bab ii kajian teori 2.1 kajian teori -...
TRANSCRIPT
14
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam
2.1.1.1 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu tentang alam atau cara
mencari tahu alam secara sistematis, sehingga tujuan pembelajaran IPA
tidak hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, tetapi untuk mengembangkan suatu ketrampilan,
sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu,
hal ini dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010). Dengan kata lain
hasil belajar IPA bukan hanya sebagai produk, tetapi juga
pengembangan proses. Mata palajaran IPA di SD bermanfaat bagi siswa
untuk mempelajari diri sendiri, lingkungan, dan alam sekitar. IPA
menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk
mengembangkan potensi siswa agar mampu menjelajahi serta
memahami alam sekitarnya secara ilmiah. Pada Mata pelajaran IPA,
siswa diarahkan untuk dapat memperoleh suatu pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitarnya.
Ilmu pengetahuan alam yang bahasa asingnya “science” berasal
dari kata latin “Scientia” yang berarti saya tahu. Kata “science”
sebenarnya semula berarti ilmu pengetahuan yang meliputi baik ilmu
pengetahuan sosial (Social science) maupun ilmu pengetahuan alam
(natural science). Lama kelamaan, bila seseorang mengatakan “science”
maka yang dimaksud adalah “natural science” atau dalam bahasa
Indonesia disebut ilmu pengetahuan alam dan disingkat IPA. sedangkan
IPA sendiri terdiri dari ilmu-ilmu fisik (Physical science) yang natara
lain kimia, fisika, astronomi dan geofisika, serta ilmu-ilmu biologi (life
science).
14
15
Untuk mengidentifikasikan IPA dengan kata-kata atau dengan
kalimat yang singkat tidak mudah, karena sering kurang dapat
menggambarkan secara lengkap hakekat IPA tersebut.
Pada hakekatnya IPA menurut Carin & Sound (1989) adalah suatu
sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen
yang terkontrol. Sedangkan Abruscato (1996) dalam bukunya yang
berjudul “Teaching Children Science” mendefinisikan tentang IPA
sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang
sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam
semesta. Sementara Maslichah Asy’ari (2006: 7) Ilmu Pengtahuan Alam
atau juga disebut Sains adalah pengetahuan manusia tentang alam yang
diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung
maksud bahwa sains selain menjadi sebagai produk juga sebagai proses.
Sains sebagai produk yaitu pengetahuan manusia dan sebagai proses
yaitu bagaimana mendapatkan pengetahuan tersebut.
Maka berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh para
ahli di atas bisa disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari
tentang alam dan pengetahuan yang mempunyai rangkaian konsep dan
kontekstual yang saling berkaitan yang diperoleh dari hasil observasi dan
eksperimen yang tersusun secara sistematis dengan bukti-bukti yang
dapat diamati.
2.1.1.2 Ruang Lingkup IPA
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI dikutip dari
tulisan dalam standar isi di Permendiknas no 22 tahun 2006 bahwa
mata pelajaran IPA di SD/MI meliputi beberapa aspek yaitu :
a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,
hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta
kesehatan, b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya
meliputi: cair, padat dan gas, c) Energi dan perubahannya
meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
16
bumi dan alam semesta, d) Bumi dan alam semesta meliputi:
tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
2.1.1.3 Tujuan Pengajaran IPA
Dalam standar isi di Permendiknas no 22 tahun 2006,
disebutkan bahwa mata pelajaran IPA di SD//MI bertujuan untuk :
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaan-Nya, b) Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari, c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat, d) Mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan, e) Meningkatkan kesadaran untuk
berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam, f) Meningkatkan kesadaran untuk
menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah
satu ciptaan Tuhan, g) Memperoleh bekal pengetahuan,
konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengajaran IPA bertujuan untuk menyelidiki alam sekitar melalui
proses IPA dalam memecahkan masalah serta menanamkan sifat positif
dan mengetahui hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.1.4 Manfaat Pengajaran IPA
Adapun manfaat mempelajari IPA yang dikemukakan oleh
UNESCO yang diikuti Asri Budiningsih (2002:47) sebagai berikut:
a) IPA menolong siswa untuk dapat berfikir secara logis
terhadap kejadian-kejadian sehari-hari dan memecahkan
masalah sederhana yang dihadapinya, b) Aplikasi IPA dalam
teknologi dapat menolong dan meningkatkan kualitas hidup
manusia dalam kehidupan bermasyarakat, c) Dunia semakin
berorientasi pada kehidupan dan teknologi melalui IPA siswa
memperoleh bekal yang sangat penting, d) Jika IPA diakarkan
17
dengan baik akan menghasilkan pola pikir siswa yang baik pula,
e) Melalui IPA secara positif membantu siswa untuk dapat
mempelajari mata pelajaran lain terutama bahasa dan
matematika, f) Karena sifat-sifat anak yang selalu tertarik
dengan lingkungannya, melalui IPA potensi anak akan
dikembangkan.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengajaran IPA mempunyai manfaat untuk menanamkan sikap ilmiah
pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan
masalah. Siswa akan selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan
mengenal serta dapat memanfaatkan teknologi sderhana dari aplikasi
IPA.
2.1.2 Pengembangan Bahan Ajar
Menurut National Centre For Competency Based dalam Andi
(2012: 16), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun tak tertulis. Panen dalam Andi Prastowo (2012: 17),
mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi
pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Prastowo (2012: 17, menyimpulkan bahwa bahan ajar merupakan
segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara
sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan
dikuasai peserta didik dan digunakan didalam pembelajaran. Bahan ajar
juga dapat diartikan sebagai sekumpulan materi atau bahan-bahan
pelajaran yang disusun secara sistematis untuk digunakan dalam proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai oleh peserta
didik.
Bahan cetak (printed) juga termasuk dalam bentuk bahan ajar,
yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat
berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi
18
(Kemp dan Dayton, 1985). Contohnya, handout, buku, modul, lembar
kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau
maket.
Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para
ahli, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bahan
baik teks, alat, maupun informasi yang memuat materi pelajaran yang
tersusun secara sistematis dengan menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dicapai peserta didik serta digunakan peserta
didik dan guru untuk membantu proses pembelajaran. Dengan definisi
tersebut maka peneliti mengembangkan LKS, karena LKS juga
termasuk bahan ajar yang dapat digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran.
2.1.3 Lembar Kerja Siswa (LKS)
2.1.3.1 Pengertian LKS
Sebagaimana diungkap dalam Pedoman Umum Pengembangan
Bahan Ajar (Diknas, 2004) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah
lembaran- lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta
didik. LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembaran berisi
tugas yang di dalamnya berisi petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan tugas. LKS dapat berupa panduan untuk latihan
pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan
semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen dan
demonstrasi (Trianto, 2007:73).
LKS Lembar Kegiatan Siswa merupakan materi ajar yang dikemas
sedemikian rupa agar siswa dapat mempelajari materi tersebut secara
mandiri (Sutanto, 2009:1). Pengertian LKS yang dikemukakan oleh
Badjo (1993:8) yaitu LKS ialah lembar kerja yang berisi informasi dan
perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu
kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk
penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan.
19
Hidayah (2008:7) menjelaskan bahwa LKS merupakan stimulus
atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara
tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria
media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta
didik. Sedangkan isi pesan LKS harus memperhatikan unsur-unsur
penulisan media grafis, hirarki materi (matematika) dan pemilihan
pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif.
Trianto (2008 :148) mendefinisikan bahwa Lembar Kerja Siswa
adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan
penyelidikan dan pemecahan masalah.
Lembar kerja siswa (LKS) adalah media belajar yang diberikan
oleh guru kepada setiap siswa dalam suatu kelas untuk melakukan
kegiatan belajar mengajar (Lestari, 2007:9).
Bulu ( dalam Lestari, 2007 : 9) memberikan pengertian tentang
LKS bahwa LKS adalah lembar yang berisi informasi perintah atau
instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan
belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan
belajar untuk mencapai tujuan instruksi khusus. Menurut Ratna (2004 :
2) bahwa LKS adalah salah satu media pembelajaran, yaitu guru
memberikan tugas agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya berupa
petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang
diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang
akan dicapainya.(Depdiknas; 2004;18).
Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS)
merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa yang berisi
materi, tugas dan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa
sebagai stimulus yang efisien dan efektif sebagai informasi dan
perintah/instruksi yang akan disajikan secara tertulis serta sebagai
20
media visual untuk menarik perhatian dan menyediakan suatu pola
untuk menganalisis materi dalam proses pembelajaran.
2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat LKS
Depdiknas dalam panduan pelaksanaan materi pembelajaran SMP
(2008:42-45) alternatif tujuan pengemasan materi dalam bentuk LKS
adalah :
1. LKS membantu siswa untuk menemukan suatu konsep LKS
mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang
bersifat konkrit, sederhana, dan berkaitan dengan konsep
yang akan dipelajari. LKS memuat apa yang (harus)
dilakukan siswa meliputi melakukan, mengamati, dan
menganalisis.
2. LKS membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan
berbagai konsep yang telah ditemukan
3. LKS berfungsi sebagai penuntun belajar LKS berisi
pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku.
Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika membaca
buku.
4. LKS berfungsi sebagai penguatan
5. LKS berfungsi sebagai petunjuk praktikum
Dalam hal ini, paling tidak ada empat poin yang menjadi tujuan
penyusunan LKS menurut (Andi Prastowo), yaitu:
a) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik
untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.
b) Menyajikan tugas- tugas yang meningkatkan penguasaan
peserta didik terhadap materi yang diberikan.
c) Melatih kemandirian belajar peserta didik.
d) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada
peserta didik.
21
Tujuan Lembar Kerja Siswa ,menurut (Achmadi:1996:35):
a) Mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran.
b) Membantu siswa mengembangkan konsep.
c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan
ketrampilan proses.
d) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses
kegiatan pembelajaran.
e) Membantu siswa dalam memperoleh informasi tentang konsep
yang dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran secara
sistematis.
f) Membantusiswadalammemperolehcatatanmateriyangdipelajarim
elaluikegiatan pembelajaran
Dari tujuan dan manfaat yang didefinisikan oleh para ahli
disimpulkan tujuan dibuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah untuk
dapat membantu guru dalam mengarahkan siswanya dalam
menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam
kelompok kerja. Selain itu, LKS juga bermanfaat untuk digunakan
sebagai pengembangkan ketrampilan proses, pengembangkan sikap
ilmiah serta membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya.
Pada hakekatnya LKS juga memudahkan guru untuk melihat
keberhasilan siswa dalam mencapai sasaran belajar dalam proses
pembelajaran yang dilakukan.
2.1.3.3 Unsur dan langkah membuat LKS
Unsur-unsur LKS sebagai bahan ajar (Andi Prastowo 2011:207)
bahan ajar LKS lebih sederhana daripada modul, namun lebih kompleks
daripada buku. Bahan ajar LKS terdiri atas enam unsur utama meliputi
judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi
pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian. Sedangkan jika
dilihat dari formatnya, LKS memuat paling tidak delapan unsur, yaitu
22
judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian,
peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi
singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang
harus dikerjakan (Diknas, Pedoman Umum pemilihan dan Pemanfaatan
Bahan Ajar: Jakarta: Ditjen Dikdasmenum, 2004).
Langkah-langkah membuat LKS menurut Diknas (2004):
Gambar 2.1 Diagram alir langkah-langkah penyusunan LKS
1. Melakukan analisis Kurikulum
Analisis Kurikulum merupakan langkah pertama dalam
penyusunan LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan
materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada
umumnya, dalam menentukan materi, langkah analisisnya dilakukan
dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi
yang akan diajarkan.
Analisis Kurikulum
Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Menentukan judul-judul LKS
Menulis LKS
Merumuskan KD
Menentukan Alat Penilaian
Menyususn materi
Memperhatikan Struktur Bahan Ajar
23
2. Menyususn peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui
jumlah LKS yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan
LKS-nya. Sekuensi LKS sangat dibutuhkan dalam menentukan
prioritas penulisan.
3. Menentukan judul-judul LKS
Satu Kompetensi Dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS
apabila kompetensi tersebut tidak terlalu besar. Adapun besarnya
Kompetensi Dasar dapat dideteksi, antara lain dengan cara apabila
diuraikan kedalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP,
maka kompetensi tersebut dapat dijadikan sebagai satu judul LKS.
Namun, apabila kompetensi tersebut bisa diuraikan menjadi lebih
dari 4 MP, maka harus kita pikirkan kembali apakah kompetensi
tersebut perlu dipecah. Contoh menjadi dua judul LKS.
4. Penulisan LKS
Pertama, merumuskan Kompetensi Dasar. Untuk merumuskan
kompetensi dasar, dapat kita lakukan dengan menurunkan
rumusannya langsung dari kurikulum yang berlaku.
Kedua, menentukan alat penilaian. Penilaian kita lakukan
terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik.
Ketiga, menyusun materi. Untuk menyusun materi LKS, ada
beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Materi LKS dapat
berupa pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup
substansi yang akan dipelajari.
Keempat, memperhatikan struktur LKS. Kita harus memahami
bahwa struktur LKS terdiri atas enam komponen, yaitu judul,
petunjuk belajar (petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai,
informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta
penilaian. Dalam menulis LKS paling tidak keenam komponen
tersebut harus ada.
24
2.1.3.4 Langkah-langkah Pengembangan LKS
a. Menentukan tujuan pembelajaran yang akan di-breakdown
dalam LKS
b. Pengumpulan materi
c. Penyususnan elemen atau unsur-unsur
d. Pemeriksaan dan penyempurnaan.
Ada 4 variabel yang harus dicermati:
1. Kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran yang
berangkat dari kompetensi dasar.
2. Kesesuaian materi dan tujuan pembelajaran.
3. Kesesuaian elemen atau unsur dengan tujuan
pembelajaran.
4. Kejelasan penyampaian.
2.1.3.5 Kelebihan dan Kekurangan LKS
Kelebihan dan Kelemahan LsKS
1. Kelebihan lembar kerja siswa
a. Menunjukkan siswa lebih aktif karena harus
mengerjakan LKS.
b. Menuntut siswa lebih untuk mencapai kompetensi
dasar yang dinginkan.
c. Situasi siswa lebih demokratis, sehingga dapat
menimbulkan gairah belajar siswa.
d. Melatih dan mengembangkan cara belajar siswa untuk
dapat belajar mandiri.
e. Guru dapat mengetahui sejauh mana pencapaian siswa
dalam suatu pokok/sub pokok bahasan melalui LKS
yang diperiksa oleh guru.
2. Kelemahan lembar kerja siswa
a. Membutuhkan waktu yang relative banyak dalam
mempersiapkannya.
25
b. Siswa yang kurang akan tinggal oleh temannya yang
lebih giat belajar, sehingga untuk mengurangi
ketertinggalan siswa yang kurang dengan siswa yang
lebih, maka dalam pembagian kelompok kerja
diusahakan adanya pemerataan siswa yang pandai pada
setiap kerja.
c. Guru yang kurang kreatif dalam membuat LKS akan
mengalami kesulitan. Sehingga untuk menghinndari hal
demikian, maka guru perlu membuat pelatihan khusus
dari Dinas Pendidikan Nasional sebelum membuat LKS
yang nantinya akan digunakan sekolah ( Ratna, 2004).
2.1.4 Pengertian Inkuiri Terbimbing
Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana
guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian
meminta pelajar membuat generalisasi, menurut Sanjaya (2008: 200)
pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri
yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk
cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru,
siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran
inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga
siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi
rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang
dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak
memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan
mengelola kelas yang bagus.
Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided inquiry) yaitu suatu model
pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan
bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian
26
perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau
masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas
begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa (Andriani,
2011).Siswa di tingkat pemula seperti TK, SD, dan SMP cocok
diterapkan pembelajaran dengan inkuiri terbimbing, karena umumnya
siswa-siswa pada tingkat pemula tersbut masih banyak memerlukan
bimbingan dari guru dalam proses pembelajaran Suardana (dalam
Suardana, 2012).Tanggung jawab siswa dalam proses eksperimen dapat
dilihat dan berhubungan dengan refleksi personal anak tersebut dan
seberapa banyak guru memberikan bimbingan (guidance) dalam proses
instruksi (Oge & Ifeoma, 2013).
Inkuiri terbimbing merupakan proses pembelajaran berdasarkan
penemuan dan pencarian melalui proses berpikir secara sistematis,
dimana guru memimpin murid-murid dengan tahapan-tahapan yang
benar, mengijinkan adanya diskusi, menanyakan pertanyaan yang
menuntun, dan memperkenalkan ide poko bila dirasa perlu. Ini
merupakan kerja sama yang semakin menyenangkan karena hasil
akhirnya dapat diperoleh (Udin Syaefudin Sa’ud, 2009: 169 dan Evan M.
Maletsky, 2004: 15)
Trianto (2007:136) lebih lanjut menyatakan bahwa untuk
menciptakan suasana inkuiri, peranan guru adalah sebagai berikut: 1)
motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah
berpikir. 2) Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada
hambatan dalam proses berpikir siswa. 3) Penanya, untuk menyadarkan
siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan
pada diri sendiri. 4) Administrator, yang bertanggungjawab terhadap
seluruh kegiatan di dalam kelas. 5) Pengarah, yang memimpin arus
kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan. 6) Manajer, yang
mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. 7) Rewarder,
yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka
peningkatan semangat heuristik pada siswa.
27
Berdasarkan definisi-definisi dari para ahli tersebut bisa
disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah
pembelajaran yang berproses pada penemuan dan pencarian melalui
proses berpikir secara sistematis dimana pendidik dalam pelaksanaannya
guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai
penerima informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau
langkah-langkah percobaan dan menyediakan bimbingan atau petunjuk
kepada siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau
suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk
ditarik kesimpulan.
Langkah-Langkah Model Inkuiri Terbimbing (dimodifikasi dari
Walker, 2007; Wenning, 2007)
Tahapan
Pembelajaran
Aktivitas
Guru Siswa
Introduction
(pembukaan)
1. 1. Memperkenalkan dan
mengarahkan siswa terhadap
topik yang akan dipelajari.
2. 2. Menemukan pengetahuan
awal yang dimiliki oleh siswa
terhadap topik.
3. 3. Menemukan kesalahan
konsep yang dimiliki oleh siswa.
1. Memperhatikan apa yang
disampaikan oleh guru.
2. Menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru.
Questioning
(permasalahan)
Menuntun siswa merumuskan
permasalahan dan hipotesis.
Merumuskan permasalahan dan
hipotesis.
Planning
(perencanaan)
1. Menuntun siswa untuk
merencanakan eksperimen
dengan beberapa pertanyaan.
1. 2. Apa bahan dan alat yang
kalian butuhkan?
2. 3. Apa prosedur yang akan
kalian lakukan untuk
mengumpulkan data?
3. 4. Bagaimana kalian melakukan
observasi dan merekam data?
1. Membuat prosedur eksperimen.
2. Menentukan alat dan bahan yang
akan digunakan.
3. Menentukan teknik observasi
yang akan dilakukan.
4. Menentukan teknik merekam data
28
Implementing
(pengimplementas
ian)
1. 1. Menuntun siswa dalam
menggunakan alat dan bahan.
2. 2. Menuntun siswa dalam
melakukan prosedur eksperimen.
3. 3. Menuntun siswa dalam
mengobservasi dan merekam
data.
1. Menggunakan alat dan bahan.
2. Melakukan prosedur eksperimen.
3. Melakukan kegiatan observasi dan
merekam data yang diperoleh.
Concluding
(penyimpulan)
Menuntun siswa untuk
merumuskan suatu kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti yang di
dapat dan hipotesis yang telah
dirumuskan.
Merumuskan suatu kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti yang di
dapat dan hipotesis yang telah
dirumuskan.
Reporting
(pelaporan)
Menuntun siswa dalam
melaporkan hasil eksperimen
yang telah dilakukan melalui
kegiatan diskusi.
Melaporkan hasil yang telah
diperoleh dalam bentuk makalah,
dan dipresentasikan kepada teman-
temannya dengan menggunakan
media (powerpoint, gambar)
2.1.4.1 Keunggulan Metode Inkuiri Terbimbing
Suryosubroto (2009:185) mengemukakan bahwa inkuiri memiliki
keunggulan yaitu : (a) membantu siswa mengembangkan atau
memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses
kognitif siswa, (b) Pengetahuan yang diperoleh bersifat sangat kukuh;
dalam arti pendalaman dari pengertian; referensi, dan transfer, (c)
membangkitkan gairah pada siswa, (d) memberi kesempatan pada siswa
untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri (e)
menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia
lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, (f) membantu
memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan diri siswa,
(g) metode ini berpusat pada siswa sehingga guru hanya menjadi teman
belajar.
2.1.4.2 Kelemahan Metode Inkuiri Terbimbing
Suryosubroto (2009:186) lebih lanjut menyatakan bahwa metode
inkuiri memiliki kelemahan antara lain: (a) dipersyaratkan keharusan
29
persiapan mental untuk cara belajar ini, (b) metode ini kurang berhasil
untuk mengajar kelas besar, (c) Harapan yang ditumpahkan mungkin
mengecewakan bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan
perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri
terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan guru
kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah
tersebut dibawah bimbingan intensif guru, dengan langkah-langkah (1)
merumuskan masalah; (2) merumuskan hipotesis; (3) merancang
percobaan; (4) melakukan percobaan; (5) mengumpulkan dan
menganalisis data; (6) membuat kesimpulan.
2.1.5 Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas psikis berupa interaksi dengan lingkungan
yang menyebabkan perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
nilai sikap (Winkel dalam Suyono 2011: 15). Menurut Edworl L Walker
(dalam Totok Santoso, 1988: 1) mengatakan bahwa ”belajar adalah
perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman.
Aktivitas belajar antara lain mengamati, membaca, meniru, mencoba
sendiri, menyimak dan mengikuti arahan (Spears dalam Baharuddin 2010:
13-14). Selanjutnya prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan Soekanto dan
Winataputra (dalam Baharuddin 2010: 16) :
a. Siswa adalah subjek belajar, untuk itu siswa harus bertindak aktif.
b. Siswa belajar sesuai perkembangan kognitif, bahasa dan
emosionalnya.
c. Penguatan yang diberikan selama proses belajar dapat mendorong
siswa belajar dengan baik.
d. Penguasaan setiap langkah yang dilakukan siswa membuat proses
belajar lebih berarti.
e. Motivasi belajar siswa akan meningkat apabila diberi tanggung
jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
30
Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah serangkaian kegiatan dan aktivitas yang mampu
menimbulkan suatu perubahan, baik perubahan pengetahuan, pemahaman,
keterampilan atau nilai sikap.
2.1.5.1 Hasil Belajar
Menurut (Oemar Hamalik 2006:30, dalam Indra 2009) “Hasil belajar
adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada
orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti”.
Berhubungan dengan kegiatan belajar di sekolah W.S. Winkel (dalam
Tarry 2010) mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah prestasi belajar
berdasarkan kemampuan internal yang diperoleh sesuai dengan tujuan
instuksional. Hasil belajar itu mengacu pada tujuan instruksional dari
pelajaran dan tujuan instruksional itu merupakan tolak ukur yang terus
dicapai oleh siswa”.
Hasil belajar menurut Gagne dan Briggs 1979 ( dalam
Suprihatiningrum, 2013:37) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa sebagai akibat perbuatan belajar yang diamati melalui penampilan
siswa (learner’s performance). Hal ini dipertegas oleh Reigeluth 1983 (
dalam Suprihatiningrum, 2013 : 37) yang mengatakan bahwa hasil belajar
adalah suatu penampilan (performance) yang diindikasikan sebagai suatu
kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Selanjutnya hasil belajar
ditentukan dengan pemberian evaluasi. Menurut Hamalik (2011: 145)
evaluasi pengajaran berfungsi menentukan hasil urutan pengajaran berkaitan
dengan penguasaan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
Hasil belajar hendaknya mencakup tiga aspek (Sudjana, 2011: 22) :
a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual meliputi
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi
dan kreasi.
31
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap meliputi aspek penilaian,
partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
c. Ranah psikomotorik, menunjukkan adanya kemampuan fisik
seperti gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan
ekspresif interpretatif.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Wasliman dalam Ahmad
Susanto 2013: 12-13)
a. Faktor internal, merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri
peserta didik,yang mempengaruhi kemampuan belajarnya.Faktor
internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan
kesehatan.
b. Faktor eksternal, merupakan faktor yang berasal dari luar diri
peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli pada uraian di atas
disimpulkan bahwa, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki individu
melalui sebuah proses aktivitas belajar untuk mencapai sebuah tujuan. Hasil
belajar mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan terdapat faktor
yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan eksternal .
Namun dalam penelitian pengembangan LKS IPA berbasis inkuiri
terbimbing yang dilakukan oleh peneliti hanya mengetahui hasil belajar
melalui aspek kognitif pada uji lapangan di sekolah dasar yang digunakan
sebagai uji terbatas dan uji luas. Peneliti menggunakan instrumen soal yang
terdapat pada soal evaluasi yang telah diuji secara validitas yang terdapat
pada LKS yang dikembangkan.
32
2.2 Hasil Penelitian Relevan
Penelitian ini mengenai pengembangan Lembar Kerja Siswa
berbasis inkuiri terbimbing pada materi pesawat sederhana kelas V SD N
Simpar Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung. Berdasarkna hasil
studi literatur, peneliti menemukan beberapa tulisan atau penelitian lain
yang berkaitan dengan penelitian ini.
Yang pertama adalah penelitian dari Anis Supiati (2013) yang berjudul
“Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Konstruktivis untuk
Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Tuban”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan LKS yang dapat membantu siswa
membangun pengetahuannya sendiri dan melatihkan keterampilan sains.
Kedua, penelitian dari Nur Ana dkk (2010) yang berjudul
“Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis Pembelajaran
Kooperatif Group Investigation (GI) untuk Melatih Keterampilan Berpikir
Kritis”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan LKS materi
Ekosistem berbasis pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) untuk
melatih keterampilan berpikir kritis siswa, dan mengetahui respon siswa
terhadap keterbacaan LKS, serta keterlaksanaan LKS. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan yang terdiri dari tahap pengembangan
LKS dan tahap uji coba LKS. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah lembar telaah LKS dan angket. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah pemberian lembar telaah LKS dan angket respon siswa
terhadap keterbacaan LKS.
Ketiga, penelitian pengembangan LKS Mata Pelajaran IPA Berbasis
Model Inkuiri Terbimbing. Hal ini pernah diteliti oleh Sidig Budisetyawan
dengan judul penelitian “Pengembangan Lembar Kerja Siswa IPA Terpadu
Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Tema Sistem Kehidupan Dalam
Tumbuhan Kelas VIII SMPN 2 Playen, Yogyakarta”. Pengembangan LKS
IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing, hasil pengembangan LKS
tersebut memenuhi kriteria kelayakan sebagai media pembelajaran yang
baik.
33
Perolehan penilaian dari dosen ahli, teman sejawat, dan guru IPA
termasuk dalam kategori sangat baik (A) dengan jumlah skor masing-
masing 166,5; 164; 177 . Pada uji lapangan terbatas mendapat rata-rata nilai
91,55 dan termasuk dalam kategori nilai (B) atau baik. Sedangkan pada uji
operasional kelas VIII A juga mendapat nilai 97,15 dalam kategori (B) atau
baik. Tapi pada kelas VIII B terdapat peningkatan dari kelas A, nilai yang
didapat 102,09 masuk dalam kategori nilai sangat baik atau (A).
Keempat, penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Noviana Anjar
Hastuti dalam penelitannya yang berjudul Pengembangan Lembar Kerja
Siswa Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran IPA di
SMP ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas LKS hasil
pengembangan serta peningkatan aktivitas pembelajaran IPA di SMP yang
menggunakan LKS hasil pengembangan. Penelitian ini merupakan
penelitian R&D yang menggunakan langkah pengembangan Borg and Gall
yang dibatasi hingga 5 tahap.
Pengumpulan data dilakukan melalui lembar penilaian produk dan
lembar observasi. Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan
kuantitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan mengkonversi skor
pada lembar penilaian produk menjadi skala lima serta mempresentase skor
yang diperoleh dari lembar observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas LKS hasil pengembangan
berdasarkan penilaian dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA berada dalam
kategori “baik” untuk untuk aspek pendekatan penulisan, aspek penyajian
tema, aspek kejelasan kalimat, aspek kegiatan/eksperimen, dan aspek
penampilan fisik, dan berada pada kategori “sangat baik” untuk aspek
kebahasaan dan keterlaksanaan.
Kualitas LKS hasil pengembangan berdasarkan hasil uji respon siswa
berada dalam kategori “baik” untuk aspek Aspek pendekatan penulisan,
aspek penyajian tema, aspek kejelasan kalimat, aspek kebahasaan aspek
kegiatan/eksperimen, dan aspek penampilan fisik, dan berada dalam
kategori “sangat baik” untuk aspek keterlaksanaan.
34
Peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan LKS hasil
pengembangan adalah berupa berupa visual activities sebesar 3,97%, oral
activities sebesar 2,73%, listening activities sebesar 12,07%, writing
activities sebesar 13,64%, drawing ativities sebesar 19,09%, motor activities
sebesar 13,64%, mental activities sebesar 9,70%, dan emotional activities
sebesar 6,66%.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang relevan ini dapat disimpulkan
bahwa penelitian yang mengembangan LKS dalam mata pelajaran IPA
mampu menarik siswa dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan
dan membantu siswa membangun pengetahuannya sendiri dan melatihkan
keterampilan sains. Pada penelitian ini, peneliti meneliti mata pelajaran IPA
materi pesawat sederhana pada subyek yang berbeda namun tetap
menggunakan model serta pengembangan yang sama yaitu penelitian
pengembangan LKS mata pelajaran ipa berbasis model inkuiri terbimbing.
2.2.1 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Asumsi Pengembangan
Pengembangan LKS IPA yang berbasis Model Inkuiri bermaterikan
tentang pesawat sederhana dapat digunakan sebagai bahan ajar
pembelajaran secara mandiri maupun secara berkelompok pada siswa SD N
Simpar Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung Kelas V Semester II
Tahun Ajaran 2014-2015.
Keterbatasan Pengembangan
Pengembangan LKS IPA yang berbasiskan dengan Model Inkuiri ini
hanya membahas materi pokok tentang pesawat sederhana.
35
2.3 Kerangka Berfikir
Pada proses pembelajaran di sekolah, guru masih menggunakan
LKS konvensional dan kurang kreatif sehingga pembelajaran yang ada
disekolah kurang begitu menyenangkan dan belum membuat siswa untuk
aktif dalam pembelajaran. LKS konvensinal adalah LKS yang tinggal pakai,
tinggal beli, instan, serta tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, dan
menyusun sendiri. LKS merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan
guru untuk meningkatkan keterlibatan siswa atau aktivitas dalam proses
belajar mengajar (Darmodjo dan Kaligis,1993:40) yang dapat membantu
guru dalam memudahkan proses belajar mengajar dan mengarahkan
siswanya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya
sendiri dalam kelompok kerja. Untuk itu diperlukan pengembangan LKS
dalam pembelajaran. Penerapan LKS berbasis model inkuiri terbimbing
dapat membantu siswa untuk mengembangkan diri mereka khususnya
kemampuan berpikir kritis. Proses pembelajaran akan bersifat student
centered ( berpusat pada siswa) dan siswa akan menjadi lebih aktif. Dengan
demikian dengan adanya pengembangan LKS berbasis model inkuiri
terbimbing, membantu siswa menemukan dan memperoleh pengetahuan
baru berdasarkan pengalaman-pengalaman pribadi siswa masing-masing,
maka siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keaktifan
siswa, dan meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan alasan yang telah
disebutkan maka dilakukan perancangan produk yang sesuai dengan kondisi
siswa di kelas 5 SD. Setelah melakukan analisa kebutuhan produk di SD,
dan juga mencari referensi maka dilakukan perancangan produk, kemudian
dilakukan uji coba produk dan perbaikan.
Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai berikut :
36
1) Petunjuk dan langkah-langkah
untuk memahami tugas.
2) Student Centered
3) Tugas sesuai kompetensi yang
akan dicapai.
4) Inovatif dan kreatif.
5) Sarana latihan.
6) Kegiatan diskusi.
7) Penemuan.
8) Penerapan.
9) Tulisannya yang sistematis,
berwarna dan bergambar.
10) Pembimbing siswa
LKS Inkuiri Terbimbing
1) Siswa tidak mengalami kebingungan dalam
mengerjakan tugas.
2) Siswa cenderung lebih aktif.
3) Meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi
yang diberikan.
4) Menciptakan proses pembelajaran yang lebih
menyenangkan sehingga siswa tertarik untuk
membuka dan mempelajari lembar demi lembar.
5) Dengan latihan soal siswa semakin ingat dengan
konsep-konsep yang digunakan untuk
menyelesaikan tugas pada LKS.
6) Dalam kegiatan diskusi , interaksi antara siswa
dengan guru dan siswa lainnya menyebabkan proses
pembelajaran menjadi lebih dinamis. Sejalan dengan
hal tersebut, interaksi multi arah akan dapat
mengoptimalkan proses pembelajaran.
7) Dalam LKS siswa dibimbing untuk menyelidiki
suatu situasi atau keadaan tertentu agar menemukan
pola situasi tersebut, sehingga dapat membuat suatu
hipotesa, prakiraan atau dugaan.
8) Melalui LKS, siswa dibimbing menuju suatu metode
penyelesaian soal dengan menggunakan konsep-
konsep yang dimiliki siswa. Hal ini akan berguna
untuk soal aplikasi yang memerlukan banyak
langkah atau menerangkan gambar.
9) Jika LKS disusun secara menarik seperti tulisannya
yang sistematis, berwarna dan bergambar maka akan
dapat meningkatkan minat siswa untuk
mengerjakannya.
10) Menurut Suwarti (dalam Deyanti, 2008), setiap
siswa yang mengerjakan tugas dengn menggunakan
LKS akan lebih berhasil dibandingkan dengan siswa
yang tidak menggunakan LKS. Oleh karena itu, agar
siswa menjadi terbimbing dan memperoleh hasil
belajar yang maksimal maka perlu diarahkan dengan
menggunakan LKS.
Tujuan
Hasil
belajar
Peningkatan
Gambar 1.1 Skematis kerangka berpikir
Peningkatan
H
A
S
I
L
B
E
L
A
J
A
R
38
Dengan diketahui apa yang terkandung dalam LKS sebagai bahan
ajar dan tujuan dari siswa yang diharapkan maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa LKS inkuiri terbimbing dapat digunakan sebagaai
bahan ajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, kajian teori dan kerangka
berpikir maka peneliti dapat mengambil hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H0 : LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan diduga
tidak layak digunakan dan tidak efektif untuk meningkatkan
hasil belajar dalam pembelajaran IPA materi pesawat
sederhana siswa kelas 5 Sekolah Dasar
Ha : LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan diduga
layak digunakan dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar
dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana siswa
kelas 5 Sekolah Dasar