sistem logistik peternakan yang efisien

66
Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien Togar M. Simatupang Masyarakat Logistik dan Rantai Pasok Indonesia (MLRI) dan Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung Disampaikan pada Seminar Nasional Sistem Moda Transportasi Ternak yang Berprinsip Kesejahteraan Hewan yang diselenggarakan oleh Masyarakat Kesejahteraan Hewan Ternak Indonesia (MKTI) atau Indonesian Farm Animal Welfare Society (INDOFAST) pada hari Kamis tanggal 6 Juni 2013 Nusa Dua Convention Center - Bali

Upload: togar

Post on 30-Dec-2015

48 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Rantai pasok peternakan merupakan aliran fisik perdagangan yang sarat dengan kepentingan. \nRantai pasok peternakan tidak dapat dipisahkan dari instrumen kebijakan seperti standar proses atau prosedur, standar kesehatan, standar keamanan, dan skema lainnya yang menekankan keadilan dan kepatutan serta menjaga aspek lingkungan dalam perdagangan. \nTujuan dari paparan ini adalah menjelaskan pentingnya perwujudan rantai pasok daging sapi yang efisien tetapi juga berkeadilan. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Sistem Logistik PeternakanYang Efisien

Togar M. SimatupangMasyarakat Logistik dan Rantai Pasok Indonesia (MLRI) dan

Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung

Disampaikan pada Seminar Nasional Sistem Moda Transportasi Ternak yang Berprinsip KesejahteraanHewan yang diselenggarakan oleh Masyarakat Kesejahteraan Hewan Ternak Indonesia (MKTI) atau

Indonesian Farm Animal Welfare Society (INDOFAST) pada hari Kamis tanggal 6 Juni 2013Nusa Dua Convention Center - Bali

Page 2: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Kilasan

• Pendahuluan

• Logistik dan Rantai Pasok Daging Sapi

• Rantai Pasok Daging Sapi

• Kaji Banding Sistem Logistik Daging Sapi yang Efisien

• Program Swasembada Daging Sapi (PSDS)

• Survei Rantai Pasok Sapi Potong

• Rekomendasi

• Penutup

2

Page 3: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Pendahuluan

• Peternakan bukan hanya mencakup budidaya tetapi semua kegiatan mulaidari penyediaan infrastruktur, pakan, pemeliharaan, pengangkutan, sampai pada tahap konsumsi.

• Sistem logistik perternakan menentukan pertemuan antara permintaan dan penyediaan.

• Rantai pasok peternakan merupakan aliran fisik perdagangan yang sarat dengan kepentingan.

• Rantai pasok peternakan tidak dapat dipisahkan dari instrumen kebijakanseperti standar proses atau prosedur, standar kesehatan, standar keamanan, dan skema lainnya yang menekankan keadilan dan kepatutan serta menjaga aspek lingkungan dalam perdagangan.

• Tujuan dari paparan ini adalah menjelaskan pentingnya perwujudan rantai pasok daging sapi yang efisien tetapi juga berkeadilan.

3

Page 4: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Logistik dan Rantai Pasok Daging Sapi

4

Page 5: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Logistik – Rantai Pasok – Rantai Nilai

• Perdagangan sapi melibatkan aspek:– Transaksi (tata niaga) berkaitan aspek keuangan, hukum,

regulasi, dan administratif.

– Logistik meliputi komoditas yang diperdagangkan secarafisik, jasa, serta berbagai infrastruktur yang mendukungdistribusi perdagangan tersebut.

– Rantai pasok terdiri dari rangkaian kegiatan mulai daribudidaya sapi sampai titik konsumsi.

– Rantai nilai yang menunjukkan pertambahan nilai padarangkaian proses penyediaan daging sapi.

5

Page 6: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

6

Asal [0]

PeternakSapi

Sapi

Rumah Potong Hewan

Asal [1]

Penyimpanan [cool & dry]

Warehouse

Tujuan

Distributor Kecil

Konsumen

Super Market

Toko

Daerah Jauh

Tujuan

•Loading•Palleting•QC

•Loading & Unloading•Packing•Palleting•QC

•Loading & Unloading•Packing•Palleting•QC

Konsumen

•Loading & Unloading•QC

Gudang

QA

RANTAI PASOK DAGING SAPI

Page 7: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Rantai pasok – Logistik – DistribusiDaging sapi

7

PETERNAK

POPU-LASI

• RPH

• TPHRPH

PRO-

DUKSI DAGING

KETER

SEDIAAN(INDUSTRI)

Perush

SUPPLY DEMANDBUDIDAYA

Pasarhewan

Asal IMPOR :Daging dan jeroan. Daging olahan

TPH (TDK

TERCATAT)

Export:PRODUK DAGING

KONSUMSI DAGINGNASIONAL

Rantai PasokLogistik Distribusi

TRANSAKSI:

BERAT HIDUP

/TAKSIR

TRANSAKSI:

BERAT

KARKAS

TRANSAKSI :

BERAT

DAGING

Source: Rachmat Setiadi (2012), Lembaga Studi Peternakan Indonesia

Page 8: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

8

POHON INDUSTRI PETERNAKAN SAPI POTONG

Bibit Induk [2]

Hulu

On Farm

Hilir –Pasca panen

Benih (Semen & Embrio) [1]

Bibit Sebar (SapiBudidaya) [3]

BBIB (Singosari & Lembang) & BET Cipelang

BBPTU, Persh Perbibitan & Peternakan rakyat

Pasar hewan dan RPH

Industri rumahan dan persh. pengolahan pangan

Hilir –Pengolahan

Ternak bakalan [4]

Bakso, sosis, dll[6]

daging dan jeroan impor (7)

Konsumen

Peternak, Perusahaan Peternakan

Modifikasi dari Muladno dkk. (2009)

Sapi bakalan impor(penggemukan) [3]

Daging

Rumah Potong Hewan

Asosiasi: PPSKI, APFINDO, NAMPA, APDASI, ASPIDI

IMPORTIR DAGING

RPH (5)

Source: Rachmat Setiadi (2012), Lembaga Studi Peternakan Indonesia

Page 9: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Sistem Agribisnis dan Jenis Sapi Potong

9

Pembibitan Pembesaran Penggemukan Pemotongan Ternak Pemasaran

1 Tahun 1 Hari1 Tahun 75 Hari

Simmental Brahman Cross Peranakan Ongole (PO)

Sapi Bali, Sapi Madura

Page 10: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

10

RANTAI PASOK DAGING SAPI INGGRIS

Sumber: Monika J.A. Schröder, Morven G. McEachern, (2002), "ISO 9001 as an audit frame for integrated quality management in meat supply chains: the example of Scottish beef", Managerial Auditing Journal, Vol. 17 No. 1/2, pp.79-85.

Page 11: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Kaji Banding Logistik Daging Sapi

11

Page 12: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

The halal meat chain and identification of Halal Critical Control

Points (HCCP)

12

Source: M. van der Spiegel, H.J. van der Fels-Klerx, P. Sterrenburg, S.M. van Ruth, I.M.J. Scholtens-Toma, E.J. Kok, Halal assurance in food supply chains: Verification of halal certificates using audits and laboratory analysis, Trends in Food Science & Technology, Vol. 27, No. 2, October 2012, Pages 109-119.

Page 13: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Quality Standard Mark

• The EBLEX Quality Standard Mark Scheme (QSM) for beef and lamb was developed to address key consumer concerns about the eating quality of red meat, such as succulence and tenderness.

• It provides one of the highest levels of independently inspected quality assurance for meat in the United Kingdom.

• The standards contain combined guarantees of food safety, animal welfare, care for the environment and eating quality.

13

Source: http://www.eblextrade.co.uk/quality-standard-mark

Page 14: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

The Red Meat Industry Supply Chain and the Committee

14Source: http://meatprojects.com/committeestructure.htm

Page 15: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Product traceability from farm to consumer

15

Source: http://www.farmwizard.com/new/global-supply-chain-manager/

Page 16: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Application of Information Standards

16Source: http://www.ausmeat.com.au/industry-standards/electronic-information-standards/application-of-standards.aspx

Page 17: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Food Safety Regulatory Framework

17Source: http://www.dpi.vic.gov.au/agriculture/about-agriculture/food-regulators-forum/victorias-food-regulatory-framework

Page 18: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Kondisi Ideal Rantai PasokPerdagangan Sapi

18

Sumber: http://www.nzbcsd.org.nz/supplychain/content.asp?id=279

•Tepat Waktu•Tepat Mutu•Tepat Jumlah•Tepat Lokasi•Tepat Biaya• Tepat Bentuk• Risiko Minimum• Kepemilikan• Berkeadilan

Page 19: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

19Sumber: Australian Country Choice (ACC) http://www.buseco.monash.edu.au/mgt/agribis/supplyaward2004.html

Contoh Kondisi Ideal

Page 20: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Program Swasembada Daging Sapi

20

Page 21: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Perdagangan Sapi

• Program Swasembada Daging Sapi pada Tahun 2014 melalui upaya revitalisasipertanian sebagai dasar untuk mengembangkan agribisnis sapi potong yang berdaya saing dan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Peraturan MenteriPertanian No. 19/Permentan/OT.140/2/2010 tentang Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi 2014).

• Pengertian Swasembada Daging Sapi oleh Direktorat Jenderal Peternakan :

– Kemampuan Penyediaan Daging Sapi Dalam Negeri Sebesar 90% dari KebutuhanDaging Nasional

– Impor 10% untuk segmen pasar khusus: hotel/resto internasional/ turismancanegara, komunitas ekspatriat

• Impor daging dan bakalan masih tinggi yang mencapai 70 ribu ton daging dan sapibakalan yang setara 250,8 ribu ton daging selama tahun 2009 (sekitar 30% darikebutuan daging nasional).

• Kenaikan harga musiman daging sapi selalu terjadi menjelang puasa dan lebarandikarenakan permintaan naik 10 sampai 20% dengan rata-rata kenaikan hargamencapai sekitar 7-15%.

21

Page 22: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

The cruel treatment of cattle in Indonesia

22Photo: Juni Kriswanto via ABC News

Source: http://www.occupyforanimals.org/indonesia---cattle-being-lifted-by-a-crane-from-ropes-tied-to-their-heads.html

Page 23: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Ternak Sapi Potong Tradisional

23

Sumber: STUDI KELAYAKAN USAHA SAPI POTONG DI KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA, Kantor Bank Indonesia Medan, 2010.

Page 24: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Dinamika Rantai Pasok Sapi Potong

• Sebagai sumber protein masyarakat: terdapat korelasi yang tinggi antarakonsumsi protein hewani dengan tingkat kemajuan suatu bangsa sepertipada tahun 1987 Singapura (22,68 gram/kap/hari) , Jepang (53,50 gram), Amerika (73 gram) sementara Indonesia tahun 1993 baru sekitar 3,74 gram/ kap/hari (Saragih, 1998).

• Kondisi peternakan sapi potong di Indonesia terdiri dari dua kelompokyaitu peternakan rakyat (90-95%) dan usaha penggemukan sapi (feedloter)(5%). Perusahaan penggemukan sapi diwakili oleh Apfindo (Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia), sementara para peternakdiwakili oleh Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI).

• Peternakan rakyat memiliki ciri-ciri: – skala usaha kecil dan tersebar,

– bersifat sambilan dan subsisten serta tidak intensif sehingga kualitas sapi potongnyatidak seragam dan kurang terawat baik serta belum tangguh/mandiri dibandingkandengan feedloter.

24

Page 25: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Dinamika Rantai Pasok Sapi Potong

• Rata-rata konsumsi daging (daging merah dan putih) pada tahun 2009 sebesar 4,5 kg per kapita per tahun.– Malaysia mencapai 46,87 kg per kapita per tahun

– Filipina mencapai 24,96 kg per kapita per tahun.

• Daging sapi (dan produk peternakan lainnya) bersifat permintaan elastisterhadap pendapatan, yakni laju peningkatan permintaan lebih tinggi darilaju peningkatan pendapatan.

• Keterbatasan lahan dalam menghasilkan pakan ternak.

• Kelangkaan sapi potong dan jarak yang jauh antara sentra produksi (Bali, NTB, NTT, Jatim, Jateng) dan sentra konsumsi (Jabar dan DKI).

• Pencemaran lingkungan akibat peternakan dan perdagangan sapi potong: limbah padat, cairan, gas, dan sisa pakan.

• Seringkali proses peternakan sapi potong tidak terjamin aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH).

25

Page 26: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Lintasan Penyeberangan Komersil

26

Sumber: Kebijakan Distribusi dan Transportasi KomoditasSapi di Indonesia, Bogor, 15 Juli 2011.

• Penyusutan selama pengangkutandalam Jawa 5,5%, luar Jawa 10,5%• Biaya transportasi yang mahal, polatransaksi angkutan yang bervariasi• Pemberantasan penyakit hewansampai tuntas• Angkutan daging beku bukan sapibakalan, fasilitas di sentra produksi, logistik dingin

Page 27: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Dinamika Rantai Pasok Sapi Potong

• Kesimpangsiuran data. – Berdasarkan sensus sapi 2011, jumlah populasi sapi potong sekitar 14,43 juta ekor

sapi. Daging dari jumlah lembu-lembu berdasarkan sensus terbaru itu bisa memenuhi 90 persen kebutuhan lokal.

– Sensus 2011 juga menunjukkan bahwa ada 574 ribu ekor sapi perah dan 1,27 ekor kerbau.

– Menteri Pertanian, Suswono, menyebutkan bahwa angka konsumsi daging sapi sebesar 1,7 kilogram per kapita per tahun atau setara dengan 2,5-3 juta ekor sapi per tahun.

– Populasi sapi lokal sekitar 12 juta ekor dengan pertumbuhan 3,7%, sedangkantingkat konsumsi meningkat rata-rata 5,5% per tahun.

– Kebutuhan daging sapi mencapai 430 ribu ton per tahun. Sebanyak 25 persen darijumlah tersebut atau 100 ribu ton daging berasal dari impor.

• Impor sapi dari Australia: 296.000 (2000), 289.000 (2001), 430.000 (2002), 763.000 (2009).

• Transaksi jual beli sapi potong dilakukan dengan cara taksir.• Otonomi daerah telah menyebabkan peningkatan berbagai pungutan

(retribusi) yang mengakibatkan biaya tinggi.

27

Page 28: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

SIMULASI Kebutuhan DAGING NASIONAL TAHUN 2010-2014 TANPA PSDS 2014 (Dalam Ribuan Ton)

28

Page 29: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

SIMULASI PERKEMBANGAN SAPI POTONG NASIONAL VERSI MOST LIKELY PSDS 2014 (Dalam Ribuan Ton)

29

Page 30: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

30

Page 31: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Peran Pemerintah

Sesuai dengan Undang Undang Nomor 7 Tahun 1996, tentang pangan, untukmenciptakan sumberdaya manusiaberkualitas, pemerintah harus melaksanakanfungsi pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaanpangan yang cukup, baik jumlah maupunmutunya agar terjangkau oleh daya belimasyarakat.

31

Page 32: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Permasalahan Kegagalan SwasembadaDaging Sapi

1. Kesenjangan produksi daging domestik dengan konsumsi.– Konsumsi daging sapi sebesar 2,24 kg per kapita pada tahun 2009

– Kebutuhan daging sapi dan jeroan 516.603 ton pada tahun 2009 atau setara dengan 2,746 juta ekor sapi

– Impor sapi bakalan sebanyak 763.133 ekor pada tahun 2009

2. Pasar sapi lokal rentan pengaruh pasar global.

3. Produktivitas sapi lokal masih rendah.

4. Persilangan sapi lokal tidak terprogram.

5. Hambatan lompatan populasi sapi nasional.

6. Kelembagaan.

Sumber: STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI 2014, Direktorat Pangan danPertanian, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), 2010.

32

Page 33: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Strategi dan kebijakan prioritas tinggi

1. Perbibitan dan pemuliabiakan sapi nasional, melalui:

a. pemurnian sapi lokal, dan

b. pengembangan bangsa sapi komersial Indonesia;

2. Terobosan peningkatan populasi sapi, melalui:

a. pengembangan kawasan terpadu sapi potong, dan

b. pengembangan wilayah baru peternakan di pulau terpisah;

3. Ketahanan pakan nasional, melalui:

a. pembentukan institusi penyangga penyediaan bahan baku pakan, dan

b. pengembangan sistem joint produksi antar wilayah, dan

c. pemetaan dan revitalisasi padang penggembalaan; serta

4. Kelembagaan penyelamatan dan penjaringan bibit, melalui:

a. strukturisasi usaha pembibitan sapi potong,

b. pembentukan komite penjaringan sapi betina produktif dan bibit unggul,

c. penataan sistem koordinasi.

33

Page 34: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Strategi dan kebijakan prioritasmenengah

1. Kebijakan pasar, tarif dan suku bunga, melalui: a. kebijakan imporb. kebijakan pasar

2. Ketahanan pakan nasional, melalui: a. pengembangan zona produksi hijauan pakanb. subsidi harga bahan baku pakanc. pengembangan sistem mekanisasi pakand. strukturisasi tata niaga bahan baku pakane. pemberlakuan tarif ekspor bahan baku pakan

3. Kelembagaan Penyelamatan dan Penjaringan Bibit, melalui: a. ekstensifikasi kelembagaan keuangan mikro bagi peternak.

34

Page 35: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

35Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No. 19 tahun 2010 tentang PedomanUmum Program Swasembada Daging Sapi 2014

Page 36: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

36

Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No. 19 tahun 2010 tentang PedomanUmum Program Swasembada Daging Sapi 2014

Page 37: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Survei Aliran Sapi Potong

37

Page 38: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

SURVEI PEMANTAUAN RANTAI PASOK SAPI POTONG

Definisi:Survei ini diperlukan dalam pencarian fakta tentang jenis dan kuantitas aliransapi potong, asal, tujuan, waktu pengiriman, fasilitas pengiriman, penguatankelembagaan, regulasi, dan hal lainnya yangterkait dalam kurun waktu tertentu.

Fungsi:Masalah aliran rantai pasok seringkali menjadi kendala dalam penyediaan sapipotong. Survei aliran rantai pasok sapi dapat memberikan gambaran keadaan dilapangan dan kendala yang dihadapi.

Metode:1. Prosedur Studi2. Pemilihan indikator atau variabel: asal sapi, tujuan, sarana pengangkutan, kelembagaan,

penanganan sapi, fasilitas kandang, ongkos angkutan, dll.3. Survei aliran rantai pasok sapi potong dilakukan dengan cara mengunjungi pusat-pusat

peternakan dan pengangkut sapi potong, serta menghimpun data sekunder dari sumber-sumber yang relevan. Metode survei: wawancara, pengamatan, dan dokumentasi

4. Identifikasi pola aliran rantai pasok perdagangan sapi potong:4.1. Pola pasokan dan permintaan serta harga beli dan harga jual4.2. Pola aliran dan perlakuan dan aktor yang terlibat4.3. Biaya logistik (angkutan, penyimpanan, dan pemotongan)4.4. Regulasi yang terkait4.5. Hambatan yang terjadi di lapangan 38

Page 39: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Survei Aliran Sapi Potong

LATAR BELAKANG

• Survei ini dilakukan dalampencarian fakta tentangjenis dan kuantitas aliransapi potong, asal, tujuan, waktu pengiriman, fasilitaspengiriman, penguatankelembagaan, regulasi, danhal lainnya yang terkait.

• Melatih kemampuandalam merancang surveidan mengumpulkan faktalapangan.

TUJUAN

• Memperoleh gambaran rantai pasok sapi, mencakup:

• Pola pasokan dan permintaan

• Pola pengangkutan

• Harga beli dan harga jual

• Rute aliran dan kondisi jalan

• Perlakuan terhadap sapi

• Aktor yang terlibat

• Biaya logistik

• Regulasi yang terkait

• Hambatan yang terjadidi lapangan

39

Page 40: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

SULAWESI SELATAN

Contoh Hasil Survei oleh Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi -Kementerian Perdagangan

Sumber: Setijadi, Harini Agustina, and Togar M. Simatupang (2012)

40

Page 41: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

1. Pola Pasokan dan Permintaan [a]

Kab. Bone

41

Peternak Sapi(Menjual Sapi)

Pengusaha/Pengumpul:- Peternak- Memiliki Kendaraan angkut

Kades & Camat(Surat Pengantar)

Disnak & Kepolisian(Surat Jalan & Akta Sapi)

Pembeli & RPH

Pasar & Konsumen

End User

Loading Muatan

Proses Jual-Beli

Deliver

Page 42: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

1. Pola Pasokan dan Permintaan [b]Kab. Gowa

42

Peternak Sapi(Menjual Sapi)

Pengusaha/Pengumpul:- Peternak- Memiliki Kendaraan angkut

Kades & Camat(Surat Pengantar)

Disnak & Kepolisian(Surat Jalan & Akta

Sapi)

Pembeli & RPH

Pasar & Konsumen

Loading Muatan

Deliver

Pemotongan RPHSendiri (Total Kg)

Proses Jual-Beli

Jalur 1

Page 43: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

2. Pola Pengangkutan

WILAYAH JALUR

PENGANGKUTAN

JENIS

KENDARAAN

KAPASITAS

KENDARAAN

FREKUENSI

PENGIRIMAN

Makasar Kabupaten Bone -

Ps. antang

Pick Up

(Daihatsu dan

Kijang)

4-6 ekor 2kali/hari

3 kali/minggu

Kabupaten Gowa -

RPH Tamarunang

1 kali/hari

43

Pola pengangkutan dengan jalur darat dan mempergunakan moda transportasi sewaan hal ini dikarenakan dengan keterbatasan pemilikan truk pengangkut yang dimiliki pedagang sapi.

Page 44: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

3. Harga Beli dan Harga Jual

44

4. Memberikan sapi dan siap untuk dikirim

PETERNAK

SAPI

PENGUMPUL

SAPI

Proses Jual - Beli Sapi

(Antara Peternak dan Pengumpul Dengan MetodeTaksiran)

2. Checking kondisi dan bobot (layak atau tidak)

1. Informasi memiliki sapi yang ingin dijual

Jika ya, melakukan proses tawar menawar harga

Harga ditinjau berdasarkan bobot dengan cara taksiran

3. Memberikan uang atas pembelian sapi

Page 45: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

4. Rute Aliran dan Kondisi JalanTrip I

LOKASI LOKASI AWAL LOKASI AKHIR

Desa Maggenrang Pasar Antang

JALUR Palattae-Camming-Tanah Batu- Camba- Maros- Makassar-Pasar

Antang

KONDISI

INFRASTRUKTUR

Jalan beraspal dua arah

Di beberapa wilayah berlubang

Di area persawahan kondisi jalan baik dan tidak berlubang

Trip II

LOKASI LOKASI AWAL LOKASI AKHIR

Desa Sunggu Minasa Tamarunang

JALUR Anditonoro-Malino-Tamarunang

KONDISI

INFRASTRUKTUR

Jalan beraspal dua arah

Di beberapa wilayah berlubang

Di area persawahan kondisi jalan baik dan tidak berlubang45

Page 46: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

5. Perlakuan terhadap Sapi

NO AKTIVITAS PELAKSANA PENANGGUNGJAWAB KETERANGAN

1 Ditimbang dan

diperiksa

kesehatannya

Karyawan Dokter hewan Dokter hewan berperan jika

sapi tidak sehat

2 Diberi barcode Karyawan Umur, jenis, berat dan status

kesehatan

3 Pemeliharaan Karyawan Dokter hewan Diberi pangan : dedek, ampas

tahu,ampas air tebu, rumput

jagung, rumput gajah

46

Waktu Pemeliharaan

Page 47: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

NO AKTIVITASALAT YANG

DIPERGUNAKANFUNGSI

1

Persiapan

Bagian atas bak truk ditambah

Bambu Untuk menahan/mengikat sapi-sapi atas goncangan selama perjalanan

2

Lantai truk dilapisi Aspalt Mencegah kotoran sapi menembus dan membasahi mesin truk sehingga tidak mudah terkena pengkaratan

3

Lantai truk dilapisi Jerami Mengurangi rusaknya bagian kuku kaki sapid an cacat di bagian tubuh lainnya

4Menaikkan sapi Landasan yang dibuat

secara permanen

5Mengatur posisi sapi

Agar tidak mudah jatuh dan berinterkasi satu sama lainnya

6 Perjalanan Tidak dilakukan proses apapun

7Di Tempat

Tujuan

Menurunkan sapi Landasan yang dipersiapkan oleh RPH

8Sapi dipotong Pada malam hari atau dini

hari agar sapi masih dalam kondisi sehat

47

Waktu Pengangkutan

Page 48: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

6. Aktor yang Terlibat

• Peternak

• Pengumpul/Pengepul

• Pihak RPH

• Konsumen

• Penyewaan Truk

• Pasar Ternak

• Jumlah aktor yang terlibat tersebut dipengaruhi oleh karakteristik dan historis pola perdagangan wilayah tersebut

48

Page 49: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

7. Biaya Logistik

No. Biaya Jenis Biaya Jumlah

1 Retribusi 1 Resmi (Mark Up) Rp 50.000,-

2 Retribusi 2 Resmi (Mark Up) Rp 10.000,-

3 Retribusi 3 Liar Rp 10.000,-

4 Retribusi 4 Liar Rp 2.000,-

5 Retribusi 5 Liar Rp 5.000,-

6 Retribusi 6 Liar Rp 145.000,-

7 Retribusi 7 Liar Rp 10.000,-

8 Retribusi 8 Liar Rp 10.000,-

9 Retribusi 9 Liar Rp 10.000,-

10 Retribusi 10 Liar Rp 10.000,-

11 Retribusi 11 Liar Rp 10.000,-

12 Retribusi 12 Liar Rp 2.000,-

13

Parkir Ps.

Antang Rp 2.000,-

49

Biaya-biaya dalam pengangkutan sapi potong di Sulawesi Selatan

• 3 retribusi dengan nilai keseluruhan Rp 62.000

• 10 pungutan liar dengan nilai keseluruhan Rp 214.000

Page 50: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

8. Regulasi yang TerkaitBeberapa regulasi terkait adalah yang berkenaan dengan penerbitan beberapa dokumen sebagai berikut:– Surat akta sapi

– Surat jalan

– Surat pengantar hewan

50

Page 51: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

9. Hambatan di Lapangan• Minimnya penerangan dalam proses pengiriman di jalan

• Banyaknya pos pungutan liar

• Penentuan harga menurut bobot taksiran

• Mahalnya biaya perizinan yang harus di bayar.

51

Situasi ini kurang mendukung kelancaran dan efisiensi dalam proses pengangkutan sapi potong

Page 52: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Hasil Survei dan Rekomendasi

52

Page 53: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

1. Pola Pasokan dan Permintaan

KESIMPULAN• Terdapat perbedaan saluran

distribusi di ketiga wilayah• Pola saluran distribusi secara

umum: peternak kecil/peternak bibit sapi supplier atau feed loader pasar ternak atau rumah potong hewan pedagang/end user.

• Permintaan konsumen (end user) mengalami:– Peningkatan pada waktu

Lebaran dan tahun baru. – Penurunan pada waktu

kenaikan anak sekolah (Juni-Juli).

REKOMENDASI• Pemerintah hendaknya memiliki

data pasokan dan permintaan (ter-update) untuk menjamin keamanan stok dan pendistribusiannya ke seluruh wilayah Indonesia.

• Dinas Perindustrian dan Perdagangan beserta Dinas Peternakan mengawasi kondisi permintaan dan pasokan (stok) untuk menghindarkan kerugian, baik terhadap pemasok maupun konsumen.

53

Page 54: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

2. Pola Pengangkutan

KESIMPULAN

• Pola pengangkutan yang dilakukan di ketiga wilayah survei dilakukan dengan jalur darat dan menggunakan moda transportasi sewaan karena keterbatasan kepemilikan truk bagi peternak/pedagang sapi.

• Tidak ada standardisasi moda yang digunakan.

REKOMENDASI

• Pemberian fasilitas untuk memudahkan peternak/pedagang sapi memiliki armada untuk pengangkutan sapi.

• Standardisasi moda pengangkut sapi a.l. untuk menjaga kondisi sapi selama proses pengiriman.

54

Page 55: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

3. Harga Beli dan Harga Jual

KESIMPULAN

• Di ketiga wilayah, penentuan harga tidak berdasarkan suatu ketentuan baku.

• Hal ini berpotensi menimbulkan kerugian bagi salah satu atau beberapa pelaku.

REKOMENDASI• Dinas Peternakan maupun Dinas

Perindustrian dan Perdagangan melakukan intervensi terhadap harga beli dan harga jual, misalnya dengan menetapkan standardisasi atau patokan dalam penentuan harga.

• Dinas Peternakan hendaknya mewajibkan pengusaha memiliki sertifikasi sehat jika akan dikirimkan ke RPH, sehingga kondisi sapi terjamin baik untuk dipergunakan oleh end user.

55

Page 56: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

4. Rute Aliran dan Kondisi Jalan

KESIMPULAN

• Tidak ditemui kendala mengenai rute pengiriman.

• Secara umum, kondisi jalan cukup layak. Namun, terdapat beberapa kondisi yang kurang mendukung:

– Jalan rusak atau berlubang.

– Lampu penerangan jalan kurang.

– Fasilitas/terminal untuk istirahat (terutama untuk perjalanan jauh)

REKOMENDASI

• Dinas Pekerjaan Umum selalu menjaga kondisi infrastruktur jalan sebagai fasilitas penunjang proses distribusi sapi di wilayah Indonesia dengan dilengkapi dengan fasilitas penunjang untuk sapi (dapat dibantu oleh Dinas Peternakan) dan moda transportasinya melakukan transit selama proses pengiriman.

56

Page 57: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

5. Perlakuan terhadap SapiKESIMPULAN

• Masih ditemukan perlakuan yang tidak semestinya terhadap sapi, terutama di rumah pemotongan hewan.

• Pemerintah kurang mengawasi kesehatan hewan ternak (dapat berakibat pada kesehatan masyarakat sebagai konsumen)

• Masih kurangnya mekanisme teknis yang diimplementasikan oleh pengusaha, pengumpul, dan calo dalam proses pengiriman sapi potong.

• Kurangnya sosialisasi Pemerintah setempat dalam memperhatikan dan memberi perlakuan yang layak terhadap kondisi hewan ternak saat didistribusikan.

• Tidak ada standar dan pengawasan mengenai perlakuan terhadap sapi (dari perternakan sampai pengiriman.)

REKOMENDASI

• Pembuatan dan penerapan standardisasi mengenai perlakuan terhadap sapi, baik mulai dari perternakan sampai pengiriman oleh Dinas Peternakan.

• Proses pengawasan dan pemantauan yang dilakukan oleh Dinas Peternakan pada peternak/pengusaha sapi dilakukan secara berkala dan terus menerus sehingga kesehatan sapi yang akan dikonsumsi oleh masyarakat lebih terjamin.

57

Page 58: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

6. Aktor yang Terlibat

KESIMPULAN

• Pelaku atau aktor yang terlibat dalam rantai pasok sapi potong untuk ketiga wilayah yang disurvei berbeda jumlah dan nama pelaku tersebut.

– Hal ini sesuai dengan karakteristik dan historis pola perdagangan masing-masing wilayah tersebut.

REKOMENDASI

• Para aktor yang terlibat perlu bersama-sama berupaya membangun sistem perdagangan sapi potong yang efisien.

58

Page 59: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

7. Biaya Logistik

KESIMPULAN• Biaya logistik dalam rantai pasok sapi

potong mencakup biaya sewa truk (termasuk supir), biaya BBM, biaya retribusi, biaya parkir, dan biaya pungutan liar.

• Jumlah dan jenis pungutan liar berbeda-beda untuk masing-masing wilayah. – Jawa Timur: 1 retribusi/pungutan sejumlah

Rp 25.000-50.000.– Sulawesi Selatan: 3 retribusi dengan nilai

keseluruhan Rp 62.000 dan 10 pungutan liar dengan nilai keseluruhan Rp 214.000.

– Nusa Tenggara: biaya yang dikeluarkan dihitung per ekor sapi (dengan nilai Rp 5.000 atau Rp 25.000 per sapi tergantung lokasi pasar).

REKOMENDASI

• Pihak-pihak terkait perlu melakukan pemantauan di lapangan untuk menghapus atau mengurangi berbagai pungutan liar dalam rantai pasok sapi potong.

59

Page 60: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

8. Regulasi yang Terkait

KESIMPULAN

• Regulasi yang terkait dalam rantai pasok sapi potong di masing-masing wilayah yang disurvei berbeda-beda, baik jumlah maupun jenisnya.

• Beberapa pelaku mengeluhkan besarnya biaya perizinan yang harus dikeluarkan.

REKOMENDASI

• Pemerintah daerah terkait perlu memperhatikan regulasi yang berlaku, termasuk proses dan biayanya, agar tidak memberatkan para pelaku.

60

Page 61: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

9. Hambatan di Lapangan

KESIMPULAN

• Secara umum, beberapa hambatan rantai pasok sapi potong yang terjadi di lapangan mencakup:

– Penerangan jalan yang tidak memadai.

– Banyaknya pungutan liar.

– Penentuan harga yang menggunakan bobot taksiran.

– Biaya perizinan yang mahal.

REKOMENDASI

• Pihak-pihak terkait perlu berupaya mengurangi atau menghilangkan beberapa hambatan rantai pasok sapi potong yang terjadi di lapangan.

61

Page 62: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Penutup

62

Page 63: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Permasalahan Rantai Pasok

• Jauhnya jarak antara sentra produksi ternak dengan konsumen.

• Belum adanya dukungan alat transportasi seperti kereta, truk sapi dari sentra produksi kekonsumen.

• Tidak tersedianya pelabuhan, logistik dingin, dan rumah potong hewan di sentra produksiyang memungkinkan membawa daging bukan sapi bakalan.

• Pengertian swasembada (UU No. 18 tahun 2012) adalah ketersediaan pangan dari hasilproduksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional.

• Mafia impor daging yang memainkan harga.

• Standar sistem informasi yang tidak ada.

• Data yang tidak tersedia.

• Belum diterapkannya standar kesehatan, mutu, dan keselamatan pangan.

• Tidak adanya mekanisme stabilisasi harga dan ketersediaan stok.

• Tidak adanya standar pengangkutan dan kesejahteraan sapi selama pengangkutan.

• Kurangnya RPH modern.

• Kurangnya kewenangan Dewan Daging Nasional dalam standarisasi rantai pasok daging sapi.

63

Page 64: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Regulasi Logistik Daging Sapi

• Tujuan regulasi adalah pengurangan atau penghilangan hambatan terhadap berbagaitingkatan sistem logistik perdagangan dan membangun logistik yang lebin terpadu.

• Kajian diperlukan untuk memberikan bukti berupa fakta lapangan tentang hambatan yang terjadi:

– Pungutan, tarif, informasi yang berbeda, perbedaan pelaksanaan, administrasi logistik yang lama danrumit, kurangnya prasarana, ketiadaan standar, korupsi

• Sasaran yang hendak dicapai, antara lain:

– Komitmen perdagangan yang adil

– Definisi dan istilah yang sama

– Regulasi dan prosedur yang berjalan dengan baik

– Tersedianya prasarana dan pengembangan kapasitas

– Tercapainya pengurangan pemborosan

– Efektivitas administrasi• Arus perdagangan yang semakin baik

• Penggunaan sumberdaya publik yang lebih efisien

– Daya saing perdagangan• Dukungan terhadap sektor perdagangan nasional

• Biaya transaksi yang lebih rendah

64

Page 65: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Bagaimana membangun jaringanlogistik daging sapi yang lebih efisien?

• Standarisasi

– Fasilitas dan peralatan logistik

– Teknologi

– Jaringan informasi

• Harmonisasi dan fasilitasi

– Ketetapan pentarifan

– Prosedur

– Kesepakatan saling pengakuan (mutual recognition agreement)

– Peta dan standar kompetensi kerja nasional bidang logistik

– Indeks kinerja logistiks daerah/kota

• Kelembagaan (kerjasama)

– Seminar bersama tentang logistik terpadu

– Mekanisme penyelesaian sengketa

• Insentif

– Subsidi transportasi antar moda

– Insentif pengembangan logistik pantai

– Insentif pelatihan logistik

• Implementasi

– Dukungan skema investasi Public-Private Partnership (PPP) bidang logistik

– Pengembangan basis data logistik

– Kriteria logistik sebagai bagian dari pengembangan wilayah

– Tindakan perbaikan logistik

65

Page 66: Sistem Logistik Peternakan Yang Efisien

Terima Kasih

66