bab ii landasan teori -...

26
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendidikan Karakter 2.1.1 Pengertian Pendidikan Karakter Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku (Zainal dan Sujak, 2011:2). Secara etimologis, kata karakter bisa berarti tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau watak (Marzuki, 2011:73) Menurut Hill, (2002) dalam Wanda Chrisiana (2005:84) Character determines someone’s private thoughts and someone’s actions done. Good character is the inward motivation to do what is right, according to the highest standard of behaviour, in every situation”. (Karakter menentukan pikiran pribadi seseorang dan tindakan yang dilakukan seseorang. Karakter yang baik adalah motivasi ke dalam untuk melakukan apa yang benar, sesuai dengan standar tertinggi dari perilaku dalam setiap situasi).

Upload: ngonguyet

Post on 14-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pendidikan Karakter

2.1.1 Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti

“to mark” atau menandai dan memfokuskan bagimana

mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan

atau tingkah laku (Zainal dan Sujak, 2011:2). Secara

etimologis, kata karakter bisa berarti tabiat, sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dengan yang lain, atau watak (Marzuki,

2011:73)

Menurut Hill, (2002) dalam Wanda Chrisiana

(2005:84) “Character determines someone’s private

thoughts and someone’s actions done. Good character is

the inward motivation to do what is right, according to

the highest standard of behaviour, in every situation”.

(Karakter menentukan pikiran pribadi seseorang dan

tindakan yang dilakukan seseorang. Karakter yang baik

adalah motivasi ke dalam untuk melakukan apa yang

benar, sesuai dengan standar tertinggi dari perilaku

dalam setiap situasi).

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

12

Suyanto (dalam Noeng Muhadjir dan Burhan

Nurgiantoro, 2011:27) mengartikan bahwa karakter

sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri

khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama baik

dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan

Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu

yang bisa membuat keputusan dan siap

bertanggungjawab akibat dari keputusan yang

dibuatnya.

Dari beberapa pendapat di atas maka peneliti

menyimpulkan bahwa karakter adalah ciri khas

seseorang atau individu, perilaku seseorang dalam

lingkungan, baik itu dalam keluarga dan lingkungan,

atau dapat diartikan sebagai penilaian terhadap

baiknya seseorang.

Menurut pendapat Ramli (2003:16), pendidikan

karakter pada dasarnya memiliki esensi atau makna

yang sama dengan apa yang disebut mengenai

pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya

dari pemberian pendidikan karakter adalah membentuk

pribadi anak, agar menjadi manusia yang baik, warga

masyarakat, serta warga negara yang baik. Mengenai

kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang

baik, serta warga negara yang baik bagi bangsa, secara

umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang

dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

13

Oleh sebab itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam

konteks pendidikan yang diajarkan di Indonesia adalah

pendidikan nilai, yaitu pendidikan nilai-nilai luhur yang

berasal dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam

rangka membina kepribadian generasi muda yang ada

saat ini.

Pendidikan karakter dimaknai dengan suatu

sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga

sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,

kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan,

maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan

kamil (Samani dan Hariyanto, 2011:46). Sedangkan

Wibowo (2012:36) mendefinisikan pendidikan karakter

dengan pendidikan yang menanamkan dan

mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak

didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu,

menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya

baik di keluarga, masyarakat, dan negara.

Sementara itu, Berkowitz dan Bier (2005:7)

berpendapat bahwa pendidikan karakter merupakan

penciptaan lingkungan sekolah yang membantu peserta

didik dalam perkembangan etika, tanggung jawab

melalui model dan pengajaran karakter yang baik

melalui nilai-nilai universal. Karakter sebagai cara

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

14

berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap

individu untuk hidup dan bekerjasama baik dalam

lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang

bisa membuat keputusan dan siap bertanggung jawab

akibat dari keputusan yang dibuatnya, (Noeng Muhadjir

dan Burhan Nurgiantoro, 2011: 27).

Pendidikan karakter merupakan bagian integral

yang sangat penting dari pendidikan di Indonesia, yang

dapat dimaknai sebagai suatu pendidikan nilai,

pendidikan moral, pendidikan budi pekerti, pendidikan

watak yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan

kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik

serta buruk, memelihara apa saja yang baik dan

mewujudkan kebaikan tersebut kedalam kehidupan

sehari-hari mereka dengan sepenuh hati, sehingga

akan terbentuk manusia seutuhnya yang berkarakter

dalam dimensi raga, pikir, hati, rasa serta karsa

Abidinsyah, (2011:3).

Pendidikan karakter adalah investasi mengenai

nilai kultural yang membangun watak, moralitas serta

kepribadian masyarakat yang dilakukan dengan proses

yang memakan waktu yang panjang, berkelanjutan,

intens, konstan dan tentunya konsisten. Oleh sebab itu

pendidikan karakter memberikan kepada peserta didik

mengenai ilmu, pengetahuan, praktik-praktik budaya

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

15

perilaku yang berorientasi kepada nilai-nilai ideal

dikehidupan, yang bersumber dari budaya lokal

(kearifan lokal) dan juga budaya luar (Indra, 2010:27).

Dari beberapa pengertian mengenai pendidikan

karakter maka peneliti menyimpulkan bahwa

pendidikan karakter adalah upaya terencana

menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan

mengiternalisasikan nilai-nilai menjadi pribadi yang

luhur. Dengan adanya pendidikan karakter diharapkan

dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

pendidikan yang mengarah pada pencapaian

pembentukan karakter dan akhlak mulia bagi peserta

didik.

2.1.2 Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter mempunyai tujuan

penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaruan tata

kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan

individu. Selain itu meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang

mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan

akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan

seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan

(Asmani, 2011:42). Badan Penelitian dan

Pengembangan, Pusat Kurikulum Kementerian

Pendidikan Nasional (2010:7) Menjelaskan tujuan

pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

16

1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani peserta

didik sebagai manusia dan warga negara yang

memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta

didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai

universal dan tradisi budaya bangsa yang

religius;

3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung

jawab peserta didik sebagai generasi penerus

bangsa;

4) Mengembangkan kemampuan peserta didik

menjadi manusia yang mandiri, kreatif,

berwawasan kebangsaan; dan

5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah

sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur,

penuh kreativitas dan persahabatan, serta

dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh

kekuatan.

2.1.3 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu.

Suatu karakter melekat dengan nilai dari perilaku

seseorang. Karenanya tidak ada perilaku anak yang

tidak bebas dari nilai. Dalam kehidupan manusia,

begitu banyak nilai yang ada di dunia ini, sejak dahulu

sampai sekarang (Kesuma, 2011:11). Nilai-nilai

pendidikan karakter yang dikembangkan Kementerian

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

17

Pendidikan ada delapan belas karakter. Nilai-nilai

tersebut bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan

tujuan pendidikan nasional. Adapun delapan belas nilai

tersebut yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja

keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai

prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar

membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan

tanggung jawab (Pusat Kurikulum Kementerian

Pendidikan Nasional, 2009: 9-10)

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan

Karakter

V. Campbell dan R. Obligasi (1982) menyatakan

ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam

pembentukan karakter seseorang:

1. Faktor keturunan

2. Pengalaman masa kanak-kanak

3. Pemodelan oleh orang dewasa atau orang yang

lebih tua

4. Pengaruh lingkungan sebaya

5. Lingkungan fisik dan sosial

6. Substansi materi di sekolah atau lembaga

pendidikan lain

7. Media massa

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

18

Dalam proses pembentukan karakter yang baik

perlu adanya kontrol internal dan kontrol sosial yang

menuntut individu untuk memiliki karakter positif

tertentu. Misalnya saja sebagai pendidik (guru) dalam

suatu komunitas pendidikan, dibutuhkan karakter

seperti jujur, perhatian, sabar, dan karakter positif lain

sebab pendidik dalam komunitas pendidikan berperan

sebagai teladan dan model bagi anak didiknya.

2.1.5 Penilaian Pendidikan Karakter

Penilaian pendidikan karakter pada hakikatnya

adalah evaluasi atau proses pembelajaran secara terus

menerus dari individu untuk menghayati peran dan

kebebasannya bersama dengan orang lain dalam

sebuah lingkungan sekolah demi pertumbuhan

integritas moralnya sebagai manusia. Penilaian

pendidikan karakter berkaitan erat dengan adanya

unsur pemahaman, motivasi, kehendak, dan praksis

dari individu. Pendidikan karakter menjadi semakin

bertumbuh ketika motivasi dalam diri individu menjadi

pendorong semangat bagi perilaku moralnya dalam

kebersamaan dengan orang lain. Dari hakikat inilah

kita dapat mengambil kesimpulan tentang tujuan

penilaian pendidikan karakter (Doni Koesoema, 2010:

281).

Penilaian adalah kegiatan untuk menentukan

pencapaian hasil pembelajaran, hasil pembelajaran

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

19

dapat dikategorikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah

kognitif, psikomotor dan afektif. Setiap peserta didik

memiliki ranah tersebut, hanya kedalamnya tidak

sama. Ada peserta didik yang memiliki keunggulan

pada ranah kognitif, atau pengetahuan, dan ada yang

memiliki keunggulan pada ranah psikomotor atau

keterampilan. Namun, keduanya harus dilandasi oleh

ranah afektif yang baik. Pengetahuan yang dimiliki

seseorang harus dimanfaatkan untuk kebaikan

masyarakat. Demikian juga keterampilan yang dimiliki

peserta didik juga harus dilandasi oleh ranah afektif

yang baik, yaitu dimanfaatkan untuk kebaikan orang

(Noeng Muhadjir dan Burhan Nurgiantoro, 2011: 189-

190).

Lanjutnya karakter yang baik melibatkan

pemahaman, perhatian, dan bertindak sesuai dengan

nilai-nilai etika. Pendekatan yang holistik terhadap

pengembangan karakter oleh karenanya mencari untuk

mengembangkan kognitif, emosi, dan aspek perilaku

dari hidup moral. Peserta didik berkembang untuk

memahami nilai inti dengan mempelajarinya,

mendiskusikannya, mengamati model perilaku, dan

memecahkan masalah yang mencakup nilai-nilai. Jadi,

peserta didik harus paham nilai inti dan komitmen

mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

20

(Noeng Muhadjir dan Burhan Nurgiantoro, 2011:191-

192).

Dalam Badan Penelitian dan Pengembangan,

Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional

(2010:10) dijelaskan Untuk mengukur tingkat

keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di

satuan pendidikan dilakukan melalui berbagai program

penilaian dengan membandingkan kondisi awal dengan

pencapaian dalam waktu tertentu. Penilaian

keberhasilan tersebut dilakukan melalui langkah

langkah berikut: (1) Menetapkan indikator dari nilai-

nilai yang ditetapkan atau disepakati, (2) Menyusun

berbagai instrumen penilaian, (3) Melakukan

pencatatan terhadap pencapaian indikator, (4)

Melakukan analisis dan evaluasi, (5) Melakukan tindak

lanjut.

2.2 Evaluasi Pendidikan

2.2.1 Pengertian Evaluasi Pendidikan

Evaluasi merupakan salah satu sarana penting

dalam meraih tujuan belajar mengajar. Guru sebagai

pengelola kegiatan belajar mengajar dapat mengetahui

kemampuan yang dimiliki siswa, ketepatan metode

mengajar yang digunakan, dan keberhasilan siswa

dalam meraih tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan melalui kegiatan evaluasi. Guru dapat

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

21

mengambil keputusan secara tepat dengan informasi

ini mengenai langkah apa yang harus dilakukan

selanjutnya. Informasi tersebut juga dapat memberikan

motivasi kepada siswa untuk berprestasi lebih baik.

Menurut Ratumanan (2003:1), evaluasi dapat

dinyatakan sebagai suatu proses sistematik dalam

menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional.

Ralp Tyler (dalam Arikunto, 2011:3) mengatakan bahwa

“Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data

untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan

bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Menurut

Sudijono (2006:2) bahwa evaluasi pendidikan adalah: 1)

Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan

pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah

ditentukan; 2) Usaha untuk memperoleh informasi

berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan

pendidikan.

2.2.2 Tujuan Evaluasi

Tugas yang harus dilaksanakan pertama kali

dalam langkah perencanaan evaluasi adalah

merumuskan tujuan evaluasi yang hendak dicapai

dalam suatu proses pendidikan. Secara mendalam dan

mendetail. Djiwandono (2006:399) mengemukakan lima

tujuan utama dari kegiatan evaluasi pendidikan, yaitu:

1) Sebagai perangsang atau dorongan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

22

Salah satu kegunaan evaluasi adalah untuk

memotivasi siswa agar berusaha melakukan yang

terbaik dengan memberikan angka tinggi, hadiah,

bintang kelas sebagai hadiah atas usaha dan

kerja kerasnya.

2) Umpan balik bagi siswa

Penilaian dalam evaluasi yang tetap dan teratur

akan memberikan gambaran tentang kekuatan

dan kelemahan siswa. Informasi yang diperoleh

berdasarkan hasil evaluasi ini akan membantu

siswa memperbaiki kelemahan mereka untuk

lebih sukses pada kesempatan yang akan datang.

3) Umpan balik bagi guru

Dengan pengetahuan dari evaluasi terhadap

siswanya ini, seorang guru akan mengetahui

keberhasilan atau kegagalannya dalam

memberikan pelajaran kepada siswa.

Pengetahuan akan kegagalan akan memberikan

tantangan untuk memperbaiki, dapat dengan

mengubah metode mengajarnya atau mengubah

sistematika bahan ajarnya, ataupun mengubah

sikapnya.

4) Umpan balik bagi orang tua

Evaluasi sekolah dalam bentuk buku rapor akan

disimpan orang tua sebagai laporan tentang

kegiatan anaknya selama disekolah. Apabila nilai

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

23

anaknya jatuh, orang tua akan mengetahui

penyebabnya sehingga dapat membantu siswa

untuk kembali belajar lebih giat lagi.

Reinforcement atau penghargaan dari orang tua

terhadap prestasi membanggakan anaknya

sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan

motivasi belajar anak. Oleh karena itu, antara

orang tua dan guru haruslah terjalin hubungan

kerja sama dalam upaya meningkatkan prestasi

siswa.

5) Informasi untuk seleksi

Untuk naik ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi, seorang siswa diwajibkan mengikuti

seleksi dengan beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi. Melalui hasil evaluasi selama proses

pembelajaran, sekolah dapat membantu

memberikan penilaian yang seobyektif mungkin

dalam menempatkan kemampuan siswa, sesuai

atau tidak dengan persyaratan yang telah

ditetapkan.

2.3 Evaluasi Program

2.3.1 Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi program adalah suatu rangkaian

kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat

tingkat keberhasilan program. Ada beberapa pengertian

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

24

tentang program sendiri. Dalam kamus (a) program

adalah rencana, (b) program adalah kegiatan yang

dilakukan dengan seksama. Melakukan evaluasi

program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk

mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari

kegiatan yang direncanakan (Suharsimi Arikunto,

1993:297). Menurut Tyler (1950) yang dikutip oleh

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar

(2009:5), evaluasi program adalah proses untuk

mengetahui apakah tujuan pendidikan telah

terealisasikan. Selanjutnya menurut Cronbach (1963)

dan Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Suharsimi

Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009:5),

evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi

untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.

2.3.2 Tujuan Evaluasi Program

Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:114-115),

evaluasi program dilakukan dengan tujuan untuk:

1) Menunjukkan sumbangan program terhadap

pencapaian tujuan organisasi. Hasil evaluasi ini

penting untuk mengembangkan program yang

sama ditempat lain.

2) Mengambil keputusan tentang keberlanjutan

sebuah program, apakah program perlu

diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

25

Dilihat dari tujuannya, yaitu ingin mengetahui

kondisi sesuatu, maka evaluasi program dapat

dikatakan merupakan salah satu bentuk penelitian

evaluatif. Oleh karena itu, dalam evaluasi program,

pelaksana berfikir dan menentukan langkah bagaimana

melaksanakan penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto

dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009:7), terdapat

perbedaan yang mencolok antara penelitian dan

evaluasi pro gram adalah sebagai berikut:

1) Dalam kegiatan penelitian, peneliti ingin

mengetahui gambaran tentang sesuatu kemudian

hasilnya dideskripsikan, sedangkan dalam

evaluasi program pelaksanan ingin mengetahui

seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu

sebagai hasil pelaksanaan program, setelah data

yang terkumpul dibandingkan dengan kriteria

atau standar tertentu

2) Dalam kegiatan penelitian, peneliti dituntut oleh

rumusan masalah karena ingin mengetahui

jawaban dari penelitiannya, sedangkan dalam

evaluasi program pelaksanan ingin mengetahui

tingkat ketercapaian tujuan pgogram, dan apabila

tujuan belum tercapai sebagaimana ditentukan,

pelaksanaan ingin mengetahui letak kekurangan

itu dan apa sebabnya.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

26

2.3.3 Model Evaluasi Program

Model-model evaluasi yang satu dengan yang

lainnya memang tampak bervariasi, akan tetapi

maksud dan tujuannya sama yaitu melakukan kegiatan

pengumpulan data atau informasi yang berkenaan

dengan objek yang dievaluasi. Selanjutnya informasi

yang terkumpul dapat diberikan kepada pengambil

keputusan agar dapat dengan tepat menentukan tindak

lanjut tentang program yang sudah dievaluasi. Menurut

Kaufman dan Thomas yang dikutip oleh Suharsimi

Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009:40),

membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu:

1) Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan

oleh Tyler.

2) Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh

Scriven.

3) Formatif Summatif Evaluation Model,

dikembangkan oleh Michael Scriven

4) Countenance Evaluation Model, dikembangkan

oleh Stake.

5) Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh

Stake.

6) CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada

“kapan” evaluasi dilakukan.

7) CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh

Stufflebeam.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

27

8) Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus.

2.4 Evaluasi Program CIPP

Model yang digunakan dalam penelitian ini

adalah model pengambilan keputusan yang

dikembangkan oleh Stufflebeam yang dikenal dengan

CIPP Evaluation Model. CIPP merupakan singkatan dari

Context, Input, Process and Product. Dalam buku Riset

Terapan oleh Endang Mulyatiningsih (2011:126),

mengemukakan bahwa evaluasi CIPP dikenal dengan

nama evaluasi formatif dengan tujuan untuk

mengambil keputusan dan perbaikan program.

Keunikan model ini adalah pada setiap tipe

evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan

(decision) yang menyangkut perencanaan dan

operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP

memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif

pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks,

masukan, proses, dan produk. Model evaluasi CIPP

yang dikemukakan oleh Stufflebeam & Shinkfield

(1985) adalah sebuah pendekatan evaluasi yang

berorientasi pada pengambil keputusan (a decision

oriented evaluation approach structured) untuk

memberikan bantuan kepada administrator atau leader

pengambil keputusan. Stufflebeam mengemukakan

bahwa hasil evaluasi akan memberikan alternatif

pemecahan masalah bagi para pengambil keputusan.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

28

Model evaluasi CIPP yang dikemukakan oleh

Stufflebeam & Shinkfield (1985) adalah sebuah

pendekatan evaluasi yang berorientasi pada pengambil

keputusan (a decision oriented evaluation approach

structured) untuk memberikan bantuan kepada

administrator atau leader pengambil keputusan.

Stufflebeam mengemukakan bahwa hasil evaluasi

akan memberikan alternatif pemecahan masalah bagi

para pengambil keputusan. Model evaluasi CIPP ini

terdiri dari 4 hal yang diuraikan sebagai berikut:

a. Contect evaluation to serve planning decision.

Seorang evaluator harus cermat dan tajam

memahami konteks evaluasi yang berkaitan

dengan merencanakan keputusan,

mengidentifikasi kebutuhan, dan merumuskan

tujuan program.

b. Inpu Evaluation structuring decision. Segala

sesuatu yang berpengaruh terhadap proses

pelaksanaan evaluasi harus disiapkan dengan

benar. Input evaluasi ini akan memberikan

bantuan agar dapat menata keputusan,

menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan,

mencari berbagai alternatif yang akan dilakukan,

menentukan rencana yang matang, membuat

strategi yang akan dilakukan dan memperhatikan

prosedur kerja dalam mencapainya.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

29

c. Process evaluation to serve implementing decision.

Pada evaluasi proses ini berkaitan dengan

implementasi suatu program. Ada sejumlah

pertanyaan yang harus dijawab dalam proses

pelaksanaan evaluasi ini. Misalnya, apakah

rencana yang telah dibuat sesuai dengan

pelaksanaan di lapangan? Dalam proses

pelaksanaan program adakah yang harus

diperbaiki? Dengan demikian proses pelaksanaan

program dapat dimonitor, diawasi, atau bahkan

diperbaiki.

d. Product evaluation to serve recycling decision.

Evaluasi hasil digunakan untuk menentukan

keputusan apa yang akan dikerjakan berikutnya.

Apa manfaat yang dirasakan oleh masyarakat

berkaitan dengan program yang digulirkan?

Apakah memiliki pengaruh dan dampak dengan

adanya program tersebut? Evaluasi hasil

berkaitan dengan manfaat dan dampak suatu

program setelah dilakukan evaluasi secara

seksama. Manfaat model ini untuk pengambilan

keputusan (decision making) dan bukti

pertanggung jawaban (accountability) suatu

program kepada masyarakat. Tahapan evaluasi

dalam model ini yakni penggambaran

(delineating), perolehan atau temuan (obtaining),

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

30

dan penyediakan (providing) bagi para pembuat

keputusan.

Model CIPP ini menekankan pada peran sumatif.

Oleh karena itu, dalam evaluasi hasil model CIPP

memberikan posisi penting bagi peran sumatif.

Informasi yang dihasilkan evaluasi hasil CIPP

digunakan untuk menentukan apakah suatu program

harus diganti, revisi atau dihentikan Penggunaan model

CIPP (Contexs, Input, Process, Product) yaitu:

Tahap I

Evaluasi pada aspek 1 dan 2 (contexs dan input)

dilakukan dengan melihat pada perencanaan program

serta data yang ada disekolah berkaitan dengan

pendidikan karakter. Dari pengembangan kurikulum

yang dilaksanakan terintegrasi pendidikan karakter

dalam setiap matapelajaran serta pembiasaan yang

dilakukan.

Tahap II

Evaluasi proses dilakukan dengan mengobservasi

proses sesuai kriteria-kriteria tertentu, termasuk

didalamnya evaluasi terhadap metode dan strategi

pembelajaran.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

31

Tahap III

Evaluasi hasil (product evaluation) adalah tahap

akhir dan paling penting karena hasil belajar adalah

tujuan yang telah ditetapkan maka instrumennya

ditetapkan berdasarkan domain yang menjadi tujuan

proses tertentu.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

32

2.5 Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Stovika Eva

Darmayanti tahun 2013 yang berjudul Evaluasi

Program Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

Kabupaten Kulon Progo. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah: (1)kesiapan sekolah dasar di Kabupaten Kulon

Progo untuk mengimplementasikan pendidikan

karakter baik, dinilai dari kurikulum yang telah

terintegrasi pendidikan karakter, namun masih kurang

dalam hal pengelolaan sarana prasarana pendukung

dan banyak guru memerlukan lebih banyak

pengetahuan dan keterampilan tentang pendidikan

karakter; (2)implementasi pendidikan karakter belum

tampak pada kegiatan pembelajaran; (3)dukungan dari

pemerintah (Dinas Pendidikan) dirasa masih kurang

oleh sekolah, khususnya dukungan dalam bentuk

pelatihan pendidikan karakter bagi guru; (4)monitoring

dan evaluasi pendidikan karakter masih terbatas pada

kurikulum dan dilakukan melalui pembinaan pengawas

di setiap sekolah; dan (5)kendala yang umum dihadapi

sekolah adalah penilaian sikap siswa yang belum

terdokumentasi, kurangnya pemahaman guru untuk

mengimplementasikan pendidikan karakter, dan tidak

adanya sinergi antara pendidikan di sekolah dengan

pendidikan di rumah

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

33

Penelitian oleh Taufik Firdauz (2011) yang

berjudul tentang Implementasi Kebijakan Pendidikan

Karakter Bangsa 2010-2025 di Kota Bandung: Studi

Pada SMA Negeri 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012,

menunjukkan bahwa implementasi kebijakan

pendidikan karakter bangsa di SMA Negeri 8 Bandung

ini umumnya telah dilaksanakan, yang didasarkan

pada analisis karakteristik masalah kebijakan,

karakteristik kebijakan, serta variable di luar kebijakan

yang mempengaruhi proses implementasi. Akan tetapi

berbagai kendala muncul terutama dalam aspek

standarisasi teknis penerapannya di dalam

pembelajaran yang sejauh ini masih sebatas pada

tuntutan persyaratan yang bersifat administratif

(menyusun silabus dan RPP). Kesimpulan dari

penelitian ini adalah kebijakan telah dilaksanakan

sesuai dengan prinsip-prinsip implementasi, akan

tetapi masih perlunya kajian pengembangan lebih

lanjut, standarisasi metode, pembinaan, dan

pengawasan yang efektif dan konsisten.

Penelitian yang dilaksanakan oleh, Hasanah

(2013) yang berjudul tentang Implementasi Nilai-Nilai

Karakter Inti Di Pergurungan Tinggi. Menunjukkan

bahwa karakter yang diterapkan di perguruan tinggi

adalah memilih nilai-nilai inti yang dikembangkan

dalam implementasi pendidikan karakter, khususnya

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

34

pada masing-masing jurusan/program studi. Nilai-nilai

inti yang dipilih itu adalah jujur, peduli, cerdas dan

tangguh. Implementasi nilai-nilai karakter inti tersebut

dilakukan secara terpadu melalui tiga jalur, yaitu

terintegrasi dalam pembelajaran, manajemen

pengelolaan jurusan dan program studi, serta pada

kegiatan kemahasiswaan.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Purwasih Agus

(2012) yang berjudul tentang Implementasi Pendidikan

Karakter Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah

Menengah Atas, menunjukkan bahwa bahwa

implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran

ekonomi dapat dilihat dari silabus, RPP serta proses

pembelajaran di dalam kelas. Silabus ditambahkan

mengenai nilai-nilai karakter yang yang disesuikan

dengan materi pelajaran. Faktor yang mendukung

pelaksanaan pendidikan karakter adalah pihak sekolah

dan instansi pendidikan, bentuk dukungannya dengan

penyediaan fasilitas dan sarana dalam implementasi

pendidikan karakter. diadakannya workshop,

pemberian buku pedoman pelaksanaan pendidikan

karakter. Faktor penghambat pendidikan karakter

berhubungan dengan masalah waktu dalam

penyusunan materi. Implementasi pendidikan karakter

pada mata pelajaran ekonomi di Sekolah Menengah

Atas sudah baik. Guru menyampaikan nilai karakter

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

35

secara lebih luas kepada siswa, tidak hanya terkait

dengan nilai yang dimasukkan dalam silabus saja.

Ratnawati, Ninik. 2011. Manajemen Pendidikan

Karakter di Sekolah Dasar (Studi Multikasus di SD Cita

Hati West Campus, SD Gloria Pacar Surabaya, SD Petra

Kediri). Temuan penelitian yang dilakukan pada tiga

Sekolah Dasar menunjukkan bahwa (1) kegiatan

perencanaan pendidikan karakter di sekolah dilandasi

oleh visi yayasan, dan melibatkan pengurus yayasan

dan guru sehingga menjadi program pendidikan

karakter; (2) sosialisasi dilakukan oleh kepala sekolah

kepada orang tua siswa dan selanjutnya guru

mensosialisasikan kepada siswa melalui berbagai

kegiatan intra dan ekstra sekolah; (3) penanaman nilai-

nilai karakter, diawali dengan penetapan prioritas nilai-

nilai inti (core values) bagi sekolah, dan metode yang

digunakan untuk penyemaian nilai-nilai pendidikan

karakter adalah dengan menggunakan pendekatan

komprehensif yaitu: (a) melalui kegiatan pengintegra-

sian semua mata pelajaran (integrated subject), (b)

sebagai program yang berdiri sendiri (separated

subject), (c) program ekstra-kurikuler dan (4) penga-

wasan dan evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter

dilaksanakan dalam dua cara yaitu : (a) sistem

manajemen partisipasi (melibatkan semua komponen

sekolah), (b) melalui penilaian akademik (raport).

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15820/2/T2_942013159_BAB II... · BAB II. L. ANDASAN TEORI . 2.1 Pendidikan Karakter . ... konteks

36

Dewi Azizatul Umaroh. 2013. Manajemen

pendidikan karakter peserta didik di SD Hj. Isriati

Baiturrahman 1 Semarang. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa: (1) Perencanaan pendidikan

karakter peserta didik dilakukan dengan penyusunan

kurikulum dan pengelolaannya baik pengelolaan dalam

kelas maupun pengelolaan diluar kelas atau

lingkungan sekolah. (2) Pelaksanaan pendidikan

karakter peserta didik dengan keteladanan dan

pembiasaan. (3) Evaluasi pendidikan karakter peserta

didik dilaksanakan dengan skala sikap, pengamatan,

kerjasama dengan orang tua peserta didik dan

kunjungan ke rumah (Home Visit).