bab ii landasan teori ii.1. organisasithesis.binus.ac.id/asli/bab2/2009-2-00006-ak bab 2.pdf · bab...

28
7 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins (2006) mendefinisikan organisasi sebagai, “Unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih, yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama” (h.4). Dalam penelitian ini, istilah organisasi sama dengan perusahaan, jadi seluruh istilah organisasi didalam skripsi ini berarti perusahaan. II.1.1 . Struktur Organisasi Menurut Robbins (2006), struktur organisasi yaitu ”Cara tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasi secara formal. Terdapat enam unsur kunci yang perlu disampaikan kepada manajer ketika mereka merancang struktur organisasinya. Unsur-unsur tersebut adalah: 1. Spesialisasi pekerjaan Spesialisasi pekerjaan atau pembagian tenaga kerja adalah sampai tingkat mana tugas dalam organisasi dipecah-pecah menjadi pekerjaan terpisah-pisah..... 2. Departementalisasi Departementalisasi adalah dasar yang dipakai untuk pengelompokkan sehingga tugas yang sama atau mirip dapat dikoordinasikan.....

Upload: hakiet

Post on 19-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

 

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Organisasi

Menurut Robbins (2006) mendefinisikan organisasi sebagai, “Unit sosial yang

dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih, yang berfungsi secara relatif

terus menerus untuk mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama” (h.4).

Dalam penelitian ini, istilah organisasi sama dengan perusahaan, jadi seluruh

istilah organisasi didalam skripsi ini berarti perusahaan.

II.1.1 . Struktur Organisasi

Menurut Robbins (2006), struktur organisasi yaitu ”Cara tugas pekerjaan

dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasi secara formal. Terdapat enam unsur kunci

yang perlu disampaikan kepada manajer ketika mereka merancang struktur

organisasinya. Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Spesialisasi pekerjaan

Spesialisasi pekerjaan atau pembagian tenaga kerja adalah sampai tingkat mana

tugas dalam organisasi dipecah-pecah menjadi pekerjaan terpisah-pisah.....

2. Departementalisasi

Departementalisasi adalah dasar yang dipakai untuk pengelompokkan sehingga

tugas yang sama atau mirip dapat dikoordinasikan.....

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

 

3. Rantai Komando

Rantai komando adalah garis wewenang yang tidak terputus-putus yang terentang

dari puncak organisasi ke eselon terbawah dan memperjelas siapa melapor ke

siapa....

4. Rentang Kendali

Rentang kendali adalah jumlah bawahan yang dapat diatur oleh manajer secara

efektif dan efisien...

5. Sentralisasi dan Desentralisasi

Sentralisasi adalah tingkat dimana pengambilan keputusan dipusatkan pada titik

tunggal dalam organisasi....

6. Formalisasi

Formalisasi adalah tingkat dimana pekerjaan dalam organisasi itu

dibakukan..”(h.586-593).

II.2. Budaya Perusahaan

II.2.1. Pengertian Budaya

Mengacu pada pendapatnya Robbins (2006), pengertian budaya dapat

dikemukakan sebagai stabilitas pada organisasi dan budaya dapat mempunyai pengaruh

yang bermakna pada sikap dan perilaku anggota-anggota organisasi.

Menurut Moeljono (2003), “..terdapat tiga sudut pandang berkaitan dengan

budaya, yaitu :

a. Budaya merupakan produk konteks pasar di tempat organisasi beroperasi,

peraturan yang menekan, dan sebagainya.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

 

b. Budaya merupakan produk struktur dan fungsi yang ada dalam organisasi,

misalnya organisasi yang tersentralisasi berbeda dengan organisasi yang

terdesentralisasi.

c. Budaya merupakan produk sikap orang-orang dalam pekerjaan mereka, hal ini

berarti produk perjanjian psikologis antara individu dengan organisasi” (h.17).

II.2.2. Pengertian Budaya Organisasi (Budaya Perusahaan)

Pengertian budaya organisasi menurut Wirawan (2007) adalah sebagai berikut:

“Norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi, dan sebagainya yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota organisasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi sehingga mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku anggota organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen, dan mencapai tujuan organisasi” (h.10).

Cocld dan Piramid yang diterjemahkan oleh Moeljono dan Sudjatmiko (2007)

mendefinisikan:

“Budaya perusahaan secara sederhana dan kontekstual adalah serangkaian nilai (perusahaan) yang muncul dalam bentuk perilaku kolektif korporasi dan anggota organisasinya. Jadi, selama nilai-nilai sebuah perusahaan belum mengejewantah sebagai perilaku bersama anggotanya, selama itu pula nilai-nilai tersebut belum menjadi sebuah budaya perusahaan” (h.4).

Menurut Robbins (2006), definisi budaya organisasi yaitu “Sistem makna

bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari

organisasi-organisasi lain” (h.721).

Mengacu pada pendapatnya Robbins (2006), setiap organisasi merupakan

sistem yang khas, sehingga organisasi mempunyai kepribadian dan jati diri sendiri. Oleh

karena itu setiap organisasi pasti memiliki budaya yang khas pula.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

10 

 

Menurut Triguno (2000), bahwa “Budaya organisasi adalah campuran nilai-

nilai kepercayaan dan norma-norma yang ditetapkan sebagai pola perilaku dalam suatu

organisasi” (h.184).

Jadi pengertian budaya organisasi atau budaya perusahaan dapat disimpulkan

sebagai nilai-nilai dominan yang disebarluaskan didalam organisasi sebagai filosofi

kerja karyawan, sehingga dapat membentuk perilaku karyawan dalam bekerja.

II.2.3. Karakteristik Budaya Organisasi

Menurut Robbins (2006), “Terdapat 7 (tujuh) karakteristik primer yang

bersama-sama menangkap hakikat dari budaya organisasi, yaitu:

1. Inovasi dan pengambilan resiko

Sejauh mana para karyawan didorong agar inovatif dan mengambil resiko.

2. Perhatian terhadap detail

Sejauh mana para karyawan diharapkan memperlihatkan presisi (kecermatan),

analisis, dan perhatian terhadap detail.

3. Orientasi Hasil

Sejauh mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil bukannya pada teknik

dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu.

4. Orientasi Orang

Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan dampak hasil-hasil pada

orang-orang didalam organisasi itu.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

11 

 

5. Orientasi Tim

Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan berdasar tim, bukannya berdasar

individu.

6. Keagresifan

Sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya santai-santai.

7. Kemantapan

Sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo

bukannya pertumbuhan” (h.721).

II.2.4. Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Robbins (2006) “….budaya menjalankan sejumlah fungsi didalam

organisasi, yaitu:

1. Budaya mempunyai peran menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan

perbedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.

2. Budaya memberikan rasa identitas ke anggota-anggota organisasi.

3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada

kepentingan diri pribadi seseorang.

4. Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial.

5. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu

dengan memberikan standar-standar yang tepat mengenai apa yang harus dikatakan

dan dilakukan oleh para karyawan.

6. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan mekanisme pengendali yang

memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan” (h.725).

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

12 

 

II.2.5. Peran Budaya Organisasi

Menurut Wirawan (2007), “Peran budaya organisasi terhadap organisasi,

anggota organisasi, dan mereka yang berhubungan dengan organisasi, yaitu:

1. Identitas Organisasi

Budaya organisasi berisi satu set karakteristik yang melukiskan organisasi dan

membedakannya dengan organisasi yang lain. Budaya organisasi menunjukkan

identitas organisasi kepada orang di luar organisasi…

2. Menyatukan Organisasi

Budaya organisasi merupakan lem normatif yang merekatkan unsur-unsur

organisasi menjadi satu. Budaya organisasi menyediakan alat kontrol bagi

aktivitas organisasi dan perilaku anggota organisasi. Norma, nilai-nilai dan kode

etik budaya organisasi menyatukan pola pikir dan perilaku anggota organisasi…

3. Reduksi Konflik

Pola pikir, asumsi, dan filsafat organisasi yang sama memperkecil perbedaan dan

terjadinya konflik di antara anggota organisasi…

4. Komitmen Kepada Organisasi dan Kelompok

Budaya organisasi bukan saja menyatukan, tetapi juga memfasilitasi komitmen

anggota organisasi kepada organisasi dan kelompok kerjanya…

5. Reduksi Ketidakpastian

Budaya organisasi mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan kepastian.

Dalam mencapai tujuannya, organisasi menghadapi ketidakpastian dan

kompleksitas lingkungan, demikian juga aktivitas anggota organisasi dalam

mencapai tujuan tersebut…

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

13 

 

6. Menciptakan Konsistensi

Budaya organisasi menciptakan konsistensi berpikir, berperilaku, dan merespons

lingkungan organisasi. Budaya organisasi memberikan peraturan, panduan,

prosedur, serta pola memproduksi dan melayani konsumen, pelanggan, nasabah,

atau klien organisasi…

7. Motivasi

Budaya merupakan energi sosial yang membuat anggota organisasi untuk

bertindak. Budaya organisasi memotivasi anggota organisasi untuk mencapai

tujuan organisasi…

8. Kinerja Organisasi

Budaya organisasi yang kondusif menciptakan, meningkatkan, dan

mempertahankan kinerja tinggi. Budaya organisasi yang kondusif menciptakan

kepuasan kerja, etos kerja, dan motivasi kerja karyawan. Semua faktor tersebut

merupakan indikator terciptanya kinerja tinggi dari karyawan yang akan

menghasilkan kinerja organisasi yang juga tinggi…

9. Keselamatan Kerja

Budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap keselamatan kerja. Untuk

meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja, perlu dikembangkan

budaya keselamatan dan kesehatan kerja…

10. Sumber Keunggulan Kompetitif

Budaya organisasi merupakan salah satu sumber keunggulan kompetitif. Budaya

organisasi yang kuat mendorong motivasi kerja, konsistensi, efektivitas, dan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

14 

 

efisiensi, serta menurunkan ketidakpastian yang memungkinkan kesuksesan

organisasi dalam pasar persaingan…” (h.35-37).

II.3. Nilai

Menurut Robbins (2006), Definisi nilai adalah “Keyakinan-keyakinan dasar bahwa

pola perilaku khusus atau bentuk akhir keberadaan secara pribadi atau sosial lebih

disukai daripada pola perilaku atau bentuk akhir keberadaan yang berlawanan atau

kebalikan. ...nilai dapat menjadi dasar untuk memahami sikap dan motivasi karyawan

dalam menjalankan budaya yang diterapkan didalam perusahaan” (h.84).

II.4. Latar Belakang Good Corporate Governance (GCG)

Krisis ekonomi tahun 1998-an telah meruntuhkan korporasi-korporasi besar yang

selama ini mendominasi bisnis di Indonesia. Sejak peristiwa tersebut, munculah konsep

baru sebagai jawaban atas bangkrutnya atau ditutupnya perusahaan-perusahaan raksasa

sebagai akibat dari kesalahan manajemen dalam pengelolaan perusahaan, konsep

tersebut disebut Good Corporate Governance atau dalam bahasa Indonesia disebut tata

kelola perusahaan yang baik.

Konsep good corporate governance ini mulai banyak diperbincangkan di

Indonesia pada pertengahan tahun 1997, saat krisis ekonomi melanda Asia Tenggara

termasuk Indonesia. Dampak dari krisis tersebut, banyak perusahaan berjatuhan karena

tidak mampu bertahan. Salah satu penyebabnya adalah karena pertumbuhan yang

dicapai selama ini tidak dibangun di atas landasan yang kokoh sesuai prinsip

pengelolaan perusahaan yang sehat.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

15 

 

Good Corporate Governance memiliki lima dasar pemikiran meliputi: transparansi

(transparency), akuntabilitas (accountability), tanggung jawab (responsibility),

kemandirian (independency), keadilan (fairness). Dengan upaya penerapan dasar

pemikiran tersebut, diharapkan terbentuk sistem check and balance yang efektif.

Pedoman tersebut selain dapat menciptakan lingkungan yang sehat juga dapat membantu

perusahaan di Indonesia mampu menghadapi tantangan era globalisasi dengan terus

berupaya optimal untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan dimasa

mendatang serta menghindari terjadinya penyelewengan dan penyimpangan didalam

pelaksanaan kegiatan perusahaan.

II.5. Definisi Good Corporate Governance

Sebagai sebuah konsep, good corporate governance ternyata tak memiliki definisi

tunggal. Menurut Komite Cadburry yang dikutip oleh Surya dan Yustiavandana (2006),

“Corporate Governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya” (h.24-25). The Indonesian Institute for Corporate Governance – IICG (2006)

mendefinisikan, “Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan

dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang

saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder

yang lain” (p.17).

Menurut Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia (YPPMI) (2002) corporate

governance dapat didefinisikan sebagai “Seperangkat peraturan yang mengatur

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

16 

 

hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,

karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan

dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan” (h.21).

The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang

dikutip oleh Sutojo dan Aldrige (2005), mendefinisikan corporate governance sebagai

berikut:

“Corporate governance is the system by wich business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution rights and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, the mangers, shareholders and other stakeholders, and spell out rules and procedure for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance” (h.2).

Menurut Pieris dan Jim (2007), good corporate governance dapat diartikan

“Sebagai kepemerintahan yang baik atau penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan

efektif, sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku” (h.131).

Baridwan (2002) mendefinisikan, corporate governance sebagai berikut:

“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan” (h.21).

Menurut Tunggal (2007) menjelaskan bahwa, “Corporate governance adalah

hubungan antara stakeholders yang digunakan untuk menentukan arah pengendalian

kinerja perusahaan” (h.1).

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

17 

 

Jadi dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah proses dan

struktur yang diterapkan untuk mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola

perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern

dan ekstern lainnya untuk mencapai kinerja bisnis yang optimal.

II.6. Pedoman Good Corporate Governance

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKG) menyusun pedoman

good corporate governance untuk menjadi acuan bagi pelaksanaan good corporate

governance oleh para pelaku usaha.

II.6.1. Hak-hak pemegang saham dan prosedur RUPS

Pedoman ini menyatakan bahwa para pemegang saham harus dilindungi agar

pemegang saham dapat melaksanakan haknya berdasarkan prosedur yang benar dan

ditetapkan oleh Perseroan, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Selain

itu, para stakeholders berhak memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang akurat

mengenai prosedur yang harus dipenuhi berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS.

Pelaksanaan RUPS tahunan harus diadakan pada waktunya sesuai dengan ketentuan UU

PT dan RUPS luar biasa dapat dilakukan setiap kali diperlukan.

II.6.2. Dewan Komisaris

Pedoman ini menetapkan fungsi komisaris yang harus bertanggung jawab dan

berwenang untuk mengawasi kebijakan dan tindakan direksi, serta memberikan saran-

saran kepada Direksi jika diperlukan. Pedoman ini juga mengatur komposisi Komisaris,

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

18 

 

yaitu sekurangnya 20% anggota komisaris haruslah merupakan orang luar untuk

meningkatkan efektivitas dan transparansi musyawarah yang dilakukan komisaris.

Pedoman ini juga mengatur adanya larangan bagi Dewan Komisaris mengambil

keuntungan pribadi. Dalam menjalankan tugasnya, Komisaris harus mempunyai akses

terhadap informasi mengenai perseroan secara menyeluruh dan pada waktunya.

Pengangkatan dan penetapan gaji Komisaris maupun Direksi harus ditetapkan dalam

suatu sistem yang resmi dan transparan. Komisaris dapat membentuk komite-komite

yang anggotanya berasal dari anggota Dewan Komisaris. Komite yang dapat dibentuk

adalah Komite Nasional, Komite Remunerasi, Komite Asuransi, dan Komite Audit.

II.6.3. Direksi

Direksi bertugas menjalankan dan mengelola Perseroan. Direksi wajib

mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui

RUPS. Untuk membantu pelaksanaan tugasnya, sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan, Direksi dapat menggunakan jasa profesional sebagai penasehat. Seperti

halnya komisaris, komposisi direksi juga diatur sedemikian rupa, sekurangnya 20%

anggota direksi haruslah merupakan orang luar. Seperti halnya Dewan Komisaris,

Dewan Direksi juga tidak diperbolehkan mengambil keuntungan pribadi.

II.6.4. Sistem Audit

Pedoman ini mengatur perlunya Auditor Eksternal dan Komite Audit yang

membantu Komisaris dalam melakukan pemantauan atas operasi perusahaan.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

19 

 

1. Eksternal Auditor

External Auditor harus ditunjuk oleh RUPS dari calon yang diajukan oleh Dewan

Komisaris berdasarkan usul Komite Audit. Komite Audit melalui Dewan

Komisaris wajib menyampaikan kepada RUPS alasan pencalonan tersebut dan

besarnya gaji dan tunjangan yang diusulkan untuk eksternal auditor tersebut.

External Auditor tersebut harus bebas dari pengurus Dewan Komisaris, Direksi

dan Pihak yang berkepentingan di Perseroan (stakeholders).

Perseroan harus menyediakan bagi external auditor semua catatan akuntansi dan

data penunjang yang diperlukan sehingga memungkinkan external auditor

memberikan pendapatnya tentang kewajaran, ketaat-azasan, dan kesesuaian

laporan keuangan perseroan dengan standar akuntansi keuangan Indonesia. Para

external auditor harus memberi tahu perseroan melalui Komite Audit mengenai

kejadian dalam perseroan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku (bila ada).

2. Komite Audit

Dewan Komisaris wajib membentuk Komite Audit yang beranggotakan satu atau

lebih anggota Dewan Komisaris. Dewan Komisaris dapat meminta kalangan luar

dengan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas lain yang dibutuhkan, untuk

duduk sebagai anggota komite audit guna mencapai tujuan komite audit. Komite

audit harus bebas dari pengaruh direksi, external auditor dan dengan demikian

hanya bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

20 

 

Penggantian anggota komite audit harus mendapat persetujuan lebih dari 50%

(lima puluh persen) jumlah anggota Dewan Komisaris. Tugas dan tanggung jawab

komite audit harus dirinci dalam peraturan tersendiri. Tugas dan tanggung jawab

komite audit, antara lain meliputi:

a) Mendorong terbentuknya struktur pengawasan internal yang memadai.

b) Meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan.

c) Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan external audit, kewajaran biaya

external audit serta kemandirian dan obyektivitas external auditor.

d) Mempersiapkan surat (yang ditandatangani oleh ketua komite audit) yang

menguraikan tugas dan tanggung jawab komite audit selama tahun buku yang

sedang diperiksa oleh external auditor, surat tersebut harus disertakan dalam

laporan tahunan yang disampaikan kepada pemegang saham.

Komite audit harus memiliki fasilitas dan kewenangan yang cukup untuk

dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

II.6.5. Sekretaris Perusahaan

Dengan memperhatikan sifat khusus masing-masing perseroan, pada dasarnya

Direksi dianjurkan agar mengangkat seorang Sekretaris Perusahaan yang bertindak

sebagai pejabat penghubung dan dapat ditugaskan oleh Direksi untuk menatausahakan

serta menyimpan dokumen perseroan, termasuk tetapi tidak terbatas pada, Daftar

Pemegang Saham, Daftar Khusus Perseroan dan risalah rapat Direksi maupun RUPS.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

21 

 

II.6.6. Pihak Yang Berkepentingan (Stakeholders)

Hak Pihak Yang Berkepentingan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan/atau kontrak yang dibuat oleh perseroan dengan karyawan, pelanggan,

pemasok, dan kreditur, maupun masyarakat sekitar tempat usaha perseroan, dan pihak

yang berkepentingan diupayakan suatu cara yang memadai untuk memulihkan hak

mereka jika terbukti terjadi pelanggaran terhadap hak mereka.

II.6.7. Keterbukaan

Pedoman ini menyatakan bahwa perseroan harus berinisiatif untuk

mengungkapkan bukan hanya hal-hal yang diharuskan berdasarkan UU, tetapi juga hal-

hal penting terhadap pembuatan keputusan oleh investor institusi, para pemegang saham,

kreditur dan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan lainnya sehubungan dengan

perseroan.

Pengungkapan informasi penting dalam laporan tahunan dan laporan

keuangannya harus disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan secara tepat

waktu, akurat, dapat dimengerti, dan obyektif. Namun informasi yang sensitif terhadap

harga saham perlu dirahasiakan sampai diumumkan kepada masyarakat. Tetapi jika

kerahasiaan tidak dapat dijaga sampai selesainya suatu transaksi atau peristiwa,

pengumuman yang bersifat mengingatkan mungkin perlu untuk menghindari terciptanya

pasar yang menyesatkan.

II.6.8. Kerahasiaan

Prinsip ini menyatakan bahwa Komisaris dan Direksi mempunyai kewajiban

menjaga kerahasiaan terhadap perseroan. Informasi rahasia yang didapat selama

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

22 

 

menjabat sebagai Komisaris atau anggota Direksi harus dijaga kerahasiannya kecuali

jika harus diungkapkan berdasarkan peraturan yang berlaku atau menjadi pengetahuan

umum.

II.6.9. Informasi Orang Dalam

Anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang memiliki saham dalam perseroan

serta setiap “Orang Dalam” (sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-

undangan dibidang pasar modal yang berlaku), dilarang menyalahgunakan informasi

penting yang berkaitan dengan perseroan. Informasi sehubungan dengan rencana

pengambilalihan, penggabungan usaha dan pembelian kembali saham pada umumnya

dianggap sebagai “Informasi Orang Dalam”. Anggota Dewan Komisaris, Direksi dan

para eksekutif perseroan yang bersangkutan dalam pelaksanaan rencana tersebut, harus

memberlakukan semua pemegang saham secara adil.

II.6.10. Etika Berusaha dan Anti Korupsi

Prinsip ini mengatur bahwa anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan Karyawan

perseroan dilarang untuk memberikan atau menawarkan, baik langsung atau tidak

langsung, sesuatu yang berharga kepada pelanggan atau pejabat pemerintah untuk

mempengaruhi atau sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukannya dan tindakan

lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Suatu tanda terima kasih dalam kegiatan usaha, seperti hadiah, sumbangan atau

“entertainment”, sekali-kali tidak boleh dilakukan pada suatu keadaan yang dapat

dianggap sebagai perbuatan yang tidak patut. Perseroan wajib membuat suatu pedoman

tentang perilaku etis yang pada dasarnya memuat nilai-nilai etika berusaha. Ketentuan

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

23 

 

dalam pedoman harus dinyatakan dengan singkat dan jelas, tetapi cukup rinci guna

memberikan arahan yang jelas perihal perilaku etika berusaha kepada siapa pedoman itu

ditujukan.

II.6.11. Donasi

Dana, aset, atau keuntungan perseroan yang terhimpun untuk kepentingan para

Pemegang Saham perseroan tidak patut digunakan untuk kepentingan donasi politik.

Donasi politik oleh perseroan ataupun pemberian suatu aset perseroan kepada partai

politik atau orang lebih calon anggota badan legislatif hanya boleh dilakukan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam batasan kepatuhan donasi

untuk tujuan amal dapat dibenarkan.

II.6.12. Kepatuhan Kepada Peraturan Perundang-undangan Tentang Proteksi

Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Pelestarian Lingkungan

Direksi wajib memastikan bahwa perseroan, pabrik, toko, kantor dan lokasi

usaha serta fasilitas perseroan lainnya memenuhi peraturan perundang-undangan yang

berlaku berkenaan dengan pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.

Direksi wajib mengambil tindakan yang tepat untuk menghindari terjadinya

kecelakaan dan gangguan kesehatan di tempat kerja. Karyawan harus memperoleh

tempat kerja yang aman dan sehat. Dalam melaksanakan tugas ini, Direksi wajib

memperhatikan pengembangan proses industri yang selalu dapat berubah dari waktu ke

waktu, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan norma standar

kehati-hatian yang wajar.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

24 

 

II.6.13. Kesempatan Kerja Yang Sama

Pedoman ini mewajibkan Direksi untuk menggunakan kemampuan, kualifikasi

dan kriteria yang terkait dengan hubungan kerja sebagai dasar satu-satunya dalam

mengambil keputusan mengenai hubungan kerja antara perusahaan dengan karyawan.

Direksi harus mempekerjakan, menetapkan besarnya gaji, memberikan

pelatihan, menetapkan jenjang karir, serta menentukan persyaratan kerja lainnya, tanpa

memperhatikan latar belakang etnik seseorang, agama, jenis kelamin, usia, cacat tubuh

yang dipunyai seseorang, atau keadaan khusus lainnya yang dilindungi oleh peraturan

perundang-undangan. Direksi wajib menyediakan lingkungan kerja yang bebas dari

segala bentuk tekanan (pelecehan) yang mungkin timbul sebagai akibat perbedaan

watak, keadaan pribadi, dan latar belakang kebudayaan seseorang.

II.7. Prinsip Good Corporate Governance

Terdapat beberapa versi yang menyangkut prinsip-prinsip Corporate Governance,

namun pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan.

Menurut Organization for Economic Cooperation and Development – OECD telah

mengembangkan seperangkat prinsip Good Corporate Governance yang dapat

diterapkan sesuai dengan kondisi dimasing-masing negara. “..prinsip dasar tersebut

adalah transparency, accountability, fairness, independency, dan responsibility yang

mencakup lima aspek penting, yaitu perlindungan hak-hak pemegang saham (The right

of share), perlakuan adil terhadap seluruh pemegang saham (The equitable treatment for

shareholder), peranan stakeholder dalam Corporate Governance (The role of

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

25 

 

stakeholders in corporate governance), keterbukaan dan transparansi (Disclosure and

Transparancy), dan peranan board of directors dalam perusahaan (The responsibility of

the board)” (h.23).

Menurut laporan Cadburry yang dikutip oleh Surya dan Yustiavandana (2006),

prinsip utama Corporate Governance adalah keterbukaan, integritas, dan akuntabilitas.

Berikut ini adalah prinsip dasar good corporate governance berdasarkan Komite

Nasional Kebijakan Governance (2006):

II.7.1. Transparency (Transparansi)

Prinsip Dasar

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah

diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus

mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang

disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting

untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku

kepentingan lainnya.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai,

jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh

pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.

2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada,

visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,

susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

26 

 

kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris

beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya,

sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal,

sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian

penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.

3. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi

kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak

pribadi.

4. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional

dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

II.7.2. Accountability (Akuntabilitas)

Prinsip Dasar

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur

dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas

merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-

masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

27 

 

dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi

perusahaan.

2. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua

karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab,

dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

3. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang

efektif dalam pengelolaan perusahaan.

4. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran

perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta

memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment

system).

5. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ

perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan

pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.

II.7.3. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Prinsip Dasar

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan

tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara

kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai

good corporate citizen.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

28 

 

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan

memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,

anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).

2. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara

lain: peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di

sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang

memadai.

II.7.4. Independency (Kemandirian)

Prinsip Dasar

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara

independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling

mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi

oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas

dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh

atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara

obyektif.

2. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan

tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-

undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab

antara satu dengan yang lain.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

29 

 

II.7.5. Fairness (Kewajaran dan Kesetaraan)

Prinsip Dasar

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan

asas kewajaran dan kesetaraan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku

kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat

bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi

sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-

masing.

2. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada

pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang

diberikan kepada perusahaan.

3. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan

karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa

membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.

II.8. Manfaat dan Tujuan Corporate Governance

Menurut Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia (YPPMI) (2002) “..dengan

melaksanakan corporate governance, ada beberapa manfaat yang bisa dipetik antara

lain:

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

30 

 

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta

lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada

akhirnya akan meningkatkan corporate value.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia….” (h.22).

Menurut Yustiavandana dan Surya (2006), menyatakan “Terdapat beberapa tujuan

dari penerapan prinsip good corporate governance antara lain:

1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.

2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah.

3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi

perusahaan.

4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder terhadap perusahaan.

5. Melindungi Direksi dan Komisaris dari tuntutan hukum” (h.68).

II.9. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance dalam Pengaturan tentang

BUMN

Reformasi pengelolaan perusahaan melalui penerapan prinsip-prinsip GCG di

BUMN ditegaskan dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri BUMN No. Kep-

103/MBU/2002 tentang pembentukan komite audit bagi Badan Usaha Milik Negara

pada tanggal 4 Juni 2002. Komite Audit ini bertugas untuk membantu dan bertanggung

jawab langsung kepada komisaris atau dewan pengawas.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

31 

 

Peraturan tentang komite audit tersebut ditindaklanjuti dengan memberlakukan

Keputuaan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang

Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada BUMN yang mencabut Keputusan

Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No: Kep-23/M-

PM.PBUMN/2000 tanggal 31 Mei 2000, yang mewajibkan BUMN untuk menerapkan

good corporate governance secara konsisten dan/atau menjadikan prinsip GCG sebagai

landasan operasionalnya. Pada tahun 2003, pemerintah telah meratifikasi UU BUMN,

yang di dalamnya telah terkandung prinsip-prinsip GCG dan ketentuan mengenai

Komite Audit.

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/MBU/2002 tanggal 1

Agustus 2002 menimbang bahwa:

a. Prinsip good corporate governance merupakan kaidah, norma ataupun pedoman

korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat.

b. Prinsip good corporate governance belum diterapkan sepenuhnya dalam lingkungan

BUMN.

c. Untuk lebih meningkatkan kinerja BUMN, pelaksanaan prinsip good corporate

governance perlu lebih dioptimalkan.

d. Mengingat hal-hal tersebut diatas dipandang perlu untuk menegaskan kembali

penerapan prinsip good corporate governance pada BUMN melalui penetapan

keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

32 

 

II.10. Pelaksanaan Corporate Governance

Menurut Sudharmono (2007) “..dalam pelaksanaannya good corporate

governance dibagi kedalam tiga tahap, yaitu :

1. Comprehension (Pemahaman Secara Mendalam)

Pada hakikatnya tahap ini sasarannya adalah pemahaman secara mendalam tentang

prinsip good corporate governance oleh pihak yang berkepentingan didalam

perusahaan yang diantaranya Pemegang Saham, Komisaris, Direksi, Manajer,

Sekretaris perusahaan, Satuan Pengawas Intern, Tim Penerapan good corporate

governance. Pemahaman secara mendalam, dalam hal ini termasuk pemahaman atas

hak dan kewajiban serta proses bisnis yang dilakukan sudah dilakukan sepenuhnya

sesuai dengan peraturan yang berlaku…

2. Consolidation (Konsolidasi Manusia dan Sistem)

Tahapan ini merupakan tahap yang menentukan apakah perusahaan dapat dikatakan

sebagai good corporate governance. Unsur utama yang dalam menbangun tahap ini

yaitu sistem dan komitmen, kedua unsur tersebut apabila terlaksana dengan baik

maka dapat dikatakan sebagai suatu keberhasilan dalam penerapan good corporate

governance…

3. Continuous Improvement (Perbaikan Terus Menerus)

Dalam tahap ini perusahaan dapat melakukan perbaikan secara terus menerus tanpa

henti dan dilakukan oleh seluruh anggota organisasi di perusahaan berdasarkan

prinsip-prinsip good corporate governance, terlaksananya sosialisasi good

corporate governance kepada seluruh pimpinan perusahaan serta seluruh

karyawan….” (h.36-41).

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

33 

 

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian, manfaat, pedoman, peraturan serta

pelaksanaan corporate governance maka dapat disimpulkan bahwa penerapan good

corporate governance merupakan suatu keharusan bagi perusahaan agar dapat dikelola

secara profesional sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan mampu

bersaing dipasar global. Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance

merupakan indikator yang sangat penting bagi perusahaan untuk memberikan arahan

dan kejelasan tentang tata kelola perusahaan yang baik.

II.11. Dampak Tidak Menerapkan Good Corporate Governance

Menurut Djalil (2005), “..dampak sosial dari tidak menerapkan Good Corporate

Governance bagi suatu perusahaan adalah:

1. Ketidakpercayaan pemegang saham, dengan indikasi merosotnya harga saham

mencabut mandatnya terhadap eksekutif perusahaan tersebut.

2. Ketidakpercayaan karyawan, yang berindikasi pada tidak dipatuhinya kebijakan-

kebijakan yang telah ditetapkan oleh pimpinan, terjadinya demotivasi atau degradasi

moral karyawan, yang berakibat pada stagnasi aktivitas perusahaan yang bertalian.

3. Ketidakpercayaan karyawan, yang berindikasi publik tidak mau memakai

produk/jasa perusahaan yang bertalian atau melakukan gugatan atau aksi masa

(class action), yang dapat berakibat pada kebangkrutan perusahaan yang bertalian.

4. Ketidakpercayaan kreditur atau mitra kerja, dengan indikasi kreditur atau mitra

kerja tidak bersedia melakukan kerja sama dengan perusahaan yang bertalian.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasithesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00006-AK Bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1. Organisasi Menurut Robbins ... yang bermakna pada sikap

34 

 

5. Ketidakpercayaan pemerintah, yang berakibat pada timbulnya kebijakan-kebijakan

pemerintah yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan yang

bertalian atau mempengaruhi kondisi perekonomian secara luas” (h.36).

II.12. Hubungan GCG dengan Budaya Perusahaan

Merujuk pada pendapat yang dikemukan Moeljono, menyatakan bahwa sebelum

suatu perusahaan menerapkan GCG sebaiknya perusahaan tersebut menerapkan terlebih

dahulu nilai-nilai yang terkandung dalam budaya perusahaan (corporate culture) yang

dianutnya. GCG dapat berjalan apabila individu-individu dalam perusahaan secara

internal mempunyai sistem nilai (value system) yang mendorong mereka untuk

menerima, mendukung, dan melaksanakan GCG. Sistem nilai yang ada pada individu,

tumbuh di dalam perusahaan dan digunakan sebagai sistem perekat ini disebut sebagai

corporate culture.

Hubungan antara GCG dengan budaya perusahaan ternyata berbanding lurus.

Implementasi GCG di perusahaan dapat berhasil dengan lancar dan sukses apabila

didukung dengan internalisasi budaya perusaaan yang baik. Tanpa budaya perusahaan

yang kuat dan dijalankan secara konsisten, maka implementasi GCG akan mengalami

kesulitan bahkan bisa mengalami kegagalan. Semoga budaya perusahaan dapat benar-

benar dipahami dan diaplikasikan oleh karyawan dan pimpinan perusahaan dalam

kegiatan operasional perusahaan sehari-hari sehingga upaya untuk mewujudkan GCG

bukan sekedar slogan namun menjadi kenyataan.