bab ii landasan teori 2.1 sistem informasi geografi 2.1.1...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Geografi
Dalam sub-bab ini akan dibahas mengenai beberapa pengertian yang berkaitan
dengan sistem informasi geografi.
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut McLeod (2001, p9), sistem adalah himpunan dari unsur-unsur yang
terintegrasi dan saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dan
terpadu serta terorganisasi untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut O’Brien (2003, p8), sistem merupakan sekumpulan komponen yang
berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dalam bekerja sama untuk mencapai suatu
tujuan dengan menerima input dan menghasilkan output melalui proses transformasi
yang terorganisasi.
Menurut Jogiyanto (2003, p34), sistem dapat didefinisikan dengan pendekatan
prosedur dan dengan pendekatan komponen. Dengan pendekatan prosedur, sistem dapat
didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur yang mempunyai tujuan tertentu.
Dengan pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari
komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem
merupakan kumpulan obyek dan ide yang berasal dari input, untuk kemudian diproses
8
melalui komponen-komponen yang telah terorganisasi sedemikian rupa, sehingga
menghasilkan output yang menjadi tujuan bersama.
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut McLeod (2001, p12), informasi adalah data yang telah diproses dan
memiliki arti bagi manusia.
Menurut O’Brien (2003, p13), informasi adalah data yang telah diproses atau
data yang telah memiliki arti dan berguna untuk pengguna akhir tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai informasi, dapat ditarik kesimpulan
bahwa informasi merupakan data yang telah diolah dan diorganisasikan ke dalam bentuk
yang sesuai dengan kebutuhan penerimanya.
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi secara teknis dapat didefinisikan sebagai entitas atau kesatuan
formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik maupun logikal (Prahasta, 2001,
p40).
Menurut O’Brien (2005, p6), sistem informasi adalah penggabungan dari sumber
daya manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber data
yang mampu mengumpulkan, mengolah, mengubah, dan menyebarkan informasi secara
terorganisir dengan baik dalam sebuah organisasi.
Dengan demikian, sistem informasi merupakan suatu sistem terpadu yang
menggabungkan manusia dan mesin untuk menyajikan informasi.
9
2.1.4 Pengertian Geografi
Geografi adalah ilmu tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi)
keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi.
Kata geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu geos (bumi atau permukaan
bumi) dan graphien (melukis, mencitrakan, menjelaskan, atau menuliskan), maka
berdasarkan asal katanya geografi dapat diartikan sebagai pencitraan atau pelukisan
bumi.
Dalam arti yang lebih luas, geografi lebih sering diterima sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang permukaan bumi, penduduk, serta hubungan
timbal balik antara keduanya.
Geografi diartikan pula sebagai ilmu mengenai permukaan bumi, iklim,
penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi (Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional, 2005, p347).
Menurut Richthoffen (dalam Prahasta, 2002, p12), geografi adalah ilmu yang
mempelajari permukaan bumi sesuai dengan referensinya atau studi mengenai area-area
yang berbeda di permukaan bumi dalam pengertian karakteristiknya.
Menurut Vidal de la Blache (dalam Prahasta, 2002, p12), geografi adalah ilmu
pengetahuan mengenai tempat-tempat yang sangat mengonsentrasikan diri pada
kualitas-kualitas dan potensi-potensi suatu negara.
Berdasarkan pengertian di atas, yang dimaksud dengan geografi adalah ilmu
pengetahuan yang secara umum mempelajari tentang bumi dan segala isinya dari inti
10
bumi sampai dengan lapisan atmosfer, termasuk di dalamnya daratan, perairan, udara,
serta makhluk hidup dan semua jenis materi.
2.1.5 Pengertian Sistem Informasi Geografi
Definisi SIG (Sistem Informasi Geografi) selalu berkembang, bertambah dan
bervariasi. Hal ini terlihat dari banyaknya definisi SIG yang telah beredar. Selain itu,
SIG juga merupakan bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif baru, digunakan oleh
berbagai disiplin ilmu dan berkembang dengan cepat.
Menurut Burrough (1986, p6), sistem informasi geografi merupakan sistem
informasi yang bertujuan mengumpulkan, menyimpan, menggunakan kembali saat
dibutuhkan, memroses, dan menampilkan data spasial dari dunia sebenarnya untuk
tujuan tertentu.
Menurut Paryono (1994, p1), sistem informasi geografi adalah sistem berbasis
komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi dan menganalisis informasi
geografis.
Sistem informasi geografi adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras,
perangkat lunak, data, manusia, organisasi, dan lembaga yang digunakan untuk
mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi-informasi
mengenai daerah-daerah di permukaan bumi (Chrisman, 1997, p121).
Bersumber dari penelusuran informasi di situs web Wikipedia
(http://en.wikipedia.org/wiki/Geographic_information_system) pada tanggal 6 Oktober
2009, Geographic information system atau geographical information system (GIS)
merupakan sebuah sistem informasi khusus yang dapat mengumpulkan, menyimpan,
11
menganalisis, mengelola, mengatur, dan mempresentasikan data yang memiliki
informasi spasial, yakni data yang merujuk pada atau berhubungan dengan keruangan
dan suatu letak kedudukan di permukaan bumi, misalnya data yang teridentifikasi
menurut lokasinya dalam sebuah basis data. Secara teknis, GIS meliputi perangkat lunak
pemetaan dan fitur aplikasinya seperti penginderaan jarak jauh, survei tanah, foto udara,
matematika, fotogrametri, geografi, dan tools yang dapat diimplementasikan dengan
piranti lunak GIS meskipun tidak semua hal yang berkaitan dengan topologi dapat
terakomodasi melalui GIS. Lebih lanjutnya, istilah ini juga mencakup setiap sistem
informasi yang mengintegrasikan, menyimpan, menyunting, menganalisis,
menyebarkan, dan menampilkan informasi geografis. Secara umum yang disebut
aplikasi GIS adalah tools yang memudahkan pengguna untuk menciptakan query
interaktif ataupun pencarian yang direkayasa sendiri oleh pengguna, menganalisis
informasi spasial/keruangan, menyunting data, peta, dan menyajikan hasil dari semua
operasi tersebut. Sebagai tambahan, para praktisi juga memasukkan orang yang
membangun dan mengoperasikannya serta data yang digunakan sebagai bagian dari
sistem ini.
Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi geografi
membahas tentang masalah pengumpulan, pengecekan, pengelolaan, penyimpanan,
pemrosesan (manipulasi), analisis, dan penayangan informasi atau data mengenai
permukaan bumi dari dunia nyata secara otomatis dan akurat melalui komputer untuk
tujuan tertentu.
12
Teknologi sistem informasi geografi dapat digunakan untuk investigasi ilmiah,
pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi, dan perencanaan rute.
Misalnya SIG dapat membantu pihak berwenang untuk secara cepat menghitung waktu
tanggap darurat saat terjadi bencana alam atau SIG dapat digunakan untuk mencari lahan
basah yang membutuhkan perlindungan dari polusi.
Secara singkat, SIG dapat berguna untuk memberikan nilai tambah pada data
spasial dengan memungkinkan data untuk diorganisasikan dan ditampilkan secara
efisien. Dengan analisis dan penemuan data baru yang dapat dilakukan secara cepat, SIG
menghasilkan informasi yang sangat berguna untuk membantu pengambilan keputusan.
2.2 Komponen Sistem Informasi Geografi
SIG dapat disajikan sebagai suatu paket perangkat lunak dan perangkat keras di
mana komponen-komponen pendukungnya terdiri atas berbagai macam alat yang
digunakan untuk menginput, memanipulasi, menganalisis, dan menghasilkan data
(Burrough, 1986, p7).
2.2.1 Perangkat Keras
Secara umum, perangkat keras terdiri dari beberapa komponen yang saling
terhubung dan bekerja sama (Burrough, 1986, p7), seperti yang ditunjukkan oleh skema
13
Gambar 2.1 Skema Perangkat Keras SIG
Central Processing Unit (CPU) dihubungkan dengan disk drive sebagai unit
penyimpanan yang menyediakan tempat untuk menyimpan data dan program. Digitizer,
scanner atau komponen lain yang serupa digunakan untuk mengambil data dari peta dan
komponen lainnya untuk kemudian diubah ke dalam format digital dan dikirim ke CPU.
Plotter, printer atau komponen lain yang serupa digunakan untuk menampilkan hasil
data yang telah diproses.
Tape drive digunakan untuk menyimpan data ke dalam magnetic tape atau untuk
berkomunikasi dengan sistem lainnya. Komunikasi dengan komputer lain dapat
dilakukan dengan menggunakan modem di mana pengguna melakukan kontrol atas
komponen-komponennya melalui Visual Display Unit (VDU).
Sistem informasi geografi dapat digunakan pada berbagai macam jenis komputer
mulai dari Personal Computer (PC) hingga super computer multi-user (Heywood, 2002,
p13), dan dapat ditulis dalam berbagai bahasa pemrograman. Sistem utama berhubungan
Digitizer
Scanner
CPU
VDU
Disk drive
Printer Ploter
14
dengan peralatan-peralatan mahal termasuk monitor dan mesin digitasi sedangkan yang
lainnya dapat dihubungkan secara langsung ke PC.
Pada saat ini, SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari
desktop, workstation, hingga multi-user host yang dapat digunakan oleh banyak orang
secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas, berkinerja tinggi, memiliki ruang
penyimpanan (hard disk) dan kapasitas memori (RAM) yang besar. Walaupun demikian,
fungsionalitas SIG tidak terikat secara ketat melalui karakteristik-karakteristik fisik
perangkat keras ini sehingga keterbatasan memori pada komputer pun dapat diatasi.
Perangkat keras dalam SIG terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Alat masukan (input) sebagai alat untuk memasukkan data ke komputer.
Contoh: scanner, digitizer dan CD-ROM
b. Alat pemrosesan, merupakan sistem komputer yang berfungsi mengolah,
menganalisis dan menyimpan data yang masuk sesuai kebutuhan.
Contoh: CPU, tape drive dan disk drive
c. Alat keluaran (output) yang berfungsi menayangkan informasi geografi sebagai
data dalam proses SIG.
Contoh: VDU, plotter dan printer
2.2.2 Perangkat Lunak
Perangkat lunak merupakan bagian dari sistem yang berfungsi untuk
memasukkan, menyimpan dan menghasilkan data yang diperlukan. Sedangkan
mengenai skema perangkat lunak dalam SIG sendiri dapat dilihat pada gambar 2.2. Bila
dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun
15
secara modular di mana basis data memegang peranan kunci. Setiap subsistem
diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa
modul, hingga tidak mengherankan jika ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan
modul program (*.exe) yang masing-masing dapat dijalankan sendiri secara terpisah.
Gambar 2.2 Skema Perangkat Lunak SIG
Data hasil penginderaan jarak jauh dan tambahan seperti data lapangan dan peta
disatukan menjadi data dasar geografi. Data dasar tersebut dimasukkan ke dalam
komputer melalui unit input untuk disimpan dalam hard disk. Bila diperlukan data yang
telah disimpan tersebut dapat ditayangkan melalui layar monitor atau dicetak untuk
laporan (dalam bentuk peta/gambar). Data ini juga dapat diperbaharui untuk menjaga
agar data tetap sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Input tambahan
Transformasi Penayangan dan
Basis data
Input data
16
2.2.3 Data Sistem Informasi Geografi
SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan
baik secara tidak langsung dengan cara mengimpornya dari perangkat-perangkat lunak
SIG yang lain maupun secara langsung dengan cara mendigitasi data spasial dari peta
dan memasukkan data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan
keyboard.
Terdapat dua macam jenis data yang digunakan dalam pengolahan data SIG,
yaitu data spasial dan data non-spasial.
Data spasial adalah data mengenai obyek-obyek atau unsur geografis (baik di
bawah, di atas dan di permukaan bumi) yang dapat diidentifikasi dan mempunyai acuan
lokasi berdasarkan sistem koordinat tertentu. Data spasial yang dikenal juga dengan
sebutan data geografis terdiri dari data grafis yang merupakan elemen gambar dalam
komputer yang dapat berupa titik (node), garis (arc) dan bidang (polygon) dalam bentuk
data vektor ataupun data raster.
Data non-spasial (data atribut) merupakan data dalam bentuk teks atau angka,
sesuai dengan karakteristik obyeknya yang bersifat kuantitatif atau kualitatif (Yousman,
2004, p14).
Adapun dalam sistem informasi geografi terdapat dua macam penyajian data
spasial, yaitu model raster dan model vektor.
Model raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan
menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid (bidang referensi
horizontal dan vertikal yang terbagi menjadi kotak-kotak). Setiap piksel memiliki atribut
17
tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik. Akurasi model ini sangat tergantung pada
resolusi atau ukuran piksel suatu gambar.
Model raster memberikan informasi spasial apa saja yang terjadi di mana saja
dalam bentuk gambaran yang digeneralisasi. Dengan model raster, data geografi ditandai
oleh nilai-nilai elemen matriks dari suatu obyek yang berbentuk titik, garis maupun
bidang (Prahasta, 2007, p148).
Model vektor menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan
menggunakan titik-titik, garis-garis dan kurva atau poligon beserta atribut-atributnya.
Bentuk dasar model vektor didefinisikan oleh sistem koordinat Kartesius dua dimensi (x,
y).
Di dalam data vektor, garis atau kurva merupakan sekumpulan titik-titik terurut
yang berhubungan. Sedangkan, bidang atau poligon disimpan sebagai sekumpulan titik-
titik dengan ketentuan bahwa titik awal dan titik akhir memiliki koordinat yang sama
(Prahasta, 2007, p156).
2.2.4 Manajemen Data Sistem Informasi Geografi
Data adalah hasil dari pengamatan yang kita lakukan terhadap dunia nyata. Data
dikumpulkan sebagai fakta atau bukti yang dapat diproses untuk memberikan arti kepada
data tersebut dan mengubahnya menjadi informasi. Jadi dengan memiliki rincian
lengkap, sebuah data berubah menjadi sebuah informasi. Walaupun dalam bahasa
sehari-hari antara data dan informasi terkadang sering tertukar penggunaannya, tapi
sebenarnya dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang jelas antara keduanya. Data
18
merupakan suatu bentuk penyimpanan informasi yang harus diterjemahkan terlebih
dahulu untuk menghasilkan suatu informasi baru yang siap pakai.
Data merupakan fakta mentah hasil observasi, umumnya mengenai fenomena
fisik atau transaksi bisnis (O’Brien, 2002, p14).
Menurut Whitten et al (2004, p23), data adalah fakta mentah mengenai orang,
tempat, kejadian, dan hal-hal penting yang ada di dalam organisasi. Setiap fakta tanpa
disertai fakta lainnya secara relatif tidak akan ada artinya.
2.2.5 Pengguna Sistem Informasi Geografi
Dalam penerapan sistem informasi geografi harus ada manusia yang berperan
dalam merencanakan, mengimplementasikan dan mengoperasikan sistem sekaligus
membuat keputusan berdasarkan output yang dihasilkan oleh sistem. Oleh karena itu,
pengenalan terhadap GIS kepada para pengguna merupakan hal yang sangat penting,
bahkan dapat membawa sebuah organisasi ke arah perubahan besar termasuk
restrukturisasi internal, pelatihan ulang staf, dan peningkatan alur informasi. Penelitian
membuktikan bahwa penggunaan sebuah SIG yang berhasil sangat ditentukan oleh
kemampuan dan kinerja sumber daya sebuah organisasi serta ketepatan pemilihan dan
cara implementasi sistem yang baik.
2.3 Keuntungan Penggunaan Sistem Informasi Geografi
Informasi geografis yang disajikan pada peta konvensional boleh jadi merupakan
informasi yang murah dari segi biaya, namun peta tersebut sudah dimanipulasi untuk
memudahkan pembacaan sehingga mengurangi bahkan tidak menampakkan
keasliannya. Sistem informasi geografi menyimpan data seperti apa adanya, sesuai
19
dengan ukuran aslinya. Data keruangan yang dimiliki SIG disimpan dalam bentuk
digital menggunakan media penyimpanan digital berkapasitas besar.
Menurut Yousman (2004, p263), beberapa keuntungan penggunaan SIG adalah:
a. SIG mempunyai kemampuan untuk memilih dan mencari detail atau tema yang
diinginkan, menggabungkan suatu kumpulan data dengan kumpulan data lainnya,
melakukan perbaikan data, serta melakukan pemodelan dan menganalisis suatu
keputusan dengan lebih cepat.
b. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik yang dapat digunakan untuk
menampilkan informasi-informasi tertentu. Peta-peta tematik tersebut dapat
dibuat dari peta-peta yang sudah ada sebelumnya, hanya dengan memanipulasi
atribut-atributnya.
c. SIG memiliki kemampuan untuk menguraikan unsur-unsur yang terdapat di
permukaan bumi menjadi beberapa lapisan data spasial. Dengan penggunaan
konsep lapisan dalam pemodelan, permukaan bumi dapat direkonstruksi kembali
atau dirancang dalam bentuk tiga dimensi berdasarkan data ketinggiannya.
Adapun manfaat dari sistem informasi geografi dapat berbeda-beda disesuaikan
dengan fungsi dan bidang pekerjaan yang menggunakan SIG sebagai acuan. Beberapa
manfaat dari sistem informasi geografi yang dapat diterapkan di segala bidang yaitu:
a. SIG memudahkan pengguna dalam melihat fenomena di muka bumi dengan
perspektif yang lebih baik;
20
b. SIG mampu mengakomodasi penyimpanan, pemrosesan, dan penayangan data
spasial digital bahkan integrasi data yang beragam, mulai dari citra satelit, foto
udara, peta, dan data statistik;
c. SIG akan mampu memproses data dengan cepat dan akurat;
d. SIG juga mengakomodasi data dinamis serta penyediannya secara tepat waktu;
e. Informasi yang dihasilkan SIG merupakan informasi keruangan dan
kewilayahan, maka informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk inventarisasi
data keruangan yang berkaitan dengan sumber daya alam;
f. SIG dapat menghemat waktu dalam produksi peta, proses pembaharuan peta dan
ruang penyimpanan data;
g. SIG dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan hingga menghasilkan
perencanaan yang lebih baik pada suatu organisasi.
2.4 Pemetaan
Dalam sub-bab ini akan dibahas mengenai berbagai hal yang berhubungan
dengan peta secara garis besar.
2.4.1 Pengertian Peta
Peta adalah suatu metode tradisional untuk menyimpan, menganalisis dan
menyajikan data spasial, biasanya berwujud alat peraga yang dapat menyampaikan suatu
ide berupa suatu gambar mengenai tinggi rendahnya suatu daerah, penyebaran
penduduk, jaringan jalan, dan hal lainya yang berhubungan dengan kedudukan dalam
21
ruang. Peta dilukiskan dengan skala tertentu dengan tulisan atau simbol sebagai
keterangan yang dapat dilihat dari atas. Peta dapat meliputi wilayah yang luas, dapat
juga hanya mencakup wilayah yang sempit.
Peta merupakan dasar yang penting dalam SIG karena berfungsi sebagai sebuah
sumber data, struktur dalam penyimpanan data dan alat untuk menganalisis dan
mempertunjukkan data.
Menurut Burrough (1986, p13), peta adalah sekumpulan titik, garis dan area yang
digunakan untuk mendefinisikan lokasi dan tempat yang mengacu pada sistem koordinat
beserta dengan penggambaran atribut-atribut non-spasialnya. Peta biasanya
direpresentasikan dalam dua dimensi tapi tidak menutup kemungkinan untuk dapat
dipresentasikan dalam bentuk tiga dimensi.
2.4.2 Jenis Peta
Menurut kegunaannya, peta terdiri dari:
a. General Reference Map (Peta Referensi Umum)
Peta ini digunakan untuk mengidentifikasi dan memverifikasi macam-macam
bentuk geografi seperti fitur tanah, perkotaan, jalan, dan sebagainya.
b. Mobility Map (Peta Mobilitas)
Peta ini bermanfaat bagi masyarakat dalam menentukan jalur dari satu tempat ke
tempat lainnya, digunakan untuk perjalanan darat, laut dan udara.
22
c. Thematic Map (Peta Tematik)
Peta ini digunakan untuk menunjukkan penyebaran data non-spasial dari obyek
tertentu pada peta, biasanya angka atau warna yang merupakan data hasil olahan.
d. Inventory Map (Peta Inventaris)
Peta ini menunjukkan lokasi dari fitur tertentu yang terdapat di suatu wilayah,
seperti posisi semua taman nasional yang dimiliki oleh provinsi Sumatera Barat.
Menurut isinya, peta terdiri dari:
a. Peta Umum
Melukiskan semua kenampakan pada suatu wilayah secara umum. Kenampakan
adalah keadaan alam atau daerah dengan berbagai bentuk permukaan bumi. Peta
umum dikenal juga dengan sebutan peta topografi. Peta topografi adalah
gabungan dari peta yang berbeda-beda. Peta topografi mengandung kumpulan
data yang bervariasi dalam topik yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
penggunaan lahan, relief atau kontur tanah, dan fitur kultural juga dapat
ditampilkan semuanya secara bersamaan dalam sebuah peta topografi yang sama.
Contoh : peta Indonesia, peta dunia
b. Peta Khusus
Melukiskan kemampuan tertentu atau menonjolkan satu macam data saja pada
wilayah yang dipetakan.
Contoh : peta geologi, peta geomorfologi dan peta populasi
23
Menurut skalanya, peta terdiri dari:
a. Peta kadaster : skala antara 1:100 – 1:5.000
b. Peta skala besar : skala antara 1:5.000 – 1:250.000
c. Peta skala sedang : skala antara 1:250.000 – 1:500.000
d. Peta skala kecil : skala antara 1:500.000 – 1:1.000.000
e. Peta geografi : skala > 1:1.000.000
Menurut keadaan obyeknya, peta terdiri dari:
a. Peta Stasioner
Menggambarkan stabilitas atau apakah keadaan obyek yang dipetakan tetap.
Contoh : peta persebaran gunung berapi
b. Peta dinamis
Menggambarkan keadaan atau obyek yang dipetakan mudah berubah.
Contoh : peta arah angin
2.4.3 Pengertian Garis Lintang dan Garis Bujur
Garis lintang (latitude) dan garis bujur (longitude) adalah garis-garis khayal di
permukaan bumi yang dilukis di atas peta, atlas atau bola dunia untuk membantu
menunjukkan kedudukan suatu tempat. Letak dan posisi tempat dirujuk oleh titik
persilangan (koordinat) antara garis lintang dengan garis bujur. Nilai garis lintang
dinyatakan terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh nilai garis bujur.
Garis lintang adalah garis-garis paralel pada bola dunia yang sejajar dengan Garis
Ekuator. Garis lintang diukur dalam kiraan (˚) dari Garis Khatulistiwa atau Ekuator (0˚)
tanpa sudut. Garis-garis lintang utama di dunia terdiri dari Garis Khatulistiwa, Garis
24
Sartan, Garis Jadi, Garis Artik, dan Garis Anartik. Semua garis lintang berbentuk
lingkaran cincin, kecuali Kutub Utara (90˚LU) dan Kutub Selatan (90˚LS) yang
berbentuk titik untuk menggambarkan poros bumi. Jadi Lintang Utara (LU) berarti
semua posisi atau tempat yang terletak di sebelah Utara Ekuator, sedangkan Lintang
Selatan (LS) berarti semua tempat yang terletak di sebelah Selatan Ekuator.
Yang dimaksud dengan garis bujur adalah garis-garis setengah lingkaran yang
dilukis di sekeliling bola dunia dari bagian atas sampai ke bawah tegak lurus dengan
garis lintang sehingga seolah-olah menghubungkan Kutub Utara dan Kutub Selatan. Hal
ini juga berarti semua garis bujur bertemu antara satu sama lain di Kutub Utara dan
Kutub Selatan karena setiap garis berawal dan berakhir di keduanya. Garis bujur utama
(Prime Meridien) adalah garis bujur 0˚ yang melewati kota Greenwich sebagaimana
disepakati bersama secara internasional. Garis-garis bujur di sebelah timur Meridian
diberi nilai 1˚BT hingga 180˚BT, begitu pula dengan garis-garis bujur di sebelah barat
Meridian diberi nilai 1˚BB sampai 180˚BB. Garis bujur 180˚BT dan 180˚BB adalah satu
garis yang sama, hanya berbeda orientasinya sehingga garis bujur ini juga ditulis dengan
180˚ tanpa menyebut Bujur Timur atau Bujur Barat.
2.5 Rekayasa Piranti Lunak
2.5.1 Pengertian Rekayasa Piranti Lunak
Menurut Pressman(2001,p20), rekayasa piranti lunak adalah penerapan
dan penggunaan prinsip-prinsip rekayasa dalam usaha menghasilkan piranti
lunak yang ekonomis, dapat dihandalkan danberkerja secara efisien pada mesin
yang sesungguhnya. Paradigm rekayasa piranti lunak yang sering digunakan
25
adalah the Classic Life Cycle atau lebih dikenal dengan Waterfall
model.(Pressman,2001,p28-29).
Gambar 2.3 waterfall model
Gambar diatas adalah tahapan umum dari model proses ini. Akan tetapi Roger S.
Pressman memecah model ini menjadi 6 tahapan meskipun secara garis besar sama
dengan tahapan-tahapan model waterfall pada umumnya. Berikut adalah penjelasan dari
tahap-tahap yang dilakukan di dalam model ini menurut Pressman:
• System / Information Engineering and Modeling. Permodelan ini diawali
dengan mencari kebutuhan dari keseluruhan sistem yang akan diaplikasikan ke
dalam bentuk software. Hal ini sangat penting, mengingat software harus dapat
berinteraksi dengan elemen-elemen yang lain seperti hardware, database, dsb.
Tahap ini sering disebut dengan Project Definition.
• Software Requirements Analysis. Proses pencarian kebutuhan diintensifkan
dan difokuskan pada software. Untuk mengetahui sifat dari program yang akan
dibuat, maka para software engineer harus mengerti tentang domain informasi
dari software, misalnya fungsi yang dibutuhkan, user interface, dsb. Dari 2
26
aktivitas tersebut (pencarian kebutuhan sistem dan software) harus
didokumentasikan dan ditunjukkan kepada pelanggan.
• Design. Proses ini digunakan untuk mengubah kebutuhan-kebutuhan diatas
menjadi representasi ke dalam bentuk “blueprint” software sebelum coding
dimulai. Desain harus dapat mengimplementasikan kebutuhan yang telah
disebutkan pada tahap sebelumnya. Seperti 2 aktivitas sebelumnya, maka proses
ini juga harus didokumentasikan sebagai konfigurasi dari software.
• Coding. Untuk dapat dimengerti oleh mesin, dalam hal ini adalah komputer,
maka desain tadi harus diubah bentuknya menjadi bentuk yang dapat dimengerti
oleh mesin, yaitu ke dalam bahasa pemrograman melalui proses coding. Tahap
ini merupakan implementasi dari tahap design yang secara teknis nantinya
dikerjakan oleh programmer.
• Testing / Verification. Sesuatu yang dibuat haruslah diujicobakan. Demikian
juga dengan software. Semua fungsi-fungsi software harus diujicobakan, agar
software bebas dari error, dan hasilnya harus benar-benar sesuai dengan
kebutuhan yang sudah didefinisikan sebelumnya.
• Maintenance. Pemeliharaan suatu software diperlukan, termasuk di dalamnya
adalah pengembangan, karena software yang dibuat tidak selamanya hanya
seperti itu. Ketika dijalankan mungkin saja masih ada errors kecil yang tidak
ditemukan sebelumnya, atau ada penambahan fitur-fitur yang belum ada pada
software tersebut. Pengembangan diperlukan ketika adanya perubahan dari
27
eksternal perusahaan seperti ketika ada pergantian sistem operasi, atau perangkat
lainnya.
Pengaplikasian menggunakan model ini mudah, kelebihan dari model ini adalah
ketika semua kebutuhan sistem dapat didefinisikan secara utuh, eksplisit, dan benar
diawal project maka SE dapat berjalan dengan baik dan tanpa masalah. Meskipun
seringkali kebutuhan sistem tidak dapat didefinisikan seeksplisit yang diinginkan, tetapi
paling tidak, problem pada kebutuhan sistem diawal project lebih ekonomis dalam hal
materi (lebih murah), usaha, dan waktu yang terbuang lebih sedikit jika dibandingkan
problem yang muncul pada tahap-tahap selanjutnya.
Meskipun demikian, karena model ini melakukan pendekatan secara urut /
sequential, maka ketika suatu tahap terhambat, tahap selanjutnya tidak dapat dikerjakan
dengan baik dan itu menjadi salah satu kekurangan dari model ini. Selain itu, ada
beberapa kekurangan pengaplikasian model ini, antara lain adalah sebagai berikut:
• Ketika problem muncul, maka proses berhenti, karena tidak dapat menuju ke
tahapan selanjutnya. Bahkan jika kemungkinan problem tersebut muncul akibat
kesalahan dari tahapan sebelumnya, maka proses harus membenahi tahapan
sebelumnya agar problem ini tidak muncul. Hal-hal seperti ini yang dapat
membuang waktu pengerjaan SE.
• Karena pendekatannya secara sequential, maka setiap tahap harus menunggu
hasil dari tahap sebelumnya. Hal itu tentu membuang waktu yang cukup lama,
artinya bagian lain tidak dapat mengerjakan hal lain selain hanya menunggu hasil
28
dari tahap sebelumnya. Oleh karena itu, seringkali model ini berlangsung lama
pengerjaannya.
• Pada setiap tahap proses tentunya dipekerjakan sesuai spesialisasinya masing-
masing. Oleh karena itu, ketika tahap tersebut sudah tidak dikerjakan, maka
sumber dayanya juga tidak terpakai lagi. Oleh karena itu, seringkali pada model
proses ini dibutuhkan seseorang yang “multi-skilled”, sehingga minimal dapat
membantu pengerjaan untuk tahapan berikutnya.
Tahapan-tahapan model ini sudah cukup baik dalam artian minimal untuk
melakukan SE, maka harus ada tahapan-tahapan ini. Tahapan-tahapan ini jugalah yang
digunakan oleh model-model yang lain pada umumnya. Ada filosofi yang mengatakan
sesuatu yang sukses diciptakan pertama kali, maka akan terus dipakai didalam
pengembangannya. Hal ini juga berlaku pada waterfall model ini. Mungkin dapat
dikatakan bahwa inilah standar untuk melakukan SE. Akan tetapi, yang mungkin
menjadi banyak pertimbangan mengenai penggunaan dari model ini adalah metode
sequential-nya. Mungkin untuk awal-awal software diciptakan, hal ini tidak menjadi
masalah, karena dengan berjalan secara berurutan, maka model ini menjadi mudah
dilakukan. Sesuatu yang mudah biasanya hasilnya bagus. Oleh karena itu model ini
sangat populer. Akan tetapi, seiring perkembangan software, model ini tentu tidak bisa
mengikutinya. Yang menjadi kelemahan adalah pada pengerjaan secara berurutan tadi,
seperti yang sudah diutarakan sebelumnya. Kelemahan-kelemahan yang lain juga sudah
diutarakan diatas, atau bahkan masih ada yang lainnya.
29
Dari sini, nantinya akan dikembangkan model-model yang lain, bahkan ada
tahap evolusioner dari suatu model proses untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tadi.
Meskipun secara tahapan masih menggunakan standar tahapan waterfall model.
Kesimpulannya adalah ketika suatu project skalanya sedang mengarah kecil bisa
menggunakan model ini. Akan tetapi kalau sudah project besar, tampaknya kesulitan
jika menggunakan model ini.
2.5.2 Elemen pokok RPL
Elemen pokok Rekayasa Piranti Lunak adalah sebagai berikut :
1. Process
Pada proses RPL merupakan perekat yang mengikat lapisan-lapisan
teknologi secara bersama dan memampukan perangkat lunak computer untuk
berkembang secara tepat waktu dan rasional. Proses menggambarkan suatu
kerangka kerja untuk sekumpulan dari Key Process Areas (KPAs) yang harus
diterapkan untuk keefektifan pengiriman dar iteknologi rekayasa piranti lunak.
Key process areas merupakan bentuk dasar bagi control managemen dari
proyek-proyek piranti lunak dan menerapkan konteks dimana metode teknis
daapt diterapkan. Produk kerja (model, dokumen, data, laporan, bentuk, dll) yang
diproduksi, kualitas yang dipastikan, dan perubahan yang diatur dengan baik.
2. Methods
Metode Rekayasa Pirantil Lunak menyediakan teknik bagaimana cara
untuk membangun piranti lunak. Metode yang meliputi suatu ruang lingkup
tugas yang luas yang meliputi analisa kebutuhan , desain , konstruksi program,
30
pengujian, dan dukungan. Metode rekayasa Piranti Lunak bergantung pada
sekumpulan prinsip-prinsip dasar yang memerintah tiap area dari teknologi dan
meliputi kegiatan modeling dan teknik deskriptif lainnya.
3. Tools
Peranan Rekayasa Piranti lunak menyediakan dukungan yang otomatis
dan semi - Otomatis bagi proses dan metode-metodenya. Ketika peralatan itu
terintegrasi, maka informasi yang dibentuk oleh suatu alat dapat digunakan oleh
yang lainnya, suatu sistem yang mendukung perkembangan piranti lunak disebut
Computer-Aideds Software (CASE), telah didirikan. CASE merupakan
kombinasi dari software, hardware, dan suatu basis data rekayasa piranti lunak
(sebuah tempat penyimpanan yang berisi informasi penting tentang analisis,
desain, konstruksi program, dan pengujian ) untuk menciptakan suatu lingkungan
analogis rekayasa piranti lunak untuk CAD/CAE (computer-aided design/
engineering) untuk peragkat keras
2.6 Data
2.6.1 Pengertian Data
Menurut McLeod, et al(2007,p15), data terdiri dari fakta-fakta dan angka-
angka yang relatif tidak berhenti bagi pemakai.
Dua sifat data :
a. Shared : data dapat digunakan oleh beberapa pengguna.
b. Integrated : data merupakan kesatuan, sedapat mungkin
31
menghindari pengulangan sehingga data menjadi lebih valid.
2.6.2 Pengertian Basis Data
Pengertian basis data adalah kumpulan data yang terhubung satu
sama lain secara logikal, dan deskripsi data itu dirancang untuk
memenuhi kebutuhan informasi dalam suatu organisasi (Connolly, 2005,
p15). Basis data adalah kumpulan data-data yang digunakan oleh sistem
aplikasi dari perusahaan ( Date, 2000, p10). Basis data adalah kumpulan
data-data yang disimpan dalam suatu format yang telah distandarisasi,
dirancang untuk dibagikan kepada banyak user (Post, 2005, p2). Basis
data adalah seperangkat file yang terinterelasi dan terkoordinasi secara
terpusat (Romney, 2003, p82).
2.6.3 Database Management System
Database Management System (DBMS) adalah sebuah system
software yang memperbolehkan user untuk menggambarkan, membuat,
menjaga, dan mengontrol akses ke basis data (Connolly, 2005, p16).
Database Management System (DBMS) adalah suatu kumpulan data
yang interelasi dan seperangkat program untuk mengakses data-data
tersebut (Silberschatz, 2002, p1). Fasilitas yang disediakan DBMS antara
lain (Connolly, 2005, p16) :
• Memperbolehkan user untuk mendefinisikan data, membuat
spesifikasi tipe data, dan constraint pada data yang akan disimpan dalam
basis data. Biasanya menggunakan Data Definition Language (DDL).
32
Constraint adalah peraturan konsistensi nilai pada basis data yang tidak
dapat dilanggar.
• Memperbolehkan user untuk menambah data, mengubah data,
menghapus data, dan mengambil data dari basis data. Biasanya
menggunakan suatu Data Manipulation Language (DML). Bahasa yang
umum digunakan adalah Structured Query Language (SQL).
• Menyediakan fungsi-fungsi untuk mengontrol akses ke basis
data :
� Sistem keamanan (Security system), mencegah user yang tidak
berwenang agar tidak mengakses ke basis data.
� Sistem integritas (Integrity system), menjaga konsistensi data
yang disimpan.
� Sistem kontrol (Concurency control), mengijinkan agar data
dapat dipakai bersama-sama oleh user lainnya.
� Sistem kontrol perbaikan (Recovery control system),
memperbaiki atau mengembalikan basis data ke kondisi
sebelumnya jika terjadi kerusakan pada perangkat keras dan
perangkat lunak.
� Katalog yang dapat diakses user (User-accessible catalog),
catatan yang berisi deskripsi data pada basis data.
Database Application Program adalah suatu program komputer
33
yang berinteraksi dengan basis data sesuai dengan permintaan DBMS
(Connolly, 2005, p17). Komponen lingkungan DBMS antara lain
(Connolly, 2005, p18) :
1. Perangkat keras (hardware)
Perangkat keras dapat berupa komputer tunggal personal,
mainframe tunggal, hingga jaringan komputer. Perangkat keras
dapat tergantung pada kebutuhan perusahaan dan DBMS yang
digunakan.
2. Perangkat lunak (software)
Program aplikasi yang digunakan biasanya adalah 3rd GL
(third generation language) , seperti C, C++, Java, Visual Basic,
COBOL, Fortran, Ada, Pascal, atau bahkan 4th GL (fourth
generation language) seperti SQL yang digabungkan pada 3rd GL.
3. Data (data)
Data merupakan komponen yang paling penting dari
lingkungan DBMS. Data berperan sebagai penghubung antara
komponen mesin dengan komponen manusia.
4. Prosedur (procedure)
Prosedur mengandung instruksi dan peraturan yang
mengatur rancangan dan kegunaan basis data, seperti bagaimana
masuk ke dalam DBMS, menjalankan dan menghentikan DBMS,
dan bagaimana membuat cadangan data dari basis data.
34
5. Manusia (people)
Manusia merupakan komponen terakhir yang terlibat
langsung dengan sistem, termasuk didalamnya adalah Database
Administrator (DBA), perancang basis data, pengembang aplikasi,
dan pemakai akhir.
Keuntungan DBMS antara lain (Connolly, 2005, p26) :
• Kontrol redundansi data
Pendekatan basis data berusaha menghapus redundansi
dengan menggabungkan file sehingga data yang sama tidak akan
disimpan kembali. Bagaimanapun, pendekatan basis data tidak
menghapus redundansi secara keseluruhan, tetapi mengontrol
jumlah redundansi yang terdapat pada basis data. Pada waktu
yang berbeda, beberapa data yang duplikat diperlukan untuk
meningkatkan performance.
• Konsistensi data
Dengan menghapus atau mengontrol redundansi, maka
akan mengurangi resiko ketidakkonsistensian yang akan muncul.
Jika sebuah data disimpan hanya satu kali pada basis data, update
apapun terhadap nilai data tersebut hanya dilakukan satu kali dan
nilai baru tersedia untuk user.
• Semakin banyak informasi yang didapat dari data yang sama
35
Dengan integrasi dari data operasional, maka
memungkinkan perusahaan untuk menurunkan informasi
tambahan dari data yang sama.
• Data yang berbagi
File biasanya dimiliki oleh orang atau departemen yang
menggunakannya. Disisi lain, basis data adalah milik
keseluruhan organsisasi dan dapat dibagi-bagi kepada user yang
berhak mengaksesnya.
• Meningkatkan integritas data
Integritas data merujuk pada validitas dan konsistensi data
yang disimpan. Integritas biasanya digambarkan dalam bentuk
constraint, yang merupakan peraturan yang konsisten pada basis
data yang tidak diijinkan untuk dilanggar.
• Meningkatkan keamanan
Keamanan basis data adalah perlindungan basis data dari
user yang tidak memiliki hak akses. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara membuat username dan password untuk
mengidentifikasi user yang mempunyai hak akses ke basis data.
Akses yang diberikan kepada user dapat dibatasi oleh jenis
operasi yaitu insert, update, delete, dan retrieval data.
• Menjalankan standar
36
Integrasi memungkinkan DBA mendefinisikan dan
menjalankan standar yang diperlukan. Standar ini dapat meliputi
standar departemen, organisasi, nasional, atau internasional untuk
pemformatan data dalam memfasilitasi pertukaran data antar
sistem, aturan penamaan, standar dokumentasi, prosedur update,
dan aturan akses.
• Meningkatakan maintenance melalui independensi data
Pada sistem berbasis file, deskripsi data dan logika untuk
mengakses data dibangun ke dalam setiap program aplikasi,
membuat program bergantung pada data. Pada DBMS, deskripsi
data dan aplikasi dipisahkan sehingga membuat aplikasi terpisah
dari perubahan deskripsi data. Ini disebut dengan independensi
data.
• Meningkatkan concurrency
DBMS mengatur akses ke basis data dimana jika terjadi
akses terhadap data secara bersamaan , maka akses yang satu
tidak akan mengganggu akses yang lainnya sehingga tidak terjadi
kehilangan informasi .
Kerugian DBMS antara lain (Connolly, 2005, p29) :
• Kompleksitas
Perancang dan pengembang basis data, data dan database
administrator, serta user harus memahami keseluruhan
37
fungsionalitas DBMS yang kompleks. Kegagalan dalam
memahami sistem dapat membawa ke keputusan rancangan yang
buruk dimana akan terdapat konsekuensi yang serius untuk
perusahaan.
• Ukuran (size)
Fungsionalitas yang kompleks menjadikan DBMS sebagai
sebuah perangkat lunak yang membutuhkan tempat penyimpanan
yang sangat besar dan jumlah memori yang besar untuk
menjalankan DBMS secara efisien.
• Biaya DBMS
Biaya untuk suatu DBMS sangat bervariasi tergantung
pada lingkungan dan fungsionalitas yang diberikan.
• Biaya perangkat keras tambahan
Kebutuhan tempat penyimpanan untuk DBMS dan basis
data membutuhkan pembelian tempat penyimpanan tambahan.
Selain itu, untuk mendapatkan performance yang diinginkan,
maka diperlukan untuk membeli mesin yang lebih besar untuk
menjalankan DBMS. Penambahan perangkat keras baru akan
menghasilkan pengeluaran biaya tambahan.
• Biaya konversi
Biaya tambahan untuk melakukan konversi aplikasi yang
telah ada agar berjalan pada DBMS dan perangkat keras yang
38
baru. Selain itu juga meliputi biaya tambahan untuk pelatihan staff
untuk menggunakan sistem baru dan mungkin mempekerjakan
staff ahli untuk membantu dalam melakukan konversi dan
menjalankan sistem baru.
• Performance
DBMS digunakan untuk memenuhi banyak permintaan aplikasi
sehingga beberapa aplikasi tidak berjalan sesuai yang seharusnya.
2.6.3 Primary Key
Menurut Connolly dan Begg (2005, p79), Primary Key merupakan
sebuah atribut atau himpunan atribut yang bersifat unik yang dipilih untuk
mengidentifikasi tuple atau record dalam sebuah tabel. Unik di sini memiliki arti
tidak boleh ada duplikat atau key yang sama untuk dua atau lebih tuple/record
dalam sebuah tabel.
2.6.4 Foreign Key
Foreign Key berdasarkan Connolly dan Begg (2005, p79) adalah sebuah
atribut atau himpunan atribut dalam sebuah tabel yang merujuk pada key yang
terdapat pada tabel lain. Foreign Key berfungsi untuk menggambarkan hubungan
antara satu tabel dengan tabel yang lainnya.
2.6.5 Entity Relationship Diagram
Entity relationship diagram menunjukkan hubungan antar data
berdasarkan persepsi nyata yang terdiri dari sekumpulan obyek dasar yang
disebut entitas dan hubungan antar entitas-entitas tersebut.
39
Jenis mapping cardinality menurut Eaglestone (2001, p125), antara lain:
a. One to one
Hubungan antara entitas x dan y di mana setiap satu x berhubungan ke satu atau
hanya satu y, dan setiap satu y berhubungan dengan satu atau hanya satu x.
b. One to many
Hubungan antara entitas x dan y di mana setiap satu x berhubungan ke satu atau
lebih y, tetapi setiap satu y berhubungan dengan satu atau hanya satu x.
c. Many to many
Hubungan antara entitas x dan y di mana setiap satu x mungkin berhubungan ke
satu atau lebih y, dan setiap satu y mungkin berhubungan dengan satu atau lebih
x.
d. Zero or one to many
Hubungan antara entitas x dan y di mana setiap satu x mungkin berhubungan ke
satu atau lebih y, tetapi setiap satu y hanya berhubungan ke satu x atau tidak
sama sekali.
2.7 Statechart Diagram
Menurut Whitten, et al (2004,p700-701), statechart Diagram adalah Diagram
UML yang menggambarkan macam-macam keadaan yang dapat dimiliki objek peristiwa
yang memicu terjadinya transisi antar keadaan, dan aturan-aturan yang mengatur transisi
tersebut. Suatu objek berganti keadaan saat nilai atributnya berubah. Statechart Diagram
tidak diperlukan untuk semua objek. Statechart Diagram dibuat hanya untuk objek yang
secara jelas memiliki keadaan yang dapat diidentifikasi dan perilaku yang kompleks.
40
Statechart Diagram diawali dengan keadaan awal (lingkaran hitam penuh) dan transisi
melewati berbagai keadaan dalam daur hidup objek (segi empat tidak bersudut) sampai
mencapai keadaan akhir (lingkaran hitam penuh dengan lingkaran diluranya). Panah
menggambarkan kejadian yang memicu perubahan keadaan ke keadaan lainnya.
2.8 Component Diagram
Menurut Whitten, et al(2004, p502), Component Diagram digunakan untuk
menggambarkan organisasi dari sistem dan ketergantungnan dari komponen perangkat
lunak dalam sistem. Component Diagram dapat juga digunakan untuk menunjukkan
bagaimana kode program dibagi menjadi modul-modul.
2.9 Use-Case Diagram
Menurut Ambler, Scott W (2006), use-case Diagram secara grafik menggambarkan
interaksi antara sistem, hal-hal di luar sistem,dan user. Dengan kata lain, mereka
menggambarkan siapa yang akan memakai sistem dan dengan cara itu seorang user akan
berinteraksi dengan sistem. Use-case merupakan urutan langkah yang secara tindakan
saling terkait (skenario), baik termotivasi maupun secara manual, untuk tujuan
melengkapi satu tugas bisnis tunggal.
41
Gambar 2.4 Contoh Diagram Use-case
Notasi yang digunakan dalan use-case Diagram antara lain:
1. Actor
Adalah posisi yang dimiliki user terhadap sistem. Yang menjadi actor dapat berupa
manusia, hardware atau sistem lain yang berhubungan dengan sistem yang berjalan.
Atau actor adalah sesuatu yang memerlukan interaksi dengan sistem untuk bertukar
informasi.
2. Use-case symbol
Menggambarkan sekumpulan urutan, dimana setiap urutan mewakili intervensi antara
actor dengan sistem. Use case symbol merepresentasikan fungsionalitas sistem secara
keseluruhan.
42
2.9.1 Deskripsi Use-case
Bagian umum kejadian adalah deskripsi use-case, yaitu langkah demi langkah mulai
dengan pelaku menginisialisasi use-case dan melanjutkannya hingga akhir kejadian
bisnis. Dimana dalam deskripsi use-case terdapat:
� Nama use-case (use-case), merupakan nama dari suatu use-case.
� Aktor (actor), pelaku yang berpartisipasi di dalam suatu use-case.
� Tujuan (goals), tujuan dari use-case.
� Prakondisi (precondition), batasan pada keadaan sistem sebelum use-case
dapat dieksekusi.
� Ringkasan (summary), deskripsi ringkasan pendek yang berisi jumlah kalimat
yang menunjukkan secara garis besar tujuan use-case dan berbagai
kegiatannya.
� Related use-case, use-case yang saling berhubungan.
� Langkah-langkah (steps), menjelaskan setiap langkah dari use-case dengan
menggunakan dua kolom, dimana kolom sebelah kiri menunjukkan aksi dari
pelaku dan kolom sebelah kanan merupakan respon yang diberikan oleh sistem.
2.10 IMK (Interaksi Manusia dan Komputer)
Menurut Shneiderman (1998, p55), IMK adalah studi tentang interaksi antara manusia
dan komputer. IMK sering dianggap sebagai titik temu antara sains computer, sains
perilaku, dan perancangan serta beberapa studi ilmu lainnya. Interaksi antara manusia
43
dan computer terjadi pada user interface yang termasuk perangkat lunak dan perangkat
keras. 8 Aturan emas dalam perancangan interface yaitu :
1. Konsistensi
Konsistensi dilakukan pada urutan tindakan, perintah, dan istilah yang digunakan pada
prompt, menu, serta layar bantuan.
2. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut
Ada kebutuhan dari pengguna yang sudah ahli untuk meningkatkan kecepatan interaksi,
sehingga diperlukan singkatan, tombol fungsi, perintah tersembunyi, dan fasilitas makro.
3. Memberikan umpan balik yang informatif
Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu sistem umpan balik. Untuk
tindakan yang sering dilakukan dan tidak terlalu penting, dapat diberikan umpan balik
yang sederhana. Tetapi ketika tindakan merupakan hal yang penting, maka umpan balik
sebaiknya lebih substansial. Misalnya muncul suatu suara ketika salah menekan tombol
pada waktu input data atau muncul pesan kesalahannya.
4. Merancang dialog untuk menghasilkan suatu penutupan
Urutan tindakan sebaiknya diorganisir dalam suatu kelompok dengan bagian awal,
tengah, dan akhir. Umpan balik yang informatif akan meberikan indikasi bahwa cara
yang dilakukan sudah benar dan dapat mempersiapkan kelompok tindakan berikutnya.
5. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana
Sedapat mungkin sistem dirancang sehingga pengguna tidak dapat melakukan kesalahan
fatal. Jika kesalahan terjadi, sistem dapat mendeteksi kesalahan dengan cepat dan
44
memberikan mekanisme yang sedehana dan mudah dipahami untuk penanganan
kesalahan.
6. Mudah kembali ke tindakan sebelumnya
Hal ini dapat mengurangi kekuatiran pengguna karena pengguna mengetahui kesalahan
yang dilakukan dapat dibatalkan; sehingga pengguna tidak takut untuk mengekplorasi
pilihan-pilihan lain yang belum biasa digunakan.
7. Mendukung tempat pengendali internal (internal locus of control)
Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem akan merespon tindakan yang
dilakukan pengguna daripada pengguna merasa bahwa sistem mengontrol pengguna.
Sebaiknya sistem dirancang sedemikan rupa sehingga pengguna menjadi inisiator
daripada responden.
8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek
Keterbatasan ingatan manusia membutuhkan tampilan yang sederhana atau banyak
tampilan halaman yang sebaiknya disatukan, serta diberikan cukup waktu pelatihan
untuk kode, mnemonic, dan urutan tindakan.
2.11 Asuransi jiwa
2.11.1 Pengertian Asuransi jiwa
Menurut Djojosoedarso, Soeisno (2005,p7), Asuransi Jiwa adalah polis asuransi yang
membayar manfaat atas kematian kepada penerima manfaat atau ahli waris apabila
tertanggung atau peserta utama meninggal dunia. Produk ini dibentuk untuk memberikan
perlindungan ekonomis kepada seseorang, sehingga apabila terjadi suatu resiko keluarga
45
yang ditinggalkan tetap akan hidup layak sesuai tanpa harus menurunkan standart
hidupnya. Definisi Asuransi Jiwa menurut UU No. 2 Tahun 1992 berbunyi seperti ini:
“Asuransi jiwa adalah perjanjian, antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana pihak
Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang diasuransikan”.
Manfaat proteksi jiwa ini adalah jaminan kepastian terhadap tertanggung dan
keluarga dalam menghadapi berbagai resiko kehidupan. Ketika dalam resiko, maka
manfaat asuransi pasti akan tetap memberikan seluruh manfaat dana pendidikan, dana
pensiun maupun santunan meninggal yang direncanakan tanpa harus melanjutkan
pembayaran preminya. Kepastian ini tertuang secara rinci didalam polis yang memiliki
kekuatan dan dasar hukum yang sah.
2.11.2 Definisi asuransi dilihat dari fungsinya
Untuk membantu membangun keamanan finansial seseorang, polis asuransi jiwa yang
dibutuhkan untuk membantu melindungi orang yang mereka cintai dalam peristiwa
kematian pemilik polis. Asuransi jiwa bisa datang dalam berbagai bentuk, tapi semua
memiliki satu manfaat utama; jumlah polis Anda akan dibayarkan kepada penerima
secara langsung setelah kematian seseorang dan akan bebas pajak penghasilan. Hidup
asuransi juga dapat memberikan keuntungan tambahan untuk membangun diri sendiri
keuntungan pajak pendapatan untuk pensiun atau untuk membantu memberikan aset
untuk melawan pajak estat.
46
2.11.3 Pengertian Polis
Menurut Djojosoedarso (2005, p72), polis adalah surat perjanjian yang mengatur segala
hak dan kewajiban dari masing – masing pihak.
2.11.4 Pengertian Premi
Menurut Djojosoedarso (2005, p127), premi asuransi adalah pembayaran dari
tertanggung kepada penanggung, sebagai imbalan jasa atas pengalihan risiko kepada
penanggung.