pemerintah kota kendari - kumpulan pikiran  · web viewkomponen penduduk perempuan baik yang aktif...

138
PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif, mengamanatkan bahwa keterwakilan kuota 30 persen perempuan dalam pemilihan legislatif dapat dikatakan sudah dapat diterapkan pada pemilu legislatif tahun 2009. Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat tiga pasal penting yang menjadi payung hukum keterwakilan perempuan dalam perhelatan Pemilu 2009. Pertama, Pasal 8 ayat (1) huruf (d) pasal ini mengatur ketentuan partai politik dapat menjadi peserta pemilu setelah memenuhi persyaratan menyertakan sekurang-kurangnya 30 persen keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat. Kedua, Pasal 53 yang mengatur tentang ketentuan bakal 1 | Halaman Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

Upload: dodat

Post on 22-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

BAB IPENDAHULUAN

a. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu

Legislatif, mengamanatkan bahwa keterwakilan kuota 30 persen perempuan dalam pemilihan legislatif dapat dikatakan sudah dapat diterapkan pada pemilu legislatif tahun 2009.

Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat tiga pasal penting yang menjadi payung hukum keterwakilan perempuan dalam perhelatan Pemilu 2009. Pertama, Pasal 8 ayat (1) huruf (d) pasal ini mengatur ketentuan partai politik dapat menjadi peserta pemilu setelah memenuhi persyaratan menyertakan sekurang-kurangnya 30 persen keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat. Kedua, Pasal 53 yang mengatur tentang ketentuan bakal daftar calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 memuat paling sedikit 30 persen keterwakilan perempuan. Adapun yang dimaksud Pasal 52 adalah mengatur tata cara pencalonan anggota legislatif dari jalur partai politik. Ketiga, Pasal 55 ayat (2) yang mengatur ketentuan bahwa dalam daftar bakal calon yang dimaksud pada Pasal 55 ayat (1),

1 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

setiap 3 (tiga) orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 (satu) orang perempuan bakal calon.

Konsekwensi dari amanat Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tersebut, diharapkan perempuan dapat berkiprah ke dunia politik semaksimal mungkin. Selain dari itu, dalam kaitannya dengan keterwakilan perempuan, juga dijelaskan dalam Undang-undang No.39/1999 dan Undang-Undang No. 7/1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan juga mengakui pentingnya jaminan keterwakilan perempuan.

Secara ekspilisit Pasal 46 UU No. 39/1999 menyatakan bahwa sistem pemilihan umum, kepartaian, pemilihan anggota badan legsislatif dan sistem pengangkatan dibidang eksekutif dan yudikatif harus menjamin keterwakilan perempuan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.

Kemudian dalam Pasal 4 ayat 1 Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan yang diratifikasi melalui UU No. 7/1984 memberi kewajiban kepada negara membuat peraturan khusus guna mempercepat persamaan de facto antara laki-laki dan perempuan.

2 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Harapan kaum perempuan terhadap cita-cita terwujudnya persamaan dibidang politik masih jauh dari kenyataan. Karena apabila kita lihat selama ini di pentas politik parlemen nasional, apalagi di daerah belum nampak signifikansi kuantitatif maupun kualitattif sehubungan politik perempuan di legislatif, termasuk di dalamnya keanggotaan legislatif. Misalnya pada tahun 1999- 2004, yaitu jumlah anggota DPR pada periode tersebut hanya 45 orang atau sekitar 9 persen perempuan. Lebih menarik lagi bila mencermati keterwakilan perempuan diberbagai fraksi di DPR sebagai berikut: TNI 7,9 persen, PDI-P 9,8persen, Golkar 13,3 persen dan PPP hanya 5,2 persen. (Mulia, 2005).

Kemudian pada periode 2004-2009 dari 550 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, anggota perempuan hanya 12 persen. Ditingkat DPRD bahkan jumlahnya semakin kecil, hanya 7-8 persen, dan yang lebih memprihatinkan, terdapat satu kabupaten yang tidak terdapat anggota DPRD yang perempuan.

Di Kota Kendari jumlah keterwakilan perempuan di DPRD Kota Kendari dapat dikatakan juga belum cukup memenuhi amanah undang-undang. Hal ini dapat dilihat dari

3 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

jumlah perempuan yang ada di DPRD Kota Kendari. Pada periode tahun 1999-2004 dari 25 orang jumlah anggota DPRD terdapat empat orang (16persen) perempuan, dan pada priode tahun 2004- 2009 keterwakilan perempuan di DPRD Kota Kendari terdapat lima orang perempuan atau tetap mencapai 16 persen dari 30 orang jumlah anggota DPRD. Idealnya periode tahun 1999-2004 anggota DPRD perempuan berjumlah 6-7 orang dan periode tahun 2004-2009 berjumlah 8-9 orang.

Dengan lahirnya Undang-Undang tentang keterwakilan perempuan tersebut di atas, diharapkan akses perempuan untuk berkiprah ke dunia politik dapat lebih optimal dan dengan terpenuhinya kuota perempuan 30 persen di badan legislatif (DPR), secara tidak langsung diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pemerintah dalam hal ini ketika para anggota DPRD perempuan tersebut merumuskan suatu kebijakan dapat lebih berpihak pada perempuan atau mengahasilkan kebijakan yang lebih responsive gender. Oleh sebab itu Pemerintah Kota Kendari memandang perlu mengetahui dampak implementasi UU Kuota 30% di Kota Kendari, dimana dalam hal ini bekerja sama dengan Lembaga

4 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Penelitian Universitas Haluoleo melakukan kajian yang lebih mendalam mengenai “Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30 Persen di Kota Kendari”

b. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:1. Bagaimana persepsi perempuan di Kota Kendari

terhadap UU Kuota 30% keterwakilan perempuan di lembaga legslatif.

2. Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi perempuan di Kota Kendari dalam berkiprah di bidang politik.

3. Bagaimana harapan perempuan Kota Kendari terhadap UU Kuota 30% keterwakilan perempuan di lembaga legeslatif.

c. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui persepsi perempuan Kota Kendari terhadap UU Kuota 30% keterwakilan perempuan di lembaga legslatif.

5 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi perempuan Kota Kendari dalam berkiprah di bidang politik.

3. Untuk mengetahui harapan perempuan Kota Kendari terhadap UU Kuota 30% keterwakilan perempuan di lembaga legeslatif.

d. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai:

1. Bahan informasi bagi Pemerintah Kota Kendari dalam perumusan perencanaan dan kebijakan pembangunan yang sensitif gender.

2. Bahan informasi bagi masyarakat dan stakeholders pembangunan kota tentang pentingnya peningkatan partisipasi perempuan dalam bidang politik di Kota Kendari.

6 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

II. LANDASAN TEORI

a. Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG)Pengarusutamaan Gender (PUG) merupakan suatu

strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan

7 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Inpres No.9 Tahun 2000 merumuskan PUG sebagai suatu strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender (KKG) melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan sektor pembangunan.

Sementara itu, UN. Escol, 1997 menyatakan Pengarusutamaan Gender sebagai salah satu strategi untuk memasukkan isu dan pengalaman perempuan dan laki-laki ke dalam satu dimensi yang integral dalam rancangan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program dalam setiap bidang agar perempuan dan laki-laki mendapat manfaat yang sama. Sedangkan Saparinah Sadli memandang PUG sebagai suatu pendekatan yang mengintegrasikan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam proses perencanaan, pelaksanaan pemantauan,

8 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

evaluasi, kebijakan dan program proyek dari Instansi Pemerintah. Sedangkan dalam WSP II dinyatakan bahwa PUG adalah suatu pendekatan untuk mengembangkan kebijakan pembangunan yang mengintegrasikan pengalaman dan masalah perempuan dan laki-laki ke dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program. (Hasan,2004)

Dasar Hukum pelaksanaan PUG, selain UU No. 25/2000 Tentang PROPENAS dan Inpres No. 9/2000 Tentang Pelaksanaan PUG Dalam Pembangunan. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan di daerah.

b. Ruang Lingkup Pengarusutamaaan Gender Lingkup Pengarusutamaan Gender (PUG) meliputi

seluruh perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan nasional. Oleh karena itu, PUG penting dalam mendukung kebijakan pemerintah. Beberapa hal yang dapat dicapai dengan penerapan Pengarusutamaan Gender :

9 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Hasan, 2004 menjelaskan bahwa pemerintah dapat bekerja lebih efisien dan efektif dalam memproduksi kebijakan-kebijakan publik yang adil dan responsif gender kepada rakyatnya, perempuan dan laki-laki dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Kebijakan dan pelayanan publik serta program dan

perundang-undangan yang adil dan responsif gender akan membuahkan manfaat yang adil bagi semua rakyat perempuan dan laki-laki.

2. PUG merupakan upaya untuk menegakkan hak-hak perempuan dan laki-laki atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama dan penghargaan yang sama di asyarakat.

3. PUG mengantar kepada pencapaian kesetaraan gender dan karenanya PUG meningkatkan akuntabilitas pemerintah terhadap rakyatnya.

4. Keberhasilan pelaksanaan PUG memperkuat kehidupan sosial politik dan ekonomi suatu bangsa.

c. Politik dan PerempuanPembangunan dengan PUG tentunya harus dilakukan

secara sektoral untuk memilah skala prioritas agar

10 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

pencapaian diharapkan menyentuh hal-hak dasar perempuan. Salah satu sektor yang perlu dibenahi adalah sektor politik bagi perempuan. Selama ini, perempuan mengalami marginalisasi dalam bidang politik sebagai akibat dari kebijakan politik yang tidak sensitif dan responsif gender.

Indonesia adalah salah satu negara yang telah meratifikasi konvensi hak-hak politik perempuan. Namun ada beberapa reservasi atau deklarasi yang dibuat pada waktu penandatanganan. Sebagian besar dari reservasi terhadap konvensi ini lebih bersifat prosedural daripada substansial. Penolakan lebih dituujukan pada kewenangan Mahkamah Internasional (pasal IX) dan pada ketentuan bahwa penolakan resmi terhadap reservasi akan berakibat pada tidak berlakunya konvensi diantara negara-negara yang membuat reservasi dan negara yang menolak reservasi (United Nations, 1982).

Dalam konvensi tersebut, pada pasal II dinyatakan bahwa ”perempuan berhak dipilih bagi semua badan yang dipilih secara umum, diatur oleh hukum nasional, dengan syarat-syarat yang sama dengan laki-laki, tanpa ada diskriminasi”. Pada Pasal III berbunyi ”perempuan berhak

11 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

untuk memegang jabatan publik dan menjalankan semua fungsi publik, dengan syarat-syarat yang sama dengan laki-laki, tanpa ada diskriminasi”.

Menindaklajuti ratifikasi konvensi tersebut, pemerintah lalu mengeluarkan regulasi yang memberi peluang kepada perempuan untuk berkiprah lebih luas dalam politik, salah satunya adalah paket undang-undang politik yang menjamin hak-hak perempuan untuk memilih dan dipilih dalam pemilu, pilpres, dan pilkada, (UU No.31/ 2000 tentang Parpol, UU no. 12/ 2003 tentang Pemilu, dan UU No. 22/ 2007 tentang Susdik). Menurut Darwin (2005), kebijakan ini diharapkan mampu mengubah tatanan politik nasional dengan mengutamakan keterlibatan perempuan dalam menjalankan institusi politik. Perubahan yang diharapkan bukan semata pada jumlah perempuan yang terlibat dalam lingkar pengambil keputusan, tetapi juga pada representasi kepentingan dan kebutuhan perempuan dalam penyelenggaraan politik tersebut. Namun menurutnya pelaksanaan undang-undang tersebut sangat lemah karena seringkali dibenturkan dengan nilai yang berlaku di Indonesia. Pelaksanaan konvensi harus disesuaikan dengan tata

12 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

kehidupan yang meliputi nilai-nilai budaya, adat istiadat serta norma-norma keagamaan yang masih berlaku dan diikuti secara luas oleh masyarakat Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa UU tersebut bersifat inferior terhadap norma sosial budaya yang berlaku sehingga bertentangan dengan tujuan konvensi.

Menurut Noerdin (2005) beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun ada pemerintah daerah yang telah menyadari permasalahan diskriminasi gender serta merespon dengan rumusan kebijakan, persoalan tetap ada, terutama pada definisi representasi dan peran perempuan di tiap daerah. Peran perempuan didefinisikan sebagai peran domestik dan dibatasi pada peran sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. Lebih lanjut ia mengatakan, sedikitnya keterlibatan perempuan dalam pembuatan keputusan di tingkat lokal memperlihatkan peraturan daerah yang dihasilkan selama otonomi daerah kurang responsif gender.

Oleh sebab itu, untuk dapat menghasilkan kebijakan yang responsif gender harus lebih banyak lagi perempuan yang duduk di posisi-posisi strategi dalam pemerintahan sebagai penentu kebijakan. Namun untuk mencapai hal

13 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

tersebut, Mulia (2005) menyebut ada dua kendala yang dihadapi oleh umumnya perempuan di Indonesia, yaitu kendala kultural dan struktural.

Kendala kultural adalah kendala yang disebabkan oleh budaya dan sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia. Kendala kultural ini mengakumulasi masyarakat sedemikian rupa sehingga merasuk dalam sistem sosial secara luas dan mempengaruhi pandangan dan stigma mengenai peran perempuan.

Kendala Struktural adalah kendala yang disebabkan oleh politisasi peran dan keberadaan perempuan dalam sebuah sistem kemasyarakatan, dimana posisi perempuan inferior terhadap laki-laki. Seluruh aturan, mekanisme dan standar dalam sistem dibuat dan diatur oleh laki-laki tanpa melibatkan perempuan. Sehingga dapat dipastikan dalam sistem ini perempuan akan termaginalisasi.

Selain kedua kendala tersebut, masih banyak kendala lainnya seperti kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan kendala psikologi. Kemiskinan dan pendidikan yang rendah disebabkan kurangnya akses perempuan untuk mendapatkan hak yang setara dengan laki-laki di sektor perekonomian dan

14 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

pendidikan. Minimnya akses adalah dampak dari konstruksi budaya dan sosial terhadap perempuan. Hal ini tidak lepas dari politisasi (baca masalah struktural) budaya patriarki terhadap perempuan. Pengkonstruksian bahwa dunia politik adalah dunianya laki-laki, dan oleh karena itu perempuan tidak akan survive bergelut di dalamnya. Konstruksi budaya dan sosial ini tentu saja bertujuan untuk memetakan secara sepihak kemampuan laki-laki yang berbeda dengan perempuan.

Kondisi yang berlangsung cukup lama ini, menggiring perempuan pada pilihan untuk maju bersaing dengan laki-laki demi unjuk kemampuan. Beberapa diantaranya berhasil namun beberapa yang lain gagal. Kegagalan ini bukan disebabkan oleh ketidakmampuan perempuan tapi kurangnya dukungan baik dari keluarga, sistem kelembagan, kolega, dan juga kendala psikologi. Terkait dengan kendala psikologi, Mulia (2005) mengatakan, bagaimana perempuan dapat meraih kekuasaan jika tak satu pun gagasan kultural yang dapat mengarahkan mereka. Rambu-rambu kultural tak memberi ruang kebebasan untuk berkiprah dalam dunia kekuasaan.

15 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Kendala kultural dan struktural melahirkan juga kendala psikologi. Kendala psikologi menyebabkan perempuan enggan merambah ranah publik terlebih untuk masuk dalam politik. Dunia yang bagi sebagian perempuan sesuatu yang berada di dalam kendali laki-laki. Sebagian perempuan lebih merasa nyaman menggeluti pekerjaan-pekerjaan domestik, ranah yang selama ini dikonstruksi sebagai dunia perempuan.

Tidak mudah meraih kekusaan bagi perempuan, ada banyak hal yang harus dibuktikan olehnya. Bila dalam sebuah pertarungan laki-laki hanya perlu menunjukkan kemampuannya maka perempuan lebih dari itu, ia juga harus menunjukkan eksistensinya, bukan hanya pada laki-laki tapi juga pada kaumnya. Tumbuh di tengah budaya patriarki yang kental, perempuan butuh energi lebih untuk berjalan setara dengan laki-laki. Karenanya perlu disadari oleh semua perempuan bahwa kekuasaan bukanlah hal yang datang dengan serta merta tapi sesuatu yang harus diperjuangkan dan direbut. Pemerintah telah memberikan peluang dengan Paket UU Politik. Kuota 30persen yang memungkinkan lebih banyak perempuan terjun dalam politik perlu disambut. Salah satu hal yang harus dilakukan adalah meningkatkan

16 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

kapasitas kemampuan pribadi agar perempuan lebih berperan dalam penetapan kebijakan, utamanya yang menyangkut hak-hak perempuan.

d. Landasan hukum keterwakilan perempuan dalam pemilu.

Sebuah Negara yang menjalankan pemerintahan secara demokrasi, sudah pasti melakukan pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil ( luber dan adil ) sebagai sarana bagi rakyat untuk memilih wakil-wakilnya.Sebagai negara hukum, maka selayaknya pemilu didasarkan atas suatu undang-undang,yang berfungsi sebagai sistem dan media pedoman perilaku yang pasti bagi pelaksanaan pemilu tersebut.

UU No 10 tahun 2008 tentang pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, merupakan pengganti UU No 12 tahun 2003. UU No 12 tahun 2003 sebelumnya juga telah mengalami perubahan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No 10 tahun 2006 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 12

17 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menjadi Undang-Undang.

Undang-Undang No 12 Tahun 2003 sudah tidak sesuai dengann tuntutan perkembangan, dan dinamika masyarakat, maka digantikan dengan UU No 10 tahun 2008. Dalam hal ini, sistem keterwakilan perempuan juga menjadi bagian dari UU No 10 Tahun 2008.

Mengenai sistem keterwakilan perempuan menurut Undang-Undang No 10 Tahun 2008, dapat dilihat pada pasal 53 sampai pada pasal 58 UU No 10 tahun 2008. Pasal 53 mengatakan bahwa :

” Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada pasal 52 memeuat paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan” Pasal 55 ayat (2) ditentukan secara tegas bahwa :

” Di dalam daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap 3 (Tiga) orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 (satu) orang perempuan bakal calon ”

18 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

III. METODE PENELITIAN

a. Pendekatan PenelitianBerdasarakan rumusan permasalahan dan tujuan

penelitian, maka studi ini menggunakan pendekatan

19 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

deskriptif – kualitatif. Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan tertentu dan berusaha untuk menggunakan fenomena fakta dan tidak melakukan pengujian hipotesis (Singarimbun Masri dan Efendi, 1989: 4). Sehingga data yang digunakan lebih banyak menyangkut kata-kata dari pada angka dan analisisnya berupa uraian (Miles dan Hubermen, 1984).

Dengan analisis deskriptif maka akan dieksplorasi karateristik data kemudian diringkas lalu dilakukan deskripsi data persepsi perempuan terhadap Undang-Undang kuota 30 persen.

b. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat dan stakeholders perempuan di Kota Kendari yang diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Komponen penduduk perempuan baik yang aktif dan tidak

aktif dalam kegiatan partai politik dengan profesi sebagai berikut: (1) Pegawai Negeri Sipil (PNS) perempuan; (2) Akademisi perempuan; (3) Ibu Rumah Tangga; (4)

20 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Pedagang; (5) Petani; (6) Nelayan; (7) Siswi SLTA dan (8) Mahasiswi.

2. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi masyarakat yang berfokus pada bidang politik dan pemberdayaan perempuan.

Tehnik penarikan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan cara memilih sampling secara sengaja dari populasi yang memenuhi karateristik penelitian, yaitu mampu memberikan jawaban yang representatif terhadap permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, dan juga dianggap dapat mewakili masing-masing komponen (kelompok) yang dijadikan responden dalam penelitian ini. Selain itu pula, juga akan digunakan beberapa informan kunci (key informan) khususnya perempuan anggota DPRD Kota Kendari, fungsionaris partai dan aktivis lembaga dan organisasi masyarakat, khususnya lembaga yang aktif dalam melakukan kegiatan pendidikan dan pemberdayaan perempuan.

Penentuan jumlah sampel didasarkan atas reprensentatif dan akurasi informasi yang diperoleh baik dari

21 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

para responden maupun informan. Maksudnya apabila informasi yang diperoleh dari para responden atau informan sudah berulang-ulang dan tidak ada lagi informasi yang baru (jenuh) maka pemilihan sampel akan dihentikan.

c. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini, dilakukan dengan tiga cara: (1) wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara, (2) angket yang berisi daftar pertanyaan dan (3) Dokumentasi (4) Focus Group Discussion (FGD)

Metode wawancara dan angket dilakukan untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang permasalahan yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Untuk menjamin efektivitas pelaksanaan wawancara, maka tim terlebih dahulu berdiskusi tentang makna dan sasaran dari setiap item pertanyaan yang diajukan. Diskusi semacam ini terus berlanjut dilapangan setiap kali menemukan respons yang kritis dari para informan yang diwawancarai. Sedangkan dokumentasi, yaitu dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi, khususnya data-data

22 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

sekunder melalui beberapa dokumen yang ada kaitannya dengan permasalahan penelitan yang akan dikaji.

Focus Group Discussion atau FGD dilakukan untuk mendapatkan pendapat masyarakat untuk lebih jelas dan akurat.

d. Analisis Data Data primer dan data sekunder yang ada kemudian akan ditabulasi. Selanjutnya data tersebut, diolah dan dianalisis dengan mempertimbangkan berbagai kasus empirik yang diperoleh dari hasil wawancara dan angket yaitu berupa daftar pertanyaan maupun telaah dokumen dengan standar normatif.

Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif analitik dan bersifat kualitatif. Metode deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan permasalahan secara menyeluruh. Menurut Sugiono (2000) penelitian deskrptif adalah penelitian yang dimaksudkan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membandingkan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Sementara itu, Mardalis (1990: 26) , mengemukakan penelitan deskriptif

23 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

tidak menggunakan hiotesa atau tidak menguji hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti. Selanjutnya menurut Hadari Nawawi (1983:63) mengatakan bahwa metode deskriptif adalah adalah sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan dan melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada waktu atau saat sekarang fakta-fakta yang tampak sebagamana adanya. Sedangkan Efendi dan Singarimbun (1995: 4) mengatakan bahwa penelitan deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial sosial tertentu. Di mana penelitian mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Dengan model penelian ini peneliti akan menggambarkan dan menterjemahkan fakta aktual dilapangan. Sementara itu, berdasarkan karateristik tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka sifat penelitian ini adalah kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif dipandang paling sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.

24 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Dengan menggunakan metode kualitatif, maka informasi yang didapat lebih lengkap, mendalam dan dapat dipercaya. Dengan pendekatan kualitatif, dapat pula ditemukan informasi yang bersifat perasaan, norma, nilai, keyakinan, kebiasaan, sikap mental, dan budaya yang dianut dari seseorang maupun kelompok orang (Bogdan dan Biklen, 1982).

e. Susunan Tim Peneliti

No Nama Pendidikan Bidang Keahlian Pengalaman Penelitian (tahun)

KedudukanDalam Tim

1 Muh.Natsir S.Sos, M.Si

MagisterIlmu Politik

Bidang Politik 10 tahun Ketua Tim

2 Drs. Mustafa, M.Si Magister Ilmu Adm Pemb.

Kebijakan Publik 10 tahun Anggota Tim

3 Ir. Rosmalinansiah, MP

Magister Ilmu Kehutanan

Pengalaman penelitian/Workshop/seminar Bid.Gender (sertifikat

10 tahun Anggota Tim

25 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

terlampir)4 Krisni Dinamita, SP Sarjana Pengalaman

penelitian bid.Politik dan gender dalam tim penelitian

5 Tahun Tenaga Adm

5 Nural, S.Sos Sarjana - - Op.Komp

f. Anggaran PenelitianAnggaran penelitian sebesar Rp.75.000.000,- (Tujuh

puluh lima juta rupiah) yang berasal dari APBD Kota Kendari

Tahun Anggaran 2009 melalui DPA Bappeda dan PM Kota

Kendari Tahun Anggaran 2009.

f. Jadwal Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 (empat) bulan yaitu

selama bulan April sampai dengan Agustus 2009.

26 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

h. Batasan Operasional

27 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Untuk lebih jelasnya dikemukakan batasan operasional dari penelitian ini sebagai berikut :1. Persepsi adalah tanggapan masyarakat perempuan tentang

keberadaan Undang-undang kuota 30 % keterwakilan perempuan di Legislatif.

2.Undang-Undang kuota 30 % adalah undang-undang yang termuat pada UU N0 10 Tahun 2008 tentang Pemilu dan UU No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

3. Hambatan adalah hambatan atau halangan - halangan yang dialami oleh para perempuan dalam meningkatkan pencapaian kuota 30 % keterwakilan perempuan di legislatif.

4.Harapan adalah perubahan yang lebih baik yang ingin di capai oleh para perempuan pasca penerapan undang-undang kuota 30 % perempuan di legislatif.

28 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

IV. HASIL PENELITIAN

a. Kondisi Peta Perpolitikan Legislatif Perempuan Kota Kendari

Rakyat Indonesia sampai sekarang telah melaksanakan pemilu sebanyak 9 kali yaitu 1 kali pada era orde lama ( tahun 1955 ), 6 kali pada era orde baru (tahun 1971,1977,1982,1987,1992, dan 1997) serta 2 kali pada era reformasi (tahun 1999 dan 2004).Pemilu ini melahirkan wakil-wakil rakyat di parlemen ( DPR ). Beberapa diantaranya adalah kaum perempuan dengan persentase sbb :

.Tabel 1 . Perbandingan Jumlah Anggota DPR RI Berdasarkan

Jenis Kelamin Hasil Pemilu Tahun 1955- Tahun 2004

No

Periode DPR

Jumlah anggota DPR

Laki-laki

% Perempuan

%

12

1950-1955

245289

236272

96,3

917

3,75,9

29 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

34567891011

1955-19601956-19591971-19771977-19821982-19871987-19921992-19971997-19991999-20042004-2009

513496489499565562554546550

488460460460500500500500487

94,1

95,1

92,7

94,1

92,2

88,5

89,0

90,3

91,6

88,5

253629396562544663

4,97,35,97,811,5

11,0

9,78,411,5

Sumber : Sekretariat DPR RI, 2008

30 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Data di atas menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan di parlemen ( DPR ) selama ini berfluktuatif. Keterwakilan perempuan yang terendah adalah pada DPR 1950-1955 ( 3,7%) dan tertinggi pada DPR 1987 -1992 dan 2004-2009 masing-masing 11,5 %. Keterwakilan perempuan di DPR rata- rata hanya 8% dalam 11 periode. Ini sangat kontras dengan populasi penduduk perempuan yang hampir imbang dengan laki-laki yaitu 49,9% perempuan dan 50,1 % laki-laki ( sensus penduduk Tahun 2000 ). Ketimpangan yang sangat mencolok ini tidak dapat dilepaskan dari isu gender dan seks yang sering dipersepsikan dan dikonstruksikan secara salah dan rancu oleh masyarakat. Hal ini berimbas pada berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasuk bidang politik.

Undang-undang No 2 tahun 2008 tentang partai politik dan UU no 10 Tahun 2008 menyatakan perlunya pendidikan politik dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender. Hal demikian, ditujukan untuk meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia.

Lahirnya pengaturan prinsip keterwakilan perempuan atau biasa disebut juga sistem kuota perempuan, bersumber dari ketidakpuasan dari beberapa kalangan. Hal ini khususnya dari kelompok feminis, yang melihat betapa ” memprihatinkan ” porsi

31 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

atau persentase kalangan perempuan dilingkungan parpol-parpol yang ada. Kalangan perempuan dilingkungan parpol, atau mungkin bisa diistilahkan dengan feminis parpol terdiri dari aktivis partai, pengurus, caleg ( calon legislatif ) dan anggota legislatif ( parlemen ) dari kaum perempuan.

Keminiman demikian memicu sentimen gender di bidang politik. Di mana bidang politik ini lebih mudah mengangkat isu ke permukaan. Maka bidang yang selama ini tertinggal, yakni masalah peranserta perempuan diharapkan lebih cepat terangkat, dan dengan sendirinya mengangkat martabat perempuan pula dipermukaan.

Kondisi ini juga dialami di lembaga legislatif Kota Kendari. Di bawah ini adalah tabel yang menggambarkan kesenjangan jumlah anggota legislatif laki-laki dan perempuan di legislatif kota Kota Kendari periode tahun 2004 – 2009.

Tabel 2. Jumlah Anggota DPRD Kota Kendari Periode

Tahun 2004-2009

32 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Sumber : Kota Kendari Dalam Angka, 2008

Berbagai kegiatan dilaksanakan oleh para anggota dewan tersebut di atas mulai dari rapat/musyawarah diantara fraksi, pembahasan anggaran, kunjungan kerja dalam dan luar negeri, Hearing (dengar pendapat) antara komisi dan masyarakat luar, hingga mengadakan rapat Badan Pertimbangan Daerah. Kegiatan ini kemudian melahirkan banyak keputusan yang berguna bagi masyarakat kota.

Tabel di bawah ini akan menggambarkan banyaknya keputusan yang telah dilakukan oleh para anggota dewan kota tersebut selama 4 tahun terakhir.

33 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

No Fraksi Laki-laki Perempuan

Jumlah

123456

GolkarP A NP D I – PP P PP K SP B B

934342

31-1--

1244442

Total 25 5 30

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Tabel 3 . Banyaknya Keputusan DPRD Kota KendariSelama Tahun 2004-2007.

No

Keputusan 2004 2005

2006

2007

12345

Peraturan DaerahKeputusan DPRDPernyataanKeputusan PimpinanKeputusan Panitia musyawarah

2321-

1910

1918-

1210

2417-

1014

1513-916

Total 73 59 65 53Sumber : Kota Kendari Dalam Angka, 2008

Dari sekian banyak keputusan yang telah dibuat oleh anggota DPRD Kota Kendari, menjadi masalah seberapa besar telah menyentuh kebutuhan perempuan , mengingat jumlah kaum perempuan di legislatif ini sangat sedikit.

Di Kota Kendari Jumlah keterwakilan legislatif Perempuan di DPRD Kota Kendari dapat dikatakan belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perempuan yang ada di DPRD Kota Kendari, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut

34 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

35 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Tabel 4. Perbandingan Jumlah Anggota DPRD Kota Kendari Periode

Tahun 1999 -2004 antara Laki-Laki dan PerempuanNo

Nama Anggota DPRD Kota

Jenis Kelamin ( L/P)

Asal Partai

1.234567891011121314151617181

M. Ilham Thalib, SEAhmad H. Hasan, SEBurhanuddin, SEDrs. Thamrin TH. Saeho PidaniH. Abdul Azis, BASalahuddin. SPH. Hasan BatekHj. Melinda RitongaDrs. M. GadjangH. Haeruddin PondiuDrs. H. Rizal Baso TanangIr. A yani MulukHj. ST Arfah Panu DariamaH. Abd Asis SulaemanH. LaningkataDra. Dewiyati TamburakaAsmarani Edy SulDrs. H. A. AchmadPamasonaIr.Lodwijk SonaruAbd Kadir Samad, BALetkol Laut Soekarno, SHKapten Inf. A. A Sabilah

LLLLLLLLPLLLLPLLPPLLLLLLL

PPPPDIPPDIPPDIPPANPBBPKS

GolakarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkar

PKSTNI ALTNI ADPolri

36 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

9202122232425

Mayor Pol.Drs. Muhajir Syafai

Total 25 OrangLaki-Laki = 21 Orang ( 84 % )Perempuan = 4 Orang ( 16 % )

Sumber : Sekretariat DPRD Kota Kendari, 2008

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada periode 1999-2004 dari jumlah 25 anggota DPRD Kota terdapat 25 orang anggota DPRD Laki-laki dan hanya 4 (empat) orang perempuan atau (16%) dari jumlah keseluruhan anggota DPRD Kota. Dan seluruhnya berasal dari Partai Golkar. yaitu : Dewiyati Tamburaka, Arfah Panu Dariama, Asmarani Edi Sul dan Melinda Ritonga.

37 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Sedangkan Pada Periode Tahun 2004-2009 keterwakilan perempuan Di DPRD Kota Kendari meningkat tipis menjadi 16,6 % . Namun dengan anggota perempuan yang hanya bertambah satu orang. Dengan daftar tabel sebagai berikut :

Tabel 5. Perbandingan Jumlah Anggota DPRD Kota Kendari Periode

Tahun 2004-2009 Antara Laki-Laki Dan Perempuan

38 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

No Nama Anggota DPRD Kota Jenis Kelamin (L/P)

Asal Partai

123456.789101112131415161718192021222324252627282930

Bachrun KonggoasaDrs. Muh NurIchwan Mappilawa,Sos,M.SiH.M Said Pidani B, BAHj. ST Arfah Panu DariamaIr. Lodwijk SonaruDra. Hj. Dewiyati Tamburaka,SHMalinda RitongaMuh. Ali, SEIr. A Yani MulukIr. Muh Hikman BallagiKhadijah Thamrin, S.PdH. Arifin ASLubis S. AgHaskar HafidH.M Ilham Thalib, SEDrs Muh KasimHasmin, S.AgLaido RondaAbd Razak SPHj. Kartini TombiliH. Abd Rahman saleh, SHBurhanuddin, SEAlwiLd Lawama SHYan BuloMisbahuddin, SESulkarnaik K, SEAlaika Salam Ajo, S.PdLakaria, S.Pd

LLLLPLPPLLLPLLLLLLLLPLLLLLLLLL

GokarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkarGolkar

PBBPBBPPPPPPPPPPPPPANPANPANPANPDIPPDIPPDIPPDIPPKSPKSPKSPKS

39 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Total = 30 OrangLaki-Laki = 25 Orang ( 83,3 %)Perempuan = 5 Orang (16,6%)

Sumber : Sekretariat DPRD Kota, 2008

Dari daftar tabel dapat dlihat bahwa dari periode 2004 – 2009 keterwakilan perempuan justru hanya meningkat tipis. Nyaris Tak berarti, yaitu dari jumlah 30 orang anggota dewan , 25 orang anggota laki-laki dan hanya 5 orang perempuan yang masuk sebagai anggota dewan atau 16,6 % dari total keseluruhan anggota dewan, yaitu : Hj.Dewiyati Tamburaka, Kartini Tombili, Melinda Ritonga, Khadijah Thamrin, dan Hj. Arfah Panu Dariama. Sangat jauh dari harapan minimal 30 % keterwakilan perempuan. Walaupun asal partai mengalami perkembangan. Yang tidak hanya didominasi dari partai Golkar.Padahal Undang-undang keterwakilan ini telah di sahkan di tahun 2003.

Minimnya jumlah perempuan dilembaga legislatif ini tak terlepas dari kepengurusan mereka diparpol. Kebanyakan parpol, termasuk parpol yang sudah matang, sangat minim jumlah pengurusnya dari kaum perempuan. Dari hasil pengamatan, boleh saja disebut, porsinya tidak sampai 30 %. Bidang kepengurusan partai misalnya bahkan ada yang di bawah 10 persen. Banyak faktor

40 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

mengapa kondisi perpolitikan di kota Kendari mengalami stagnan selama dua periode terakhir. Secara umum dalam kancah perpolitikan di dalam partai, kaum pria memang jauh lebih banyak memiliki pilihan untuk menjadi SDM yang bermutu. Ketimbang kaum perempuan. Kultur sosial kita masih dominan memandang terutama di pedesaan, kaum pria lebih ” didahulukan” dalam banyak segi kehidupan. Misalnya dalam bidang pendidikan.

Tabel di bawah ini akan mendeskripsikan kondisi pendidikan legislatif kendari Tahun 1999-2009.

Tabel 6. Pendidikan Anggota Legislatif Periode Tahun 1999- 2009

No

Periode 1999-2004 Laki-laki Perempuan

12

SLTASarjana

417

31

No

Periode 2004-2009 Laki-Laki Perempuan

12

SLTASarjana

322

32

41 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Dari tabel di atas nampak bahwa pendidikan anggota legislatif laki-laki terus mengalami peningkatan. Pada Periode 1999-2004 anggota legislatif laki-laki yang tidak sarjana hanya 4 orang dari total 21 orang anggota laki-laki dan 17 orang berpendidikan sarjana atau 80 %. Sedangkan anggota legislatif perempuan yang sarjana hanya 1 orang ( 25 % ) dari 4 orang anggota perempuan. Sedangkan pada periode 2004 – 2009 anggota legislatif laki-laki yang sarjana sebanyak 22 orang ( 88 % ) dari total 25 orang anggota legislatif laki-laki dan anggota legislatif perempuan yang sarjana hanya 2 orang ( 40 %) dari total 5 orang anggota legislatif perempuan.

Faktor lainnya hingga kondisi politik perempuan tertinggal jauh adalah aspek narture berkaitan dengan pandangan bahwa dilihat dari aspek sosial budaya, perempuan terbentuk/terkonstruksi dengan tugas yang berbeda dengan kaum laki-laki. Dampak kultural yang demikian melahirkan kondisi bahwa lapangan-lapangan aktivitas yang ada dikalangan birokrasi, pemerintahan, swasta, elit sosial budaya, dan agama, tidak banyak menyerap kaum perempuan.

Kondisi narture ini seringkali muncul jika seorang perempuan mau maju keluar rumah apa lagi, jika mau maju berkarya di bidang

42 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

politik.Bidang parpol ini dianggap bidang yang keras dan tidak cocok menjadi aktivitas kaum perempuan. Pandangan ini lah yang berusaha diubah oleh kebanyakan kaum perempuan dan laki-laki yang peduli pada kebutuhan perempuan.

b. Gambaran hasil Pemilu Legislatif Kota Kendari Tahun 2009.

Pemilu legislatif pada bulan April 2009 terdapat perkembangan yang cukup menggembirakan. Keterwakilan perempuan telah memenuhi syarat 30%. Dari 30 orang anggota DPRD Kota yang bakal menjabat, besar kemungkinan dari hasil perhitungan suara terdapat 10 orang perempuan yang terpilih untuk masuk di DPRD Kota Kendari. Dengan tabel sebagai berikut :

43 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Tabel 7. Perbandingan Anggota DPRD Kota Kendari Periode

Tahun 2009 – 2012 antar Laki-Laki dan Perempuan

No Nama Jenis Kelamin (L/P)

Asal Partai Daerah Pemilihan

123456789101112131415161718192021

Muh. AminHj. Serly Yuniarti , SELDE ArifaidSteve ousten RereAlwiMisbahuddin, SEH. Bachrun KonggoasaDjayadi Said, SEZuri Zam-zam, SEHj. Nurlin SurunuddinDra. Hj. ST Nurhan BaharuminWD. Rachmasari Aryani, SEDrs. Muh YahyaHamsah, SEChullafau RasyidinAladin, SEIr. H. Samsuddin RahimM. Ali, SEHj. Hamida SuduHj. Harmina A. Baso

LPLLLLLLPPPPLLLLLLPPP

DemokratPBR

HANURAPANPDIPPKS

GOLKARGERINDR

ADemokratGOLKAR

PANPDIP

HANURAPBBPKSPANPAN

GOLKARHANURA

Demokrat

Kota Kendari I Kota Kendari IKota Kendari IKota Kendari IKota Kendari IKota Kendari IKota Kendari IKota Kendari IKota Kendari IIKota kendari IIKota Kendari IIKota Kendari IIKota Kendari IIKota Kendari IIKota Kendari IIKota Kendari IIIKota Kendari IIIKota Kendari IIIKota Kendari IIIKota Kendari IIIKota Kendari III

44 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

222324252627282930

Dewi Kartika, STDrs. Bisman Saranani, M. SiLubis S. AgHj. Rusiawati Abunawas, SEAbd Razak, SPIr.Ilham HamraSuhadiH. Bachtiar KenepuluHj. Rostina TarimanaM. Aminuddin Silondae

LLPLLLLPL

PDIPPKSPBBPPPPAN

DemokratPPDI

HANURAPKS

GOLKAR

Kota Kendari IIIKota Kendari IIIKota Kendari IVKota Kendari IVKota Kendari IVKota Kendari IVKota Kendari IVKota Kendari IVKota Kendari IV

Total = 30 orangLaki-Laki = 20 (66,6%)Perempuan = 10 ( 33,3 %

Sumber : Data KPU, 2009Pada Pemilu tahun 2009 ini partai yang berpartisipasi

sebanyak 38 partai . Dari 665 calon anggota legislatif terdapat 445 orang calon legislatif laki-laki dan 220 calan legislatif perempuan berarti dari sekian total jumlah calon legislatif terdapat 33 % caleg perempuan. Dan secara umum terlihat dari 38 partai sekitar 25 partai telah memenuhi syarat minimal 30% keterwakilan perempuan. Namun, jika dilihat dari daftar pemenuhan persyaratan keterwakilan perempuan ( lihat lampiran ) kita bisa melihat bahwa dari 4 daerah pemilihan dikali dengan jumlah partai yang mengikuti pemilu terdapat sekitar 40% yang tidak memenuhi syarat tidak terdapatnya keterwakilan perempuan dalam partai.

45 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Dari persentase di atas terpilih 30 orang anggota dewan kota dengan perempuan sebesar 10 orang dengan persentase 33,3 % yaitu Dapil 1 dari 8 kursi terdapat 1 orang perempuan, dapil 2 dari 7 kursi terdapat 4 orang perempuan, dapil 3 dari 8 kursi terdapat 3 orang perempuan dan dapil 4 dari 7 kursi terdapat 2 orang perempuan.

Lebih jelasnya daftar dibawah ini adalah nama-nama caleg perempuan yang masuk dalam daftar caleg terpilih perempuan menurut KPU Kota Kendari.

Tabel 8. Daftar Anggota DPRD Kota Kendari Periode 2009- 2012

(Caleg Terpilih Perempuan)

46 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

No Nama Caleg Terpilih Partai Politik

Suara Sah

Daerah Pemilihan

12345678910

Suri Zam-Zam, SEHj.Rusiawati AbunawasHj.Nurlin SurunuddinHj.Hamidah SuduDra.Hj.Nurhan BaharuminWd.Rachmasari Aryani, SEHj.Serly Yuniarti Muchlis, SEHj.Armina A. BasoDewi Kartika, STHj. Rostina Tarimana

DemokratPPP

GolkarHanura

PANPDIPPBR

DemokratPDIPPKS

1892165212211098103210281004991647600

Dapil IIDapil IVDapil IIDapil IIIDapil IIDapil IIDapil IDapil IIIDapil IIIDapil IV

Total Suara 11.165 Sumber : KPU Kota Kendari, 2009

Dari keseluruhan caleg yang terpilih tersebut, tidak ada calon incumbent, seluruhnya adalah caleg yang baru maju ke pemilihan

47 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

legislatif. Di lihat dari latar belakang pendidikan, pendidikan mereka umumnya cukup memadai. 5 orang berpendidikan sarjana, dan 5 orang tamatan SMA. Aktifitas mereka juga bermacam-macam, umumnya mereka adalah ibu Rumah Tangga, beberapa orang mempunyai aktivitas bisnis sederhana, dan selebihnya sebagai aktivis perempuan yaitu yang dilakoni oleh Hj.Harmina A. Baso. Dan satu orang berasal dari Birokrasi yaitu Dra. Hj. ST. Nurhan Baharumin. Pengetahuannya akan anggaran dan pengalamannya sebagai birokrasi akan menjadi modal yang utama baginya dalam melaksanakan kinerjanya sebagai anggota dewan terpilih.

Pada periode kali ini, Caleg yang terpilih tidak lagi di dominasi oleh partai-partai lama seperti Golkar, PAN dan PPP. Tapi juga telah muncul partai-partai baru seperti Hanura dan PBR. Hanura yang bahkan baru kali ini ikut pada Pemilihan Legislatif ternyata meraih suara yang cukup signifikan yaitu ke 4 (empat) terbanyak dengan suara sah 1098. Suara terbanyak diraih oleh Zuri Zam-Zam dari partai demokrat suara sahnya adalah 1892 dan yang terkecil diraih oleh Hj. Rostina Tarimana dari PKS (600) Partai yang dianggap memiliki basis massa yang cukup kuat dan sangat konsisten.

48 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Dari hasil pemilihan terdapat fenomena menarik bahwa dari keempat wilayah pemilihan kota kendari, ternyata wilayah dapil kota kendari 2 menjaring hingga 4 orang kaum perempuan, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9. Jumlah Anggota Caleg Perempuan Yang Terpilih Berdasarkan dapil Dalam Pemilu Tahun 2009.

No

Daerah Pemilihan Jumlah perempuan yang terpilih

1

2

3

Kota Kendari I ( Kendari, Kendari Barat )

Kota Kendari II ( Mandonga, Puwatu )

1

4

2

49 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

4 Kota Kendari 3 ( Baruga, Wua2,Kadia )

Kota Kendari 4( Poasia, Abeli, Kambu )

2

Total 10

Sumber : Data KPU, di olah, 2009

Menjadi hal yang menarik untuk dicermati bahwa pertarungan di daerah dapil II atau daerah Mandonga dan Puwatu ternyata memberi apresiasi yang tinggi pada kaum perempuan dengan alokasi kursi yang sangat signifikan, yaitu dari 7 alokasi kursi, kaum perempuan mendapat 4 kursi. Yaitu Suri Zam-Zam,SE. Hj.Nurlin Surunudin Dan WD.Rachmasari Aryani, serta Dra.Hj.ST Nurhan Baharumin Ini tentu perkembangan yang tak terduga.

C. Persepsi Perempuan Terhadap Undang-Undang Kuota 30%

Dari total responden sebanyak 334 orang yang diambil secara acak hampir seluruhnya pernah mendengar tentang istilah undang-

50 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

undang kuota 30%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini

Tabel. 10. Persepsi Perempuan Terhadap Undang-Undang Kuota 30 % Perempuan Yang Pernah / Tidak

Pernah MendengarNo

Profesi Perempuan Jumlah(Orang

)

Pernah Mendengar

Tidak Pernah Mendengar

1

2

3

4

5

6

7

Peg.Negri Sipil & Karyawan

Ibu RT

Siswa SMA

Mahasiswi

Akademisi

LSM

Caleg perempuan

52

75

61

77

20

22

27

52

35

61

77

20

22

22

-

40

-

-

-

-

-

Total 334 294 40

51 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari total responden ibu Pegawai negri sipil dan karyawan 100% pernah mendengar istilah kuota 30 % perempuan. Alasannya karena istilah kuota 30 % perempuan bukan saja untuk calon legislatif , tapi juga diterapkan di eksekutif bahkan yudikatif. Hingga otomatis undang-undang ini harus mereka ketahui.

Berbeda dengan ibu RT masih ada yang belum pernah mendengar istilah undang-undang kuota 30 % ini ketika di tanya alasan yang tidak pernah mendengar istilah undang-undang ini, salah satu ibu rumah tangga mengatakan bahwa alasannya karena mereka tinggal di daerah yang agak jauh dari informasi (Abeli), lebih jauh mereka mengungkapkan bahwa mereka jarang yang tertarik untuk menonton berita ataupun membaca koran. Hingga mereka tak punya pengetahuan tentang hal tersebut, bahkan mendengar istilah tersebut pun tidak pernah.

Sedangkan alasan para siswi SMA dan mahasiswa bahwa mereka pernah mendengar istilah undang-undang kuota 30 % ini karena semua koran, TV dan opini masyarakat tidak sedikit yang

52 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

telah memuat tentang penerapan undang-undang kuota 30% ini disegala bidang kehidupan masyarakat.

Lain lagi alasan para aktivis LSM, mereka memaparkan bahwa istilah undang-undang kuota 30% ini mereka pernah mendengarnya karena sesungguhnya merekalah ujung tombak dari ide munculnya istilah undang-undang kuota 30% bahkan merekalah yang telah mengadvokasinya bersama segenap masyarakat perempuan dan laki-laki feminis agar undang-undang ini bisa diterapkan di mana saja.

Sedangkan bagi akademisi, alasan mereka pernah mendengarnya karena istilah undang-undang kuota 30% paling banyak di bahas ditingkat akademisi dan mereka ikut membantu merumuskan bunyi undang-undang tersebut.

Bagi yang pernah mendengarnya pun masih ada yang mengaku tidak mengerti tentang maksud dan tujuan dari undang-undang tersebut. Ini dapat dilihat dari tabel dibawah.

Tabel 11. Persepsi Perempuan Terhadap Undang-Undang Kuota 30 % Perempuan Yang Mengaku Mengerti/Tidak

Mengerti

53 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

No

Profesi Perempuan Jumlah

(Orang)

Mengaku Mengerti( Orang )

Mengaku tidak Mengerti( Orang )

1

2

3

4

5

6

7

Peg.Negri Sipil dan Karyawan

Ibu RT

Siswa SMA

Mahasiswi

Akademisi

LSM

Caleg perempuan

52

75

61

77

20

22

27

30

20

30

67

20

22

27

22

55

31

10---

Total 334 216 118 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak seluruhnya yang pernah mendengar istilah undang-undang kuota 30 % perempuan mengaku mengerti apa yang menjadi maksud dan tujuan undang-undang tersebut .

54 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Sebanyak 52 orang PNS dan karyawan 30 orang mengaku mengerti maksud dan tujuan undang-undang kuota 30 % dan 22 orang mengaku tidak mengerti maksud dan tujuan undang-undang kuota 30 % tersebut. Safriani, seorang PNS mengaku ia hanya pernah mendengar istilah tersebut sambil lalu. Tapi ia tidak mengetahui undang-undang tersebut termuat di mana dan apa pengaruhnya bagi perempuan.

Sedangkan sebanyak 75 orang ibu RT. Hanya 20 orang yang mengerti tentang maksud dan tujuan undang-undang tersebut, sedangkan 55 orang lainnya mengaku tidak mengerti walaupun mereka pernah mendengarnya. Ketika salah seorang yang mengaku mengerti ditanya apa maksud dan tujuan undang-undang tersebut ia mengatakan bahwa undang-undang tersebut hanya berkaitan dengan harus masuknya perempuan sebagai wakil perempuan di dewan. Lebih jauhnya lagi ia mengaku tidak terlalu memahaminya. Sedangkan salah seorang yang tidak mengerti ditanya alasan hingga ia tak mengerti maksud dan tujuan undang-undang tersebut.Ibu Suha mengungkapkan bahwa ia tak mengerti, karena ia memang tak mau tau karena baginya siapapun yang duduk di dewan laki-laki atau perempuan, ia tidak terlalu mengerti apa

55 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

manfaat mereka ( anggota dewan tersebut ) bagi kehidupannya sebagai ibu RT biasa.

Sebanyak 61 orang siswi SMA kelas III yang di ambil sebagai responden,yaitu yang telah masuk sebagai pemilih pemula, 30 orang mengaku mengerti maksud dan tujuan tentang undang-undang kuota 30 % namun 31orang mengaku tidak mengerti maksud dan tujuan undang-undang tersebut. Alasan yang tidak mengerti adalah di sekolah mereka tidak pernah membahas undang-undang ini secara khusus. Jadi mereka hanya sebatas pernah mendengarnya saja. Karena pada momen pemilihan legislatif banyak disuarakan tentang undang-undang tersebut.

Sedangkan Sebanyak 77 orang responden yang berprofesi sebagai mahasiswi, 67 orang mengaku mengerti maksud dan tujuan undang-undang ini dan hanya 10 orang yang mengaku tidak mengerti.

Sedangkan masyarakat yang berprofesi akademisi, LSM dan masuk sebagai caleg rata-rata mengaku telah mengerti tentang maksud dan tujuan undang-undang kuota 30% perempuan. Ini wajar, karena umumnya mereka telah banyak mengikuti seminar-seminar atau simposium khusus yang membahas tentang maksud

56 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

dan tujuan undang-undang tersebut. Pendidikan mereka yang lumayan tinggi juga mendorong mereka untuk banyak mencari tahu tentang apa itu undang-undang kuota 30%, baik itu informasi dari koran, Televisi dan internet.

Dari keseluruhan responden atau 100% total responden masyarakat perempuan mempunyai persepsi yang sama tentang adanya Undang-kuota 30% perempuan ini yaitu sangat setuju. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 12. Persepsi Perempuan Terhadap Undang-Undang Kuota 30% Yang Setuju / Tidak Setuju

57 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

No Profesi Perempuan Jumlah(Orang)

Setuju( Orang)

Tidak Setuju

( Orang )

1

2

3

4

5

6

7

Peg.Negri Sipil dan Karyawan

Ibu RT

Siswa SMA

Mahasiswi

Akademisi

LSM

Caleg perempuan

52

75

61

77

20

22

27

52

75

61

77

20

22

27Total 334 334 0

Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, 2009

Pendapat menarik datang dari WD Normawati, salah seorang ibu RT ia mengatakan bahwa ia sangat setuju dengan adanya undang-undang 30% perempuan karena ia berharap jika ada perempuan di dewan maka ia berharap ada undang-undang lain yang bisa dibuat untuk kasus kekerasan RT, karena ia adalah salah satu korban kekerasan RT.

58 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Lain lagi alasan yang dungkapkan oleh Sakinah Akhmad, SE salah seorang caleg yang tak terpilih . Ia juga setuju dengan adanya undang-undang kuota 30% ini karena dengan undang-undang ini akan memberi kesempatan bagi kaum hawa untuk berkiprah dibidang politik.

Dalam wawancara tanggal 27 Mei 2009 dengan Salmiah Aryana, Direktur Aliansi Perempuan , Mengungkapkan :

“ Saya sangat setuju dengan adanya Undang-undang kuota 30% perempuan ini karena keterwakilan perempuan dalam politik perlu dijamin dalam Undang-undang. Mengingat peran dan posisi perempuan dalam politik masih dianggap “ kurang penting “ , karena kultur Indonesia belum memberi ruang bagi perempuan untuk terlibat langsung dalam politik “ Lebih jauh tentang persepsi kuota perempuan dipaparkan oleh

Hj Nurhan Baharumin dalam FGD di Bappeda tanggal 2 Juli 2009 :

“ Perempuan mempunyai peranan yang cukup banyak dalam bidang kehidupan yaitu sebagai pendidik anak-anaknya, penerus bangsa, juga anggota masyarakat.Kemampuan perempuan untuk mengurus segala hal cukup besar, maka jika diberi peluang di segala bidang kehidupan saya rasa itu sangat baik, maka saya sangat setuju dengan adanya undang-undang kuota 30 % perempuan untuk masuk disegala lini kehidupan utamanya dalam bidang pengambil kebijakan “

59 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Sebagai kosekuensi dari diterapkannya sistem keterwakilan perempuan pada UU No 10 Tahun 2008 ditentukan bahwa peserta pemilu hanya dapat diikuti oleh parpol yang telah melaksanakan sistem keterwakilan perempuan. Jadi secara tegas, UU No 10 Tahun 2008 memberikan syarat keterwakilan bagi parpol yang mengikuti pemilu.

Apabila diperhatikan, tampak seolah-olah ada sesuatu ketidaktaatan asas ( inconsistency ) antara ketentuan pasal yang satu dengan lainnya dengan sistem keterwakilan perempuan ini. Dapat disimak misalnya Bahwa dalam pasal 51 ayat (2) UU no 10 tahun 2008 ditentukan bahwa :

“ seleksi bakal calon sebagaimana di maksud ayat (1) dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan mekanisme internal partai politik “

Ketentuan ini menghendaki bahwa sistem demokrasi harus dipegang teguh dalam rangka penentuan bakal caleg dari setiap parpol yang bersangkutan. Artinya siapa yang dinilai secara objektif dapat masuk (disusun) menjadi bakal caleg tentunya dialah yang masuk dalam susunan dan urutan demikian, tanpa melihat apakah dia dari kalangan laki-laki atau perempuan.

60 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Namun dengan ketentuan keterwakilan perempuan tersebut, terdapatlah sifat inconsistency. Sepintas lalu memang ada ketidaktaatan asas. Karena berdasarkan sistem keterwakilan perempuan dengan minimal 30 persen tersebut sudah melanggar asas demokrasi. Namun disinilah ciri dari undang-undang No 10 tahun 2008 tersebut, bahwa undang-undang ini memerlukan terobosan mengatasi masalah ketertinggalan perempuan dalam rangka pemberdayaan politik bagi semua kalangan masyarakat.

Salmiah Aryana Direktur Aliansi Perempuan kemudian menjelaskan tentang kronologis lahirnya undang-undang kuota 30 % perempuan ini dalam forum FGD 2 Juli 2009 tersebut:

“ Undang-undang kuota 30 % berasal dari feminis perempuan yang dimotori oleh teman-teman aktivis. Yang berangkat dari pemahaman bahwa segala masalah perempuan bisa diselesaikan dengan politik karena laki-laki dianggap tidak berperspektif perempuan. Mereka kurang sensitive dengan masalah perempuan. Undang-undang kuota 30% ini melalui proses yang sangat rumit karena dihadang oleh partai-partai yang tidak berperspektif perempuan untuk tidak masuk dalam undang-undang pemilu atau partai. Namun kita terus memperjuangkannya. Undang-undang ini sebetulnya sangat kompleks karena bukan hanya berkisar politik semata tapi juga psikologis, sosial dan

61 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

ekonomi.Perempuan untuk masuk sebagai penentu kabijakan kapasitasnya sudah cukup bagus sisa daya dukung saja ( external ) yang perlu ditingkatkan.”

Dari uraian di atas, Undang-undang politik kita, baik yang UU parpol maupun UU pemilu, tampaknya memiliki kemauan untuk keluar dari kesan hukum yang patriarchat.

Namun hal ini diragukan oleh Hamdani Piabang sekretaris KPU Kota Kendari, ia melihat bahwa Undang-undang tersebut ada yang perlu direvisi, karena tidak ada isyarat kewajiban. Harusnya parpol yang tidak memenuhi syarat 30 % diberi sanksi, jangan hanya sanksi moral dengan diumumkan ke masyarakat, tapi diberi sanksi untuk tidak diikutkan ke pemilu legislatif. Hingga ada efek jera bagi parpol yang tidak konsisten dengan undang-undang di atas.

Alasan inilah yang sebetulnya telah mendorong sebagian besar perempuan mendesak KPU untuk membuat peraturan-peraturan KPU. Masalahnya, bolehkah KPU membuat undang-undang ?

KPU memang bukan badan pembuat undang-undang. Lembaga ini justru sebagai pelaksana dari undang-undang, dan

62 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

bukan pula membuat peraturan, tapi sebagai pelaksana dari peraturan. Namun dalam skala internal, KPU boleh membuat peraturan sebagai pelaksana dari undang-undang atau peraturan.Peraturan yang dibuatnya bukanlah bersifat menciptakan kebijakan (policy) yang tidak senafas dengan UU no 10 tahun 2008, tetapi justru membuat peraturan-peraturan internal yang sesuai dengan kewenangannya dalam rangka pelaksanaan ketentuan undang-undang atau peraturan yang sifatnya menjabarkan, menjelaskan dan sebagai proses pelaksanaan dari ketentuan – ketentuan yang ada.

Jadi, persoalan sekarang, apakah KPU memiliki kemauan ( political will) untuk membuat peraturan KPU. Jika KPU memandang keterwakilan politik dari kaum perempuan perlu diwujudkan secara nyata ( law in action ), maka jadilah kaum perempuan di negeri ini khususnya di kota Kendari maju ke pentas politik secara baik.

d.Hambatan Untuk Berkiprah di Bidang Politik dan Pencapaian UU 30%.

Pada umumnya dikalangan perempuan, bahkan kaum laki-laki, menyambut affirmative actions ini sebagai adil dan sudah seharusnya.Hampir semua tokoh perempuan di Indonesia

63 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

menyambut hangat UU parpol dan UU pemilu sebagai undang-undang yang mengerti tentang keberadaan kaum perempuan di bidang politik.

Namun dalam pelaksanaan undang-undang ini menimbulkan pro dan kontra. Berbagai benturan kepentingan mewarnai dalam upaya pelaksanaannya. Setelah kita melihat bagaimana persepsi kaum perempuan itu sendiri tentang undang-undang kuota 30%. Maka bagaimana penerapannya di kota kendari, tabel di bawah ini akan memberi keterangan yang jelas.

Tabel 13. Persepsi Perempuan Terhadap Undang Kuota 30% Tentang Sulit / Tidak Sulit Penerapannya.

64 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

No

Profesi Perempuan Jumlah

(Orang)

Sulit ( Orang )

Tidak Sulit ( Orang )

1

2

3

4

5

6

7

Peg.Negri Sipil & Karyawan

Ibu RT

Siswa SMA

Mahasiswi

Akademisi

LSM

Caleg perempuan

52

75

61

77

20

22

27

2

75

61

35

12

17

4

50

-

-

428

523

Total 334 206 128 Sumber : Hasil Olahan kuisioner, 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masyarakat perempuan yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dan karyawan sebanyak 52 orang, hanya 2 orang yang berpendapat bahwa penerapan undang-undang kuota 30% sulit di lakukan, sedangkan

65 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

sebanyak 50 orang berpendapat undang-undang tersebut tidak sulit dilakukan. Salah satu dari responden yang berpendapat undang-undang tersebut sulit dilakukan yaitu Sri Utami alasannya Sbb :

” Yang saya lihat perempuan hanya sebagai kelengkapan administrasi partai agar lolos syarat kuota 30% perempuan ”

Sedangkan yang berpendapat bahwa undang-undang tersebut tidak sulit dilakukan beralasan, bahwa dengan banyaknya perempuan yang masuk sebagai caleg maka penerapan kuota 30 % perempuan dapat dilakukan di Kota Kendari.

Sedangkan Masyarakat perempuan yang berprofesi sebagai Ibu RT yang berjumlah 75 orang dan siswI SMA yang berjumlah 61 orang, yang diambil sebagai responden, seluruhnya berpendapat bahwa penerapan kuota 30% dapat dilakukan di kota kendari hampir seluruhnya memiliki alasan seragam bahwa karena sudah termuat dalam undang-undang maka harus di terapkan. Karena jika tidak diterapkan otomatis akan timbul masalah. Sulit atau tidak sulit, itu tetap harus diterapkan.

Berbeda dengan mahasiswi dari total responden 77 orang, 35 orang berpendapat sulit dan 42 orang berpendapat tidak sulit. Ketika salah satu mahasiswa yang berpendapat sulit di tanya

66 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

alasannya, ia mengatakan dengan masuknya sembarang perempuan sebagai calon legislatif tanpa kemampuan / kualitas yang jelas atau mumpuni maka partai juga tidak memberi dorongan untuk maju atau terpilih. Otomatis mereka hanya berjuang sendiri-sendiri. Maka hasilnya tidak akan maksimal. Sedangkan mahasiswa yang berpendapat penerapan undang-undang kuota 30% di Kota Kendari tidak sulit, menyanggah pendapat temannya. Bahwa terlepas perempuan itu kapabel atau tidak, disini terjadi seleksi alam, jika perempuan itu mampu bersaing dengan kampanye-kampanye menarik dan performance yang bagus , maka dia akan terpilih atau lolos. Jika tidak, maka ia akan tersingkir dengan sendirinya. Dan ini sangat di dukung oleh suara terbanyak.

Sedangkan sebanyak 20 orang responden Akademisi, 12 orang berpendapat sulit diterapkan di Kota Kendari, 8 orang berpendapat tidak sulit.Yang berpendapat sulit diterapkan salah satunya adalah Yaya, SE, staf akademisi, ia beralasan karena perempuan yang masuk aktif dipartai masih kurang dan tidak diberi kesempatan, sehingga penerapannya jadi sulit. Berbeda yang dikemukakan oleh Ir. Asnani, M.Si , salah seorang dosen, ia berpendapat bahwa undang-undang kuota 30% ini dapat diterapkan karena dilihat dari status Kota Kendari sebagai ibu kota propinsi di

67 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

mana dapat dilihat dari jumlah perempuannya yang lebih banyak dari jumlah laki-laki secara umum dan jumlah wanita yang potensial sebagai wakil rakyat cukup memadai.Walaupun mereka harus betul-betul disaring dari segi intelektual. Dan disinilah sistem parpol berperan besar dalam menapis perempuan yang berkualitas atau tidak jangan hanya sekedar di pasang didaftar caleg.

Sedangkan sebanyak 22 orang LSM yang ditaris sebagai responden, 17 orang berpendapat sulit di terapkan undang-undang kuota 30% tersebut, sedangkan 5 orang berpendapat tidak sulit.Endang Susilawati, dari Alpen mengungkapkan bahwa undang-undang kuota 30% ini sulit diterapkan di Kota Kendari karena menurutnya kaum wanita sangat kurang yang mau masuk ke dalam organisasi apabila tidak mnguntungkan dari segi finansial, mereka umumnya berpengalaman sedikit, berpendidikan rendah dan menganggap perwakilan tidak penting. Lain lagi yang di ungkapkan oleh Emi Astuti dari Koalisi Perempuan Indonesia, dalam wawancara 28 Mei 2009, ia berpendapat :

” Saya rasa undang-undang ini dapat diterapkan dalam kepengurusan parpol dan bahkan dapat diterapkan dalam struktur perangkat daerah di eksekutif, asalkan ada political will dari para pemimpin partai dan pemerintah daerah”

68 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Sedangkan dari 27 orang caleg perempuan, 4 orang berpendapat sulit diterapkan dan 23 orang berpendapat tidak sulit diterapkan. Sakinah Acmad, SE, salah satu caleg perempuan yang tidak terpilih, berpendapat bahwa undang-undang kuota 30% ini sulit diterapkan alasannya perempuan secara umum masih banyak yang kurang memahami isi undang-undang tersebut, hanya kemungkinan annggota partai saja yang mengetahui dan memahami, padahal jumlah perempuan di kota Kendari cukup banyak.

Pendapat berbeda di ungkapkan oleh Hj. Anaway Irianti Mansyur, S.Pd salah satu caleg perempuan yang bertarung di propinsi dan menang, ia berpendapat tegas bahwa :

” Undang-undang kuota 30% dapat diterapkan di mana saja juga diKendari karena undang-undang ini memberi kesempatan luas untuk mencalonkan diri di legislatif, buktinya di pemilu legislatif di bulan april, kota kendari telah memenuhi undang-undang kuota 30% ini bahkan lebih, itu artinya dapat diterapkan ”

Selain beragamnya pendapat tentang sulit atau tidak sulitnya undang-undang kuota 30% ini diterapkan di Kota Kendari. Dari hasil penelitian dikumpulkan pendapat beragam para masyarakat perempuan tentang yang menjadi hambatan hambatan perempuan

69 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

untuk berkiprah di bidang politik, hal ini dungkapkan oleh Widya Yamin, caleg 2009 yang tidak terpilih pada FGD 2 Juli 2009 :

” Hambatan bagi perempuan saya rasa sangat banyak utamanya waktu, waktu kami untuk turun berkampanye dan terjun dimasyarakat agak terhambat karena terhalang oleh waktu yang kami habiskan diwilayah domestik Rumah tangga, selain itu ada anggapan agama bahwa untuk mencapai surga kita perempuan sebaiknya tinggal saja di dalam rumah ”

Lain lagi pendapat yang dipaparkan oleh Hj. Nurlin Surunuddin pada FGD 2 Juli 2009, tentang hambatan yang dihadapinya :

” Kadang saya tidak suka dengan pandangan perempuan untuk saling mengecilkan, dan dipandang bahwa kita tidak punya kemampuan apa-apa. Dan ini justru dilontarkan oleh perempuan sendiri. Padahal jika kita bersatu, maka kita tidak akan dikecilkan oleh laki-laki ”

Dan ini didukung oleh Salmiah Aryana ;

”Memang tidak semua perempuan bisa berpikir perempuan.Kita harus menentukan apakah yang kita lihat itu jenis kelamin, cara berpikirnya, atau apa.Karena perempuan punya persoalan yang sama maka otomatis harus belajar bersama. Kita tidak boleh saling menjatuhkan tapi harus saling mendukung ”

70 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Selain pendapat di atas terdapat pula kenyataan yang harus dipikirkan oleh kaum perempuan yang menjadi masalah keterwakilan perempuan diparlemen yaitu Mahkamah Konstitusi, pada tanggal 23 desember 2008 telah mengabulkan uji materil ( judicial review ) atas UU No 10 tahun 2008, khususnya pasal 214 mengenai penentuan caleg terpilih berdasarkan nomor urut. MK membatalkan pasal 214 huruf a, b, c dan e.

Pasal 214 UU No 10 Tahun 2008 menentukan demikian :

Penetapan calon terpilih anggota, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/ kota dari partai politik peserta pemilu, didasarkan pada perolehan kursi Partai Politik peserta pemilu di suatu daerah pemilihan, dengan ketentuan :

a. Calon terpilih anggota DPR, PRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan calon yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 30 % dari BPP

b. Dalam hal calon yang memenuhi ketentuan huruf a jumlahnya lebih banyak daripada jumlah

71 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

kursi yang diperoleh partai politik peserta pemilu, maka kursi diberikan kepada calon yang memiliki nomor urut lebih kecil diantara calon yang memenuhi ketentuan sekurang-kurangnya 30 % BPP.

c. Dalam hal terdapat dua calon atau lebih yang memenuhi ketentuan huruf a dengan perolehan suara yang sama, maka penentuan calon terpilih diberikan kepada calon yang memiliki nomor urut lebih kecil diantara calon yang memenuhi ketentuan sekurang-kurangnya 30% ( tiga puluh perseratus ) dari BPP, kecuali bagi calon yang memperoleh suara 100% dari BPP.

d. Dalam hal calon yang memenuhi ketentuan huruf a jumlahnya kurang dari jumlah kursi yang diperoleh partai politik peserta pemilu, maka kursi yang belum terbagi diberikan kepada calon berdasarkan nomor urut.

e. Dalam hal tidak ada calon yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 30% dari BPP, maka calon terpilih ditetapkan berdasarkan nomor urut.

72 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Pasal 214 ini menetapkan calon anggota legislatif berdasarkan suara 30% Bilangan Pembagi Pemilih (BPP). Artinya penetapan calon legislatif terpilih bukan berdasarkan suara terbanyak. Menurut pertimbangam MK pasal 214 ini UU N 10 Tahun 2008 bertentangan dengan asas-asas demokrasi sebagaimana terdapat pada pasal 27 ayat (1), pasal 28 d ayat (1) s/d (3) dan pasal 28 ayat (2) UUD 45.

Dengan dibatalkannya pasal 214 UU No 10 Tahun 2008, maka penentuan caleg terpilih berdasarkan suara terbanyak yang diperoleh caleg. Dengan demikian, yang mewarnai sistem yuridis pemilu adalah sistem proporsional terbuka murni. Artinya, penentuan caleg terpilih bukan lagi berdasarkan perengkingan, di mana nomor urut kecil lebih didahulukan, tetapi berdasarkan figuritas yang memperoleh suara terbanyak. Jadi bisa saja nomor urut yang paling bawah terpilih jika dia mampu mengumpulkan sejumlah suara terbanyak

Dari pendapat dan wacana yang dapat direkam, sebagian dapat disebutkan berikut ini, antara lain :

1. Jika selama ini pencalonan DPR dan DPRD ditentukan oleh elit partai. Mereka ditempatkan pada urutan jadi, meskipun tidak

73 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

pernah berjuang. Dengan sistem suara terbanyak paska putusan MK, penentuan calon terpilih berada di tangan pemilih.

2. Implikasi dari putusan MK adalah berkurangnya oligarki partai terhadap terhadap sistem pencalonan. Selama ini, siapa yang mendapat kursi dengan nomor urut bagus, sangat tergantung dari elit tanpa adanya keterbukaan mengenai alasannya.

3. Sistem proporsional terbuka murni mencerminkan keadilan. Karena itu, persaingan antar caleg akan semakin sehat, karena didasarkan pada kinerjanya terhadap konstituen.

4. Kader yang tidak populer, atau pemula,berkemungkinan banyak untuk terpilih, asal ia memiliki track record yang baik dan bekerja keras untuk mendapat dukungan dari rakyat.

5. Caleg yang bermodal besar untuk merebut kursi parlemen/wakil rakyat, belum tentu menjadi pemenang. Pemilih sudah cerdas untuk menentukan pilihannya, dan tidak lagi mudah dibujuk untuk politik uang.

Namun putusan MK tanggal 23 Desember 2008 ini memiliki dampak, selain kepada sistem yang terdapat pada pasal 214 UU No

74 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

10 Tahun 2008, juga pada sistem keterwakilan perempuan. Dampaknya adalah pasal 214 UU No 10 Tahun 2008 merupakan landasan yuridis yang dapat dijadikan untuk menyusun penempatan caleg sebagaimana yang telah disepakati oleh setiap parpol peserta pemilu. Dalam daftar itu, penempatan caleg perempuan tentunya dilakukan dengan sistem Zipper atau zig-zag method. Penempatan caleg perempuan disusun 1 diantara 3 nama, mulai dari nomor urut terkecil hingga nomor urut besar ke bawah.

Kemudian berdasarkan putusan MK maka sistem zipper atau zig-zag sebagai upaya yang ditempuh untuk pemberdayaan politik perempuan melalui affirmative action, menjadi tidak/kurang efektif lagi. Karena melalui sistem zipper, kemungkinan caleg perempuan untuk terpilih jadi anggota parlemen menjadi sangat kecil. Melalui pasal 214 UU No 10 Tahun 2008, karena posisi para caleg perempuan ditempatkan pada nomor-nomor yang relatif sama dengan para caleg pria, kemungkinannya masih lebih besar untuk menjadi terpilih.

Namun dengan sistem proporsional murni setelah putusan MK, para caleg perempuan harus berjuang lebih ekstra, sama dengan caleg lainnya, karena yang dibutuhkan pada sistem pemilu ini

75 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

adalah setiap caleg berusaha sebanyak-banyaknya memperoleh suara dari konstituennya (rakyat pemilih).

Keputusan MK ini tentu saja melahirkan pro dan kontra. Sebagian besar aktivis peduli perempuan tidak dapat menerima suara terbanyak, karena bisa saja merugikan caleg perempuan. Realitas sekarang ini belum memungkinkan perempuan berkompetisi secara terbuka, termasuk dengan pria. Sekat-sekat kultural dan politik masih menghadang. Budaya patriarki masih sangat kental mewarnai kehidupan masyarakat dan kondisi masih termaginalkan, serta berbagai keterbatasan lainnya. Sangat beralasan ada kekhawatiran mendalam bahwa keputusan tersebut memangkas jumlah perempuan di parlemen. Padahal peran penting perempuan di legislatif masih sangat dibutuhkan. Minimal mampu mengangkat aspirasi perempuan. Ini bisa dilihat dari lahirnya undang-undang kekerasan dalam rumah tangga, undang-undang perdagangan perempuan dan anak. Meskipun perjuangan ini tidak melulu diperjuangkan oleh perempuan, tapi sudah menjadi mainstream bersama dalam koridor gender selama ini.

Selain yang tidak setuju putusan MK tersebut, ternyata ada juga aktivis perempuan yang berpendapat lain. Argumennya lebih

76 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

pada penguatan demokrasi sejati yang dicita-citakan selama ini. Semangat berikhtiar, berkompetisi, dimiliki semua caleg secara terbuka, bukan hanya antar partai, melainkan juga antar caleg dalam salah satu partai

Dalam wawancara mendalam dengan Hj.Harmina A Baso, tanggal 4 Juni 2009 ia mengungkapkan pendapat menarik :

“ Saya juga bukan tidak setuju dengan undang-undang kuota 30% ini. Tapi saya merasa ada sedikit perasaan yang mengganjal karena seakan-akan jika tidak ada kuota ini, kita tidak bisa bertarung adil. Dan menurut saya apapun yang kita terima tanpa perjuangan itu tidak baik. Jangan sampai di bilang kita bisa duduk di dewan gara-gara kuota semata. Padahal kita telah buktikan bahwa kita mampu bersaing dengan kaum pria , walaupun hambatan yang kita alami tidak kecil “

Lebih jauh dari itu eksistensi perempuan selama ini juga masih tereksploitasi secara politik. Suara terbanyak memungkinkan bisa lebih kompetitif termasuk dikalangan perempuan itu sendiri. Dampaknya bisa melahirkan anggota legislatif yang berkualitas, bukan caleg perempuan yang hanya diunggulkan oleh partai politik tertentu.

77 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Lagipula, posisi perempuan dalam setiap nomor urut caleg sekarang ini, hanya menempati posisi nomor belakang yang belum tentu jadi.Keharusan menempatkan satu caleg perempuan dari setiap tiga nama dalam daftar caleg ternyata ditafsirkan keliru.Caleg perempuan ditempatkan di nomor 3, 6, 9 dan nomor seterusnya yang kelipatan 3 sehingga menutup peluang keterpilihan perempuan.

Terlepas dari pro-kontra sistem suara terbanyak, hendaknya tidak menutup peluang bagi caleg perempuan untuk lebih survival. Tetap diberikan keistimewaan dan kemudahan sebagaimana komitmen awal. Dan tentunya jangan menjadi hambatan.

Dari hasil penelitian ini dikumpulkan pendapat beragam dari masyarakat perempuan tentang hal yang menjadi hambatan perempuan dalam berkiprah di bidang politik dan sulitnya tercapai undang-undang kuota 30 % ini. Pendapat tersebut antara lain :

1. Bagi caleg yang sudah menikah biasanya suami kurang mendukung. Karena akan berpengaruh pada waktu yang di berikan untuk keluarganya. Ini menyebabkan kesadaran untuk maju dan menang

78 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

menjadi kurang. Karena perempuan berpendapat bahwa keluarga selalu lebih utama.

2. Faktor agama yang ditafsirkan secara sempit dan parsial. Beberapa ajaran agama tertentu dipandang menghalagi gerak perempuan disektor publik. Hal ini sebenarnya merupakan penafsiran yang sempit. Misalnya ajaran agama islam bahwa ” perempuan tidak boleh keluar rumah ” atau ” perempuan tidak boleh menjadi pemimpin ”. Al Quran sendiri mengakui adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan, tapi perbedaan ni bukanlah pembedaan ( discrimination ) yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lainnya.

3. Faktor adat istiadat bahwa secara tradisi perempuan harus tinggal dalam rumah. Secara empiris, manusia melihat adanya perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, disertai dengan persepsi dan kelemahannya. Atas dasar itu dilakukanlah pembagian kerja laki-laki bekerja di sektor publik dan perempuan dalam rumah atau sektor domestik.

79 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

4. Komitmen pemerintah daerah sangat kurang untuk mendukung perempuan ( kurangnya political wiil ). Meskipun peraturan perundang-undangan, tapi implememtasinya dilapangan masih diwarnai diskriminasi, sehingga kesempatan bagi kaum perempuan untuk maju menjadi terbatas. Implementasi kebijakan yang masih diskriminatif itu antara lain disebabkan oleh kurangnya political will dari pemerintah untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender.

5. Pimpinan partai sangat patriarkhi. Tak jarang, banyak parpol yang setengah hati mengajukan caleg perempuan karena adanya persepsi dan konstruksi sosial yang keliru tersebut. Kalaupun ada parpol yang mengajukan, namun disertai dengan keterpaksaan atau asal-asalan karena adanya tuntutan undang-undang dan minimnya kader perempuan yang berkualitas.

6. Banyak caleg laki-laki yang bermain curang hingga suara caleg perempuan diambil. Kecurangan ini

80 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

biasanya berada di tingkat PPK. Apalgi jika tidak ada saksi yang bisa caleg perempuan tempatkan di tiap TPS untuk menjaga perolehan suaranya.

7. Nilai sosial budaya yang lebih mengutamakan laki-laki. Nilai sosial budaya yang bermula dari sektor domestik seperti itu kemudian terbawa ke sektor publik, termasuk panggung politik yang lebih mengutamakan laki-laki. Selain itu ada pandangan bahwa memperkerjakan laki-laki secara ekonomis lebih menguntungkan karena mereka tidak akan mengambil cuti hamil dan melahirkan.

8. Dukungan keuangan yang minim. Kaum perempuan yang berkualitas tapi tak punya dukungan dana yang kuat, terbukti tak bisa maju dipentas politik. Caleg laki-laki tak segan – segan untuk melakukan ”serangan fajar” untuk menggembosi suara caleg perempuan.

9. Adanya fenomena saling menjatuhkan di antara caleg perempuan dan menganggap remeh caleg lain.

81 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Sehingga kesadaran perempuan untuk memilih caleg perempuan juga sangat kurang.

10. Kekurangan dalam kualitas individu perempuan dan kaderisasi politik. Keterbatasan peran perempuan di sektor publik, termasuk juga di bidang politik, juga disebabkan kurangnya kualitas indivdu perempuan. Hal ini sebenarnya akumulasi dari berbagai kendala yang disebutkan di atas. Oleh karena, tidak heran jika banyak parpol yang kesulitan mencari kader perempuan sebagai calon legislatif.

Dari sekian banyak alasan yang telah dipaparkan di atas, diharapkan ini tidak menjadi batu sandungan terus menerus bagi kaum perempuan untuk terus berkiprah dibidang politik.

e.Faktor Pendukung Pencapaian Undang- Undang Kuota 30 % Keterwakilan Perempuan.

82 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Barbagai upaya dilakukan oleh kaum perempuan utamanya para politisi dan aktivis agar keterwakilan perempuan di legislatif agar dapat tercapai dan terpenuhi di antaranya adalah :

1. Berkampanye dan memberikan pendidikan politik untuk meningkatkan kesadaran kaum perempuan. Dalam kampanye yang para politis lakukan secara tidak langsung telah memberikan pendidikan politik bagi kaum perempuan.

2. Lebih semangat menunjukkan kinerjanya dan berjuang menyuarakan aspirasi perempuan tersebut.Hasil kinerja sebagai anggota masyarakat yang baik akan memberi penilaian sendiri bagi para caleg perempuan tersebut. Tentunya tak ada yang mau memilih mereka jika track record mereka buruk ditengah masyarakat.

83 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

3. Banyak membaca dan dapat melihat kebutuhan penting kaum perempuan. Tentu ini menjadi hal yang penting, buku-buku akan menjadi jendela mereka melihat permasalahan baik kompleks atau sederhana.

4. Perempuan harus berpolitik sekurang- kurangnya 3 tahun, agar tidak menjadi politis instan. Tak sedikit kualitas perempuan dipertanyakan jika mereka tak pernah menjadi anggota politik, lalu tiba-tiba menjadi caleg suatu partai. Maka dari itu mereka harus terlibat dalam aktivitas politik paling sedikit 3 tahun.

5. Berjuang melalui rapat pimpinan partai. Jika masuk ke parpol , perempuan tidak boleh duduk saja pada saat rapat parpol tapi harus vocal menyuarakan kebutuhan perempuan di tingkat elit partai

6. Mendorong terbentuknya kaukus politik perempuan.

7. Aktif melaksanakan kampanye keterlibatan perempuan dalam politik.

Selain faktor penghambat perempuan untuk berkiprah di bidang politik dan pencapaian undang-undang kuota 30 % terdapat

84 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

juga faktor pendukung bagi perempuan dalam hal pencapaian undang – undang 30 % keterwakilan perempuan di legislatif.

Faktor-faktor pendukung agar pencapaian keterwakilan perempuan ini bisa terlaksana, hal ini diungkapkan oleh caleg terpilih Hj. Nurhan Baharumin dalam wawancara mendalam tanggal 5 Mei 2009 :

” Seorang caleg saya rasa mempunyai kondisi yang berbeda-beda dalam melaksanakan strategi kampanyenya agar bisa terpilih dan juga punya kelebihan masing-masing Namun saya rasa faktor pendukung yang paling utama adalah harus dikenal dan mengenal masyarakat utamanya konstituennya, kedua saya rasa dia harus punya SDM yang bagus atau intelektual yang cukup, ketiga saya rasa ini tak bisa kita pungkiri adalah dana atau uang untuk melaksanakan kampanyenya ”

Lain lagi faktor pendukung yang diungkapkan oleh Hj.Harmina A. Baso , ia mengungkapkan bahwa :

” Faktor pendukung saya selain harus dikenal masyarakat, adalah adanya keberuntungan serta keluarga yang lumayan besar, maksud saya karena banyaknya caleg maka tentunya keluarga mau membantu keluarganya yang masuk caleg, kedua pertemuan - demi pertemuan yang terus saya laksanakan dengan kontituen saya ”

85 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Dan ini didukung oleh pernyataan singkat Susi dari Koalisi Perempuan Indonesia : ” Basis massa konstituen yang jelas ”

Lebih lengkapnya dari hasil penelitian dikumpulkan pendapat para masyarakat perempuan tentang faktor-faktor pendukung pencapaian undang-undang kuota 30% perempuan :

1. Caleg perempuan tersebut harus dikenal/di tahu oleh masyarakat. Masyarakat tentu tak mau membeli kucing dalam karung. Maka caleg perempuan itu harus bisa berbaur ke masyarakat.

2. Dukungan suami dan keluarga.Ini menjadi dukungan yang sangat berati bagi para caleg perempuan untuk melangkah ke panggung politik.

3. Keluarga yang cukup besar untuk membantu sosialisasi ke masyarakat. Bantuan keluarga sangat penting untuk mensosialisasikan program-program mereka pada saat kampanye.

4. Adanya keberuntungan. Ini mungkin sulit untuk dijadikan ukuran. Tapi ini menjadi bukti bahwa caleg yang punya

86 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

uangpun kadang gagal untuk menang karena tak adanya faktor ”lucky” ini.

5. Pertemuan demi pertemuan dengan kontituen. Caleg yang tak pernah mengadakan pertemuan dengan konstituennya mustahil untuk menarik simpati mereka. Dan ini tentu harus dijalani dengan waktu yang lumayan panjang.

6. Meningkatnya perempuan dengan kulifikasi tertentu. Kualifikasi perempuan yang teruji misalnya dari pengalaman organisasi dan pendidikan yang tinggi menjadi modal dasar mereka untuk menimbulkan rasa percaya diri pada saat tampil di muka publik.

7. Dukungan dari elit partai. Selain undang-undang parpol dan pemilu telah memberi dukungan penuh untuk keterwakilan perempuan, maka elit partai harus pula memberi dukungan penuh pada kaum perempuan

8. Mesin suara yang berjalan solid. Tim kampanye caleg perempuan akan memberi dampak yang signifikan pada perolehan suara jika mereka berusaha keras dan sepenuh hati untuk memenangkan caleg jagoan mereka.

87 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

9. Dukungan dan perjuangan para aktivis perempuan.Inilah ujung tombak dari perjuangan kaum perempuan. Kehadiran para aktivis perempuan dilembaga-lembaga LSM mereka makin memperkuat perjuangan kaum perempuan dipentas politik.

Dukungan dari jaminan keterlibatan perempuan di bidang politik secara tegas telah memberi jaminan keterwakilan perempuan. Di mana pada tanggal 6 Desember 2007 UU Parpol yang baru telah memberi kemajuan dasar yaitu :

1. Pendirian dan pembentukan parpol menyertakan 30% keterwakilan perempuan.

2. Kepengurusan parpol, pasal 2 ayat 5 menyatakan, kepengurusan parpol di tingkat pusat disusun dengan menyertakan sekurang-kurangnya 30 % keterwakilan perempuan, Pasal 20 menyebut kepengurusan parpol ditingkat pusat disusun dengan menyertakan sekurang-kurangnya 30 persen keterwakilan perempuan, pasal 20 menyebut kepengurusan parpol ditingkat provinsi dan kabupaten/kota disusun dengan memperhatikan keterwakilan 30 persen yang diatur dalam AD dan ART partai.

88 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

3. Kaderisasi. Pasal 31 menyatakan, parpol melakukan pendidikan politik bagi masyarakat sesuai ruang lingkup tanggung jawab dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan jender.

Untuk lebih jelasnya tabel di bawah ini akan memuat secara lengkap undang – undang parpol yang memberi dukungan kuat pada keterwakilan perempuan. Pada Undang-undang yang lama dan yang baru.

Tabel 14. Perbedaan Persyaratan Parpol Menjadi Badan Hukum Menurut UU No 31 Tahun 2002 Dengan UU No 2

Tahun 2008 Pada Keterwakilan Perempuan.

UU No 31 Tahun 2002 UU No 2 tahun 2008

Parpol dirikan dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya 50 orang warga negara RI yang telah berusia 21 tahun dengan akta notaris

- Parpol didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 50 oang warga negara indonesia yang telah berusia 21 tahun dengan

89 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

akta notaris

- Pendirian dan pembentukan parpol menyertakan

- Kepengurusan parpol di tingkat pusat disusun dengan menyertakan sekurang-kurangnya 30 % ketrwakilan perempuan

- Kepengurusan parpol di tingkat provinsi dan kabupaten/kota disusun dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% yang diatur dalam AD/ART parpol masing-masing.

- Kepengurusan Parpol di tingkat provinsi dan kabupaten/kota disusun dengan memperhatikan

90 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30 % yang diatur dalam AD/ART parpol masing-masing.

Untuk menjadi badan hukum : Memiliki kepengurusan paling sedikit 50% dari jumlah provinsi, 50% dari jumlah kabupaten/kota pada setiap provinsi yang bersangkutan dan 25 % dari jumlah kacamatan pada setiap kabupaten/kota pada daerah bersangkutan

Untuk menjadi baan hukum : memiliki kepengurusan paling sedikit 60% dari jumlah provinsi, 50% dari jumlah kabupaten/kota pada setiap provinsi yang bersangkutan, dan 25% dari jumlah kacamatan pada setiap kabupaten/kota pada daerah yang bersangkutan

Pengesahan parpol sebagai badan hukum dilakukan menteri kehakiman selambat-lambatnya 30 hari setelah penerimaan pendaftaran.

Pengesahan parpol menjadi badan hukum dilakukan dengan keputusan menteri paling lama 15 hari sejak berakhirnya proses penelitian/ verivikasi.

91 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Ketiga aspek tersebut merupakan terobosan besar dalam sejarah produk perundang-undangan di Indonesia dan merupakan daya dukung yang sangat besar, maknanya terbuka peluang luas bagi kaum perempuan untuk terlibat dalam proses politik.Keterlibatan tidak hanya berupa inisiatif dari perempuan. Tapi juga tindakan bijak yang proaktif bagi parpol untuk mencari kaderisasi perempuan.

Terobosan baru dalam UU parpol merupakan langkah awal dari proses feminisme negara melalui parpol. Feminisme politik ini menjelaskan bagaimana proses politik akan lebih memperhatikan persoalan mendasar yang dialami masyarakat, termasuk perempuan. Demokrasi tidak lagi mengedepankan aspek yang lebih substansial dari persoalan masyarakat.

Bagi perempuan hal ini dapat ditunjukkan melalui lebih peduli pada kesehatan. Peningkatan pendidikan, penghapusan kekerasan pada perempuan, serta mendorong perempuan untuk terlibat dalam proses politik dan kehidupan publik.

Sebagai wadah untuk berpartisipasi dibidang politik, parpol adalah merupakan tempat yang tepat, karena di dalam parpol kaum perempuan mendapatkan pendidikan politik dan etika politik.

92 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Namun dalam kenyataan yang ada, parpol tidak sepenuhnya dapat merekrut kaum perempuan karena berbagai pertimbangan yang sudah klasik, yakni perempuan belum cocok masuk ke dalam sektor ini. Namun latar belakang keluarga seringkali mempengaruhi perjalanan karir politik seseorang terlebih lagi bagi kaum perempuan, niat untuk berkarir kadang mendapat hambatan dari pihak keluarga, baik orang tua ataupun suami yang keberatan jika anak perempuan atau istrinya terjun ke dunia politik.

Suatu hal yang menarik bahwa dari beberapa orang caleg kota terpilih ini, dari latar belakang personal mereka ternyata agama bukan menjadi faktor penghalang. Mereka tak pernah mendapat sindiran yang bernada melecehkan dari orang – orang mendiskreditkan mereka untuk berkarir di bidang politik. Mereka justru mendapat inspirasi dan semangat untuk masuk ke ranah politik. Ibu Hj. Nurhan Baharumin misalnya seluruh keluarganya mendukung ia untuk masuk ke pencalonan legislatif, walaupun dia beragama Islam dan telah masuk usia pensiun. Latar belakang birokrasinya yang puluhan tahun serta pengalaman sebagai istri pejabat membantu dia untuk membuat kampanye-kampanye cerdas. Ini merupakan dukungan yang kuat untuk melangkah ke ranah politik.

93 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Demikian juga dengan latar belakang budaya. Sebagaian besar para caleg terpilih ini tidak lagi merasakan bahwa latar belakang budaya menghalangi karir politik mereka. Ungkapan menarik datang dari Ibu Nurlin Surunudin bahwa karena suaminya puluhan tahun di Golkar bahkan menjadi ketua DPRD Konsel membuat dia belajar masalah undang-undang dari suaminya. Dan ia mendapat dukungan penuh dari anak dan suaminya. Bahkan hubungan keluarga mereka yang sangat baik dan keluar dari sistem patriarkhat membuat ia dan ibu Yusran Silondae yang merupakan besanan dan sama-sama mendapat dukungan penuh dari suami masing-masing menjadi dukungan penuh untuk masuk ke bursa pencaleg-an.

Ini juga dialami oleh Hj.Harmina A. Baso yang menurutnya dukungan seluruh keluarga besarnya sangat membantu dia dalam musim kampanye. Kondisi menarik tampak pada latar belakang aktivis ini, ia adalah satu-satunya perempuan dari saudara yang seluruhnya laki-laki. Meski ia tinggal di dapil I , ia memilih bertarung di dapil III, dengan alasan. Ia merasakan bahwa bertarung di dapil lain lebih menarik di mana arena pertarungannya lebih adil karena ia bisa bertarung dari awal tanpa ada persepsi dan sangkaan-sangkaan buruk tetangga atau lainnya. Menurutnya untuk ukuran

94 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

patriarkhat , di kendari ini sudah tidak terlalu nampak itu hanya masih terkondisikan di daerah pedesaan.

3. Harapan Perempuan Terhadap Terpenuhinya UU Kuota 30% di Legislatif.

Feminisme politik memiliki aspek korelasi dengan tuntutan mencerdaskan kaum perempuan secara fair, khususnya dalam perjuangan persamaan gender. Seorang perempuan yang berdiri di panggung politik, jika benar-benar dirinya efektif menjadi wakil rakyat dari kaum perempuan ( memperjuangkan nasib perempuan ) maka kehadirannya memiliki nilai tambah dari tokoh-tokoh lainnya, termasuk kaum pria yang mau berjuang untuk kesetaraan gender.

Perempuan yang berdiri di panggung politik, dapat lebih efektif mempengaruhi pengambilan keputusan, dibanding kaum pria di tempat yang sama. Mengapa ? pertama, karena dengan kehadiran dirinya, telah sekaligus menjadi contoh atau aplikasi dari feminisasi politik.Kedua, karena perempuan lebih banyak bersuara secara hati ketimbang kaum pria. Tingkat emosional perempuan dalam menerjemahkan fakta-fakta kemiskinan dan keterbelakangan, dapat menjadi bahan pengambilan keputusan di tingkat atas. Pengaruhnya, dapat meningkatkan harkat dan

95 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

martabat perempuan, termasuk dalam lapangan politik. Perempuan yang menyuarakan buruknya kesehatan balita karena kekurangan ASI, akan lebih membawa tingkat sentimen sosial mengenai kemiskinan, dibandingkan seorang pria yang bicara.

Komentar menyedihkan diungkapkan oleh salah seorang wartawan yang bertugas di dewan kota yang memantau aktivitas para anggota dewan itu, bahwa anggota legislatif perempuan tidak memiliki keberanian berbicara, bahkan sama sekali tak pernah mengajukan usulan dan pendapat di dewan komisi. Kecuali Ibu Hj Dewiyati Tamburaka, SH, M.Si. Yang cukup alot dan gesit serta bernalar dalam menyampaikan pendapat. Ini tidak aneh, karena latar belakang organisasi yang diikutinya serta tingkat pendidikannya yang relatif tinggi ( alumni Pasca Sarjana di bidang Administrasi Pembangunan ) membuat kualitasnya sebagai perempuan yang cerdas cukup tampak ( wawancara 7 Juni 2009 ).

Padahal alasan mendasar mengapa keterwakilan perempuan dalam politik itu perlu karena perempuan memiliki kebutuhan –kebutuhan khusus yang hanya dipahami dengan baik oleh perempuan itu sendiri. Kebutuhan-kebutuhan itu antara lain meliputi kesehatan reproduksi ( misalnya cara KB yang aman ),

96 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

masalah kesejahteraan keluarga (misalnya harga sembilan bahan pokok) kebutuhan usia lanjut usia dan kepedulian anak. Ini semua harus banyak disuarakan oleh kaum perempuan dilegislatif.

Inilah yang kemudian memunculkan jargon (kata-kata khusus dalam lingkungan tertentu) negatif. Bahwa “ perempuan itu tidak vocal”. Karena pada satu sisi perempuan yang duduk dilegislatif vokalisasinya sayup-sayup, perempuan cenderung tidak vocal, dalam artian tidak memainkan peranan penting di ranah dan kehidupan politik. Perempuan kurang nyaring suaranya di dunia politik karena terkondisikan oleh gerak perempuan dalam kehidupan berpolitik yang dibatasi dan telah dipolakan. Pada dasarnya, perempuan cenderung menghindari “ wilayah rawan “ dan wilayah penuh resiko “. Tapi jargon negatif ini terbantahkan oleh performance yang ditampilkan oleh Dewiyati Tamburaka. Bukan rahasia lagi diantara anggota dewan laki-laki. Salah seorang dari mereka mengungkapkan bahwa Dewiyati Tamburaka adalah politisi cerdas yang sangat vocal, ia cerdas mengungkapkan pendapat diforum dan gesit dalam lobi-lobi politik dengan eksekutif ( wawancara 9 Juli 2009 )

97 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Salah satu anggota KPU Kota mengungkapkan bahwa ia berharap dengan terpenuhinya kuota 30 % di Kota Kendari, kebutuhan –kebutuhan mendasar kaum perempuan bisa disuarakan. Tak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar caleg perempuan yang menang memiliki latar belakang keuangan yang kuat.Hingga bisa saja mereka mungkin kurang sensitif melihat harga-harga barang yang naik. Maka ia berharap perempuan dilegislatif ini harus belajar keras melihat kebutuhan –kebutuhan mendasar kaum perempuan, agar mereka tidak berakhir jadi “seksi konsumsi” di dewan( wawancara 30 Juni 2009 ).

Partisipasi politik bukan hanya menempatkan mereka sebanyak-banyaknya di parlemen. Partisipasi politik mereka juga perlu diperkuat dengan memperbaiki kinerja, kualitas, dan keberhasilan perempuan dalam politik. Ini banyak di perbincangkan. Sebab keberadaan mereka di legislatif tidak menjamin bahwa isu dan kepentingan perempuan akan disuarakan. Serangkaian kendala menghadang mereka ketika berada di tengah-tengah kepentingan politis dan dominasi laki-laki, menyebabkan mereka tidak berdaya untuk memperjuangkan kepentingan kaum perempuan.

98 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Begitu banyak harapan yang diletakkan kaum perempuan dengan duduknya perempuan dilegislatif. Dengan terpenuhinya UU Kuota 30 % ditingkat kota kendari (bahkan lebih) maka diharapkan ada kemajuan yang lebih berarti dibandingkan 2 periode terakhir, di mana kaum perempuan sangat sedikit dilegislatif.

Dari rekam jejak di penelitian ini harapan perempuan secara umum terlihat di bawah ini :

1. Adanya forum komunikasi yang intens antar perempuan dan anggota legislatif perempuan.

2. Ada kebersamaan pola pikir yang menguntungkan bagi perempuan di kota Kendari khususnya keadilan gender disemua lapangan kehidupan.

3. Dibentuknya kaukus politik kota kendari.

4. Kasus kematian ibu hamil dan melahirkan dapat menurun karena perjuangan “ ketersediaan budget “ untuk mereka.

5. Berkurangnya kasus kekerasan dalam RT karena semakin mengertinya laki-laki terhadap pentingnya perempuan berpolitik.

99 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

6. Kasus gizi buruk akan berkurang karena sensitifitasnya perempuan terhadap kasus anak.

Harapan perempuan ini hanya separuh dari harapan – harapan mereka yang begitu banyak. Diharapkan dengan duduknya mereka di lembaga legislatif pada pelantikan 25 agustus 2009 kemarin akan memberi dampak positif yang kita harapkan. Anggota dewan merupakan representatif dari keterwakilan masyarakat, hingga tugas-tugasnya mesti selalu berorientasi pada kesejahteraan masyarakat utamanya kaum perempuan. Mereka harus mampu menunjukkan bahwa mereka layak duduk sebagai wakil rakyat.

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

a. Kesimpulan

100 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

1. Keterwakilan Perempuan di Kota Kendari sebelum penerapan Undang-undang Kuota 30 % ( Periode 1999-2004 ) hanya 16 %, Setelah penerapan undang-undang kuota 30 % ( Periode 2004-2009 ) tak ada peningkatan berarti hanya naik menjadi 16,6% dan periode 2009-2012 naik signifikan menjadi 30,3 %

2. Ppersepsi perempuan Kota Kendari walaupun mereka telah mendengar istilah undang-undang kuota 30% keterwakilan perempuan dan seluruhnya setuju dengan keberadaan undang-undang tersebut , tapi mereka belum sepenuhnya mengerti tentang maksud dan tujuan undang-undang tersebut. Walaupun kuota 30% telah terpenuhi pada periode 2009-2012, tetap terdapat hambatan dalam mencapai keterwakilan perempuan dilegislatif. Hambatan terbesarnya adalah dukungan dan waktu untuk keluarga, Kurangnya dukungan dana, serta elit partai yang masih patriarkhat.

3. Harapan perempuan pada anggota dewan perempuan di legislatif, para anggota dewan perempuan ini diharapkan dapat membuat kebijakan dan program yang berbasis pada kebutuhan perempuan di Kota Kendari

101 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

b. Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini maka dirumuskan beberapa rekomendasi pada Pemerintah Kota Kendari yaitu sebagai berikut :

1. Pemerintah Kota Kendari agar dapat berperan serta dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam penerapan undang-undang kuota 30 % keterwakilan perempuan.

2. Pemerintah Kota Kendari dapat bekerja sama dengan anggota legislative untuk mengatasi hambatan-hambatan perempuan di bidang politik dan membantu perempuan dalam program dan kegiatan pencapaian keterwakilan perempuan di legislative.

3. Pemerintah Kota Kendari dapat bekerja sama dengan anggota legislative khususnya anggota legislative perempuan dalam menerapkan strategi kebijakan pemerintah Kota Kendari yang berbasis gender.

.

102 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

DAFTAR PUSTAKA

Anoniom, 2008. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwkailan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Darwin, Muhadjir M., 2005. Negara dan Perempuan; Reorientasi Kebijakan Publik, Yogyakarta Media Wacana

Hasan Abu, 2004, ”Pengarusutamaan Gender di Sektor Pendidikan; Issue dan Kebijakan Nasional”, Padang, Lokakarya Capacity Building Pengarusutamaan Gender

Hatmadji, Sri Harijati dan Deni Friawan 2004, ”Pembangunan Sumberdaya Manusia (SDM) dalam Perspektif Kependudukan”, Jakarta: Seminar Pendidikan Nasional dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia Berkualitas.

103 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

Moleong, J. Lexy, 2000. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Mulia, Siti Musdah & Anik Farida (2005), Perempuan dan Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Nawawi, Hadari, 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Sugiyono, 2000. Metode Penelitian Administrasi, Bumi Aksara, Jakarta

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1999. Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta

Noerdin, Edriana, (2005), Representasi Perempuan dalam Kebijakan Publik di Era Otonomi Daerah, Jakarta: Women Research Institute

Ratnawati 2004, ”Potret Kuota Perempuan di Parlemen”, Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, Vol. 7 No. 3 Bulan Maret

Soecipto, Ani, 2000, ”Perempuan dan Politik Indonesia”, Jurnal Pemikiran Islam tentang Pemberdayaan Perempuan, Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Tilly, Louise A. & Patricia Gurin, 1990. Women, Politics, and Change, New York: Russel Sage Foundation.

104 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009

PEMERINTAH KOTA KENDARI BAPPEDA DAN PENANAMAM MODAL

Jalan Drs. H. Abd. Silondae No. 08 Kendari Telp. (0401) 3127361 Kota Kendari

United Nations, 1982. Multirateral Treaties Deposited with The Secretary-General: Status as at 31 december 1981, New York: United Nations

Wardani, Sri Eko Budi, dan gadis Arivia, 1999, Aspirasi Perempuan Anggota Parlemen terhadap Pemberdayaan Politik Perempuan, Jakarta: Yayasan Ilmu Perempuan.

105 | Halaman

Laporan Akhir Studi Persepsi Perempuan terhadap Undang-Undang Kuota 30% di Kota Kendari T.A 2009