bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...
TRANSCRIPT
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan orang yang lebih dewasa
untuk mendewasakan mereka yang dianggap belum dewasa secara
kontekstual. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam era
globalisasi, karena visi pendidikan sekarang ini ditekankan pada
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan mutu pendidikan yang
lebih modern dan pengembangan dalam pendidikan agar sisiwa sebagai
subyek pendidikan dapat mengikuti kemajuan tersebut. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi merangsang bidang keilmuan yang lain untuk ikut
berkembang, tak terkecuali bidang ilmu pendidikan perkembangan dalam
bidang pendidikan dapat dilihat dari adanya perubahan yang ada di dalamnya
seperti kualitas guru, kurikulum, proses pembelajaran, saranan dan prasaranan
pembelajaran, sumber belajar, metode pembelajaran, media pembelajaran, dll.
Perubahan yang dilakukan ini memiliki tujuan agar siswa mampu menguasai
materi atau bahan ajar secara optimal. Sebagai dampaknya adalah
diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti: buku teks, lks, modul,
video, dll (Santyasa, 2007;21).
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada
semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta
didik. Selanjutnya, pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a) pendidikan agama, (b)
pendidikan kewarganegaraan, (c) bahasa, (d) matematika, (e) ilmu
2
pengetahuan alam, (f) ilmu pengetahuan sosial, (g) seni dan budaya, (h)
pendidikan jasmani dan olahraga, (i) keterampilan, dan (j) muatan lokal. Pada
tahun ajaran 2014-2015 di Indonesia menggunakan dua kurikulum yaitu
KTSP dan Kurikulum 2013, akan tetapi tidak semua Sekolah Dasar yang ada
diseluruh Indonesia menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013 karena pihak
sekolah diberikan kebebasan untuk melaksanakan kurikulum tersebut sesuai
dengan kondisi sekolah yang ada dan atas dasar ditunjuknya sekolah tersebut
menggunakan Kurikulum 2013 oleh Dinas Pendidikan. Dalam UU 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terdapat sejumlah pasal yang
berkaitan dengan KTSP. Pasal 1 ayat 19, misalnya menjelaskan definisi
operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Definisi tersebut
menegaskan bahwa kurikulum dipakai sebgai pedoman dalam
menyelenggarakan pembelajaran. Bukan buku teks yang sebenarnya lebih
berperan sebagai salah satu sumber pembelajaran. KTSP merupakan
kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pembelajaran KTSP menuntut siswa
untuk aktif. Sementara guru berperan sebagai fasilitator, diharapkan untuk
mampu membuat kondisi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan
siswa.
Pendidikan pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, bisa
formal dan informal. Dalam pendidikan tentu terdapat kegiatan belajar dan
pembelajaran yang terjadi didalamnya. Belajar dan pembelajaran merupakan
konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
dalam mencapai tujuan pembelajaran (Husamah dan Setyaningrum, 2013;99).
Sementara itu, Trianto (2010) mengatakan bahwa produk IPA hakikatnya
merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA
merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan
3
konsep. Hal ini sejalan dengan pelajaran IPA yang bertujuan agar siswa
mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat,
lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis, kritis,
memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, maupun global
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Pendidikan yang pertama dan utama
adalah dari keluarga. Melalui keluarga kita tahu bagaimana cara berkenalan
dengan nilai-nilai, sikap dan karakter. Salah satu contoh perilaku yang
dikenalkan melalui keluarga adalah sikap peduli terhadap ciptaan Tuhan baik
sesama atau lingkungan alam sekitar. Dari perilaku dan sikap tersebut dapat
dilanjutkan dan diperpanjang pengetahuannya tentang lingkungan alam
sekitar, terutama melalui mata pelajaran IPA yang mencakup nilai dan ilmu-
ilmu tentang lingkungan alam sekitar.
Dalam tuntutan pembelajaran IPA pada kurikulum KTSP yang diatur
dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta
didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan
pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta
didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan
sendiri yang difasilitasi oleh guru. Oleh sebab itu guru diberikan kesempatan
untuk mengembangkan bahan ajar dengan menggunakan metode
pembelajaran yang menarik, sehingga dapat untuk meningkatkan keaktifan
siswa dengan secara mandiri dan berkelompok.
Pada hakekatnya ilmu pengetahuan alam adalah mata pelajaran yang
mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah
menengah tingkat pertama (SMP). Namun berbeda pada istilah yang terdapat
di sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi, kata IPA lebih
dikenal sebagai salah satu penjuruan kelas yang secara khusus lebih
memfokuskan ilmu-ilmu eksata. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Ilmu
Pengethauan Alam bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
4
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Adapun beberapa model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam proses
pembelajaran IPA yaitu: 1)Construtivisme, 2)Inquiri (penemuan),
3)Questioning (bertanya), 4)Learning community (pengelompokan belajar),
5)Modeling (media), 6)Reflction (rangsangan), 7)Authentic assessment
(penilaian nyata), 8)Direct Instruction (model pembelajaran langsung).
Penerapan model pembelajaran IPA yang dilakukan oleh setiap pendidik
memilki karakter yang berbeda-beda. Dalam hal tersebut guru perlu memiliki
keterampilan serta kualifikasi dan standar kompetensi guru agar mampu
memenuhi sebagai pendidik yang profesional. Dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional 16 Tahun 2007 menyebutkan kualifikasi akademik guru
SD/MI harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma
empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1
PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang
terakreditasi serta memenuhi standar kompetensi guru yang dikembangkan
secara utuh yaitu ada empat kompetensi utama : 1) Kompetensi pedagogik,
2) Kompetensi kepribadian, 3) Kompetensi sosial, 4) Kompetensi
Profesional. Dalam pelaksanaannya juga dipengaruhi oleh isi materi dan
kemampuan pendidik itu sendiri. Kreatifitas dan keterampilan serta
kompetensi seorang guru akan sangat diperlukan khususnya pembelajaran
IPA, karena dalam pembelajaran IPA tidaklah cukup dengan menggunakan
model dan metode yang biasa diterapkan dalam pembelajaran yang lainnya.
Hal ini harus diakui secara seksama karena materi IPA memerlukan suatu
aktifitas yang langsung dan benar-benar sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. IPA dalam pembelajarannya memilki ciri yang berbeda dengan
5
membelajarkan materi yang lain kepada siswa, salah satu ciri yang menonjol
adalah adanya proses pembelajaran yang berproses dengan menggunakan
observasi, percobaan, dan pemecahan masalah. Memang ciri ini dimiliki oleh
materi pelajaran yang lain, akan tetapi prosedur dalam pengaplikasiaanya
memliki pesamaan dengan metode yang dilakukan oleh para ahli, dan para
penemu-penemu sebelumnya.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diarahkan untuk inkuiri dan berbuat
sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar. Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan Ilmu
Pengetahuan Alam perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak
buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan
pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat)
yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat
suatu karya melalui penerapan konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan
kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (Scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena
itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD/MI menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Dalam kurikulum KTSP, dimensi perencanaan atau pengaturan salah
satunya berisi bahan ajar. Menurut Depdiknas, (2004: 13) Bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktor dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi keberhasilan guru
dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh bahan ajar yang digunakan,
termasuk didalamnya pengunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam proses
pembelajaran. Rohman dan Amri (2013: 96) Pemilihan materi pembelajaran
itu menyediakan aktivitas-aktivitas yang berpusat pada siswa. Pada dasarnya
6
LKS berisi kegiatan pembelajaran yang menyediakan aktifitas yang berpusat
pada siswa. Prastowo (2011: 204) menyatakan Lembar Kerja Siswa
merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas berisi materi,
ringkasan dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus
dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang
harus dicapai. Dengan demikian LKS merupakan salah satu bahan ajar yang
dapat dikembangkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang
disusun dan dikembangkan oleh guru harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Trianto (2009: 166) menyatakan bahwa strategi inkuiri berarti sesuatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri. Dengan demikian kemampuan siswa dapat
dikembangkan secara maksimal. Maka untuk memaksimalkan kemampuan
siswa dalam proses pembelajaran harus ada pembimbing yang mengarahkan
dan membimbing siswa ketika melakukan kegiatan-kegiatan dalam
pembelajarannya.
Putro (2012: 96) menyatakan model inkuiri terbimbing adalah
pendekatan inkuiri saat guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan
memberi pertanyaan awal dan mengarahkan kepada suatu diskusi. Pendekatan
inkuiri terbimbing memerlukan alat bantu berupa LKS yang didalamnya
berisi tuntunan atau bimbingan untuk siswa melakukan kegiatan belajarnya
agar mendapatkan pemahaman konseptualnya. Hal ini disebabkan, dalam
inkuiri terbimbing siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara aktif
dan mandiri dengan mendapat bimbingan dan arahan dari gurunya. Sebagai
seorang pendidik, guru berperan dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Guru sebagai pembimbing dan fasilitator diharapkan
mampu memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan
dan juga dalam memecahka masalah yang dihadapi siswanya dalam
pembelajarannya (E Mulyasa, 2007: 53)
7
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Gugus Suradirjo khususnya SDN
Simpar, Temanggung yang menerapkan Kurikulum KTSP kembali. Dalam
studi pendahuluan pada kelas V dengan jumlah siswa 22 tersebut, rata berasal
dari keluarga menengah kebawah dengan karakteristik siswa yang berbeda-
beda sedangkan guru berlatar belakang dari pendidikan lulusan SPGSD yang
telah mengajar di SDN Simpar sejak tahun 2009 hingga saat ini. Dalam
proses pembelajaran yang dilakukan guru pada umumnya tidak menggunakan
model desain pembelajaran tertentu ataupun orientasi teori, yang dilakukan
dalam proses pembelajaran khususnya Ilmu Pengetahuan Alam guru hanya
menggunakan paradigma yang lama dimana guru masih bersifat
konvensional. Dalam pembelajaran IPA masih terlalu informatif di bawah
dominasi guru, sehingga IPA dianggap sebagai pelajaran yang membosankan.
Guru melakukan ceramah dan diskusi yang dinilai akan lebih mudah dalam
mengajar dan mempermudah siswa dalam mengerjakan tugas karena
dilaksanakan secara bersama atau diskusi. Dalam proses pembelajaran materi
yang diajarkan guru belum memastikan apakah materi pembelajaran sesuai
dengan karakteristik siswa karena karakteristik siswa yang berbeda-beda.
Sedangkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan siswa hanya
mengikuti apa yang disuruh dan diinstruksikan oleh guru dan yang penting
siswa mampu mengikutinya.
Teknologi media yang digunakan dalam menyampaikan materi atau
hanya sebatas CD pembelajaran, meski siswa terlihat lebih senang dengan
media tersebut namun CD pembelajaran yang terdapat di perpustakaan
sekolah hanya terdapat beberapa materi dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dengan jumlah CD pembelajaran yang jumlahnya terbatas.
Pada dasarnya tuntutan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diatur dalam
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang merupakan standar yang
secara garis besar harus dicapai oleh peserta didik. Namun ketercapaian
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ketika dilakukan studi
pendahuluan tersebut, bahwa Standar kompetensi dan Kompetensi dasar
beberapa diantaranya belum tercapai karena kurangnya waktu dan sarana
8
serta prasarana yang dibutuhkan belum mampu memenuhi. Bahan ajar yang
digunakan untuk menunjang proses belajar siswa dengan menggunakan buku
paket dan LKS (fokus) sebagai bahan ajar yang digunakan selama ini.
Secara nasional nilai KKM dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam yang seharusnya diterapkan di Sekolah dasar adalah 75, sedangkan
KKM yang diterapkan di gugus Suradirjo setiap SD berbeda, khususnya SDN
Tlogo adalah 68 dan SDN Simpar adalah 70. Hal tersebut dalam penerapan
KKM yang berbeda dengan KKM secara nasional disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu siswa yang kurang aktif dan kurang memperhatikan dalam
mengikuti pelajaran, materi ajar, kurangnya sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran yang hanya berupa poster
dan gambar serta Compact Disk yang terbatas. Sehingga dari nilai KKM yang
diterapkan secara nasional dari jumlah 10 siswa pada SDN Tlogo kelas V
terdapat 80% dari jumlah siswa kelas V yang belum memenuhi KKM secara
nasional. Sedangkan dari nilai KKM yang diterapkan di SDN Tlogo dari
jumlah 10 siswa kelas V hanya 60% yang belum mencapai KKM. Namun di
SDN Simpar dari 22 siswa kelas V terdapat 45% dari jumlah siswa kelas V
yang belum memenuhi KKM secara nasional. Sedangkan dari nilai KKM
yang diterapkan di SDN Simpar dari jumlah 22 siswa kelas V hanya 27,3%
yang belum mencapai KKM. Alasan mengapa sekolah menerapkan KKM
yang jauh lebih rendah dibandingkan KKM nasional karena kemampuan
berfikir anak yang kurang dalam berfikir kritis dan keaktifan siswa yang
masih kurang di tambah lagi waktu pelaksanaan pembelajaran materi Ilmu
Pengetahuan Alam selama 1 semester yang belum cukup agar siswa mampu
menguasai kompetensi selama 1 semester yang diharapkan.
Dari permasalahan yang ditemui, peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar tersebut sudah berjalan dengan baik, akan
tetapi guru merasa mengalami kesulitan dan memerlukan sebuah inovasi atau
pengembangan bahan ajar yaitu salah satunya LKS, dimana LKS yang dapat
digunakan mampu mengembangkan keterampilan proses dan keaktifan siswa
dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Pada proses pembelajaran, guru
9
terkadang menggunakan LKS yang terdapat pada buku paket sehingga tidak
ada lembaran LKS khusus untuk siswa. Oleh karena itu guru harus mampu
untuk mempersiapkan dan berkreatifitas di dalam memodifikasi atau
merancang sendiri LKS yang sesuai dengan kebutuhan dalam proses
pembelajaran. Hal ini bertujuan supaya siswa dapat memperoleh pemahaman
materi secara mandiri atau kelompok, sehingga pemahaman terhadap konsep
materi yang ada di dalam pembelajaran tersebut semakin kuat diserap dalam
ingatan siswa. Mengingat pentingnya sumber belajar dalam proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah, maka kiranya perlu
pengembangan sebuah LKS yang dapat memenuhi kriteria kelayakan sebagai
media pembelajaran yang baik. Dalam hal ini didukung dengan penelitian
dari Sidig Budisetyawan (2012: 90) penelitian pengembangan LKS Berbasis
Inkuiri Terbimbing yang layak digunakan sebagai media pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka peneliti
mengembangkan sebuah produk dengan judul pengembangan lembar kerja
siswa ipa berbasis model inkuiri terbimbing materi pesawat sederhana kelas v
sekolah dasar.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, terdapat
beberapa permasalahan, yaitu keaktifan dan kemampuan berfikir kritis siswa
yang kurang dalam pembelajaran IPA, memberikan sinyal adanya kesulitan
siswa dalam menguasai informasi yang disampaikan dalam pembelajaran.
Pada saat proses pembelajaran siswa kurang aktif sehingga ketika diajak
untuk berfikir kritis sebagian jawaban melenceng dari perintah dan soal,
mengidikasikan bahwa siswa kurang mampu mencerna informasi yang
terkandung dalam pelajaran IPA. Berdasarkan hasil pengamatan lebih lanjut,
rendahnya keaktifan dan berfikir kritis siswa ini disebabkan antara lain:
10
1.2.1 Diri Siswa
a. Materi ajar dirasa sulit untuk dikuasai siswa. Hal ini berdasarkan
ketercapaian KKM baik secara nasional ataupun KKM di kedua
Sekolah Dasar tersebut yaitu di SDN Tlogo 80% siswa belum
mencapai KKM nasional dan 60% siswa belum mencapai nilai
KKM yang diterapkan di sekolah tersebut. Pada SDN Simpar 45%
siswa belum mencapai KKM nasional dan 27,3% siswa belum
mencapai KKM yang diterapkan di sekolah Dasar tersebut, maka
dapat disimpulkan salah satu penyebabnya materi ajar yang dirasa
sulit untuk dikuasai siswa.
b. Kurangnya siswa dalam memahami materi yang diberikan. Hal ini
berdasarkan observasi yang dilakukan dilihat dari nilai yang rata-
rata nilai siswa dalam 1 kelas hanya mencapai 6,5. Dalam KKM
yang ditetapkan secara Nasional yaitu 75 ini berarti rata-rata nilai
siswa dalam kelas tersebut masih kurang dari KKM nasional yang
ditetapkan.
c. Siswa belum mampu untuk mengajukan pertanyaan kepada guru
tentang hal yang tidak mereka ketahui. Hal ini dikarenakan materi
yang mereka pahami dalam buku paket yang digunakan dari tahun
ke tahun sama dan hanya sekedar teori. Dari observasi yang
dilakukan di kedua SD tersebut sebagai uji lapangan (terbatas dan
luas) pada SDN Tlogo dari 10 siswa hanya sekitar 60% siswa yang
aktif dan pada SDN Simpar dari 22 siswa hanya sekitar 30% siswa
yang aktif sedangkan sisanya hanya mendengarkan dan duduk di
kelas.
d. Siswa pasif dalam pembelajaran di kelas. Dalam observasi yang
dilakukan disimpulkan bahwa siswa pasif dalam pembelajaran di
kelas karena guru hanya sekedar ceramah dalam menyampaikan
materi yang diambil dari buku paket. Dari 10 siswa di SDN Tlogo
hanya 60% siswa yang aktif, sedangkan di SDN Simpar dari 22
11
siswa hanya 30% siswa yang aktif dalam pembelajaran di dalam
kelas.
1.2.2 Dari Guru
a. Guru dituntut tidak hanya mampu menyampaikan materi, namun
juga mengerjakan adminitrasi sekolah karena kurangnya tenaga
administrasi di sekolah. Hal ini mempersempit ruang guru untuk
dapat fokus mempersiapkan penyampaian materi yang sesuai
dengan kebutuhan setiap siswa.
b. Materi ajar yang disampaikan sulit untuk diterima semua siswa
karena hanya berupa teori-teori yang terdapat dalam buku paket
yang digunakan serta karakteristik siswa yang berbeda-beda maka
dalam pencapaian pemahaman materi oleh siswa hanya 55% siswa
yang dirasa mampu memahami materi, hal ini berdasarkan
ketercapaian KKM oleh siswa.
c. Model pembelajaran yang kurang cocok diterapkan dalam suatu
materi ajar. Guru hanya melakukan ceramah berdasarkan teori
materi yang terdapat dalam buku yang digunakan. Hal ini
menunjukkan kurang cocoknya model pembelajaran yang dilakukan
karena karakteristik siswa yang berbeda-beda.
d. Guru mengalami kesulitan mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran di kelas. Karena guru hanya menyampaikan materi
berdasarkan buku yang digunakan yang berisi teori dan hanya 30%
siswa yang aktif.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas dapat
dirumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimanakah mengembangkan LKS IPA berbasis model
inkuiri terbimbing materi pesawat sederhana layak untuk
digunakan sebagai sumber belajar IPA kelas V di Sekolah
Dasar?
12
2. Apakah LKS IPA berbasis model inkuiri terbimbing materi
pesawat sederhana efektif untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V di Sekolah Dasar?
1.4 Spesifikasi Produk Yang Diharapkan
Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Produk LKS IPA berbasis model inkuiri terbimbing materi pesawat
sederhana sebagai bahan ajar pembelajaran mandiri maupun
kelompok siswa Sekolah Dasar Simpar Kelas V Semester II.
2. LKS panduan guru berbasis inkuiri terbimbing materi pesawat
sederhana sebagai panduan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
3. LKS panduan siswa berbasis inkuiri terbimbing materi pesawat
sederhana sebagai panduan siswa dalam memahami dan
menggunakan LKS secara mandiri maupun kelompok siswa Sekolah
Dasar Simpar Kelas V Semester II.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka penelitian
berikut bertujuan untuk:
1. Untuk mengembangkan LKS IPA berbasis inkuiri terbimbing
materi pesawat sederhana yang layak untuk digunakan sebagai
sumber belajar IPA di Sekolah Dasar kelas V semester II.
2. Mengetahui efektifitas LKS IPA berbasis inkuiri terbimbing yang
dikembangkan sehingga efektif digunakan dalam meningkatkan
hasil belajar pembelajaran IPA materi pesawat sederhana.
13
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, adapun manfaat yang
diharapkan yaitu :
1.6.1 Manfaat Teoritis
Untuk meningkatkan khasanah keilmuan, khususnya dalam men-
gembangkan lembar kerja siswa pada mata pelajaran IPA.
1.6.2 Manfaat Praktis
Bagi siswa :
1. Siswa menjadi termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPA.
2. Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan pada siswa.
Bagi Guru :
1. Terlatih dalam menyiapkan perlengkapan belajar mengajar.
2. Mendapatkan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
bagi siswa dalam pembelajaran IPA.
3. Meningkatkan kinerja guru.
4. Dapat digunakan untuk membuat pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan.
Bagi Sekolah :
1. Meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA.
2. Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang
inovatif.
Bagi peneliti :
1. Mendapatkan data sebagai bahan untuk mengembangkan media
pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD
semester II.
2. Mengetahui pengembangan dan penerapan media pembelajaran IPA
berbasis inkuiri terbimbing siswa kelas V SD semester II.