bab ii landasan teorieprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 ·...

19
11 BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang uraian pemecahan masalah yang akan ditemukan pemecahannya melalui pembahasan-pembahasan secara teoretis. Teori-teori yang akan dikemukakan merupakan dasar-dasar penulis untuk meneliti masalah-masalah yang akan dihadapi penulis. Dalam landasan teori, membahas tentang teori yang akan digunakan dalam sebuah penelitian. Teori yang dipakai harus sesuai dengan apa yang telah disampaikan dalam rumusan masalah. 2.1 Novel sebagai Karya Sastra Novel adalah karangan yang panjang dan berbentuk prosa dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menampilkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral dan pendidikan. Menurut Nurgiyantoro (2010: 9), novel (Inggris: novel) dan cerita pendek (disingkat: cerpen; Inggris: short story) merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam perkembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Menurut Kamus Istilah Sastra (2014: 71) novel merupakan jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atau dasar sudut pandang pengarang dan mengandung nilai hidup diolah dengan teknik lisan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2010: 9).

Upload: others

Post on 28-Jan-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang uraian pemecahan

masalah yang akan ditemukan pemecahannya melalui pembahasan-pembahasan secara

teoretis. Teori-teori yang akan dikemukakan merupakan dasar-dasar penulis untuk

meneliti masalah-masalah yang akan dihadapi penulis. Dalam landasan teori, membahas

tentang teori yang akan digunakan dalam sebuah penelitian. Teori yang dipakai harus

sesuai dengan apa yang telah disampaikan dalam rumusan masalah.

2.1 Novel sebagai Karya Sastra

Novel adalah karangan yang panjang dan berbentuk prosa dan mengandung

rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan

menampilkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel adalah bentuk karya sastra

yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral dan pendidikan.

Menurut Nurgiyantoro (2010: 9), novel (Inggris: novel) dan cerita pendek

(disingkat: cerpen; Inggris: short story) merupakan dua bentuk karya sastra yang

sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam perkembangannya yang kemudian, novel

dianggap bersinonim dengan fiksi.

Menurut Kamus Istilah Sastra (2014: 71) novel merupakan jenis prosa yang

mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia

atau dasar sudut pandang pengarang dan mengandung nilai hidup diolah dengan

teknik lisan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. Secara harfiah

novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita

pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2010: 9).

Page 2: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

12

Dari segi panjang cerita novel jauh lebih panjang daripada cerpen. Oleh

karena itu, novel mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara

lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai

permasalahan yang lebih kompleks. Novel mampu menghadirkan perkembangan

satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau

sedikit karakter, dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam

secara lebih mendetail menurut (Stanton, 2012: 90).

Hal itu mencakup berbagai unsur cerita membangun novel itu. Membaca

sebuah novel, untuk sebagian orang hanya ingin menikmati cerita yang

disuguhkan. Mendapat kesan secara umum dan samar tentang plot dan bagian

cerita tertentu yang menarik. Unsur pembangun novel seperti tokoh, plot, latar,

dan perwatakan secara umum dapat dikatakan bersifat lebih rinci dan kompleks

daripada unsur-unsur cerpen.

2.2 Unsur Pembangun Novel

2.2.1 Tokoh dan Penokohan

Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan

sehari-hari selalu menggunakan tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Menurut

Aminuddin (2013: 79) tokoh merupakan pelaku yang mengemban peritiwa dalam

cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita, sedangkan

penokohan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu. Menurut

Nurgiyantoro (2010: 164) tokoh menunjukan pada orangnya, pelaku cerita, sifat

dan sikap yang ditafsirkan oleh pembaca. Menurut Kamus Istilah Sastra (2014:

114) tokoh merupakan orang yang memainkan peran dalam karya sastra,

sedangkan penokohan adalah proses menampilkan tokoh, dengan pemberian

watak, sifat, atau kebiasaan tokoh pameran suatu cerita.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

13

Abrams dalam (Nurgiyantoro, 2010: 164) berpendapat bahwa tokoh adalah

orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh

pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti

yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan

sedangkan penokohan adalah penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak

tertentu dalam sebuah cerita.

Kehidupan tokoh cerita adalah kehidupan dalam dunia fiksi, maka haruslah

bersikap sesuai dengan tuntutan cerita dengan perwatakan yang disandangnya.

Boulton dalam (Aminuddin, 2013: 79) mengungkapkan bahwa cara pengarang

menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat berbagai macam.

Mungkin pengarang menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya memiliki

semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku yang memiliki

cara sesuai dengan kehidupan manusia sebenarnya.

2.2.2 Latar ( setting)

Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya

peristiwa-peristiwa didalam suatu karya sastra. Latar yaitu semua keterangan,

petunjuk pengaluran yang berhubungan dengan ruang, waktu dan juga suasana.

Latar diantaranya meliputi penggambaran mengenai letak geografis, kesibukan si

pelaku atau tokoh, waktu berlakunya peristiwa, lingkungan agama, musim, moral,

intelektual sosial, serta emosional si pelaku atau tokoh. Menurut Abrams dalam

(Nurgiyantoro, 2010: 216) latar atau setting yang disebut juga landas tumpu,

mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

14

Menurut Stanton (2012: 35) latar adalah lingkungan yang melengkapi

sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan perisitiwa yang

berlangsung.Menurut Aminuddin (2013: 69) setting selalu memiliki hubungan

dengan penokohan, perwatakan, suasana, cerita atau atmosfer, alur atau plot

maupun dalam rangka mewujudkan tema suatu cerita. Setting juga mampu

menuansakan suasana-suasana tertentu. Suasana tertentu akibat penataan setting

oleh pengarangnya itu lebih lanjut juga akan berhubungan dengan suasana

penuturan yang terdapat dalam suatau cerita. Suasana penutuaran itu tersendiri

dibedakan antara tone sebagai suasana penuturan yang berhubungan dengan sikap

pengarang dalam menampilkan gagasan atau ceritanya, dengan mood yang

berhubungan dengan suasana batin individual pengarang dalam mewujudkan

suasana cerita.

Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting

memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang

seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Menurut Kamus Istilah Sastra

(2014: 60) latar merupakan waktu dan tempat terjadinya lakuan dalam karya

sastra dan drama. Pembaca merasa dipermudah untuk mengimajinasikan dan

berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar.

Pembaca dapat merasakan dan menilai kebenaran, ketepatan, dan aktualisasi latar

yang diceritakan sehingga merasa lebih mendalam masuk ke dalam cerita.

2.2.3 Alur (plot)

Alur adalah struktur rangkaian kejadian-kejadian dalam sebuah cerita yang

disusun secara kronologis. Alur merupakan rangkaian cerita sejak awal hingga

Page 5: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

15

akhir. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan yang terdapat dalam cerita

harus berkaitan satu sama lain, seperti bagaimana suatu peristiwa berkaitan

dengan peristiwa lainnya, lalu bagaimana tokoh yang digambarkan dan berperan

di dalam cerita yang seluruhnya terkait dengan suatu kesatuan waktu. Menurut

Aminuddin (2013: 83) alur merupakan rangkaian cerita yang dibentuk oleh

tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirklan oleh

para pelaku dalam suatu cerita.

Menurut Nurgiyantoro (2010: 110) alur merupakan unsur fiksi yang

penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting

di antara berbagai unsur fiksi yang lain. Menurut Stanton (2012: 26) alur

merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita, peristiwa yang

menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena

pengaruh pada keseluruhan karya. Menurut Kenny dalam (Nurgiyantoro, 2010:

113) mengemukakan plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam

cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-

peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.

Menurut Kamus Istilah Sastra (2014: 4) alur merupakan unsur struktur yang

berwujud jalinan peristiwa di dalam karya sastra yang memperlihatkan kepaduan

tertentu yang diwujudkan antara lain oleh hubungan antara lain hubungan sebab

akibat, tokoh, tema, atau ketiganya. Forster dalam (Nurgiyantoro, 2010: 113)

bahwa plot adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada

adanya hubungan kausalitas.

Pengaluran yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut

kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longgar. Alur

Page 6: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

16

erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita. Alur

longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut

kuantitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur

tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda ialah alur yang

lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan

menjadi alur lurus dan alur tak lurus. Alur lurus adalah alur yang melukiskan

peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah

alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus

bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau

campuran keduanya.

2.3 Penyimpangan Sosial

Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-

norma yang berlaku di suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak

berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.

Penyimpangan dalam suatu masyarakat tidak berarti penyimpangan dalam

masyarakat lain karena adanya perbedaan standar atau ukuran tentang nilai dan

norma. Menurut Burlian (2016: 44) Perilaku menyimpang (deviasi sosial) adalah

semua bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada. Perilaku

menyimpang dapat terjadi di mana saja, baik keluarga maupun masyarakat.

Penyimpangan sosial disebut juga tingkah laku abnormal yakni tingkah laku yang

tidak normal, serta tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya dan tidak

sesuai norma sosial yang ada. Sedangkan menurut Setiadi dan Kalip (2011: 190)

yaitu delinquency (deviasi) adalah kebalikan dari konformitas atau nonkoformitas,

Page 7: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

17

yaitu bentuk interaksi yang didalamnya seseorang atau sekelompok orang

berperilaku tidak sesuai dengan harapan kelompok.

Penyimpangan sosial disebut juga dengan perilaku abnormal. Menurut

(Atkison, smith, dan Bem, 1987: 406) perilaku abnormal adalah takut dan bersifat

sementara, yang terjadi akibat peristiwa yang menimbulkan stres berat, sedangkan

perilaku lain adalah kronis yang berlangsung seumur hidup. Berbeda dengan

pendapat King (2010: 287) bahwa perilaku abnormal adalah perilaku yang

menyimpang, maladatif, atau menimbulkan distres pribadi pada waktu yang

cukup lama.

Penyimpangan akan terjadi jika seseorang atau kelompok orang tidak

mematuhi norma atau patokan dan nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.

Semua perilaku manusia yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok

tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam kelompok tersebut.

Masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau

masyarakat, yang membahayakan kehidupan sosial (Soekanto, 2004: 739).

Penyimpangan sosial bisa juga dikatakan dengan masalah sosial karena muncul

akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan

realita yang ada. Menurut (Anwar dan Adang, 2013: 255) bahwa masalah sosial

adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh entitas yang berpengaruh

yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagaian

besar anggota masyarakat kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan

bersama. Dengan demikian bahwa penyimpangan sosial merupakan masalah sosial.

Ketidak kesesuaian dengan norma yang ada serta dianggap bahaya oleh lingkungan

masyarakat ketika berada di lingkungan mereka.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

18

Penyimpangan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat secara tidak

langsung terjadi juga dalam karya sastra. Karena keterkaitan ini sastra disebut

dengan cerminan kehidupan. Segala aspek penyimpangan yang diciptakan oleh

pengarang begitu sebalikanya secara tidak sengaja akan terjadi dalam kehidupan

masyarakat. Pengarang menciptakan sebuah karya sastra bukan hanya karangan

imajinasi, terkadang peristiwa yang ada di dalam karya sastra benar-benar terjadi

seperti halnya dengan penyimpangan sosial. Menurut Nurgiyantoro (2010: 233)

bahwa karya sastra yang mengandung latar sosial yang menyaran pada hal-hal

yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat

yang diceritakan dalam karya fiksi.

2.4 Bentuk Penyimpangan Sosial

Terdapat tiga bentuk penyimpangan sosial dalam teori yang digunakan

penelitian ini, yang dilihat berdasarkan kadar penyimpangan dan pelaku

penyimpangannya.

1) Penyimpangan Primer

Penyimpangan primer disebut juga penyimpangan ringan. Para pelaku

penyimpangan ini umumnya tidak menyadari bahwa dirinya melakukan

penyimpangan. Penyimpangan primer dilakukan tidak secara terus menerus

(insidental) dan pada umumnya tidak begitu merugikan orang lain Burlian (2016:

45). Sedangkan menurut Setiadi dan Kalip (2011: 201) penyimpangan primer

adalah rangkaian pengalaman atau karier menyimpangan seseorang dimulai dari

penyimpangan kecil yang mungkin tidak disadari. Penyimpangan jenis ini dialami

oleh seseorang manakala ia belum memiliki konsep menyimpang atau tidak

menyadari jika perilakunya menyimpang.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

19

Penyimpangan sosial ini bersifat sementara dan tidak berulang-ulang.

Biasanya pelaku penyimpangan ini masih diterima dalam masyarakat. Bentuk

penyimpangan primer ini biasanya dialami oleh seseorang yang tidak menyadari

bahwa perilakunya dan menjurus ke arah penyimpangan yang lebih berat.

Misalnya, sekelompok anak yang mengambil mangga dari pohon milik tetangga

tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada pemiliknya dianggap sebagai bagian

dari kenakalan biasa, bukan untuk pencurian. Sepasang remaja yang sedang

berpacaran dianggap tidak menyimpang sepanjang mereka tidak melakukan

hubungan seks pranikah.

Ciri-ciri penyimpangan primer adalah perilaku belum menyadari

bahwa tingkah laku yang dilakukan sudah menjurus ke arah penyimpangan,

tidak begitu merugikan orang lain, penyimpangan ini masih dapat diterima

oleh masyarakat, sanksi yang diperoleh perilaku penyimpangan tergolong

ringan, tidak dilakukan secara terus menerus. Hal yang membedakan

penyimpangan ini dengan penyimpangan yang lain adalah sanksi yang

diperoleh perilaku penyimpangan dan tingkat penyimpangan yang ringan

dibandingkan dengan penyimpangan yang lain. Hal tersebut diperkuat

dengan pendapat Erianjoni (2014: 01) bahwa penyimpangan primer muncul

dalam konteks sosial, budaya dan yang sangat bervariasi dan hanya

mempunyai efek samping bagi struktur fisik individu. Pada dasarnya,

penyimpangan primer tidak mengakibatkan reorganisasi simbolis pada

tingkat sikap diri dan peran sosial.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

20

2) Penyimpangan Sekunder

Penyimpangan sekunder disebut juga penyimpangan berat. Umumnya

perilaku penyimpangan dilakukan oleh seseorang secara berulang-ulang dan

terus menerus, meskipun pelakunya sudah dikenai sanksi. Bentuk

penyimpangan ini mengarah pada tindak kriminal, seperti pembunuhan,

perampokan, dan pencurian. Burlian (2016: 45). Menurut Setiadi dan Kalip

(2011: 202) Penyimpangan sekunder merupakan penyimpangan yang lebih

berat akan terjadi apabila seseorang sudah mencapai tahap ini. Tindakan

menyimpang yang berkembang ketika perilaku dari menyimpang itu

mendapat penguatan melalui keterlibatannya dengan orang atau kelompok

yang juga menyimpang.

Perilaku menyimpang ini nyata dan yang terjadi secara berulang-ulang

dan menjadi sebuah kebiasaan. Biasanya pelaku penyimpangan ini tidak lagi

diterima dalam masyarakat. Bentuk penyimpangan sekunder itu juga berasal

dari hasil penguatan penyimpangan primer. Misalnya, pada sekelompok

anak yang mencuri mangga milik tetangga itu merupakan tindakan

kenakalan biasa, dan mereka melakukan kegiatan itu berkali-kali hingga

usia remaja dan yang dicuri tidak sengaja buah mangga tetangga, tetapi juga

barang-barang berharga lainya, maka tindakan negatif itu lama-kelamaan

menjadikan dirinya sebagai pencuri kelas kakap.

Ciri-ciri penyimpangan sekunder adalah muncul setelah melakukan

penyimpangan primer, dilakukan secara berulang-ulang, sanksi yang

diperoleh perilaku penyimpangan berat, bentuk penyimpangan sekunder

mengarah tindakan krimininal, dan penyimpangan sekunder sangat

Page 11: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

21

merugikan orang lain. Hal tersebut diperkuat pendapat Daulay (2014: 01)

bahwa penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang yang tidak

mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali

seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran

dan lain-lain. Menurut Masudi (2012: 02) bahwa Penyimpangan Sekunder

(secondary deviation) Penyimpangan yang berupa perbuatan yang dilakukan

seseorang yang secara umum dikenal sebagai perilaku menyimpang. Pelaku

didominasi oleh tindakan menyimpang tersebut, karena merupakan tindakan

pengulangan dari penyimpangan sebelumnya. Penyimpangan ini tidak bisa

ditolerir.

3) Penyimpangan Individu

Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh

seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah

mapan. Misalnya seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan

suatu kejahatan, seperti mencuri, menodong, dan memeras. Penyimpangan

jenis ini dilakukan secara perorangan tanpa campur tangan orang lain.

Penyimpangan ini dilakukan sendiri tidak mengikutsertakan orang lain untuk

melakukan tindakan menyimpang (Burlian, 2016: 45).

Perilaku sosial individu dilihat dari kecenderungan peranan (roledisposition)

dapat dikatakan memadai, manakala menunjukkan ciri-ciri penyimpangan

individu adalah yakin akan kemampuannya dalam bergaul secara sosial memiliki

pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya, mampu memimpin teman-teman

dalam kelompok, dan tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bergaul.

Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang

Page 12: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

22

menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya,

seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan,

Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi

lima, yaitu sebagai berikut. Pembandel, Pembangkang, Pelanggar, Perusuh atau

penjahat dan Munafik hal ini ungkapkan pada jurnal Eleonora (2013: 02).

Ciri-ciri penyimpangan individu adalah dilakukan secara perorangan, perilaku

penyimpangan mendapat julukan atau labelling, sanksi yang diperoleh perilaku

penyimpangan berat dan ringan sesuai dengan tingkatan penyimpangan yang

dilakukan. Penyimpangan individual merupakan tindakan yang dilakukan oleh

seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang sudah ada.

Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan,

seperti mencuri, menodong, dan memeras.

Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi

menjadi lima yaitu, pembandel yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak

patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik,

pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada peringatan

orang-orang, pelanggar yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar

norma-norma umum yang berlaku dalam masyarakat, perusuh atau penjahat yaitu

penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan norma-norma umum sehingga

menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya, dan munafik yaitu

penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji, berkata bohong,

mengkhianati kepercayaan, dan berlagak membela.

Berdasarkan ketiga bentuk penyimpangan sosial yang terjadi hal ini

berhubungan tingkah laku, tingkah laku berhubungan dengan seseorang,

Page 13: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

23

seseorang berhubungan dengan tokoh, dan tokoh berhubungan dengan karya

sastra. Bentuk penyimpangan sosial yang terjadi apabila dikaitkan dengan karya

sastra yaitu sikap dan tingkah laku tokoh utama yang diciptakan oleh pengarang.

Bentuk penyimpangan primer, apabila tokoh utama melakukan penyimpangan

yang ringan dan tidak merugikan orang lain. Bentuk penyimpangan sekunder,

apabila tokoh utama melakukan penyimpangan yang berat dapat merugikan orang

lain dan sanksi yang didapatkan juga berat. Bentuk penyimpangan individu,

apabila tokoh utama melakukan sebuah penyimpangan atas dasar kemauannya

sendiri tanpa campur tangan orang lain. Berbagai bentuk yang terjadi dalam karya

sastra itu tergantung interpresentasi pembaca dalam memahami sebuah

penyimpangan sosial.

2.5 Faktor Penyebab Penyimpangan Sosial

Perilaku menyimpang haruslah dilihat dari situasi dan kondisi masyarakat

yang ada. Setiap individu mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda. Hal

tersebut akan menyebabkan terbentuknya pola – pola perilaku yang berlainan, dan

tidak semua individu mampu mengidentifikasi diri dengan nilai dan norma yang

berlaku di dalam masyarakat. Ini berarti proses sosialisasi telah gagal. Individu

yang demikian cenderung menerapkan pola – pola perilaku yang salah dan

menyimpang.

Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya penyimpangan sosial menurut

Burlian (2016: 44) bahwa faktor penyebab penyimpangan terjadi karena empat

faktor yaitu 1) Tidak adanya seseorang yang dijadikan panutan dalam memahami

dan meresapi tata nilai atau norma yang berlaku di masyarakat. 2) Pengaruh

lingkungan kehidupan sosial yang tidak baik, misalnya lingkungan yang sering

Page 14: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

24

terjadi tindak penyimpangan, seperti prostitusi, perjudian, mabuk-mabukan, dan

sebagainya. 3) Proses berosialisasi yang negatif karena bergaul dengan para pelaku

penyimpangan sosial, seperti preman, pemabuk, penjudi, sebagainya. 4) Ketidakadilan

sehingga pihak-pihak yang dirugikan melakukan protes unjuk rasa, bahkan bisa

menjurus ketindakan anarkis. Menurut Setiadi dan Kalip (2011: 215) faktor penyebab

terjadinya penyimpangan sosial terbagi menjadi tiga di antaranya.

1) Pelampiasan Rasa Kecewa

Pelampiasan rasa kecewa merupakan faktor penyebab penyimpangan

sosial. Kekecewaan biasanya muncul ketika seseorang tidak terpenuhi

keinginan dan harapannya. Ketidak sanggupan mengendalikan amarahnya

akibat tidak terakomodasi kepentingannya atau tidak terpenuhinya harapan dan

keinginan, maka dalam keadaan demikian mudah sekali dihasut atau menerima

isu-isu menarik kelompok yang melakukan tindakan penyimpangan. Akal

sehatnya tidak lagi dominan, sehingga sering kali mereka melakukan tindakan

di luar kontrol diri yang tidak masuk akal.

Menurut Rochaningningsih (2014:01) bahwa ketika seorang remaja

mengalami tekanan dikarenakan kekecewaannya terhadap orang tua yang

bersifat otoriter ataupun terlalu membebaskan, sekolah yang memberikan

tekanan terus menerus (baik dari segi prestasi untuk remaja yang sering gagal

maupun dikarenakan peraturan yang terlalu mengikat), lingkungan masyarakat

yang memberikan masalah dalam sosialisasi. Oleh sebab itu menjadikan remaja

sangat labil dalam mengatur emosi, dan mudah terpengaruh oleh hal-hal

negatif di sekelilingnya, terutama pergaulan bebas dikarenakan rasa tidak

nyaman dalam lingkungan hidupnya.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

25

2) Sikap Mental tidak Sehat

Perilaku yang menyimpang dapat pula disebabkan karena sikap mental

yang tidak sehat yaitu sikap itu ditunjukkan dengan tidak merasa bersalah atau

menyesal atas perbuatannya, bahkan merasa senang. Hal ini berhubungan

dengan jiwa, kehendak, dan pemikiran manusia. Jiwa seseorang yang tidak

stabil sehingga berperilaku diluar batas manusia pada umumnya. Adapun

mental yang sehat dapat dilihat dari perilaku seseorang atau sekelompok orang

dalam keadaan sebagaimana perilaku sekelompok orang yang berada di

sekitarnya. Ukuran normal dan tidak normalnya perilaku tersebut adalah

tatanan nilai dan norma yang digolongkan ke dalam kelompok nilai dan norma

yang seharusnya ada.

Salah satunya adalah depresi keadaan emosional di dalam diri seseorang

yang menunjukan adanya sesuatu penurunan aktivitas dan semangat yang

cukup berarti. Menurut Aditomo dan Retnowati (2014: 01) depresi merupakan

gejala yang wajar sebagai respon normal terhadap pengalaman hidup negatif,

seperti kehilangan anggota keluarga, benda berharga atau status sosial.

Keadaandepresi dapat terjadi karena kekecewaan, terjerat beberapa persoalan

yang berat, keadaan yang berlangsung di dalam dirinya tidak sesuai dengan

yang diinginkan atau kehilangan sesuatu yang berarti di dalam hidupnya.

Menurut Hamidah (2012: 02) Depresi merupakan kondisi emosional seseorang

yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak

berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain, tidak dapat tidur, kehilangan

selera makan, hasrat seksual, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang

biasa dilakukan.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

26

Selain depresi ada juga erlebnis yaitu rasa trauma yang besar

pengaruhnya sehingga menimbulkan satu kekuatan yang secara fungsional

terlepas dari pengalaman-pengalaman hidup sebelumnya dan menjadi otonom.

Sikap mental tidak sehat juga karena frustasi yaitu suatu keadaan, dimana satu

kebutuhan tidak bisa terpenuhi dan tujuan tidak bisa tercapai. Mental tidak

sehat karena fiksasi, yaitu reaksi respon individu yang memiliki pola tetap dan

melalukan segala cara untuk memecahkan masalah. Rasionalisasi dan obsesi

merupakan sikap mental tidak sehat. Rasionalisasi cara menolong orang yang

tidak wajar sedangkan obsesi adalah kondisi ideal atau emosi kuat terus

menerus melekat dalam pemikirann dan hati.

3) Labelling (julukan)

Perilaku menyimpang lahir karena adanya cap, julukan, atau sebutan atas

suatu perbuatan yang menyimpang (labelling). Pemberian julukan pada suatu

perilaku sebagai perilaku menyimpang menciptakan serangkaian perilaku yang

cenderung mendorong orang untuk melakukan penyimpangan. Labelling dalam

kajian semiotik, memiliki makna dan mengakibatkan dampak sama dengan

konstruksi gender dalam wacana kesetaraan gender yang selama ini

berkembang luas. Menurut (King, 2010: 293) bahwa pemberian label

merupakan salah satu masalah dengan mengkalfikasikan individu ke dalam

gangguan psikologis tertentu dengan isu pemberian label, dan cara-cara bahwa

label tersebut dapat mengarah kepada munculnya stigma.

Menurut Muashomah (2010: 02) labelling adalah identitas yang diberikan

oleh kelompok kepada individu berdasarkan ciri-ciri yang dianggap minoritas

oleh suatu kelompok masyarakat. Labelling cenderung diberikan pada orang yang

Page 17: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

27

memiliki penyimpangan perilaku yang tidak sesuai dengan norma di masyarakat.

Seseorang yang diberi label akan mengalami perubahan peranan dan cenderung

akan berlaku seperti label yang diberikan kepadanya (Erianjoni, 2015: 01).

Menurut Pranata (2015: 03) labelling ini merupakan teori yang terinspirasi oleh

bukunya Tannembaum yang berjudul crime and the community menurutnya,

kejahatan tidaklah sepenuhnya hasil dari kekurangmampuan seseorang untuk

menyesuaikan dengan kelompok, akan tetapi dalam kenyataanya, ia dipaksa untuk

menyesuaikan dirinya dengan kelompoknya. sehingga di simpulkan bahwa

kejahatan merupakan hasil dari konflik antara kelompok dengan masyarakatnya.

Pendekatan labelling dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu persoalan

tentang bagaimana dan mengapa seseorang memperoleh cap atau label (labelling

sebagai akibat dari reaksi dari masyarakat). Efek labelling terhadap

penyimpangan tingkah laku berikutnya (persoalan kedua adalah bagaimana

labelling mempengaruhi seseorang yang terkena label.) Dua konsep penting

dalam teori labelling adalah primary devience yaitu, ditujukan pada perbuatan

penyimpangan awal. Kedua, scondary devience adalah berkaitan dengan

reorganisasi psikologis dari pengalaman seseorang sebagai akibat dari

penangkapan dan cap sebagai penjahat, kalau sekali saja cap atau status itu

melekat pada diri seseorang maka sangat sulit seseorang untuk selanjutnya

melepaskan diri dari cap tersebut, dan kemudian akan mengidentifikasikan.

Faktor penyebab penyimpangan sosial apabila dikaitkan dalam karya satra

sama halnya dengan bentuk penyimpangan sosial. Ketiga faktor penyebab

penyimpangan sosial merupakan alasan kenapa seseorang melakukan sebuah

tindakan yang menyimpang. Begitu juga dengan tokoh yang ada di dalam karya

sastra, pengarang menciptakan tokoh tersebut pasti ada alasan tersendiri kenapa

tokoh tersebut diciptakan berbuat untuk menyimpang. Namun semua itu

Page 18: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

28

tergantung pembaca yang menanggapi tokoh yang berbuat menyimpang dalam

karya sastra sesuai dengan pemikiran masing-masing pembaca.

Penyimpangan sosial terjadi dalam kehidupan manusia yang bermasyarakat.

Penyimpangan terjadi bukan karena di dalam diri pelaku namun faktor lingkungan

serta kekuatan mental dapat mempengaruhi penyimpangan yang berdampak

dalam perubahan sosial dalam masyarakat. Interaksi sosial yang dilakukan oleh

pelaku akan berkurang karena pelaku merasa terasingkan dan tidak percaya diri.

Pandangan masyarakat terhadap pelaku penyimpangan tidak begitu baik karena

dianggap mencemari lingkungan tempat tinggalnya.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35953/3/jiptummpp-gdl-mohimamhan-48557... · 2017-12-12 · 11 BAB II L ANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang

29

2.6 Bagan Kerangka Pikir

Bagan 2.1 Kerangka Pikir

Novel Cantik itu Luka

Karya Eka Kurniawan

Penyimpangan Sosial

Penyimpangan Sosial

Faktor Penyebab

Penyimpangan Sosial Tokoh

Utama dalam Novel

Cantik itu Luka

Bentuk Penyimpangan Sosial

Tokoh Utama dalam Novel

Cantik itu Luka

Penyimpan

gan karena

julukan

Sikap mental

tidak sehat

Pelampiasan

rasa kecewa

Individu Sekunder Primer

Kesimpulan

Metode Kualitatif

Deskriptif Analisis

Pendekatan Sosiologi

Sastra