bab ii landasan teorilibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/tsa-2013-0009 bab 2.pdfkemajuan...

31
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teknologi Informasi dalam Bidang Kesehatan Kemajuan teknologi informasi pada saat ini menjangkau hingga berbagai bidang, salah satunya yang terkena dampaknya adalah bidang kesehatan. Penggunaan teknologi di bidang kesehatan bisa juga disebut sebagai telemedika. Menurut Soegijoko, et.al (2006) Telemedika merupakan aplikasi teknologi elektronika, komputer dan telekomunikasi dalam teknik biomedika, untuk melakukan pertukaran informasi kedokteran dari satu tempat ke tempat lain, guna membantu pelaksanaan prosedur kedokteran, dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup manusia melalui peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.. Suatu sistem telemedika biasanya dapat tersusun atas komponen-komponen sebagai berikut: 1. Sejumlah unit (medical stations) berbasis komputer (PC) atau mikrokontroler 2. Infrastruktur telekomunikasi yang tersedia (baik khusus / dedicated maupun berupa jaringan publik) 3. Sejumlah modul perangkat lunak telemedika 4. Sejumlah modul perangkat keras telemedika 5. Sejumlah alat kedokteran / kesehatan dan atau alat tambahan lainnya 6. SDM (personil pelayanan kesehatan /operator dan teknik)

Upload: halien

Post on 07-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  

11  

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teknologi Informasi dalam Bidang Kesehatan

Kemajuan teknologi informasi pada saat ini menjangkau hingga berbagai

bidang, salah satunya yang terkena dampaknya adalah bidang kesehatan.

Penggunaan teknologi di bidang kesehatan bisa juga disebut sebagai telemedika.

Menurut Soegijoko, et.al (2006) Telemedika merupakan aplikasi teknologi

elektronika, komputer dan telekomunikasi dalam teknik biomedika, untuk

melakukan pertukaran informasi kedokteran dari satu tempat ke tempat lain, guna

membantu pelaksanaan prosedur kedokteran, dengan tujuan meningkatkan

kualitas hidup manusia melalui peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat..

Suatu sistem telemedika biasanya dapat tersusun atas komponen-komponen

sebagai berikut:

1. Sejumlah unit (medical stations) berbasis komputer (PC) atau

mikrokontroler

2. Infrastruktur telekomunikasi yang tersedia (baik khusus / dedicated

maupun berupa jaringan publik)

3. Sejumlah modul perangkat lunak telemedika

4. Sejumlah modul perangkat keras telemedika

5. Sejumlah alat kedokteran / kesehatan dan atau alat tambahan lainnya

6. SDM (personil pelayanan kesehatan /operator dan teknik)

12  

Selain komponen-komponen yang telah disebutkan sebelumnya, adapun

dibutuhkan infrastruktur komunikasi untuk mendukung sistem telemedika.

Infrastruktur tersebut dapat berupa jaringan khusus (leased line) atau jaringan

publik yang dapat berupa jaringan telepon PSTN, jaringan telepon bergerak

(telepon genggam), jaringan telepon satelit, jaringan telekomunikasi radio,

jaringan Internet dan kombinasi dari penggunaan jaringan yang telah disebutkan

(Soegijoko, et.al, 2006). Masih menurut Soegijoko, et.al (2006) ada beberapa jenis

aplikasi dasar dalam telemedika yang berbasiskan teknologi informasi dan

komunikasi, antara lain:

1. Pencatatan dan pelaporan data pasien

2. Basis data dan evaluasi pelayanan kesehatan

3. Pencatatan dan pelaporan data obat

4. Tele-koordinasi

5. Tele-konsultasi sederhana

6. Pendidikan jarak jauh

Dikutip dari Islam (2007, p1-1), sistem kesehatan oleh WHO didefinisikan

sebagai "semua organisasi, lembaga, dan sumber daya yang dikhususkan untuk

memproduksi tindakan kesehatan". Agar sistem informasi kesehatan dapat

berjalan dengan baik, menurut Islam (2007, p1-17) persyaratan sebagai berikut

haruslah dipenuhi:

1. Kebijakan informasi: standar yang diperlukan sebagai acuan bagi penyedia

informasi.

2. Sumber daya keuangan: investasi untuk penyediaan informasi kesehatan.

13  

  

3. Sumber daya manusia: personil yang terlatih untuk tingkatan tata kelola

yang berbeda.

4. Infrastruktur komunikasi: infrastruktur dan kebijakan untuk manajemen,

perpindahan dan penyimpanan informasi.

5. Koordinasi dan kepemimpinan: mekanisme untuk memimpin sistem

informasi kesehatan secara efektif.

2.2 Mobile Health

Berdasarkan laporan yang dibuat oleh GSMA, AARP dan Waggener

Edstrom Worldwide (2011, p4), teknologi mobile secara bertahap telah melakukan

penetrasi di bidang kesehatan untuk beberapa tahun. Pada saat ini ada banyak

jenis perangkat dan sistem yang bergantung pada jaringan mobile untuk

menyampaikan informasi dan layanan kesehatan. Pada saat ini ada paling tidak

5000 aplikasi ponsel pintar yang berkaitan dengan kesehatan, menawarkan

beragam peralatan untuk membantu konsumen memonitor dan merawat kesehatan

mereka. Menurut GSMA, AARP dan Waggener Edstrom Worldwide, mobile

health atau m-health merujuk pada ketersediaan layanan kesehatan menggunakan

perangkat mobile. Merupakan bagian dari eHealth, dimana mencakupi seluruh

aspek komputasi dan komunikasi elektronik dalam perawatan kesehatan.

Dikutip dari Qiang, et.al (2011, p11), pada awal perkembangannya, m-

health didefinisikan sebagai telemedika nirkabel meliputi penggunaan

telekomunikasi mobile dan teknologi multimedia dan integrasi dengan sistem

penyampaian perawatan kesehatan mobile (Istepanian dan Lacal, 2003).

Ekosistem dari m-health terdiri dari beberapa lingkupan dinamis, yaitu kesehatan,

14  

teknologi dan keuangan. Selain ketiga cakupan tersebut, adapun pengaruh dari

pemerintah yang berkuasa untuk mengatur regulasi, kebijakan dan strategi yang

dapat mempengaruhi keseluruhan pengembangan dan penggunaan m-health.

 

Gambar 2. 1: Ekosistem m-health (Qiang, et.al, 2011, p16) Luasnya industri m-health memungkinkannya untuk melayani kesehatan

untuk individu maupun masyarakat. Hasilnya, pengguna layanan dan aplikasi m-

health terdiri dari pasien individual dan penyedia barang yang berkaitan dengan

kesehatan dan layanan untuk pekerja di bidang kesehatan. Berdasarkan

pengkategorian World Bank, berikut adalah area dimana m-health membuat

perbedaan (Qiang, et.al, 2011, p17):

1. Meningkatkan kualitas dan akses perawatan kesehatan

15  

  

1. Dukungan perawatan: memfasilitasi perawatan masalah kesehatan,

diagnosa atau pencengahan, berhubungan dengan infeksi dan

penyakit kronis.

2. Pelacakan pasien: menggunakan rekaman medis digital melalui

aplikasi mobile untuk mengawasi pasien, sehingga bisa

mendapatkan kondisi terbaru pasien.

3. Supply chain management: aplikasi yang mengumpulkan data

penjualan dan inventori untuk membantu procurement dan

pemesanan.

4. Pembiayaan kesehatan: penggunaan smartcard, voucher, asuransi

dan pinjaman untuk layanan kesehatan.

5. Layanan darurat: akses tambahan teknologi mobile yang

meningkatkan layanan dan respon untuk kondisi darurat, misalnya

untuk pemanggilan ambulans.

2. Membuat sumber daya manusia sektor kesehatan lebih efisien

1. Mendukung pengambilan keputusan untuk hal klinis: peralatan

mobile yang dapat membantu pekerja kesehatan menyediakan

perawatan berdasarkan praktik terbaik.

2. Penyimpanan yang lebih baik: pekerja kesehatan membutuhkan

lebih sedikit waktu dalam birokrasi dan mendapatkan lebih banyak

waktu dalam menyediakan perawatan ketika mereka harus

melaporkan data melalui aplikasi mobile.

16  

3. Menangkap dan menggunakan informasi kesehatan yang real-time

1. Pengawasan: kumpulan data masalah kesehatan yang sedang

berkembang, sehingga memberikan pasien dan praktisi cakupan

yang lebih besar untuk pengambilan keputusan yang lebih cepat

tanpa bertatap muka.

2. Manajemen bencana: setelah bencana alam, aplikasi dapat

digunakan untuk mengumpulkan data medis, melaporkan area

mana yang paling membutuhkan bantuan dan perawatan medis

darurat.

3. Pertanggung jawaban penyampaian perawatan kesehatan:

memungkinkan pasien untuk medapatkan informasi secara cepat

sehingga mereka dapat memahami diagnosa dan perawatan mereka

dan dapat mengecek rekaman medis mereka.

4. Pencegahan penyakit dan mempromosikan kesehatan publik

1. Pencegahan penyakit: aplikasi untuk jejaring sosial dapat membuat

hubungan antara pasien dan penyedia perawatan kesehatan untuk

berbagi pengetahuan dan pengalaman.

2. Edukasi dan kesadaran: beberapa negara menggunakan permainan,

kuis dan mekanisme non-tradisional lainnya dalam menyampaikan

informasi kesehatan.

17  

  

 

Gambar 2. 2: Pengahalang dalam mengimplementasikan m-health secara

global

Pada tahun 2009 diadakan survei untuk mengidentifikasi penghalang

dalam implementasi m-health oleh WHO. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar

2.2, dimana menunjukkan bahwa yang paling tinggi adalah mengenai prioritas

sistem kesehatan (52%), dan yang paling rendah adalah infrastruktur yang

tertinggal (26%) (WHO, 2011, p63). Kebanyakan sistem kesehatan terbebani oleh

tantangan untuk membuat keputusan. M-health saat ini tidak memiliki dasar bukti

yang kuat untuk memverifikasi dampaknya pada hasil kesehatan dan sistem

kesehatan. Kurangnya pengetahuan mengenai aplikasi m-health dan hasilnya

untuk kesehatan publik menduduki posisi kedua tertinggi (47%) sebagai

penghalang. Hal tersebut menunjukkan perlu adanya evaluasi dan studi mengenai

aplikasi m-health. Selanjutnya pada posisi ketiga ada kebijakan negara yang tidak

mengenali m-health sebagai pendekatan untuk masalah yang berkaitan dengan

kesehatan. Hasilnya tidak mengejutkan, karena mengingat m-health masih pada

tahap awal penggunaan dan pengembangan. Studi terkini mengindikasikan bahwa

18  

keamanan informasi, kerahasiaan pasien, pengukuran terstandar dan sistem yang

dapat berinter-operasi diidentifikasikan sebagai hal-hal yang dapat menjadi

tantangan yang dihadapi sebelum memilih m-health sebagai inisiasi strategis.

Keefektifan biaya menjadi penghalang keempat tertingi, banyak negara tidak

mengetahui keefektifan biaya yang dimiliki oleh m-health. Perlu dicatat bahwa

keefektifan biaya merupakan salah satu elemen sistem kesehatan yang

memerlukan sumber daya sepanjang pengoperasian biaya, infrastruktur,

pengetahuan dan ahli teknis.

2.3 E-Business

Berdasarkan definisi dari IBM (1997) e-business adala transformasi dari

proses bisnis utama melalui penggunaan teknologi Internet (Chaffey, 2009, p13).

Menurut Chaffey sendiri e-business atau electronic business adalah seluruh

pertukaran informasi yang menggunakan mediasi elektronik, baik dalam

organisasi dan dengan pemegang kekuasaan di luar organisasi yang berada dalam

cakupan proses bisnis.

2.4 E-Commerce

Pada umumnya e-commerce didefinisikan sebagai pembelian dan

penjualan melalui menggunakan Internet. Pada kenyataannya e-commerce

melibatkan tidak hanya transaksi keuangan elektronik antara pelanggan dengan

organisasi. E-commerce merupakan seluruh transaksi keuangan antara sebuah

organisasi dan pihak ketiga dengan mediasi Internet. Dengan definisi tersebut,

transaksi non-finansial seperti permintaan pelanggan akan dianggap sebagai

19  

  

bagian dari e-commerce. E-commerce difasilitasi oleh berbagai teknologi digital

yang memungkinkan komunikasi elektronik. Teknologi tersebut dapat berupa

komunikasi Internet melalui web sites dan email, atau wireless maupun mobile

dan digital television (Chaffey, 2009, pp 10-11).

2.5 Mobile Commerce

Mobile commerce indentik dengan penggunaan perangkat nirkabel seperti

telepon genggam untuk transaksi informasi dan keuangan. Menurut Chaffey

(2009, p177), mobile commerce atau m-commerce adalah komunikasi dan

transaksi elektronik menggunakan perangkat mobile seperti laptop, PDA dan

telepon genggam, biasanya menggunakan sambungan nirkabel. Keuntungan

dengan menggunakan jaringan nirkabel atau mobile adalah penggunanya dapat

mengakses dari manapun dan nyaman digunakan karena tidak memerluka

sambungan tetap seperti dengan kabel (Chaffey, 2009, p179).

2.6 Knowledge Management

Knowledge menurut Toffler (1990) adalah sumber kekuatan yang paling

berkualitas dan kunci untuk menggeser kekuatan yang menghadang di depan,

dikutip dari buku The Knowledge-Creating Company (Nonaka dan Takeuchi,

1995). Knowledge bisa disimpulkan sebagai informasi dan pengalaman yang

dimiliki oleh individu yang dapat digunakan sebagai bahan untuk berkembang

menjadi yang lebih baik.

Knowledge terdiri dari dua jenis, yaitu tacit knowledge dan explicit

knowledge. Tacit knowledge adalah pengetahuan yang sulit untuk dipindahkan

20  

atau dibagikan ke orang lain. Tacit knowledge biasanya diperoleh dari pemahaman

dan pengalaman oleh individu, dan berada dalam pikiran masing-masing individu.

Oleh sebab itu pengetahuan jenis ini sangat personal dan sulit untuk diungkapkan

atau dikomunikasikan jelas. Explicit knowledge adalah pengetahuan yang bisa

dibagikan dengan mudah. Pengetahuan jenis ini dapat didokumentasikan dengan

cara disimpan dalam database misalnya. Penyampaian explicit knowledge bisa

dilakukan dengan cara peragaan atau penjelasan. Contoh nyata dari explicit

knowledge adalah buku manual penggunaan suatu alat, prosedur memasak (bisa

berupa tulisan maupun video). Hal yang perlu diperhatikan dalam organisasi

adalah bagaimana caranya menyimpan tacit knowledge setiap individu di

organisasi ke dalam sistem pengetahuan organisasi.

Agar seluruh pengetahuan yang ada dalam individu dapat disimpan dan

disebarkan, maka dibutuhkan sesuatu yang mampu mengubah tacit knowledge

menjadi explicit knowledge. Berikut adalah SECI model (Nonaka dan Takeuchi,

1995), menggambarkan konversi dari satu jenis knowledge ke jenis lainnya.

Melalui model tersebut terdapat empat jenis penciptaan pengetahuan,

antara lain socialization, externalization, internalization dan combination,

berikut penjelasannya:

1. Socialization, adalah bentuk transfer tacit knowledge ke tacit knowledge.

Cara mentransferkan knowledge adalah dengan melakukan sosialisasi

pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki oleh individu, misalnya

dengan melakukan sharing. Seringkali model ini disebut sebagai transfer

of information.

21  

  

2. Externalization, merupakan transfer pengetahuan dari tacit knowledge ke

explicit knowledge. Pengetahuan atau pengalaman dari individu

diartikulasikan menjadi analogi, hipotesis, konsep atau model yang bisa

dimengerti oleh individu lain.

3. Combination, yaitu transfer dari explicit knowledge ke explicit knowledge.

Pada model ini, pengetahuan yang ada, dikumpulkan dalam suatu sistem

yang memanajemen pengetahuan untuk dikombinasikan sehingga dapat

memunculkan pengetahuan yang baru, misalnya dengan diskusi dalam

meeting.

4. Internalization, adalah transfer pengetahuan dari explicit knowledge

menjadi tacit knowledge. Pengetahuan yang ada pada individu yang

diperoleh melalui tiga model sebelumnya diimplementasikan, sehingga

individu tersebut mendapatkan pembelajaran atau pengalaman, kemudian

didokumentasikan ke dalam sistem. Seringkali transfer jenis ini disebut

learning by doing. Agar pengetahuan yang ada dalam individu dapat

dibagikan ke individu yang lain dibutuhkan knowledge management

(KM). Pengetahuan akan menjadi lebih berguna jika dapat dibagikan,

digunakan dan bermafaat bagi penggunanya.

2.7 SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

SWOT merupakan kependekan dari strength (kekuatan), weakness

(kelemahan), opportunity (peluang), threat (ancaman). Analisis SWOT

merupakan alat bisnis yang popular selama bertahun-tahun. Kebanyakan

perencana bisnis setuju bahwa analisis SWOT harus dikerjakan pada awal proses

22  

perencanaan (Blake, et.al, 2005, p1). Analisis SWOT merupakan proses paling

umum dalam perencanaan strategis, menyediakan kerangka untuk

mengkategorikan luasnya berbagai masukan dari ahli teknis, keuangan dan ahli

lainnya dalam memfasilitasi pengambilan keputusan. Analisis ini menyediakan

gambaran yang baik untuk meninjau dan mengukur strategi, posisi dan arah

perusahaan atau bisnis (Theofilidi dan Vougiouklakis, 2009, p3).

Dikutip dari Blake, et.al (2005, p1), analisis SWOT berfungsi untuk

analisis kekuatan dan kelemahan dari internal serta peluang dan ancaman dari

eksternal untuk operasi. Elemen pertama, kekuatan menggambarkan kekuatan dari

operasi, misalnya menjadi produsen dengan harga rendah. Elemen internal lainnya

dari SWOT adalah kelemahan. Pemeriksaan kelemahan meliputi identifikasi

operasi mana yang tidak berjalan dengann baik. Elemen eksternal pertama dari

SWOT adalah peluang. Peluang meliputi situasi yang menguntungkan dalam

lingkungan bisnis, dimana operasi dapat mengambil keuntungan. Penting untuk

diketahui bahwa seluruh operasi memiliki beberapa peluang, mampu

mengidentifikasi peluang-peluang tersebut menunjukkan analisis yang baik.

Elemen terakhir dari analisis SWOT adalah ancaman eksternal yang dihadapi oleh

operasi. Dengan mengesampingkan ukuran profitabilitas, seluruh operasi

menghadapi ancaman. Ancaman tersebut dapat beragam seperti hubungan penting

yang tidak berjalan dengan baik. Apapun ancamannya, operasi harus memiliki

perencanaan untuk menyelesaikan masalahnya. 

 

y

m

(

Gam

yang dipert

memperjelas

(2007, p3) m

1. K

2. K

3. P

m

4. P

m

5. K

6. K

Gambar

mbar 2.3 me

timbangkan

s perbedaan

memaparkan

Kekuatan dan

Kekuatan dan

Peluang dan

mendatang.

Peluang dan

meliputi fakt

Kekuatan dan

Kelemahan d

r 2. 3: Diagr

enunjukkan

dalam me

n dari masin

observasiny

n kelemahan

n kelemahan

n ancaman

n ancaman b

tor internal.

n peluag me

dan ancaman

ram SWOT

deskripsi m

elakukan an

ng-masing el

ya sebagai be

n menggamb

n biasanya b

menggamb

biasanya ber

erupakan fak

n merupakan

(Smawfield

masing-masin

nalisis deng

lemen analis

erikut:

barkan situas

ersifat intern

arkan kead

rsifat ekster

ktor positif.

n faktor nega

d, 2007)

ng dari seti

gan SWOT

sis SWOT,

si pada masa

nal.

aan pada m

rnal, tetapi

atif.

23

iap elemen

T. Untuk

Smawfield

a sekarang.

masa akan

dapat juga

24  

Menurut Pearce dan Robinson (2008) dari diagram SWOT dapat dibagi menjadi

kuadran-kuadran. Kuadaran pertama adalah kuadran Strength-Opportunity (SO),

kemudian kuadran Strength-Threat (ST), selanjutnya kuadran Weakness-

Opportunity (WO) dan terakhir adalah Weakness-Threat (WT). Kuadran SO

menyatakan tanggapan strategis untuk mencoba memanfaatkan peluang utama.

Pada kuadran ST menggambarkan kekuatan yang diidentifikasi untuk menghadapi

ancaman atau situasi yang kurang menguntungkan. Selanjutnya di kuadran WO

menggambarkan bahwa perusahaan menghadapi peluang yang ada, namun

terhadap dengan kelemahan yang dimilikinya. Terakhir adalah kuadran WT

merupakan situasi yang paling tidak menguntungkan, karena perusahaan

mendapatkan ancaman besar dari lingkungan karena memiliki sumber daya yang

lemah.

2.8 Segmentation, Targeting dan Positioning

Segmentation dan targeting merupakan proses yang digunakan marketers

untuk mengidentifikasi pelanggan yang sesuai dengan produk atau jasa yang

dihasilkan oleh perusahaan mereka (Bygrave dan Zacharakis, 2007, p169). Masih

menurut Bygrave dan Zacharakis Segmen merupakan kelompok pelanggan yang

didefinisikan dengan karakteristik tertentu yang dapat bersifat demografis,

psikografis atau behavioral. Karakterisitik demografis meliputi usia, pendidikan,

jenis kelamin dan penghasilan. Karakteristik psikografis meliputi penggambaran

seperti, aktif, individualis, pengambil resiko dan time-pressured. Terakhir

karakteristik behavioral meliputi sifat pelanggan seperti brand loyalty dan

kemauan untuk mengadopsi produk baru.

25  

  

Targeting membandingkan segmen yang telah didefinisikan, kemudian

memilih yang paling menarik untuk dijadikan target utama. Penentuan target pasar

penting karena akan mengarahkan bisnis dalam menentukan strategi pemilihan

pelanggan. Segmen yang menarik dapat diukur dari jumlahnya, growth rate dan

potential profit. Keputusan targeting harus merefleksikan tujuan jangka panjang

dan kapabilitas perusahaan. Positioning berkaitan dengan pandangan rival dan

pelanggan mengenai produk yang dimiliki. Biasanya positioning meggambarkan

apa yang ditawarkan oleh perusahaan yang terkait pada atribut yang dimiliki oleh

produk tersebut, misalnya saja harga, kualitas dan kenyamanan.

2.9 Marketing Mix

Marketing mix atau bauran pemasaran adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan kombinasi taktik yang digunakan bisnis untuk mencapai

tujuannya dengan memasarkan produk atau jasanya dengan efektif kepada

pelanggan atau kelompok tertentu (CIM, 2009, p2). Hal tersebut penting karena

bisnis perlu memastikan bahwa pemasaran mereka telah mencapai kombinasi

yang sesuai dan tepat antara produk, orang (konsumen), harga, lokasi dan waktu.

Seperti dikutip dari Rafiq dan Ahmed (1995), versi popular dari konsep bauran

pemasaran adalah 4P (product, place, price dan promotion) yang dipopulerkan

oleh McCarthy (1964). Menurut Rafiq dan Ahmed, 4P memiliki kelebihan sebagai

berikut:

1. Sederhana dan mudah dimengerti

2. Mudah diingat

3. Alat pengajaran yang baik, terutama untuk mengenalkan pemasaran

26  

4. Hemat

5. Sangat berguna sebagai kerangka konsep

6. Mampu beradaptasi pada berbagai masalah

Selain memiliki kelebihan, ternyata menurut Rafiq dan Ahmed, 4P juga memiliki

kelemahan sebagai berikut:

1. Terlalu sederhana, tidak cukup luas cakupannya

2. Kurang partisipan dan proses

3. Kuranganya hubungan / integritas antar variabel

4. Kurangnya relasi pemasaran

Berikut akan dijabarkan masing-masing elemen dari 4P sesuai dengan paparan

dari CIM (2009, pp 2-4). Elemen pertama dari 4P adalah product (produk),

dimana pada bagian ini untuk mengidentifikasi, mengantisipasi dan memuaskan

kebutuhan pelanggan. Produk dan jasa diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

pelanggan. Caranya adalah dengan mengadakan riset dan menggunakan sistem

yang berfungsi untuk mengumpulkan feedback dari pelanggan. Elemen kedua

adalah place (tempat), yang berarti distibusi dari produk bergantung pada jenis

produk atau jasa yang dipasarkan. Pemilihan tersebut akan mempengaruhi

keputusan dalam pemberian harga dan jenis promosi yang digunakan. Selanjutnya

adalah elemen harga (price), dimana ada beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan, sebagai berikut:

1. Target konsumen yang diharapkan membeli produk atau jasa. Jangan

mengatur harga terlalu rendah ataupun terlalu tinggi.

2. Biaya apa saja yang diperlukan untuk menyediakan atau meproduksi.

3. Berapa harga yang ditawarkan competitor.

27  

  

Elemen terakhir adalah promotion, atau promosi yang dapat terdiri dari 5 jenis,

yaitu pengiklanan, promosi penjualan, relasi publik, pemasaran langsung dan

penjualan personal. Pemasaran dapat dikombinasikan satu sama lain, hanya saja

bergantung pada anggaran yang dimiliki dan pesan yang ingin disampaikan

kepada target (konsumen).

Selain 4P tersebut CIM juga ada membahas elemen lainnya dalam bauran

pemasaran, yaitu people, process dan physical evidence. People yang dimaksud

adalah orang-orang yang bekerja di organisasi yang akan menentukan kualitas

dari jasa yang akan diterima oleh pelanggan. Karyawan yang bahagia, ahli dan

termotivasi akan membuat pelanggan bahagia juga. Kemudian mengenai proses

yang ada dalam penyampaian produk atau jasa kepada pelanggan. Proses tersebut

dapat mempengaruhi persepsi pelanggan kepada penyedia produk atau jasa. Ada

empat hal yang sebaiknya diperhatikan mengenai elemen proses ini, antara lain:

1. Melihat pada keseluruhan proses yang ada dalam penyampaian produk

ke pelanggan. Identifikasi apakah ada tahapan yang mengakibatkan

keterlambatan? Bagaimana cara meningkatkannya?

2. Apakah pelanggan tetap mendapatkan informasi mengenai apa yang

sedang terjadi?

3. Apakah karyawan memegang janji yang telah mereka berikan kepada

pelanggan?

4. Sebagaimana efektif penanganan komplain pelanggan yang dimiliki?

Terakhir adalah elemen physical evidence, yaitu istilah yang digunakan untuk

menggambarkan gambaran bisnis yang dimiliki melalui bentuk fisik, misalnya

saja gedung, penampilan karyawan, dsb. Hal tersebut muncul ketika pelanggan

28  

tidak

menila

2.10

Model

harus

mengi

setiap

menur

1.

bisa menye

ai melalui im

Five For

G

Model five

l yang dibua

menemukan

indentifikasi

pasar (Reck

rut Recklies

Bargaining

Yang dim

dibutuhkan

tergantung

entuh apapu

mage yang ad

rces

Gambar 2. 4

e forces dik

at oleh Porte

n peluang dan

lima kekua

klies, 2001,

(2001, pp 2-

g power of s

aksud oleh

n untuk men

g dengan pe

un dari apa

da.

4: Five forc

kenalkan ole

er berlandask

n ancaman

atan kompeti

p1). Penjab

-4) adalah se

uppliers (ke

pemasok di

nyediakan p

emasok dap

yang akan

es (Recklies

eh Michael

kan pandang

dalam lingk

itif yang me

baran lima k

ebagai beriku

ekuatan pema

isini adalah

roduk atau j

pat mengura

mereka be

s, 2001, p2)

E. Porter p

gan strategi

kungan luar o

embentuk se

kekuatan ko

ut:

asok)

seluruh sum

jasa. Hubun

angi pilihan

eli, mereka

 

pada tahun 1

perusahaan

organisasi. P

etiap industr

ompetitif ters

mber daya

ngan yang te

n strategis u

akan

1980.

yang

Porter

i dan

sebut

yang

erlalu

untuk

29  

  

organisasi. Kekuatan pemasok cenderung kuat dalam kondisi seperti

dibawah ini:

1. Pasar didominasi oleh sedikit pemasok besar.

2. Tidak ada substitusi untuk pemasok tersebut.

3. Biaya untuk pindah pemasok tinggi.

2. Bargaining power of customers (kekuatan pelanggan)

Kekuatan pelanggan menentukan seberapa besar pelanggan dapat

memaksakan tekanan pada marjin dan volume. Kekuatan pelanggan

cenderung tinggi ketika:

1. Pembelian dalam jumlah besar.

2. Produk tidak terdiferensiasi dan dapat digantikan oleh banyak

substitut.

3. Perpindahan produk relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya yang

relatif tinggi.

4. Pelanggan memiliki marjin yang rendah dan sensitif terhadap harga.

5. Pelanggan dapat menghasilkan produk tersebut.

6. Pelanggan mengetahui biaya produksi produk.

3. Threat of new entrants (Ancaman pendatang baru)

Kompetisi dalam sebuah industri akan menjadi lebih tinggi, lebih mudah

bagi perusahaan lain untuk memasuki industri yang sama. Ancaman dari

pendatang baru dapat bergantung pada sejauh mana hambatan untuk

masuk, biasanya sebagai berikut:

1. Skala ekonomi (persyaratan minimum untuk operasi yang dapat

menguntungkan)

30  

2. Tingginya biaya investasi awal dan biaya tetap.

3. Kesetiaan terhadap merek oleh pelanggan.

4. Perlindungan terhadap properti intelektual seperti paten, lisensi, dan

sebagainya.

5. Kelangkaan sumber daya yang penting.

6. Akses bahan mentah yang dikuasai oleh pemain yang telah ada.

7. Jalur distribusi dikendalikan oleh pemain yang telah ada.

8. Pemain yang telah ada memiliki hubungan yang dekat dengan

pelanggan, misalnya dengan kontrak jangka panjang.

9. Biaya pergantian yang tinggi bagi pelanggan.

10. Tindakan hukum dan pemerintahan.

4. Threat of substitutes (Ancaman dari substitusi)

Ancaman dari substitusi ada ketika tersedia produk alternatif yang lebih

murah harganya atau performanya lebih baik dengan fungsi yang sama.

Mereka berpotensi untuk menarik jumlah volume pasar yang cukup berarti

dan dapat mengurangi volume penjualan potensial untuk pemain yang

telah ada. Kategori ini dapat termasuk juga produk pelengkap

(komplemen). Mirip dengan ancaman terhadap pendatang baru, ancaman

dari subsitusi dapat ditentukan oleh faktor seperti:

1. Kesetiaan terhadap merek oleh pelanggan.

2. Hubungan yang dekat dengan pelangga.

3. Harga performa produk pengganti.

4. Tren pada saat ini.

31  

  

5. Competitive rivalry between existing players (persaingan antara pemain

yang sudah ada)

Kekuatan ini menggambarkan intensitas persaingan antara pemain yang

telah ada dalam suatu industri. Tekanan kompetisi yang tinggi

menghasilkan penekanan pada harga, marjin dan profit bagi setiap

perusahaan dalam industri. Kompetisi antara pemain yang telah ada

cenderung tinggi ketika:

1. Terdapat banyak pemain dangan ukuran yang hampir sama.

2. Para pemain memiliki strategi yang mirip.

3. Tidak terdapat terlalu banyak diferensiasi antar pemain dan produknya,

cenderung banyak kompetisi harga.

4. Laju pertumbuhan pasar rendah.

5. Penghalang untuk keluar tinggi, misalnya perlengkapan yang sangat

khusus dan mahal.

2.11 Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah proses penciptaan ide bisnis dan kemauan untuk

mengambil resiko dalam membuat, mengatur dan mengelola bisnis. Orang yang

mengatur, mengelola dan menanggung resiko dalam memulai bisnis disebut

dengan pengusaha. (Madura, 2007, p9). Madura dalam bukunya juga menyatakan

bahwa pengusaha memiliki upaya untuk mengidentifikasi peluang bisnis. Ketika

mereka menemukan suatu peluang bisnis, mereka akan berupaya untuk

mengivestasikan uang mereka untuk menciptakan bisnis tersebut. Pada saat

mereka melakukan investasi bisnis baru, mereka menghadapi resiko bahwa

32  

keuntungan dari bisnis tersebut mungkin tidak setinggi yang diharapkan, dan ada

kemungkinan juga bisnis tersebut memiliki pengeluaran yang melebihi

pendapatannya.

Pengusaha menyadari bahwa jika mereka terlalu melebihkan potensi

keuntungan dari bisnis tersebut atau tidak dapat mengelola bisnisnya, maka akan

menghadapin kehilangan modal yang diinvestasikan. Untuk mengurangi resiko

tersebut, pengusaha harus berhati-hati dan realistis sebelum memutuskan untuk

menginvestasikan modal mereka dalam menciptakan suatu bisnis yang baru.

Pengusaha yang dapat mengembangkan ide bisnis dengan baik dan dapat

melayani kebutuhan konsumen serta dapat mengelola bisnis secara efisien akan

mendapat penghargaan berupa keuntungan yang besar (Madura, 2007, pp 10-11).

Orang-orang tidak terlahir langsung sebagain pengusaha. Untuk menjadi

seorang pengusaha merupakan sebuah pilihan bagi orang yang tidak ingin bekerja

menjadi karyawan. Menjadi pengusaha ada kelebihan dan kekurangannya masing-

masing menurut Madura (2007, pp 193-194). Berikut ini akan dipaparkan

kelebihan dengan menjadi seorang pengusaha, antara lain:

1. Sebagai pengusaha memiliki kemungkinan untuk mendapatkan

penghasilan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan bekerja atau

menjadi karyawan.

2. Dengan menjadi pengusaha bisa menjadi atasan bagi diri sendiri dan

menjalakan bisnis dengan cara yang diinginkan.

3. Karena yang mengendalikan adalah diri sendiri, tidak perlu khawatir

akan ditindas oleh atasan atau dipecat.

33  

  

4. Mengerjakan bisnis sendiri akan memberikan kepuasan terhadap apa

yang telah dibuat, dan membuat diri lebih giat bekerja karena hasilnya

akan terasa secara langsung, yaitu mendapatkan keuntungan yang lebih

tinggi dari bisnis.

Selain kelebihan yang telah disebutkan diatas, berikut adalah kekurangan dengan

menjadi seorang pengusaha, antara lain:

1. Pengusaha mungkin dapat mengalami kerugian besar, bahkan dapat

kehilangan seluruh investasi dalam bisnis.

2. Walaupun pengusaha sendiri yang mengendalikan bisnis, pengusaha

harus memastikan bawa fungsi-fungsi pada bisnis telah benar. Selain

meskipun pengusaha yang berkuasa atas bisnisnya, tidak boleh

melewati pekerjaan sesuka hatinya. Pendapatan bisnis bergantung pada

seberapa baik bisnis tersebut dikelola setiap harinya.

3. Pengusaha sebagai pemilik bisnis tidak mungkin untuk dipecat, namun

memiliki kemungkinan untuk kehilangan sumber penghasilan jika

bisnisnya gagal.

Pada umumnya, pengusaha cenderung memiliki karakteristik tertentu yang

membedakan dirinya dengan orang lain. Mungkin karakteristik seorang pengusaha

ada banyak dan beragam, namun berikut ini adalah profil pengusaha menurut

Madura (2007, pp 194-195) yang dominan:

1. Memiliki toleransi terhadap resiko: Pengusaha bersedia untuk

menerima resiko kehilangan investasinya.

2. Kreativitas: Pengusaha mengenali cara-cara untuk meningkatkan

kepuasan pelanggan mereka, dapat mendeteksi kebutuhan pelangga

34  

akan suatu produk atau layanan yang tidak tersedia, kemudia

berusahan untuk memenuhi kebutuhan akan produk atau jasa tersebut.

Kemungkinan lainnya adalah pengusaha menemukan bahwa produk

atau jasa yang telah ada memiliki kelemahan dan berusaha

memperbaiki kelemahan tersebut.

3. Inisiatif: Pengusaha harus bersedia mengambil inisiatif untuk membuat

ide-ide mereka menjadi kenyataan. Mereka dapat mengenali tantangan

dan beradapan langsung dengan tantangan tersebut. Agar dapat

memiliki inisiatif pengusahan harus gigih dan memiliki ambisi.

Seluruh karakteristik tersebut dibuthkan dalam menjadi seorang pengusaha.

Memiliki toleransi terhadap resiko diperlukan dalam berinvestasi pada bisnis yang

baru. Kreativitas diperlukan tidak hanya pada saat penciptaan ide bisnis, namun

dapat juga digunakan dalam mendeteksi produk baru yang akan dikembangkan

serta untuk mengiklankan produk. Kreativitas juga diperlukan dalam memperluas

lini produk bisnis dan bersaing dengan perusahaan lain yang memproduksi produk

sejenis. Inisiatif dan ambisi diperluka untuk memperoleh informasi sebelum

membuat keputusan mengenai dimana tempat untuk memproduksi, berapa banyak

akan diproduksi, bagaimana promosinya dan cara mendapatkan pembiayaannya.

2.12 Business Plan

Sebuah business plan merupakan sebuah dokumen tertulis yang

merincikan usaha atau bisnis yang diusulkan. Perencanaan tersebut harus

menggambarkan status pada saat ini, kebutuhan yang diharapkan dan hasil yang

diproyeksikan dari bisnis baru. Setiap aspek dari bisnis perlu dicakup, proyek,

35  

  

pemasaran, riset dan pengembangan, manufaktur, manajemen, resiko kritis,

pendanaan, dan milestone atau penjadwalan. Business plan merupakan peta jalan

bagi pengusaha agar perusahaanya sukses (Kuratko dan Hodgetts, 2007, p351).

Menurut Kuratko dan Hodgetts (2007, pp 353-354), bagi pengusaha

business plan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Waktu, usaha, penelitian dan disiplin dibutuhkan untuk menyusun

business plan mendorong pengusaha untuk melihat usaha tersebut secara

kritis dan objektif.

2. Analisis kompetitif, ekonomi dan keuangan termasuk dalam subyek

business plan pengusaha untuk menutup pengawasan asumsinya mengenai

keberhasilan usaha.

3. Karena seluruh aspek usaha harus terdapat dalam perencanaan, pengusaha

mengembangkan dan memerika strategi operasi dan hasil yang diharapkan

untuk evaluator luar.

4. Business plan mengkuantifikasi tujuan, menyediakan tolak ukur untuk

membandingkan perkiraan dengan hasil yang sebenarnya.

5. Business plan menyediakan pengusaha sebuah alat komunikasi untuk

menuntun usaha menuju kesuksesan.

Selain memiliki manfaat bagi pengusaha, business plan juga memiliki

manfaat bagi sumber pendana yang membacanya, antara lain:

1. Business plan menyediakan rincian potensi pasar dan perencanaan untuk

mengamankan pangsa pasar tersebut.

36  

2. Melalui laporan keuangan prospektif, business plan menggambarkan

kemampuan bisnis untuk membayar hutang atau memberikan

pengembalian yang memadai kepada ekuitas.

3. Perencanaan mengidentifikasi resiko kritis dan peristiwa penting dengan

membahas rencana darurat yang memberikan kesempatan untuk

keberhasilan usaha.

4. Dengan menyediakan gambaran yang komprehensif dari seluruh operasi,

business plan memberikan sumber keuangan yang jelas, dokumen singkat

yang berisi informasi yang diperlukan untuk bisnis dan evaluasi keuangan.

5. Untuk sumber pendana yang tidak memiliki pengetahuan dari pengusaha

atau usaha, business plan menyediakan panduan yang berguna untuk

menilai kemampuan pengusaha individu dalam hal perencanaan dan

kemampuan manajerial

2.13 Pembiayaan Usaha

Menurut McKeever (2011, pp 51-59), kebanyakan pada saat memulai

bisnis, modal didapatkan dari tujuh sumber daya yang tersedia. Ketujuh sumber

daya tersebut jika diurutkan berdasarkan frekuensinya adalah sebagai berikut:

1. Simpanan orang yang memulai usaha

Kebanyakan usaha dibiayai melalui simpanan pribadi. Jika melakukan

pembiayaan dengan metode ini, tidak perlu khawatir akan kewajiban untuk

membayar pinajaman atau membuat investor senang.

37  

  

2. Uang dari teman dekat dan saudara

Bantuan yang diberikan dapat berupa hadiah, pinjaman atau investasi

berupa ekuitas. Perbedaan besarnya tampak dari ketersediaan uang dan

bunga pinjaman atau pengembalian investasi. Selain itu ada alternative

pinjaman, yaitu pinjaman hybrid, dimana peminjam memberikan pinjaman

dengan bunga yang rendah atau tanpa bunga sama sekali dan memberitahu

bahwa bisa dikembalikan ketika sudah mampu.

3. Melakukan pengecekan kebutuhan kas dan melakukan pemotongan biaya

Kurangi pengeluaran untuk hal-hal yang kurang atau tidak penting.

Caranya mungkin bisa memulai bisnis di rumah atau meminjam peralatan

mahal yang telah dimiliki oleh bisnis yang telah ada daripada membelinya.

4. Menjual atau menjaminkan aset

Cara lain untuk mendapatkan uang adalah dengan yang telah ada atau

menjaminkannya. Perlu diingat bahwa dengan meminjamkan menjual aset,

maka pemberi pinjaman akan mendapatkan hak milik atas aset tersebut.

Aset akan dikembalikan jika seluruh uang pinjaman telah dikembalikan

beserta dengan bunganya. Jika gagal melunasi pinjaman beserta bunganya,

maka pemberi pinjaman akan mengambil aset tersebut.

5. Uang dari pendukung atau pihak lain yang tertarik pada bisnis yang dibuat

Banya jenis bisnis memiliki pengikut yang setia. Pelanggan yang peduli

terhadap bisnis seperti pemilik bisnis itu sendiri. Konsumen tersebut

bersedia mendukung pemilik bisnis dengan kondisi yang berbeda

dibandingkan dengan investor komersil.

38  

6. Pinjaman dari bank

Bank selalu ingin melihat business plan yang digunakan untuk pengajuan

peminjaman. Mereka menarik perhatian pemilik tabungan untuk menaruh

deposit, dan menggunakan deposit tersebut untuk dipinjamkan kepada

pencari dana. Ketika mereka meminjamkan dana, mereka memberikan

bunga yang cukup untuk memenuhi biaya pendanaan mereka dan

menghasilkan keuntungan. Setiap transaksi yang dibuat dengan bank akan

menjadi pinjaman dan memiliki jadwal pembayaran. Bank meminimalkan

resiko dengan memastikan peminjamnya memiliki aset yang cukup untuk

membayar mereka kembali, walaupun bisnis yang dikembangakn sedang

buruk.

7. Venture capital

Seorang venture capitalist adalah orang yang menginvestasikan uang

dalam bentuk ekuitas dalam sebuah bisnis dengan harapan mendapatkan

profit di masa mendatang. Venture capitalist amatir bertaruh kepada ide

pengusaha untuk ekspansi atau bisnis baru. Mereka menginvestasikan

uang dengan harapan dapat memperkaya diri mereka. Pengusaha perlu

untuk menunjukkan pada calon investor bagaimana investor akan

mendapatkan keuntungan dengan berinvestasi ke dalam bisnis yang

dimiliki.

McKeever menyarankan agar meminjam uang separuh dari jumlah yang

diperlukan, terutama pada saat memulai bisnis yang baru. Jika pada tahap

memperluas bisnis yang telah ada, pastikan bahwa pembayaran kas dapat

ditangani dengan baik yang dimana penting untuk pembayaran pinjaman.

39  

  

Biasanya meminjam terlalu banyak lebih membahayakan daripada meminjam

terlalu sedikit. Jika menghadapi situasi dimana harus meningkatkan jumlah kas,

sebaiknya melakukan penjualan aset daripada melakukan peminjaman (Mckeever,

2011, p60).

2.14 Business Model (Model Bisnis)

  Menurut Bygrave dan Zacharakis (2007, p126), setiap perusahaan

memiliki model bisnis yang terdiri dari dua komponen, yaitu revenue model dan

cost model. Revenue model merincikan seluruh sumber pendapatan yang dimiliki

oleh bisnis. Pendapatan tersebut dapat digolongkan menjadi kategori. Semakin

banyak kategori yang dimiliki, maka semakin banyak pula informasi yang dapat

diperoleh mengenai bagaimana performa bisnis yang dimiliki. Cost model

mengidentifikasi bagaimana pengeluaran dari sumber daya yang dimiliki untuk

menghasilkan uang. Termasuk di dalamnya adalah cost of goods sold (COGS) dan

biaya operasi. Pada dasarnya model bisnis direpresentasikan dengan income

statement. Dengan memahami model bisnis yang dimiliki akan membantu

pengusaha dalam membuat keputusan yang mengarahkan kepada kondisi dimana

revenue yang didapat bisa lebih besar walaupun dengan biaya yang lebih rendah,

2.15 Arus Kas

Sebuah perusahaan memerlukan kas untuk menjalankan bisnisnya. Tanpa

adanya kas, maka tidak akan ada bisnis. Laporan arus kas berfungsi untuk

mengawasi bagian penting ini. Menurut Bygrave dan Zachakarakis (2007, p311),

laporan arus kas berisikan transaksi yang melibatkan kas. Hal yang paling sering

40  

membingungkan adalah bagaimana cara menyusun laporan arus kas. Pertama

dimulai dari baris bawah (laba) pada laporan laba-rugi, dan dikerjakan secara

backward, menghilangkan seluruh transaksi yang tidak bersifat kas. (Bygrave dan

Zachakarakis, 2007, p312). Laporan laba rugi juga merincikan apapun yang telah

dibayarkan secara kas, walaupun barang atau jasa tersebut belum digunakan pada

periode yang bersangkutan. Setelah melakukan penyesuain tersebut, maka dari

laporan arus kas akan didapatkan penyajian transaksi yang murni bersifat kas.

2.16 Build-Up Method

  Menurut Bygrave dan Zachakarakis (2007, pp 312-314), para ilmuwan

menemukan sugesti bahwa orang membuat keputusan lebih baik dengan

memecahkan masalah menjadi keputusan-keputusan yang lebih kecil. Ketika

memikirkan mengenai proses perencanaan bisnis, maka akan muncul rentetan

pertanyaan yang membantu untuk menjawab sebuah pertanyaan besar, yaitu

apakah bisnis tersebut merupakan peluang yang menarik? Kemudian dilakukanlah

evaluasi industri dari bisnis tersebut, kompetisinya, pelanggannya, dan

sebagainya. Berdasarkan analisis tersebut, akan didapatkan keputusan apakah

bisnis akan dijalankan atau tidak. Salah satu proses analisis bisnis adalah dengan

menyusun laporan keuangan (pro-forma). Pada metode build-up, akan dirincikan

apa yang menjadi sumber penghasilan dalam keseharian bisnis. Selanjutnya nilai

tersebut akan dikalikan dengan jumlah hari bisnis berjalan dalam setahun, untuk

mendapatkan pendapatan tahunan. Hal yang sama juga diaplikasikan untuk biaya.

Mencatat pendapatan dan biaya dengan basis harian akan membantu dalam

memberikan proyeksi keuangan tahunan yang lebih realistis.

41  

  

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi seluru sumber

pendapatan. Tahap kedua adalah mengidentifikasi seluruh biaya. Setelah

mendapatkan setiap bagian komponennya, tahap selanjutnya adalah memikirkan

seberapa banyak pendapatan yang dapat dihasilkan dalam waktu satu tahun.

Berikut adalah checklist yang diperlukan dalam metode build-up:

1. Mengidentifikasi seluruh sumber pendapatan

2. Menentukan pendapatan pada “typical day”

3. Memahami revenue driver yang dimiliki

1. Seberapa banyak pelanggan yang akan dilayani

2. Seberapa banyak mereka akan membayar untuk setiap produk

3. Seberapa sering mereka akan membeli

4. Memvalidasi asumsi revenue driver

1. Riset utama (berbicara kepada pelanggan, menghadiri trade show,

dan sebagainya)

2. Riset sekunder (laporan industri, laporan perusahaan, dan

sebagainya)

5. Mengkombinasikan kembali, mengalikan pendapatan “typical day” dengan

jumlah hari dalam setahun.

6. Menentukan cost of goods sold (COGS) untuk “typical day”

7. Mengkombinasikan kembali, mengalikan COGS dengan jumla hari dalam

setahun

8. Menentukan pengeluaran operasi dengan time frame yang paling tepat

9. Memperjelas biaya operasi

10. Menyusun preliminary income statement