini
dihasilkan dari komitmen ekoturis pada
lingkungan beserta level dari sikapnya
terhadap ekowisata. Sikap ekoturis terbagi
atas hard dan soft ecotourist yang
menggambarkanpartisipasinya
danketerlibatannya terhadap konservasi
dan advokasi. Struktur konsep ekoturis ini
dapat berguna bagi evaluasi komitmen
terhadap keberlanjutan demikian juga
dengan pengembangan pemasaran dan
kebijakan publik
Petty dan
Cacioppo
dan Engel
et al
1995 Elaboration
Likelihood Model
Hasil dari penelitian rute sentral berkaitan
dengan perubahan sikap ketika motivasi
atau kemampuan konsumen untuk menilai
obyek sikap tinggi;yaitu, perubahan sikap
terjadi karena konsumen secara aktif
mencari informasi yang berhubungan
dengan obyek sikap itu sendiri. Sedangkan
rute peripheral berkaitan dengan merek
yang didasarkan pada relatif luas dan usaha
penuh pemrosesan informasi kegiatan,
yang bertujuan untuk meneliti dan
mengungkap manfaat utama dari masalah
atau advokasi.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Sumber : Penulis
2.2. Pariwisata
Pariwisata adalah : Perpindahan sementara wisatawan menuju suatu destinasi
diluar rumah dan tempat kerja kesehariaannya, mencakup berbagai aktifitas yang
dilakukannya selama kunjungan dan berbagai fasilitas yang dikreasikan untuk
menyediakan kebutuhan dari wisatawan tersebut.
Definisi-definisi dan pendekatan lainnya yang digunakan untuk melihat
berbagai konsep dan ciri yang relevan dari pariwisata yaitu :
Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan, yang berhubungan dengan masuk,
tinggal dan pergerakan penduduk asing didalam atau diluar suatu negara, kota atau
wilayah..
Industri pariwisata adalah : Beberapa komponen yang bersama-sama membentuk apa
yang disebut pariwisata. Pariwisata sebagai sebuah sistem yang terdiri dari empat
bagian utama (parts) yaitu :1) pasar (market), 2) perjalanan (travel), 3) tujuan wisata
(destination), dan 4) pemasaran (marketing). Mill and Morrison dalam Cooper et al
(1994) mengidentifikasikan dinamika, statis dan konsekuensi akibat dari elemen-
elemen sistem wisata.Elemen dinamis adalah permintaan/demand dari keseluruhan
tipe pariwisata.Elemen statis adalah karakteristik destinasi (termasuk politik,
lingkungan, pengaruh ekonomi) dan wisatawan (termasuk karakteristik sosio-
ekonomi, tipe aktivitas dan karakteristik lama tinggal) yang berkombinasi menjadi
dasar dari suatu destinasi, tekanan kepada destinasi (terkait lama tinggal, tipe
aktifitas dan level aktifitas) serta carrying capacity.Sebagai dampak dari pariwisata
adalah elemen konsekuensi dari sistem pariwisata yang merujuk pada dampak fisik,
sosial dan ekonomi yang harus dikendalikan oleh manajemen.
Gambar 2.1 Elemen-elemen sistem pariwisata
2.3. Pariwisata Berkelanjutan
The selling
of travel
The shape of
travel demand
The travel
purchase
Reaching the
Marketplace MARKET
MARKETING TRAVEL
DESTINATION
Pariwisata berelasi sangat kuat dengan lingkungan.Banyak obyek wisata
menjadikan lingkungan sebagai atraksi utamanya, namun dalam membangun fasilitas
pariwisata dan menggunakan wilayah pariwisata tersebut seringkali menimbulkan
dampak lingkungan.Oleh karena itu pariwisata hendaknya menerapkan strategi
keberlanjutan, mengutamakan perpektif ekosistem, dan haruslah mempertimbangkan
elemen-elemenekosistem.Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara manusia
dan lingkungannya dimana manusia adalah bagian integral dari ekosistem tempat
hidupnya (Supardi I. 2003).Ekosistem adalah suatu komunitas tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme beserta lingkungan non-hayati yang dinamis dan kompleks, serta
saling berinteraksi sebagai suatu unit yang fungsional (MA. 2004).
Dengan demikian pembangunan dan pengembangan pariwisata menerapkan
konsep berkelanjutan atau melakukan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) untuk dapat melestarikan lingkungannya, karena pembangunan
berkelanjutan telah menjadi konsep utama pada setiap kebijakan lingkungan (Ekins
& Simon. 2000).Pembangunan berkelanjutan adalah suatu langkah multidimensional
untuk mendapatkan kehidupan masyarakat yang berkualitas.Pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial, dan proteksi lingkungan merupakan komponen saling
tergantung dan saling memperkuat pembangunan berkelanjutan (UN dalam Bond
et.al. 2002).
Prinsip-prinsip dasar keberlanjutan yaitu : 1) Ide perencanaan holistik dan
strategi, 2) Pentingnya preservasi proses ekologi yang esensial, 3) Kebutuhan
proteksi pada manusia dan keanekaragaman hayati, 4) Kebutuhan pengembangan
produktifitas jangka panjang berkelanjutan bagi generasi mendatang, 5) Bertujuan
mencapai keseimbangan keadilan bagi semuanya (Bramwell & Lane dalam Dowling
& Fennell. 2003).
2.4. Wisata Alam sebagai Ekowisata
Perkembangan di abad ke-21 ini menunjukan pariwisata telah menjadi
industri terbesar di dunia, dan faktor lingkungan telah menjadi bagian inti dari
pembangunan pariwisata tersebut.Tingkat keuntungan dari industri pariwisata itu
tergantung kepada kemampuannya melestarikan daya tarik destinasi wisata. Aktifitas
wisata ini dapat disebut dalam berbagai terminologi dan istilah: ecotourism, nature
tourism, green tourism, low-impact tourism, adventure travel, alternative tourism,
environmental preservation, symbiotic development, responsible tourism, soft
tourism, appropriate tourism, quality tourism, new tourism, sustainable development,
sustainable tourism. Namun dari semua terminologi yang serupa tersebut, istilah
ekowisata (ecotourism) dan keberlanjutan (sustainability) adalah yang paling sering
digunakan (Mc.Intosh et.al. 1995). Penggunaan kata ecotourism tersebut juga terkait
dengan adanya kecenderungan bila menjual produk berwawasan hijau dengan cara
mengimbuhkan kata “eco” akan meningkatkan perhatian konsumen dan
meningkatkan penjualan, sehingga dalam beberapa tahun terakhir telah berkembang
iklan di bidang perjalanan wisata yang menyajikan ecotour, ecotravel, ecovacation,
ecological sensitive adventures, eco(ad)ventures, ecosafari, ecoexpedition, dan
tentunya ecotourism. Namun perlu diperhatikan bahwa produk ‘hijau’ wisata
ekologi (ecotourism) yang merupakan kecenderungan dunia tersebut, jangan hanya
menjadi ‘slogan’ promosi saja, tanpa dipenuhinya berbagai prinsip atau syarat
pengembangan secara bertanggung jawab. (Agenda 21 Pariwisata, 2000). Ekowisata
didefinisikan dalam berbagai pendekatan sebagai berikut :
Ekowisata adalah suatu sistem holistik dari pengelolaan sumberdaya alam yang
ditujukan untuk pariwisata berkelanjutan, dengan prinsip konservasi lebih
diutamakan, selanjutnya barulah keuntungan ekonomi serta kenyamanan bagi
manusia (antroposentris) (Sofield & Li. 2003).
Ekowisata adalah pariwisata berkelanjutan berwawasan ekologis dengan fokus utama
terhadap pengalaman pada area alami yang memperhatikan lingkungan, budaya dan
konservasi (The Ecotourism Association of Australia dalam Zeppel. 2003).
Ekowisata adalah perjalanan dan kunjungan yang bertanggung jawab menuju area
alami, dalam rangka menikmati dan apresiasi pada alam, mendukung konservasi,
mengurangi dampak negatif dari kunjungan tersebut, serta menyediakan manfaat
sosio-ekonomi bagi masyarakat setempat (IUCN dalam Wood. 2002).
Kriteria utama dalam mengevaluasi ekowisata adalah keberlanjutan
lingkungan (Leung & Farrell. 2002), dan ekowisata adalah sub komponen dari
pariwisata berkelanjutan. Seperti pada gambar 4 ekowisata ditempatkan dalam proses
pembangunan berkelanjutan bidang pariwisata. Ekowisata utamanya adalah versi
berkelanjutan dari wisata alam, termasuk juga elemen-elemen wisata budaya dan
desa wisata (Wood. 2002).
Gambar 2.2 Ekowisata sebagai suatu konsep pembangunan berkelanjutan
Unsustainable
Forms of Tourism
Sustainable
Tourism
Ec
oto
uris
m
Cultural Tourism
Nature Tourism
Rural Tourism
Beach Tourism
Business Travel
Terkait dengan gambar tersebut, pariwisata alam dalam PeraturanPemerintah
RI No18Tahun1994, pasal 1 ayat 1, 2, dan 3, yang menyebutkan tentang maksud dari
pariwisata alam adalah :
1) Pengusahaan pariwisata alam adalah suatu kegiatan untuk menyelenggarakan
usaha sarana pariwisata di zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya,
atau taman wisata alam, berdasarkan rencana pengelolaan.
2) Pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam,
termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam serta usaha-usaha yang
terkait dibidang tersebut.
3) Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukansecara sukarela serta bersifat sementara menikmati gejala keunikan dan
keindahan alam, di taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.
Wisata Alam sebagai Ekowisata menunjang prinsip-prinsip keberlanjutan dan
memberikan kontribusi untuk menyatukan tujuan sosial, ekonomi serta lingkungan.
Prinsip-prinsip ekowisata (Wood. 2002)
1. Meminimalisasi dampak negatif pada alam dan budaya yang dapat merusak
suatu destinasi.
2. Mengedukasi pengunjung tentang pentingnya konservasi
3. Mengutamakan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab, yang bekerja
bersama dengan otoritas dan masyarakat lokal, untuk memberikan apa yang
dibutuhkan mereka dan mendatangkan manfaat konservasi.
4. Keuntungan langsung pada konservasi serta pada pengelolaan alam dan
kawasan lindung
5. Menekankan pentingnya zoning pada wilayah pariwisata dan perencanaan
pengelolaan pengunjung yang di desain bagi wilayah alami agar menjadi eko-
destinasi.
6. Menekankan penggunaan basis pendidikan lingkungan dan sosial, program
monitoring jangka panjang, untuk mengukur dan meminimalisasi dampak.
7. Berusaha memaksimalisasi manfaat ekonomi bagi daerah setempat, bisnis lokal
dan komunitas, terutama bagi masyarakat lokal dan masyakarat sekitar wilayah
alami dan diproteksi.
8. Memastikan pembangunan pariwisata tidak melebihi batas-batas penerimaan
sosial dan lingkungan yang ditetapkan oleh para ahli yang bekerjasama dengan
penduduk lokal.
9. Pembangunan infrastruktur yang harmonis dengan lingkungan, meminimalisasi
penggunaan bahan bakar fosil, mengkonservasi tumbuhan lokal dan satwa liar,
serta bersatu dengan lingkungan alam dan budaya.
2.5. Informasi
Audiens sasaran mungkin tahu mengenai perusahaan atau produk, tetapi tidak
mengetahui lebih banyak dari itu. Untuk itulah tugas komunikatorlah untuk
membangun pengetahuan melalui sejumlah informasi mengenai produk yang
ditawarkan sebagai sasaran utama komunikasi (Kotler, 2005). Informasi merupakan
”the amount of information about the brand from advertising, sales persons, word-of-
mouth referrals, and any other sources” (sejumlah informasi tentang merek yang
berasal dari iklan, wiraniaga, iklan dari mulut ke mulut, dan berbagai sumber).
Setelah merumuskan tanggapan yang diinginkan, komunikator
mengembangkan pesan yang efektif. Idealnya pesan tersebut seharusnya mendapat
perhatian ( attention ), menarik minat ( interest), membangkitkan keinginan ( desire )
dan menyebabkan tindakan ( action ). Akan tetapi dalam praktiknya hanya sedikit
pesan yang mampu membawa konsumen melewati semua tahap mulai dari kesadaran
hingga pembelian, hanya saja kerangka kerja tersebut diatas memperlihatkan mutu
yang diinginkan dari setiap komunikasi (Kotler, 2005 ).
Menurut Kotler (2004) perumusan pesan memerlukan pemecahan empat masalah :
1. Isi Pesan
Dalam menentukan isi pesan yang perlu diperhatikan adalah daya tarik, tema,
gagasan atau usulan penjualan yang unik. Ada tiga jenis daya tarik, pertama daya
tarik rasional membangkitkan minat pribadi, artinya bahwa daya tarik rasional
menyatakan bahwa produk itu akan menghasilkan manfaat tertentu. Kedua
adalah daya tarik emosional, yang berupaya membangkitkan emosi positif atau
negatif yang akan memotivasi pembelian antara lain daya tarik rasa takut, rasa
bersalah, dan rasa malu yang mendorong orang untuk berbauat hal yang harus
mereka lakukan atau berhenti melakukan hal-hal yang seharusnya tidak mereka
lakukan. Ketiga, daya tarik moral, diarahkan pada perasaan pendengar tentang
apa yang benar dan pantas. Daya tarik ini sering digunakan untuk tujuan-tujuan
sosial.
2. Struktur Pesan
Efektivitas pesan tergantung pada struktur dan isinya. Dalam hal ini komunikator
harus memutuskan tiga hal. Pertama adalah apakah harus menarik suatu konklusi
yang pasti atau membiarkannya terserah pada audiens. Kedua, apakah harus
menyajikan suatu argumen bersisi satu atau bersisi dua. Yang ketiga adalah
apakah harus menyajikan suatu argumen yang paling kuat pada awal-mula atau
terakhir kalinya.
3. Format Pesan
Komunikator harus menggunakan suatu format yang kuat untuk pesan. Agar
menarik perhatian, pengiklan menggunakan beraneka ragam sarana seperti :
menampilkan sesuatu yang baru dan kontras, headline dan gambar yang
menawan, format yang khas, posisi dan ukuran pesan, dan warna serta bentuk
gerakan.
4. Sumber Pesan
Pesan yang disampaikan sumber yang menarik atau terkenal akan memperoleh
perhatian dan daya ingat yang lebih tinggi. Itulah sebabnya pemasang iklan
sering menggunakan selebriti sebagai juru bicara. Selebriti kemungkinan akan
efektif apabila mereka melambangkan ciri utama produk dan yang terpenting
adalah kredibilitas juru bicara tersebut. Ada tiga faktor yang melandasi
kredibilitas sumber, yaitu keahlian, kelayakan dipercayai dan kemampuan
disukai.
Menurut O’Brien yang diterjemahkan oleh Fitriasari dan Kwary (2006, p38),
informasi adalah data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan berguna
bagi para pemakai akhir tertentu. Pemrosesan informasi meliputi: bentuk yang
agregat, telah dimanipulasi, atau diatur, isinya dianalisis dan dievaluasi, dan
ditempatkan dalam konteks yang tepat untuk pemakainya. Selain itu, ringkasan
atribut dan kualitas informasi, yakni:
a. Dimensi Waktu
• Ketepatan waktu � informasi harus tersedia ketika dibutuhkan.
• Kekinian � informasi harus selalu baru ketika disediakan.
• Frekuensi � informasi harus tersedia sesering yang dibutuhkan.
• Periode Waktu � Informasi harus tersedia untuk periode waktu lampau,
sekarang dan masa depan.
b. Dimensi Isi
• Keakuratan � informasi harus bebas dari kesalahan.
• Relevansi � informasi harus berhubungan dengan kebutuhan informasi dari
penerima tertentu untuk situasi tertentu.
• Kelengkapan � semua informasi yang dibutuhkan harus tersedia.
• Keringkasan � hanya informasi yang dibutuhkan yang disediakan.
• Cakupan � informasi dapat memiliki cakupan yang sempit dan luas, atau
untuk fokus internal dan eksternal.
• Kinerja � informasi dapat menunjukkan kinerja dengan mengukur aktivitas
yang diselesaikan, kemajuan yang dicapai, atau sumber daya yang
diakumulasi.
c. Dimensi Bentuk
• Kejelasan � informasi harus tersedia dalam bentuk yang mudah dipahami.
• Rinci � informasi dapat disediakan dalam bentuk rinci dan ringkasan.
• Urutan � informasi dapat disusun dalam urutan yang telah ditentukan.
• Presentasi � informasi dapat disajikan dalam bentuk narasi, numerik, grafik,
atau bentuk lainnya.
• Media � informasi dapat disediakan dalam bentuk dokumen tercetak,
tampilan video, atau media lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah hasil dari pengolahan data
menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi pengguna informasi di mana
informasi yang disediakan harus memenuhi tiga dimensi kualitas informasi yakni:
dimensi waktu, dimensi isi dan dimensi bentuk.
2.6. Konsep Sikap
Setiap orang pernah membicarakan tentang sikap mereka terhadap sesuatu
dalam kehidupannya.Mereka menyatakan suka atau tidak suka terhadap sesuatu,
termasuk produk atau jasa yang mereka jumpai dalam kehidupan mereka sebagai
konsumen.Definisi-definisi tentang sikap banyak diberikan oleh berbagai penulis
dengan pendekatan yang berbeda.Menurut seorang ahli psikologi, sikap adalah kajian
psikologi.Dikatakan bahwa sikap adalah pola perasaan, keyakinan, dan
kecenderungan perilaku terhadap orang, ide, atau obyek yang tetap dalam jangka
waktu yang lama (Lefton, 1982).
Schiffman dan Kanuk (2000) mengatakan bahwa sikap adalah predisposisi
yang dipelajari dalam merespons secara konsisten sesuatu obyek, dalam bentuk suka
atau tidak suka (attitude is a learned predisposition to respond in a consistenly
favorable or unfavorable manner with respect to a given object).
2.6.1 Sumber Pengaruh terhadap Pembentukan Sikap
Sumber-sumber utama yang mempengaruhi pembentukan sikap konsumen
adalah :
o Pengalaman
Pengalaman langsung oleh konsumen dalam mencoba dan mengevaluasi
produk dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap produk tersebut.
o kepribadian
Keluarga, menurut Kindra dkk (1994), adalah faktor penting dalam
pembentukan kepribadian dan selanjutnya pembentukan sikap seseorang.Dalam
keluarga itulah, seseorang membentuk nilai-nilai dasar dan keyakinannya.Selain
keluarga, kontak dengan teman dan orang-orang lain disekitarnya, terutama orang-
orang yang dikagumi, juga berpengaruhdalam pembentukan kepribadian dan sikap
seseorang.Karenanyapemasar memilih orang yang terkenal atau yang dikagumi
segmen sasarannya untuk mengubah sikap atau meyakinkan mereka agar tetap
bersikap positif terhadap produknya.
o Informasi dari Media Massa
Pengaruh mediamassa tidak boleh dianggap remeh. Perusahaan menggunakan
berbagai macam media massa secara efektif untuk mempengaruhi sikap audiens yang
merupakan konsumen atau calon konsumen perusahaan itu. Sikap dapat terbentuk
dari jenis media massa yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi tentang
produk.
Penelitian tentang Sikap
Pendekatan-pendekatan yang lazim digunakan ialah:
• Observations dan inference(observasi dan menarik kesimpulan). Pengukuran
ini bersifat tidak langsung.Apa yang dapat diobservasi adalah perilaku bukan sikap.
Kesimpulan tentang sikap seseorang terhadap suatu obyek disimpulkan dari
perilakunya..
• Self Report Attitude Scales (skala sikap yang dilaporkan sendiri oleh
konsumen). Ada cara yang sering digunakan sebagai berikut :
o Semantic Differential Scales :
Misalnya : Baik------------- Buruk
7 6 5 4 2 0
2.7. InformasiInternet, Intranet, dan Ekstranet
Informasi dapat berupa data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna
dan lebih berarti bagi yang menerimanya.Sumber dari informasi adalah data.Data
adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan
nyata.Kejadian-kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu.
Kualitas Informasi
Kualitas dari suatu informasi tergantung dari tiga hal, yaitu informasi harus
akurat (accurate), tepat pada waktunya (timeliness) dan relevan (relevance).
a. Akurat
Akurat berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak
menyesatkan.Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan
maksudnya.Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima
informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau
merusak informasi tersebut.
b. Tepat pada waktunya
Tepat pada waktunya berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh
terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi. Karena
informasi merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan.
c. Relevan
Relevan berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.Relevasi
informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda.
2.8. Sikap Konsumen
Sikap seseorang sering dinyatakan oleh rasa suka atau tidak suka terhadap
sesuatu, termasuk produk atau jasa yang mereka jumpai dalam kehidupan mereka
sebagai konsumen. Pemasar sangat berkepentingan pada sikap konsumen terhadap
produknya, karena sikap yang positif akan menghasilkan pembelian, bukan saja dari
konsumen yang bersangkutan tetapi rekomendasi kepada teman-teman maupun
keluarganya juga akan membuahkan pembelian yang menguntungkan pemasar,
sebaliknya sikap negatif terhadap produk akan menghasilkan penolakan, dan sikap
yang demikian ini akan diteruskan untuk mempengaruhi orang lain. Maka dari itu
pemasar harus mempedulikan sikap konsumen dimana sikap yang positif tetap positif
atau bertambah positif, sikap yang negatif diupayakan diubah menjadi positif.(Engel
et al. 1994).
Menurut Schiffman dan Kanuk (2004), sikap adalah predisposisi yang dipelajari
dalam merespons secara konsisten sesuatu objek dalam bentuk suka atau tidak suka.
Konsep-konsep sikap sebagai berikut:
• Objek
Objek disini mempunyai arti yang sangat luas seperti: issues (masalah, pokok
persoalan), tindakan, perilaku, cara kerja, orang atau peristiwa.
Objek dapat diartikan sebagai kategori produk, brand (merek), service (jasa),
iklan, harga, penyalur, dan sebagainya.
• Sikap adalah Suatu Predisposisi yang Dipelajari (Learned Predisposition)
Predisposisi disebut juga kecenderungan umum.Dalam sikap, ada
kecenderungan umum yang dipelajari atau dibentuk dan karena itu sikap
memiliki kualitas motivasional yang dapat mendorong konsumen kepada
suatu perilaku tertentu. Dalam terapan pemasaran, sikap yang relevan
terhadap perilaku beli terbentuk dari pengalaman langsung menggunakan
produk, dari informasi yang diperoleh dari orang lain atau dari media massa.
• Sikap itu Konsisten
Secara relatif, sikap selalu konsisten dengan perilaku yang
diperlihatkannya.Sikap itu juga resisten terhadap perubahan, dimana sekali
sikap itu terbentuk maka tak mudah untuk mengubahnya.Namun walaupun
resisten terhadap perubahan, sikap bisa berubah namun sulit.
• Sikap Terjadi dalam Suatu Situasi
Situasi adalah peristiwa atau keadaan pada saat pengamatan.Situasi
mempengaruhi hubungan antara sikap dan perilaku.
• Sikap itu Terarah, dan Mempunyai Intensitas Tertentu
Dikatakan terarah karena sikap menyebabkan orang mempunyai pandangan
negatif atau positif terhadap objek sikap.Seberapa besar keetidaksukaannya
atau kesukaannya terhadap objek sikap dinyatakan oleh intensitas sikap itu.
Konsep-konsep sikap bisa digambarkan dalam gambar berikut :
Obyek Intensitas sikap
Situasi
Predisposisi Konsistensi
yang dipelajari
Gambar 2.3 Konsep – konsep Sikap
2.9. Pembentukkan Sikap
o Sikap Terhadap Iklan
Kemampuan iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap
produk sering tergantung pada sikap konsumen dengan adanya iklan-iklan yang
diminati atau dievaluasi secara menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih
positif terhadap produk.Iklan yang tidak diminati dapat mengurangi niat beli produk
oleh konsumen.
o Sikap Terhadap Merek
Pola umum dari riset-riset terdahulu memperlihatkan bahwa konsistensi
penempatan stimuli yang positif pada suatu merek dapat mengkreasikan sikap
konsumen pada merek tersebut (Gibson. 2008). Sikap positif konsumen akan
menjadi asset berharga bagi perusahaan karena sikap positif yang sangat mendalam
membantu konsumen melupakan berbagai kesalahan yang mungkin saja dilakukan
oleh merek secara tidak sengaja (Ferinadewi. 2008).
o Intensi Pembelian
Intensi membeli adalah sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen
untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan
pada periode tertentu.Dapat dikatakan bahwa niat beli merupakan pernyataan mental
dari konsumen yangmerefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan
merek tertentu (Howard. 1994). Intensi merupakan unit dasar dalam jaringan
rencana yang akan muncul ketika individu melakukan aktivitas kognitif yang
berorientasi ke masa depan, seperti perencanaan, berangan-angan, perenungan,
simulasi mental. Intensi dibuat berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan
(Soderlund and Ohman. 2003). Merek dan stimuli lainnya akan menghasilkan sikap
dan perilaku positif yang membawa seseorang untuk visit intention (Nicola. 2011).
Selain itu, Purchase intention juga dipengaruhi oleh pada situs web yang berorientasi
pada konsumen dan persepsi konsumen pada situs web yang berkualitas dan
personality (Poddar et al. 2009).
o Sikap Pada Ekowisata
Sikap pada isu-isu dan keprihatinan terhadap lingkungan adalah refleksi
intensi perilaku pada aktifitas lingkungan, hal ini dihasilkan dari komitmen ekoturis
pada lingkungan beserta level dari sikapnya terhadap ekowisata. Sikap ekoturis
terbagi atas hard dan soft ecotourist yang menggambarkan partisipasinya dan
keterlibatannya terhadap konservasi dan advokasi.Struktur konsep ekoturis ini dapat
berguna bagi evaluasi komitmen terhadap keberlanjutan demikian juga dengan
pengembangan pemasaran dan kebijakan public.(Tanuja et al. 2007).
2.10. Pengecekan Manipulasi Eksperimen
Jika subjek penelitian mempunyai pemahaman atau bahkan internalisasi
(penghayatan) yang memadai atas manipulasi, maka peneliti baru bisa berharap akan
ketinggian efektivitas manipulasinya. Eksperimen yang menggunakan pendekatan
simulasi perlu memastikan bahwa kondisi simulasi tersebut dirasakan atau dipersepsi
oleh subjek sebagai kondisi alamiah keseharian mereka. Pengecekan manipulasi
diperlukan untuk memastikan hal ini.
Penggunaan mahasiswa sebagai penyulih eksekutif bisnis memang
menimbulkan keraguan di kalangan peneliti. Mahasiswa bisa menjadi subjek
penelitian jika penelitian tersebut memang menyoroti tentang dunia kemahasiswaan
atau ketika penelitian masih berada pada taraf studi awal (pilot study). Penelitian
Copeland, Francia, dan Strawser (1973) menyimpulkan bahwa “mahasiswa adalah
penyulih yang kurang pas bagi kelompok individu lain jika penelitian berfokus pada
sikap, bukan perilaku. Jadi, kapan mahasiswa dapat menjadi subjek pengganti
pebisnis? Mahasiswa mestinya tidak diikutsertakan dalam sebuah eksperimen
dimana pengalaman atau kepakaran atas suatu bidang dibutuhkan.
Menurut Enis, Cox, dan Stafford (1980) Dalam penelitian tentang perilaku
pelanggan, subjek mahasiswa berperilaku sama dengan ibu rumah tangga yang
merupakan pelanggan sesungguhnya.Hal ini mungkin disebabkan oleh kenyataan
bahwa penelitian dalam dunia psikologi lebih ditekankan pada aspek bagaimana
manusia memproses informasi dan mengambil keputusan secara umum, hampir tidak
ada masalah mahasiswa menggantikan individu dunia nyata didalam eksperimen-
eksperimen psikologis. Setidaknya tiga perbedaan antara subjek mahasiswa dengan
praktisi, yaitu keterampilan, kepribadian, dan pengalaman.
2.11. Niat Beli Konsumen (Intention)
Howard, Shay dan Green (1998) mendefinisikan niat beli sebagai ” the
consumer’s intention to buy the product” (niat konsumen untuk membeli sebuah
produk). Sementara Engel, Blackwell dan Miniard (1994) menggambarkan bahwa
pembelian merupakan fungsi dari dua faktor, yaitu niat dan pengaruh dari lingkungan
atau perbedaan individu.
Niat beli merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek.
Niat beli juga merupakan minat pembelian ulang yang menunjukkan keinginan
pelanggan untuk melakukan pembelian ulang (Assael, 1998). Beberapa pengertian
dari intention adalah sebagai berikut:
1. Niat beli dianggap sebagai sebuah ‘perangkap’ atau perantara antara faktor-faktor
motivasional yang mempengaruhi perilaku.
2. Niat beli juga mengindikasikan seberapa jauh seorang mempunyai kemauan
untuk mencoba.
3. Niat beli menunjukkan pengukuran kehendak seseorang.
4. Niat beli berhubungan dengan perilaku yang terus menerus.
2.12. Model Perluasan Kemungkinan (The Elaboration Likelihood Model –
ELM)
Model perluasan kemungkinan (ELM) mengemukakan pandangan yang lebih
global bahwa sikap konsumen di ubah dengan dua “cara persuasi” yang sangat
berbeda cara tengah atau cara pinggir. Cara tengah sangat berkaitan dengan
perubahan sikap ketika motivasi atau kemampuan konsumen untuk menilai obyek
sikap tinggi; yaitu, perubahan sikap terjadi karena konsumen secara aktif mencari
informasi yang berhubungan dengan obyek sikap itu sendiri. Jika konsumen ingin
mengerahkan usaha untuk memahami, mempelajari, atau menilai informasi yang
tersedia mengenai obyek sikap, pembelajaran dan perubahan sikap yang terjadi
melalui cara tengah.
Sebaliknya, jika motivasi atau keterampilan menilai konsumen rendah
(keterlibatannya rendah), pembelajaran dan perubahan sikap cenderung terjadi
melalui cara pinggir tanpa konsumen memfokuskan pada informasi yang
berhubungan dengan obyek sikap itu sendiri. Dalam hal ini, perubahan sikap sering
merupakan hasil dari dorongan sekunder (seperti kupon potongan beberapa sen,
contoh gratis, pemandangan latar belakang yang indah, kemasan yang bagus, atau
dorongan dukungan selebriti). Riset terakhir menunjukkan bahwa bahkan dalam
kondisi keterlibatan yang rendah (seperti keterbukaan terhadap sebagian besar iklan),
di mana dorongan pokok maupun dorongansekunder pada mulanya sama
kemampuannya mereka untuk menimbulkan sikap yang sama, maka dorongan
pokoklah yang mempunyai “daya tahan” terbesar yaitu, bertahan lebih lama.
Rute dual “pusat” dan “pinggiran” merujuk pada perubahan sikap yang
didasarkan pada derajat yang berbeda elaborative pemrosesan informasi aktivitas.
Rute pusat perubahan sikap adalah merek yang didasarkan pada relatif luas dan
usaha penuh pemrosesan informasi kegiatan, yang bertujuan untuk meneliti dan
mengungkap manfaat utama dari masalah atau advokasi. Rute pinggiran perubahan
sikap didasarkan pada berbagai proses perubahan sikap yang biasanya memerlukan
sedikit usaha kognitif. ELM Postulat (Petty dan Cacioppo, 1986) telah mengusulkan
beberapa postulat yang menjadi landasan penelitian berikutnya dalam paradigma ini.
Postulat ini meliputi banyak aspek dari proses persuasi, mulai dari tujuan, asumsi,
dan konsekuensi dari persuasi. Misalnya, ELM mengasumsikan motif bawaan orang
ketika memproses informasi adalah benar. Selain itu, kemungkinan elaborasi
mempertahankan bahwa ada kontinum dalam elaborasi masyarakat tentang pesan-
pesan persuasif, yang ditentukan oleh motivasi, kemampuan, dan kesempatan pada
saat pengolahan. Berlawanan dengan kesalahpahaman banyak, suatu prinsip ELM
penting memegang adalah bahwa variabel tertentu dapat memainkan peran ganda
dalam proses persuasi (seperti argumen persuasif, isyarat perifer, atau faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat atau arah masalah dan argumen elaborasi). Sebuah
gagasan penting tentang pengoperasian proses persuasi adalah bahwa proses sentral
dan perifer dapat terjadi dan bersama-sama mempengaruhi penilaian, sementara
dampak relatif tergantung pada elaborasi kemungkinan. ELM juga menyatakan
bahwa konsekuensi kekuatan bisa mandiri. Misalnya, ketekunan temporal dan sikap
ketahanan untuk menyerang konsekuensi konseptual ortogonal.
Perubahan sikap tersebut dapat diterangkan melalui teori Elaboration
Likelihood Model(ELM) atau Model Kemungkinan Elaborasi yang dikemukakan
oleh Petty dan Cacioppo. Menurut mereka sewaktu individu dihadapkan pada pesan
persuasif (iklan), ia akan memikirkan pesan itu, memikirkan argumentasi apa yang
terkandung didalamnya dan argumentasi apa yang tidak. Pemikiran-pemikiran inilah
yang membawa kepada penerimaan atau penolakan pesan yang disampaikan, bukan
pesan itu sendiri. Dengan kata lain, elaborasi adalah cara berfikir yang relevan
dengan pesan (iklan) selama pemrosesan.
2.13. Kerangka Pemikiran
1. Model konseptual penelitian
2. Desain Eksperimental
Destinasi Ekowisata Pegunungan TNGGP
Informasi Website www.gedepangrango.org
Desain Treatment/Stimuli
Percobaan pada konsumen Wisatawan Mahasiswa
Interpretasi
MANOVA GLM
Interview Pakar & Stakeholders
Kondisi Eksperimen
Stimuli : Central
Stimuli : Peripheral
Kondisi Kontrol
Netral Variabel Bebas
Sikap Pada Iklan/Informasi
Sikap Pada Merek
Intensi Pembelian
Sikap Pada Ekowisata
Variabel Terikat
Kerangka Logis (Logical Framework)
ELM Sikap Iklan/Informasi
Sikap Pada Merek
Sikap Pada Ekowisata
Sikap Pada Intensi Pembelian
Kerangka Eksperimen (Experimental Framework)
Variabel Bebas
KE KK
Central
Control Procedure Peripheral
Variabel Terikat
Sikap Pada Iklan/Informasi
Sikap Pada Merek
Sikap Pada Intensi Pembelian
Sikap Pada Ekowisata
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran