bab ii landasan teori ii.1. komunikasi massa ii.1.1...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Komunikasi Massa
II.1.1. Pengertian Komunikasi Massa
Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin
“communicatio“. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti
sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna dan arti. Jadi komunikasi terjadi
apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan
komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30)
Menurut Harold Lasswell (Mulyana, 2005:62) cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says Shat In Wich Channel To Whom With What Effect ? (Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ?). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, efek.
Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan defenisi komunikasi massa
yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yakni Gerbner “kommunikasi
massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga
dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat
industri (Ardianto, 2004:4).
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut Liliweri, (2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a) efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. (b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. (c) efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada prilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.
II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh komunikasi massa antara lain adalah :
1. Komunikator Terlembagakan.
Sesuai dengan pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan
lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi kompleks, maka
proses pemberian pesan yang diberikan oleh komunikator harus bersifat
sistematis dan terperinci.
2. Pesan Bersifat Umum.
Pesan dapat berupa fakta, peristiwa ataupun opini. Namun tidak semua fakta
atau peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media
massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus
memenuhi kriteria pengting atau menarik.
3. Komunikannya yang Anonim dan Heterogen.
Komunikan yang dimiliki komunikasi massa adalah anonim ( tidak dikenal )
dan heterogen ( terdiri dari berbagai unsur )
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan.
Universitas Sumatera Utara
Keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan
sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan
penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan.
Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan
sistem tertentu dan disesuaikan karakteristik media massa yang digunakan.
Di dalam komunikasi antarpersonal, yang menentukan efektivitas
komunikasi bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusia, bukan pada
“ apanya “ tetapi “ bagaimana “. Sedangkan pada komuniaksi massa
menekankan pada “ apanya “(Ardianto, 2004:7-8)
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah.
Komunikator dan komunikan tidak dapat terlibat secara langsung, karena
proses pada komunikasi massa yang menggunakan media massa.
7. Stimulasi Alat Indra “ Terbatas “.
Stimulasi alat indra tergantung pada media massa. Pada surat kabar dan
majalah, pembaca hanya melihat, pada media radio khalayak hanya
mendengarkan, sedangkan pada media televisi dan film kita menggunakan
indra pengelihatan dan pendengaran.
8. Umpan Balik Tertunda ( Delayed ).
Hal ini dikarenakan oleh jarak komunikator dengan komunikan yang
berjauhan dan katakter komunikan yang anonim dan heterogen (Ardianto,
2004:7-8).
Universitas Sumatera Utara
II.1.3. Fungsi Komunikasi Massa
fungsi dari komunikasi massa adalah sebagai berikut :
a. Penafsiran ( Interpretation )
Fungsi penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan
kepada khalayak, serta dilengkapi perspektif ( sudut pandang )
terhadap berita atau tanyangan yang disajikan.
b. Pertalian ( Linkage )
Dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga
membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama
tentang sesuatu.
c. Penyebaran Nilai-nilai ( Transmission Of Values )
Dengan cara media massa itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media
massa itu memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak
dan apa yang diharapkan oleh mereka.
d. Hiburan ( Entertainemnt )
Berfungsi sebagai penghibur tiada lain tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan pikiran khalayak.
e. Fungsi Informasi
Media massa berfungsi sebagai penyebar informasi bagi pembaca,
pendengar, atau pemirsa.
Universitas Sumatera Utara
f. Fungsi Pendidikan
Salah satu cara media massa dalam memberikan pendidikan adalah
dengan melalui pengajaran etika, nilai, serta aturan-aturan yang
berlaku bagi pembaca atau pemirsa.
g. Fungsi Mempengaruhi
Secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, Features, iklan, artikel
dan sebagainya.
h. Fungsi Proses Pengembangan Mental.
Media massa erat kaitannya dengan prilaku dan pengalaman
kesadaran manusia.
i. Fungsi Adaptasi Lingkungan
Yakni penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana khalayak dapat
beradaptasi dengan lingkungannya dengan dibantu oleh media massa,
ia bisa lebih mengenal bagaimana keadaan lingkungannya melalui
media massa.
j. Fungsi Memanipulasi Lingkungan
Berusaha untuk mempengaruhi, komunikasi yang digunakan sebagai
alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.
k. Fungsi Meyakinkan ( To Persuade )
- Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai
seseorang.
- Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang
- Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu (Effendi,
2003:29).
Universitas Sumatera Utara
II.1.4. Unsur-unsur Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan proses yang dilakukan melalui media
massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi
kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam
komunikasi massa adalah:
1. Komunikator
a. Merupakan pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi
informasi modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka
informasi tersebut dengan cepat ditangkap oleh publik
b. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagai informasi,
pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang
tersebar tanpa diketahui jelas keberadaan mereka.
c. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili
institusi formal yang bersifat mencari keuntungan dari penyebaran
informasi tersebut.
2. Media Massa
Media massa merupakan media komunikasi dan informasi yang
melakukan penyebaran secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat
secara massal pula. Media massa adalah institusi yang berperan sebagai
agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah
paradigma utama media massa.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan :
a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media
edukasi.
b. Sebagai media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan
informasi kepada masyarakat.
c. Terakhir media massa sebagai media hiburan. (Bungin, 2006:85)
3. Informasi Massa
Informasi massa merupakan informasi yang diperuntukan kepada
masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi
oleh pribadi. Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik
publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing.
4. Gatekeeper
Merupakan penyeleksi informasi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa
komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media
massa, mereka inilah yang akan menyeleksi informasi yang akan disiarkan
atau tidak disiarkan.
5. Khalayak
Khalayak merupakan massa yang menerima informasi massa yang
disebarkan oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar
atau pemirsa sebuah media massa.
Universitas Sumatera Utara
6. Umpan Balik
Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya mempunyai sifat
tertunda sedangkan dalam komunikasi tatap muka bersifat langsung. Akan
tetapi, konsep umpan balik tertunda dalam komunikasi massa ini telah
dikoreksi karena semakin majunya teknologi, maka proses penundaan
umpan balik menjadi sangat tradisional (Bungin, 2006:71).
II.2. Teori Agenda Setting
Agenda setting menjelaskan begitu besarnya pengaruh media--berkaitan
dengan kemampuannya dalam memberitahukan kepada audiens mengenai isu -
isu apa sajakah yang penting. Sedikit kilas balik ke tahun 1922, kolumnis walter
lippman mengatakan bahwa media memiliki kemampuan untuk menciptakan
pencitraan - pencitraan ke hadapan publik.
McCombs and Shaw melakukan analisis dan investigasi terhadap jalannya
kampanye pemilihan presiden pada tahun 1968, 1972, dan 1976. Pada
penelitiannya yang pertama (1968), mereka menemukan dua hal penting, yakni
kesadaran dan informasi. Dalam menganalisa fungsi agenda setting media ini
mereka berkesimpulan bahwa media massa memiliki pengaruh yang cukup
signifikan terhadap apa yang pemilih bicarakan mengenai kampanye politik
tersebut, dan memberikan pengaruh besar terhadap isu - isu apa yang penting
untuk dibicarakan.
Universitas Sumatera Utara
Agenda setting merupakan penciptaan kesadaran publik dan pemilihan isu
- isu mana yang dianggap penting melalui sebuah tayangan berita. Dua asumsi
mendasar dari teori ini adalah (http://sulastomo.blogspot.com/2010/12/teori-
agenda-setting.html):
1. Pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya,
melainkan mereka membentuk dan mengkonstruk realitas tersebut.
2. Media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih
kepada isu tersebut yang selanjutnya memberikan kesempatan kepada
publik untuk menentukan isu mana yang lebih penting dibandingkan
dengan isu lainnya.
Kekuatan media dalam mempengaruhi khalayak
Dalam agenda setting, yang menentukan kekuatan media dalam
mempengaruhi khalayak dijelaskan dalam konsep need for orientation
(McCombs, Maxwell & Reynolds: 2002). Konsep ini menyediakan penjelasan
teoritis untuk keragaman di dalam proses agenda-setting, melampau kategori isu
obtrusive (isu yang dialami langsung) dan unobtrusive (tidak dialami langsung)
oleh khalayak.
Need for orientation didasarkan pada konsep psikolog Edward Tolman
general theory of cognitive mapping yang menyatakan bahwa manusia
membentuk peta di dalam pikirannya untuk membantu mengarahkan lingkungan
ekseternalnya. Konsep ini mirip dengan gagasan Lippmann tentang pseudo-
environment – lingkungan yang diciptakan oleh media. Selanjutnya konsep need
for orientation juga menyatakan bahwa ada perbedaan individu dalam
kebutuhannya akan orientasi terhadap isu dan juga perbedaan dalam kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
akan latar belakang informasi terhadap isu tertentu (McCombs, Maxwell &
Reynolds: 2002).
Secara konseptual, need for orientation diefinisikan dalam dua konsep,
yaitu relevansi dan ketidakmenentuan; yang peran masing-masing terjadi secara
berurutan. Relevansi adalah yang pertama kali menentukan apakah media akan
mempengaruhi agenda atau tidak. Bila individu merasa media dianggap memiliki
tingkat relevansi yang tinggi terhadap informasi yang dibutuhkan individu, besar
kemungkinan media akan berpengaruh kuat terhadap individu tadi. Sedangkan
pada tahap kedua, ketidakmenentuan menunjukkan apakah individu sudah
memiliki/menentukan terhadap isu yang menjadi agenda media. Dalam konteks
pemilihan umum, ketidakmenentuan ini bisa diligat pada posisinya sebagai
decided/undecided voters. Media akan sangat berpengaruh terhadap individu yang
memiliki tingkat relevansi dan ketidak menentuan yang tinggi.
Di samping faktor need for orientation itu, riset belakangan juga
menunjukkan bahwa dampak agenda-setting terjadi secara kuat di kalangan yang
terdidik. Di samping tingkat pendidikan, kredibilitas juga menentukan tingkat
pengaruh media dalam agenda-setting.
Mengingat bahwa agenda setting berada pada domain dengan asumsi powerful media effect, maka sebenarnya efek media terhadap khalayak memang besar. Hanya saja tidak serta merta demikian. Ada faktor-faktor yang mengekskalasi tingkat kekuatan pengaruh agenda setting. Di antaranya adalah langsung-tidak langsung jenis pengalaman terhadap isu yang sedang diagendakan, tingkat need for orientation yang ada pada khalayak, tingkat pendidikan serta tingkat kredibilitas media yang melakukan setting terhadap agenda tertentu Wanta, (W & Ghanem, S, “Effects of Agenda Setting” in Preiss, R.W et. Al Eds.2007).
Universitas Sumatera Utara
II.3. Media Massa dan Televisi
II.3.1. Media Massa
Media memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini
masyarakat sementara peran lainnya adalah menekankan pentingnya media massa
sebagai alat kontrol sosial. Dari segi makna, “media massa” adalah alat/sarana
untuk menyebar-luaskan berita, analisis, opini, komentar, materi pendidikan dan
hiburan. Sedangkan dari segi etimologis, “media massa” adalah “komunikasi
massa” yang memiliki arti sebutan lumrah di kalangan akademis untuk studi
“media massa”.
Ada beberapa bentuk media massa yang kita kenal sekarang ini, yaitu:
1. Surat Kabar
Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis courant) atau
surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang,
biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran,
yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa
berupa even politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca. Surat
kabar juga biasa berisi karikatur yang biasanya dijadikan bahan sindiran
lewat gambar berkenaan dengan masalah-masalah tertentu, komik, TTS dan
hiburan lainnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Koran).
2. Majalah
Tipe suatu majalah ditentukan oleh khalayak yang dituju. Artinya, sejak
awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya
Universitas Sumatera Utara
apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa, atau untuk
pembaca umum dari remaja sampai dewasa (Ardianto, 2004:112).
Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap berbeda dengan
surat kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri, yaitu:
a. Penyajian lebih dalam.
b. Nilai aktualitas lebih lama, berbeda dengan surat kabar yang
aktualitasnya hanya satu hari nilai aktualitas majalah bisa sampai satu
minggu.
c. Gambar atau foto lebih banyak dikarenakan memiliki jumlah halaman
yang lebih banyak.
d. Cover, menarik atau tidaknya suatu majalah ditentukan pada tipe dari
majalahnya serta konsistensi majalah tersebut dalam menampilkan ciri
khas majalahnya.
3. Radio
Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes, keunggulan
radio adalah dimana saja, dan sangat beragam. Kekuatan radio dalam
mempengaruhi khalayak sudah dibuktikan dari masa ke masa di berbagai
negara.
4. Televisi
Menurut agee dari sebuah media komunikasi yang ada, televisilah yang
paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Sebanyak 99% orang
Amerika memiliki televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali
hiburan, berita, dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi
sekita tujuh jam dalam sehari (Ardianto, 2004:128). Sama dengan fungsi
Universitas Sumatera Utara
media massa lainnya, fungsi televisi juga memberi informasi, mendidik,
membujuk, dan menghibut.
5. Film
Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual dibelahan
dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film
televisi, dan film video laser setiap minggunya. Seperti halnya televisi,
tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh
hiburan. Akan tetapi film dapat terkandung unsur informatif maupun
edukatif bahkan persuasi (Ardianto, 2004:136).
6. Komputer dan Internet
Menurut Laquey, internet merupakan jaringan longgar dari ribuan
komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia (Ardianto,
2004:142). Dewasa ini internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar
dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tidak dapat
diabaikan (Ardianto, 2004:57-58).
II.3.2. Televisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi
sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom
(hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata
tele "jauh" dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin,
sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang
menggunakan media visual/penglihatan.” (http://id.wikipedia.org/wiki/televisi)
Pada tahun 1884, Paul Gottlieb Nipkow, seorang mahasiswa 23 tahun di
Jerman, mematenkan sistem televisi elektromekanik yang menggunakan cakram
Universitas Sumatera Utara
Nipkow
Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI
menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-
17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai
siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 pukul 14.30
WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4
dari stadion utama Glora Bung Karno. (Milla Day, 2004: 16)
, sebuah cakram berputar dengan serangkaian lubang yang disusun secara
spiral ke pusat cakaram yang digunakan dalam proses perasteran. (Morrisan,
2008: 6)
Pada dasarnya televisi mempunyasi sifat sebagai berikut, dapat didengar
dan dilihat bila ada siaran, dapat diliaht dan didengar kembali bila diputar
kembali, daya rangsang sangat tinggi, elektris, harga relatif mahal, daya jangkau
besar. (Morrisan, 2008: 11)
Adapun dampak yang ditimbulkan dari media televisi adalah sebagai berikut: (Wawan, 1996: 100)
1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seorang individu atau pemirsa menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh, acara kuis di televisi.
2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Contoh, model pakaian, model rambut, dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.
3. Dampak prilaku, yakni proses tertananmya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contoh, tayangan Rahasia Ilahi yang mengimplementasikan kehidupan religi bagi masyarakat.
Dari teori ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, media massa secara pasti
dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini
publik untuk membawanya kepada perubahan.
Universitas Sumatera Utara
II.4. Opini Publik
II.4.1. Sejarah dan Defenisi Opini Publik
Istilah Opini Publik diserap secarah utuh dari bahasa inggris – public
opinion, yang kemudian disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Istilah
Opini Publik itu digunakan antara lain oleh Omi Abudrrahman ( 1986 ), Kartadi
Suhandang ( 1973 ) dan M.O. Tambunan ( 1994 ). Namun, pakar yang lain seperti
Astrid Susanto ( 1975 ) dan Anwar Arifin ( 1998 ) lebih suka menggunakan istilah
pendapat umum sebagai terjemahan dari istilah public opinion (Sunarjo, 2005:22)
Opini Publik sebagai sebuah fenomena dalam kehidupan sosial dan politik
mulai banyak dikenal dan dipakai pada akhir abad ke-18 di Eropa dan Amerika
Serikat. Pemakaian istilah itu terutama berkaitan dengan politik dan komunikasi
politik tatkala Alquin menyerukan, “ vox populi, vox dei “ ( suara rakyat adalah
suara Tuhan ).
Tedori opini publik mengusulkan bahwa jika media berita berdampak pada
preferensi kebijakan publik, isi media perlu menyediakan bias arah yang
konsisten. Bias arah yang konsisten dari berita ('satu-sisi arus informasi') mungkin
memerlukan penekanan yang konsisten di kedua positif atau aspek-aspek negatif
dari suatu peristiwa atau isu. Namun, jika seseorang terkena kedua sisi masalah,
individu ini tidak mungkin akan terpengaruh oleh pesan-pesan karena mereka
membatalkan satu sama lainnya. Efek ini dijuluki sebagai 'dua sisi arus informasi.
Hal ini diungkapkan pada jurnal penelitian (ClaesH De Vreese, 2006:Vol 44. No
2. pp. 419–36).
Universitas Sumatera Utara
Adapun beberapa faktor defenisi Pendapat umum yakni sebagai berikut (Arifin, 2010:119)
1. Adanya Isu ( Presence of an issue ). Pertama-tama harus terdapat konsensus yang sesungguhnya bahwa pendapat umum berkumpul di sekitar suatu isu ( issue ). Dalam ungkapan sehari-hari, pendapat umum sering muncul sebagai istilah yang sangat umum, yang melukiskan sesuatu seperti sikap bersama ( collective attitude ) atau suasana hati masyarakat ( public mood ). Carlyle berpendapat bahwa “ pendapat umum adalah kebohongan yang paling besar di dunia “. Untuk tujuan kita, isu dapat didefenisikan sebagai suatu situasi kontemporer dimana mungkin terdapat ketidak pastian.
2. Hakikat Masyarakat ( The Nature of Publics ). Yakni harus ada kelompok orang yang dapat dikenal yang berkepentingan dengan persoalan tersebut. Ini adalah masyarakat. Gagasan mengenai suatu masyarakat yang digunakan disini dipopulerkan oleh Jhon Dewey, terutama dalam bukunya The Public and its Problems ( Masyarakat dan Masalahnya ).
3. Kompleks Preferensi pada Masyarakat. Yakni mengacu pada totalitas pendapat para masyarakat tentang suatu isu. Hal tersebut mencakup gagasan pendistribusian pendapat menurut arah dan intervensinya ( setuju atau menolak arah tindakan yang disarankan berkaitan dengan isu tersebut. Masyarakat yang menaruh perhatian pada isu dengan sendirinya akan terbagi ke dalam dua atau lebih sudut pandang yang berbeda.
4. Ekspresi Pendapat ( Expression of Opinion ). Kata-kata yang diucapkan atau dicetak merupakan bentuk yang paling biasa dari ekspresi pendapat, tetapi sewaktu-waktu gerak-gerik - kepalan tangan, lambaian tangan, bahkan tarikan nafas orang banyak, sudah cukup untuk menunjukan ekspresi orang tersebut.
5. Jumlah Orang yang Terlibat ( Number of Persons Involved ). Adanya besaran masyarakat yang menaruh perhatian terhadap isu.
Adapun yang menjadi karakteristik opini publik menurut Hendley Cantril (
Gauging Public Opinion ) dalam Arifin ( 1998 : 119-120 ) dari lembaga penelitian
Opini Publik dari Universitas Princeton mengumpulkan prinsip yang merupakan
karakteristik opini publik adalah sebagai berikut :
1. Opini publik sangat peka ( govoeling ) terhadap peristiwa-peristiwa penting.
2. Peristiwa-peristiwa yang bersifat luar biasa dapat menggeser opini publik seketika dari suatu ekstremis yang satu ke yang lainnya. Opini publik itu baru akan mencapai stabilitasnya apabila kejadiannya dari peristiwa itu memperlihatkan garis-garis besar yang jelas.
Universitas Sumatera Utara
3. Opini pada umumnya lebih banyak ditentukan oleh peristiwa-peristiwanya dari pada oleh kata-kata, kecuali kata-kata itu sendiri merupakan suatu peristiwa.
4. Pernyataan liasan dan garis-garis tindakan merupakan hal yang teramat penting dikala opini belum terbentuk dan dikala orang-orang berada dalam keadaan suggestible dan mencari keterangan dari sumber-sumber terpercaya.
5. Pada umumnya opini publik tidak mendahului keadaan-keadaan darurat, ia hanya mereaksi keadaan itu.
6. Secara psikologis, opini pada dasarnya ditentukan oleh kepentingan pribadi.
7. Opini atau pendapat tidaklah bertahan lama, kecuali jika orang-orang merasa bahwa kepentingan pribadinya benar-benar tersangkut dan jika pendapat yang dibangkitkan oleh kata-kata diperkuatkan oleh peristiwa-peristiwa.
8. Apabila kepentingan pribadi telah tersangkut, opini tidaklah mudah diubah.
9. Jika suatu pendapat didukung oleh suatu mayoritas yang tidak terlalu kuat dan jika pendapat tidak mempunyai bentuk kuat pula, maka fakta yang nyata ada kecenderungan mengalihkan pendapat dari arah penderitaan.
10. Pada saat kritis, rakyat menjadi lebih peka ( govoeling ) terhadap kemampuan pemimpinnya dan apabila mereka mempunyai kepercayaan terhadapnya, maka mereka akan rela untuk lebih banyak memberikan tanggung jawab dari pada biasanya, akan tetapi apabila kepercayaan mereka itu kurang, maka toleransi merekapun berkurang dari biasanya (Arifin 1998 : 119-120).
II.4.2. Proses Pembentukan Opini Publik
Gorge Carslake Thompson dalam “The Nature Of Public Opinion”
(Sastropoetro, 1990:106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik yang
menghadapi issue dapat timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda, yaitu :
1. Mereka dapat setuju terhadap fakta yang ada atau merekapun boleh tidak
setuju.
2. Mereka dapat berbeda dalam pemikiran atau estimation, tetapi juga boleh
tidak berbeda pandangan.
3. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber
data yang berbeda-beda.
Hal-hal yang diutarakan itu merupakan sebab timbulnya kontroversi
terhadap isu-isu tertentu. Selanjutnya dikemukakannya bahwa orang-orang yang
Universitas Sumatera Utara
mempunyai opini yang tegas, mendasarkan kepada rational grounds atau alasan
yang rasional yang berarti “dasar-dasar yang masuk akal dan dapat dimengerti
oleh orang lain”.
Kemudian dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini
publik, perlu diperhitungkan empat pokok, yaitu:
1. Difusi, apakah pendapat yang ditimbulkan merupakan suara terbanyak,
akibat adanya kepentingan golongan.
2. Persistence,kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya isu
karena disamping itu, pendapatpun perlu diperhitungkan.
3. Intensitas, ketajaman terhadap isu
4. Reasonableness, atau suatu pertimbangan yang tepat dan beralasan.
Menurut R.P. Abelson (1998) unsur-unsur pembentukan opini adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief) 2. Apa yang sebenarnya dirasakan untuk menjadi sikapnya (attitude) 3. Persepsi (perception), yaitu sebuah proses memberikan makna yang
berakar dari beberapa faktor, yakni : a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut
seseorang/masyarakat. b. Pengalaman masa lalu/kelompok tertentu menjadi landasan atau
pendapat atau pandangan. c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut
atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat). d. Berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang
kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat (Cutlip, 2006:262).
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian maka proses pembentukan opini publik tersebut dapat
dilihat melalui gambar berikut (Ruslan, 1999:56)
Gambar 2 Proses Pembentukan Opini Publik
Pada bagan “proses pembentukan opini publik” menggambarkan mulai
dari persepsi seorang sehingga terbentuknya suatu opini publik, yaitu berakar dari
latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang akan melahirkan
suatu interpretasi atau pendirian seseorang, dan pada akhirnya akan terbentuk
suatu opini publik, apakan nantinya mendukung, atau menentang atau berlawanan.
Pendirian merupakan apa yang dirasakan seseorang dan timbul attitude sebagai
sikap yang dapat tersembunyi dalam diri seseorang, dan dapat dalam bentuk
simbol, bahasa tubuh, verbal, mimik muka, serta makna daru suatu warna yang
dipakainya.
Opini seseorang itu kemudian secara akumulatif dapat berkembang
menjadi suatu konsensus (kesepakatan), dan ter-kristalisasi jika masyarakat dalam
Faktor
Penentu
- Latar belakang budaya
- Pengalaman masa lalu
- Nilai-nilai yang dianut
- Berita yang bercabang
Proses
pembentukan
Persepsi Opini Konsensus Opini Publik
Sikap
Cognitive
Behavior
Affect
Universitas Sumatera Utara
kelompok tertentu mempunyai kesamaan visi, ide, nilai-nilai yang dianut, latar
belakang dan hingga tujuan yang hendak dicapai dikemudian hari akan terbentuk
menjadi opini publik.
II.4.3. Kekuatan Opini Publik
Telah dikemukan bahwa opini publik atau pendapat umum sebagai satu
kesatuan pernyataan suatu hal yang besifat kontroversial, merupakan suatu
penilaian sosial atau social judgement. Oleh karena itu, maka pada pendapat
publik melekat beberapa kekuatan yang sangat diperhatikan (Eddy Yehuda,
Drs.,M.S.-http://humasbdg.wordpress.com/2008/04/12/kekuatan-opini-publik/) :
1. Opini publik dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau
sekelompok orang yang terkena hukuman tersebut. Hukuman sosial
menimpa seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa
dikucilkan, rasa dijauhi, rasa rendah diri, rasa tak berarti lagi di tengah
masyarakat, menimbulkan frustasi sehingga putus asa, dan bahkan ada
yang karena itu lalu bunuh diri atau mengundurkan diri dari jabatannya.
2. Opini publik sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma
sopan santun dan asusila, baik antara yang muda dengan yang lebih tua,
maupun antara yang muda dengan sesamanya.
3. Opini publik dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga dan bahkan
bisa juga menghancurkan suatu lembaga.
4. Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan suatu
kebudayaan.
5. Opini publik dapat pula melestarikan norma sosial.
Universitas Sumatera Utara
II.5. Berita
Menurut Hepwood memberikan pengertian berita sebagai laporan pertama
dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. (Pereno,
2002:6) Secara umum berita adalah laporan kejadian yang baru saja terjadi dari
kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga
dapat menarik perhatian para pembaca berita.
Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu( Romli, 2003:3 )
1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini, jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam :
:
a. Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan kepentingan atau amat penting segera diketahui pembaca.
b. Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih merupakan berita pendukung.
2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.
3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.
4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penelitian penulisnya/reporter.
5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Unsur-Unsur Berita
Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur berita yaitu :
(8) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
(9) Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
(10) Where - di mana terjadinya peristiwa itu?
(11) When - kapan terjadinya?
(12) Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
(13) How - bagaimana terjadinya?
(14) What next - terus bagaimana?
Universitas Sumatera Utara