bab ii tinjauan pustaka 2.1 komunikasi massa · komunikasi massa bersifat umum. pesan komunikasi...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
Menurut Cherry (Cangara, 2017:20), Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu
“communicatio” dan perkataan ini bersumber pada kata “comminis” yang berarti membuat kebersamaan atau
membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk
komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh manusia itu
sendiri maupun yang bersifat alami. Pada dasarnya bentuk-bentuk komunikasi dapat dibedakan atas dua macam,
yakni komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal yaitu dalam pemakaiannya menggunakan
bahasa (lisan) maupun tulisan dan Komunikasi nonverbal biasa disebut dengan bahasa isyarat atau bahasa diam
(silent language) (Cangara, 2017:111).
Komunikasi massa menurut Jay Back & Frederick (Nurudin, 2017:5) adalah pesan yang dikomunikasikan
melalui sebuah media massa pada sejumlah besar orang (mass communications is messeges communicated through
a mass medium to a large number of people). dan (massa communication) lebih menunjuk pada teori atau proses
teoretik). Komunikasi massa adalah proses dimana pesan-pesan yang di produksi secara massa tidak sedikit itu
disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas anonym dan heterogen.
1. Komponen Komunikasi Massa
Komponen-komponen utama komunikasi massa dapat di bedakan atas sumber (komunikator), pesan (isi),
khalayak (audience), saluran/media (Umpan balik), gatekeepers, dan efek (Nurudin, 2017:96).
1) Sumber (Komunikator)
Sumber utama dalam komunikasi massa berupa lembaga atau organisasi. Lembaga media yang dimaksud
dapat berupa perusahaan penerbitan surat kabar atau majalah, stasiun televisi, radio, dan lain sebagainya.
2) Pesan (Isi)
Pesan komunikasi massa berkaitan dengan materi yang disebarkan kepada khalayak melalui media massa.
Pesan media massa dapat di produksi dalam jumlah yang sangat besar sehingga dapat menjangkau audience yang
sangat banyak.
3) Media atau Saluran
Media massa merujuk pada sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan komunikasi
massa. Media massa dituntut untuk dapat memikat perhatian khalayak secara serempak dan serentak. Saluran
tersebut berupa media cetak, seperti surat kabar dan majalah media elektronik seperti radio dan televisi, serta media
digital.
4) Khalayak (Audience)
Khalayak media massa merupakan sasaran penyebaran pesan-pesan komunikasi massa itu sendiri.
5) Gatekeepers
Gatekeepers berfungsi menyaring pesan-pesan yang diproduksi oleh media massa itu sendiri. Mereka adalah
parta editor, wartawan, penyunting, dan sebagainya.
6) Efek
Efek komunikasi massa berkaitan dengan dampak atau hasil yang di peroleh dari mengkonsumsi media
massa. Dampak tersebut berkaitan dengan perubahan yang terjadi dalam diri khalayak sebagai akibat terpaan pesan-
pesan media massa.
2. Fungsi Komunikasi Massa
MenurutAlexis S. Tan (1981), fungsi komunikasi massa secara umum (Nurudin, 2017:66) yaitu:
1) Fungsi Informasi
Khalayak memiliki kebutuhan akan informasi dan media massa berperan menyebarkan informasi bagi
khalayak. Sehingga informasi bukan didapat dari sekolah, melainkan dari media karena media menyuguhkan
beragam isi mulai dari politik, ekonomi dan berbagai peristiwa lain. Buku sejarah, merupakan suatu bentuk media
cetak dan film-film dokumenter juga merupakan bentuk dari media elektronik.
2) Fungsi Pendidikan
Media massa menyajikan beragam hal-hal yang sifatnya mendidik melalui pengajaran etika, nilai dan aturan-
aturan. Fungsi tersebut dapat didapatkan dari drama, cerita, artikel dan diskusi. Nilai-nilai pendidikan ini tidak
diungkapkan secara langsung, namun divisualisasikan.
3) Fungsi Memengaruhi
Fungsi memengaruhi didapat melalui tajuk, features, iklan, artikel dan sebagainya. Khalayak dapat
terpengaruh oleh bujukan, ajakan atau diskusi yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu agar khalayak
tergugah.
3. Ciri-ciri Komunikasi Massa
Ciri komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik media audio visual
maupun media cetak. Adapun beberapa ciri-ciri komunikasi massa (Nurudin, 2017:19) sebagai berikut:
1) Pesan bersifat umum
Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditunjukkan untuk semua orang dan tidak
ditunjukan untuk sekelompok orang tertentu. Komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat
berupa fakta, peristiwa, atau opini, namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat
dimuat media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting
atau kriteria yang menarik.
2) Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen
Artinya, penonton televisi beragam Pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial, ekonomi, memiliki
jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama, namun mereka ada komunikan televisi.
3) Komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya, serempak berarti
khalayak bisa menikmati media massa hampir bersamaan.
4) Komunikasi lebih mengutamakan isi dari pada hubungan
Salah satu prinsip komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukkan
muatan atau isi komunikasi yaitu apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan, sedangkan dimensi hubungan
menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta
komunikasi itu.
5) Komunikasi massa yang bersifat satu arah
Selain ada ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa, ada juga ciri komunikasi massa yang
merupakan kelemahannya, karena komunikasinya melalui media massa, yang bersifat satu arah, maka komunikator
dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak secara langsung.
6) Rangsangan alat indera yang terbatas
Ciri komunikasi massa lainnya yang dianggap salah satu kelemahannya, adalah rangsangan alat indera yang
terbatas. Dalam komunikasi massa, rangsangan alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan
majalah pembaca hanya melihat, pada radio siaran dan rekaman auditif audience hanya mendengar, sedangkan pada
media televisi dan film audience menggunakan indera penglihatan dan pendengar.
7) Umpan balik tertunda dan tidak langsung
Dalam dunia komunikasi, komponen umpan balik merupakan faktor penting dalam proses komunikasi.
Umpan balik sebagai respon mempunyai volume yang tidak terbatas artinya, komunikator komunikasi massa tidak
dapat dengan segera mengetahui reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.
4. Efek komunikasi Massa
Menurut keith dan john (Nurudin,2017:206), Efek komunikasi massa :
1) Efek kognitif, yakni terjadinya perubahan pada pengetahuan, pemahaman, persepsi. Efek ini berkaitan dengan
transmisi pengetahuan, kepercayaan, atau informasi.
2) Efek afektif, yakni timbulnya perubahan pada aspek perasaan, berupa apa yang disenangi, apa yang dibenci, apa
yang disuka dan tidak disuka.
3) Efek behavioral/perilaku, yakni adanya perubahan perilaku, tindakan, kegiatan.
2.2 Media Massa
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada
khalayak (Nurudin, 2017:30). Sedangkan, Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan
pesan secara cepat kepada audience yang luas dan menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas
(Nurudin, 2017:30).
Karakteristik media massa adalah dimana media massa bersifat melembaga dalam arti pihak yang mengelola
media, bersifat institusi dan bukan individu. Bersifat satu arah, karena menggunakan suatu media, oleh sebab itu
respon khalayak tidak dapat diketahui secara langsung sehingga komunikasi hanya satu arah dari komunikator
kepada komunikannya.
Media massa ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya banyak dan berlangsung secara bersamaan. Selain
itu juga media massa juga menggunakan peralatan teknis atau mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan lain-
lain. Menurut Denis McQuail (1987) fungsi media adalah industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta
menghidupkan industri lain, sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat, forum untuk
menampilkan peristiwa masyarakat, wahana pengembangan kebudayaan tata cara, mode, gaya hidup, serta norma
dan sumber dominan pencipta citra masyarakat dan individu (Nurudin, 2017:34).
1. Jenis-Jenis Media Massa
Media massa, sebagai media yang menunjang komunikasi massa terbagi atas 2 jenis, yaitu media cetak dan
media elektronik (Halik, 2013:42).
a. Media Cetak
Media cetak adalah suatu media statis yang mengutamakan akan fungsinya sebagai media penyampaian
informasi. Maka media cetak terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna dan
halaman putih, dengan fungsi utama untuk memberikan informasi atau menghibur. Media cetak juga adalah suatu
dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh jurnalis dan diubah
dalam bentuk kata-kata, gambar, foto, dan sebagainya.
b. Media Elektronik
Media elektronik merupakan media komunikasi atau media massa yang menggunakan alat-alat elektronik
(mekanis), media elektronik kini terdiri dari radio, televisi, media digital online.
1) Radio
Radio merupakan medium yang dapat digunakan melalui indera pendengaran. Khalayak radio cenderung
bersifat pasif. Substansi siaran radio menggunakan musik dengan dominan sebagai ilustrasi dan efek suara sehingga
dapat mendramatisir pesan yang disampaikan. Untuk menikmati siaran radio, khalayak lebih santai dan mudah.
2) Televisi
Televisi merupakan media audio-visual dan paling populer di antara jenis-jenis komunikasi massa lainnya.
Banyaknya jumlah penonton televisi membuatnya menjadi pilihan utama bagi pemasang iklan sehingga televisi
banyak meraup pendapatan dari penayangan iklan. Televisi merupakan media yang sangat dekat dengan
khalayaknya karena kemudahannya diakses dan sifat tampilannya yang audio-visual.
3) Media digital online
Kehadiran internet membuat konvergensi antara komunikasi, informasi, dan teknologi yang melahirkan
multimedia.Keunggulan utama media online, tidak saja pada aspek kecepatan informasinya, tetapi juga pada sifat
interaktif, dan multimedianya. Pengguna internet dapat terlayani kebutuhannya dalam bentuk apa saja. Seseorang
dapat mengakses surat kabar digital, majalah digital, jurnal, buku, mendengar musik, menonton televisi, mendengar
radio, atau menonton film melalui internet.
2.3 New Media
Media baru (New Media) adalah sebuah terminologi untuk menjelaskan konvergensi antara teknologi komunikasi
digital yang terkomputerisasi serta terhubung ke dalam jaringan. Media baru adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan informasi (perantara) dari sumber informasi kepada penerima informasi. Media baru memiliki dua
unsur utama yakni digitalisasi dan konvergensi. Internet merupakan bukti konvergensi karena menggabungkan
beberapa fungsi media lain seperti audio, video, dan teks (McQuail‟s, 2006:26).
VV(1)Internetdanwebsite,(2)Televisidigital/plasmaTV,(3)Digitalcinema/3Dcinema,(4)Superkomputer/laptop,(5)DV
D/CD/blueray, (6) MP3 player, (7) Ponsel/PDAphone, (8) Video game, (9) RSS feed, (10) Streaming Video, dan lain-
lain. Sebagian besar teknologi yang digambarkan sebagai “media baru” bersifat digital, integratif, interaktif, dapat
dimanipulasi, serta bersifat jaringan, padat, mampat, dan tidak memihak(Efendi,2017:13).
New Media merupakan Sarana perantara yang baru. Baru dalam arti disini dilihat dari segi waktu, manfaat,
produksi, dan distribusinya serta terbentuk dari interaksi antar manusia dengan komputer dan internet secara
khususnya. Termasuk didalamnya sebagai media komunikasi adalah web, blog, online sosial network dan online
forum.
Manfaat media baru adalah memudahkan seseorang untuk memperoleh suatu hal yang diinginkannya,
(Efendi, 2017:13) seperti:
1) Arus informasi yang dapat dengan mudah dan cepat diakses di mana saja dan kapan saja
2) Sebagai media transaksi jual beli
3) Sebagai media hiburan, contohnya game online, jejaring sosial, streaming video, dan lain-lain
4) Sebagai media komunikasi yang efisien
5) Sarana pendidikan dengan adanya buku digital
2.4 Gadget
Gadget adalah Telepon genggam (Handphone) merupakan perangkat Telekomunikasi elektronik yang
mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-
mana (portabel/mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel
wireless) (Syarif, 2015:41).
Saat ini, Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System for Mobile
Telecommunications) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access). Badan yang mengatur telekomunikasi
seluler Indonesia adalah Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) (Faris, 2016:35).
2.4.1 Jenis Dan Karakteristik Gadget
Adapun dari jenis-jenis gadget yang pada zaman modern ini ialah:
1. Blackberry
2. Iphone
3. Android
4. Iypad
5. Tablet
2.4.2 Fungsi Gadget
Fungsi gadget sendiri adalah untuk berkomunikasi jarak jauh, dan masih banyak lagi seperti :
1. Menelpon
2. Mengirim sms
3. Mengakses internet
4. Mengabadikan suatu moment dengan menggunakan fitur kamera/video.
Kegunaan gadget di kehidupan sehari-hari sebenarnya relatif karena, penggunaan gadget sendiri tergantung
kepada orang yang memakainya. Kegunaan gadget secara pandangan umum dan penggunaan yang semestinya dapat
di bagi dalam beberapa segi pandangan (Faris, 2016:38) yaitu:
1. Segi komunikasi
Kalau zaman dulu manusia biasa berkomunikasi lewat batin atau dengan kelebihan yang dikaruniai oleh
Tuhan kepada orang yang dikehendaki. Seiring dengan berkembanganya pengetahuan manusia memilih
berkomunikasi lewat tulisan yang dikirimkan lewat pos di era milinium ini, manusiapun memilih berkomunikasi
lewat handphone karena cara ini dinilai lebih praktis dari pada alat-alat komunikasi sebelumnya. Dengan adanya
gadget komunikasi semakin lancar.
2. Segi sosial
Kita bisa memperbanyak teman lewat gadget dengan cepat dan mudah, kita berbagi kabar dengan teman dan
kerabat kita yang berada di dalam negri maupun di luar negeri tanpa harus menunggu waktu yang terlalu lama.
Dengan adanya gadget, kita tidak perlu lama-lama mengirim surat melalui pos.
3. Segi pendidikan
Bagi kita yang kebetulan dalam ruang lingkup pendidikan, kita tidak perlu pusing untuk menambah ilmu
pengetahuan. Dengan adanya gadget, kita tekan tombol yang ada pada gadget maka dengan mudah gadget tersebut
akan menghubungi nomor yang dituju. Contohnya kita menghubungi dosen pembimbing kita, lalu membicarakan
masalah pendidikan ataupun masalah lainnya.
2.4.3 Dampak positifdan negatif pemakaian gadget (Puji, 2017:10), yaitu:
Dampak Positif:
1. Mempermudah komunikasi
Dalam hal ini Gadget dapat mempermudah komunikasi dengan orang lain yang berada jauh dari kita dengan cara
sms, telepon, atau dengan semua aplikasi yang dimiliki dalam gadget kita.
2. Menambah pengetahuan
Dalam hal pengetahuan kita dapat dengan mudah mengakses atau mencari situs tentang pengetahuan dengan
menggunakan aplikasi yang berada di dalam gadget kita Contoh aplikasi: Detik.Kompas.com.
3. Menambah Teman
Dengan banyaknya jejaring sosial yang bermunculan akhir-akhir ini kita dapat dengan mudah menambah teman
melalui jejaring sosial yang ada melalui gadget yang kita milki.
4. Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru.
Dengan adanya metode pembelajaran ini. dapat memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
Dengan kemajuan teknologi terciptalah metode-metode baru yang membuat siswa mampu memahami materi-materi
yang abstrak karena materi tersebut dengan bantuan teknologi bisa dibuat abstrak.
Dampak negatif:
1. Merusak mata.
Jika Anda pernah merasa mata lelah dan perih saat melihat ponsel, tidak mengherankan sebenarnya karena
ketika mata diajak terus menerus fokus pada benda kecil mata akan kering dan di tingkat paling ekstrim bisa
menderita infeksi.
2. Mengganggu pendengaran.
Hampir setiap pengguna ponsel atau tablet tampak mengenakan headphone untuk mendengarkan musik. Namun
ini tidak baik jika terus-menerus dilakukan. apalagi dengan volume yang terlalu besar.
3. Mengganggu saat istirahat.
Komputer, laptop, tablet. dan ponsel mengganggu hormon melatonin yang akan turut membuat tidur jadi
terganggu. Sebuah riset dari Mayo Clinic di Arizona menganjurkan agar setiap orang menurunkan kadar cahaya di
ponsel lebih rendah sehingga tidak begitu mengganggu kala malam hari. Saat beristirahat ada baiknya ponsel dalam
keadaan silent atau jauhkan dari tempat tidur.
2.5 Anak
2.5.1. Pengertian Anak
MenurutHurlock 1980 Anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan anatar seorang perempuan
dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak
pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak (Miftahul, 2017:24).
Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan
bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional. Anak adalah aset bangsa. Masa depan bangsa dan
Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang.
Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa. Begitu
pula sebaliknya, apabila keperibadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan
datang. Manusia berkembang melalui beberapa tahapan yang berlangsung secara berurutan, terus menerus dan
dalam tempo perkembangan yang tertentu, terus menerus dan dalam tempo perkembangan yang tertentu dan bisa
berlaku umum.
Untuk lebih jelasnya tahapan perkembangan tersebut dapat dilihat pada tabel tersebut:
Tabel 2.1
Fase perkembangan
usia (Elizabeth B. Hurlock :1980)
3 Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini memiliki
karakteristik yang unik karena
mereka berada pada proses
tumbuh kembang yang sangat pesat
dan fundamental bagi kehidupan
berikutnya. Anak usia dini memiliki
karakteristik (Dadan, 2014:9)
antara lain:
a. Anak Bersifat Egosentris
Pada umumnya anak masih bersifat egosentris, ia melihat dunia dari sudut pandang dan kepentingannya
sendiri. Hal itu bisa diamati ketika anak saling berebut mainan, atau menangis ketika menginginkan sesuatu namun
tidak dipenuhi oleh orang tuanya. Karakteristik ini terkait dengan perkembangan kognitif anak. Menurut Piaget,
anak usia dini berada pada tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) tahap Sensorimotorik yaitu usia 0-2 tahun, (2) tahap
Praoperasional yaitu usia 2-6 tahun, (3) tahap Operasi Konkret yaitu usia 6-11 tahun. Pada fase Praoperasional pola
berpikir anak bersifat egosentris dan simbolis, karena anak melakukan operasi-operasi mental atas pengetahuan yang
mereka miliki, belum dapat bersikap sosial yang melibatkan orang yang ada di sekitarnya, asyik dengan kegiatan
sendiri dan memuaskan diri sendiri. Mereka dapat menambah dan mengurangi serta mengubah sesuatu sesuai
dengan pengetahuan yang mereka miliki.
b. Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu (Curiosity)
Anak berpandangan bahwa dunia ini dipenuhi hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Hal ini mendorong
rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi. Rasa ingin tahu anak sangat bervariasi, tergantung apa yang menarik
perhatiannya. Sebagai contoh, anak akan tertarik dengan warna, perubahan yang terjadi dalam benda itu sendiri.
Bola yang berbentuk bulat dapat digelindingkan dengan warna-warni serta kontur bola yang baru dikenal oleh anak
sehingga anak suka dengan bola. Rasa ingin tahu ini sangat baik dikembangkan untuk memberikan pengetahuan
TAHAP PERKEMBANGAN
USIA
Masa usia bayi 2 minggu- 1 tahun
Masa usia anak awal 1 tahun-6 tahun
Masa usia anak akhir 6 tahun-12 tahun
Masa usia remaja 12tahun-21 tahun
Masa usia dewasa 21 tahun-40 tahun
Masa usia tengah baya 40 tahun-60 tahun
Masa usia tua 60 tahun–meninggal
yang baru bagi anak dalam rangka mengembangkan kognitifnya. Semakin banyak pengetahuan yang didapat
berdasar kepada rasa ingin tahu anak yang tinggi, semakin kaya daya pikir anak.
c. Anak Bersifat Unik
Anak memiliki keunikan sendiri seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Keunikan
dimiliki oleh masing-masing anak sesuai dengan bawaan, minat, kemampuan dan latar belakang budaya serta
kehidupan yang berbeda satu sama lain.
2.6 Perilaku
Dalam bahasa perilaku adalah kelakuan, tabiat atau tingkah laku.Perilaku adalah kegiatan individu atas
sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut yang diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, definisi perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan. Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh
sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing (Rima, 2015:11).
Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas manusia dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. MenurutKartini Kartono (Sa‟adah,
2015:30) menjelaskan perilaku atau attitude merupakan organisasi kognitif yang dinamis, yang banyak dimuati
unsur-unsur emosional (afektif) dan disertai kesiagaan untuk beraksi. Selanjutnya pandangan dari aristoteles
menyatakan bahwa perilaku dalam bahasa inggris adalah behavioristic, dimana behavioristic adalah sebuah aliran
dalam pemahaman tingkah laku. Dalam hal ini, asumsi dasar mengenai tingkah laku adalah bahwa tingkah laku
sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan.
Tiap orang mempunyai sikap atau perilaku yang berbeda-beda terhadap sesuatu perangsang. Ini disebabkan
oleh beberapa faktor yang ada pada individu masing-masing sepertinya adanya perbedaan bakat, minat, pengalaman,
pengetahuan, intensitas perasaan, dan juga situasi lingkungan mengacu pada pengertian struktur sosial menurut
Kornblum yang menekankan pada pola perilaku yang berulang, maka konsep dasar dalam pembahasan struktur
adalah adanya perilaku individu atau kelompok. Perilaku sendiri merupakan hasil interaksi individu dengan
lingkungannya yang didalamnya terdapat proses komunikasi, ide dan negosiasi (Sa‟adah, 2015:30).
Pola perilaku sosial menurut Elizabeth B. Hurlock terbagi atas dua kelompok, yaitu pola perilaku yang sosial
dan pola perilaku yang tidak sosial. Pola perilaku yang termasuk dalam perilaku sosial adalah : (Rohayati, 2013:134)
a. Kerja sama, sekelompok anak belajar bermain atau bekerja bersama dengan anak lain.
b. Persaingan, persaingan merupakan dorongan bagi anak-anak untuk berusaha sebaik-baiknya. Hal itu akan
menambah sosialisasi mereka.
c. Kemurahan hati. Kemurahan hati terlihat pada kesediaan untuk berbagi sesuatu dengan anak lain.
d. Hasrat akan penerimaan sosial. Jika hasrat pada diri anak untuk diterima kuat, hal itu mendorong anak untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial.
e. Simpati. Anak kecil tidak mampu berperilaku simpati sampai mereka pernah mengalami situasi yang mirip
dengan duka cita.
f. Empati. Empati adalah kemampuan meletakan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman
orang tersebut.
g. Ketergantungan. Ketergantungan terhadap orang lain dalam hal bantuan, perhatian, dan kasih sayang mendorong
anak untuk berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial.
h. Sikap ramah. Anak kecil memperlihatkan sikap ramah melalui kesediannya melakukan sesuatu untuk orang lain
atau anak lain dan dengan mengekspresikan kasih sayang kepada mereka.
i. Sikap tidak mementingkan diri sendiri. Anak perlu mendapat kesempatan dan dorongan untuk membagi apa
yang mereka miliki. Belajar memikirkan orang lain dan berbuat untuk orang lain.
j. Meniru. Dengan meniru orang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anak-anak memperoleh kesempatan
untuk mengembangkan sifat dan meningkatkan penerimaan kelompok terhadap diri mereka.
k. Perilaku kelekatan (attachment behaviour). Dari landasan yang diberikan pada masa bayi, yaitu ketika bayi
mengembangkan kelekatan yang hangat dan penuh cinta kasih kepada ibu atau pengganti ibu, anak kecil
mengalihkan pola perilaku ini kepada anak atau orang lain dan belajar membina persahabatan dengan mereka.
Adapun pola perilaku yang tidak sosial adalah perilaku yang menunjukkan: (Rohayati, 2013:135)
a. Negativisme. Negativisme adalah perlawanan terhadap tekanan dari pihak lain untuk berperilaku tertentu.
Ekspresi fisiknya mirip dengan ledakan kemarahan, tetapi secara setahap demi setahap diganti dengan penolakan
lisan untuk menuruti perintah.
b. Agresi. Agresi adalah tindakan permusuhan yang nyata atau ancaman permusuhan. Biasanya tidak ditimbulkan
oleh orang lain.
c. Pertengkaran. Pertengkaran merupakan perselisihan pendapat yang mengandung kemarahan yang umunya
dimulai apabila seseorang melakukan penyerangan yang tidak beralasan.
d. Mengejek dan menggertak. Mengejek merupakan serangan secara lisan terhadap orang lain, sedangkan
menggertak merupakan penyerangan serangan yang bersifat fisik.
e. Perilaku yang sok kuasa. Perilaku ini adalah kecenderungan untuk mendominasi orang lain atau menjadi
"majikan".
f. Egosentrisme. Hampir semua anak memiliki sifat egosentrik. Dalam arti bahwa mereka cenderung berpikir dan
berbicara tentang diri mereka sendiri.
g. Prasangka. Landasan prasangka terbentuk pada masa kanak-kanak awal yaitu ketika anak menyadari bahwa
sebagian orang berbeda dari mereka hal penampilan dan perilaku dan bahwa perbedaan ini oleh kelompok sosial
dianggap sebagai tanda kerendahan. Bagi anak kecil tidaklah umum mengekspresikan prasangka dengan
bersikap membedakan orang-orang yang mereka kenal.
h. Antagonisme jenis kelamin. Ketika masa kanak-kanak berakhir, banyak anak laki-laki ditekan oleh keluarga laki-
laki dan teman sebaya untuk menghindari pergaulan dengan anak perempuan atau memainkan "permainan anak
perempuan".
Di samping yang dikemukakan di atas, menurut Dini P. Daeng (Rohayati, 2013:136) pada beberapa faktor yang
berpengaruh pada kemampuan bersosialisasi anak, yaitu :
a. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang disekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang.
Banyak dan bervariasinya pengalaman dalam bergaul dengan orang-orang di lingkungannya
b. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul. Banyaknya pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh melalui
pergaulan dan aktivitas sosialnya.
c. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi model bagi anak. Adanya bimbingan
dan pengajaran yang secara sengaja diberikan oleh orang yang dapat dijadikan model bergaul yang baik bagi
anak.
d. Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak. Adanya kemampuan berkomunikasi yang
dapat membicarakan topik yang dapat dimengerti dan menarik bagi orang lain yang menjadi lawan bicaranya .
2.7 Teori Perilaku Sosial
Menurut Rusli Ibrahim (2004:7), perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan
keharusan untuk menjamin keberadaan manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup
sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain, dimana saling
ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung
dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling
menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat.
Perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respon antar orang yang dinyatakan dengan hubungan
timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain. Perilaku itu
ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial
seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara yang berbeda. Misalnya dalam
melakukan kerja sama, ada orang yang melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan kepentingan
bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalas-malasan, tidak sabar dan
hanya ingin mencari untung sendiri.
Pembentukan perilaku sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun
yang bersifat eksternal. Pada aspek eksternal situasi sosial memegang peranan yang cukup penting. Situasi sosial
diartikan sebagai tiap-tiap situasi di mana terdapat saling hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain.
Baron dan Byerne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial
seseorang yaitu:
1. Perilaku dan Karakteristik Orang Lain
Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan
besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya.
Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku
seperti itu. Pada aspek ini gadget memegang peranan penting sebagai benda yang akan dapat mempengaruhi
pembentukan perilaku sosial anak karena gadget akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perbuatan
atau sikap anak untuk melakukan sesuatu perbuatan.
2. Proses Kognitif
Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial
seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar
kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya dan orang lain akan terus berupaya
dan berproses mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya. Dalam hal ini sebuah idea tau
fikiran yang dimiliki oleh anak itu sendiri yang beranggapan positif terhadap penggunaan gadget akan membantu
dan membentuk perilku sosial anak pula yang dilakukanya.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan alam dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang.Misalnya orang yang berasal dari daerah
pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika
berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata maka perilaku sosialnya seolah
lembut pula. Pada aspek ini lingkungan sangat mendukung dan berpengaruh terhadap perilaku sosial anak, baik
dalam perumahan dan luar perumahan seperti anak tidak hanya di perumahan saja akan tetapi juga berada di luar
perumahan ketika kuliah, sekolah dan lain-lain.
Pada ilmu pendidikan, Lingkungan keluarga adalah pendidikan yang pertama dan utama. Dengan demikian,
dapatlah dikatakan lingkungan keluarga memiliki peran yang utama dalam menentukan perkembangan sosial dan
emosi anak usia dini dikemudian hari dan untuk kehidupan selanjutnya yang akan mereka jalani, dan dilingkungan
keluarga ini lah anak pertama kalinya menerima pendidikan dari orang tuanya atau orang terdekatnya. Orang tua
mereka merupakan pendidik bagi mereka pola asuh orang tua, sikap, serta situasi dan kondisi yang sedang
melingkupi orang tua dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan sosial dan emosi anak.
Lingkungan sosial adalah kegiatan yang berhubungan dengan orang lain. Kegiatan yang berkaitan dengan
pihak lain yang memerlukan dalam bersosialisasi dalam hal tingkah laku yang dapat diterima oleh orang lain,
belajar memainkan peran sosial yang dapat diterima oleh orang lain, serta mengembangkan sikap sosial yang layak
diterima oleh orang lain. Bar-Tal (Susanto, 2011:138) mengungkapkan perilaku sosial sebagai perilaku yang
dilakukan secara suka rela (voluntary), yang dapat menguntungkan atau menyenangkan orang lain tanpa antisipasi
reward external. Perilaku sosial ini di lakukan dengan tujuan yang baik, seperti menolong, membantu, berbagi, dan
menyumbang.
Secara spesifik, Hurlock (Susanto, 2011:139) mengklasifikasikan pola perilaku sosial pada anak kedalam pola-
pola perilaku sebagai berikut yaitu, meniru, persaingan, kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial, membagi dan
prilaku akrab. Adapun yang dimaksudkan dengan delapan pola prilaku tersebut yaitu: meniru, persaingan,
kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial, membagi dan prilaku akrab. Kemampuan sosial anak adalah
kemampuan anak untuk mengelola emosi dirinya dengan orang lain yang berkenaan dengan hati dan kepedulian
antar sesama manusia serta kemampuan untuk mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain sehingga ia bisa
berinteraksi dengan baik dengan teman-teman sebaya atau dengan orang dewasa di lingkungan sekitarnya.
Hurlock (Susanto, 2011:131) menjelaskan bahwa masa periode perkembangan anak di bagi menjadi dua,
yaitu masa awal dan akhir anak. Periode awal anak berlangsung dari usia dua tahun sampai dengan enam tahun maka
disebutlah anak usia dini, adapun masa anak akhir yaitu dari usia enam tahun sampai si anak matang. Banyak sebutan untuk
menyebut anak usia dini saat berkembang, ada yang menyebut “masa sulit, masa tumbuh kembang, dan masa
pencarian jati diri.”
Teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta
melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya. Jadi lingkungan teman sebaya ini yang memiliki peran
penting untuk anak bisa membedakan baik buruk prilaku dan mengasah tingkat kematangan dalam dirinya dengan
membandingkan antara teman satu dengan yang lainya.
Lingkungan sekolah adalah Sebagai tempat mengajar dan belajar sebagai suatu lembaga yang
menyelenggarakan pengajaran dan kesempatan belajar harus memenuhi bermacam-macam persyaratan anatara lain:
murid, guru, program pendidikan, asrama, dan fasilitas. (Hamalik, 2009:6)
4. Latar Budaya sebagai Tempat Perilaku dan Pemikiran Sosial itu Terjadi
Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika
berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda. Begitu juga anak di perumahan
Pandau Jaya adalah tempat pembentukan perilaku dan pemikiran sosial anak.
2.8 Penelitian Relevan
Dari hasil penelitian penulis menemukan beberapa penelitian yang lain yang berkaitan dengan pengaruh
gadget terhadap prilaku anak. Diantaranya :
Tabel 2.2
1 Nama / Tahun Muhammad Ihsan hakikin/ 2017
Perguruan tinggi Universitas Islam NegeriSunan kalijaga
Judul Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Perilaku Santri Al-
Luqmaniyyah
Metode penelitian Metode kualitatif/Teori Perilaku Sosial
Hasil penelitian Perilaku santri dalam penggunaan gadget dalam beraktifitas
kesehariannya yang tidak lepas dari gadget saat berkumpul
dengan teman atau saat keluar pondok pesantren, santri ketika
berinteraksi dengan teman tidak memandang temannya pada
saat berbicara karena disibukkan denganmenggunakan
gadget. Dampak gadget yaitu menjadikan santri malas
belajar, menjadikan kurang tanggung jawab, dan kepedulian
dengan keadaan lingkungan sekitar.
2 Nama / Tahun Anggit Purnomo / 2014
Perguruan tinggi Universitas Islam Negeri Yogyakarta
Judul Hubungan Antara Kecanduan Gadget (Mobile Phone)
Dengan Empati Pada Mahasiswa
Metode penelitian Metode Kuantitatif / Teori Skala Efek (Gillin)
Hasil penelitian Skala empati antara mahasiswa prodi psikologi dengan prodi
bimbingan konseling islam adanya perbedaan dilihat dari
hasil mean mahasiswa psikologi memiliki empati yang lebih
besar yaitu 63,21. Sedangkan mahasiswa bimbingan
konseling islam hanya 59.
3 Nama / Tahun Afifah Rahma / 2015
Perguruan tinggi Universitas Riau
Judul Pengaruh Penggunaan Smartphone Terhadap Aktifitas Kehidupan
Metode penelitian Metode Kuantitatif Deskriptif / Teori Perubahan sosial (Gillin)
Hasil penelitian Banyak di temukan pengaruh negatif dari pada positif.
Hambatan aktifitas siswa tidak sepenuhnya di sebabkan oleh
pengguna, tetapi hanphone salah satu dari faktor penghambat
aktifitas belajar siswa.
2.9 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggambarkan kerangka pemikirankedalam sebuah bagan. Berikut ini adalah kerangka
pemikiran dari penelitian ini :
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Pengguna Gadget
Anak-anak usia dini
Efek positif dan negatif
Sumber : olahan peneliti 2019
Lingkungan
keluarga
Lingkungan
sosial
Lingkungan
sekolah
Perilaku baru yang terbentuk