bab ii landasan teori 2.1 2.1.1. pengertian disiplin...
TRANSCRIPT
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kedisiplinan Belajar
2.1.1. Pengertian disiplin belajar
Disiplin merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk mendididk dan
membentuk perilaku siswa menjadi orang yang berguna dan berprestasi tinggi dalam
bidang pelajaran. Ini dapat dilihat dari pengertian disiplin menurut Maman Rachman
dalam Tu’u (2004:32) yaitu sebagai upaya mengendalikan diri dari sikap mental
individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap
peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari
dalam hatinya. Tujuan seluruh disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa
hingga ia akan sesuai dengan peran peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat
individu itu diidentifikasikan ( Hurlock, 1999).
Secara psikologis, belajar ialah suatu proses usaha yang dialakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah lakuyang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2003:2)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
disiplin belajar dalam penelitian ini adalah kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap
aturan belajar yang berlaku baik di sekolah maupun di rumah.
2.1.2. Pentingnya Disiplin Belajar
Maman Rachman (1999) menyatakan disiplin memilki peranan yang sangat
penting dalam kehidupan manusiaterutama siswa dalam belajar karena dengan
adanya disiplin siswa mampu mengarahkan diri, mengendalikan perilakunya dan
memiliki ketaatan dalam dirinya sendiri, dengan disiplin anak memiliki semangat
9
dan kemauan keras untuk belajar. Anak yang memiliki kedisiplinan belajar akan
menunjukkan ketaatan dan keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pelajar
yaitu belajar secara terarah dan teratur serta membentuk karakter siswa menjadi
siswa yang semangat dan mempunyai kemauan keras untuk belajar.
2.1.3 Pengukuran Disiplin Belajar
Menurut Moenir (2012) indikator indikator yang dapat digunakan untuk
mngukur tingkat kedisiplinan belajar, yaitu :
a. Tepat waktu dalam belajar, mencakup dating dan pulang sekolah.
b. Tidak keluar dan membolos saat sekolah.
c. Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan.
d. Patuh dan tidak menentang peraturan.
e. Tidak malas belajar.
f. Tidak menyuruh orang lain bekerja untuk dirinya.
g. Tingkah laku yang menyenangkan, mencakup tidak menyontek, tidak
membuat keributan dan tidak mengganggu orang lain saat belajar.
Berdasarkan pengertian disiplin di atas, ada beberapa unsur yng
terkandung dalam disiplin. Adapun unsur-unsur dari disiplin adalah sebagai berikut:
a. Taat
Taat artinya selalu patuh pada peraturan yang berlaku.Ketaatan
didalam disiplin belajar diperlukan supaya setiap waktu yang ada dapat digunakan
secara seimbang, disiplin belajar bukanlah menggunakan semua waktu yang ada
hanya untuk belajar akan tetapi diimbangi dengan kegiatan yang lain.
b. Tertib
Tertib berarti mengerjakan kegiatan dengan kesadaran secara
sistematis untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Di dalam belajar siswa
10
belajar siswa secara sistematis (terarah) yaitu di dalam kegiatan belajar sebaiknya
siswa menentukan arah dan tujuan dari belajarnya sehingga dengan begitu akan
tercapai hasil yang efektif dan efisien.
c. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kegiatan yang dikerjakan dengan rasa memiiki
dan rasa menjaganya agar setiap kegiatan yang dikerjakan betul-betudapat dipercaya
kebenarannya. Pada saat belajar diperlukan rasa tanggung jawab dari dalam diri
siswa supaya pada saat belajar menumbuhkan rasa memiliki kewajiban untuk
sehingga akan membuat siswa lebih terfokus pada pelajaran yang dia pelajari dan
bukan pada hal yang lain.
2.1.4 Faktor-faktor Terbentuknya Disiplin Belajar
Faktor dominan yang mempengaruhi daan membentuk disiplin belajar
menurut Tu’u Tulus (2004) sebagai berkut :
a. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap
penting bagi kebaikan dan keberhasian diri. Selain itu kesadaran diri menjadi motif
yang sangat kuat terwujudnya disiplin.
b. Pengikut dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas
eraturan peraturan yang mengatur perilaku individu.
c. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan
membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan.
d. Hukuman sebagai upaya penyadaran, mengoreksi dan meluruskan
yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.
11
2.1.5 Aspek-Aspek Disiplin Belajar
Menurut Slameto( dalam Wibowo, 2006), mengungkapkan beberapa sikap
sikap disiplin belajar yang hendaknya dilakukan oleh siswa dalam kegiatan
belajarnya disekolah yaitu:
a. Disiplin siswa dalam masuk sekolah merupakan keaktifan, kepatuhan
dan ketaatan dalam masuk sekolah. Maksudnya, seorang siswa dikatakan disiplin
masuk sekolah jika ia selalu aktif masuk sekolah pada waktunya, tidak pernah
terlambat serta tidak pernah membolos setiap harinya.
b. Disiplin siswa dalam mengerjakan tugas. Mengerjakan tugas
merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam belajar yang dialkukan di dalam
maupun di luar jam pelajaran disekolah.
c. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Pembelajaran di
sekolah terutama pembelajaran di kelas, siswa di tuntut aktif dalam berpartisipasi
dalam proses belajar mengajar dan dapat memahami proses belajar mengajar yang
diikutinya di dalam kelas.
2.2 Role play salah satu metode dari Bimbingan Kelompok
2.2.1 Pengertian layanan bimbingan kelompok
Menurut Romlah (2001), bimbingan kelompok adalah proses pemberian
bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok
ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan
potensi siswa.
Sedangkan menurut Prayitno (1995) bimbingan kelompok adalah
memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling,
bimbingan kelompok lebih menekankan suatu upaya bimbingan kepada individu
melalui kelompok.
12
2.2.2 Tujuan bimbingan kelompok
Tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004) adalah
sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah
berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota
kelompok.Sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosisalisasi atau
berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi,
wawasan dan sikap yang tidak obyektif, sempit dan terkukung serta tidak efektif.
Melalui layanan bimbingan kelompok diharapkan hal-hal yang menganggu atau
menghimpit perasaan dapat diungkapkan, diringankan melalui berbagai cara, pikiran
yang buntu atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui masukkan dan tanggapan
baru, persepsi yang menyimpang atau sempit diluruskan dan diperluas melalui
pencairan pikiran, sikap yang tidak efektif kalau perlu diganti dengan yang baru
yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan, berpikir, berpersepsi dan
berwawasan terarah, luwes dan luas serta dinamis kemampuan berkomunikasi,
bersosialiasi dan bersikap dapat dikembangkan.Selain tujuan tersebut yaitu untuk
mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
b. Tujuan Khusus
Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu.Melalui
dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang
diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif.Dalam hal ini kemampuan
berkomunikasi verbal maupun non verbal ditingkatkan.
13
Sedangkan menurut Bennet (dalam Romlah, 2001), bimbingan
kelompok memiliki beberapa tujuan yaitu:
a. Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal
penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah
pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
b. Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan
kelompok.
c. Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara ekonomis dan efektif
dari pada melalui kegiatan bimbingan individual.
d. Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif.
2.2.3 Model layanan bimbingan kelompok
Menurut Prayitno (1999), dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok
dikenal dua jenis kelompok, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas :
a. Kelompok bebas
Dalam kegiatannya para anggota bebas mengemukakan segala pikiran dan
perasaanya dalam kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan mereka dalam
kelompok itulah yang menjadi pokok bahasan kelompok.
b. Kelompok tugas
Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok tugas arah dan isi
kegaiatannya tidak ditentukan oleh para anggota, melainkan diarahkan kepada
penyelesaiannya suatu tugas.Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas untuk
selanjutnya dibahas dan diselesaikan oleh anggota kelompok.
14
2.2.4 Teknik-teknik bimbingan kelompok
Romlah (2001) menyebutkan terdapat beberapa teknik yang dapat diterapkan
atau dilakukan dalam kegiatan bimbingan kelompok diantaranya :
a. Teknik pemberian informasi (expository techiques)
b. Diskusi kelompok
c. Teknik pemecahan masalah (problem-solving techniques)
d. Permainan peran (role play)
e. Permainan simulasi
f. Karyawisata (field trip)
g. Teknik penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom)
2.2.5 Tahap-tahap bimbingan kelompok
Menurut Hartinah (2009), tahap-tahap bimbingan kelompok dibagi menjadi 4
tahap, yaitu:
a. Tahap pembentukan
Kegiatan awal dari sebuah kelompok dapat dimulai dengan pengumpulan
para (calon) anggota kelompok dalam rangka kegiatan kelompok yang direncanakan,
meliputi: (a) Pengenalan dan pengungkapan tujuan. (b) pelibatan diri. (c) pemasukan
diri.
b. Tahap peralihan
Tahap ini merupakan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga.
c. Kegiatan kelompok
15
Tahap ini merupakan tahap dimana tujuan akan dicapai yaitu penyelesaian
tugas, jika bimbingan kelompok yang digunakan adalah topik tugas. Jika yang
digunakan adalah topik bebas, maka tahap ini juga akan menentukan topik serta
penyelesaiannya sekaligus.
d. Pengakhiran
Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap ketiga, kegiatan kelompok
kemudian menurun dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatannya pada
saat yang dianggap tepat.
2.3 Bimbingan Kelompok Teknik Role Play (Bermain Peran)
2.3.1 Pengertian Role Play (Bermain Peran)
Winkel dan Hastuti (2004), mendefiniskan role play sebagai kegiatan
melakukan peran tertentu dan memainkan suatu adegan tentang pergaulan sosial
yang mengandung persoalan yang harus diselesaikan.
Benett (dalam Romlah, 2001) menyebutkan bahwa role play aatau bermain
peran adalah suatu alat untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dan
pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan
situasi yang pararel dengan yang terjadi dengan kehidupan yang sebenarnya.
Jadi dapat disimpulkan role play adalah salah satu metode bimbingan
kelompok yang menggunakan permainan peran didalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang dihadapi seorang individu, dimana peran yang dimainkan harus
sesuai dengan tokoh yang diperankan dengan cara mendramatisasikan peran
tersebut.
16
2.3.2 Fungsi Role Play
Corsini (dalam Romlah, 1989)menyebutkan terdapat beberapa fungsi dari
kegiatan role playbermain peran diantaranya :
1) Alat untuk mediagnosis dan mengerti seseorang dengan cara
mengamati perilakunya waktu memerankan dengan spontan situasi-situasi atau
kejadian yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya.
2) Media pengajaran melalui proses “modelling” anggota kelompok dapat
belajar lebih efektif melalui ketrampilan-ketrampilan hubungan antar pribadi dalam
memecahkan permasalahan.
3) Melalui keterlibatan secara aktif dalam permainan peran, anggota
kelompok dapat mengembangkan pengertian-pengertian dan mempraktekan
ketrampilan-ketrampilan baru.
Sedangkan menurut Winkel dan Hastuti (2004) fungsi dari permainan peran
adalah sebagai perombakan dalam struktur kepribadian seseorang dan meningkatkan
kemampuan bergaul dengan orang lain secara wajar dan sehat.
Jadi fungsi dari bermain peran atau role play adalah memahami
permasalahan-permasalahan sosial, dapat merasakan perasaan orang lain, dan dapat
memainkan peran-peran dalam kehidupan nyata, sehingga memiliki perasaan untuk
bisa memahami satu dengan yang lain, menghargai orang lain, menghormati, dll.
2.3.3 Proses PelaksanaanRole Play
Dalam kegiatan role play (bermain peran), terdapat beberapa proses yang
harus dilakukan. Mulyasa (dalam Zulaikah, 2011) menyebutkan terdapat tujuh tahap
dalam role play diantaranya :
17
1) Pemilihan masalah
Guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan siswa agar
dapat menyelesaikan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya.
2) Pemilihan peran
Pemilihan peran disesuaikan dengan permasalahan yang akan dibahas,
mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain.
3) Menyusun tahap-tahap bermain peran
Dalam hal ini guru sudah membuat dialog, akan tetapi siswa dapat
menambahkannya sendiri.
4) Menyiapkan pengamat
Pengamat dalam kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak terlibat didalam
permainan peran (pemeran)
5) Pemeran
Dalam kegiatan ini para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran
masing-masing yang terdapat pada skenario bermain peran.
6) Diskusi dan evaluasi
Mendiskusikan masalah-masalah yang akan dibahas serta pertanyaan yang
muncul dari siswa.
7) Pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang telah dilakukan oleh
siswa.
2.4 Temuan Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian Agustin Yahya Mardiangsih (2012) dengan judul Bimbingan
Kelompok Teknik Role Playing Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Di Sekolah
18
Siswa Kelas VIII SMPN 26 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012, menemukan
bahwa layanan bimbingan kelompok role playefektif untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa di sekolah. Hal tersebut terbukti dengan hasil analisis data
penelitian yang menggunakan analisis persentase membuktikan adanya peningkatan
kedisiplinan di sekolah pada subjek penelitian yang mendapatkan tindakan.Berikut
mengenai penelitian penelitian yang terdahulu yang menjadi landasan bagi
bimbingan kelompok teknik role play dalam meningkatkan kedisiplinan belajar.
2.5 Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Penelitian ini memiliki beberapa tahan, yang pertama dilakukan adalah
melakukan pre test pada subjek penelitian sebagai test awal untuk mengetahui
komunikasi interpersonal subjek penelitian, sehingga subjek penelitian dapat dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok control. Kedua
kelompok ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan dibuktikan dengan
hasil uji homogenitas yang dilakukan. Namun, kedua kelompok tidak mendapatkan
perlakuan yang sama, kelompok eksperimen mendapatkan treatment berupa layanan
Pre-Test
Hasil
Tanpa
Treatment
Kelompok
Kontrol
Treatment Kelompok
Eksperimen
Hasil
Dibandingkan
Post-Test
19
bimbingan kelompok teknik role play, sedangkan kelompok kontrol tidak
mendapatkan treatment. Setelah treatment selesai diberikan, kedua kelompok
melakukan post test skala kedisiplinan belajar untuk dibandingkan hasilnya.
2.6 Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut :
Layanan bimbingan kelompok teknik role play dapat meningkatkan
kedisiplinan belajar pada siswa kelas XI SMK SUDIRMAN O2 AMBARAWA