bab ii landasan teoridigilib.polban.ac.id/files/disk1/155/jbptppolban-gdl... · 2018. 1. 12. ·...
TRANSCRIPT
II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjaun Pustaka
2.1.1. Pengukuran Getaran
Pengujian getaran pada kompresor lobe kembar sudah pernah dilakukan oleh
Malikwade Gomatesh V. dengan judul “Design Optimazion for Vibration Level
Root Blower With No Load Condition” yang menggunakan alat pengujian
Vibration accelerometer. Pengujian getaran tersebut dilakukan untuk mengurangi
getaran yang terjadi pada kompresor salah satunya dengan mengatur mounting
kompresor tersebut sehingga kinerja kompresor dapat ditingkatkan. Dalam
pengujian getaran tersebut, didapatkan sebuah kesimpulan bahwa getaran dapat
dikurangi dengan baik dengan menggunakan flat pad arrangement dibandingkan
dengan menggunakan rigid frame arrangement, flexible arrangement atau buffer
pad arrangement. [12]
Pengujian getaran juga sudah pernah dilakukan oleh Yasir Afai Lubis yang
berjudul “Karakteristik Getaran dan Efesiensi Kompresor Torak Akibat Perubahan
Profil pada Valve Seat Sisi Discharge”. Dalam pengujiannya dapat disimpulkan
bahwa:
- Pada umumnya, terjadi perbaikan pola getaran dengan pengurangan kedalaman
pada profil valve seat sisi tekan.
- Level getaran akan lebih tinggi jika pengurangan kedalaman yang dilakukan
sebesar 2mm.
- Pada umumnya terjadi peningkatkan level getaran akibat peningkatan beban
kerja kompresor. [13]
Pengujian getaran pada kompresor lobe kembar sudah pernah dilakukan oleh
Putra Sion Parulian Siagian dalam tugas akhir yang berjudul “Analisis Karakteristik
II-2
Getaran pada Kompresor lobe Kembar karena Variasi Putaran, Beban dan
Gangguan Surging”, dari tugas akhir ini didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Semakin besar pembebanan kompresor lobe kembar maka semakin tinggi pula
amplitudo getaran yang dihasilkan pada rentang 0-600 Hz dikarenakan tekanan
kompresor bertambah.
2. Sinyal getaran atau time domain bedasarkan variasi pembebanan dengan cara
mengatur penutupan katub buang pada kondisi tertutup 400 lebih dominan
dibandingkan dengna penutupan katup buang pada kondisi 00 dan 200.
3. Amplitudo getaran yang mengalami peningkatan pada spectrum getaran atau
frequency domain berdasarkan variasi pembebanan terjadi pada frekuensi
fundamental kompresor ke tujuh. [9]
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Kompresor Lobe Kembar
2.2.2.1. Pengertian Kompresor Lobe Kembar
Kompresor lobe adalah jenis positive displacement compressor dengan double
rotors. Ada dua jenis tipe kompresor lobe, yaitu twin lobe root compressor dan
three lobe root compressor. Kompresor jenis positive displacement menghisap
udara luar tanpa ada perubahan volume. Rotor yang berbentuk roda gigi tersebut
disebut sebagai impeller. Proses penekanan udara atau gas pada kompresor lobe
kembar berasal dari rotor tipe gigi yang saling interlocking. Kompresor lobe
merupakan salah satu mesin fluida yang berfungsi untuk menaikkan tekanan udara.
Gambar II. 1. Klasifikasi Kompresor [2]
II-3
Blower adalah bagian dari kompresor, perbedaannya adalah dari tekanannya.
Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Kompresor, jika tekanannya > 1 kg/cm2 (98kPa), jenisnya aksial, radial, dan
turbo
2. Blower, jika tekanannya 9800 Pa s.d 98kPa, jenisnya aksial, radial, sentrifugal,
turbo, dan root (lobe)
3. Fan, jika tekanannya kurang dari 9800 Pa jenisnya aksial, sudu banyak, radial,
dan turbo.
2.2.1.2. Bagian-bagian Kompresor Lobe Kembar
Bagian-bagian kompresor lobe kembar ditunjukan seperti gambar berikut:
Gambar II. 2. Bagian-bagian Kompresor Lobe Kembar
Keterangan:
1. Head Plate gear end 11. Dowel pin 21. Gear box
2. Cylinder 12. Foot
3. Impeller driven 13. Lip seal
4. Impeller drive 14. Washer wavy spring
5. Driven shaft 15. Bearing GE & DE
6. Drive shaft 16. Gears
7. Head plate drive end 17. Clamp plate
8. Bearing GE & DE 18. Gear nut
II-4
9. Drive seal 19. Gasket
10. Bearing DE drive 20. Breather
2.2.1.3. Prinsip Kerja Kompresor Lobe Kembar
Twin lobe compressor adalah kategori kompresor perpindahan positif.
Kompresor terdiri dari sepasang rotor dengan profil involute yang berputar dalam
sebuah casing berbentuk oval, yang pada ujungnya ditutup dengan pelat. Lobe
pertama adalah penggerak, yang digerakan oleh sepasang roda gigi dengan rasio
sama. Dengan demikian, kedua lobe berputar pada kecepatan yang sama tetapi
dengan arah yang berlawanan.
Gambar II. 3. Prinsip Kerja Kompresor Lobe Kembar
Karena rotor berputar, udara dihisap kesisi inlet silinder dan keluar sisi outlet
terhadap tekanan sistem. Udara yang keluar tidak dapat mengalir kembali karena
celah yang kecil didalam mesin, kecuali dengan jumlah yang sangat kecil yang
sering disebut “SLIP”. Tidak ada perubahan volume udara di dalam mesin karena
udara hanya dipindahkan dari awal bagian sisi hisap sampai akhir bagian sisi tekan,
melawan tekanan pada sistem discharge sehingga tidak terjadi kompresi di dalam
mesin.
Karena lobe berputar dalam casing dengan celah yang terbatas, tidak ada
pelumasan yang diperlukan. Dengan demikian udara yang dialirkan 100% bebas
II-5
pelumas. Kompresor tersebut memiliki kecepatan alir yang konstan pada bagian
discharge dan debit yang dihasilkan tergantung pada kecepatan operasi.
Di bawah ini adalah karakteristik twin lobe compressor:
1. Debit/aliran udara tergantung pada kecepatan operasi.
2. Daya input tergantung pada tekanan total di seluruh mesin.
3. Tekanan pada sisi suction dan discharge ditentukan oleh kondisi sistem.
4. Kenaikan suhu mesin dan udara tergantung pada perbedaan tekan yang terjadi.
2.2.1.4. Penggunaan Kompresor Lobe Kompresor
Penggunaan kompresor lobe kembar sangat luas karena menghasilkan tekanan
yang sedang dan debit yang besar. Berikut ini aplikasi penggunaan kompresor lobe
kembar.
1. Instalasi pengolahan air
2. Pabrik pengolahan limbah
3. Agitasi lumpur
4. Pabrik semen
5. Peningkatan biogas
6. Pengeringan benang
7. Pabrik electropanting
8. Pabrik kimia
9. Pneumatic conveying
10. Pemindah dan pengering chip polyester
2.2.1.5. Gangguan/Kerusakan Pada Kompresor Lobe Kembar
Pada kompresor lobe sering mengalami ganggun-gangguan atau kerusakan
yang menyebabkan kompresor tidak bekerja secara optimal. Gangguan tersebut
dapat terjadi pada instalasi dan komponen-komponen kompresor lobe kembar.
Berbagai gangguan dan kerusakan yang umum terjadi pada kompresor lobe kembar
sebagai berikut. [2]
1. Kerusakan pada gear
II-6
Gear pada kompresor lobe kembar berfungsi untuk memutarkan masing-masing
impeller. Kerusakan pada gear kompresor lobe kembar umumnya terjadi akibat
karena kurangnya pelumasan yang menyebabkan gesekan antara gear sehingga
menyebabkan kausan, panas, getaran, dan noise yang berlebih.
2. Kerusakan pada bantalan
Bantalan adalah suatu komponen pada kompresor lobe kembar yang berfungsi
untuk menumpu beban mesin melalui sebuah poros dan juga membantu
meneruskan putaran pada poros dengan gesekan yang kecil. Sama seperti kerusakan
pada gear pada kompresor lobe kembar umumnya kerusakan pada bantalan terjadi
karena kurangnya pelumasan pada komponen tersebut yang menyebabkan gesekan
antar komponen yang semakin besar dan temperature bantalan yang semakin tinggi.
3. Kerusakan pada impeller
Impeller rotor merupakan komponen utama dari kompresor lobe kembar.
Kerusakan yang sering terjadi pada impeller adalah terkikisnya impeller akibat dari
terbawanya benda asing yang mengalir bersama udara, surging dan celah antar
impeller yang terlalu kecil. Kerusakan pada impeller dapat mengakibatkan jumlah
aliran fluida tidak maksimal bahkan dapat menyebabkan fluida berbalik dan
menimbulkan suara dan getaran yang tinggi.
4. Getaran dan noise yang berlebih
Getaran dan noise yang berlebih merupakan sebuah gangguan yang harus
dihindari. Getaran dan noise yang berlebih dapat disebabkan oleh beberapa faktor
seperti misalignment, unbalance, rotor yang bergesekan, bantalan atau gear yang
aus serta komponen yang longgar.
5. Gangguan surging
Surging terjadi saat tekanan pada sisi discharge lebih besar dibandingkan
jumlah aliran udara yang masuk pada sisi suction. Jika surging dibiarkan terus
menerus terjadi maka akan menyebabkan vibrasi dan noise yang tinggi, keausan
pada bantalan atau gear, dan kerusakan impeller.
Berdasarkan beberapa gangguan dan kerusakan diatas, dapat diketahui bahwa
kerusakan roda gigi dan pemberian pelumas merupakan sebuah gangguan yang
dapat menyebabkan berbagai kerusakan pada komponen kompresor lobe kembar,
II-7
sehingga gangguan atau kerusakan roda gigi harus dihindari dan pemberian
pelumas haruslah tepat.
2.2.2. Pemeliharaan Kompresor Lobe Kembar
Untuk mencegah atau mendeteksi kerusakan pada kompresor lobe kember
adalah dengan melakukan pemeliharaan baik secara terjadwal maupun secara
prediktif.
2.2.2.1. Pemeliharaan Terjadwal
Pemeliharaan preventif termasuk jenis pemeliharaan secara terjadwal yaitu
strategi pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut yang
dilakukan secara berkala dalam rentang waktu tertentu. Berikut dibawah ini adalah
kegiatan pemeliharaan terjadwal.
1. Pemeriksaan harian
Pemeriksaan tekanan inlet/outlet
Pemeriksaan suhu garbox
Pemeriksaan bunyi abnormal
Suhu bantalan
Arus dan beban motor
Ketinggian oli pelumas
2. Pemeriksaan bulanan
Kekencangan kerusakan sabuk
Getaran (Vibration)
Pemeriksaan saringan masuk dari sumbatan
Pemeriksaan kebocoran oli pelumas
3. Pemeriksaan 6 bulanan
Pemeriksaan impeller
Pemeriksaan gear
Pemeriksaan bantalan
Kesejajaran puli
Pemeriksaan dan penggantian oli pelumas
II-8
2.2.2.2. Pemeliharaan Prediktif
Pemeliharaan prediktif atau disebut juga dengan pemeliharaan yang mana
pemeliharaannya berdasarkan dengan kondisi mesin. Perlu dilakukannya
pemeriksaan rutin untuk menentukan kondisi mesin. Apabila ditemukan indikasi
kerusakan Jika tidak ditemukan gejala kerusakan, monitoring terus dilanjutkan
supaya jika terjadi gejala kerusakan dilakukan perbaikan untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut. Namun apabila tidak ditemukan indikasi kerusakan,
pengawasan secara monitor terus dilanjut untuk mencegah terjadinya kerusakan
sedini mungkin. Berikut ini adalah kegiatan pemeliharaan secara prediktif yang
dapat dilakukan pada kompresor lobe kembar. [1]
1. Pemeriksaan secara visual
2. Pemeriksaan pelumas
3. Pemeriksaan mengenai getaran
4. Pemeriksaan mengenai suara atau noise
5. Pemeriksaan performance
6. Pemeriksaan secara geometris
7. Pemeriksaan NDT
2.2.3. Roda Gigi
Roda gigi adalah sebuah piringan atau roda yang mempunyai gerigi pada
tepinya yang bertujuan untuk menghasilkan putaran dengan cara bertautan dengan
roda gigi pasangannya dengan gerigi yang sama. Roda gigi adalah salah satu
transmisi yang paling banyak digunakan. [8]
2.2.3.1. Bagian Bagian Roda Gigi
Roda gigi memiliki banyak bagian. Berikut ini adalah bagian-bagian roda gigi,
diantaranya yaitu: [7]
II-9
Gambar II. 4. Bagian-Bagian Roda Gigi
Pinion adalah bagian kecil pada pasangan roda gigi. Jarak lengkung puncak
(circular pitch) adalah diameter dari pitch circle yang ukuran roda gigi
dispesifikkan dengan diameter pitch circle dan juga disebut dengan diameter pich.
𝑝 =𝜋 𝑑
𝑁……………………………………………………………………… (1)
p = jarak lengkung puncak
d = diameter puncak (mm)
N = Jumlah gigi
M = modul (mm)
Modul merupakan perbandingan diameter pitch dengan banyaknya roda gigi.
Addendum adalah jarak secara radial gigi dari pitch circle ke puncak gigi.
Dedendum adalah jarak radial gigi dari pitch circle ke dasar roda gigi. Backlash
merupakan selisih jarak diantara ruang gigi dan tebal gigi serta diukur pada pitch
circle.
2.2.3.2. Jenis-Jenis Roda Gigi
Secara umum jenis-jenis roda gigi yaitu roda gigi lurus, roda gigi miring, roda
gigi paying, roda gigi cacing, dan batang gigi. [7]
II-10
Gambar II. 5. Roda Gigi Lurus
Gambar II. 6. Roda Gigi Miring
II-11
Gambar II. 7. Roda Gigi Payung
Gambar II. 8. Roda Gigi Cacing
Gambar II. 9. Rack dan Pinion
II-12
2.2.3.3. Cacat Roda Gigi
Beberapa jenis kecacatan roda gigi menurut ISO 10825:
a. Keausan
Keausan adalah fenomena dimana lapisan metal hilang atau worn away, kurang
lebih merata pada permukaan kontak roda gigi. Keausan digolongkan menjadi
beberapa jenis, yaitu keausan menengah, tinggi, abrasi, dan kausan korosi. Keausan
disebut menengah setelah digunakan dalam jangka waktu yang lama. Pola kontak
mengindikasikan bahwa metal telah menghilang dari area addendum. Keausan
menengah biasanya disebabkan pelumasan tidak cukup, lapisan lubrikasi terlalu
tipis dibanding beban, dan bisa juga karena pelumas yang telah kotor.
Keausan tinggi adalah keausan referensi yang telah berlanjut menuju titik
dimana sejumlah material telah hilang dari permukaan. Pitch line sangat mencolok
dan dapat menunjukan tanda-tanda pitting. Keausan ini biasanya disebabkan oleh
kegagalan mengetahui kecacatan sejak dini ketika keausan mengalami peningkatan.
Ketika material telah mengalami keausan, profil involute cacat, dan roda gigi
berputar kasar. Situasi ini semakin buruk dengan bertambah kasarnya putaran yang
menyebabkan keausan lebih tinggi. Roda gigi secepatnya tidak dapat digunakan
kembali.
b. Pitting
Pitting adalah kegagalan lelah pada permukaan yang terjadi ketika batas daya
tahan material terlewati, kegagalan ini bergantung pada tegangan kontak
permukaan dan besar siklus tegangan.
c. Korosi
Korosi adalah penurunan permukaan karena reaksi kimia. Hal ini sering terjadi
dikarenakan komposisi aktif dalam pelumasan, seperti keasaman, kelembaban, dan
tambahan tekanan ekstrim.
d. Patah
Patah adalah kegagalan yang disebabkan oleh kecacatan keseluruhan gigi atau
bagian dari gigi. Hal ini dapat terjadi karena beban berlebih atau lebih sering karena
tegangan yang berulang melebihi batas ketahanan material.
II-13
Gambar II. 10. Cacat Deformasi dan Aus
2.2.3.4. Kerusakan Roda Gigi Berdasarkan Sinyal Getaran
Selain keausan pada roda gigi, misalignment pada pemasangan roda gigi,
keruskan roda gigi juga dapat disebabkan karena clearance dan eksentrisitas.
Tanda-tanda keruskaan adanya keausan pada roda gigi yaitu timbulnya natural
frequency disamping gear meshing frequency. Besarnya frekuensi gear mesh
adalah: [1]
fz = z.N…………………………………………………………………… (2)
Keterangan:
fz = Gear Meshing Frequency
z = Banyaknya gigi
N = Putaran (rpm, Hz)
Gambar II. 11. Skema Spektrum Karena Kerusakan Roda Gigi [1]
II-14
2.2.4. Pelumas
2.2.4.1. Minyak Pelumas
Minyak pelumas adalah salah satu pendukung operasi mesin yang sangat
penting. Fungsi dari minyak pelumas antara lain: [1]
Minyak pelumas dipakai sebagai mengurangi atau mencegah gesekan
Minyak pelumas digunakan untuk mencegah korosi
Minyak pelumas berfungsi juga untuk meredam getaran
Minyak pelumas digunakan untuk pemisah elemen-elemen mesin
Minyak pelumas bersifat mendinginkan
Minyak pelumas digunakan sebagai perapat
Minyak pelumas digunakan sebagai pembawa kontaminan pada mesin
Interaksi minyak pelumas terhadap elemen mesin yang bergerak satu sama
lainnya. Berikut ini adalah gambar interaksi minyak pelumas.
Gambar II. 12. Interaksi Minyak Pelumas[1]
2.2.4.2. Sifat Dasar Minyak Pelumas
Sifat-sifat minyak pelumas yang penting dan perlu diketahui antara lain: [1]
1. Viskositas (Viscosity)
2. Indek viskositas (Viscosity index)
3. Titik tuang (pouring point)
4. Titik nyala (Flash point)
II-15
5. Angka kebasaan (Total base number or TBN)
2.2.4.3. Penggunaan Minyak Pelumas
Berdasarkan penggunaannya, minyak pelumas digolongkan menjadi:
Minyak pelumas mesin (engine oil)
Minyak pelumas transmisi (transmission oil)
Minyak pelumas hidraulik (hydraulic oil)
Minyak pelumas transformer (transformer oil)
Minyak pelumas potong (cutting oil)
2.2.5. Monitoring Minyak Pelumas
2.2.5.1. Kontaminan Minyak Pelumas
Kontaminan merupakan zat liar yang tidak diinginkan dan memberikan akibat
yang jelek terhadap sistem operasi, umur, dan keandalan mesin. Dilihat dari sifat
fisiknya kontaminan ada dua macam:
1. Kontaminan padat, misalnya silica, Fe, Cu, Ni, Cr, Al, dan lain-lain.
2. Kontaminan cair dan gas, misalnya air, solar/bensin, dan gas.
Kontaminan padat maupun cair yang masuk ke dalam mesin berasal dari
lingkungan dimana peralatan, bersumber dari dalam mesin itu sendiri berupa
partikel yang ditimbulkan oleh elemen mesin yang bergesakan, korosi, sisa
manufaktur, perakitan, dan pengecatan. Kontaminan bersumber dari luar yaitu
kontaminan yang timbul pada waktu operasi, perawatan rutin, dan pada waktu
overhaule. Minyak pelumas juga menjadi sumber kontaminan melalui minyak
pelumas yang terkontaminasi pada waktu pengolahan, pemindahan, penyimpanan,
korosi, dan pada waktu memasukkan minyak pelumas kedalam mesin. [1]
2.2.5.2. Pemeriksaan Minyak Pelumas
Metode SOS (schedule oil sampling) adalah pemeriksaan minyak pelumas
dilakukan secara berkala dan terus menerus. Monitoring kondisi mesin berupa
pemeriksaan minyak pelumas secara berkala dapat meningkatkan keandalan mesin,
II-16
dan mengurangi biaya perawatan. Teknik yang digunakan dalam monitoring
minyak pelumas antara lain: [1]
1. Pengujian kekentalan (viscosity test)
2. Pengujian penghitungan partikel-partikel (particle counting test)
3. Pengujian Jumlah partikel (particle quantifier test)
4. Pengujian butiran aus (wear debris test)
5. Pengujian angka kebasaan (TBN/total base number test)
6. Pengujian ferografi (ferrography test)
7. Pengujian gelembung (bubble test)
Gambar II. 13. Monitoring Viskositas Minyak Pelumas Roda Gigi [1]
2.2.5.3. Kekentalan Pelumas/Viskositas
Kekentalan atau disebut juga viskostias adalah suatu ukuran kekentalan untuk
menyatakan besar atau kecilnya gesekan yang terjadi di dalam fluida tersebut.
Dalam viskositas, semakin besar viskositas yang dimiliki suatu zat fluida, semakin
sulit pergerakan suatu zat fluida dan semakin sulit mengalir suatu zat fluida. Pada
suatu zat fluida berupa oli atau pelumas, kekentalannya sangat erat dengan
kemampuan kerja suatu oli tersebut pada temperatur tertentu atau bahkan
temperatur ekstrim. [10]
II-17
Society of Automotive Engineers (SAE) merupakan suatu organisasi atau
lembaga untuk mengukur suatu kekentalan pelumas pada suhu tertentu, sedangkan
kode SAE pada pelumas merupakan suatu kekentalan pelumas terjadi pada suhu
dingin ataupun panas. Sistem standar internasiaonal (SI) satuan viskositas dengan
satuan ukuran mm2/s atau cm2/s. 1 cm2/s = 100 mm2/s, 1 cm2/s = 1 St (Stokes). [11]
2.2.6. Getaran
2.2.6.1. Pengertian Getaran
Getaran merupakan gerakan bolak-balik suatu benda menuju titik
keseimbangan. Contoh hal yang menunjukan suatu getaran adalah pegas.
Gambar II. 14. Ilustrasi Getaran Pada Pegas
2.2.6.2. Karakteristik Getaran
Suatu mesin mengalami masalah secara mekanik dapat dideteksi dengan
melihat karakteristik getarannya. Kondisi suatu mesin tersebut dapat diketahui
dengan megukur karakteristik sinyal getaran pada mesin tersebut dengan mengacu
pada gerakan pegas.
II-18
Gambar II. 15. Grafik Gerak Harmonis Sederhana
1. Frekuensi getaran
Gerakan periodik atau getaran selalu berhubungan dengan frekuensi yang
menyatakan banyaknya gerakan bolak-balik tiap satuan waktu. Hubungan antara
frekuensi dan periode suatu getaran dapat dinyatakan dengan rumus sederhana:
frekuensi = 1/periode. Frekuensi tersebut biasanya dinyatakan sebagai jumlah
siklus getaran yang terjadi tiap menit.
2. Perpindahan getaran (Vibration displacement)
Adalah jarak yang ditempuk dari suatu puncak ke puncak yang lain disebut
perpindahan dari puncak ke puncak (peak to peak displacement). Perpindahan
dinyatakan dalam suatu micron (µm) atau mils. Dimana 1 µm = 0.001 µm dan 1
mils = 0.001 inch.
3. Kecepatan getaran (Vibration velocity)
Simpangan getaran stiap satuan waktu, dinyatakan dalam mm/s atau inch/s
4. Percepatan getaran (Vibration acceleration)
kecepatan getaran tiap satuan wkatu dan dinyatakan dalam mm/s2, inch/s2, serta
satuan gravitasi (g).
5. Phase getaran
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu siklus.
2.2.6.3. Penyebab Getaran
Faktor adanya getaran berlebih terjadi antara lain: [2]
1. Ketikdaseimbangan elemen yang berputar
II-19
2. Melenturnya poros
3. Roda gigi rusak
4. Transmisi sabuk buruk
5. Kondisi bantalan yang tidak baik
6. Variasi momen puntir
7. Adanya gaya yang disebut gaya aerodinamik
8. Adanya gaya hidrolik
9. Adanya kelonggaran ikatan
10. Kondisi pelumas yang tidak baik
Akibat dari faktro tersebut dapat menyebabkan meningkatnya beban, tegangan
bahan, umur mesin menurutn, dan biaya perawatan naik.
2.2.7. Pengukuran Getaran
Pengukuran getaran dilakukan khususnya pada mesin berputar untuk
mengetahui gejala kerusakan suatu mesin dengan cara analisa getaran. Analisa
getaran merupakan teknologi perawatan prediktif yang sering digunakan. [3]
2.2.7.1. Unit Pengukuran Getaran
Beberapa unit satuan yang digunakan yaitu peak to peak, peak, RMS (Root
Mean Square), dan Average. [2]
Peak to peak mempunyai nilai faktor skala 1 dan pengukurannya sebesar
setengah dari harga peak to peak yaitu harga yang menggambarkan batas
maksimum dan minimum. RMS terdiri dari getaran sinusoida dengan frekuensi
berbeda yaitu ukuran efektif untuk menghasilkan getaran serta RMS mempunyai
nilai 0.707 harga peak. Average adalah harga rata-rata gelombang dengan nilai
0.637 harga peak.
Peak to peak yaitu harga yang menggambarkan harga dari batas maksimum
hingga minimum, sedangkan pengukuran peak besarnya setengah harga peak to
peak. RMS (root mean square) yang digunakan jika getarannya terdiri dari
II-20
beberapa geatran sinusoida pada frekuensi yang berbeda. RMS yaitu suatu harga
atau ukuran energi efektif yang digunakan untuk menghasilkan getaran mesin. Pada
gerakan sinusoida haga RMS adalah 0,707 harga peak (0,707 x peak). Harga
average yaitu suatu ukuran yang merupakan harga rata-rata dari gelombang. Harga
average gelombang sinusoida adalah 0,637 harga peak (0,637 x peak) unit/satuan
getaran dapat diilustrasikan pada gambar berikut:
Gambar II. 16. Satuan Getaran
2.2.7.2. Pemelihan Parameter Getaran
Pemilihan parameter getaran terbagi menjad 3, antara lain: Simpangan dengan
parameter frekuensi kurang dari 10 Hz atau 600 rpm. Yang kedua adalah kecepetan
yaitu dengan parameter frekuensi 10 Hz-1000 Hz atau 600 rpm – 6000 rpm. Yang
ketiga adalah percepatan yaitu dengan parameter frekuensi lebih dari 1000 Hz atau
lebih dari 60.000 rpm. [1]
Tabel II. 1. Pemilihan Parameter Pengukuran Getaran [1]
Deskripsi Mesin Parameter Rentang
Frekuensi (rpm) Lokasi
Turbin uap
Pompa
Kompresor
Simpangan
Kecepatan
600-6000
600-60000
Poros
Rumah bantalan
Motor pompa
Generator turbin
Kecepatan
Percepatan
600-60000
600-600000
Bearing housing
II-21
Motor listrik/fan Energi tumbukan
Fan/blower
Motor (bantalan
gelinding)
Kecepatan
Energi tumbukan
Percepatan
600-60000
600-600000
Badan
Badan
Transmisi roda
gigi (bantalan
gelinding)
Transmisi roda
gigi (bantalan
luncur)
Percepatan
Energi tumbukan
Simpangan
Percepatan
Energi tumbukan
600-600000
600-6000
600-600000
Badan
Poros
Badan
2.2.7.3. Cara Pengukuran Getaran
Pengukuran menggunakan vibration accelerometer berikut data akuisisinya
yaitu mengubah sinyal getaran atau mengkonversikan sinyal getaran menjadi sinyal
listrik sehinggi dapat dihubungkan dengan menggunakan data akuisisi untuk
mengukur besaran fisis serta mengakuisisi data tersebut yang selanjutnya
dihubungkan ke sebuah software ke komputer untuk mengetahui grafik sinyal dan
spektrum dari pengujian getaran. [4]
Pengujian dilakukan dengan menandai titik-titik pada motor dan kompresor
untuk mengetahui karakteristik getaran dengan arah verikal, horizontal, dan aksial
yang hasilnya dapat berupa amplitudo, sinyal getaran, dan spektrum getaran.
2.2.7.4. Alat Ukur Pengukuran Getaran
1. Vibration Meter
Sebuah alat sederhana, dapat dibawa, dan berfungsi untuk mengukur getaran
berupa kecepatan, perpindahan, dan percepatan. [5]
2. Vibration Monitor
Sebuah alat getaran yang memberikan tanda bahwa pengukuran getaran telah
mencapai batas maksimal.
3. Vibration Analyzer
II-22
Sebuah alat berfungsi mecari penyebab terjadinya kerusakan mesin oleh getaran
dan alat ini memiliki kemampuan mengukur amplitudo dan frekuensi getaran untuk
dianalisa.
4. Shoc Pulse Meter
Sebuah alat untuk mengukur gelombang kejut akibat gaya impact suatu benda
dan juga mengukur intensitas gelombang kejut dengan indikasi besarnya kerusakan
pada bearing.
5. Osciloskop
Alat yang berfungsi sebagai pelengkat data getaran untuk dianalisa dan juga
dapat menginformasikan bentuk suatu gelombang dari getaran pada suatu mesin.
6. Transducer.
Sebuah alat untuk mengukur getaran dihubungkan dengan menggunakan kabel
ke alat pengukur getaran.
7. Proximity transducer
Sebuah alat yang berfungsi untuk mengukur perpindahan atau displacement.
8. Velocity transducer
Alat yang berfungsi sebagai sensor untuk mengukur kecepatan getaran dan juga
perpindahan getaran secara elektromagnetik.
9. Acceleration transducer
Alat yang berfungsi untuk mengukur percepatan getaran secara
elektromagnetik.
2.2.7.5. Hasil Pengukuran Getaran
1. Amplitudo
Amplitudo merupuakan besarnya sinyal pada saat tertentu, amplitudo juga
dapat diartikan sebagai amplitudo tekanan baik maksimum atau dinyatakan dalam
RMS.
2. Time Domain
Domain waktu merupakan cara melihat atau memandang getaran itu sebagai
simpangan terhadap waktu.
3. Frequency Domain
II-23
Domain frekuensi merupakan cara atau metode untuk melihat berupa amplitudo
dengan fungsi frekuensi. Data tersebut dapat berupa grafik secara spektrum.
Gambar II. 17. Time Domain [6]
Gambar II. 18. Frequency Domain