bab 2 - bina nusantara | library & knowledge...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-Teori Dasar/Umum
Teori-teori berikut ini merupakan teori dasar yang diperoleh dari
berbagai sumber dan akan dijadikan sebagai landasan penulisan skripsi ini:
2.1.1 Sistem
Menurut Jogiyanto (2005, p2), sistem adalah kumpulan dari
elemen-elemen yang berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut McLeod dan Scheel (2007, p10), sistem adalah
sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama
untuk mencapai tujuan, dimana elemen-elemen tersebut terdiri dari
sumber daya input, proses transformasi, dan sumber daya output.
Menurut Widjajanto (2008, p2), sistem adalah sesuatu yang
memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai
tujuan tertentu melalui tiga tahapan yaitu input, proses dan output.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas,
dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen yang
memiliki terikat dan saling berhubungan yang terintegrasi satu sama
lain dengan menerima inputan yang akan diproses kemudian
menghasilkan output yang akan di gunakan untuk mencapai suatu
tujuan.
6
7
2.1.2 Informasi
Menurut Jogiyanto (2005, p8), informasi adalah data yang
telah diolah menjadi suatu bentuk yang berarti bagi penerimanya dan
bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini dan mendatang.
Nilai suatu informasi (value of information) ditentukan oleh
dua hal, yaitu:
1. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih
efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya.
2. Suatu informasi dikatakan bernilai apabila informasi tersebut
tidak dinilai dengan keuntungan nilai uang tetapi ditafsirkan
dengan nilai efektif.
Menurut McLeod dan Scheel (2007, p11), informasi adalah
data yang telah diproses sehingga lebih berarti dan lebih bermanfaat
bagi pemakai tertentu.
Menurut Turban (2009, p6), informasi adalah data yang telah
diorganisasikan sehingga mengandung arti dan berguna bagi
penerima.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas,
dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diolah
melalui suatu proses sehingga menjadi bernilai bagi penerimanya.
2.1.3 Sistem Informasi
Menurut Whitten et al (2004, p10), sistem informasi adalah
pengaturan orang, data, proses, dan teknologi informasi yang
berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, meyimpan, dan
8
menyediakan output informasi yang diperlukan untuk mendukung
sebuah organisasi.
Berdasarkan Satzinger (2010, p6), sistem informasi adalah
kumpulan dari komponen yang saling terkait yang berfungsi bersama
untuk mencapai suatu hasil tertentu. Sebuah sistem informasi adalah
suatu kumpulan komponen yang saling terkait yang mengumpulkan,
memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai output informasi
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas bisnis.
Menurut Andreica et al. (2009, p61), sistem informasi terletak
di bagian atas dalam suatu strategi IT yang bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi organisasi / perusahaan. Namun, diperlukan
proses implementasi yang tepat sesuai dengan tujuan dan kebutuhan
serta sumber daya yang dimiliki organisasi / perusahaan.
Menurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi adalah dapat
diartikan sebagai kombinasi sumber daya yang teroganisir dari
manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi dan
data yang dikumpulkan, mengubah, dan mendistribusikan informasi
pada suatu organisasi.
Komponen-komponen dalam sistem informasi
memperlihatkan hubungan antara komponen. Model komponen
tersebut memberikan kerangka kerja yang menekankan pada lima
konsep utama, yang dapat diaplikasikan ke semua jenis sistem
informasi, yang terdiri dari:
a) Sumber Daya Manusia
9
Manusia dibutuhkan dalam suatu pengoperasian semua
sistem informasi. Manusia sebagai pemakai akhir dan pakar
sistem informasi adalah orang-orang yang menggunakan
sistem informasi yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Sebagai
pakar sistem informasi manusia mempunyai tugas membuat
dan mendesain sistem informasi yang berdasarkan kebutuhan
informasi yang dibutuhkan oleh pemakai akhir.
b) Sumber Daya Hardware
Konsep sumber daya hardware meliputi semua
peralatan dan bahan fisik yang digunakan dalam pemrosesan
informasi. Dalam hal ini, sumber daya hardware tidak hanya
meliputi mesin komputer, printer atau perakatan keras lainnya.
Hardware juga merupakan perangkat keras, suatu alat yang
bisa dilihat dan diraba oleh manusia secara langsung, yang
mendukung proses komputerisasi.
c) Sumber Daya Software
Konsep sumber daya Software meliputi semua
rangkaian perintah pemrosesan informasi. Konsep umum
Software ini meliputi tidak hanya perintah informasi yang
disebut program, dengan hardware komputer pengendalian
langsung. Sumber daya Software antara lain sistem Software
dan Software aplikasi.
d) Sumber Daya Data
10
Data lebih dari pada hanya bahan baku sistem
informasi. Konsep sumber daya data telah diperluas oleh para
manager dan pakar sistem informasi. Mereka menyadari
bahwa data membentuk sumber daya lainnya dalam
perusahaan.
e) Sumber Daya Jaringan
Jaringan telekomunikasi terdiri dari komputer, dan
peralatan lainnya yang dihubungkan satu sama lain melalui
media komunikasi. Sumber daya jaringan telekomunikasi
menekankan bahwa teknologi komunikasi dan jeringan adalah
komponen sumber daya dasar dari sistem informasi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat
disimpulkan pengertian sistem informasi adalah pengaturan
komponen-komponen yang saling terkait yang terdiri dari
(manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan
komunikasi dan data) untuk mengumpulkan, memproses,
meyimpan, dan menyediakan informasi untuk mencapai
tujuan organisasi.
2.1.4 Teknologi Informasi
Menurut Turban (2009, p6), teknologi informasi adalah
hubungan antara alat berbasis komputer yang digunakan manusia
untuk bekerja dengan informasi dan untuk mendukung informasi dan
memproses informasi yang dibutuhkan organisasi.
Menurut O’Brien (2005, p5), teknologi informasi adalah
hardware, software, jaringan telekomunikasi, manajemen database,
11
dan teknologi pengolah informasi lainnya yang digunakan dalam
sistem informasi berbasis komputer.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
teknologi informasi adalah hubungan antara hardware, software,
jaringan, database dan teknologi pengolahan informasi lainnya yang
digunakan untuk memproses dan mendukung informasi yang
dibutuhkan organisasi.
2.1.5 Pengertian Investasi
Menurut Reilly dan Brown (2006, p6), investasi adalah jumlah
uang yang ada, yang digunakan pada periode waktu tertentu untuk
menangani pembayaran di masa yang akan datang dimana nantinya
diterima investor sebagai pendanaan yang akan dilakukan, perkiraan
waktu tingkat kategori dari inflasi dan dimasa depan yang tidak
menentu.
Menurut Sunariyah (2003, p4), Investasi adalah penanaman
modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya
berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di
masa-masa yang akan datang. Dewasa ini banyak negara-negara yang
melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan
investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh
pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan
ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output
yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan
devisa.
12
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa investasi adalah penanaman modal terhadap sejumlah uang
yang ditujukan untuk memberikan keuntungan di masa-masa yang
akan datang.
2.1.6 Pengertian Investasi Teknologi Informasi
Menurut Fitzpatrick (2005, p28), investasi teknologi informasi
merupakan total biaya dari daur hidup keseluruhan proyek atau
bagian proyek yang melibatkan teknologi informasi, termasuk biaya
operasional setelah proyek berlangsung dari sistem yang
diimplementasikan.
Secara umum, investasi TI bermanfaat dalam menekan biaya-
biaya operasional perusahaan, meningkatkan produktifitas dan
mencari solusi dari masalah yang terjadi dalam proses bisnis
perusahaan.
2.17 Teori Analisis Porter
Menurut Haag et al (2005, p.242), pengertian daya porter
adalah sebuah model yang membantu orang–orang dalam dunia bisnis
untuk saling mengerti hubungan yang atraktif didalam dunia industri.
Terdiri dari beberapa kekuatan, yaitu : kekuatan pendatang baru,
kekuatan penawaran pembeli, kekuatan penawaran pemasok,
kekuatan produk / jasa pengganti, persaingan antar kompetitor, dan
kekuatan pemerintah, yang dimodelkan pada gambar 2.1 berikut :
13
Gambar 2.1 Lima Daya Bersaing Menurut Porter
- Ancaman dari Pendatang Baru
Ancaman dari pendatang baru dalam model lima daya
porter akan menjadi tinggi apabila pesaing baru dengan mudah
untuk memasuki pasar industri, dan rendah apabila ada
penghalang untuk memasuki pasar industri.
- Persaingan Industri
Persaingan antar industri dalam model lima daya porter
akan menjadi tinggi apabila persaingan sangat ketat dalam pasar
industri, dan rendah apabila persaingan lebih memuaskan dalam
pasar industri.
- Ancaman dari Produk Pengganti
Ancaman dari produk pengganti dalam model lima daya
porter akan menjadi tinggi apabila memiliki banyak alternatif
untuk produk atau jasa, dan rendah apabila memiliki beberapa
alternatif yang akan dipilih. Idealnya organisasi dapat menjadi
pemasok organisasi dalam pasar, dimana terdapat beberapa barang
pengganti untuk produk atau jasa yang ditawarkan.
- Kekuatan Penawaran Pembeli
14
Kekuatan pembeli dalam model lima daya porter akan
tinggi apabila pembeli memiliki banyak pilihan dari siapa yang
membeli, dan rendah apabila pilihan yang disediakan semakin
sedikit. Sebagai penyedia produk dan jasa, organisasi berharap
untuk mengurangi kekuatan pembeli.
- Kekuatan Penawaran Pemasok
Kekuatan pemasok dalam model lima daya porter akan
tinggi apabila pembeli memiliki sedikit pilihan dari siapa yang
membeli, dan rendah apabila ada beberapa pilihan. Kekuatan
pemasok kebalikan dari kekuatan pembeli. Pemasok organisasi
dalam pasar menginginkan kekuatan pembeli menjadi rendah dan
kekuatan pemasok menjadi lebih tinggi.
2.18 Teori Analisis SWOT
2.1.8.1 Definisi SWOT
Menurut Rangkuti (2004, p.18) Analisis SWOT adalah
indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Stengths) dan peluang (Opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan
dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan
perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic
15
planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan
(kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi saat ini.
Dan hal ini disebut Analisis Situasi. Model yang paling popular
untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT.
Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan Strategis
2.1.7.2 Cara Membuat Analisis SWOT
Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat
ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor
tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah
singkatan dari Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan
eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang
(Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal
Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses).
16
Gambar 2.3 Analisis SWOT
Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan.
Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (Growing oriented strategy).
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan
ini masih memiliki kekuatan dari segi internal.
Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi
(produk/pasar).
Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat
besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa
kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada
kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG
matriks. Fokus strategi perusahaan iniadalah
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan
17
sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih
baik. Misalnya, Apple menggunakan strategi
peninjauan kembali teknologi yang dipergunakan
dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam
industri microcomputer.
Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi
berbagai ancaman dan kelemahan internal.
2.1.8.3 Matriks Faktor Strategi Eksternal
Matriks faktor strategi ekternal menurut Rangkuti (2004,
p.22), tahap pengembangan EFAS Matrix adalah sebagai berikut :
1. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan
ancaman).
2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari
1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan
dampak terhadap faktor strategis.
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor
dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai
dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh. Faktor tersebut
terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian
nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang
yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya
kecil, diberi rating +1).
18
Pemberian nilai ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika
nilai ancamannya sangat besar, Ratingnya adalah 1. sebaliknya, jika
nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.
1. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3,
untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.
hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing
faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)
sampai dengan 1,0 (poor).
2. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk
memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang
bersangkutan. Nilai total menunjukkan bagaimana
perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya
dalam kelompok industri yang sama.
Jika analisis faktor-faktor strategis eksternal (peluang dan
ancaman) telah selesai,maka faktor-faktor strategis internal (kekuatan
dan kelemahan) juga harus dianalisis dengan cara yang sama. Jadi
sebelum strategi diterapkan, perencanaan strategi harus menganalisis
lingkungan eksternal untuk mengetahui berbagai kemungkinan
peluang dan ancaman. Masalah strategis yang akan dimonitor harus
ditentukan karena masalah ini dapat mempengaruhi perusahaaan di
masa yang akan datang. Untuk itu, penggunaan metode-metode
kuantitatif sangat dianjurkan untuk membuat peramalan (forecasting)
19
dan asumsi, seperti ekstrapolasi, brainstorming, stastitical modelling,
riset dan operasi,dan sebagainya.
2.1.8.4 Matriks Faktor Strategi Internal
Setelah faktor-faktor strategi internal suatu perusahaan
diidentifikasi, suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis
Summary) disusun untuk merumuskan factor-faktor strategis internal
tersebut dalam kerangka Strength and Weakness perusahaan.
Menurut Rangkuti (2004, p24), analisis IFAS dikembangkan dalam
lima tahap yaitu :
1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta
kelemahan perusahaan dalam kolom 1.
2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dalam skala mulai
dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting),
berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi
strategis perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak
boleh melebihi skor total 1,00) .
3. Hitung rating (dala kolom 3) untuk masing-masing faktor
dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai
dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut dalam
kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat
positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi
nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan
membandingkannya dengan ratarata industri atau dengan
pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif
kebalikannya. Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar
20
sekali dibandingkan dengan rata-rata industri, nilainya adalah
1, sedangkan jika kelemahan perusahaan dibawah rata-rata
industri, nilainya adalah 4.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3,
untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4
hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing
faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)
sampai dengan 1,0 (poor).
5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk
memperoleh total skor pada perusahaan yang bersangkutan.
Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu
bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor
total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan
ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang
sama. Setelah analisis faktor-faktor strategis eksternal
(peluang dan ancaman) diselesaikan, maka faktor-faktor
strategis internal (kekuatan dan kelemahan) juga harus
dianalisis dengan cara yang sama.
Keunggulan perusahaan yang tidak dimiliki oleh perusahaan
pesaing (distinctive competencies) harus diintegrasikan kedalam
budaya organisasi sedemikian rupa sehingga perusahaan lain tidak
mudah menirunya. Selanjutnya, sebelum suatu perencanaan strategis
dikembangkan, manajemen puncak perlu menganalisis hubungan
antara fungsi-fungsi manajemen perusahaan dengan mempelajari
struktur perusahaan (coorporate’s structure), budaya perusahaan
21
(coorporate’s culture), dan sumber daya perusahaan (coorporate’s
resources).
Struktur perusahaan
Pada umumnya dapat diketahui dari stuktur organisasi
perusahaan. Desain struktur perusahaaan tersebut
menggambarkan kelebihan maupun kekurangan serta potensi
yang dimiliki. Struktur organisasi ini merupakan kekuatan
internal perusahaan yang bersangkutan.
Budaya perusahaan
Budaya perusahaan merupakan kumpulan nilai, harapan
serta kebiasaan masing-masing orang yang ada di perusahaan
tersebut, yang pada umumnya tetap dipertahankan dari satu
generasi ke generasi berikutnya
Sumber daya perusahaan
Sumber daya perusahaan dalam hal ini tidak hanya berupa
aset, seperti orang,uang, dan fasilitas, tetapi juga berupa konsep
serta prosedur teknis yang biasa dipergunakan di perusahaan.
Dengan demikian, analisis strategi internal dapat lebih dikenali
berdasarkan kekuatan dan kelemahan sumber daya secara
fungsional (pemasaran, keuangan, operasional, penelitian dan
pengembangan, sumber daya manusia, sistem informasi).
2.1.8.5 Matriks TOWS atau SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi
perusahaan adalah Matriks SWOT. Matriks ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang
22
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini menghasilkan 4 set
kemungkinan alternatif strategis, yaitu :
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasrkan jalan pikiran perusahaan,
yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut
dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan
peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang
ada.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada.
23
Tabel 2.1 Matriks SWOT
2.1.8.6 Teori Value Shop
Analisis rantai nilai (Value Chain) merupakan sebuah
gambaran grafis dari kegiatan perusahaan yang dirancang dengan
suatu cara untuk menunjukkan urutan kegiatan. Untuk perusahaan
24
yang bergerak di bidang jasa, analisis rantai nilai lebih tepat
digambarkan dengan menggunakan analisis value shop (Ward, 2002,
p266) seperti pada gambar 2.4 di bawah ini. Penjelasan analisa rantai
nilai value shop yang terdiri dari tujuh aktivitas primer dan empat
aktivitas pendukung, yaitu :
Gambar 2.4 : Analisis Value Chain/Value Shop
1. Aktivitas Primer
A. Business Acquisition
Perusahaan jasa harus mampu memahami kebutuhan
dan keinginan pelanggannya sehingga perusahaan dapat
25
memberi pelayanan yang memuaskan dan dapat
mempertahankan kepercayaan pelanggannya. Tahap ini
menjelaskan aktivitas perusahaan dalam usahanya memenuhi
kebutuhan pelanggannya.
B. Problem Specification
Pada tahap ini perusahaan melakukan perumusan
masalah yang dapat dilakukan dengan menganalisa setiap
kendala yang terjadi dalam usaha pemenuhan kebutuhan
pelanggan.
C. Knowledge Application
Pada tahap ini dijelaskan bagaimana dan seperti apa
sistem yang akan dibangun untuk membantu proses
pemecahan dari masalah yang terjadi.
D. Allocation of Resources
Pada tahap ini dilakukan analisa mengenai
pengalokasian sumber daya yang akan dikeluarkan oleh
perusahaan dalam usaha pemenuhan kebutuhan pelanggan.
E. Configure Solution
Setelah melewati beberapa tahapan diatas maka
disusun rencana mengimplementasikan solusi yang dihasilkan,
menentukan prioritas yang akan dilakukan, siapa yang akan
bertanggung jawab dan waktu pengimplementasian.
F. Execute Solution
Pada tahap ini perusahaan mulai mengaplikasikan
solusi kepada para pelanggannya, tetapi kegiatan rantai
26
analisis tidak berhenti sampai di sini. Perusahaan harus tetap
mencari tahu apakah solusi yang dihasilkan sudah cukup
memuaskan dan memenuhi standar yang diinginkan oleh
pelanggan.
G. Marketing the Capability
Setelah tahap-tahap di atas dilakukan, maka
perusahaan harus mensosialisasikan kelebihan dan keunggulan
yang dimilikinya dalam rangka memenuhi kebutuhan
pelanggannya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kepercayaan pelanggan terhadap kualitas layanan perusahaan.
2. Aktivitas pendukung
Aktivitas pendukung yang diselenggarakan di dalam
industri jasa dapat dibagi menjadi 4 (empat) kelompok generik,
yaitu :
A. Administrasi
Kegiatan administrasi meliputi prosedur-prosedur yang
rutin dilakukan sehubungan dengan jalannya proses bisnis
perusahaan.
B. Pengembangan Teknologi
Setiap aktivitas rantai nilai mengandung teknologi
baikberupa pengetahuan, prosedur, atau teknologi yang
terkaitdengan peralatan proses. Ragam teknologi yang
digunakan meliputi proses penyiapan dokumen hingga
27
penggunaan teknologi yang terletak dalam produk yang
dihasilkan itu sendiri. Pengembangan teknologi terdiri dari
beragam aktivitas yang secara umum dapat dikelompokkan ke
dalam usaha memperbaiki produk dan proses.
C. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia terdiri atas beberapa
aktivitas yang meliputi perekrutan, penerimaan, pelatihan,
pengembangan dan kompensasi untuk semua jenis tenaga
kerja. Manajemen SDM mempengaruhi keunggulan bersaing
pada setiap perusahaan, melalui perannya dalam menentukan
keterampilan dan motivasi karyawan serta biaya penerimaan
dan pelatihan karyawan.
D. Infrastruktur Perusahaan
Infrastruktur perusahaan terdiri dari sejumlah
aktifitasyang meliputi manajemen umum, perencanaan,
keuangan, akuntansi, hukum, hubungan dengan pemerintah
dan manajemen mutu.
2.2 Teori – Teori Khusus
2.2.1 Pengertian New Information Economics
Menurut Benson (2004, p99), pengertian New Information
Economics dapat didefinisikan sebagai seperangkat dasar praktek
yang terkoordinasi pada prinsip-prinsip dan kegiatan terpadu yang
28
efektif. Praktek ini menghubungkan bisnis dan IT dengan
pengelolaan, serta menghubungkan strategi bisnis perusahaan untuk
aktivitas IT.
NIE (New Information Economics) juga merupakan suatu
pandangan lengkap dari hubungan yang dibutuhkan antara unit bisnis
dan IT. Berdasarkan pada prinsip utama bahwa perusahaan perlu
mengusahakan semua kegiatan dan sumber daya yang didukung oleh
strategi perusahaan. Dalam hal ini memerlukan satu set konsisten
yang terintegrasi yaitu praktek untuk perencanaan, inovasi,
memprioritaskan, menyelaraskan dan mengalokasikan sumber daya.
2.2.2 Praktek New Information Economics
Praktek New Information Economics ini adalah rangkaian dari
lima praktek yaitu praktek untuk pasokan perencanaan, inovasi,
prioritas, kinerja penyelarasan, dan pengukuran. Kelima praktek ini
sebagai satu set alat untuk mendukung IT dan pengelolaan bisnis
perusahaan dalam menentukan arah strategi bisnis yang jelas.
Praktek-praktek New Information Economics tersebut antara
lain:
1. Strategic Demand/Supply Planning
Menurut Benson et al. (2004, p9), praktek ini
menterjemahkan arahan strategi bisnis perusahaan ke
dalam tahapan yang memberikan arahan yang jelas bagi IT
tentang apa yang ingin dicapai oleh perusahaan. Manajer
bisnis melakukan pencapaian kesepakatan dengan manajer
IT untuk mendirikan suatu alat bantu bisnis yang dapat
29
dilihan melalui arahan strategis manajemen, dan
menterjemahkannya ke dalam strategi agenda IT
requirement yang dibutuhkan perusahaan.
Gambar 2.5 Practices in The Value Chain
Menurut Benson et al. (2004, p173), proses
perencanaan yang ideal dibagi menjadi 2 elemen berikut
ini:
Input
1. Arahan strategi bisnis (Business Strategic Intention).
2. Portfolio dan manajemen strategi agenda.
3. Pengukuran kinerja manajemen.
Output
1. Agenda strategi IT (Strategic IT Agenda).
2. Strategi perencanaan IT (Strategic IT Plan).
3. Kebutuhan strategi IT (Strategic IT Requirements)
30
Gambar 2.6 Planning Inputs And Outputs in The Value Chain
Tujuan dari praktek ini adalah sebagai perencanaan IT secara
eksplisit IT didorong oleh strategi bisnis dan kebutuhan bisnis. Supply
Planning ditujukan untuk fokus pada hal-hal teknologi bukan hanya
dari masalah bisnis strategi saja. Perencanaan IT yang tidak
memperhatikan arah strategi bisnis berarti IT tersebut tidak merespon
suatu unit IT bisnis yang satu dengan lainnya.
2. Innovation
Tujuannya adalah sebagai penerjemahan efektif IT
baru yang diprediksi menjadi peluang dan keunggulan
kompetitif hasil bottom-line. IT memiliki peran penting
dan bertanggung jawab untuk membawa peluang yang
inovatif ke dalam proses bisnis dan dapat membentuk
produk baru, jasa, dan proses. Dalam hal ini peran IT
termasuk menanggapi kebutuhan saat ini dan
mempengaruhi kebutuhan masa depan. Tanpa upaya
31
pengembangan inovasi baru, maka IT hanya mendukung
kebutuhan bisnis operasional.
3. Prioritization
Tujuannya sebagai prioritas pertama dalam
pengeluaran yang ditentukan oleh strategi bisnis. Tetapi
dalam hal ini praktek New Information Economics tidak
hanya ditentukan oleh prioritas strategi bisnis, selain itu
juga dapat menghasilkan investasi baru yang bukan
ditentukan oleh strategi bisnis tetapi oleh kebutuhan taktis.
Semua proyek dan inisiatif diprioritaskan berdasarkan
bisnis yang diharapkan perusahaan terlebih dahulu. Semua
elemen dari portfolio akan dilihat kembali sehingga
menghasilkan prioritas dalam menentukan agenda strategis
IT, yang kemudian akan mendorong investasi tahunan IT.
Penggunaan agenda IT strategi bisnis dimaksudkan
perusahaan dapat mengembangkan proyek-proyek yang
akan dihasilkan.
Menurut Benson et al (2004, p147), Penilaian
resiko menerapkan tujuh kriteria resiko yaitu resiko proyek
atau organisasi, ketidakpastian pendefinisian,
ketidakpastian teknis, resiko infrastruktur sistem informasi,
resiko teknis, resiko investasi, dan resiko manajemen
proyek. Dalam penilaian resiko yang dilakukan, terdapat
prinsip “nilai yang tinggi berarti resikonya rendah dan
menghasilkan potensi kesuksesan yang lebih besar” (a
32
higher number means lower risk, greater potential for
success). Prinsip ini berarti bahwa pembobotan resiko
yang dilakukan oleh setiap pihak yang terkait memberi arti
bahwa bobot yang diberi nilai lebih tinggi akan
menghasilkan tingkat pengembalian (return) yang lebih
tinggi juga, demikian sebaliknya.
4. Alignment
Tujuannya sebagai dasar penyelarasan lights-on
yang sebenarnya sehingga memenuhi persyaratan strategi
dan operasional. Menilai dampak pada bisnis dan
menentukan manakah yang perlu mendapatkan sumber
daya dan menganggap semua TI yang beroperasi saat ini
adalah yang terpenting dalam bisnis perusahaan. Pada
praktek ini juga menetukan dana dalam pengembangan TI
baru.
Hasilnya adalah bahwa infrastruktur, dukungan,
dan operasi belanja dapat menyelaraskan dengan strategi
bisnis saat ini
5. Performance Measurement
Tujuannya untuk melacak dan mengukur kinerja
investasi TI dalam bisnis. Pengukuran kinerja sangat
penting untuk menentukan apakah strategi dan tujuan
operasional terpenuhi, dan apakah sumber daya IT
melakukan pekerjaan secara baik. Mengukur kinerja IT
berdasarkan hubungan dengan bisnis dengan cara
33
menggabungkan pengukuran kinerja operasional bisnis dan
kebutuhan taktis. Hal ini membantu menentukan apa saja
yang perlu diukur dan bagaimana cara mengelola TI.
Tanpa pengukuran kinerja, tidak ada cara untuk
memastikan bahwa sumber daya yang dilakukan dapat
tercapai atau tidak.
Menurut Gautama So dan Saputri (2010, p189),
Selain lima teknik utama, NIE juga didukung dengan 3
teknik pendukung, yaitu: pertama, IT Impact Management.
Pengelolaan IT Impact terkait dengan salah satu bagian
pengelolaan budaya perusahaan dan menawarkan suatu
kerangka kerja yang menyatakan hal-hal yang penting bagi
perusahaan. Kedua, portfolio management. Pengelolaan
portfolio memberikan pertimbangan mengenai seluruh
pengeluaran teknologi informasi, menyediakan kerangka
kerja untuk menentukan prioritas dan keputusan investasi
manajemen. Ketiga, Culture management. Manajemen
budaya memungkinkan perusahaan melakukan perubahan
yang diperlukan atas budaya yang sedang berjalan agar
dapat menghilangkan hambatan saat proses perubahan
terjadi.
2.2.3 Right Results and Right Decisions
Menurut Benson (2004, p1), sebuah perusahaan seharusnya
hanya menghabiskan uang pada IT yang secara langsung mendukung
strategi bisnis secara efektif dan tidak boleh menghabiskan uang
34
untuk IT yang tidak jelas. tim manajemen dapat mengontrol anggaran
investasi IT dan pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan
dampak bottom-line secara konsisten.
Ada dua cara untuk melakukan hal tersebut antara lain:
1. Right Results : “Hasil yang benar” berarti dapat
mengendalikan biaya IT dan meningkatkan dampak
bottom-line.
2. Right Decisions: “Keputusan yang tepat” berarti
mengarahkan pada tindakan manajemen yang
dibutuhkan untuk menghasilkan hasil yang tepat.
Dalam kedua cara tersebut mengakibatkan keputusan yang
dapat meningkatkan dampak bottom-line seperti:
1. Menciptakan alternatif-alternatif investasi yang lebih
baik atau memilih ide-ide untuk proyek
pembangunan selanjutnya.
2. Memilih investasi dan proyek yang tepat dari
alternatif.
3. Menghilangkan kinerja dan masalah yang buruk dalam
sumber daya IT saat melakukan investasi.
4. Melaksanakan dan menindaklanjuti investasi dan
kinerja perbaikan yang tepat.
Menurut Benson et al. (2004,p4), untuk mencapai dampak
bottom-line bagi perusahaan, ada tiga tujuan yang dihasilkan oleh
perusahaan yaitu:
35
1. Tujuan pengurangan biaya (A reduced cost objective)
Dengan mengaplikasikan praktek manajemen
dalam perusahaan dapat bertujuan untuk mengurangi biaya
IT dan mempertahankan kontribusi yang dibuat IT bagi
bottom-line poerusahaan. Kinerja IT tetap berfungsi dari
sebelumnya, hanya biaya yang berkurang
2. Tujuan “sweet spot” (A sweet spot objective)
Tujuan “sweet spot” untuk menggabungkan antara
pengurangan biaya dengan dampak bottonm-line yang
lebih baik. IT dapat ,mengurangi biaya dan meningkatkan
kinerja sehingga menghasilkan dampak bottom-line.
3. Tujuan menstabilkan biaya (A stable cost objective)
Tujuannya untuk mengontrol biaya perusahaan
yang digunakan IT. Teknologi informasi dapat
meningkatkan dukungan pada bisnis dan dampak bottom-
line perusahaan. Diharapkan dengan adanya kestabilan
biaya perusahaan dapat mengalami perkembangan.
Right results bertujuan untuk mengontrol biaya IT dan
meningkatkan dampak bottom-line. Sebagai proyek baru
memungkinkan bisnis untuk meningkatkan produk-produknya,
pelayanan, dan kualitas yang secara bersamaan dapat mengurangi
biaya operasi dan dampak yang lebih tinggi pada bottom-line
perusahaan.
36
Sebaiknya untuk pihak manajemen berfokus pada
pengendalian biaya operasional yang sedang berlangsung dan
melakukan perhitungan pada biaya secara keseluruhan. Kombinasi ini
memungkinkan perusahaan meningkatkan bottom-line dengan cara
menurunkan biaya operasional IT dan menyeimbangkan investasi IT
baru.
Gambar 2.7 IT Improvement Zone
2.2.4 Strategy To Bottom-Line Value Chain
Strategi yang dibutuhkan untuk mengendalikan biaya IT dan
menghasilkan nilai lebih tinggi pada dampak bottom-line adalah
memerlukan proses perencanaan yang efektif, keputusan sumber daya
yang tepat, dan anggaran dan rencana yang dapat dikerjakan.
Tentunya juga melakukan strategi tersebut secara bersama dan
konsisten. Tetapi perusahaan yang sudah melakukan hal ini
mengatakan bahwa untuk meningkatkan kinerja bottom-line dari suatu
company memerlukan waktu yang cukup lama bertahun-tahun dalam
menetapkan anggaran untuk operasi yang sedang berlangsung dan
berinvestasi dalam inisiatif proyek-proyek.
37
Proyek-proyek tersebut diharapkan dapat mengubah atau
menambah nilai bisnis. Perusahaan kemudian mengharapkan bahwa
anggaran investasi baru akan mendukung kinerja bottom-line dari
tahun sebelumnya.
Masalah praktisnya adalah bahwa sebagian besar perusahaan
melakukan perencanaan, prioritas, sumber daya keputusan, anggaran,
pengukuran kinerja, dan sebagainya tidak secara tepat. Setiap praktek
NIE menciptakan hasil yang membantu perusahaan lebih baik yang
menghubungkan investasi IT untuk strategi bisnisnya.
Cara menerapkan strategi bottom-line adalah dengan
mengkoordinasikan dan menghubungkan perencanaan, prioritas,
sumber daya keputusan, anggaran, pengukuran kinerja menggunakan
praktek NIE. Value chain merupakan suatu pandangan bahwa proses
manajemen dalam suatu perusahaan perlu bekerja. Ada lebih banyak
dari sekedar mendapatkan proses manajemen yang tepat.
Secara khusus, budaya manajemen yang ada di perusahaan
menentukan apakah kepemimpinan perusahaan dapat memainkan
peran tanpa peran manajemen. Tentunya tidak karena peran
manajemen dapat memberikan penerapan konsep dan prinsip
pengambilan hak keputusan yang tepat
Tujuan proses manajemen adalah untuk mengendalikan
internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen,
teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk
memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu
strategi bisnis.
38
Gambar 2.8 Strategic To Bottom-line Value Chain
2.2.5 Dampak Bottom-line Berdasarkan Sebab dan Akibat
Kunci untuk menilai dampak bottom-line adalah menentukan
sebab dan akibat karena investasi IT adalah salah satu langkah untuk
mencari dampak bottom-line pada perusahaan. Sebab-akibatnya
adalah berada di antara pengeluaran IT apakah setara dengan dampak
bottom-line perusahaan. Misalnya dalam pengerjaan proyek A, maka
kita melakukan investasi IT baru dan membuat perubahan baru dalam
pengembangan proyek, sehingga inti permasalahannya adalah
investasi IT yang sedang berlangsung menghasilkan dampak yang
tepat atau tidak. Dampak bottom-line tergantung pada perilaku tim
manajemen dan masing-masing unit bisnis individu.
Peran manager dalam menentukan arah strategi dan
pengambilan keputusan menginvestasi IT dengan tepat sangatlah
penting. menginvestasi IT dapat diartikan membeli infrastruktur,
membangun sistem IT, atau pembelian Software.
39
Sebab dan akibat pada dampak bottom-line tergantung juga
pada tindakan manajemen di masa depan. Yang penting adalah apa
yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam melakukan investasi IT
baru atau dengan adanya pencarian sumber daya IT baru tepat.
Gambar 2.9 Cause-and Effect To The Bottom Line
2.2.6 IT Portfolio Management in Prioritization
Menurut Benson et al (2004, p51), Prioritas bekerja pada
masing-masing bagian yang ada di portfolio. Dalam membuat
portfolio harus memperhatikan proyek yang berprioritas tinggi dan
yang perlu diinvestasikan.
Menurut Hudiarto dkk. (2008, p89), Portfolio merupakan
kumpulan dari sumber daya. Portfolio manajemen yang diaplikasikan
dalam praktek NIE merupakan alat (tool) yang digunakan untuk
perencanaan dan pegambilan keputusan mengenai investasi dan
sumber daya SI/TI.
40
Pengembangan aplikasi proyek merupakan pengembangan
strategis yang baru, sedangkan proyek lain hanya meningkatkan
kemampuan aplikasi yang ada, serta untuk pemeliharaan dan
dukungan aplikasi yang ada. Proyek-proyek besar biasanya dihasilkan
dari perencanaan dan harus terhubung ke strategi bisnis.
Proyek pemeliharaan biasanya sangat kecil dan bukan hasil
dari perencanaan melainkan tanggapan terhadap kebutuhan yang
muncul sebagai aplikasi. Dalam konteks prioritas, perbedaan-
perbedaan ini menyebabkan masalah jika kita berusaha untuk
menerapkan aturan yang sama dan proses.
Gambar 2.10 Early Portfolio Management in Information Economics –
Separate Pools of Application Development
Praktek masalah pengembangan aplikasi bagi banyak
perusahaan adalah bahwa biaya yang dihabiskan untuk perawatan
proyek jauh lebih besar daripada biaya pengembangan proyek dan
sering tidak mudah diprioritaskan oleh dampak bisnis. Sedangkan
proyek-proyek pembangunan dapat diprioritaskan secara efektif
dengan melihat strategis perusahaan.
Untuk mengelola portfolio perlu memutuskan pada ukuran
masing-masing bagian. (misalnya, dalam pengeluaran biaya investasi
41
atau dalam perhitungan pengembangan staff), dan kemudian
memprioritaskan proyek-proyek dalam setiap bagian portfolio.
Untuk setiap portfolio, aturan yang sama ditetapkan dalam
suatu prioritas (Misalnya, penilaian risiko, faktor keputusan, dan
teknik penilaian) yang diterapkan kepada semua bagian portfolio.
Dengan menggunakan portfolio terpisah memungkinkan untuk
memprioritaskan dan mengalokasikan sumber daya secara terpisah.
Demikian pula, perusahaan dapat menemukan kesulitan untuk
memprioritaskan TI proyek infrastruktur bersama-sama dengan
proyek-proyek bisnis strategis.
Demikian pula, pencampuran back-office aplikasi dengan
front-office strategis aplikasi dapat mengganggu dalam perencanaan
dan prioritas. Portfolio manajemen menawarkan cara untuk
memprioritaskan aplikasi ini dalam dua portfolio yang terpisah.
2.2.7 Portfolios in NIE Practies
Portfolio merupakan dasar untuk praktek NIE dengan cara
mengkategorikan sumber daya TI sehingga manajemen dapat melihat
gambaran menyeluruh dari semua sumber daya yang difokuskan di
bagian tertentu dari TI. Bagian TI tersebut terdiri dari proyek-proyek
pembangunan / peningkatan yang berlangsung dari biaya lights-on .
Biaya lights-on tersebut ditempatkan untuk pembangunan
atau peningkatan proyek dalam satu portfolio, dan kemudian dapat
mengklasifikasikan item baris individu dalam keseluruhan Biaya
lights-on tersebut mencakup biaya dasar aplikasi, infrastruktur,
layanan, dan manajemen.
42
Tujuan portfolio adalah untuk menerjemahkan bisnis
perusahaan strategi dan tujuan ke TI tindakan yang tepat untuk
menghasilkan dampak bottom-line yang benar. Hal ini dilakukan
dengan perencanaan yang efektif, keputusan sumber daya yang tepat,
dan diterapkan rencana anggaran operasional. Alat manajemen
portfolio dilaksanakan melalui praktek NIE.
Peningkatan lights-on portfolio didukung dengan praktek
dalam NIE yaitu inovasi, prioritas, penyelarasan, dan pengukuran
kinerja praktek dengan informasi yang konsisten dan lengkap tentang
sumber daya TI. Informasi TI termasuk spesifik seperti berapa banyak
aplikasi yang ada, aplikasi yang digunakan, kualitas dan tingkat
layanan, dan informasi mengenai dampak bisnis.
Gambar 2.11 Portfolio in NIE Practices
Setiap praktek NIE membuat ekstensif menggunakan
informasi portfolio. Misalnya, praktek perencanaan menggunakan
penilaian kualitas pelayanan dan dampak bottom-line dari
43
portfolio aplikasi lights-on untuk mengembangkan TI rencana
yang strategis.
Manajemen portfolio juga perlu dilakukan untuk
menghubungkan hasil praktek NIE dengan perencanaan dan
penganggaran tahunan proses perusahaan.
Informasi portfolio memungkinkan manajemen untuk
melakukan :
Prioritaskan investasi baru.
Memahami alokasi sumber daya investasi baru dan
lights-on
Memahami alokasi sumber daya investasi baru dan
lights-on berkelanjutan.
Menetapkan target untuk sumber daya di anggaran, dari
segi kualitas pelayanan dan dari segi biaya dan
pengurangan biaya.
Mengevaluasi kinerja unsur portfolio.
Menghilangkan lights-on portfolio berkualitas rendah
atau berkinerja buruk.
Menetapkan strategi untuk pembaruan lights-on pada
elemen portfolio.
2.2.8 Four IT portfolio concepts
Menurut Benson et al. (2004,p56), Empat konsep
menggambarkan penerapan portfolio TI: (1) manajemen portfolio
berlaku untuk set sumber daya TI keseluruhan, (2) sumber daya TI
dibagi menjadi investasi baru dan lights-on portfolio, (3) lights-on
44
pengeluaran diklasifikasikan dari perspektif TI, dalam portfolio yang
berkaitan dengan manajemen teknologi, dan (4) investasi portfolio
baru diklasifikasikan dari perspektif bisnis.
Empat konsep portfolio tersebut dijelaskan lebih detail:
Konsep 1:
Manajemen portfolio berlaku untuk set sumber
daya TI secara keseluruhan. 100 persen dari sumber
daya TI, termasuk anggaran operasional dan modal,
yang termasuk dalam portfolio TI. TI Manajemen
Portfolio TI berlaku untuk semua TI, bukan hanya
pengembangan aplikasi. Praktek industri yang paling
saat ini membatasi peran manajemen portfolio untuk
aplikasi baru proyek pembangunan pembangunan dan
infrastruktur untuk perusahaan.
Bagaimanapun, ini merupakan persentase kecil
dari total sumber daya ditujukan untuk TI. Selama lima
praktek yang digunakan untuk ”Right Decisions/Right
Results”, TI portfolio mewakili semua kegiatan TI
dalam perusahaan. Portfolio untuk aplikasi,
infrastruktur, layanan (seperti help-desk), dan
manajemen memberikan kerangka pengukuran
perencanaan, inovasi, prioritas, penyelarasan, dan
kinerja.
45
Konsep 2:
Sumber daya TI dibagi menjadi investasi baru
dan lights-on pengeluaran. Kategori investasi baru
adalah proyek, termasuk modal dan biaya anggaran.
Dana tersebut akan diinvestasikan dalam bentuk
proyek atau hardware/Software baru. Kategori lights-
on pengeluaran adalah set ada aplikasi, infrastruktur,
jasa, dan kegiatan manajemen.
Dari perspektif anggaran, ini dapat dianggap
sebagai anggaran "Basis". Pemisahan ini
memungkinkan jenis yang berbeda dari analisis. Untuk
kategori lights-on , Misalnya, analisis berfokus pada
layanan, kualitas, dan koneksiuntuk strategi bisnis.
Gambar 2.12 Total IT Resources Divided into Portfolios
Konsep 3:
Lights-on pengeluaran diklasifikasikan dari
perspektif TI, dalam portfolio terkait dengan
46
manajemen teknologi. Semua lights-on pada sumber
daya TI dan pengeluaran diklasifikasikan menjadi:
1. Aplikasi : Aplikasi dioperasikan dan didukung
untuk penggunaan organisasi bisnis
2. Infrastruktur : Infrastruktur disediakan untuk
mendukung aplikasi dan layanan, dan layanan yang
diperluas untuk organisasi bisnis. Semua ini dapat
dinilai untuk layanan, kualitas, kualitas teknis, dan
sebagainya.
3. Layanan dan portfolio manajemen: Dalam layanan,
hal ini biasanya termasuk instalasi, perbaikan, dan
konsultasi, sedangkan manajemen adalah
serangkaian kegiatan seperti perencanaan,
penganggaran, dan SDM-TI untuk kegiatan
Konsep 4:
Investasi baru portfolio diklasifikasikan dari
perspektif bisnis, mirip dengan investasi keuangan.
Portfolio yang mengklasifikasikan sumber daya dan
pengeluaran, dan investasi baru, ke dalam kategori
fungsional (aplikasi, infrastruktur, layanan, dan
manajemen), mewakili perspektif manajemen TI. Kita
juga perlu mengambil bisnis perspektif dalam
klasifikasi portfolio, khususnya untuk investasi baru.
47
Gambar 2.13 Separating New Application Investment into four
Portfolios for Balancing and Decision Makings
Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman
manajemen an investasi baru dan melakukan analisa investasi mana
yang lebih penting untuk memungkinkan manajemen
menyeimbangkan biaya investasi, menyeimbangkan risiko dan
pengembalian (misalnya, saham dibandingkan obligasi, kas vs real
estate, dan sebagainya), di sini kita ingin menyeimbangkan tidak
hanya risiko dan pengembalian dari investasi perusahaan di bidang TI,
tetapi juga apa yang perusahaan mampu melakukan penginvestasian
baru untuk meningkatkan dampak bottom-line.
Dua cara harus dipertimbangkan ketika menyeimbangkan
investasi TI. Yang pertama adalah perbedaan antara dana
discretionary dan nondiscretionary. Seringkali, investasi TI dibuat
karena keharusan kepemilikan, terlepas dari nilai bisnis dari investasi.
Kedua, berbeda jenis TI investasi memiliki berbagai jenis risiko dan
pengembalian. Misalnya, risiko terkait dengan aplikasi yang sudah
ada yang memiliki persyaratan dukungan yang berkelanjutan berbeda
48
dengan risiko yang dibawa oleh teknologi baru atau perusahaan
memproses perubahan.
2.2.9 Masalah praktis dalam Lights-On : Memilih Portfolio dan Item
Baris
Bagi kebanyakan perusahaan, lights-on portfolio terdiri dari
empat bidang dasar :
1. Aplikasi : Suatu set lengkap aplikasi pengguna yang
dipelihara dan dioperasikan oleh organisasi TI. Biaya
aplikasi dalam portfolio termasuk manajemen dan staf
yang ditujukan untuk aplikasi.
2. Infrastruktur : perangkat keras dan perangkat lunak yang
menyediakan layanan kepada pengguna termaksud
prosesor, layananan komunikasi, operasi perangkat lunak,
serta fasilitas. Biaya yang termasuk dalam infrastruktur
meliputi manajemen dan staff yang ditujukan untuk
infrastruktur.
3. Service : Jasa layanan yang diberikan kepada pengguna,
seperti help-desk dan perbaikan PC. Portfolio ini tidak
termasuk layanan untuk mendukung TI organisasi itu
sendiri. Layanan ini dapat tersedia atas permintaan dari
pengguna, atau menjadi layanan yang disediakan secara
rutin dan terjadwal untuk semua pengguna.
4. Manajemen: Kegiatan pengelolaan dan layanan yang
mendukung organisasi TI dalam penyediaan layanan,
infrastruktur, dan aplikasi kepada pengguna.
49
2.3 Kerangka Pikir